BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Agnosi Agnosiaa adalah adalah hilangn hilangnya ya kemamp kemampuan uan untuk untuk mengena mengenali li benda-ben benda-benda, da, orang, suara, bentuk/ bau sementara arti tertentu tidak cacat juga tidak ada kerugian memori yang signifikan. Hal ini biasanya berhubungan dengan cedera otak/ penyakit syaraf, khususnya setelah kerusakan pada lobus temporal. Hilangnya fungsi pembauan dan atau yang lain dapat mengancam jiwa penderita karena penderita tak mampu mendeteksi asap saat kebakaran atau tidak dapat mengenali makanan yang telah basi. Karena sekitar !" gangguan pengecapan merupakan kelainan pembauan yan g sejati. Hasil sur#ei tahun 1$$% menunjukkan bahwa &,' juta penduduk dewasa Amer Amerik ikaa mend mender erit itaa gang ganggua guan n pemb pembau auan, an, seme sement ntar araa 1,1 juta juta dinya dinyata taka kan n mende menderi rita ta gangg ganggua uan n penge pengeca capa pan. n. (enel (enelit itia ian n yang yang dila dilakuk kukan an sebe sebelu lumn mnya ya menemukan bahwa ))" penduduk merasakan bahwa mereka pernah mengalami penurunan ketajaman pembauan. *ntuk pemeriksaan penunjang pada agnosia tersebut adalah + atau dengan atau tanpa protocol angiographic. angiographic. *ntuk mengarakteriasi mengarakteriasi lesi sentral sentral 0infark, perdarahan, massa dan untuk memeriksa atrofi gangguan degeneratif. (engobatan untuk agnosia sementara ini belom ada, hanya rehabilisasi terapi okupasi dapat membantu pasien belajar untuk mengimbangi kekurangan mereka. etapi terapi tersebut kadang dapat meningkatkan meningkatkan agnosia agnosia tergantun tergantung g pada etiologinya.
1
1.& Rumusan Masalah 1.&.1
Apa definisi agnosia2
1.&.&
3agaimana etiologi agnosia2
1.&.4
3agaimana manifestasi klinis agnosia2
1.&.%
3agaimana klasifikasi agnosia2
1.&.5
3agaimana patofisiologi agnosia2
1.&.)
3agaimana pemeriksaan penunjang agnosia2
1.&.'
3agaimana pengobatan agnosia2
1.&.
3agaimana asuhan keperawatan agnosia2
1.3 Tujuan
1.4.1
enjelasakan definisi agnosia
1.4.&
enjelaskan etiologi agnosia
1.4.4
enjelaskan manifestasi klinis agnosia
1.4.%
enjelaskan klasifikasi agnosia
1.4.5
enjelaskan patofisiologi agnosia
1.4.)
enjelaskan pemeriksaan penunjang agnosia
1.4.'
enjelaskan pengobatan agnosia
1.4.
enjelaskan asuahan keperawatan agnosia
1.% Manfaat anfaat disusunnya makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan agnosia.
&
BAB 2 TN!AUAN PU"TA#A
2.1 Def$n$s$
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengorganisasikan informasi sensorik agar bisa mengenal benda-benda/ hilangnya daya untuk mengenali arti stimuli sensoris macamnya sesuai indranya. Agnosia adalah ketidakmampuan menginterpretasikan/ mengenal benda yang dilihat dengan menggunakan perasaan spesial. Agnosia adalah hilangnya kemampuan untuk mengenali benda-benda, orang, suara, bentuk/ bau sementara arti tertentu tidak cacat juga tidak ada kerugian memori yang signifikan. Hal ini biasanya berhubungan dengan cedera otak/ penyakit syaraf, khususnya setelah kerusakan pada lobus temporal.
2.2 Et$%l%g$
1.
6troke
&.
7emensia/ gangguan neurologis
4.
3rain damage/ kerusakan otak
%.
7ementia singkat akal
5.
8eurological disorders 0see cogniti#e impairment gangguan syaraf kognitif
).
Hereditary 0turun 9 temurun
'.
Head injury 0cedera kepala
.
3rain infection 0infeksi otak
2.3 Man$festas$ #l$n$s
1.
Ketidakmampuan untuk mengenali obyek
&.
Ketidakmampuan untuk mengenali orang
4
4.
Ketidakmampuan untuk mengenali suara
%.
Ketidakmampuan untuk mengenali suara yang akrab
5.
Ketidakmampuan untuk mengenali bentuk
).
Ketidakmampuan untuk mengenali bau
'.
Ketidakmampuan untuk mengenali benda asing
2.& #las$f$kas$
1.
:isual agnosia dikaitkan dengan lesi kiri lobus oksipital dan lobus temporal. 3anyak pasien telah cacat parah bidang #isual.
&.
;byek #isual adalah ketidakmampuan untuk mengenali obyek. 6ubtipe< a.
=ormulir agnosia< pasien hanya merasakan bagian rincian, bukan keseluruhan objek.
b.
Agnosia finger< ketidakmampuan untuk membedakan jari-jari tangan. Hal ini hadir dalam lesi yang dominan lobus parietal.
c.
6imultanogsia< pasien dapat mengenali objek tetapi tidak bisa membuat sebuah gambar keseluruhan dari rincian. 6imultanagnosia merupakan gejala umum sindrom balint.
d.
Agnosia asosiatif< pasien dapat menggambarkan adegan #isual dan kelas objek tapi masih gagal mengenali mereka. isalnya, pasien mengetahui bahwa garpu adalah suatu yang digunakan untuk makan tetapi tertukar dengan sendok.
e.
Appercepti#e agnosia< pasien yang agnosia appercepti#e tidak mampu untuk menyalin gambar.
f.
Agnosia cermin< pasien tidak dapat mengenali obyek atau akti#itas di kiri atau kanan lapangan pandang mereka. >angguan ini dimana pasien ditunjukkan benda tercermin, dalam cermin pasien tidak dapat menemukan benda tersebut ketika di minta.
g.
(rospagnosia< pasien tidak dapat secara sadar mengenali wajah- wajah akrab, bahkan termasuk mereka sendiri.
%
h.
Ale?ia agnosia< ketidakmampuan untuk mengenali teks.
4.
Agnosia warna< ada perbedaan antara persepsi warna.
%.
Agnosia auditori< mengacu pada gejala yang mirip dengan lingkungan isyarat non #erbal pendengaran.
5.
6omatosensori agnosia/ astereognisa terhubung ke taktil akal yaitu sentuhan. (asien menemukan kesulitan untuk mengenali obyek yang sama dari gambar atau membuat gambar. Hal ini karena terdapat lesi atau kerusakan di korteks somatosensori.
2.' Pat%f$s$%l%g$
erjadinya agnosia karena adanya gangguan #isual otaknya atau disfungsi neurologist akibat dari stroke, demensia gangguan perkembangan atau kondisi neurologis lainnya. Agnosia merupakan hasil kerusakan dari daerah tertentu di otak lobus oksipital atau parietal otak, sehingga pada daerah tersebut terdapat lesi yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf sehingga terjadi berbagai bentuk agnosia.
&.) Pemer$ksaan Penunjang + atau dengan atau tanpa protocol angiographic. *ntuk mengarakteriasi lesi sentral 0infark, perdarahan, massa dan untuk memeriksa atrofi gangguan degeneratif.
2.( Peng%)atan
idak ada pengobatan khusus untuk agnosia. ehabilisasi terapi okupasi dapat membantu pasien belajar untuk mengimbangi kekurangan mereka. etapi terapi tersebut kadang dapat meningkatkan agnosia tergantung pada etiologinya.
5
BAB 3 PEMBAHA"AN
3.1 Asuhan #e*era+atan Agn%s$a
1.
(engkajian a.
dentitas klien
b.
iwayat kesehatan klien< 1
Keluhan utama< kehilangan persepsi
&
iwayat penyakit sekarang< kehilangan memory dan gangguan persepsi
4
iwayat penyakit dahulu< riwayat pernah menderita trauma kepala, stroke
%
iwayat kesehatan keluarga< keluarga mungkin ada yang menderita tumor
c.
(ola =ungsi Kesehatan 1
(ola (ersepsi dan (emeliharaan Kesehatan (erlu bantuan/ tergantung pada orang lain.
&
4
(ola 8utrisi dan etabolik a
(erubahan dalam pengecapan
b
8afsu makan menurun
c
3erat badan menurun
(ola Akti#itas dan @atihan a
Ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dilihat
b
>angguan keterampilan motorik
c
Ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa dilakukannya.
)
%
(ola (ersepsi 6ensori dan Kognitif a
(engingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif dan atau gambaran yang kabur.
b
(enurunan kemampuan, kognitif mengingat yang baru berlalu.
c
(enurunan komunikasi, kesulitan dalam menentukan katakata yang benar.
d
3ertanya berulang-ulang dengan substansi kata yang tidak memiliki arti 0berpenggal-penggal.
&.
e
Kehilangan kemampuan untuk membaca atau menulis.
f
Kesulitan dalam berfikir kompleks dan abstrak.
g
>angguan daya ingat
7iagnosa a.
>angguan persepsi sensori penciuman berhubungan dengan kerusakan saraf olfaktorius.
b.
>angguan
persepsi
sensori
pendengaran
berhubungan
dengan
gangguan penghantaran impuls. c.
4.
isiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan.
nter#ensi 7iagnosa< >angguan persepsi sensori penciuman berhubungan dengan kerusakan saraf olfaktorius.
ujuan< a.
(asien menyatakan penurunan persepsi penciuman hanya berlangsung sementara.
b.
(asien melaporkan peningkatan persepsi penciuman.
c.
(asien menjelaskan cara mengidentifikasi bau yang berbahaya dan mempertahankan lingkungan rumah yang aman.
'
nter#ensi< a.
Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan dokumentasikan. asional< untul menentukan kondisi normal.
b.
imbang berat badan pasien setiap minggu. asional< untuk mendeteksi penurunan berat badan dan memantau kemungkinan malnutrisi.
c.
Ajarkan pasien untuk buang makanan sesuai tanggal kadaluarsa yang tertera dalam kemasan daripada mengandalkan sensasi penciuman pasien. asional< untuk menghindari makanan- makanan basi.
d.
6iapkan pasien untuk menjalani tes diagnostik sesuai program, + scan atau sinar-? tengkorak. asional< sebagai petunjuk penanganan selanjutnya.
7iagnosa< >angguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan gangguan penghantaran impuls.
ujuan< a.
(asien mendiskusikan dampak penurunan pendengaran terhadap gaya hidup.
b.
(asien dapat mempertahankan orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
nter#ensi< a.
3iarkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan pendengarannya. unjukkan keinginan untuk mendengarkan , tetapi jangan memaksa ia untuk berbicara. asional
pasien
berbicara
tentang
penurunan
pendengarannnya
akan
meningkatkan
penerimaannya
terhadap
kehilangan. b.
entukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan pasien, menggunakan sikap tubuh, isyarat, menuliskan kata-kata dan membaca bibir. 3ila pasien memiliki alat bantu dengar, anjurkan untuk menggunakannya. asional<
komunikasi
yang
terencana
dengan
pasien
akan
meningkatkan pemberian perawatan. c.
3erikan penjelasan tentang penanganan, prosedur dan lain-lainnya kepada pasien dengan jelas dan singkat. Hindari pemberian informasi yang berlebihan. Ketika berbicara posisikan menghadap pasien, ucapkan dengan jelas, pelan dan suara bicara normal, hindari menempatkan tangan anda dimulut anda pada saat berbicara. asional< dengan lebih memahami rencana perawatan, pasien akan bekerjasama lebih baik dalam perawatannya.
d.
ujuk pasien kesumber komunitas yang sesuai. asional< tindakan ini membantu pasien dan keluarga melakukan koping terhadap penurunan pendengaran secara lebih baik.
7iagnosa< isiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan.
ujuan< a.
(asien mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera.
b.
(asien dan anggota keluarga atau pemberi asuhan mengembangkan strategi untuk mempertahankan keamanan.
nter#ensi< a.
;bser#asi faktor- faktor yang dapat berkontribusi terhadap cidera. asional<
untuk
meningkatkan
kesadaran
pasien,
anggota
$
keluarga, dan pemberi asuhan. b.
3erikan tempat tidur dengan ketinggian paling rendah dan lakukan pemantauan pada malam hari. asional< tindakan tersebut akan membantu pasien melakukan koping terhadap keadaan sekitar yang tidak familier.
c.
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perlunya penerangan yang aman. asional< tindakan tersebut akan meningkatkan dikriminasi #isual.
d.
3erikan pendidikan tambahan kepada pasien bila diperlukan. asional< pendidikan kesehatan dapat membantu pasien mengambil langkah untuk mencegah cidera.
%.
mplementasi a.
engkaji
kemampuan
pasien
untuk
mencium
bau
dan
mendokumentasikan. b.
enimbang berat badan pasien setiap minggu.
c.
engajarkan pasien untuk membuang makanan sesuai tanggal kadaluarsa yang tertera dalam kemasan daripada mengandalkan sensasi penciuman pasien.
d.
enyiapkan pasien untuk menjalani tes diagnostik sesuai program, + scan atau sinar-? tengkorak.
e.
embiarkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan pendengarannya. enunjukkan keinginan untuk mendengarkan, tetapi jangan memaksa ia untuk berbicara.
f.
enentukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan pasien, menggunakan sikap tubuh, isyarat, menuliskan kata-kata dan membaca bibir. 3ila pasien memiliki alat bantu dengar, menganjurkan untuk menggunakannya.
g.
emberikan penjelasan tentang penanganan, prosedur dan lainlainnya kepada pasien dengan jelas dan singkat. engindari
1!
pemberian informasi yang berlebihan. Ketika berbicara memposisikan menghadap pasien, mengucapkan dengan jelas, pelan dan suara bicara normal,
menghindari
menempatkan
tangan dimulut
pada saat
berbicara. h.
erujuk pasien kesumber komunitas yang sesuai.
i.
engobser#asi faktor- faktor yang dapat berkontribusi terhadap cidera.
j.
emberikan tempat tidur dengan ketinggian paling rendah dan melakukan pemantauan pada malam hari.
k.
engajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perlunya penerangan yang aman.
l.
5.
emberikan pendidikan tambahan kepada pasien bila diperlukan.
#aluasi a.
(asien menyatakan penurunan persepsi penciuman hanya berlangsung sementara.
b.
(asien melaporkan peningkatan persepsi penciuman.
c.
(asien mampu menjelaskan cara mengidentifikasi bau yang berbahaya dan mempertahankan lingkungan rumah yang aman.
d.
(asien mampu mendiskusikan dampak penurunan pendengaran terhadap gaya hidup.
e.
(asien dapat mempertahankan orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
f.
(asien
mampu
mengidentifikasi
faktor-
faktor
yang
dapat
asuhan
dapat
meningkatkan kemungkinan cidera. g.
(asien
dan
anggota
keluarga
atau
pemberi
mengembangkan strategi untuk mempertahankan keamanan.
11
BAB & PENUTUP
&.1 #es$m*ulan
(ada intinya makalah yang kami buat ini merupakan gangguan atau kerusakan dari otak pada daerah tertentu sehingga pada daerah tersebut terdapat lesi yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf sehingga dapat terjadi berbagai bentuk agnosia. 3iasanya diakibatkan oleh stroke, demensia, ataupun cidera otak. *ntuk pengobatan agnosia sementara ini belom bisa ditemukan, hanya rehabilisasi terapi okupasi dapat membantu pasien belajar untuk mengimbangi kekurangan mereka. etapi terapi tersebut kadang dapat meningkatkan agnosia tergantung pada etiologinya.
&.2 "aran
elakukan terapi yang sesuai untuk penderita gangguan seperti ini sangat diperlukan untuk mengurangi kemungkinan penyakit yang lebih kronis. Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain juga diperlukan seperti ahli giBi, dokter, farmasi, dan lain- lainnya untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien dengan kasus agnosia.
1&