BAB I PENDAHULUAN
1.1
Judul Praktikum
: Adsorpsi
1.2
Tanggal Praktikum
: 28 Maret 2015
1.3
Tujuan Percobaan
:
1.
Dapat mengetahui bagaimana proses adsorbsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
2.
Dapat mengetahui konsentrasi dengan menggunakan grafik kali brasi
3.
Dapat menghitung kapasitas penyerapan dengan menggunakan persamaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu fluida, suatu fluida, cairan cairan maupun gas, maupun gas, terikat
suatu
proses
kepada
yang
terjadi
ketika
suatu padatan suatu padatan atau cairan atau cairan (zat
penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida f luida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut substansi terlarut ( soluble) soluble) yang ada dalam larutan, dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi suatu ikatan suatu ikatan kimia fisika kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel, dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atomatom,ion-ion atau molekul-molekul lainnya. Proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) Adsorpsi menggunakan istilah adsorbat dan adsorben, di mana adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbat merupakan suatu media yang diserap (Ketaren, 2008). 2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Adsorpsi
a.
Kecepatan Pengadukan kecepatan pengadukan berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan
kualitas bahan yang di hasilkan. Jika pemgadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan proses adsorpsi akan berjalan lambat juga. Tetapi jika pengadukan terlalu cepat maka akan muncul kemungkinan struktur adsorbat mengalami kerusakan. b.
Luas Permukaan semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak
teradsorpsi.
zat yang akan
c.
Jenis dan Karakteristik Adsorban jenis adsorben yang digunakan umumnya adalah karbon aktif. Ukuran
partikel dan luas permukaan karbon aktif akan menentukan tingkat dan kemampuan adsorpsi. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbsi yaitu tingkat adsorbsi naik jika ukuran partikel kecil. d.
Jenis dan karakteristik adsorbat jeni adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorpsi
dibandingkan rantai yang lurus. Kemampuan adsorpsi adsorbat biasanya akan meningkat jika memiliki polarisabilitas dan berat molekul yang tinggi. e.
Kelarutan Adsorbat senyawa yang terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap
pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
2.1.2 Penentuan Adsorpsi Isoterm
Perubahan
konsentrasi
adsorbat
oleh
proses
adsorpsi
sesuai
denganmekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua diantara isoterm-isotermadsorpsi yang dipelajari: a.
Isotherm Langmuir Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser
(1853-1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobellaureate in Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu: 1.
Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer)
2.
Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan
3.
Semua situs dan permukaannya Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritisdengan
menganggap
terjadinya
kesetimbangan
antara
molekul-molekul
zat
yangdiadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak
teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut:
1 1 = + / () () .......................................................................... (1) C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. b.
Isoterm Adsorpsi Freundlich Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi
Freundlich
situs-situs
aktif
pada
permukaan
adsorben
bersifatheterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut. Log (x/m) = log k + 1/n log c.................................................................(2) Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yangteradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorpsi ini dinyatakansebagai: x/m = k. Cn................................................................................................(3) Dalam hal ini: x
= jumlah zat teradsorpsi (gram)
m
= jumlah adsorben (gram)
C
= konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi: log x/m = log k + n log c...........................................................................(4)
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorpsi menurutiis oterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Ambarita, 2008).
2.1.3 Penyerapan Bahan-bahan Terlarut Dengan Karbon Aktif
Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan karbon aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan karbon aktif. Adsorpsi oleh karbon aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah, dalam Laboratorium manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan karbon aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan padakarbon aktif lebih rendah. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu: a.
Sifat serapan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. b.
Temperatur Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi
sifat-sifat
senyawa
serapan,
seperti
terjadi
perubahan
warnamaupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya.
Untuksenyawa
volatil,
adsorpsi
dilakukan
pada
temperatur
kamar
atau
bilamemungkinkan pada temperatur yang lebih rendah. c.
PH (derajat keasaman) Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsiakan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. d.
Waktu Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu caira dibutuhkan waktu untuk
mencapai
kesetimbangan.
Waktu
yang
dibutuhkan
berbanding
terbalik
dengan jumlah karbon aktif yang digunakan. 2.1.2 Proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1.
Sifat Adsorbat Besarnya adsorpsi zat terlarut tergantung dari kelarutannya. Kenaikan
kelarutan menunjukkan ikatan yang kuat antara zat terlarut dengan pelarut dan aksi yang sebaliknya terhadap adsorpsi oleh adsorben. Makin besar kelarutannya, ikatan antara zat terlarut dan pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena sebelum adsorpsi terjadi diperlukan energi yang besar untuk memecahkan ikatan zat terlarut dengan pelarut.
2.
Konsentrasi Adsorbat Pada umumnya adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi adsorbat tetapi tidak berbanding langsung. Adsorpsi akan konstan jika terjadi kesetimbangan antara konsentarasi adsorbat yang terserap dengan konsentrasi yang tersisa dalam larutan.
3.
Sifat Adsorben Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas
permukaan adsorben akan sangat berpengaruh terutama untuk tersedianya tempat adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan luas permukaan spesifik. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.
4.
Temperatur Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu
adsorpsi akan besar jika temperatur rendah.
5.
Waktu Kontak dan Pengocokan Waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai kesetimbangan
adsorpsi. Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan pengocokan untuk mempercepat proses adsorpsi.
6.
PH (Derajat Keasaman) Asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral, ini disebabkan kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut, sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
2.1.4 Adsorben yang digunakan 1.
Karbon Aktif
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk Karbon yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95 % karbon. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika arang tersebut diaktivasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperatur tinggi, dengan demikian arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m 2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,01-0,0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Pembuatan arang aktif berlangsung 3 tahap yaitu proses dehidrasi, proses karbonisasi dan proses aktivasi (Juliandini dan Yulinah, 2008).
2.1.5 Jenis Adsorbsi Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Adsorpsi fisika
Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals . Adsorpsi fisika terjadi jika daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya. Kerena gaya tarik menarik yang lemah tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi fisika biasanya terjadi pada temperatur rendah sehingga keseimbanganantara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. 2.
Adsorpsi kimia Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarutyang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kaloryang sama dengan panas reaksi kimia. Menurut
Langmuir , molekul
teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya sama dengan yangterjadi
antara
atom-atom
dalam
molekul.
Ikatan kimia
tersebut
menyebabkan pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan film. Adsorpsi memiliki kecepatan, kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika adsorpsi. Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam jangkawaktu tertentu (Ambar, dkk,2012).
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Beker glass 2. Magnetik stirred 3. Stireed 4. Labu ukur 5. Gelas ukur 6. Spektrofotometer 3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Zeolit 2. Aquades 3.2
Cara Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan 2. Buat larutan dalam konsentrasi 5,10, 15, 20, 25 ppm dalam beker glass 3. Tambahkan adsorben dalam masing-masing beker glass 4. Lakukan pengadukan dengan waktu yang ditetapkan 15 menit 5. Diamkan larutan selama 65 menit 6. Analisa adsorben(A) menggunakan Spectrofotometer 7. Hitung konsentrasi dengan menggunakan grafik kalibrasi 8. Hitung persen penyerapan, kapasitas penyerapan dan isoterm 9. Buat grafik Absorbansi Vs Consentrasi. 10. Buat grafik kapasitas penyerapanVs massa Adsorben.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan No
Co/ppm
Ce
Qe
1 2 3 4 5
5 10 15 20 25
3.4 5.8 7.2 9.6 15.14
32 42 52 52 39.44
4.2
% Serapan 0.023 0.036 0.054 0.054 0.047
Ce/Qe
Log Ce
147.836 161.111 133.333 177.777 767.748
0.531 0.763 0.857 0.982 01.18
Log Qe -1.638 -1.443 -1.267 -1.267 -1.705
Pembahasan
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari larutan fluida akan terkontaminasipada permukaan suatu padatan tertentu atau adsorben. Pada percobaan ini adsorbansi tersebut adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) Adsorpsi menggunakan istilah adsorbat dan adsorben, di mana adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbat merupakan suatu media yang diserap. Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yangsesuai. Dari hasil perhitungan dengan konsentrasi larutan masing-masing adalah 5, 10, 15, 20, 25 ppm dan berdasarkan teori perbedaan langmuir isotherm dan freunlich isotherm ialah berdasarkan pengikat adsorben pada permukaan adsorben. Langmuir isotherm menunjukkan adsorben satu lapisan, sedangkan freunlich isotherm menunjukkan adsorben berlapis-lapis pada pori-pori adsorben. Sehingga adsorben dapat dapat dikatakan sebagai suatu zat lain pada proses adsorpsi.
4.2.1 Penyerapan Berdasarkan Persamaan Langmuir 50 y = 111.25x + 8.6553 R² = 0.85
40
e q / 1
30 1/ce vs 1/qe
20
Linear (1/ce vs 1/qe) 10 0 0
0.1
0.2
0.3
0.4
1/ce
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara 1/ce Vs 1/qe Berdasarkan gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa nilai nilai R 2 yang di dapatkan adalah 0,85. Dan berdasarkan teori langmuir proses adsorpsi terdiri dari dua proses yang berlawanan yaitu kondensassi molekul-molekul teradsolosasi menuju permukaan dan menguap kembali kedalam larutan. Langmuir isoterm hanyak menunjukkan absorben terikat hanya satu (monolayer). Isoterm langmuir ini berasumsi bahwa absorben mempunyai permukaan yang homoggen dan hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorpbat untuk se tiap molekul absorbennya.
4.2.2 Penyerapan Berdasarkan Persamaan Freunlidch 0 0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
-0.5 e q g o L
-1
y = 0.0065x - 1.4696 R² = 6E-05
Linear (Log ce vs log qe)
-1.5
-2
Log ce vs log qe
Log ce
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara log ce dengan log qe
Dari gambar 4.2 diatas dapat kita lihat hasil plot nilai R 2 yang didapat lebih rendah dari isoterm langmuir. Maka percobaan yang dilakukan ini berlaku untuk isoterm langmuir, ini disebabkan langmuir dipengaruhi oleh material padat secara kuantitatif dan merupakan tinjauan teoris proses adsorpsi. Pada isoterm freunlich untuk konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan freuunlich. Isoterm ini bedasarkan asumsi bahwa absorben mempunyai perrmukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan yaitu : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi yaitu luas permukaan, absorben, ukuran partikel, konsentrasi dan lainnya 2. Proses penyerapan yang dilakukan pada praktikum ini merupaka proses penyerapan fisika karena menggunakan karbon aktif 3. Semakin tinggi konsentrasi zat warna yang digunakan, maka akan semakin banyak waktu yang di butuhkan untuk terjadi penyerapan 4. Proses adsorpsi yang terjadi pada perrcobaan ini adalah secara monolayer dimana pada permukaan hanya terikat satu lapisan 5.2
Saran
Sebaiknya pada proses analisa dengan menggunakan alat spetrofotometer sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, karena dapat mempengaruhi hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Adsorpsi isotherm. Http://transtutor.com. Ambarita, Nishio. 2008. Adsorpsi. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Ambar, dkk. 2012. Adsorbsi. http://kimia08. wordpress.com/2012/05/13/adsorpsi/ Diakses 2Juni 2014 16. 20 WITA Mc. Cabe and smitch and Harriot E. Josifi. 1989. Operasi Teknik Kimia Jilid 1 dan 2 Serta 3 Edisi ke 4.Erlangga: Jakarta. Weisermel. k. 1997. Industry Organik Chemistry, 3 rd Edision. vHc. York.
LAMPIRAN B PERHITUNGAN B.1 Perhitungan
% penyerapan
0.8 0.7
y = 0.03x - 0.1 R² = 0.9375
0.6
i s n0.5 a b r 0.4 o s b0.3 A
grafik kalibrasi Linear (grafik kalibrasi)
0.2 0.1 0 0
10
20
30
Konsentrasi awal
Gambar B.1 grafik kalibrasi a.
5 ppm Diketahui : Co : 5 ppm Ce : 3.4 ppm Pada konsentrasi 5 ppm =
− 5 – 3.4 x 100 % = 5 x 100 % = 32 %
y = Adsorbansi akhir, subtitusikan ke persamaan y
= 0.0281 x – 0.0805
0.031
= 0.0281 x – 0.0805
0.0281 x
= 0.031 + 0.0805
x
=
x
= 3.4 ppm
0.115 0.0281
Kapasitas penyerapan Qe = Qe =
− × v (L) 5−3.4 × 3.4 0.05
= 0.023 mg/g
b. 10 ppm Y
= 0.0281 x – 0.0805
0.082
= 0.0281 x – 0.0805
0.0281 x = 0.082 + 0.0805
0.1625 0.0281
x
=
x
= 5.8 ppm
% penyerapan
− × 100 % 10−5.8 = 10 × 100 %
%=
= 42 % Kapasitas penyerapan
− × v (L) 10−5.8 = 5.8 × 0.05
Qe =
= 0.036 mg /g
c. 15 ppm y
= 0.0281 x – 0.0805
0.121
= 0.0281 x – 0.0805
x
=
x
= 7.2 ppm
0.2015 0.0281
% penyerapan %
co − ce × 100 % 15−7.2 = 15 × 100 %
=
= 52 %
Kapasitas penyerapan
− × v (L) 15−7.2 = 7.2 × 0.05
Qe =
= 0.054 mg/g
d. 20 ppm y
= 0.0281 x - 0.0805
0.0189
= 0.0281 x - 0.0805
0.0281 x = 0.819 + 0.0805
0.2695 0.0281
x
=
x
= 9.6 ppm
% penyerapan %
0− × 100 % 20−9.6 = 20 × 100 %
=
= 52 %
Kapasitas penyerapan qe
− × v 20−9.6 = 9.6 × 0.05
=
= 0.054 mg/g
e. 25 ppm y
= 0.0281 x - 0.0805
0.345
= 0.0281 x - 0.0805
0.0281 x = 0.343 + 0.0805
0.4255 0.0281
x
=
x
= 15.14 ppm
% penyerapan
0− × 100 % 25−15.14 = 25 × 100 %
%=
= 39.44 %
Kapasitas penyerapan
− × v 25−15.14 = 25 × 0.05
qe =
= 0.01972 mg/g
B.2 Isoterm Freunlich 0 -0.2 0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
-0.4 -0.6 e q
-0.8
g o L
-1
Log ce vs log qe y = 0.0065x - 1.4696 R² = 6E-05
-1.2
Linear (Log ce vs log qe)
-1.4 -1.6 -1.8
Log ce
Gambar B.2 grafik isoterm Freunlich
y = 0.006 x - 1.469 qe = Kf
×
1
log qe = log Kf + log Ce y
= ax + b
y
= log Kf
a
=
maka :
→ y = b + ax
1 b
= log KF
n = n =
1
-1.469 = log Kf
1 0.006
n = 166.6
−1.469
Kf`
=
Kf
= 0.230
B.3 Isoterm Langmui 50 y = 111.25x + 8.6553 R² = 0.85
40 e q / 1
30 1/ce vs 1/qe
20
Linear (1/ce vs 1/qe)
10 0 0
0.1
0.2
0.3
0.4
1/ce
Gambar B.3 grafik isoterm langmuir
y
= 111.2 x + 8.655
1 1
×× 1+ × 1+ × = × × 1 1 = + × ×
y
= ax + b
y
=
1
=
1 ×
qe =
a
,
b =
1
maka : b 8.655 qm
1 1 = 1 = 8.655 =
a 111.2 Kl
1 1 = 0.115 1 = 12 84 =
qm
= 0.1155
Kl
= 0.77