147
I.
TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konsentrasi larutan elektrolit dengan pengukuran
konduktansinya dengan bantuan kurva standar dan dengan metode pengenceran. II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Konduktometri Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan Ohm -1. Bila arus listrik dialirkan kedalam suatau larutan melalui dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l) G= 1/R = k(A/l) .................................................................. ............................................................................(1) ..........(1) Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan Ohm -1 cm-1 (Tim Dosen Kimia Analitik, 2010). Titrasi konduktimetri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu tinggi., misalnya titrasi Fe+ dengan KMnO , dimana perubahan sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktansi total (Khopkar, 2008).
B.
Macam- macam Titrasi dengan Dasar Konduktometri Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam- macam titrasi. Titrasi konduktometri tidak jauh berbeda dari titrasi- titrasi lainnya, yang membedakan hanya terdapat pada cara untuk mengetahui titik ekivalen dari suatu larutan. Titrasi konduktometri lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainnya. Meskipun metode titrasi konduktometri ini memiliki kelemahan, namun ada pula kelebihannya misalnya titik ekivalen dari suatu larutan dapat diketahui daya hantar pada larutan yang diukur bila daya hantar sudah konstan berarti titrasi sdah
147
148
mencapai ekivalen. Selain itu titrasi konduktometri ini tidak memerlukan indikator ( Muizliana, 2010). Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya hantarannya tidak berfungsi secara linier dengan konsentrasi ( Khopkar, 2008). Hal-hal yang diperlukan dalam pengukuran daya hantar listrik (Muizliana, 2010): 1. Sumber Listrik Hambatan arus DC melalui larutan merupakan proses faraday yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. 2. Tahanan Jembatan Jembatan wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya hantar. 3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambahkan efektivitas permukaan elektroda. Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan titrasi (Muizliana, 2010): 1. Penyesuaian pH Untuk titrasi EDTA, pH larutan sangat menentukan sekali, seringkali harus harus dicapai batas- batas dari 1 satuan pH dan batas-batas dari 0,5 satuan pH harus dicapai agar suatu titrasi sukses dilakukan. 2. Pemekatan ion logam yang akan dititrasi Kebanyakan titrasi berhasil dengan baik dengan 0,25 mol dari logam yang bersangkutan dalam volume 50150 cm larutan.
149
3.
4. 5. 6. C.
Banyak indikator Penambahan indikator yang terlalu banyak merupakan kesalahan yang harus dihindari. Banyak indikator memperlihatkan dikroisme yaitu terjadi suatu perubahan warna peralihan pada satu dua tetes sebelum titik akhir titrasi yang sebenarnya. Pencapaian titik akhir. Deteksi perubahan warna. Metode lain untuk mendeteksi titik akhir.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan dibagi menjadi dua jenis yaitu (Ahmad, 2001): 1. Larutan elektrolit Larutan eloktrolit seringkali diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat adalah elektrolit suatu senyawa bila dilarutkan dalam pelarut akan maenghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Sedangkan elektrolit lemah adalah elektrolit yang sifat penghantar listriknya buruk. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa, dan garam. 2. Larutan non elektrolit Larutan non elektrolit merupakan senyawa bila dilarutkan dala pelarut akan menghasilkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperature hanya bergantung pada ion- ion yang ada dan konsentrasi ion- ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang terpisah ion satu sama ion lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek- efek antara ionik untuk elektrolit- elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah ( Muizliana, 2010).
150
Untuk elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar Ao dapat dilakukan dengan meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah dan lalu mengektropolasi nol. Untuk elektrolit lemah seperti asam asetat dan ammonia metode ini tidak dapat digunakan karena disosiasinya adalah jauh dari sempurna pada konsentrasi terendah yang dapat di ukur dengan baik ( 10-14). Namun, konduktansi batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum migrasi tak bergantung (independen) dari ion ( Svehla, 1990).
151
III.
ALAT DAN BAHAN A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan konduktometri dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat-alat percobaan konduktometri No.
B.
Alat
Ukuran (ml)
Jumlah
50
1
1.
Buret
2.
Botol Timbang
-
1
3.
Corong Kaca
-
1
4.
Erlenmeyer
100
3
5.
Gelas Beker
250
2
6.
Gelas Arloji
-
1
7.
Karet Hisap
-
1
8.
Labu Ukur
100,250
2,1
9.
Multitester
-
1
10.
Pipet volume
25
1
11.
Pipet Tetes
-
1
12.
Pipet Ukur
10
1
13.
Pengaduk Kaca
-
1
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan konduktometri dapat diliat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan-bahan percobaan konduktometri No. 1.
Bahan Aquades
Massa (gr)
Volume (ml)
ρ (gr/ml)
Kadar (%)
-
Secukupnya
-
-
151
152
2.
HCl
2,95
2,478
1,19
37
3.
NaOH
8,08
-
-
99
4.
Asam oksalat
3,167
-
-
99,5
153
C.
Gambar Alat
1. 2. 3. 4.
Keterangan Jarum Penunjuk Multitester Tombol Pengatur Nol Ohm Terminal Gambar 1. Rangkaian Alat Multitester.
154
IV.
CARA KERJA A. Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan Asam Oksalat 0,5 N
Cara kerja dalam standarisasi NaOH yang pertama adalah membuat larutan NaOH 0,8 N dalam 250 ml dan membuat larutan asam oksalat 0,5 N dalam 100 ml. dalam membuat larutan NaOH dan asam oksalat yang dilakukan adalah menimbang massa masing- masing bahan. Untuk NaOH adalah 8,08 gram sedangkan asam oksalat sebanyak 3,167 gram. Setelah menimbang, melarutkan masing- masing bahan ke dalam gelas beker dengan aquades. Kemudian memasukkan larutan ke dalam labu ukur. Memasukkan NaOH ke dalam labu ukur 250 ml dan memasukkan asam oksalat kedalam labu ukur 100 ml. setelah itu melakukan penambahan aquades sampe tanda batas pada masing-masing labu ukur, kemudian mengocok hingga homogen. Langkah selanjutnya adalah menuangkan larutan NaOH ke dalam buret. Setelah itu, menyiapkan 10 ml asam oksalat ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP. setelah itu, menitrasi larutan NaOH dengan asam oksalat sampai warna bening menjadi merah muda. Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. Langkah terakhir mencatat volume rata- rata. B.
Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan HCl 0,3 N Langkah pertama adalah menimbang NaOh sebanyak 8,08 gram dan mengambil larutan HCl sebanyak 2,478 ml. selanjutnya melarutkan NaOH ke dalam gelas beker dengan aquades. Melarutkan HCl ke dalam gelas beker dengan aquades. Kemudian memasukkan NaOH dan HCl ke dalam labu ukur masing- masing 250 ml dan 100 ml. menambahkan aquades ke dalam masingmasing labu ukur tersebut sampai tanda batas. Dan mengocoknya sampai homogen. Langkah kedua adalah menuangkan larutan NaOH ke dalam buret. Setelah itu, menyiapkan 10 ml HCl ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP. setelah itu, menitrasi larutan NaOH dengan HCl sampai warna bening menjadi merah muda. Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. Langkah terakhir mencatat volume rata- rata.
C.
Pembuatan Kurva Standar Pertama- tama mengambil 50 larutan HCl dan memasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian mengukur hambatan larutan HCl dengan multitester. Sebelumnya, menetralkan multitester dengan
154
155
mencelupkan ke dalam aquades. Setelah menetralkan, menyatukan kedua ujung (+) dan (-) sampai jarum menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya, mengukur hambatan dengan dengan cara mencelupkan ujung (+) dan (-) ke dalam larutan HCl secara terpisah. Terakhir mencatat hasil hambatan. Langkah berikutnya, mengambil 25 ml larutan HCl yang sudah diukur konduktivitasnya. Lalu mengencerkan dengan aquades sampai volume 100 di dalam labu ukur. Setelah itu, mengambil 50 ml larutan HCl dan mengukur konduktivitasnya. Melakukan pengenceran dan pengukuran konduktivitas sebanyak 6 kali. D.
Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan HCl Sampel Langkah pertama adalah menimbang NaOh sebanyak 8,08 gram. selanjutnya melarutkan NaOH ke dalam gelas beker dengan aquades. Kemudian memasukkan NaOH ke dalam labu ukur 250 ml. Menambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Dan mengocoknya sampai homogen. Langkah kedua adalah menuangkan larutan NaOH ke dalam buret. Setelah itu, menyiapkan 10 ml HCl sampel ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP. setelah itu, menitrasi larutan NaOH dengan HCl sampai warna bening menjadi merah muda. Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. Langkah terakhir mencatat volume rata- rata.
E.
Menghitung Konduktivitas Larutan HCl Sampel Pertama- tama mengambil 50 larutan HCl sampel dan memasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian mengukur hambatan larutan HCl sampel dengan multitester. Sebelumnya, menetralkan multitester dengan mencelupkan ke dalam aquades. Setelah menetralkan, menyatukan kedua ujung (+) dan (-) sampai jarum menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya, mengukur hambatan dengan dengan cara mencelupkan ujung (+) dan (-) ke dalam larutan HCl sampel secara terpisah. Terakhir mencatat hasil hambatan. Langkah berikutnya, mengambil 25 ml larutan HCl sampel yang sudah diukur konduktivitasnya. Lalu mengencerkan dengan aquades sampai volume 100 di dalam labu ukur. Setelah itu, mengambil 50 ml larutan HCl sampel dan mengukur konduktivitasnya. Melakukan pengenceran dan pengukuran konduktivitas sebanyak 6 kali.
156
Diagram Alir 1.
Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan Asam Oksalat 0,5 N
NaOH 0,8 N dalam
Asam oksalat 0,5 N
250 ml aquades
dalam 100 ml aquades
Buret
Erlenmeyer
Standarisasi
Terjadi perubahan warna
Catat volume NaOH
Ulangi 3 kali
Indikator PP
157
2.
Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan HCl 0,3 N
NaOH 0,8 N dalam
HCl 0,3 N dalam 100
250 ml aquades
ml aquades
Buret
Erlenmeyer
Standarisasi
Terjadi perubahan warna
Catat volume NaOH
Ulangi 3 kali
Indikator PP
158
3.
Pembuatan Kurva Standar
50 ml larutan
Gelas beker
multitester
HCl
6
4.
kali Diencerkan sampai
25 ml larutan
volume 100 ml
HCl
Standarisasi Larutan NaOH 0,8 N dengan HCl Sampel
NaOH 0,8 N dalam
10 ml larutan HCl
250 ml aquades
sampel
Buret
Erlenmeyer
Standarisasi
Terjadi perubahan warna
Catat volume NaOH
Ulangi 3 kali
Indikator PP
159
5.
Menghitung Konduktivitas Larutan HCl Sampel
50 ml larutan
Gelas beker
multitester
HCl sampel
6
kali Diencerkan sampai
25 ml larutan
volume 100 ml
HCl sam el
160
V.
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Konsentrasi larutan HCl sampel dengan cara titrasi sebesar 0,207 N. 2. Konsentrasi larutan HCl sampel dengan bantuan kurva standar sebesar 0,083 N. 3. Pada pembuatan kurva standar diperoleh persamaan y = −0,0926x 0,1077 dan R = 0,0247 B. Pembahasan Konduktometri termasuk salah satu metode elektroanalitik yang berdasarkan pada konduktansi atau daya hantar listrik suatu elektrolit menggunakan elektroda. Titrasi konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam menghantarkan muatan listrik di antara dua elektroda melalui tindakan titrasi. Pengukuran konduktovitas dapat pula digunakan untuk penentuan titik ahir titrasi. Prinsip dasar dari metode ini adalah substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas tertentu oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Pada percobaan ini raksi yang terjadi saat standarisasi larutan NaOH 0,8 N dengan Asam Oksalat 0,5 N adalah:
2 NaOH H C O . H O → Na C O H O..................(2) Sedangkan reaksi yang terjadi saat titrasi Standarisasi larutan NaOH 0,8 N dengan HCl 0,3 N adalah:
HCl NaOH → NaCl H O............................................(3) Titrasi konduktometri tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan titik ekivalen dapat diamati dengan mudah melalui grafik antara volume titran yang ditambahkan dan besarnya konduktansi suatu larutan hasil titrasi tersebut. Titrasi konduktometri dapat dilakukan jika larutan-larutan yang akan digunakan dapat membentuk suatu larutan elektrolit. Larutan elektrolit tersebut dapat menghantarkan arus listrik atau aliran elektron sehingga mempunyai daya hantar. Larutan elektrolit biasanya merupakan garam karena dalam air dapat mengion dan menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri juga dapat dilakukan terhadap asam lemah dan basa
161
lemah, asam kuat dan basa kuat, maupun asam kuat dengan basa lemah seperti yang dipraktikumkan kali ini. Titrasi konduktometri ini tidak dapat dilakukan pada larutan non elektrolit atau larutan yang tidak dapat menghasilkan ion-ion dalam air. Titrasi konduktometri ini akan dipengaruhi oleh faktor suhu dan konsentrasi. Suatu ion dalam sebuah larutan akan bergerak bebas. Ketika dipanaskan atau diberikan kenaikan suhu maka gerakan dari ion-ion dalam larutan akan semakin acak sehingga kemampuan untuk menghantarkan elektron atau listrik akan semakin meningkat. Hal ini berati konduktansinya meningkat. Begitu sebaliknya jika suhu diturunkan. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak jumlah ion-ion yang berada dalam larutan akibatnya kemungkinan menghantarkan listrik akan semakin meningkat. Ketika konsentrasi diturunkan maka jumlah ion dalam satuan volum pelarut akan menurun sehingga konduktansi akan menurun juga. Muatan ion juga mempengaruhi, misalnya ion A 2- akan lebih mudah menghantarkan listrik dibandingkan A-. Pergerakan ion dalam larutan selain pengaruh suhu juga mempengaruhi konduktansi, di antarnya penggunaan pelarut air yang berlebih menyebabkan pergerakan ion lambat, viskositas yang terlalu besar juga menyebabkan ion menjadi lebih lambat. Pergerakan ion yang lambat akan menurunkan konduktansi. Titrasi konduktometri dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer untuk mempermudah dalam pengukuran konduktansi suatu larutan. Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ionion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat). Bilangan R pada kurva standar merupakan tingkat atau derajat konsentrasi yang mungkin dilakukan dalam praktikum atau data yang diperoleh. Jika data R yang diperoleh mendekati 1 maka kesalahan korelasi akan semakin kecil. Namun pada percobaaan ini, diperoleh nilai sebesar 0,0247. Ini berarti terjadi kesalahan pada saat
162
percobaan. Kesalahan terjadi bisa dikarenakan kondisi alat yang kurang bagus atau pada indra penglihatan.
Konduktansi vs Konsentrasi 0.16 0.14 0.12 Konduktansi 0.1 0.08 (1/Ω) 0.06 0.04 0.02 0
y = -0.0926x + 0.1077 R² = 0.0247 Konduktansi Linear (Konduktansi)
0
0.05
0.1
0.15
konsentrasi (N)
Grafik 1. Hubungan antara konsentrasi dengan konduktansi
163
VI.
KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut: 1. Konsentrasi larutan HCl sampel dengan cara titrasi sebesar 0,207 N. 2. Konsentrasi larutan HCl sampel dengan bantuan kurva standar sebesar 0,083 N. 3. Pada pembuatan kurva standar diperoleh persamaan y = −0,0926x 0,1077 dan R = 0,0247
163
164
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. 2001. “Kimia Larutan”. Jakarta: PT. Cipta Aditya Bakti. Khopkar, S.M. 2008. “ Konsep Dasar Kimia Analitik ”. Jakarta :UI Press Muizliana, Choir. 2010. “Percobaan 5 Konduktometri”. http//choalialmu89. blogspot.com/2010/10/percobaan 5 konduktometri. html diakses pada hari Selasa tanggal 01 Oktober 2013 Svehla, G. 1990. “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. “Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen”. Makasar: Laboratorium, FKIPA, UNM
164
165
Surakarta, 04 Oktober 2013 Asisten Pembimbing
Praktikan 1. Irfani Dawamia Karda 2. Tiara Nurazizah
Nur Hidayati Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Nur Hidayati Ph.D
166
VII.
LAMPIRAN A. Data Percobaan
1. Standarisasi larutan NaOH 0,8 N dengan asam oksalat 0,5 N Tabel 3. Data standarisasi NaOH dengan asam oksala t NO.
Larutan
1.
NaOH
2.
Asam Oksalat
Volume (ml) I 11,5
II 11,7
III 12
10
10
10
Volume ratarata (ml) 11,37 10
2. Standarisasi larutan NaOH 0,8 N dengan asam oksalat 0,3 N Tabel 4. Data standarisasi NaOH dengan HCl 0,3 N NO.
Larutan
1. 2.
NaOH HCl
Volume (ml) I II III 9,4 9,1 9,5 10 10 10
Volume ratarata (ml) 9,33 10
3. Pembuatan kurva standar Tabel 5. Data hambatan dan konduktivitas HCl 0,3 N NO.
Pengenceran
Hambatan (Ω)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
0 1 2 3 4 5 6
10 11 7 8 9 10 13
Konduktivitas (1/Ω) 0,1 0,09 0,14 0,125 0,111 0,1 0,076
4. Standarisasi larutan NaOH 0,8 N dengan HCl sampel Tabel 6. Data standarisasi NaOH dengan HCl sampel NO.
Larutan
1.
NaOH HCl sampel
2.
Volume (ml) I II III 4,9 4,6 5,1 10
166
10
10
Volume ratarata (ml) 4,867 10
167
5. Menghitung konduktivitas larutan HCl sampel Tabel 7. Data konduktivitas larutan HCl sampel
B.
NO. 1. 2. 3.
Pengenceran 0 1 2
Konduktivitas 0,125 0,111 0,1
4. 5. 6.
3 4 5
0,090 0,076 0,066
7.
6
0,058
Perhitungan 1. Menentukan massa NaOH 0,8 N dalam 250 ml Diketahui : BM = 40 gr/ml V = 250 ml N = 0,8 N Valensi= 1 Kadar = 99 % Ditanya : m......? Jawab
:
m =
X
=
B si
X
X
/
kd
X
, ,
=8,08 gram 2. Menentukan massa asam oksalat 0,5 N dalam 100 ml Diketahui : BM = 126,07 gr/ml N = 0,5 N V = 100 ml Valensi= 2 Kadar = 99,5 % Ditanya : m......? Jawab
:
m =
X
=
B si
X
X
kd
, /
=3,167 gram
X
, ,
168
3. Menentukan massa dan volume HCl 0,3 N dalam 100 ml Diketahui : BM = 36,5 gr/ml N = 0,3 N V = 100 ml Valensi= 1 Kadar = 37 % ρ = 1,19 gr/ml Ditanya : m......? Jawab
:
m =
X
=
B si
X
X
kd
, /
X
, ,
=2,95 gram
V=
m ρ
=
2,95 gr 1,19 gr/ml
= 2,478 ml
4. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat Diketahui : V = 11,73 ml = 10 ml Vs okst = 0,5 N Ns okst Ditanya : N ......? Jawab : (V . N) = (V . N)s okst
N
= =
( .) ., ,
= 0,426 N
5. Standarisasi larutan HCl dengan NaOH Diketahui : V = 10 ml = 9,33 ml V = 0,426 N N Ditanya : N ......? Jawab : (V . N) = (V . N)
169
N
= =
( .) , .,
= 0,397 N
6. Standarisasi larutan HCl sampel dengan NaOH Diketahui : V sp = 10 ml
Ditanya
= 4,867 ml V = 0,426 N N : N sp ......?
Jawab
: (V . N) sp
= (V . N)
N sp
= =
( .) sp , .,
= 0,207 N
7.
Menentukan konsentrasi larutan HCl sampel berdasarkan kurva standar (untuk pengenceran ke-0) Diketahui : V = 100 ml V = 25 ml = 0,397 N N Ditanya : N ......? Jawab : (V . N) = (V . N)
N
= =
( .) .,
= 0,099 N Dengan rumus dan perhitungan yang sama didapatkan konsentrasi masing- masing pengenceran sebagai berikut:
170
Tabel 8. Data konsentrasi HCl sampel berdasarkan pengenceran
8.
NO. 1. 2. 3.
Pengenceran 0 1 2
Konsentrasi (N) 0,099 0,024 0,0062
4. 5. 6.
3 4 5
0,00155 0,0003875 0,000097
7.
6
0,0000242
Menentukan konsentrasi sampel HCl berdasarkan kurva standar HCl untuk pengenceran Diketahui :R = 10 Ω
y
= konduktivitas = =
= 0,1
x = konsentrasi : x......? y : = −0,0926x 0,1077 0,1 = 0,1077 − 0,1 = 0,0077 0,0926x = 0,083 x
Ditanya Jawab
Tabel 10. Konsentrasi larutan HCl berdasarkan kurva standar HCl No. 1. 2.
Pengenceran 0 1
Hambatan (Ω) 10 11
Konduktansi (1/Ω) 0,1 0,09
Konsentrasi (N) 0,099 0,024
3. 4.
2 3
7 8
0,14 0,125
0,0062 0,00155
5. 6. 7.
4 5 6
9 10 13
0,111 0,1 0,076
0,0003875 0,000097 0,0000242
171
Konduktansi vs Konsentrasi 0.16 0.14 y = -0.0926x + 0.1077 R² = 0.0247
0.12 0.1 Konduktansi 0.08 (1/Ω)
Konduktansi
0.06
Linear (Konduktansi)
0.04 0.02 0 0
0.05
0.1
0.15
konsentrasi (N)
Grafik 2. Hubungan antara konsentrasi dengan kondukansi
172
LAPORAN SEMENTARA KONDUKTOMETRI
Kelompok : 22 NO. NAMA NIM 1. Irfani Dawamia Karda D500120044 2. Tiara Nurazizah D500120076 Hari/ tanggal percobaan : jumat, 04 Oktober 2013 Asisten pembimbing
: Nur Hidayati
1. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat Normalitas asam oksalat : 0,5 N NO.
larutan
1.
NaOH Asam Oksalat
2.
Volume (ml)
Volume rata- rata (ml)
I 11,5
II 11,7
III 12
10
10
10
10
I
Volume (ml) II
III
Volume rata- rata (ml)
9,4 10
9,1 10
9,5 10
9,33 10
11,37
2. Standarisasi HCl dengan NaOH NO.
larutan
1. 2.
NaOH HCl
3. Kurva standar NO. 1.
Pengenceran 0
Hambatan (Ω) 10
Konduktivitas (1/Ω) 0,1
2. 3.
1 2
11 7
0,09 0,14
4. 5. 6.
3 4 5
8 9 10
0,125 0,111 0,1
7.
6
13
0,076
173
4. Standarisasi HCl sampel dengan NaOH NO.
larutan
1. 2.
NaOH HCl sampel
Volume (ml) I II III 4,9 4,6 5,1 10 10 10
5. Konduktivitas larutan HCl sampel NO.
Pengenceran
Konduktivitas
1. 2.
1 6
0,111 0,058
Volume rata- rata (ml) 4,867 10
174
Surakarta, 04 Oktober 2013 Praktikan 1. Irfani Dawamia Karda 2. Tiara Nurazizah
Asisten Pembimbing
Nur Hidayati Laboran
Hartini, S.T