MAKALAH PKG DASAR Langkah-langkah Melakukan Edukasi, Penyuluhan, dan Nasehat/Konseling Gizi dengan Media Tradisional
PENYUSUN :
Diasnita Naomi
(P23131116047)
Fahri Muhammad Muhammad Farhan
(P23131116050)
Noni Pratiwi
(P23131116061) (P23131116061)
JURUSAN GIZI PRODI SARJANA TERAPAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Terdapat dua media dalam berkomunikasi, yaitu media modern dan media tradisional. Contoh dari media modern adalah seperti internet, televisi, radio dan telepon. Sedangkan media tradisional contohnya seperti cerita rakyat, puisi rakyat, alat bunyi-bunyian, dan lainlain. Kedua media tersebut bisa digunakan dalam melakukan komunikasi-komunikasi bidang kesehatan. Namun, dalam perkembangan zaman yang seperti sekarang, media tradisional sudah jarang dilakukan terutama masyarakat di daerah perkotaan. Namun di beberapa kesempatan, media tradisional bisa digunakan dalam berkomunikasi dengan masyarakat yang berada di pedesaan, karena masyarakat pedesaan cenderung lebih akrab dan lebih menyatu dengan media tersebut sehinggai penggunaannya menjadi lebih mudah dipahami.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan media tradisional? 2. Apa saja bentuk komunikasi media tradisional? 3. Bagaimana peran media tradisional dalam komunikasi bidang kesehatan? 4. Bagaimana langkah yang tepat untuk melakukan edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi dengan media tradisional? 5. Bagaimana media tradisional dapat digunakan dalam melakukan edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian media tradisional. 2. Untuk mengetahui bentuk media tradisional. 3. Untuk mengetahui peran media tradisional dalam komunikasi bidang kesehatan. 4. Untuk mengetahui langkah yang tepat untuk melakukan edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi dengan media tradisional.
5. Untuk mengetahui bagaimana media tradisional dapat digunakan dalam melakukan
edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Dapat mengetahui pengertian media tradisional. 2. Dapat mengetahui bentuk media tradisional. 3. Dapat mengetahui peran media tradisional dalam komunikasi bidang kesehatan. 4. Dapat mengetahui langkah yang tepat untuk melakukan edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi dengan media tradisional. 5. Dapat mengetahui bagaimana media tradisional dapat digunakan dalam melakukan
edukasi, penyuluhan, dan konseling gizi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Tradisional
Media tradisional dikenal sebagai media rakyat atau kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (dalam Jahi, 1988) mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik. Di berbagai daerah di Indonesia, media komunikasi tradisional tampil dalam berbagai bentuk dan sifat, sejalan dengan variasi kebudayaan yang ada di daerah-daerah itu. Misalnya, tudung sipulung (duduk bersama), ma’bulo sibatang (kumpul bersama dalam sebuah pondok bambu) di Sulawesi Selatan (Abdul Muis, 1984) dan selapanan (peringatan pada hari ke-35 kelahiran) di Jawa Tengah. Di samping itu, boleh juga ditunjukkan sebuah instrumen tradisional seperti kentongan yang masih banyak digunakan di Jawa. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang mengandung makna yang berbeda, seperti adanya kematian, kecelakaan, kebakaran, pencurian dan sebagainya, kepada seluruh warga masyarakat desa, jika dibunyikan dengan irama-irama tertentu.
2.2 Ragam Media Tradisional
Nurudin (2004) mengatakan bahwa media tradisional (folklor) tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Bentuk-bentuk folklor tersebut antara lain: a. Cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng); b. Ungkapan rakyat (peribahasa, pemeo, pepatah); c. Puisi rakyat; d. Nyanyian rakyat; e. Teater rakyat; f. Gerak isyarat (memicingkan mata tanda cinta); g. Alat pengingat (mengirim sisrih berarti meminang); dan h. Alat bunyi-bunyian (kentongan, gong, bedug dan lain-lain). 2.3 Fungsi Media Tradisional
William Boscon (dalam Nurudin, 2004) mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklor sebagai media tradisional adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sistem proyeksi. 2. Sebagai penguat adat. 3. Sebagai alat pendidik. 4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma dipatuhi.
Sifat kerakyatan bentuk kesenian ini menunjukkan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di lingkungannya dan biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan dan tidak memerlukan banyak biaya (murah). Sifat-sifat umum media tradisional ini, antara lain mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah, dan sebagainya. Disssanayake (dalam Jahi,1988) menambahkan bahwa media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan simbol-simbol yang mudah dipahami oleh rakyat, dan mencapai sebagaian dari populasi yang berada di luar jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses komunikasi. 2.4 Peran Media Tradisional dalam Sistem Komunikasi dan Bidang Kesehatan (Gizi)
Media tradisional mempunyai nilai yang tinggi dalam sitem komunikasi karena memiliki posisi khusus dalam sistem suatu budaya. Sebagian dari media rakyat ini, meskipun bersifat hiburan dapat juga membawa pesan-pesan pembangunan karena media tersebut juga menjalankan fungsi pendidikan pada khalayaknya. Oleh karena itu, ia dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan kepada khalayak (warga masyarakat). Ia dapat juga menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, norma sosial, dan falsafah sosial (Budidhisantosa, dalam Amri Jahi 1988). Dalam bidang kesehatan terutama gizi, media tradisional bisa digunakan dalam penyampaian informasi kesehatan melalui edukasi, penyuluhan, dan nasehat/konseling gizi. Hal tersebut dilakukan jika tidak adanya media-media modern (elektronik) yang bisa digunakan, contohnya pada masyarakat pedesaan. Selain itu, penggunaan media tradisional untuk edukasi, penyuluhan, dan nasehat/konseling gizi dapat lebih mengena efeknya terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan karena masyarakat pedesaan sering menggunakan media tradisional sebagai media penyampai pesan.
2.5 Langkah Pelaksanaan Edukasi Gizi dengan Media Tradisional
Langkah Pelaksanaan Penyuluhan Gizi dengan Media Tradisional
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan dengan media tradisional, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat bidang gizi dengan media tradisional adalah sebagai berikut (Effendy, 1998): 1. Sudah memahami dan mengkaji kebutuhan gizi masyarakat. 2. Merumuskan masalah kesehatan gizi di masyarakat. 3. Menyusun prioritas masalah. 4. Mempersiapkan segala perencanaan pelaksanaan penyuluhan. a. Menetapkan tujuan b. Menentukan sasaran c. Menyusun materi / isi penyuluhan d. Memilih bentuk media tradisional yang tepat e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan f. Penentuan kriteria evaluasi 5. Memperhatikan keberhasilan penyuluhan terhadap sasaran. 6. Menyusun beberapa kriteria penilaian dari hasil penyuluhan. 7. Merencanakan tindak lanjut setelah penyuluhan dan evaluasi dilakukan.
Menurut Effendy pula, faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah :
1. Tingkat Pendidikan. 2. Tingkat Sosial Ekonomi 3. Adat Istiadat 4. Kepercayaan Masyarakat 5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah (Notoatmodjo, 2002 ) : 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Metode Diskusi Kelompok Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3. Metode Curah Pendapat Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan evaluasi atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian. 4. Metode Panel Metode panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain peran Metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 6. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. 7. Metode Simposium Metode symposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar Metode seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. Dalam metode-metode tersebut diatas, metode paling cocok/sesuai dalam penyuluhan menggunakan media tradisional adalah metode bermain peran dan metode demonstrasi. Kedua metode tersebut dapat diterapkan melalui media tradisional seperti wayang dan dongeng.
Langkah Pelaksanaan Konseling/Nasehat Gizi dengan Media Tradisional
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu/keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling gizi. Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga untuk memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan permasalahan yang dihadapi. Konseling gizi pada berbagai diet merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), sehingga tata laksana konseling gizi haruslah mengikuti langkah-langkah PAGT tersebut supaya dapat menjawab dan mengatasi masalah gizi pada klien. 1. Membangun dasar-dasar konseling Memberi salam, memperkenalkan diri, mengenal klien, membangun hubungan dan menjelaskan tujuan. 2. Menggali permasalahan Mengumpulkan data-data untuk dasar diagnosis dari semua aspek dengan metode assessment. 3. Memilih solusi Memilih alternatif solusi, menggali alternatif penyebab masalah gizi dengan menegakan diagnose. 4. Memilih rencana Bekerja sama dengan klien untuk melihat alternatif dalam memilih upaya diet dan perubahan perilaku yang dapat diimplementasikan. 5. Memperoleh komitmen Komitmen untuk melaksanakan perlakuan diet khusus, membuat rencana yang realistis dan dapat diterapkan, menjelaskan tujuan, prinsip diet dan ukuran porsi makan. 6. Monitoring dan evaluasi Mengulang dan menanyakan kembali apakah kesimpulan dari konseling dapat dipahami oleh klien, dan pada kunjungan berikutnya melihat proses dan dampak dari konseling tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan konselor supaya konseling dapat berjalan dengan baik adalah: 1) Menjaga hubungan baik sejak awal dengan klien 2) Berusaha mengenali kebutuhan klien 3) Mampu menumbuhkan empati dan rasa nyaman pada klien 4) Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan terbaik 5) Memberikan informasi tentang sumber daya yang diperlukan klien 6) Memberi perhatian secara khusus 7) Menjaga rahasia dan kepercayaan klien Konseling gizi dengan media tradisional dapat dilakukan apabila klien yang kita temui berasal dari daerah desa. Bentuk media tradisional yang dapat dilakukan untuk konseling gizi adalah cerita prosa rakyat. Konselor dapat melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan klien dengan memberikan cerita-cerita pembuka dari cerita rakyat. Cerita-cerita rakyat tersebut tentunya sudah disisipi dengan hal-hal yang berhubungan dengan gizi.
BAB III KESIMPULAN Media tradisional merupakan bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik, menurut Coseteng dan Nemenzo (dalam Jahi, 1988). Walaupun dalam perkembangan zaman yang semakin pesat membuat media tradisional terkikis penggunaannya, tetapi dalam beberapa kesempatan media tradisional tetap dapat digunakan. Menurut salah satu fungsinya, yaitu sebagai alat pendidik, media tradisional dapat digunakan dalam diadakannya edukasi, penyuluhan, dan konseling/nasehat gizi (bidang kesehatan). Salah satu contoh media tradisional dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan masyarakat pedesaan adalah dengan mengadakan penyuluhan melalui salah satu bentuk media tradisional, yaitu cerita prosa rakyat. Para ahli gizi dapat melakukan penyuluhan dengan memasukan unsur-unsur gizi tentang bahan tambahan makanan ke dalam salah satu cerita prosa rakyat. Hal tersebut memungkinkan masyarakat pedesaan untuk lebih mengerti tentang isi materi penyuluhan, daripada dengan penyuluhan biasa.
VINYET
DAFTAR PUSTAKA Cornelia. (2010). Penuntun Konseling Gizi. Jakarta: PT. Abadi. Jahi, A. (1988). Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia. Muis, A. (1984). Communicating New Ideas to Traditional Villagers: an Indonesian Case. Media Asia 11. Nurudin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ranganath. (1976). Telling the People Tell Themselves. Media Asia 3.