Prosiding Sim posium Nasional Nasional Perpajakan 4
PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA Yana Ulfah Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda
[email protected] Abstract This study examines the effect of deferred tax expense and tax planning on the probability of earnings management practise of companies. The sampling technique used is purposive sampling. Based on predefined criteria, it was acquired 26 companies for 3 years, with the number of observations in this study amounted to 78 observations. The data analysis technique used is the least squares multiple regression equation and use the t-test statistics for testing the partial regression coefficient. The results suggest that the deferred tax expense has partially significant effect on the probability of earnings management practise in manufacturing companies listed in BEI within the period of 2009-2011 at the level of significance signific ance less than 5% (at 0.001%), while the size of the company and tax planning have no significant effect on the probability of earning management practise.
earnings management, deferred tax expense, tax planning Keywords: earnings 1.1. Pendahuluan Perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras untuk dapat eksis dalam pasar global, khususnya untuk industri manufaktur di Indonesia. Dalam rangka untuk kuat bersaing, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dari perusahaan lainnya. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan produk yang bermutu bagi konsumen, tetapi juga mampu mengelola keuangannya dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin keberlangsungan usaha perusahaan. Manajemen perusahaan bertanggungjawab dalam mengelolakeuangan sesaui dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dalam teori agensi. Dalam teori agensi ada dua poros, yaitu prinsipal dan agen. Manajemen atau agen dituntut memiliki kinerja bisnis yang baik yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk dapat bersaing. Aktifitas manajemen banyak sekali dipraktekan pada perusahaan besar, dengan tujuan menarik para pelaku pasar untuk berinvestasi dalam perusahaan. Pada dasarnya aktifitas tersebut sangat merugikan bagi perusahaan maupun bagi emiten yang ada dalam perusahaan, karena informasi yang dipublikasikan hanya bersifat semu yang justru akan mempengaruhi eksistensi perusahaan di masa depan. Dengan demikian sedapat mungkin apa yang dialporkan perusahaan mendekati hal sesungguhnya terjadi, baik untuk laporan pajak maupun laporan kepada investor. Dalam PSAK No. 46 (IAI, 2009) menyatakan bahwa nilai pencatatan aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tersebut apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi, sebagian maupun semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. Dengan adanya kewajiban untuk selalu melakukan peninjuan kembali pada tanggal neraca, maka setiap tahun manajemen harus membuat suatu penilaian untuk menentukan saldo aktiva pajak tangguhan dan cadangan aktiva pajak tangguhan, sedangkan penilaian manajemen untuk menentukan saldo cadangan aktiva pajak tahunan tersebut bersifat subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003), Dechow, Richardson dan Tuna (2003) menggunakan distribusi laba untuk mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan dan menganggap terpatahnya distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba dapat dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba oleh suatu perusahaan. Philips,
1
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
Pincus dan Rego (2003) menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba. Di Indonesia, Yulianti (2005) meneliti perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan m enemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian saja. Penelitian ini bermaksud menguji perubahan kemampuan beban pajak tangguhan yang dapat mendeteksi manajemen laba seperti yang dilakukan dalam penelitian Philips, Pincus dan Rego (2003) dan Yulianti (2005) dengan mengubah tahun observasi menjadi 6 tahun yaitu tahun 2001-2006. Selain itu, penelitian ini juga memasukkan unsur kualitas laba lainnya, yaitu persistensi laba sebagaimana penelitian yang dilakukan Hanlon (2005) yang menguji persistensi laba sebagai salah satu pengukur kualitas laba dengan perbedaan temporer yang mengakibatkan beban pajak tangguhan sebagai variabel independennya. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh perencanaan pajak teradap manajemen laba. 1.2. Teori dan Pengembangan Hipotesis 1.2.1. Pajak Tangguhan Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasi pada eriode mendatang menurut PSAK No.46 (IAI, 2009: 8). Menurut Zain (2007:194) Kewajiban pajak tangguhan maupun aset pajak tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut : 1) Apabila penghasilan sebelum pajak-PSP (Pretax Accounting Income ) lebih besar dari penghasilan kena pajak-PKP (taxible income ), maka beban pajak – BP (Tax Expense ) pun akan lebih besar dari pajak terutang-PT (Tax Payable ), sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Taxes Liability ). Kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang berlaku. 2) Sebaliknya apabila penghasilan sebelum pajak (PSP) lebih kecil dari penghasilan kena pajak (PKP), maka beban pajak (BP) juga leboh kecil dari pajak terutang (PT), sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets ). Aktiva pajak tangguhan adalah sama dengan perbedaan temporer dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut terpulihkan. 1.2.2. Manajemen laba Menurut Schipper (1998) dalam Ujiyanto (2004) mendefinisikan manajemen laba sebagai pengungkapan manajemen sebagai alat intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan melalui pengolahan pendapatan atu keuntungan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu bagi bagi manajer maupun perusahaan yang dilandasi oleh faktor ekonomi. Menurut John, Subramanyam dan Halsey (2005:118) manajemen laba merupakan hasil akuntansi akrual yang paling bermasalah. Penggunaan dan penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk menggunakan informasi dalam dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka akuntansi. 1.2.3. Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba Keberadaan pajak sebenarnya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan negara, disisi lain akuntansi merupakan sistem pencatatan untuk menghasilkan laporan keuangan. Hanlon (2005) mengatakan bahwa secara spesifik sistem perpajakan dirancang untuk meningkatkan pendapatan negara, sebaliknya sistem
2
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
akuntansi dirancang untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan dan diharapkan dapat menekan asimetris informasi yang mungkin terjadi antara manajemen sebagai pihak internal dan pengguna laporan keuangan sebagai pihak eksternal. Perbedaan yang timbul antara akuntansi pajak dan komersial dapat menyediakan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kualitas current earnings (Philips, Pincus dan Rego, 2003). Alasannya karena peraturan perpajakan lebih membatasi keleluasaan penggunaan diskresi dalam menghitung penghasilan kena pajak, itulah sebabnya selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax gap ) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam proses akrual (Hanlon, 2005). Yulianti (2005) dan Philips, Pincus, Rego (2003) menggunakan beban pajak tangguhan (deferred tax expense ) dan akrual untuk mendeteksi manajemen laba. Penelitian-peneltian ini menemukan bahwa perusahaan yang termasuk dalam kategori small profit firm memiliki rata-rata beban pajak tangguhan lebih tinggi daripada small loss firm . Yulianti (2005) dan Philips, Pincus dan Rego (2003) menduga perusahaan yang tergolong small profit firm melakukan manajemen laba dengan tujuan melewati batas pelaporan laba agar tidak melaporkan angka r ugi. Berdasarkan penelitian di atas, penelitian ini menghipotesiskan: H1: Semakin besar beban pajak tangguhan, semakin besar probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba 1.2.4. Perencanaan Pajak dan Insentif Pajak Kebijakan insentif pajak diatur di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Pasal 6 ayat (1) huruf j bahwa besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) menggunakan proksi perencanaan pajak sebagai ukuran dari insentif pajak. Meskipun banyak penelitian di luar negeri yang meneliti mengenai perilaku manajemen laba dikaitkan dengan perubahan tarif pajak (Scholes et al , 1992; Guenther, 1994), tetapi hanya penelitian Yin dan Cheng (2004) saja yang memasukkan unsur insentif pajak dalam penelitiannya. Yin dan Cheng (2004) berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh perencanaan pajaknya. Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning ) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya. Dengan demikian, dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H2: Perencanaan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan praktek manajemen laba Beban Pa ak Praktik
Perencanaan Pa ak Gambar 1. Model Peneltian
3
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
1.3. Metode Penelitian Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif, yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan buku Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data laporan keuangan (auditan) perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Periode penelitian meliputi periode tahun 2009 dan tahun 2011. Obyek penelitian di dalam penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur yang telah go public dan sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan akhir tahun 2011. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling (judgement sampling ), yaitu pemilihan sampel secara tidak acak dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan bergerak di sektor manufaktur dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 atau sebelumnya. Mempunyai kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2) Perusahaan yang melaporkan laba positif Model yang digunakan untuk pengujian probabilita beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba adalah: EMit = α + β 1DTEit+ β2TAit+ β3Init + e Keterangan: EMit : Equity Market Value DTEit : Beban Pajak Tangguhan. TAit : Ukuran Perusahaan Init : Perencanaan pajak. Pengukuran Variabel: (a) Manajemen laba dikur dengan skala pengukuran variable probabilitas perusahaan i melakukan manajemen laba di tahun t. EM ( Equity Market Value) adalah laba bersih dibagi dengan nilai pasar ekuitas awal tahun yang menunjukkan ekspektasi pasar terhadap laba yang dilaporkan perusahaan. (b) Beban Pajak Tangguhan: Perhitungan tentang beban pajak tangguhan dihitung dengan cara membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva (total asset) (c) Ukuran Perusahaan: Ukuran Perusahaan, yang dikur dengan Ln Total Aset merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini. (d) Insentif Pajak yang diukur dari usaha perencanaan pajak. Tax Plan =
∑
Keterangan: Tax Plan = Perencanaan Pajak PTE = Pre-Tax Income CTE = Current portion of total tax expense Insentif Pajak yang diukur dari usaha perencanaan pajak. Perhitungan tahun 2009 sampai 2011, tetap mengikuti perhitungan dari penelitian sebelumnya. Digunakannya tarif presentase 30%, dikarenakan sebelum diberlakukannya UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, lapisan penghasilan kena pajak tarif ini merupakan tarif yang paling besar proporsinya. 1.4. Hasil dan Pembahasan 1.4.1. Anailis Deskriptif Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kedalam kelompok perusahaan manufaktur. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk kedalam kelompok perusahaan manufaktur selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Berdasarkan
4
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh 26 perusahaan selama 3 tahun, maka jumlah pengamatan didalam penelitian ini berjumlah 78 pengamatan. 1.4.2. Analisis Regresi Berdasarkan hipotesis yang disusun, terdapat tiga variabel bebas yang mempengaruhi probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sebagai akibat dari pajak tangguhan, ukuran perusahaan dan insentif pajak. Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Variabel Koefisien tSig Keterangan statistik Konstanta 2,121 Beban Pajak 0,876 3,231 0,026 Signifikan Tangguhan Ukuran Perusahaan 0,732 0,231 0,763 Tidak Signifikan Perencanaan Pajak 0,413 1,021 0,089 Tidak Signifikan Adjusted R 2 = 0,327 F-hitung = 5,433 Sig = 0,021 Berdasarkan model yang telah ditentukan di atas, maka hasil analisis regresi menghasilkan persamaan sebagai berikut: EMit = α + β 1DTEit+ β2TAit+ β3Init + e EMit = 2,121 + 0,876DTE it+ 0,732TAit+ 0,413Init Dari hasil analisis regresi pada tabel 1 diperoleh nilai koefisien regresi variable beban pajak tangguhan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan beban pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami peningkatan. Begitu pula variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan ukuran perusahaan atau semakin besar perusahaan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami kenaikan. Kemudian berikutnya adalah perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba. a) Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. Manajemen laba (earnings management) adalah manipulasi laba yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Manipulasi tersebut dilakukan agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, manipulasi juga dilakukan agar investor tetap tertarik dengan perusahaan tersebut (Wedari, 2004). Menurut Schipper (1989) dalam Ujiyantho (2004), mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak. Perbedaan temporer muncul dari komponen akrual dan arus kas operasi. Karena adanya perbedaan temporer itulah beban pajak tangguhan berpengaruh dalam usaha untuk mendeteksi pengaruh rekayasa akrual untuk meminimalkan pajak dalam manajemen laba (Yuliati, 2004). Efek perubahan perbedaan temporer yang terefleksi pada kenaikan atau penurunan aktiva dan kewajiban
5
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
pajak tangguhan harus diperlakukan sebagai beban pajak tangguhan (deffered tax expenses) atau penghasilan pajak tangguhan (deffered tax income), dan dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan bersamasama beban pajak kini (current tax expenses), dengan penyajian secara terpisah (Riduwan, 2004). b) Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perencanaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin pula praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sebagian besar peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi sensitifitas politis dan perilaku manajer dalam melaporkan kinerja keuangannya (Pacecca 1995). Watt dan Zimmerman (1986) menyarankan untuk menggunakan proksi ukuran perusahaan dalam kerangka political cost . Berdasarkan size hypothesis yang dipaparkan oleh Watt dan Zimmerman (1986), berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam kerangka politic process , dibandingkan dengan perusahaan kecil. Lebih lanjut beberapa peneliti berhasil membuktikan bah- wa political process memiliki dampak pada pemilihan prosedur akuntansi oleh perusahaan yang berukuran besar (Watt dan Zimmerman 1986). Kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar. Alasan yang mendasari dugaan tersebut adalah karena (Kim et al . 2003) (1) Mempertahankan kredibilitas mereka di dalam komunitas bisnis dan tanggungjawab sosial, termasuk kredibilitas dalam penyajian informasi keuangan; (2) Kemampuan untuk menggunakan kecanggihan teknologi melalui sistem informasi yang memadai; (3) Dijadikan acuan oleh analis keuangan dalam melakukan analisa pasar; (4) Lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan yang diharapkan oleh pasar dan para analis; (5) Memiliki posisi tawar kepada eksternal auditor yang memeriksanya. c) Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation ) dan pengendalian pajak (tax control ). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning ) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful ) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful ), seperti tax avoidance dan tax evasion . Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. Strategi penghematan pajak yang dilakukan oleh perusahaan haruslah bersifat legal untuk menghindari pengenaan sanksi-sanksi pajak di kemudian hari. Penghematan pajak akan selalu menganut prinsip “ the least and latest”
6
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
yakni membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada saat terakhir yang sah menurut ketentuan dan aturan perundang-undangan. Untuk menghemat beban pajak dapat dilakukan dengan cara mengambil keuntungan dari pemilihan lokasi perusahaan. Untuk daerah-daerah tertentu pemerintah memberikan insentif pajak/fasilitas perpajakan seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya, penundaan dan atau pembebasan pajak. 1.5. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa memang terjadi manajemen laba dengan tujuan menghindari pelaporan kerugian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2011. Penemuan ini didasari uji statistik dan histogram atas distribusi laba dan manajemen laba terbukti ada dengan terpatahnya distribusi laba di sekitar titik nol (ambang batas pelaporan laba). Namun penelitian ini tidak menemukan adanya manajemen laba dengan tujuan menghindari pelaporan penurunan laba, bukti bahwa manajemen laba menghindari penurunan laba tidak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI adalah berdasarkan perhitungan menggunakan tabel frekuensi didapat hasil jumlah perusahaan yang melaporkan penurunan laba melebihi jumlah ekspektasinya. Beban pajak tangguhan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan beban pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami peningkatan. Perbedaan temporer muncul dari komponen akrual dan arus kas operasi. Karena adanya perbedaan temporer itulah beban pajak tangguhan berpengaruh dalam usaha untuk mendeteksi pengaruh rekayasa akrual untuk meminimalkan pajak dalam manajemen laba. Kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar, hal ini dilakukan dengan berbagai alasan diantaranya adalah menjaga persaingan bisnis, meraih dana dari investor dan lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan yang diharapkan oleh pasar dan para analis. Perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba.Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. DAFTAR PUSTAKA Burgstahler, David C., and Ilia D. Dichev, 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics , vol 24 (1997), pp. 99 – 126. Dechow, P., S. Richardson, and I. Tuna, 2003. Why Are Earnings Kinky? An Examination of the Earnings Management Explanation. Review of Accounting Studies , vol 8 (2003), pp. 355 – 384. Guenther, David. 1994. Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act. The Accounting Review . 1994: 230-243. Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flow When Firms Have Large Book-tax Differences. The Accounting Review 80 (March). pp 137-166. Holland, D, and Alan Ramsay, 2003. Do Australian companies manage earnings to meet simple earnings benchmarks?. Accounting and Finance , vol 43 (2003), pp. 41 - 62. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Strandar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat Jakarta. John J. Wild, dkk. 2005. Financial Statement Analysis (analisis laporan keuangan). penerbit Salemba Empat, edisi 8, buku satu.
7
Prosiding Sim posium Nasional Perpajakan 4
Kim, Yangseon., Caixing Liu dan S. Ghon Rhee. 2003. The Effect of Size on Earnings Management. Social Science Research Network Electronic Paper Collection. (http://papers.ssrn.com) Phillips, John., M. Pincus and S. Rego. 2003. Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review , vol 78, pp.491 – 521. Riduwan, Akhmad. 2004. Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode Berdasarkan PSAK No. 46 Terhadap Koefisien Respon Laba Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi. Surabaya: STIESIA. Scholes, M.S., G.P. Wilson and M.A. Wolfson. 1992. Firms Responses to Anticipated Reduction in Tax Rates: The Tax Reform Act of 1986. Journal of Accounting Research . 1992: 161-185. Ujiyantho, Muh Arief. 2004. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi. Watts, Ross L., and J L Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory . New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen laba. Simposium Nasional Akuntansi. Yin, Jennifer, and Agnes Cheng. 2004. Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting and Finance volume 3. 2004: 67 – 92 Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen Laba. . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Zain, Mohammad.. 2008. Manajemen Perpajakan . Jakarta: Salemba Empat.
8