362. 11 Ind p
K
HUS
A
BA
TI
DA
PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2012
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 362. 11 Ind p
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013 ISBN 978-602-235-299-0 1. Judul I. HEALTH FACILITIES II. EQUIPMENT AND SUPPLIES, HOSPITAL III. HOSPITALS IV. HEALTH SERVICES
K BA
TI
AD A
PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
H US
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2012
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
R
umah Sakit Pratama adalah fasilitas kesehatan yang siap guna dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu, dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain di DTPK. Dalam rangka penyelenggaraan rumah sakit Pratama kegiatan upaya kesehatan perorangan yang dilaksanakan selama 24 jam melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat/pelayanan darurat.
Rumah Sakit Pratama dibangun/didirikan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil dan daerah perbatasan yang kurang terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Pembangunan tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat. Kementerian Kesehatan menyediakan infrastruktur Rumah Sakit Beragerak lengkap dengan peralaatan medik, tenaga kesehatan spesialis serta biaya operasional sampai dengan tahun ke empat, sedangkan Pemerintah Daerah menyediakan lahan untuk rumah sakit Pratama beserta sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti kantin, mess dokter dan jalan penghubung. Kendala terbesar dalam operasional Rumah Sakit Pratama adalah masih kurangnya tenaga (sumber daya manusia) terutama tenaga dokter spesialis dan juga banyaknya alat kesehatan yang belum berfungsi secara optimal. Kekurangan daya listrik yang ada di RS Pratama sehingga setiap Rumah Sakit sedaya upaya mempersiapkan genset untuk mengoptimalkan penggunaan daya listrik, itupun masih jauh dari sempurna. Rumah Sakit Pratama merupakan jawaban terhadap kebutuhan sarana pelayanan kesehatan di daerah yang baru baik di daerah terpencil (remote area) maupun daerah-daerah yang rawan konflik dan rawan bencana ataupun di daerah-daerah perbatasan (border area).
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
i
Disadari bahwa substansi buku ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, komentar dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan buku ini. Pedoman ini akan disempurnakan terus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada lintas Kementerian Kesehatan dan seluruh pihak yang telah berkontribusi, sehingga tersusunnya Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Pratama ini. Akhirnya, mudah-mudahan pedoman ini dapat memberikan manfaat yang optimal, khususnya bagi para penyelenggara Rumah Sakit Pratama.
Jakarta, 2012
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
ii
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
TIM PENYUSUN PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
dr. Supriyantoro, SpP, MARS (Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan) dr. Chairul. R. Nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes (Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan) dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes (Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan) dr. Diar Wahyu Indriarti, MARS (Kepala Subdit Bina Upaya Kesehatan Rujukan di RSU Publik) Prof. DR. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.F(K) (Staf Ahli Menkes Bidang Teknologi Kesehatan & Globalisasi) dr. Khrisnajaya, MS (Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan)
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
iii
KONTRIBUTOR PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
dr. Asral Hasan, MPH (Kepala Seksi Standarisasi, Subdit RS Publik) dr. Ady Iswandi Thomas (Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi,Subdit RS Publik) dr. Vika Wahyudi (Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan) dr. Andriani Vita Hutapea (Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan) dr. Ahmad Agus Fauriza (Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan) Romadona, ST (Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan) Siti Ulfa, ST (Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan) M. Rofiuddin, ST (Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan) Ir. Fadjrif H. Bustami, MARS Ir. Syafiul A. Sya’af Heru Prasetyo, SH, MARS (Kabag Hukum, Organisasi dan Humas) dr. Andi Ardjuna Sakti, SH, MPH (Kasubbag Hukum) Uud Cahyono, SH, MARS (Subbag Hukum) dr. Giovano Andhika (Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan) dr. Christian Suharlim (Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan)
iv
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan .........................
i
Tim Penyusun.................................................................................... iii Kontributor ....................................................................................... iv Daftar Isi ...........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN . ................................................................ A. Latar Belakang ............................................................ B. Tujuan ........................................................................ C. Sasaran . ..................................................................... D. Ruang Lingkup ............................................................ E. Pengertian ...................................................................
1 1 2 3 3 3
BAB II
PERSYARATAN ................................................................... A. Lokasi ......................................................................... A.1 Kriteria Daerah...................................................... A.2 Lahan, Akses, Keamanan dan fasilitas Penunjang...
5 5 5
B. Sarana dan Prasarana . ................................................. B.1 Sarana................................................................... B.2 Prasarana.............................................................. B.3 Fasilitas ................................................................ C. Sumber Daya Manusia................................................. D. Peralatan . ................................................................... E. Manajemen ................................................................. E.1 Perizinan .............................................................. E.2 Administrasi . ....................................................... E.3 Organisasi ............................................................
6 7 7 18 24 24 26 37 37 37 37
BAB III PENYELENGGARAAN.......................................................... 39 A. Lingkup Pelayanan ...................................................... 39 A.1 Pelayanan Medik Umum . ...................................... 39 A.2 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar ...................... 39 A.3 Pelayanan Gawat Darurat ..................................... 39 A.4 Pelayanan Pemulihan pascatindakan .................... 40 A.5 Pelayanan Keperawatan ........................................ 40 A.6 Pelayanan Laboratorium ....................................... 40 A.7 Pelayanan Radiologi .............................................. 40 Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
v
A.8 Pelayanan Farmasi................................................. A.9 Pelayanan Gizi ...................................................... A.10 Pelayanan Sterilisasi . ......................................... A.11 Pelayanan kesehatan tradisional alternatif komplementer ..................................... A.12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)......................................... B. Kerjasama Operasional . .............................................. C. Klasifikasi..................................................................... D. Pembiayaan Operasional.............................................. E. Tarif............................................................................. F. Peraturan internal Rumah Sakit .................................. G. Komite Medik .............................................................. H. Penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan ...... I. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya.........................................................................
40 41 41 41 41 41 42 42 42 42 42 42 43
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN...................................... 45 BAB V
vi
PENUTUP ........................................................................... 46
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, namun belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah pemekaran. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan secara tegas mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan akses pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rujukan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
1
Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan fasilitas pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan; tetapi ditemui juga pada daerah perkotaan dimana daya tampung rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah penduduk disekitarnya. Kondisi ini sering membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas pelayanan sehingga masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan pada saat beroperasionalnya Badan Pengelola Jaminan Sosial Nasional (BPJSN) pada Januari tahun 2014 (sesuai amanat Undang-Undang No. 24 Tahun 2011) dibutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih memprioritaskan masyarakat tidak mampu. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Rumah Sakit di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi; dimana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dapat menyediakan sarana pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan di daerah tersebut.
B. Tujuan Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama bertujuan untuk melaksanakan upaya kesehatan perorangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya dengan cara: 1. Memberikan petunjuk atau arahan dalam merancang, merencanakan bangunan dan penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama yang belum secara tegas diatur didalam peraturan menteri.
2
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
2. Menjamin ketersedian sarana, prasarana dan tenaga kesehatan serta keberlangsungan pelayanan kesehatan tingkat dasar khususnya dalam bidang kuratif dan rehabilitatif. 3. Menjamin tersedianya informasi kelahiran, morbiditas dan mortalitas serta kualitas hidup masyarakat yang dilayani. 4. Meningkatkan akses, keterjangkauan biaya, dan cakupan pelayanan kesehatan pada masyarakat khususnya didaerah DTPK, daerah yang belum memiliki rumah sakit, dan daerah yang membutuhkan lainnya.
C. Sasaran Pemerintah, pemerintah daerah, TNI, POLRI, BUMN/BUMD, dan masyarakat yang menyelenggarakan Rumah Sakit Kelas D Pratama sebagai upaya untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan rumah sakit.
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama meliputi: 1. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama 2. Upaya kesehatan perorangan medik spesialistik berdimensi kedokteran komunitas. 3. Pelaksanaan sistem rujukan. 4. Pelayanan kesehatan tradisional alternatif komplementer. 5. PKMRS. 6. Pencatatan dan pelaporan. 7. Pelaksanaan program kesehatan dalam rangka kesepakatan global, regional, nasional dan daerah. 8. Penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan. 9. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya.
E. Pengertian Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
3
perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.
4
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
BAB II PERSYARATAN
R
umah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan lokasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, organisasi, dan peralatan.
A. Lokasi Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan Rumah Sakit Kelas D Pratama perlu dilakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala prioritas daerah yang membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah, rencana tata bangunan dan lingkungan. Lokasi Rumah Sakit Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor, dan tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan dalam penentuan lokasi pembangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama.
A.1 Kriteria daerah Kriteria umum penetapan lokasi Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah sebagai berikut: a. Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia. b. Daerah Terpencil Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografis (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, dan sosial budaya. c. Daerah Tertinggal Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk relatif tertinggal.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
5
d. Daerah Perbatasan Daerah perbatasan adalah kabupaten/wilayah geografis yang berhadapan dengan negara tetangga, baik dibatasi darat maupun laut. e. Daerah pulau-pulau kecil terluar
Daerah pulau pulau kecil terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km2 yang memiliki titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum nasional dan internasional.
f.
Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
A.2 Lahan, akses, keamanan dan fasilitas penunjang Penempatan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
A.2. 1 Lahan a. Kontur tanah datar (matang) dan stabil (tanah keras/ tanah pemadatan). b. Luas lahan disesuaikan dengan luas lantai bangunan rumah sakit yang akan dibangun, tergantung pada jumlah kebutuhan tempat tidur pasien yang akan disediakan. Luas lahan yang dapat dibangun mengikuti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) daerah setempat. c. Daerah pemekaran baru yang belum memiliki rumah sakit dapat menempatkan Rumah Sakit Kelas D Pratama pada bagian lahan yang direncanakan dalam Master Plan sebagai lahan Rumah Sakit Umum Daerah setempat. d. Memiliki surat pembebasan lahan atau sertifikat tanah atau bukti kepemilikan tanah lainnya.
A.2.2 Akses Akses yang mudah bagi masyarakat dan sarana pelayanan dasar menjangkau fasilitas pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama
A.2.3 Fasilitas Penunjang Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan limbah, listrik, dan sarana komunikasi.
6
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
B. Sarana dan Prasarana
B.1 Sarana
B.1.1 Massa Bangunan dan Block Plan a. Intensitas antar bangunan gedung di RS harus memperhitungkan jarak antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: ■■
keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
■■ ■■ ■■
kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan; kenyamanan; dan keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
b. Memenuhi persyaratan peraturan daerah setempat (tata kota yang berlaku). c. Penentuan pola pembangunan RS disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan RS (health needs), kebudayaan daerah setempat (culture), kondisi alam daerah setempat (climate), lahan yang tersedia (site) dan kondisi keuangan manajemen RS (budget).
B.1.2 Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat bersifat bangunan permanen, maupun bangunan knock down untuk mempermudah pembangunan/perakitan dan pengiriman sesuai dengan kebutuhan.
B.1.3 Zonasi Zonasi rumah sakit diatur berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan jenis dan kekhususan ruang lingkup pelayanan.
B.1.4 Program Ruang dan Persyaratan Teknis Ruang Program ruang dan persyaratan teknis minimal bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama yang dibutuhkan untuk kegiatan pelayanan pada tabel berikut
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
7
Tabel 1 Program ruang dan persyaratan teknis No.
Nama Ruang
1.
Ruang Poliklinik Ruang Administrasi dan Pendaftaran Ruang Rekam Medik Klinik (Ket : jumlah klinik di sesuaikan dengan kebutuhan pelayanan) Ruang Tunggu
Toilet
■■Ukuran ruang tergantung Fungsi
Klinik akan melayani apa dan kapasitas pengguna dan pola aktivitas ■■Pengaturan/pengelompokan klinik berdasarkan penyakit menular dan tidak menular. ■■Tiap-tiap klinik mempunyai ruang tunggu masing-masing ■■Toilet pasien aksesibel untuk pegguna kursi roda ■■Lebar pintu toilet aksesibel min. 90 cm dan pintu membuka keluar.
2.
Poliklinik Gigi Persyaratan ruang disesuaikan dengan aktivilas layanan, kapaitas pengguna dan khusus ketentuan dimensi dan ketentuan penunjang peralatan pada “Dental Chair”
3.
Ruang Gawat Darurat Ruang Administrasi dan Pendaftaran Ruang Tunggu Ruang Triase Ruang Tindakan Resusitasi Ruang Observasi Ruang Jaga/Pos Perawat Ruang Obat Spoelhoek Ruang Gas Medis Toilet
8
Persyaratan Teknis Bangunan
■■Area IGD harus terletak pada area
depan atau muka dari tapak RS. ■■Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tandatanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum. ■■Area IGD harus memiliki akses masuk yang berbeda dengan akses masuk lain dan akses ke Area Servis dari rumah sakit. ■■Memiliki area dekontaminasi Ambulance dan pasien ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata, tidak licin dan tidak porous, mudah dibersihkan.. ■■Persyaratan dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tidak berjamur dan non porosif (tidak mengandung pori-pori).
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
■■Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur. ■■Persyaratan pintu : Lebar pintu utama min. 120 cm atau dapat dilalui brankar, lebar pintu akses pasien min. 90 cm. ■■Persyaratan listrik : IGD harus mendapatkan suplai backup genset. Pada ruang resusitasi, harus tersedia UPS, kotak kontak per tt minimal 5 buah dipasang pada ketinggian + 1.25 m dari permukaan lantai. ■■Persyaratan gas medik : memiliki outlet gas medis (O2) an vakum medic dengan urutan dan pewarnaan yang sesuai (Urutan = O2 : putih, Vakum : Kuning) ■■Tersedia fasilitas pencucian tangan yang penempatannya tidak memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial. ■■Tata udara/pertukaran udara harus baik (semua ruangan harus terjamin adanya fresh air. ■■Tersedia APAR 4.
Ruang Rawat Inap Ruang Perawatan Pasien dilengkapi toilet Ruang Jaga/Pos/Stasi Perawat Ruang Tindakan Ruang Perawat dan Ruang Dokter Depo linen bersih Spoelhoek Toilet Petugas
■■Kebutuhan luas area perawatan pasien per tt termasuk sirkulasi min. 10 m2. ■■Di dalam ruang rawat pasien jarak antar titik tengah tt min. 2,4 m2. ■■Satu kamar rawat dapat diisi 4 – 6 TT ■■Pengelompokkan blok ruang rawat inap berdasarkan: –– Jenis Penyakit –– Usia –– Jenis Kelamin ■■Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 24 tempat tidur.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
9
■■Koridor dilengkapi wall guard/
pegangan rambat yang mudah dipe gang dengan ketinggian 65 – 80 cm diatas permukaan lantai. ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata, tidak licin dan tidak porous, mudah dibersihkan. ■■Persyaratan dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tidak berjamur dan non porosif. ■■Persyaratan langit-langit harus non porosif, mudah dibersihkan, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur. ■■Persyaratan pintu : Lebar pintu ruang perawatan min. 120 cm atau dapat dilalui brankar. ■■Persyaratan listrik : pada ruang tindakan harus mendapatkan suplai backup genset. Kotak kontak pada ruang perawatan jumlah min. 2 (dua) buah, pada ruang tindakan min. 5 buah yang dipasang pada ketinggian + 1.25 m dari permukaan lantai. ■■Persyaratan gas medik : mempunyai fasilitas gas medis (O2) ■■Toilet pasien aksesibel, pintu toilet membuka keluar. ■■Tata udara/pertukaran udara harus baik (semua ruangan harus terjamin adanya fresh air. ■■Tersedia APAR 5.
Ruang Tindakan Denah (layout) Ruang Tindakan diatur sedemikian sehingga tidak memungkinkan terjadinya aliran silang antara barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang yang menyebabkan terjadi infeksi silang. Ruang Pendaftaran/Admisi Ruang Ganti Petugas Bedah Ruang Persiapan Scrub Station
10
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
■■Area yang dibutuhkan untuk
Ruang Tindakan
melakukan kegiatan pembedahan minor ± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang × lebar × tinggi adalah 6m × 6m × 3 m. ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata, tidak licin dan tidak porous. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, minimal tahan terhadap bahan kimia dan anti bakteri. ■■Persyaratan dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak berjamur dan anti bakteri. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu. ■■Persyaratan langit-langit harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti bakteri. ■■Persyaratan pintu : lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti bakteri & jamur dengan warna terang. Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic door closer) harus dibersihkan setiap selesai pembedahan ■■Pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (;hospital plint) untuk memudahkan pembersihan. ■■Pertemuan antara dinding dengan dinding melengkung untuk memudahkan pembersihan. ■■Persyaratan listrik : jaringan listrik di ruangan mendapat backup suplay dari genset, tersedia UPS. Persyaratan umum untuk sumber suplai daya keselamatan termasuk dalam kelompok 2
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
11
■■Persyaratan gas medik mengikuti
”Pedoman Teknis Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di RS” ■■Persyaratan Tata Udara : di dalam ruang operasi minor harus mempunyai tekanan udara positif. Ruangan ini minimal harus dilengkapi dengan : 1. alat pengkondisian udara dengan pre-filter yaitu jenis single unit/ split system. 2. alat untuk menarik udara masuk ke dalam ruangan/memasukkan udara (;supply fan/ inhauster). 3. alat untuk menarik udara ke luar ruangan/ mengeluarkan udara buangan (;exhause fan). Ketentuan : Laju aliran udara (CFM) yang ditarik ke luar ruangan (oleh exhause fan) harus lebih kecil dari laju aliran udara (CFM) yang dimasukkan ke dalam ruangan (oleh supplay fan) untuk menciptakan tekanan udara positif. ■■Alat pengkondisian udara tersebut harus dipasang dengan dibenamkan dalam dinding (;wall mounted). ■■Penyediaan Air untuk ruangan tindakan sesuai persyaratan yang berlaku. Ruang Pemulihan
Persyaratan sama dengan ruang resusitasi.
Gudang Steril (linen, instrumen dan bahan perbekalan steril) Depo Farmasi
Spoelhoek
Spoelhoek, tempat membuang kotoran pasien setelah operasi kecil, dilengkapi kloset leher angsa untuk membuang kotoran dan washtafel untuk membilas alat/ instrumen tersebut. Saluran pembuangan diteruskan instalasi pengolahan air limbah.
Area parkir brankar
12
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
6.
Ruang Bersalin Ruang Tindakan Obstetri
■■Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2 ■■Pintu ruang tindakan min. 90 cm,
atau dapat dilalui brankar. ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata, tidak licin & tidak porous. ■■Ruang tindakan dilengkapi washtafel (fasilitas general prequotion) ■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumen dan obat-obatan untuk tindakan kegawatdaruratan kebidanan. Ruang Tindakan Neonatus
■■Kebutuhan luas ruangan min. 9 m2 ■■Pintu ruang tindakan min. 90 cm,
atau dapat dilalui brankar. ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata, tidak licin & tidak porous. ■■Ruang tindakan dilengkapi washtafel (fasilitas general prequotion) ■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrument dan obat-obatan untuk tindakan kegawat daruratan neonates. Ruang Perawatan Pasca Persalinan
■■Merupakan ruang rawat gabung ibu
Ruang Jaga Perawat/Dokter
■■Lokasi ruang jaga perawat/dokter
dan bayi normal. ■■Kebutuhan luas area perawatan pasien dan bayinya per tt termasuk sirkulasi min. 12 m2 ■■Harus dilengkapi toilet pasien yang berada di dalam ruang perawatan, dengan pintu toilet membuka ke arah luar toilet, dan dilengkapi kloset duduk. ■■Pintu ruang rawat min. 90 cm, atau dapat dilalui brankar. ■■Persyaratan lantai harus kuat, rata & tidak porous. harus dekat dengan ruang rawat pasien kebidanan dan pasca persalinan sehingga dapat memonitor kondisi pasien secara cepat.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
13
■■Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumen dan obat-obatan untuk keperluan pasien rawat inap.
7.
Ruang Laboratorium Ruang Administrasi
Terdiri dari area pendaftaran, area penyerahan specimen, area pembayaran, area penyerahan hasil.
Ruang Pengambilan specimen Ruang Pemeriksaan Laboratorium
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap dan tahan terhadap bahan kimia. ■■Persyaratan dinding harus mudah dibersihkan, non porosif, tahan cuaca, tahan bahan kimia. ■■Persyaratan langit-langit harus non porosif, mudah dibersihkan. ■■Tata udara/pertukaran udara harus baik. ■■Tersedia APAR
Ruang Tunggu Toilet pasien 8.
Ruang Radiologi Ruang Administrasi Ruang X-Ray Ruang Operator Mesin X-Ray Ruang Ganti Pasien Ruang USG Kamar Gelap/AFP Ruang Tunggu Ruang Petugas
14
■■Pada ruang penyinaran, semua sisi
yang berhubungan dengan ruang aktifitas manusia harus mengikuti persyaratan khusus sistem proteksi radiasi (Lapis timbal 2 mm/ketebalan dinding bata min. 25 cm atau beton 20 cm). ■■Pintu dan jendela pada ruangan penyinaran dilapisi dengan timbal 2 mm. ■■Di atas pintu masuk ruang penyinaran diberi lampu merah yang dapat dinyalakan pada saat mesin beroperasi. ■■Lebar pintu ruang yang dilewati brankar pasien pasien min.120 cm. ■■Tata udara/pertukaran udara harus baik. ■■Tersedia APAR
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
9.
Ruang Farmasi
■■Apabila ada limbah khusus sitotoksis
Apotek Ruang Peracikan Obat Gudang Obat Gudang Bahan Perbekalan Ruang Administrasi 10.
maka harus disediakan penanganan limbahnya. ■■Harus disediakan tempat penyim panan untuk obat-obatan khusus seperti Ruang untuk obat yang termolabil, narkotika dan obat psikotropika serta obat/ bahan berbahaya.
Ruang Sterilisasi Denah (layout) Ruang Sterilisasi diatur sedemikian sehingga tidak memung kinkan terjadinya aliran silang antara barang “steril”, “bersih” dan “kotor”.
■■Harus mempunyai akses terpisah Ruang Dekontaminasi Instrumen
dengan keluarnya barang steril dan tidak memungkinkan terjadinya cross sirkulasi. ■■Tersedia outlet air bersih dengan debit air yang mencukupi
Area Pengeringan Instrumen Ruang Penerimaan Linen Bersih dan Bahan Perbekalan Area Pengemasan dan Sterilisasi
Gudang Barang Steril
■■Persyaratan lantai harus kuat, rata,
tidak licin dan tidak porous. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia. ■■Persyaratan dinding harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia. ■■Persyaratan langit-langit harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tidak berjamur. ■■Persyaratan Tata Udara : di dalam ruang harus mempunyai tekanan udara positif. Ruangan ini minimal harus dilengkapi dengan : 1. alat pengkondisian udara dengan pre-filter yaitu jenis single unit/split system. 2. alat untuk menarik udara masuk ke dalam ruangan/memasukkan udara (;supply fan/ inhauster). 3. alat untuk menarik udara ke luar ruangan/ mengeluarkan udara buangan (;exhause fan).
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
15
Ketentuan : Laju aliran udara (CFM) yang ditarik ke luar ruangan (oleh exhause fan) harus lebih kecil dari laju aliran udara (CFM) yang dimasukkan ke dalam ruangan (oleh supplay fan) untuk menciptakan tekanan udara positif. ■■Alat pengkondisian udara tersebut harus dipasang dengan dibenamkan dalam dinding (;wall mounted). Ruang Distribusi Barang Steril 11.
Ruang Cuci/Laundry Ruang Dekontaminasi
■■Harus mempunyai akses terpisah
Ruang Pencucian Linen
■■Tata udara/pertukaran udara harus
dengan keluarnya barang bersih dan tidak memungkinkan terjadinya cross sirkulasi. ■■Tersedia outlet air bersih dengan debit air yang mencukupi baik.
Ruang Setrika Ruang Penyimpanan Linen Bersih 12.
Ruang Dapur dan Gizi Ruang Cuci Bahan Makanan Ruang Cuci Peralatan Masak Ruang Simpan Bahan Makanan
■■Tata udara/pertukaran udara harus baik. ■■Tersedia APAR
Area Persiapan Area Memasak dan Memanaskan Makanan Area Penyajian 13.
Ruang Sekretariat dan Manajemen Ruang Direktur Ruang Administrasi/Tata Usaha
16
14.
Ruang Pelayanan Serbaguna
Sesuai kebutuhan
15.
Ruang Jenazah
Minimal tersedia ruang transit dan administratif
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
DAERAH PELAYANAN JANGKA PANJANG DAN KHUSUS
DAERAH PELAYANAN EMERGENSI
DAERAH PELAYANAN ELEKTIF DAN CEPAT
Gambar 1 – Alur sirkulasi pasien di dalam rumah sakit umum
PULANG SEHAT KELUAR
RUANG RAWAT JALAN
RUANG LABORATORIUM
RUANG LABORATORIUM
RUANG GAWAT DARURAT
RUANG TINDAKAN
RUANG KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUANG PEMULIHAN
RUANG RAWAT INAP RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN
RUANG JENAZAH
*) Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C, 2004
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
17
B.2 Prasarana
B.2.1 Sistem tata udara Sistem tata udara sangat penting karena bertujuan untuk mempercepat pemulihan, mempertahankan kebugaran dan daya faal tubuh dan jiwa, pencegahan dan pengendalian infeksi yang ditularkan melalui udara, menghilangkan kalor yang berlebihan, dan membantu mendapatkan kenyamanan termal. Agar dapat memenuhi tujuan tersebut, maka sistem tata udara di Rumah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus mempunyai tata udara alami dan/atau tata udara mekanik/buatan yang optimal sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Penerapan sistem tata udara harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi. c. Ruangan tertentu membutuhkan exhauster untuk mengalirkan udara ke luar. Lokasi exhauster harus terhindar dari aktivitas manusia. d. Udara segar (fresh air) dari luar ruangan harus dimasuk kan kedalam ruangan untuk menjaga kesegaran dan kesehatan ruangan. Hal ini dipersyaratkan untuk ruangan penyakit menular minimal pertukaran udara 12 kali per jam. e. AC pada ruangan ber-AC harus dimatikan secara periodik. Ruangan diupayakan mendapat penggantian udara segar dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela setiap pagi selama 1 jam. Saringan/filter udara AC dibersihkan secara periodik setiap satu bulan sekali. f.
18
Suhu dan kelembaban relatif/relatif humiditas di setiap ruang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, kecuali ruang tertentu seperti ruang farmasi, ruang laboratorium dan ruang tindakan UGD mempunyai suhu 190°C - 240°C dan kelembaban 35-60 %.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
B.2.2 Sistem Kelistrikan Sistem Instalasi listrik harus mudah dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak megganggu, dan tidak merugikan lingkungan. Ketentuan sistem kelistrikan mengikuti Permenkes 2306/Menkes/PER/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS. 1. Sumber Daya Listrik
Sumber daya listrik dibagi 3: a. Sumber Daya Listrik Normal Sumber daya listrik utama gedung diusahakan untuk menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara. b. Sumber Daya Listrik Siaga ■■ Bangunan, ruang, atau peralatan khusus yang daya listriknya tidak boleh terputus, harus memiliki pembangkit/pasokan daya listrik siaga yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan. ■■
Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (Genset) sejumlah 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40% dari jumlah daya terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan ATS.
c. Sumber Daya Listrik Darurat Pasokan Daya Listrik Darurat berasal dari Peralatan UPS (Uninterruptable Power Supply) untuk melayani ruang tindakan. 2. Jaringan Distribusi Listrik a. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak dan/atau busduct dari berbagai tipe, ukuran, dan kemampuan.
Tipe penghantar listrik harus disesuaikan dengan sistem yang dilayani.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
19
b. Peralatan pada papan hubung bagi pemutus arus, sakelar, tombol, alat ukur, dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas. c. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, sistem komunikasi darurat, dan beban penting lainnya, harus terpisah dari instalasi beban lainnya dan dilindungi terhadap kebakaran dengan penggunaan penghantar tahan api dan mengikuti ketentuan yang berlaku. 3. Instalasi Listrik a. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan distribusi, papan hubung bagi, dan beban listrik. b. Perhitungan kebutuhan kapasitas daya listrik adalah 2,75 KVA per tempat tidur (TT). c. Semua perlengkapan listrik, (pengantar papan hubung bagi transformator, dll) tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya. d. Masalah harmonisasi dalam sistem kelistrikan harus ikut diperhatikan. e. Untuk titik-titik stop kontak yang mensuplai peralatan-peralatan medis penting (life support medical equipment), termasuk dalam sistem kelistrikan kelompok 2E minimal berkapasitas 5 KVA. Ketentuan lebih lanjut mengikuti Permenkes 2306/Menkes/ per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS. f.
Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
4. Pemeliharaan Pemeliharaan kelistrikan mengikuti Permenkes 2306/ Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS.
20
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
B.2.3 Sistem pencahayaan a. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan. b. Bangunan Rumah Sakit Kelas D Pratama mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
harus
c. Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan. Tabel 2 Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan. Fungsi ruangan
Tingkat pencahayaan min. (lux)
Ruang administrasi, koridor dll Ruang laboratorium, persalinan, UGD
100 - 200 300
Ruang perawatan
100 – 200
Ruang operasi minor
300 – 500
Ruang X-Ray
Min. 60
Ruang Farmasi
Min. 200
Ruang pantri/dapur
Min. 200
Ruang cuci
Min. 100
Toilet
Min. 100
B.2.4 Sistem proteksi kebakaran RS Pratama menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis ABC untuk ruangan-ruangan dan CO2 untuk ruangan genset.
B.2.5 Sistem Komunikasi Komunikasi telepon diperlukan untuk hubungan keluar rumah sakit.
B.2.6 Sistem Gas Medik dan Vakum Medik Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan tingkat keselamatan penggunanya. Ketentuan mengenai sistem gas medik dan vakum medik di RS Pratama mengikuti ”Pedoman Teknis Instalasi Gas Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
21
Medik dan Vakum Medik di RS” yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jendeal Bina Upaya Kesehan, Kenterian Kesehatan RI, Tahun 2011.
B.2.7 Sistem Sanitasi Sistem sanitasi harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor/air limbah dan limbah padat, serta penyaluran air hujan. 1. Sistem air bersih dan air minum. a. Sistem air bersih dan air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya. b. Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Sistem penyediaan air bersih ■■ Sistem sambungan langsung ■■ Pipa distribusi dalam gedung yang disambung dengan pipa utama penyediaan air. d. Sistem tangki atap/tangki gravitasi Jika sistem sambungan langsung tidak dapat diterapkan karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. 2. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah. a. RS Pratama harus direncanakan memiliki sistem pengolahan dan pembuangan air kotor/air limbah. b. Di dalam sistem penyaluran /pembuangan air kotor/air limbah dari ruang pantri/dapur disediakan perangkap lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak. Pengambilan kotoran/lemak bisa dila kukan secara manual maupun otomatis.
22
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
c. Harus disediakan sistem vent yaitu sistem instalasi untuk mengeluarkan udara yang terjebak didalam instalasi pipa air buangan. 3. Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non medis. a. RS Pratama harus direncanakan memiliki sistem pengelolaan limbah padat medis dan nonmedis. b. RS harus direncanakan memiliki penampungan limbah padat yang terpisah untuk limbah padat medis dan nonmedis yang penempatannya tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat, dan lingkungan serta tidak mengundang datangnya vektor/binatang penyebar penyakit. c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B.2.8 Sistem Pengendalian Terhadap Kebisingan a. Intensitas kebisingan equivalent (Leq) pada lokasi rumah sakit tidak lebih dari 55 dB (A). b. Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber. c. Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang memadai.
B.2.9 Jalur Sirkulasi a. Koridor ruang perawatan berukuran lebar 2,4 m dan harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail). b. Apabila RS mempunyai tangga, tangga tersebut harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam. Tinggi tiap-tiap pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm, kemiringan tangga kurang dari 600, lebar tangga minimal 120 cm, dan harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
23
c. Apabila RS mempunyai ramp, maka kemiringan tidak boleh melebihi 7°, lebar minimum ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
B.2.10 Aksesibilitas Penyandang Cacat (Disable) a. Bangunan RS Pratama harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan, kemanan, kenyamanan dan kemandirian bagi penyandang cacat dan lanjut usia. b. Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ramp, dan tangga bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
B.3 Fasilitas Rumah Sakit Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai dengan kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu pada standar WHO 1 TT/ 1000 Penduduk.
C. Sumber Daya Manusia Penyediaan sumber daya manusia Rumah Sakit Kelas D Pratama diupayakan oleh penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan dengan kementerian kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan. Penyelenggara Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari tenaga medis, keperawatan, penunjang kesehatan, dan tenaga non kesehatan. Dokter atau dokter gigi yang bekerja di Rumah Sakit Kelas D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.
24
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit Kelas D Pratama sebagai berikut: Tabel 3 Persyaratan minimal ketenagaan NO
JUMLAH TENAGA
1
Tenaga Dokter / Dokter Kewenangan Tambahan*
4
2
Tenaga Dokter Gigi*
1
3
Tenaga Keperawatan
4
JENIS TENAGA
- Perawat anastesi *
1
- Perawat
8
- Bidan
2
Tenaga Kesehatan Non-Keperawatan - Asisten apoteker*
1
- Radiografer*
1
- Pranata Labkes*
1
5
Tenaga penunjang
10
6
Manajerial/Administrasi - Direktur
1
- Seksi
2
- Subbag TU
1
- Tenaga administrasi
2
Keterangan : * Apabila rumah sakit mempekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut pada saat itu atau secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib menyerahkan kewenangannya kepada tenaga kesehatan yang tertinggi kewenangannya tanpa syarat. Jumlah sumber daya manusia harus disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik spesialis dasar yang sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
25
tambahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada dokter spesialis dengan bidang kompetensi yang sama.
D. Peralatan Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama dengan rumah sakit minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberadaannya di ruang/tempat masing-masing di dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 4 Peralatan Medik dan Non Medik NO A.
26
JENIS RUANG DAN PERALATAN RUANG UGD
JUMLAH
1
Meja Periksa, SS
2
buah
2
Lemari Instrumen
1
buah
3
Tiang Infus, SS
1
buah
4
Suction Pump
1
buah
5
Lampu periksa
1
buah
6
Set Diagnostik
1
buah
7
Tabung Oksigen O2 + Regulator (1500 l / besar)
2
buah
8
Tabung Oksigen Kecil + Regulator + Troley
2
buah
9
Oksigen Troley Besar
1
buah
10
Nebulizer
1
buah
11
Table Top Sterilizer
1
buah
12
ECG 3 Chanel
1
buah
13
Spirometri
1
buah
14
Oxygen Concentrate
1
unit
15
Emergency Set
1
buah
16
Bedside Monitor
1
buah
17
Stetoskop dewasa
2
buah
18
Stetoskop anak
1
buah
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
19
Stignomanometer Standing
2
buah
20
Stignomanometer table
1
buah
21
Termometer Digital
10
buah
22
Dressing Drum
3
buah
23
Tray
3
buah
24
Ambulance Strecther/Brankar ambulas
1
buah
25
Brankar, SS
1
buah
26
Emergency Lamp With Battrey
1
buah
27
Room Divider 3 Panel, SS
1
buah
28
Film Viewer (single film)
1
buah
29
Pen light
5
buah
30
Tongue Spatel, SS
5
buah
31
Nierbeken, SS
4
buah
32
Waskom antiseptik + tutup, SS
3
buah
33
Waskom Kasa + tutup, SS
3
buah
34
Pispot urine
2
buah
35
Wheel Chair
1
unit
36
Emergency Trolley
1
buah
37
Head Lamp
1
buah
38
Kursi Tunggu, 3 seats
3
buah
39
Cabinet Table
1
buah
40
Kursi
3
buah
41
Tempat Sampah (tutup) SS
2
buah
42
Kulkas 1 pintu
1
buah
43
Minor Set
2
buah
B.
RUANG BERSALIN
1
Obgyn Delivery Table
1
unit
2
Lemari Instrumen
1
unit
3
Instrument Trolley, SS
1
unit
4
Amniotic Fluid Suction Pump
1
unit
5
Vacuum Extractor
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
27
6
Baby Desk
1
unit
7
Incubator
1
unit
8
Infant Warmer
1
unit
9
Mobile Examination Lamp
1
unit
10
Stetoskop dewasa
1
unit
11
Stetoskop bayi
1
unit
12
Stignomanometer standing
1
unit
13
Stignomanometer table
1
unit
14
Dressing Drum
2
unit
15
Tray
2
unit
16
Head Lamp
1
unit
17
Kursi tunggu, 3 Seats
1
unit
18
Cabinet Table
1
unit
19
Kursi
3
unit
20
Foto Terapi
1
unit
NO
JUMLAH
21
Set Resusitasi Neonatus
1
unit
22
Forcep Naegele
1
unit
23
Fetal Doppler
1
unit
24
Partus Set
2
unit
25
Tempat Sampah (tutup), SS
2
unit
26
Emergency Set
1
unit
27
Alat Pelindung Diri
1
unit
28
Kulkas 1 pintu
1
unit
29
Kuret Set
1
unit
30
Spekulum Set
1
unit
31
Cocor Bebek Set (SML)
1
unit
32
Timbangan Bayi
1
unit
28
JENIS RUANG DAN PERALATAN
C.
RUANG POLIKLINIK
1
Meja Periksa
2
unit
2
Lemari Instrumen
1
unit
3
Set Diagnostik
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
4
USG + 2 Probe (Convage dan Vaginal) + Printer
1
unit
5
Film Viewer (single)
1
unit
6
Timbangan Berat & Tinggi Badan
1
unit
7
Meja dan Kursi Dokter
2
unit
8
ECG 1 Channel
1
unit
9
Stetoskop Dewasa
2
unit
10
Stetoskop Anak
1
unit
11
Stignomanometer Standing
2
unit
12
Stignomanometer Table
1
unit
13
Dressing Drum
1
unit
14
Head Lamp
3
unit
15
Kursi Tunggu, 3 seats
2
unit
16
Palu Refleks
2
unit
17
Tongue Spatel, SS
5
unit
18
Lampu Periksa
1
unit
19
Room Devider 3 panel, SS (plastic layer)
1
unit
20
Cabinet Table
1
unit
21
Kursi
3
unit
22
Tempat Sampah (tutup), SS
2
unit
23
Minor Set
1
unit
24
Nierbeken
3
unit
25
Fetal Doppler
1
unit
RUANG POLIKLINIK GIGI
D.
1
Dental Unit
1
unit
2
Dental Instrumen set
1
unit
3
Lemari Instrumen
1
unit
4
Kursi Tunggu, 3 Seats
1
set
5
Cabinet Table
1
buah
6
Kursi
3
unit
7
Tempat Sampah (tutup), SS
2
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
29
E.
1
Mobile X-Ray Unit 100mA
1
unit
2
Vertical Bucky Stand
1
unit
3
X-Ray Cassete Stand
1
unit
4
X-Ray Automatic Processing Film
1
unit
5
X-Ray Film Cassette
1
unit
6
Intensifying Screen, ukuran:
– 18 × 24 cm
1
unit
– 24 × 30 cm
1
unit
– 30 × 40 cm
1
unit
– 35 × 35 cm
1
unit
7
Apron Single 3,5 mm
1
unit
8
Apron Double 3 mm
1
unit
9
Thyroid Protection
1
unit
10
Gonad Protection
1
unit
11
Survey meter
1
unit
12
Lead Letter & Figure
1
unit
13
Pb ( Timbal )
50
mtr2
14
X - Ray Protection Screen with Lead Glass
1
unit
15
X - Ray Film, Ukuran :
– 18 x 24 cm
1
unit
– 24 x 30 cm
1
unit
– 30 x 40 cm
1
unit
– 35 x 35 cm
1
unit
16
Medicine Cabinet
1
unit
17
Film viewer (double film)
1
unit
18
Tempat Sampah (Tutup)
1
unit
NO F.
30
RUANG RADIOLOGI
JENIS RUANG DAN PERALATAN
JUMLAH
RUANG LABORATORIUM
1
Centrifuge 8 Tabung
1
unit
2
Centrifuge Hematokrit
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
3
Kulkas 1 pintu
1
unit
4
Instrumen Kabinet
1
unit
5
Photometer
1
unit
6
Mikroskop Binokular
1
unit
7
Mikropipet Set
1
set
8
Glass Tube Set
1
set
9
Rak - rak tabung set
1
set
10
Perlengkapan dan pengambilan Sampel set
1
buah
11
Reagensia set
1
buah
12
Urinalisa set
1
buah
13
Faeces set
1
buah
14
Hematology Analizer
1
buah
15
Hematology Set
1
buah
16
LED Set
1
unit
17
Glucometer
2
unit
18
Urinometer
1
buah
19
Laboratorium Table, SS
2
buah
20
Cabinet Table
1
buah
21
Kursi
3
unit
22
Tempat Sampah (Tutup), SS
2
unit
G.
RUANG REKAM MEDIK
1
Filling Cabinet
2
unit
2
Meja
2
unit
3
Kursi
2
unit
4
Komputer + Printer + UPS + Table
1
unit
5
Lemari Arsip
2
unit
RUANG JAGA DOKTER
H
1
Sleeping Sofa
2
unit
2
Kulkas 1 pintu
1
unit
3
TV 21" LCD + Receiver + Parabola
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
31
4
Cabinet Table
1
unit
5
Kursi
1
unit
6
Loker 2 pintu
1
unit
NO I.
32
JENIS RUANG DAN PERALATAN
JUMLAH
RUANG JAGA PERAWAT
1
Sleeping Sofa
2
unit
2
Kulkas 1 pintu
1
unit
3
TV 21" LCD + Receiver + Parabola
1
unit
4
Cabinet Table
1
unit
5
Lemari Insrumen
1
unit
6
Minor Set
2
unit
7
Pen light
5
buah
8
Tongue Spatel, SS
5
buah
9
Nierbeken, SS
4
buah
10
Waskom antiseptik + tutup, SS
3
buah
11
Waskom Kassa + tutup, SS
3
buah
12
Pispot urine
3
buah
13
Dressing Drum
3
buah
14
Tray
3
buah
15
Kursi
1
unit
16
Loker 2 pintu
1
unit
J.
RUANG TINDAKAN /OPERASI
1
Meja Periksa
1
unit
2
Lampu Operasi
1
unit
3
Mesin Anestesi
1
unit
4
Bedside Monitor
1
unit
5
Surgical Unit
1
unit
6
Suction Pump
1
unit
7
Defibrilator
1
unit
8
Tabung Oksigen + Regulator (1500 L / besar)
4
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
9
Tabung Gas N2O + Regulator
2
unit
10
Infusion Pump
1
unit
11
Syringe Pump
1
unit
12
Instrument Trolley, SS
1
unit
13
Medicine Trolley
2
unit
14
Dressing Trolley, SS
1
unit
15
Major Surgery Set
1
set
16
Caesarean Section Set
1
set
17
Suture Set
1
set
18
Minor Surgery Set
1
set
19
Aerosol Sterilizer
1
unit
20
Scrub Station
1
unit
21
Lemari Instrumen
1
buah
22
Lemari Obat
1
unit
23
Venae Sectio Set
1
set
24
Instrument Tray
1
unit
25
Orthopaedic Set (Screw + Plate) Set
1
set
26
Hysterectomy Set
1
set
27
Pulse Oximetry
1
unit
28
Emergency Lamp With Battery
1
unit
29
Tempat Sampah (tutup), SS
2
unit
30
Baju Operasi Set (Spek : ML dan XL )
1
unit
31
Stignomanometer standing
1
unit
32
Stetoskope Dewasa
1
unit
33
Film Viewer (single film)
1
unit
K.
RUANG PEMULIHAN/PASCA TINDAKAN
1
Bed for Adult 2 Crank
1
unit
2
Infusion Pump
1
unit
3
Suction Pump
1
unit
4
Syringe Pump
1
unit
5
Bedside Monitor
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
33
6
Ventilator for Adult & Child
1
unit
7
Dressing Trolley, ( SS )
1
unit
8
Tabung Gas O2 + Regulator
2
unit
9
Stetoskop Dewasa
1
unit
10
Stetoskop Anak
1
unit
11
Stignomanometer Standing
1
unit
12
Stignomanometer Table
1
unit
13
Tempat Sampah (tutup), SS
2
unit
14
Cabinet Table
1
buah
15
Kursi
1
unit
L.
RUANG STERILISASI dan LOUNDRY
1
Otoklaf
1
unit
2
Mesin Cuci
1
unit
3
Lemari Instrumen
2
unit
4
Laundry Trolley, SS
1
unit
5
Meja setrika + Setrika
1
unit
6
Instrument Tray + tutup
3
unit
RUANG RAWAT INAP
M.
34
1
Bed for Adult 2 Crank + Matras
8
unit
2
Bed for Child 1 Crank, ( SS ) + Matras
2
unit
3
Bedside Cabinet + Overbad Table
10
unit
4
Baby Basket
3
unit
5
Infusion stand, ( SS )
5
unit
6
Suction Pump
1
unit
7
Tabung Gas O2 + Regulator
4
unit
8
Syringe Pump
1
unit
9
ECG 3 channel
1
unit
10
Stignomanometer Standing
3
unit
11
Stignomanometer Table
2
unit
12
Stetoskop Dewasa
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
13
Stetoskop Anak
1
unit
14
Kursi Tunggu, 3 seats
2
unit
15
Oxygen Concentrator
2
unit
16
Tempat Sampah + Tutup, SS
4
unit
N.
RUANG ADM/KANTOR
1
Filling Cabinet
2
unit
2
Meja
4
unit
3
Kursi
4
unit
4
Komputer Desktop Set
1
unit
5
Lemari Arsip
2
unit
O.
RUANG APOTIK
1
Medicine Cabinet
2
unit
2
Filling Cabinet
1
unit
3
Kulkas
1
unit
4
Work Table for Medicine
1
unit
5
Writing Desk
2
unit
6
Kursi
2
unit
7
Kursi Tunggu
1
unit
8
Cawan + Mortir Obat
2
unit
9
Tempat Sampah (Tutup)
2
unit
P.
RUANG GIZI / PANTRY
1
Kitchen Set
1
unit
2
Kulkas
1
unit
3
Kompor Gas 2 Tungku
1
unit
4
Tabung Gas 15 Kg
2
unit
5
Timbangan
1
unit
6
Perlengkapan Masak Set
1
unit
7
Perlengkapan Makan Set
100
unit
8
Pantry Trolley
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
35
Q.
36
RUANG DIREKTUR
1
Sofa Tamu
1
set
2
Kulkas 1 pintu
1
unit
3
TV 21" LCD + Receiver + Parabola
1
unit
4
Writing Desk
1
unit
5
Kursi
1
unit
6
Filling Cabinet
1
unit
7
Komputer Desktop Set
1
unit
R.
PRASARANA LISTRIK
1
Listrik PLN
2
Genset 50 k VA
2 unit
S.
PRASARANA AIR BERSIH
1
Mesin Pompa Air
1
unit
2
Penampungan Air (Toren)
2
bh
3
Sumur Bor
1
bh
T.
PRASARANA ANTI KEBAKARAN
1
Alat Pemadam Api Ringan
5
unit
2
Penangkal Petir
1
unit
U.
PRASARANA LIMBAH
1
Pengolahan Limbah Padat
1
unit
– Incenerator
2
Pengolahan Limbah Cair
1
unit
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
Keberadaan dan fungsi semua peralatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada tabel 4 merupakan tanggung jawab pemilik dan penyelenggara rumah sakit. Fungsi masing-masing peralatan sebagaimana dimaksud pada tabel 4 harus berjalan. Uji dan kalibrasi dilakukan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
E. Manajemen
E.1 Perizinan a. Izin mendirikan Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota. b. Izin operasional Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
E.2 Administrasi Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan.
E.3 Organisasi Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi manajemen sesuai kebutuhan.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
37
Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta administrasi umum dan keuangan . Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.
38
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
BAB III PENYELENGGARAAN
D
alam penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama, lingkup pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialistik dasar, dan pelayanan penunjang medik. Disamping itu, Rumah Sakit Kelas D Pratama diupayakan menjalin kerjasama operasional untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit, yang mencakup pelayanan dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan ditujukan untuk kepentingan terbaik pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
A. Lingkup Pelayanan
A.1 Pelayanan Medik Umum Pelayanan medik umum harus disediakan dan diberikan kepada pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangan dokter dengan memanfaatkan kemampuan fasilitas rumah sakit secara optimal.
A.2 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar Pelayanan medik spesialistik dasar dapat diberikan oleh dokter spesia lis atau dokter umum dengan kewenangan tambahan tertentu sesuai dengan kebutuhan pelayanan spesialistik dasar meliputi: a. b. c. d.
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Kebidanan dan Kandungan Kesehatan Anak Penyakit Dalam Bedah
A.3 Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat dilaksanakan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
39
kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai standar pelayanan kegawatdaruratan.
A.4 Pelayanan Pemulihan Pascatindakan
A.5 Pelayanan Keperawatan
A.6 Pelayanan Laboratorium Dalam memberikan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus mempunyai prosedur untuk menjamin keselamatan bagi pasien dan petugas, terutama dalam specimen handling dan dalam memberikan pelayanan transfusi darah. Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat (lab. cito) dan rawat jalan serta bank darah hendaknya terletak tidak jauh dari unit gawat darurat dan laboratorium induk, jadi merupakan satu kelompok laboratorium.
A.7 Pelayanan Radiologi Pelayanan radiologi telah memenuhi persyaratan dan perizinan dari institusi yang berwenang untuk penyimpanan, penggunaan, dan pembuangan bahan radioaktif. Pelayanan radiologi wajib menjamin keamanan bagi pasien dan petugas radiologi dengan cara pemeriksaan periodik terhadap peralatan radiologi dan pemeriksaan tingkat paparan radiasi pada petugas. Peralatan proteksi radiasi yang harus tersedia adalah apron setara dengan 0,25 mm timbal, shielding berlapis 2,5 mm timbal, sarung tangan berlapis timbal, dan kacamata timbal. Pelayanan radiologi hanya diberikan berdasarkan atas permintaan dokter secara profesional dan bukan oleh profesi kesehatan lainnya.
A.8 Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Kelas D Pratama bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, pelayanan informasi, dan penjaminan pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat.
40
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut harus tercantum. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan perturan dan tujuan dalam pelayanan farmasi itu sendiri. Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
A.9 Pelayanan Gizi
A.10 Pelayanan Sterilisasi A.11 Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer A.12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
B. Kerjasama Operasional Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama, diperlukan kerjasama operasional dengan rumah sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi. Kerjasama operasional yang dilaksanakan Rumah Sakit Kelas D Pratama diantaranya kerjasama dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat sebagai rumah sakit pengampu. Pelaksanaan kerjasama Rumah Sakit Kelas D Pratama dengan rumah sakit pengampu harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah Rumah Sakit Kelas D Pratama berada. Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu dapat berupa penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan manajemen rumah sakit, dan kerjasama lainnya. Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendidik an kedokteran, BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
41
C. Klasifikasi Pengelompokan kelas pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.
D. Pembiayaan Operasional Pembiayaan operasional Rumah Sakit Kelas D Pratama menjadi tanggung jawab pemilik rumah sakit.
E. Tarif Pola tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif Rumah Sakit Kelas D Pratama ditetapkan oleh pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif kelas III dan harus memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.
F. Peraturan Internal Rumah Sakit Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan konstitusi rumah sakit yang mengatur secara administratif peran, tugas dan wewenang pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau perwakilannya.
G. Komite Medik Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah satunya menjadi ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat oleh direktur rumah sakit.
H. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran Komunitas dan Humaniora Kesehatan. Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi yang mengembangkan penelitian dan pengembangan dalam bidang
42
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan yang bekerjasama dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan masyarakat lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan di wilayah kerja setempat.
I. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan Rumah Sakit Kelas D Pratama. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian dari kerjasama operasional yang dilakukan Rumah Sakit Kelas D Pratama.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
43
44
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
K
ementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan supervisi, konsultasi, evaluasi, dan bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing. Rumah Sakit Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Laporan sebagaimana dimaksud di atas mencakup antara lain kelahiran, morbiditas, mortalitas, dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup data tentang penyebab kematian.
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
45
BAB V PENUTUP
U
paya peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terus diusahakan terutama pada sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Kelas D Pratama. Dalam meningkatkan pelayanan tersebut Rumah Sakit Kelas D Pratama berupaya mengacu kepada standar pelayanan kesehatan yang berlaku. Pedoman penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama ini dibuat dengan tujuan agar dapat dijadikan acuan bagi penyelenggara Rumah Sakit Kelas D Pratama dalam melakukan penyelenggaraan rumah sakit, terutama petunjuk tentang hal-hal teknis yang diperlukan. Penyusunan pedoman ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya dengan melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunannya. Untuk itu saran dan kritik demi kesempurnaan buku ini sangat diharapkan.
46
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
ISBN 978-602-235-299-0