Training Material 2G Drivetest Methodology, Reporting, Analysis and Study Case (Part 2)
Agenda Week 4 2G/GSM Drivetest Analysis Coverage Problem Low Signal Level Lack of Dominant Server Fast Moving Mobile Sudden Decrease/Tunnel Effect Rx Level too closed to each other Many Cells almost same Drop Call due to Bad Coverage Access Failures After Drop Call Quality Problem Bad Rx Level, Rx Qual and FER Bad Rx Level, Rx Qual but FER OK Adjacent Channel Interference Time Dispersion External Interference
Agenda Week 4 2G/GSM Drivetest Analysis GSM Basic Parameter Cell Reselection Power Control Handover & Power Control Parameter Discontinuous Transmission (DTX) Coverage and Quality Issue (BSC Performance)
COVERAGE PROBLEM
4
Coverage Problem Level)
Area dimana jumlah site sedikit dan terdapat banyak hambatan seperti perbukitan yang menghalangi LOS sinyal akan terdapat banyak coverage hole atau area dengan sinyal yang lemah. Perhatikan perubahan pada C/I dan SQI karena sinyal yang lemah.
(Low Signal
Coverage Problem Server)
MS kemungkinan berada pada border cell dan tidak terdapat best serving cell menyebabkan terjadinya ping-pong handover.
(Lack
of Dominant
Coverage Problem Mobile)
Saat MS bergerak sangat cepat akan terlihat banyak terjadi handover dan banyak perubahan pada sinyal Rx Level. Hal ini terjadi saat user MS berkendara pada kecepatan tinggi misalkan saat di jalan tol. Lama serving akan bergantung pada cell coverage dan seting HCS (Hierarchical Cell Structure) pada jaringan.
(Fast
Moving
Coverage Problem Effect)
Pada saat MS bergerak memasuki sebuah terowongan maka akan terlihat Rx Level pada Line Chart turun seperti curva. Tunnel effect juga menyebabkan terjadinya ping-pong handover.
(Sudden
Decrease/Tunnel
Coverage Problem Effect)
Open space Closed Tunnel
(Sudden
Decrease/Tunnel
Coverage Problem Effect)
Lowest coverage
(Sudden
Decrease/Tunnel
Coverage Problem Effect)
(Sudden
Decrease/Tunnel
Coverage Problem other)
Hal ini terjadi saat terdapat coverage area yang overlapping, dimana beberapa cell memilki kuat Rx Level yang sama dan menyebabkan pingpong handover. Lakukan coverage tuning pada area ini.
(Rx
Levels too closed to each
Coverage Problem Same)
Perlunya optimisasi di daerah ini dimana pada suatu area terjadi overlapping coverage beberapa cell. Hal ini dapat menyebabkan problem pada quality.
(Many
Cells Almost
Coverage Problem coverage)
Drop call terjadi karena poor coverage. Sinyal Rx Level turun dibawah minimum signal level. Dapat dilihat bahwa level sinyal dibawah Rx Access Minimum Level.
(Drop
Call due to Bad
Coverage Problem Call) Access Failure terjadi dikarenakan cell dimana MS mencoba untuk mengaksesnya memiliki Rx Level dibawah ACCMIN/Rxlevami. Kemungkinan karena adanya poor coverage, blocking atau hardware failure pada cell tersebut. ACCMIN/Rxlevami minimum diseting pada -104 dBm dan dapat dinaikkan tergantung pada sensitivitas hardware. Semakin kecil seting pada ACCMIN/Rxlevami dapat diartikan idle coverage semakin luas dan probabilitas terjadinya access failure semakin besar.
(Access
Failures After Drop
Coverage Problem Possible Solution Site Configuration Change (Antenna Type, Height, Azimuth, Tilt Change)
Repeater
Sector Addition New Site Proposal
Higher Cost
Loss or Attenuation Check (Feeders, Connectors, Jumpers, etc)
MS tidak boleh menerima sinyal original dan sinyal repeater pada coverage yang sama, karena sinyal dari repeater akan mengalami delay dan menginterferensi sinyal dari original cell.
QUALITY PROBLEM
17
Quality Problem FER)
Saat Rx Level menurun Rx Qual dan FER juga menurun karena adanya interferensi atau fading.
(Bad
Rx Level, Rx Qual and
Quality Problem OK)
Pada contoh ini FER dalam kondisi baik. Artinya tidak terdapat interferensi pada area ini. Kemungkinan area yang flat tanpa adanya halangan dan pantulan atau penggunaan re-use frekuensi yang baik sehingga terjadinya cochannel kecil.
(Bad
Rx Level, Rx Qual but FER
Quality Problem Interference)
Pada contoh disamping dapat dilihat adjacent BCCH antara best server dengan best neighbor.
(Adjacent
Channel
Quality Problem
(Time Dispersion)
Time Dispersion terjadi karena adanya interferensi sinyal refleksi dari sinyal carrier dengan waktu delay lebih dari 15 ms.
Apabila waktu delay kurang dari 15 ms (4 bits atau kurang dari 4,4 km) sebenarnya hal ini masih dapat diatasi oleh equalizer.
Time Dispersion terjadi karena problem coverage yang biasanya terjadi di area perbukitan, lembah, pegunungan atau daerah yang terdapat gedunggedung yang berlapis metal.
Interferensi karena Time Dispersion dinyatakan dalam simbol R dan rasio C/R menurut GSM spesification harus lebih besar dari 9 dB (Analogi rasio C/I)
Quality Problem
Berikut adalah contoh terjadinya Time Dispersion yang mempengaruhi kualitas. Bahkan sinyal ter-refleksi R lebih besar daripada sinyal carrier sehingga nilai TA pun sangat besar (mencapai TA 11)
(Time Dispersion)
External Interference External interference dapat terjadi karena adanya kesalahan instalasi, planning yang kurang baik, kebocoran filter atau murni karena adanya suatu sistem yang me-generate frekuensi yang bersinggungan atau tepat pada alokasi frekuensi tertentu tetapi tidak sesuai dengan ketetapan alokasi frekuensi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Besarnya eksternal interference tergantung dari power yang di generate oleh eksternal sistem. Eksternal interference dapat menyebabkan degradasi performance accessibility dan retainability.
External Interference Flow Chart (1)
Start
Collect Data untuk eksternal interfrence. (ex Huawei :RTWP value, Nokia : timeout B1, Ericcson : pmaverageRSSI)
NO Finish
External Interference >-96 dBm
Flicker Check if any Hardware troubleshooting activities, Upgrade activities, Feature activitaion or Special event in cell’s coverage
YES
One Day Degradation (flicker) or Remain?
Remain
1
External Interference Flow Chart (2)
Indoor
1
Indoor or Macro Site?
Macro Site
Check Alarm
Do Indoor drivetest. Check hardware installation such as feeder, jumper, connector, combiner etc.
Number of cells Mapping High uplink interference cells to estimate external interference source Start frequency scanning in high uplink interference Area
Impact in number of cells or specific cell Spesific Cell Check Alarm Site Audit Block the High uplink interference Cell and start frequency scanning (Rx Frequency Scanning)
External Interference Spectrum Analyzer Check
Pengecekan exsternal interference biasanya membutuhkan spectrum analyzer untuk mengetahui sumber external interference.
External Interference Average Uplink Interfrence (example case) Cell C memiliki nilai Uplink Interference yang cukup tinggi dengan rata-rata 90 dBm.
Untuk mendeteksi adanya external interference dapat dilakukan dengan meng-collect data dari measurement BSC/RNC.
External Interference Impact in Accessibility Success Rate (example case)
Statistik Accesibility CELL C lebih rendah dibandingkan kedua cell lainnya. Bukti bahwa external interference mempengaruhi KPI Accessibility.
External Interference Impact in Retainability Success Rate (example case)
Statistik Retainability CS Voice CELL C lebih rendah dibandingkan kedua cell lainnya. Bukti bahwa external interference mempengaruhi KPI Retainability.
External Interference Site Audit
Dari panoramic view tampak coverage area Pada Sector A dan Sector B ”LOS coverage” dan tidak terdapat obstacle apapun sedangkan pada Sector C terdapat obstacle berupa antena operator lain yang dapat menaikan nilai eksternal interference.
External Interference Trouble Shooting (1)
Untuk memastikan bahwa sinyal interference berasal dari antena operator lain maka dapat dilakukan trial on-site. Trial yang dilakukan adalah me-reazimuth arah antena yang tadinya arahnya langsung berhadapan dengan antena penginterference dialihkan arahnya menjauhi antena peng-interference.
External Interference Trouble Shooting (2)
Seperti yang dilakukan pada kasus berikut current azimuth adalah pada 280 dengan nilai uplink interference -80 dBm, apabila kita rubah menjadi 300 nilai uplink interference turun menjadi -87 dBm, dan apabila kita ubah lebih menjauhi yaitu pada azimuth 330 maka nilai uplink interference turun menjadi -93 dBm.
External Interference Trouble Shooting and Recomendation Meskipun nilai uplink interference turun reazimuth bukan solusi yang baik karena objective coverage antena jadi berubah oleh sebab itu trial azimuth hanya untuk memastikan bahwa uplink interference benar berasal dari antena operator lain.
Untuk solusinya kita dapat merelokasi antena seperti pada disamping. Setelah dilakukan relokasi maka nilai uplink interference dapat dimonitor kembali.
External Interference (example case) Bad Uplink Quality Measurement CI : 41402
CI : 41403
CI : 41401
Beberapa cell pada jarak yang berdekatan memiliki uplink quality yang jelek pada TRX 0 (BCCH Frequency). Suspect terdapat external interference di sekitar cell-cell tersebut.
External Interference (example case) Impact External Interference ke TCH Drop BSC ID
BTSM
BTS
LAC
CI
Number TCH_Loss
sbs_1
40
1
468
41402
673
sbs_1
15
1
468
41012
547
sbs_1
40
2
468
41403
494
sbs_1
43
0
468
49821
184
sbs_1
40
0
468
41401
104
Cell-cell yang terkena external interference jumlah TCH Drop nya juga tinggi.
Cause external interference external interference external interference external interference external interference
BCCH 596 688
589 585 580
External Interference (example case) On Site Investigation
CI : 41012
CI : 41403
CI : 49821 Semua cell berdekatan dengan transmitter radio kereta Api. Suspect frekuensi yang digenerate oleh transmitter radio kereta api inilah yang menyebabkan external interference.
External Interference (example case) Frequency Scanning
Setelah melakukan frequency scanning untuk semua rentang frequency DCS. Dan mengarahkan antenna scanner ke transmmitter radio KA didapatkan hasil seperti gambar diatas.
External Interference (example case) Frequency Scanning Result GROUP I II III
Start Freq (MHz) 1712.5 1740 1761
Stop Freq (MHz) 1728.5 1757 1769.4
Interfered ARFCN 575 through 604 661 through 746 766 through 808
Dari hasil scanning diatas maka terdapat tiga buah grup frekuensi, maka apabila dipetakan akan didapatkan ARFCN seperti pada tabel diatas. LAC
CI
468 468 468 468 468
41402 41012 41403 49821 41401
BCCH Interfering ARFCN Group 596 I 688 II 589 I 585 I 580 I
Setiap cell-cell yang mengalami bad uplink interference akan dipetakan setiap BCCH ARFCN-nya ke dalam interference grup yang kita definisikan sebelumnya.
External Interference (example case) Rekomendasi Lakukan retune pada BCCH frquency dan hindari penggunaan pada frequency-frequency penginterference berikut. GROUP
Start Freq (MHz)
Stop Freq (MHz)
Interfered ARFCN
I
1712.5
1728.5
575 through 604
II
1740
1757
661 through 746
III
1761
1769.4
766 through 808
Diskusikan apa rekomendasi saudara apabila frequency external menginterference pada frekuensi-frekuensi TCH, dan kita telah mengimplementasikan SFH 1 x 1 ?
Discussion Group (1/4) Buatlah kelompok terdiri dari 2-3 orang. Kemudian analisa kasus dibawah ini berdasarkan data-data yang diperoleh (Data 1-4). Buatlah kesimpulan dari diskusi Anda sekelompok. Retainability Success Rate
Data 1
3G
Discussion Group (2/4) Average uplink interference
3G
Data 2
Discussion Group (3/4) 0
20
330
40 Data 3 : Reazimuth Trial
Other operator Cell dengan uplink interference tinggi
Other operator
Discussion Group (4/4) 0 Trial azimuth
330 Trial azimuth
Average Uplink Interference -95 dBm
Average Uplink Interference -87 dBm
20 Trial azimuth
Average Uplink Interference -86 dBm
Data 4 : Hasil pengukuran dari reazimuth Trial
40 Current azimuth
Average Uplink Interference -84 dBm
GSM BASIC PARAMETER
44
Cell Reselection C1 Parameter Salah satu kriteria yang harus dipenuhi adalah C1 > 0 C1 = (A-Max (B, 0))
A = Rata-rata power yang diterima – RXLEV_ACCESS_MIN = RLA_P – RXLEVAMI (Siemens) = Received signal level – ACCMIN B = MS_TXPWR_MAX_CCH – P = MSTXPMAXCH – P (Siemens) = CCHPWR – P (Ericsson)
(Ericsson)
RXLEVAMI atau ACCMIN adalah parameter cell level yang mengindikasikan sinyal level minimum yang dibutuhkan MS untuk mengakses ke sistem.
MSTXPMAXCH/ CCHPWR adalah parameter yang mengindikasikan power transmit maksimum MS untuk mengakses ke sistem dan P adalah output power maksimum MS tergantung dari MS Class.
Cell Reselection C1 Parameter MS akan mengkalkulasi kriteria path loss pada serving cell dan non serving cell paling tidak selama 5 detik. Kriteria path loss terpenuhi jika C1> 0 (jika C1 < 0 pada periode paling tidak 5 detik maka cell dihilangkan dari list). Jika C1 pada neighbour cell lebih tinggi daripada C1 pada serving cell maka akan terjadi cell reselection dari serving cell ke neighbour cell.
Terdapat parameter CELLRESH(Siemens) dimana terdapat histerisis value pada perhitungan path loss C1. Sehingga apabila C1 neighbour cell > C1 serving cell + CELLRESH paling tidak selama 5 detik maka baru akan terjadi cell reselection.
Parameter CELLRESH(Siemens) berfungsi untuk menghindari terjadinya kejadian cell reselection yang tidak perlu (pingpong cell reselection).
Cell Reselection C2 Parameter C2 berguna pada saat penggunaan strategi load sharing antara GSM dan DCS dan juga untuk menghindari cell reselection yang tidak perlu pada fast moving MS dimana terdapat coverage microcell dan coverage macrocell.
C2 = C1 + CRESOFF
(Siemens)
- TEMPOFF
(Siemens)
C2 = C1 + CRO
(Ericcson)
- TO
PENTIME ( Siemens) / PT (Ericsson) < 31
(Ericsson)
C2 = C1 + CRESOFF (Siemens) C2 = C1 + CRO (Ericcson)
PENTIME ( Siemens) / PT (Ericsson) expired
C2 = C1 - CRESOFF (Siemens) C2 = C1 - CRO (Ericcson)
PENTIME = 31
Untuk kasus load sharing strategy antara GSM dan DCS biasanya akan dilakukan seting dimana C2 DCS > C2 GSM. Dengan TEMPOFF (Siemens) / TO (Ericsson) = 0 dan PENTIME ( Siemens) / PT (Ericsson) = 0. Sehingga hanya parameter CRESOFF(Siemens) / CRO (Ericcson) saja yang digunakan.
Cell Reselection C2 Parameter Aplikasi Timer Pentime/PT
Aplikasi Pada Fast Moving MS
Agenda Week 4 2G/GSM Drivetest Analysis GSM Basic Parameter Cell Reselection Power Control Handover & Power Control Parameter Discontinuous Transmission (DTX) Coverage and Quality Issue (BSC Performance)
Power Control Untuk menghindari dominasi interferensi dari user yang memiliki sinyal sangat kuat dan biasanya berada pada jarak yang lebih dekat dengan base station, digunakan konsep power control.
Power control akan mengatur daya pancar tiap-tiap user sehingga daya yang diterima oleh base station adalah sama untuk semua user yang tersebar secara acak pada setiap lokasi di dalam sel yang dicakup oleh base station.
Power control akan memerintahkan mobile station untuk menaikkan daya pancarnya ketika level RxLevel atau RxQual menurun dan akan memerintahkan MS untuk menurunkan daya pancarnya ketika RxLevel tinggi.
Handover & Power Control Parameter
Handover & Power Control Parameter 1 Ini adalah daerah dimana terjadi handover karena low RxLevel. Dimana threshold ini diatur oleh parameter HOLTHLVDL (Siemens) / threshold level downlink Rx level (LDR) (Nokia) pada sisi downlink dan parameter HOLTHLVUL (Siemens) / threshold level uplink Rx level (LUR) (Nokia) pada sisi uplink.
2
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxLevel bekerja. Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter LOWTLEVD (Siemens) / pc lower thresholds lev dl Rxlevel (LDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan LOWTLEVU (Siemens) / pc lower thresholds lev ul Rxlevel (LUR) (Nokia) pada sisi uplink.
3 4
Ini adalah kondisi dimana MS dalam level dan kualitas yang baik sehingga tidak perlu adanya power control yang bekerja. Ini adalah threshold dimana power control untuk menurunkan RxLevel bekerja. Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter UTLEVD (Siemens) / pc upper thresholds lev dl Rx level (UDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan UTLEVU (Siemens) / pc upper thresholds lev ul Rxlevel (UUR) (Nokia) pada sisi uplink.
Handover & Power Control Parameter 5
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxLevel bekerja dan juga power control untuk menaikkan RxQual bekerja.
6
Ini adalah threshold dimana power control untuk menaikkan RxQual bekerja. Threshold pada daerah ini diatur oleh parameter LOWTQUAD (Siemens) / pc lower thresholds qual dl Rx qual (LDR) (Nokia) pada sisi downlink. Dan LOWTQUAU (Siemens) / pc lower thresholds qual ul Rx qual (LUR) (Nokia) pada sisi uplink.
7
Ini adalah threshold terjadinya handover yang diakibatkan karena low RxQual. Dimana threshold ini diatur oleh parameter HOLTHQUDL (Siemens) / threshold qual downlink Rx qual (QDR) (Nokia) pada sisi downlink dan parameter HOTHQUUL (Siemens) / threshold qual uplink Rx qual (QUR) (Nokia) pada sisi uplink.
8 Ini adalah daerah dimana level sinyal bagus tetapi kualitas jelek karena terdapat adanya interferensi. Pada daerah ini akan terjadi handover dapat berupa intracell handover atau intercell handover.
Short Quiz 1 Tentukan aksi yang akan terjadi pada jaringan apabila setting threshold untuk handover dan power control ditentukan seperti pada slide 37.
1. Kondisi Rx Level DL -100 dBm, Rx Qual DL 3? 2. Kondisi Rx Level DL -85 dBm, Rx Qual DL 6 ? 3. Kondisi Rx Level DL -78 dBm, Rx Qual DL 2 ?
4. Kondisi Rx Level UL -95 dBm, Rx Qual UL 3? 5. Kondisi Rx Level UL -92 dBm, Rx Qual UL 4?
Agenda Week 4 2G/GSM Drivetest Analysis GSM Basic Parameter Cell Reselection Power Control Handover & Power Control Parameter Discontinuous Transmission (DTX) Coverage and Quality Issue (BSC Performance)
Discontinuous Transmission (DTX) Discontinuous Transmission (DTX) adalah suatu fungsionalitas yang berfungsi untuk menurunkan level interferensi dengan cara mematikan transmitter saat tidak adanya pembicaraan dari user meskipun MS dalam keadaan dedicated mode. Untuk lebih memahami bagaimana sistem DTX bekerja, harus kita ingat lagi bagaimana sebuah bit ditransmisikan dalam sistem GSM.
Multiframe pada kanal TCH berulang sampai 26 TDMA Frame. Dimana dari setiap multiframe terdapat kanal SACCH yang berguna untuk signalling. SACCH multiframe paling tidak terdiri SACCH Multiframe dari empat TCH multiframe. T T T T T T T T T T T T A T T T T T T
dengan alokasi 104 T T T Ttimeslot T T I
T T T T T T T T T T T T A T T T T T T T T T T T T I T T T T T T T T T T T T A T T T T T T T T T T T T I T T T T T T T T T T T T A T T T T T T T T T T T T I
Discontinuous Transmission (DTX) Channel Coding
Pada sisi MS sebelum suara dikodekan di bagian channel coder. Suara kita akan disampling setiap 20 ms dan diubah menjadi digital ke dalam 260 bit yang akan dibagi menjadi 3 kelas yang berbeda : Very Important bits, Important bits dan Not so important bits.
Dan akan menghasilkan total 456 output bit. Deskripsi ini digunakan pada GSM full Rate. Pada Enhanced Full Rate (EFR) hanya digunakan 240 bit dan 20 bit sisanya digunakan untuk mengimprove deteksi error.
Discontinuous Transmission (DTX) Bit into burst 456 57
57
57
57
57
57
57
57
Ke-456 bit tersebut akan di split ke dalam 8 buah blok informasi dengan setiap blok informasi terdiri dari 57 bit. Sehingga setiap normal burst akan terdapat dua buah blok informasi.
Discontinuous Silence Descriptor Transmission (DTX) Frame a b g h m n s t
a b g h m n s t
a b g h m n s t
a b g h m n s t
b c h i n o t u
b c h i n o t u
b c h i n o t u
b c h i n o t u
c d i j o p u v
Maka maping SACCH multiframe akan tampak pada gambar diatas. Dimana a-y adalah TCH frame dan A adalah SACCH frame. Bagian awal kumpulan blok a telah ditransmisikan pada multiframe sebelumnya dan bagian akhir kumpulan blok y akan ditransmisikan pada multiframe selanjutnya.
c d i j o p u v
c d i j o p u v
c d i j o p u v
A A A A A A A A
d e j k p q v w
d e j k p q v w
d e j k p q v w
d e j k p q v w
e f k l q r w x
e f k l q r w x
Kumpulan blok n disebut dengan Silence Descriptor Frame atau SID Frame. SID frame digunakan ketika DTX diaktifkan dan mengandung parameter yang merepresentasikan background noise di sekitar microphone pada MS.
e f k l q r w x
e f k l q r w x
f g l m r s x y
f g l m r s x y
f g l m r s x y
f g l m r s x y
I I I I I I I I
JIka DTX aktif Voice Activity Detector (VAD) akan secara kontinyu memonitor adanya silent frame pada setiap frame. Jika VAD menemukan silent frame maka SID akan menganalisa background noise dan mengirimkan SID frame yang akan menggantikan silent frame.
Discontinuous Full values and SubTransmission (DTX) values Pada pengukuran Rx Level dan Rx Qual dengan TEMS akan terdapat istilah FULL values dan SUB values. Pada FULL values semua frame pada SACCH multiframe akan diukur meskipun frame tersebut tidak ditransmisikan oleh Base Station. Pengukuran FULL values menjadi invalid jika DTX diaktifkan karena perhitungan BER tetap dilakukan meskipun tidak terdapat data yang dikirimkan dan menghasilkan perhitungan BER yang sangat tinggi.
Sedangkan pada SUB values hanya dilakukan pengukuran pada frame SACCH blok (direpresentasikan dengan huruf A) dan blok SID frame (blok n) dimana kedua blok tersebut selalu ditransmisikan setiap saat. Sehingga total terdapat 12 blok yang dihitung dalam perhitungan SUB values.
Agenda Week 4 2G/GSM Drivetest Analysis GSM Basic Parameter Cell Reselection Power Control Handover & Power Control Parameter Discontinuous Transmission (DTX) Coverage and Quality Issue (BSC Performance)
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Rx Level and Rx
Qual Pada jaringan 2G kita dapat memperhitungkan RF Coverage dan RF Quality dengan menganalisa sebaran Rx Level dan Rx Qual. Rx Level dipergunakan untuk mengukur kuat sinyal yang diterima oleh MS (dalam satuan dBm) sedangkan Rx Qual menunjukkan kualitas sinyal yang diterima oleh MS. Diukur dari Bit Error Rate sinyal yang diterima. Skala yang digunakan pada Rx Qual adalah 0 sampai 7.
RxQual
Bit Error Rate (BER)
0
BER < 0, 2 %
1
0,2 % < BER < 0,4 %
2
0,4 % < BER < 0,8 %
3
0,8 % < BER < 1,6 %
4
1,6 % < BER < 3,2 %
5
3,2 % < BER < 6,4 %
6
6,4 % < BER < 12,8 %
7
12,8 % < BER
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Bad Air Quality DL (RxLevel >=-85dBm & Rx Qual DL >= 5)
Dengan memperhitungkan distribusi trafik dimana banyak subscriber berada pada RxLevel yang bagus tetapi dengan RxQual jelek, interferensi mungkin saja terjadi pada area ini. Jika lebih dari 50% measurement berada pada kondisi ini (seperti terlihat pada gambar diatas) perlu dilakukan pengechekan dengan menggunakan drivetest, frequency scanning dan pengechekan adanya frekuensi co-channel dan adjacent channel/near channel pada map.
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Poor Coverage DL (TA<1.5 km & Rx Level <-85dBm)
Apabila lebih dari 50% measurement pada jarak yang dekat (TA < 2 atau dibawah 1.5 kilometer) tetapi diserving pada RxLevel yang rendah perlu di check adanya permasalahan pada instalasi hardware seperti pada instalasi connector, semirigid atau feeder antena, atau problem pada output power (combiner/TRX). Juga perlu dilakukan site audit untuk melihat apakah terdapat obstacle yang menyebabkan RxLevel yang diterima oleh subscriber sangat lemah.
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Poor Coverage DL (Rx Level <=-85dBm & Rx Qual>=5)
Apabila lebih dari 50% measurement subscriber terdistribusi pada RxLevel yang rendah dan RxQual yang jelek maka perlu di check adanya permasalahan pada instalasi hardware seperti pada instalasi connector, semirigid atau feeder antena, atau problem pada output power (combiner/TRX), atau perlu dilakukan pengechekan konfigurasi hardware seperti antena tilt, arah antena, ketinggian antena, dan kesesuaian konfigurasi antena sesuai dengan yang diajukan oleh tim RF Planning. Apabila tidak terdapat problem pada hardware bisa dilakukan pengechekan distribusi Timing Advance untuk mengetahui ada tidaknya overshooting.
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Overshooting Coverage
Apabila lebih dari 50% measurement pada jarak yang jauh (TA > 5 atau diatas 5 kilometer) maka dapat diasumsikan banyak terjadi overshooting coverage. Sebenarnya definisi dari overshooting coverage pada sebuah cell adalah suatu kondisi dimana coverage area sebuah cell sampai melebihi coverage area adjacent relasinya. Yang akhirnya kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya inteferensi atau handover fail.
Coverage and Quality Issue (BSC Performance) Site to site distance Untuk memperhitungkan presentase overshoot coverage sebuah cell kita dapat membandingkan antara jarak maksimum sebuah cell dengan relasinya dan distribusi TA cell tersebut. Jika trafik distribusi melebihi jarak maksimum sebuah cell dengan relasinya maka cell tersebut mengalami overshoot coverage. Jika persentasenya besar atau lebih dari 50 % maka perlu dilakukan coverage tuning. Rumus :
Rumus pada excel :
1 degree = 111.1211 km
Short Quiz II 1.
Sebuah Cell A memiliki relasi adjacent dengan Cell B, Cell C, Cell D, Cell E. Apabila diketahui longitude dan latitude Cell A dan relasinya adalah sebagai berikut : Cell A Cell B Cell C Cell D Cell E
Longitude 106.8555922 106.8527082 106.8700848 106.8679064 106.8721099
Latitude -6.27588375 -6.28311818 -6.27815585 -6.28808216 -6.29614116
Hitung pada TA ke berapakah sebuah MS yang diserving oleh cell A mulai mengalami overshoot coverage?
End of Training
See you in other training class… TELECOMMUNICATION TRAINING GSM Planning 3G/WCDMA Planning GSM Optimization 3G/WCDMA Optimization Wireless Broadband ELECTRONICS TRAINING PCB Design with Eagle/Protel/OrCAD Microcontroller System For Beginners Microcontroller System For Advanced TECHNOPRENEURSHIP TRAINING
Contact Person : Lingga Wardhana Phone : +62 8562893622 Email :
[email protected] Floatway Learning Centre Address : Jl Pengadegan Barat 1 No.14 Pancoran Jakarta Selatan Phone : (+62 21) 7981282 Fax : (+62 21) 7981282 www.floatway.com