PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN HUTAN SEKOLAH VOKASI UGM
PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN
Oleh : Daryono Prehaten, S.Hut., M.Sc Giska Parwa Manikasari, S.Hut., M.Sc
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018
1
JADWAL PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN
DIII- PENGELOLAAN HUTAN SEMESTER II TA 2017/2018
Pertemuan Ke1
Tanggal 6 Maret 2018
Acara Praktikum Praktikum Asistensi Acara 1. Pengambilan Contoh Tanah Acara 2. Berat Volume (Bulk Density) Acara 3. Akumulasi Seresah di lantai la ntai Hutan Acara 4. Kadar Lengas Tanah Acara 5. Tekstur Tanah
2
13 Maret 2018
3
20 Maret 2018
4
10 April 2018
Acara 6. Reaksi Tanah
5
17 April 2018
Acara 7. Bahan Organik Tanah Acara 8. Ciri Kimia Tanah
6
24 April 2018
Acara 9. Konsistensi Tanah
7
22 April 2018
Acara 10. Morfologi Tanah I (Ke Lapangan) Acara 11. Morfologi Tanah II (Ke Lapangan)
8
15 Mei 2018
Responsi
2
JADWAL PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN
DIII- PENGELOLAAN HUTAN SEMESTER II TA 2017/2018
Pertemuan Ke1
Tanggal 6 Maret 2018
Acara Praktikum Praktikum Asistensi Acara 1. Pengambilan Contoh Tanah Acara 2. Berat Volume (Bulk Density) Acara 3. Akumulasi Seresah di lantai la ntai Hutan Acara 4. Kadar Lengas Tanah Acara 5. Tekstur Tanah
2
13 Maret 2018
3
20 Maret 2018
4
10 April 2018
Acara 6. Reaksi Tanah
5
17 April 2018
Acara 7. Bahan Organik Tanah Acara 8. Ciri Kimia Tanah
6
24 April 2018
Acara 9. Konsistensi Tanah
7
22 April 2018
Acara 10. Morfologi Tanah I (Ke Lapangan) Acara 11. Morfologi Tanah II (Ke Lapangan)
8
15 Mei 2018
Responsi
2
ACARA I PENGAMBILAN PENGAMBILAN CONTOH TANAH
A. PENGANTAR
Contoh Tanah Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifatsifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat sifat -sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu yaitu : 1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume ( bulk density), agihan ukuran pori pore size distribution distribut ion) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh) ( pore
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate stability) 3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan ( Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan ( specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan ( rainfall simulator ) Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan digunakan pengambilan contoh tanah terusik. te rusik.
B. TUJUAN 1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan contoh tanah 2. Mahasiswa mengetahui perbedaan pengambilan contoh tanah yang disesuaikan dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik
3
C. CARA KERJA I. Pengambilan contoh tanah terusik a. Pengambilan contoh tanah terusik dalam profil. 1. Memilih tempat yang tak tergenang air, tak terkena sinar matahari secara langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya. 2. Menggali lubang baru untuk profil tanah dengan dinding tegak lurus di sebelah utara atau selatan, ukuran 1m x 1m x 1m. Tempat untuk mengamati dibuatkan lubang bertangga. Profil tanah juga dapat dibuat pada tebing yang dibuat tegak lurus. 3. Menandai perlapisan yang ada berdasarkan warna, suara ketukan dan kekerasan tiap perlapisan dengan garis yang tegas. 4. Mencatat ciri-ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir pelukisan profil. 5. Mencatat ciri-ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir pelukisan profil. 6. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin tiap perlapisan dengan plasitk yang beretiket : Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lain.
b. Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan. 1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya. 2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaan sehingga tubuh tanah terlihat. 3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan pacul, cethok dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.
c. Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor. 1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah. 2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai tekanan sampai seluruh kepala bor terbenam.
4
3. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan bor tanah ke arah kiri dengan dengan disertai tarikan. 4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih dan diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah. 5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai kedalaman yang dikehendaki. 6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran profil tanah. 7. Masukkan sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dalam plastik yang beretiket Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya. II. Contoh tanah utuh (tidak terusik) Untuk pengambilan pengambilan contoh tanah tanah takterusik ini diperlukan : a. Tabung berbentuk silinder (cincin) terbuat dari kuningan berukuran tinggi 4 cm dengan diameter luar 7,93 cm dan diameter dalam 7,63 cm, atau terbuat dari baja anti karat (stainless steel) berukuran tinggi 5,1 cm dengan diameter luar 5,3 cm dan diameter dalam 5,0 cm. Tebal tabung (cincin) ini harus memenuhi ratio) -nya lebih kecil 0,1 0,1 untuk ketentuan yaitu nisbah luas (area ratio)-nya menghindari adanya tekanan dari samping oleh tabung tersebut saat dibenamkan ke dalam tanah. Nisbah luas (Area Ratio) : A = [(D luar) 2 – (D (D dalam)2] / (D dalam) 2 D adalah diameter. Setiap tabung bernomor dan sudah dilengkapi dengan tutup terbuat dari plastik. Untuk menyimpan tabung-tabung tersebut, serta untuk memudahkan membawa dari lapangan ke laboratorium maka disediakan peti khusus yang terbuat dari bahan kayu atau aluminium. b. Pisau yang tipis dan tajam. c. Sekop. d. Tangkai penjepit tabung (cincin) pengambil contoh tanah (lihat gambar)
Cara kerja :
5
1. Membersihkan permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan tumbuhan, seresah dan batu. 2. Meletakkan tabung silinder pada permukaan tanah yang akan disidik dengan bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan. 3. Menekan perlahan-lahan dengan tekanan merata sampai terbenam ¾ nya. 4. Meletakkan tabung silinder kedua diatasnya, kemudian tekan sampai tabung pertama mencapai kedalaman yang diinginkan. 5. Menggali tanah disekeliling tabung hingga tabung-tabung tersebut dapat diambil secara bersamaan dalam keadaan bertautan. 6. Merapikan tanah lebihan di sisi depan dan belakang dengan menggunakan pisau tipis tajam. 7. Menutup kedua mulut tabung silinder dengan tutup tersedia, kemudian isolasi dan beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.
III. Pengambilan contoh tanah dengan agregat tak terusik dan contoh tanah terusik Alat dan perlengkapan. a. Kotak terbuat dari aluminium atau seng atau kayu yang kuat dan mempunyai ukuran yang cukup untuk diisi dengan sekitar 2 kg agregat tanah tak terusik. b. Sekop dan cangkul. c. Kantong plastik untuk wadah contoh tanah takterusik.
Cara Kerja : (a). Menggali tanah sampai jeluk atau lapisan yang diinginkan. Untuk kemantapan agregat umumnya diambil sedalam mintakat (zone) perakaran. (b). 1. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang masih menunjukkan agregatagregat aslinya dan masukkan ke dalam kotak yang telah tersedia. Apabila kotak semacam ini tidak tersedia, dapat digantikan dengan tempat yang lain (kaleng bekas tempat roti, kotak plastik dan lain-lain) asalkan dapat dijamin kemampuannya dalam melindungi agregat tanah agar tetap utuh selama pengangkutan. 6
2. Untuk contoh tanah terusik, maka contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik. (c). Mencatat lokasi dan jeluk pengambilannya, memberi label pada kotak atau kantong plastik tersebut.
PUSTAKA ACUAN
Kertonegoro, Bambang D., Sri Hastuti Suparnawa, Supriyanto Notohadisuwarno, Suci Handayani. 1998. Panduan Analisis Fisika Tanah. Laboratorium Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Hal : 10-13.
BACAAN YANG DIANJURKAN
Black, C.A. (Eds.), 1965, Methods of Soil Analysis, American Society of Agronomy, Inc., Madison, Wisconsin, USA
Landon, J.R. 1984. Booker Tropical Soil Manual. Pitman Press Limited.
7
ACARA II BERAT VOLUME (BULK DENSITY)
A. PENGANTAR Kepadatan merupakan suatu obyek per unit volum. Kepadatan tanah ada 2 macam yaitu kepadatan partikel (particle density) dan kepadatan volum (bulk density). Bulk density atau kepadatan lindak adalah nisbah berat tanah teragregasi terhadap volumnya, dengan matra g/cm³ atau g/cc ( Purwowidodo,2000). Bulk density mempunyai beberapa fungsi diantaranya untuk menghitung kapasitas total penyimpanan air tiap volum tanah,menentukan lapisan tanah yang terlalu padat untuk mengetahui kemampuan penetrasi akar dan ketersediaan hara (Miller et.al,1990). Bulk density menunjukkan perbandingan antara berat jenis kering dengan volum tanah termasuk volum pori-pori tanah.Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah ,makin tinggi nilai bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air dan ditembus oleh akar (Hardjowigeno,1987 ). Penetapan nilai bulk density dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode lubang dan metode silindris. Penetapan bulk density dapat dilakukan pada keadaan basah/kelengasan lapangan atau kering oven. Nilai bulk density kering oven yang diperoleh diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Rendah
: BD < 1 g/cc
2. Sedang
: BD = 1-1,5 g/cc
3. Tinggi
: BD = 1,6-2,0 g/cc
4. Sangat tinggi
: BD > 2,0 g/cc
(Purwowidodo,2000) Particle density ialah berat tanah kering per satuan volum partikel partikel
(padat)
tanah
(jadi
tidak
termasuk
volum
pori-pori
tanah).
(Hardjowigeno,1987) Dengan mengetahui bulk density dan particle density maka dapat dihitung banyaknya (%) pori-pori total tanah, dengan rumus: 8
Ruang pori total (%) =
(1-bulk
density/particle
density
x
100
%)
(Hardjowigeno,1987 ). B. TUJUAN 1. Mahasiswa mengetahui cara mencari Bulk Density tanah 2. Mahasiswa mengetahui hubungan BD dengan PD dan pori tanah 3. Mengetahui pengaruh bahan organic, tekstur tanah, tipe lempung dan praktek manajemen lahan terhadap BD tanah 4. Menerangkan pengaruh BD terhadap pertumbuhan tanaman
C. ALAT DAN BAHAN 1. Ring sampel 2. Cetok 3. Pisau 4. Timbangan 5. Oven
D. CARA KERJA 1. Menyiapkan sampel tanah tidak terusik dengan ring sampel ( acara 1) dan menimbang berat basahnya ( W1). 2. Mongeringovenkan tanah dan ring sampel pada suhu 105˚C sampai berat 3 kali konstan dan ditimbang (W2). 3. Menimbang berat ring sampel (W3) dan mengukur volume silinder (V) 4. Menghitung BD ={ (W2-W3)/V} (g/cm³)
9
ACARA III AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN ( Ao HORIZON )
A. PENGANTAR Tanah hutan terjaga kesuburannya disebabkan oleh bahan-bahan tanaman yang jatuh, mati dan diuraikan oleh organisme. Daun, ranting, cabang maupun batang merupakan bahan yang apabila terdekomposisi akan termineralisasi menjadi unsur yang siap digunakan oleh tanaman. Faktor fisik-kemikal lingkungan yang mempengaruhi proses dekomposisi adalah lingkungan organisme pengurai, kelembaban, aera si, pH dan temperatur.
B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui biomassa lantai hutan. 2. Agar
mahasiswa
mengetahui
perlapisan
lantai
hutan
dan
tingkat
dekomposisinya. 3. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik tanah dan lantai hutan apabila dibandingkan dengan tanah pertanian. 4. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang tepat dan mewakili satuan tanah teruji.
C. ALAT DAN BAHAN 1. Kawat kuadratik ukuran 50 cm x 50 cm. 2. Pisau atau cethok. 3. Kertas sampul atau plastik 4. Alat tulis
D. CARA KERJA 1. Meletakkan kawat kuadratik berukuran 50 cm x 50 cm pada lantai hutan yang masih utuh. 2. Mengiris dengan hati-hati batas sampel tersebut dengan menggunakan pisau atau gunting. 10
3. Mengambil lapisan L (litter) pada bagian atas lantai hutan tanpa merusak keadaan dibawahnya, yang mempunyai ciri-ciri : seresah yang baru jatuh, kandungan air msih tinggi, bentuk masih utuh, warna kehijauan atau kecoklatan, masih agak segar. Pisahkan lapisan L (kalau mungkin) menjadi daun, tangkai/dahan, bunga/buah dan lain-lain dalam kantung terpisah yang berlabel. 4. Mengambil bagian F1 (fermentasi tahap 1) yang mempunyai ciri-ciri : berupa seresah yang mulai terdekomposisi, bentuk sudah tidak utuh lagi, bentuk seresah asli masih kelihatan, warna kecoklatan, masih merupakan satuan seresah tunggal/ tidak saling lengket. Pisahkan lapisan F1 (kalau mungkin) menjadi daun, tangkai/dahan, bunga/buah dan lain-lain dalam kontong terpisah yang berlabel. 5. Mengambil bagian F2 (fermentasi tahap 2) yang mempunyai ciri-ciri : berupa seresah yang telah terdekomposisi lanjut, bentuk asli sudah tidak kelihatan lagi tapi masih bisa dibedakan jenis seresah, warna kecoklatan, seresah yang satu menempel pada seresah yang lain/ saling lengket. Pisahkan lapisan F2 (kalau mungkin) menjadi daun, tangkai/dahan, bunga/buah dan lain -lain dalam kontong terpisah yang berlabel. 6. Mengambil lapisan H (Humus) yang mempunyai ciri-ciri : berupa seresah yang telah terdekomposisi sempurna sehingga berbentuk seperti kompos, bentuk sudah tidak kelihatan lagi, warna kehitaman, struktur remah, gembur dalam kantong terpisah yang berlabel. 7. Menimbang hasil pengambilan lapisan L, F1, F2 dan H yang telah dibedakan daun, tangkai/dahan, bunga/buah sebagai berat basah 8. Memasukkan lapisan L, F1, F2 dan H ke oven 65 C sampai mencapai berat kering mutlak 9. Menghitung kadar air, biomassa tertentu dan biomassa total dalam kg/ha
Metode Analisis Data Mencari % biomassa dan kadar air. % biomassa =
% /ℎ % /ℎ
Kadar air (%) =
− −
x 100 %
x 100% 11
Keterangan : BB = Berat Basah (gr) BK = Berat Kering (gr) BA = Berat Amplop (gr)
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
BACAAN YANG DIANJURKAN
Anderson, J.M. and J.S.I. Ingram. 1993. Tropical Soil Biology and Fertility. A Handbook of Methods. CAB International. UK.
Jordan, Carl F. 1985. Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystems. John Wiley and Sons
Pritchett, William L. 1979. Properties and Management of Forest Soil. John Wiley and Sons
12
ACARA IV KADAR LENGAS TANAH
A. PENGANTAR Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian dan atau seluruh ruang pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan sangat penting dalam proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan jasad renik tanah serta siklus hara. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanah hampir selalu melibatkan air sebagai media pelarut garam-garam mineral, senyawa asam dan basa serta ion-ion dan gugus-gugus organik maupun anorganik. Lengas dapat tetap berada dalam ruang pori tanah karena memiliki tegangan potensial. Dalam keadaan tidak jenuh, lengas tanah berupa selaput tipis yang menyelimuti zarah tanah. Semakin tipis selaput lengas tersebut maka gaya ikat tanah yang bekerja padanya semakin kuat. Keadaan ini menyebabkan lengas semakin sulit tersedia bagi tanaman. Pada pemberian air yang berlebihan sehingga gaya berat air melebihi gaya ikat zarah tanah terhadap lengas, maka kelebihan lengas tersebut akan teratus bebas melalui pori makro. Lengas yang teratus ini disebut lengas gravitasi. Apabila tidak ada kelebihan lengas yang teratus lagi maka tanah dikatakan dalam keadaan kapasitas lapangan ( field capacity). Apabila kandungan lengas terus berkurang shingga tidak mampu mengimbangi kehilangan air akibat evapotranspirasi maka tanah dikatakan dalam keadaan titik layu tetap ( permanent wilting point).
B. TUJUAN 1.
Agar mahasiswa dapat membandingkan masing-masing metode penentuan kadar lengas pada berbagai contoh tanah.
2.
Agar mahasiswa dapat memperkirakan keuntungan dan kerugian masing-masing metode penentuan kadar lengas.
3.
Agar mahasiswa dapat membandingkan kadar lengas tanah masing-masing contoh tanah pada setiap metode penentuan kadar lengas.
4.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab perbedaan nilai kadar lengas tanah pada masing-masing contoh tanah
13
5.
Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat yang dapat diperoleh dengan mengetahui kadar lengas tanah
C. ALAT DAN BAHAN. 1.
Contoh tanah Grumusol, Regosol, Mediteran, Latosol dan Rendzina.
2.
Mortar
3.
Aquades
4.
Cupu
5.
Oven.
6.
Timbangan analitik.
D. CARA KERJA. 1. Memperkirakan tingkat kebasahan tanah. Perkiraan ini didasarkan atas tanda kebasahan yang tampak dan konsistensi tanah.
Tingkat Kebasahan
Basah
Tanda-tanda
Pada permukaan zarah-zarah dan gumpal-gumpalan tanah tampak selaput air. Tanah mengeluarkan air pada waktu diremas atau diinjak. Setara dengan tegangan lengas 0,01 bar atau kurang (kondisi kapasitas lapangan).
Lembab.
Tanah berada diantara keadaan basah dan kering. Setara dengan tegangan lengas yang kurang dari 15 bar, akan tetapi tidak kurang daripada 0,01 bar.
Kering
Setara dengan tegangan lengas 15 bar atau lebih (titik layu permanen). Tanda-tandanya tergantung pada teksturnya, bila :
- Pasiran
: Bahan galian bersifat galir (loose) dan kersai, kalau ditetesi gelap.
14
air warna jelas bertambah
- debuan
: Bahan galian bersifat rapuh dan mendebu kalau diremas, kalau ditetesi air warnanya akan bertambah gelap.
-Lempungan : Konsistensi teguh sampai keras, tidak dapat atau sulit diremas, tanah meretak.
a. Mengambil contoh tanah kering angin secukupnya, contoh tanah yang telah diberi sedikit air dan contoh tanah yang telah diberi air sampai kapasitas lapangan. b. Mengamati warna dan bentuk butiran. c. Meremas diantara ibu jari dan telunjuk kemudian amati kelengasannya, keliatannya, keteguhannya dan kekerasannya. d. Membandingkan hasilnya untuk setiap kenampakan kelengasan dari masingmasing contoh tanah dengan tabel diatas.
2. Cara pengeringan dibawah sinar matahari. a. Menimbang cupu yang bersih (a gram) b. Memasukkan contoh tanah segar lapangan kira-kira sebesar 10 gram, kemudian timbang beratnya (b gram) c. Meratakan tanah dalam cupu dan keringkan dibawah terik sinar matahari selama sehari sampai tampak tanda-tanda kering (kering mutlak/KM), kemudian timbang lagi (c gram). d. Menghitung kadar lengas (%) = (berat air : berat tanah KM) x 100 % = {(b-c) : (c-a)} x 100 %
3. Cara pengovenan. a. Menimbang cupu (misal a gram) b. Memasukkan contoh tanah ke dalam penimbang sampai kira-kira ¼ atau ½ nya c. Menimbang cupu berisi tanah (misal b gram). d. Memasukkan cupu berisi contoh tanah kedalam oven yang telah diatur panasnya setinggi 105-110 derajat Celcius selama 4 jam atau lebih. 15
e. Mendinginkan contoh tanah di dalam cupu dalam keadaan tertutup rapat ke dalam eksikator. f. Menimbang contoh tanah dalam cupu dengan timbangan yang sama (misal c gram). g. Kadar lengas (%) = (berat air : berat tanah KM) x 100% = {(b-c) : (c-a)} x 100 %
TINDAK LANJUT KEGIATAN SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN. 1. Bandingkan masing-masing metode penentuan kadar lengas tersebut. 2. Apa keuntungan dan kerugian masing-masing metode penentuan kadar lengas tersebut. 3. Bandingkan kadar lengas tanah masing-masing contoh tanah pada setiap metode percobaan. 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kadar lengas? 5. Sifat-sifat tanah apa saja yang dipengaruhi oleh kadar lengas tanah? 6. Bagaimana pendekatan di lapangan untuk mengetahui kondisi lengas pada kapasitas lapang? 7. Manfaat apa sajakah yang dapat diperoleh dengan mengetahui kadar lengas tanah? 8. Apa yang dimaksud dengan air bebas, air tersedia dan air tidak terse dia?
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan, UGM.
16
BACAAN YANG DIANJURKAN
Miller, R. W., and Roy L. Donahue. 1990. Soils : An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice-Hall International, Inc.
17
ACARA V TEKSTUR TANAH
A. PENGANTAR Tekstur tanah adalah perbandingan nisbi dari berbagai fraksi ukuran butir utama di dalam tanah (Kohke, 1968). Batasan ukuran butir fraksi tanah antara lain (USDA) : Fraksi
Diameter (mm)
Pasir sangat kasar
2,0 – 1,0
Pasir kasar
1,0 – 0,5
Pasir biasa
0,0 – 0,25
Pasir halus
0,25 – 0,10
Pasir sangat halus
0,10 – 0,05
Debu
0,05 – 0,002
Lempung
kurang dari 0,002
Fraksi berdiameter 2,0 atau lebih dimasukkan sebagai fragmen batuan, khusus 2 mm – 2,5 cm termasuk fragmen kasar ( coarse fragment ). Tekstur merupakan sifat tanah relatif tidak berubah dibandingkan sifat tanah lainnya. Tekstur tanah menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya, 1980). Tekstur tanah mempunyai hubungan erat dengan konsistensi dan struktur tanah. Penggolongan tekstur tanah didasarkan pada perbandingan kandungan lempung, debu dan pasir yang menyusun tanah. Namun klas tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi tanah yang merajai. Dari segi pedologi, tekstur tanah sangat berguna dalam menjelaskan perkembangan tanah misalnya eluviasi dan illuviasi.
B. TUJUAN 1.
Agar mahasiswa dapat membandingkan masing-masing metode penentuan kelas tekstur tanah.
2.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing metode.
3.
Agar mahasiswa dapat membandingkan kelas tekstur 6 contoh tanah. 18
4.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab perbedaan kadar fraksi tanah dan kelas tekstur tanah.
5.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengaruih kelas tekstur tanah terhadap sifatsifat tanah yang lain.
C. ALAT DAN BAHAN 1. Contoh tanah Grumusol, Regosol, Mediteran, Latosol, dan Rendzina. 2. Aquades 3. Tabel tekstur dan segitiga kelas tekstur USDA. D. CARA KERJA 1. Penetapan agak detail kelas tekstur dengan metode perabaan dan gejala konsistensi a. Mengambil sebongkah contoh tanah kering, raba dan rasakan sambil diusapusapkan di antara ibu jari dan jari telunjuk. b. Mengulangi langkah a dengan tanah pada kondisi lembab dan basah (dapat dengan diberi air secukupnya). Mencatat fraksi dan gejala-gejalanya
Macam Fraksi
Gejala
-
Pasir
-
Di jari terasa keras, tajam dan kasar.
-
Debu
-
Pada waktu kering terasa seperti talk/ bedak.
-
Lempung
-
Waktu kering menepung.
-
Waktu basah melekat di jari dan liat.
c. Penetapan kelas tekstur agak detail berdasarkan gejala konsistensi dan rasa perabaan adalah sebagai berikut :
Kelas tekstur tanah
Penciri
Pasir
Galir dan berwujud butir tunggal yang segera dapat dikenali atau dipisahkan. Perepihan
massa
tanah
dalam
keadaan
kering
menyebabkan pisahan pasir ini mudah runtuh dan jika direpih
dalam
keadaan
lembab
merangsang
terbentuknya paduan lemah yang bila dikenai sentuhan 19
ringan akan tercerai berai Geluh pasiran
Massa tanah banyak mengandung pisahan pasir tetapi kandungan lempungnya masih cukup untuk memberi sensasi kelekatan. Butir
tunggul
pisahan
pasir
cepat
dikenali
dan
dipisahkan dengan cepat Perepihan dalam keadaan lembab akan merangsang terbentuknya paduan tanpa menunjukkan keretakan kecuali jika dikenai tekanan Geluh
Massa tanah mengandung campuran pisahan pasir, debu dan lempung dengan mutu berbeda, memberi rasa agak kasar, cukup halus dan agak plastis Perepihan dalam kondisi kering akan merangsang terbentuknya paduan cukup mantap dan jika diuli tidak menyebabkan kehancuran
Geluh debuan
Massa tanah mengandung pisahan pasir bermutu halus dalam jumlah cukup dan sejumlah kecil pisahan lempung berukuran medium Jika kering tampak menggumpal dan gumpalan ini mudah remuk. Remukan tersa gembur dan lembut seperti tepung. Jika basah akan segera melumpur dan mengalir. Jika kering atau lembab dapat membentuk paduan yang dapat diuli leluasa tanpa menyebabkan remuk tetapi peremasan
dalam
keadaan
basah
memungkinkan
pembentukan pita-pita tanah tidak terputus Geluh lempungan
Massa tanah kering akan keras jika hancur membentuk bongkah atau gumpal Pengulian dalam keadaan lembab menghasilkan pita tanah mudah hancur dan dalam keadaan basah akan plastis membentuk padua mantap yang jika ditekan cenderung membentuk padat 20
Massa tanah kering membentuk bongkah atau gumpal
Lempung
sangat keras. Pengulian dalam keadaan lembab akan membentuk pita tanah lentur dan panjang dan jika basah agak plastis dan lekat
2. Penetapan detail kelas tekstur dengan metode gejala konsistensi dan rasa perabaan. a. Mengambil segenggam tanah dan kerjakan menurut bagan alir (Lihat Gambar) b. Setelah kelas tekstur masing-masing tersidik, perincian tanah selanjutnya yang memerlukan angka kadar lempung menggunakan harga tengah kadar lempung kelas tekstur bersangkutan menurut diagram segitiga tekstur USDA (dengan cara ini tekstur terpilahkan menurut kedua belas tekstur USDA).
Tekstur -
Kadar Lempung
Lempung
70 % (dapat dipilahkan :
- Lempung lumrah
50 % dan
- Lempung berat
80 %
-
Lempung pasiran, Lempung debuan
45 %
-
Geluh lempungan, Geluh lempung debuan.
35 %
-
Geluh lempung pasiran
25 %
-
Geluh
20 %
-
Geluh debuan
15 %
-
Geluh pasiran
10 %
-
Pasir geluhan, pasir, debu.
5%
UMPAN BALIK KEGIATAN SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN 1. Bandingkan masing-masing metode penentuan kelas tekstur tanah. 2. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing metode. 3. Bandingkan kelas tekstur 6 contoh tanah yang digunakan. 21
4. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan kadar fraksi tanah dan kelas tekstur tanah. 5. Jelaskan pengaruh kelas tekstur tanah terhadap sifat-sifat tanah yang lain.
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1985. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
BACAAN YANG DIANJURKAN
Hasset, John J. and Wayne L. Banwart. 1992. Soils and Their Environment. PrenticeHall Inc., A Simon and Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey.
Miller, R. W., and Roy L. Donahue.. 1990. Soils : An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice-Hall International, Inc.
22
ACARA VI REAKSI TANAH
A. PENGANTAR Reaksi tanah menunjukkan reaksi asam dan basa/alkali di dalam tanah. Reaksi tanah tersebut akan mempengaruhi proses-proses dalam tanah seperti laju dekomposisi bahan organik, mineral, pembentukan mineral lempung dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman lewat pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara. Suatu tanah dapat bereaksi asam atau alkalis tergantung pada konsentrasi ion H + dan ion OH- . Sorensen (1990) dalam Tan (1982) mengatakan bahwa pH ditakrifkan sebagai nilai logaritma negatif dari konsentrasi ion H +. Secara kimia murni nilai pH 7 disebut netral, pH dibawah 7 disebut asam dan diatas 7 disebut basa/alkalis. Didalam kimia tanah yang disebut netral bukan nilai pH 7 seperti yang disebut diatas, namun dikaitkan dengan ketersediaan hara bagi tanaman. Kondisi keharaan baik berada pada pH sekitar 6,5. Nilai pH 7 belum tentu bersifat optimum bagi tanaman bila ditinjau dari segi keharaan (Notohadiprawiro, 1983). Ketepatan pengukuran pH tanah dipengaruhi oleh jenis larutan yang digunakan, perbandingan antara tanah dengan air dan alat yang digunakan.
B. TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat membandingkan masing-masing metode penentuan pH tanah. 2. Agar mahasiswa dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian penentuan pH tanah pada masing-masing metode. 3. Agar mahasiswa dapat membandingkan nilai pH masing-masing contoh tanah. 4. Agar mahasiswa dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan nilai pH tanah pada 6 contoh tanah yang digunakan.. 5. Agar mahasiswa dapat meramalkan pengaruh yang mungkin terjadi pada nilai pH 6 contoh yang digunakan. 6. Agar mahasiswa dapat mengetahui upaya yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai pH netral dan optimal bagi pertumbuhan tanaman.
23
C. ALAT DAN BAHAN 1. Contoh tanah Grumusol, Regosol, Mediteran, Latosol, dan Re ndzina. 2. pH stick 3. pH meter 4. Aquadest (H2O) 5. KCL 1N 6. Botol plastik
D. CARA KERJA 1. Cara pH stick A. pH-H2O a. Mengambil 6 contoh tanah segar lapangan yang tersedia kira-kira sebanyak 5 gram dalam botol. b. Menambahkan air suling sebanyak 12,5 ml dan aduk sebaik-baiknya (atau dengan perbandingan tanah : air = 2 : 5) c. Membiarkan kira-kira selama 15 menit, kemudian aduk lagi. d. Memasukkan pH stick dalam larutan jernih. e. Mengambil pH stick dan kibas-kibaskan hingga warna kilat air hilang. f. Membandingkan warna pH stick dengan warna standar pH yang terdapat pada kotak pH.
B. pH-KCL a. Mengulangi langkah A.a dampai A.f tetapi dengan menggunakan larutan KCL 1N
2. Cara pH meter A. pH-H2O. a. Mengambil contoh tanah segar lapangan sebanyak kira-kira 5 gram dalam botol b. Menambahkan air suling sebanyak 12,5 ml dan aduk sebaik-baiknya (atau dengan perbandingan tanah : air = 2 : 5 ). c. Membiarkan selama kira-kira 15 menit, kemudian aduk lagi. d. Mengukur pH suspensi dengan pengukur pH meter. 24
B. PH-KCL a. Mengulangi langkah A.a. sampai A.f. tetapi dengan penambahan KCL 1N.
TINDAK LANJUT KEGIATAN SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN 1. Bandingkan masing-masing metode penentuan pH tanah. 2. Sebutkan keuntungan dan kerugian pH tanah pada masing-masing met ode. 3. Bandingkan nilai pH masing-masing contoh tanah. 4. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perbedaan nilai pH tanah pada 5 contoh tanah yang digunakan. 5. Pengaruh apa sajakah yang mungkin terjadi
pada nilai pH contoh tanah yang
digunakan. 6. Upaya apa sajakah yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai pH netral dan optimal bagi pertumbuhan tanaman. 7. Apa kegunaan pengukuran pH H 2O2 dan pH NaF?
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya
BACAAN YANG DIANJURKAN
Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. Cetakan ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan, UGM.
Tan, Kim H. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker Inc., NY, USA 25
ACARA VII BAHAN ORGANIK TANAH
A. PENGANTAR Istilah bahan organik tanah lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian atau seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun belum. Kononova (1966) dan Schinitzer (1978) membagi bahan organik tanah menjadi 2 kelompok yaitu bahan yang telah terhumifikasi yang disebut bahan humik ( humic substances) dan bahan bukan humik (non-humic substances). Kelompok pertama lebih dikenal sebagai “humus” yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik. Humus bersifat stabil dan tahan terhadap proses biodegradasi (Tan, 1982). Kelompok ini meliputi fraksi asam humat, asam fulfat dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah (Thompson dan Troeh, 1978). Sedangkan kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, asam amino, peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat dan protein.
B. TUJUAN 1.
Agar mahasiswa dapat membandingkan masing-masing metode penentuan bahan organik.
2.
Agar mahasiswa dapat membandingkan kadar bahan organik pada 6 contoh tanah yang digunakan.
3.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab perbedaan kadar bahan organik pada 6 contoh tanah yang tersebut.
4.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan kondisi kesuburan tanah dengan kadar bahan organik pada 6 contoh tanah tersebut.
C. BAHAN DAN ALAT 1.
Contoh tanah Grumusol, Regosol, Mediteran, Latosol, dan Rendzina.
2.
H2O2 10%.
3.
Alas kertas.
4.
Gelas arloji 26
5.
Spritus
6.
Timbangan analitik
D. CARA KERJA 1. Metode Selidik Cepat Kualitatif. 1. Mengambil sebongkah tanah kira-kira 5 gram. 2. Meratakan tanah pada alas kertas (saring). 3. Menetesi tanah dengan kemikalia H2O2 10%. 4. Mengamati pembuihan pada tanah. 5. Mencatat perbandingan banyaknya buih antara contoh tanah yang satu dengan yang lain. Yang berbuih diberi tanda (+) sesuai dengan banyaknya buih, dan yang tidak berbuih diberi tanda (-).
2. Metode Pembakaran. 1. Menimbang cupu yang bersih dengan timbangan analitik (mi sal a gram). 2. Mengambil contoh tanah kering angin kira-kira seberat 5 gram, kemudian ratakan diatas cupu 3. Menimbang cupu bersama contoh tanahnya (misal b gram) 4. Menuangi contoh tanah dengan spritus hingga basah betul dan segera dibakar. Kalau perlu pembakaran ini diulangi 2-3 kali untuk memperoleh kesudahan yang sempurna (semua bahan organik habis terbakar). 5. Dengan hati-hati abu bakaran ditiup hingga hilang. Peniupan yang terlalu kuat akan mengikutkan tanahnya, sehingga pengamatan akan bias. 6. Sisa yang tidak terbakar berupa bahan mineral yang semula sudah ada, ditimbang beratnya ( misal c gram ). 7. Perhitungan kadar bahan organik adalah : Kadar B.O = (b-c) : (b-a) x 100 % 8. Sisa pembakaran (bahan mineral) dilarutkan dalam air sehingga betul-betul terbebas dari abu (d gram) dan kadar abunya ditetapkan dengan menggunakan rumus : Kadar abu = (c-d) : (b-a) x 100%
27
3. Metode Walkley & Black 1. Menimbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dalam gelas arloji yang bersih dan kering. 2. Memasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan dalam 10 ml K2Cr 2O7 1N dengan pipet. 3. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur. Kocok dengan gerakan mendatar dan memutar. 4. Mengupayakan warna harus tetap merah jingga. Kalau warna menjadi hijau/ biru, tambahkan lagi K 2Cr 2O7 dan H2SO4 dan jumlah penambahan ini harus dicatat. Penambahan untuk blangko juga harus sama banyak. 5. Mendiamkan sekitar 30 menit sampai larutan menjadi dingin. 6. Menambahkan 5 ml H3PO3 85% dan 1 ml indikator diphenylamine. 7. Menjadikan volume 50 ml dengan menambah air suling ( Penambahan air suling hendaknya memakai cupu pemancar air ). 8. Mengocok dengan cara membalik-balik sampai homogen dan biarkan mengendap. 9. Mengambil 5 ml larutan jernih dengan pipet, kemudian masukkan ke dalam labu elenmeyer 50 ml, tambahkan 15 ml air suling. 10. Menitrasi dengan FeSO4 1 N atau 0,5 N hingga warna menjadi kehijau-hijauan. 11. Langkah-langkah diatas ulangi tanpa contoh tanah untuk keperluan analisis blangko. [B-A]*NFeSO4 * 3 * 10 * 100/7 * 100% 12. [C] = --------------------------------------------------100 * berat tanah mg / (100 + KL ) Kadar bahan organik = [C] * (100/58)%.
Keterangan : Vol n B
= mg.eq blanko
Vol n A
= mg.eq baku
N
= normalitas KL = Kadar lengas contoh tanah.
28
100/77 berasal dari [C] metode Walkley & Black dibagi [C] metode Dennstedt 3 berasal dari K 2Cr 2O7 1 N = 3 mg c.
UMPAN BALIK KEGIATAN SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN 1. Bandingkan masing-masing metode penentuan bahan organik. 2. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing metode. 3. Bandingkan kadar bahan organik pada 6 contoh tana h yang digunakan. 4. Jelaskan faktor-faktor penyebab perbedaaan kadar bahan organik pada 6 contoh tanaman tersebut. 5. Jelaskan kondisi kesuburan tanah pada tingkat kadar bahan organik pada 6 contoh tanah tersebut. 6.
Jelaskan upaya yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh kadar bahan organik yang optimal bagi pertumbuhan.
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Black, C.A. (Eds.), 1965, Methods of Soil Analysis, American Society of Agronomy, Inc., Madison, Wisconsin, USA
BACAAN YANG DIANJURKAN
Hasset, John J. and Wayne L. Banwart. 1992. Soils and Their Environment. PrenticeHall Inc., A Simon and Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey.
Tisdale, S and W. Nielson. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Collier Macmillan Int.
29
<1 mm – sangat tipis
2-5 mm – sedang
1-2 mm – tipis
5-10 mm- tebal
>10 mm – sangat tebal
Keterangan
Struktur Columnar & prismatio
Sbuangular & angular
Granular
blocky Sangat Halus
<10 mm
< 5 mm
<1 mm
Halus
10-20 mm
5-10 mm
1-2 mm
Sedang
20-50 mm
10- 20 mm
2-5 mm
Kasar
50- 100 mm
20-50 mm
5-10 mm
Sangat kasar
>100 mm
>50 mm
>10 mm
30
c. tekstur : Penentuan berdasarkan cara perabaan (Notohadiprawiro, 1983) (1) Segenggam tanah diremas – remas untuk melespaskan semua agregatnya, sehingga akhirnya tanah menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan BC). Jika kurang basah, dibasahi sedikit demi sdikit sambil diremas remas .
(2)
Tidak dapat
Tanah dicoba bola secara dikepal kepal
pasir
(3) Tanah dicoba dibuat dengan ditekan dan didorong hati-hati dengan ibu jari dengan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk. Dapat, lalu patah karena ujungnya melampaui ujung
Tidak dapat
Pasir geluhan
Beratnya sendiri setelah jari telunjuk sejauh
<2,5 cm
2,5 – 5 cm
>5 cm
Kelompok geluhan
Kelompok geluh lempungan
Kelompok lempungan
Geluh pasiran
Geluh lempung pasiran
Lempung pasiran
Tanah dibuat bubur, lalu digosok-gosokan dengan jari pada telapak tangan dan terasa
ya
Kasar merajai
Tidak
Geluh debuan
Geluh lempung debuan
Lempung debuan
ya
Geluh
Geluh lempungan
lempung
ya
Halus licin merajai
Tidak
Kasar merajai
31
debu
Keterangan: 1. SAND 2. LOAMY SAND 3. SANDY LOAM 4. LOAM 5. SILT 6. SILT LOAM 7. SANDY CLAY LOAM 8. CLAY LOAM 9. SILTY CLAY LOAM 10. SANDY CLAY 11. SILTY CLAY 12. CLAY
= PASIR = PASIR GELUHAN = GELUH PASIR = GELUH = DEBU = GELUH DEBUAN = GELUH LEMPUNG PASIRAN = GELUH LEMPUNG = GELUH LEMPUNG DEBUAN = LEMPUNG PASIRAN = LEMPUNG DEBUAN = LEMPUNG
32
ACARA VIII CIRI KIMIA TANAH
A. PENGANTAR Tanaman untuk pertumbuhannya jelas memerlukan unsur hara. Dari tujuh belas unsur hara yang diperlukan tanaman, 7 diantaranya diperlukan dalam jumlah yang begitu kecil sehingga disebut unsur hara mikro atau unsur jarang. Unsur tersebut adalah besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (B), Molibden (Mo), kobalt (Co) dan klor (Cl). Unsur lain seperti silikon, vanadium dan natrium rupanya menunjang pertumbuhan spesies tertentu. Unsur lain misalnya Iodium (I) dan fluor (F) ternyata sangat diperlukan oleh hewan tetapi tidak diperlukan oleh tanaman. Sedangkan 10 unsur lainnya disebut unsur hara makro karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fofat (P), ka lium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Tujuh belas unsur hara tersebut disebut unsur hara esensial yaitu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah maka tanaman tidak akan tumbuh dengan normal.
B. TUJUAN : 1. Agar mahasiswa mengetahui metode selidik cepat kualitatif terhadap 6 macam tanah yang tersedia 2. Agar mahasiswa terampil menguji tanah dengan metode selidik cepat kualitatif di laboratorium. 3. Agar mahasiswa dapat membandingkan sifat-sifat utama tanah dari 6 contoh tanah. 4. Agar mahasiswa dapat memperkirakan proses-proses pedogenesa yang mungkin terjadi dari sifat-sifat tanah yang diuji.
C. BAHAN DAN ALAT 1.
Larutan H2O2 10 %.
2.
Larutan HCL 2N atau 10 %. 33
3.
Larutan K 3Fe(CN) 6 0,5%
4.
Larutan KCNS 10%
5.
Larutan a a dipiridil
6.
Larutan NaOH 40 %
7.
Larutan H2O2 3 %.
8.
Soil Munsell Colour Chart
9.
Kertas HVS/kertas saring
D. CARA KERJA a. Penentuan Bahan Organik 1.
Mengambil sebongkah tanah, kira-kira 5 gram.
2.
Meratakan tanah pada alas kertas (saring)
3.
Menetesi tanah dengan kamikala H2O2 10 %.
4.
Mengamati pembuihan pada tanah.
5.
Mencatat perbandingan banyaknya buih antar sampel
b. Penentuan Kapur (CaCO 3) 1.
Mengambil sebongkah tanah, kira-kira 5 gram.
2.
Meratakan tanah pada alas kertas yang kering (saring)
3.
Menetesi tanah dengan kamikalia HCL 2N atau 10 %.
4.
Mengamati percikan dan suara desis pada tanah yang ditetesi.
5.
Mencatat perbandingan banyaknya percik dan kerasnya desis antara sampel contoh tanah yang satu dengan yang lainnya. Yang memercik banyak dan bersuara desis lebih keras diberi tanda (+) lebih banyak, dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).
c. Penentuan Ferro dan Ferri 1. Mengambil sebongkah tanah kira-kira 5 gram. 2. Meratakan tanah pada alas kertas (saring) 3. Menetesi tanah dengan kemikalia HCL 2N kemudian dengan K 3Fe(CN)6 0,5% untuk menguji Ferro ( Fe 2+ ) dan dengan KCNS 10% untuk pengujian Ferri (Fe3+). 34
4. Mengamati, warna pengujian ferro adalah biru, dan warna pengujian ferri adalah merah 5. Penafsiran hasil :
Hanya timbul warna merah
: suasana oksidatif (oksik) mutlak (O3)
Merah nyata disertai hijau
: suasana oksik kuat (O2)
Merah nyata disertai biru
: suasana oksik sedang (O1) atau reduktif
(anoksik) sedang (R1)
Biru nyata disertai merah jambu
: suasana anoksik kuat (R2)
Hanya timbul warna biru nyata
: suasana anoksik mutlak (R3)
Catatan : Larutan K 3Fe(CN) 6 0,5% berwarna kuning sehingga warna kuning saja bukan warna reaksi ferro. Reaksi ferro lemah menimbulkan warna hijau karena biru campur kuning menjadi hijau.
d. Pengamatan Gleisasi 1. Mengambil sebongkah tanah kira-kira 5 gram. 2. Meratakan tanah pada alas kertas yang kering (saring) 3. Menetesi tanah dengan kamikalia HCL 2N atau 10 %, kemudian dengan alfaalfa dipiridil. 4. Mengamati warna merah di sebalik kertas yang berisi tanah teruji. 5. Mencatat perbandingan intensitas warna merah antara sampel yang satu dengan yang lainnya. Yang kuat diberi tanda positif (+) , dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-) Keterangan : alfa alfa dipiridil adalah zat beracun, maka harus dijaga jangan sampai terhisap atau terkena kulit e. Pengamatan Si 1. Mengambil sebongkah tanah kira-kira 5 gram. 2. Meratakan tanah pada alas kertas (saring) 3. Menetesi tanah dengan kamikalia NaOH 40 %. 4. Mengamati percikan pada tanah.
35
5. Mencatat perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang satu dengan yang lainnya. Yang kuat diberi tanda (+) lebih banyak, dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).
f. Penentuan Mn 1. Mengambil sebongkah tanah kira-kira 5 gram. 2. Meratakan tanah pada alas kertas (saring). 3. Menetesi tanah dengan kemikalia H 2O2 3%. 4. Mengamati percikan pada tanah. 5. Mencatat perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang satu dengan yang lain. Yang kuat diberi tanda positif (+), dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).
g. Penentuan warna tanah 1. Mengambil sebongkah tanah lembab. 2. Membandingkan tanah dengan warna tanah pada Soil Munsell Colour Chart. 3. Mencatat sebutan dan nilai warna kuantitatifnya (Hue, Value dan Chromanya). 4. Apabila ada bercak tanah maka dicari warna matrik (utama) dahulu baru warna bercaknya
UMPAN BALIK SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN. 1. Jelaskan keuntungan dan kerugian metode selidik cepat kualitatif terhadap 6 macam contoh tanah yang tersedia. 2. Bagaimana perbandingan sifat-sifat utama tanah dari 6 contoh tanah diatas. 3. Perkirakan proses-proses pedogenesa yang mungkin terjadi dari sifat-sifat tanah yang diuji. 4. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah yang diuji pada keenam contoh tanah.
36
PUSTAKA Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1985. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
BACAAN YANG DIANJURKAN
Marchsner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press.
Binkley, Dan. 1986. Forest Nutrition Management.
37
ACARA IX KONSISTENSI TANAH
A. PENGANTAR Konsistensi tanah adalah bagian dari Rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu benda (Baver, 1959). Sifat-sifat Rheologi dapat dipelajari dengan menentukan angka-angka Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angkaangka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering ataupun terlalu basah. Batas mengalir (liquid limit) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebih banyak maka tanah bersama air akan mengalir. Batas melekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dibanding batas lekat maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tidak dapat digolek-golekkan lagi. Apabila digolekkan maka tanah akan pecah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih rendah dari batas golek maka tanah sukar diolah. Batas berubah warna adalah tanah yang telah mencapai batas golek, masih dapat terus kehilangan air sehingga lambat laun menjadi kering dan ada suatu ketika tanah berwarna lebih terang. Batas berubah warna merupakan batas terendah kadar air dapat diserap tanaman.
B. TUJUAN 1. Menetapkan batas cair tanah (BC/BT). 2. Menetapkan batas lekat tanah (BL). 3. Menetapkan batas gulung tanah (BG). 4. Menetapkan batas berubah warna tanah (BBW).
Menghitung jangka olah tanah (J O).
Menghitung indeks plastisitas tanah (IP).
Menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM).
38
C. CARA KERJA 1. BATAS CAIR TANAH (BC).
Alat dan Perlengkapan :
Sebuah alat Casagrande, sebuah cawan penguap diameter 12 cm, sebuah colet, sebuah cupu pemancar air, 4 buah penimbang, sebuah timbangan analitis (teliti sampai 0,0001 g), sebuah dapur pengering, sebuah eksikator, sehelai kertas grafik semilog.
Bahan : Contoh tanah kering udara 0,42 mm (atau 0,5 mm).
Cara Kerja :
1. Menyiapkan alat Casagrande, dengan 2 buah sekrup pengatur dan dengan bagian ekor colet tinggi jatuh cawan diatur setinggi 1 cm. 2. Mengambil sejumlah tanah secukupnya (kira-kira 100 gram) dalam cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang ditambahkan sedikit demi sedikit dengan cupu pemancar sehingga diperoleh pasta yang homogen. 3. Meletakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat Casagrande dan permukaanya diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan colet pasta tanah dibelah sepanjang sumbu simetris cawan. Waktu membelah pasta, colet dipegang sedemikian sehingga pada saat setiap kedudukannya ia selalu tegak lurus pada permukaan cawan dan ujung colet selalu tertekan di permukaan cawan. Di dasar alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari tanah selebar ujung colet ( 2 mm ). 4. Alas Casagrande diputar pada pemutarnya demikian cepatnya sehingga cawan terketuk-ketuk sebanyak 2 x tiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur sepanjang 1 cm dihitung. Kemudian diulangi langkah ke-3, cawan diketuk-ketukkan lagi dan banyak ketukan untuk menutup alurnya kembali seperti tadi dihitung. Pekerjaan-pekerjaan ini diulangi-ulangi lagi sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tetap. Peringatan : Alur harus menutup karena aliran kental dan bukan karena luncuran belahan tanah diatas cawan, kalau terjadi luncuran berarti bahwa tanahnya terlalu kering dan/atau permukaan cawan licin karena salah satu sebab (berlemak atau berlapis debu kering). Kalau pada perulangan langkah ke-2 ke-3 dan ke-4 banyak ketukan berselisih 2-3 berarti bahwa pembuatan pasta tanah kurang homogen.
39
5. Setelah dapat diperoleh banyak ketukan angtetap antara 10 sampai 40, ambillah sejumlah pasta tanah disekitar bagian alur yang menutup sebanyak kira-kira 10 g dan ditetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas. Peringatan : Kalau diperoleh banyak ketukan kurang dari 10 maka berart i pastanya terlalu basah dan kalau lebih dari 40 ketukan pastanya terlalu kering, dalam kejadian pertama kebasahan dikurangi dengan jalan menambah kering sedikit dan dalam kejadian kedua pastanya ditambah air. 6. Kerjakan lagi langkah ke-3 s/d ke-5, sehingga keseluruhannya diperoleh 4 x pengamatan
dengan banyak ketukan yang berbeda-beda, yaitu dua buah
pengamatan berketukan di bawah 25 dan 2 buah lainnya diats 25. Catatan : untuk dapat memeperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara : a. Pengamatan dimulai dari keadaaan pasta yang kering (ketukan lebih banyak) ke keadaan yang lebih basah (ketukan lebih sedikit) dengan jalan penambahan air pada pasta tanah setelah selesai suatu pengamatan. b. Berlawanan dari jalan a). yaitu dimulai dari keadaan yang lebih basah ke keadaan yang lebih kering dengan jalan pembiaran pasta tanah agak mengering setiap selesai suatu pengamatan.
Perhitungan : 1. Dengan Grafik
: Setelah diperoleh keempat buah pengamatan itu, maka dilukis
grafiknya dengan
log banyak ketukan sebagai absis dan kadar lengas yang
bersangkutan sebagai ordinat, untukmemudahkan pelukisan ini ( tidak perlu menghitung dulu log banyaknya ketukan ) digunakan kertas grafik semilog bersiklus 1 (satu). Kalau betul cara mengerjakan pengamatannya, maka grafik akan berbentuk linear. Maka BT = kadar lengas pada ketukan sebanyak 25, dibaca dari grafik.
2. Dengan rumus umum (cara titik tunggal) : Dari masing-masing pasang angka pengamatan ayng diperoleh hitunglah BT dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut : N BC = Kl N ( --------------------- ) . 0,121 40
25 atau log
BC
= log Kl N + 0,121 (log N – log 25) = log Kl N + 0,121 log N – 0,16915
Kl N adalah kadar lengas pasta tanah yang bersangkutan dengan N buah ketukan. Jadi sebetulnya kalau kita menggunakan cara titik tunggal ini pengamatan cukup satu kali untuk memperoleh satu pasang angka saja.
3. Dengan persamaan regresi : Dari keempat pasang titik yang diperoleh, hitunglah persamaan regresi Y = a + bx sebagai berikut :
X2
Log banyak ketukan
Kadar Lengas
(X)
(Y)
X1
Y1
X1Y1
X12
X2
Y2
X2Y2
X22
X3
Y3
X3Y3
X32
X4
Y4
X4Y4
X42
S(X)
S(Y)
S(XY)
S(X) X = ---------- N
XY
S(X2)
S(Y) Y = ------------
N=4
N
S(XY)-NXY a = Y – bX
b= --------------------------S(X2)-NX2
Dari persamaan regresi ini tetapkan BC nya yaitu kadar lengas ketukan 25 (log 25 =1,39794) .
41
Pertanyaan-pertanyaan : 1. Apa sebab alur harus menutup karena aliran ke ntal dan bukan karena lanjutan ? 2. Apa pengaruh terhadap hasil pengamatan jikalau alat Casagrande diputar lebih cepat dari 2x / detik dan /atau lebih rendah ? 3. Mengapa pasta tanah yang diambil ditetapkan kadar lengasnya harus diambil dari sekitar alur yang menutup dan tidak boleh dari tempat lain ? 4. Bandingkan satu dengan lain hasil perhitungan (1), (2) dan (3). Berilah komentar!. 5. Sebutkan harkat nilai BT yang saudara peroleh dari perhitungan (3) dengan melihat daftar yang tersedia.
BATAS LEKAT TANAH (BL)
Alat dan Perlengkapan : Sebuah colet yang mengkilat bersih dan permukaanya rata (sebaiknya dari nikel), 2 buah penimbang, sebuah botol pemancar air, sebuah timbangan analitis (teliti sampai 0,0001 g) sebuah dapur pengering, sebuah eksikator.
Bahan : Pasta tanah sisa acara batas cair tanah.
Cara Kerja : 1. Mengambil sisa pasta tanah acara BT, gumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan menggumpal-gumpalkan pasta dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada didalamnya dan kemudian colet ditarik secepat 0,5 detik. 2. Memeriksa permukaan colet : a. Bersih, tidak ada tanah lebih kering dari BL. b. Tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL. 3. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2 pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulangi lagi sampai dicapai keadaan di
42
permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 x dalamnya penusukan (kira-kira 0,8 cm). 4. Mengambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kira-kira 10 g dan tetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas. 5. Mengerjakan lagi langkah-langkah ke-1 s/d ke-4 sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama tidak bolah berselisih lebih dari 1%. Kalau lebih, harus diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1%.
Perhitungan : Dari pengamatan itu hitunglah kadar lengas rata-ratanya dan ini adalah BL-nya.
Catatan
: Kecepatan penusukan-penarikan pergeseran
colet penting karena kecepatan
dapat mempengaruhi kemungkinan tanah
melekat
di
permukaan colet.
Pertanyaan-pertanyaan : 1. Apa akibatnya kalau kita menggunakan colet yang : a. Berlemak ? b. Kasar permukaannya ? 2. Terangkan sifat lekat dalam tanah timbul kalau dicapai suatu tingkat kelembaban tertentu !. 3. Apa sebab ada tanah-tanah yang praktis tidak mempunyai BL, artinya tidak bersifat lekat ? Tanah-tanah seperti apa itu ?. 4. Terangkan kesalahan yang timbul kalau kecepatan menusuk-menarik colet lebih cepat atau lebih lambat dari 5 cm/ detik ! 5. Sebutkan harkat nilai BL yang saudara peroleh ?
43
BATAS GULUNG TANAH (BG) (Disebut pula batas golek, batas plastisitas terendah)
Alat dan Perlengkapan : Sebuah lempeng kaca seluas telapak tangan, 3 buah penimbang, sebuah botol pemancar air, sebuah pengering, sebuah timbangan analitik (teliti sampai 0,0001 gram), sebuah eksikator.
Bahan : Pasta tanah sisa acara BL atau BC.
Cara Kerja
:
1. Mengambil pasta tanah kira-kira 15 gram, dan dibuat bentuk sosis diletakkan di atas lempeng kaca dan telapak tangan yang digerakkan maju mundur, sosis tanah digolek-golekkan sampai berbentuk tambang. Jarak penggolekan ialah dari ujung jari sampai pangkalnya dan kembali. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan menjarang. 2. Memeriksa tambang tanah yang berbentuk : 3. Mengulangi langkah ke-1 dengan lebih dulu menambah atau mengurangi kelembaban pasta tanah (tergantung hasil langkah ke-2) sampai dicapai keadaan, tambang tanah itu akan mulai retak-retak/ putus-putus pada waktu mencapai tebal 3 mm. 4. Mengambil tambang yang retak-retak/ putus-putus itu dan tetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas. 5. Mengerjakan 2x lagi langkah-langkah ke-1 s/d ke-4 sebagai duplo dan triplo.
Perhitungan : Dari hasil pengamatan itu diambil rata-ratanya dan ini adalah BG-nya.
Pertanyaan
:
1. Mengapa landasan penggolekan harus keras dan rata permukaannya. 2. Kalau sosis tanah digolek-golekkan di atas landasan yang berserabut dan serabutserabutnya dapat putus dan di sana-sini membalut tambang tanahnya (misalnya kertas merang) apa akibatnya terhadap hasil. 44
3. Apa sebab pada penetapan batas gulung diperlukan triplo, dan pada penetapan BL cukup duplo ? 4. Sebutkan harkat nilai BG yang saudara peroleh !.
BATAS BERUBAH WARNA TANAH (BBW)
Alat dan Perlengkapan : Sebuah papan kayu dengan salah satu permukaan lebarnya rata dan halus kira-kira berukuran 10 x 15 cm, sebuah colet, sebuah penimbang, sebuah dapur pengering, sebuah timbangan analitis (teliti sampai 0,0001 g), sebuah eksikator,
Bahan : Sisa pasta tanah acara BT atau BL.
Cara Kerja : 1. Meratakan pasta tanah dengan colet, tipis dan licin, di atas permukaan papan kayu yang rata dan halus. Bentuknya dibuat jorong dan pelan-pelan menipis dari tangan tengah ke tepi. Bagian tengah tebalnya kira-kira 3 mm. 2. Mendiamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan tentu saja penguapan lebih cepat di bagian yang tipis (tepi). Pada waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai dari tepi dan dengan pelan-pelan menjalan ke tengah. 3. Setelah jalur mudah mencapai lebar kira-kira 0.5 cm, maka jalur muda ini akan diambil dengan colet bersama-sama dengan jalur di sampingnya yang masih gelap, juga selebar kira-kira sama banyak dari 2 tempat sekeliling bentukan jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk pedoman warna muda di salah satu sudut papan kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah kering udara yang digunakan dalam acara ini sebagai pembanding.
Perhitungan : Kadar lengas yang diperoleh dalam langkah ke-3 adalah BBW tanah itu.
45
Pertanyaan-pertanyaan : 1. Apa sebab lapisan tanah diatas papan kayu dibuat menipis ke arah tepi. 2. a. Mengapa dalam langkah ke-3 separoh tanah diambil dari jalur warna muda dan separuhnya yang lain masih gelap. b. Dalam hubungannya dengan pertanyaaan (a). apa sebab pembuatan lapisan tanah yang menipis ke arah tepi (pertanyaan 1) harus sedikit demi sedikit (melandai kecil) dan tidak bolah mendadak (curam) ?
Perhitungan : a. Jangka oleh tanah (JO)
= BL – BG
b. Indeks plastisitas (IP)
= BC – BG
c. Persediaan air maksimum Dalam tanah (PAM)
= BC – BBW
( Disebut pula persediaan air tertinggi = PAT )
Pertanyaan-pertanyaan : 1. a. Apa yang diartikan dengan perkataan plastis ?. b. Apa sebab selisih BT – BG disebut indeks plastisitas. 2. Apa sebab selisih BL – BG disebut jangka olah ? Apa hubungannya dengan pengolahan tanah ? 3. Apa hubungannya dengan pengolahan tanah ? 4. Apa yag diartikan dengan persediaan air tertinggi dalam tanah ? 5. a. Sebutkan harkat nilai-nilai IP, PAT, dan JO yang Saudara peroleh ! b. Sebutkan harkat pengolahan tanah berdasarkan tinjauan bersama nilai IP dan JO! Apa bedanya ini dengan yang hanya berdasar atas JO saja !.
PUSTAKA Agus, Cahyono. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
46
ACARA X MORFOLOGI TANAH I
A. PENGANTAR Pengkajian tubuh tanah selaku alam yang bebas dengan selalu memperhatikan hubungan antar laksana-laksana dan sifat-sifat yang teramati memungkinkan penyelesaian di lapangan terhadap banyak masalah pedogenesa, klasifikasi, penafsiran dan pemanfaatan tanah. Pengamatan mendalam di lapangan mengungkapkan banyak fakta yang sering tidak dapat disidik di laboratorium. Data pengamatan di lapangan pada umumnya menunjukkan kualitatif dan bersifat subyektif sehingga kualitas data sangat ditentukan oleh kemampuan penyigi (surveyor). Pengamatan lapangan menyajikan informasi langsung tentang sifat-sifat dimensional seperti ketebalan solum, jeluk perakaran, ketebalan horison, struktur tanah, distribusi batu-batu dan perakaran, konsistensi dan sebagainya. Analisis sampel tanah di laboratorium umumya menghasilkan data kuantitatif misalnya data pH, tekstur, KPK, kandungan mineral dan sebagainya. Pengetahuan tentang nisbah antara laksana-laksana tanah dengan faktor-faktor lingkungan (atmosfer-iklim, bahan induk, bentuk muka daratan, vegetasi, hidrologi) adalah mutlak perlu untuk penelaahan genesa dan klasifikasi tanah serta tidak dapat ditinggalkan untuk mendapatkan pengertian tentang agihan lateral kesuburan tanah, kemampuan dan kesesuaian lahan, watak tanah pelukisan batas-batas satuan tanah, peramalan arah dan perubahan kelakuan tanah dibawah perlakuan pengelolaan tanah tertentu, dll (Notohadiprawiro, 1979). Menurut Supriyo, dkk. (2009) tanah regosol merupakan tanah muda yang umumnya belum menampakkan diferensiasi horizon.Bahan penyusunnya berupa pasiran yang strukturnya lepas-lepas sehingga kemampuan menyimpan airnya rendah. Unsur hara pada tanah regosol pada umumnya belum banyak yang tersedia. Tanah regosol dibedakan menjadi tiga macam yaitu regosol abu vulkanik, regosol bukit pasir dan regosol batuan sedimen. Tanah latosol merupakan tanah yang memiliki lapisan solum tanah yang sangat tebal namun batas horisonnya tidak jelas. Tanah latosol berwarna merah, coklat sampai kekuningan. Teksturnya liat sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi gembur. 47
Oleh karena itu, kemampuan menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Tanah latosol ini memiliki kadar unsur hara dan bahan organik yang cukup rendah, namun memiliki sifat fisik yang cukup baik.
B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat mendiskripsikan perbedaan sifat-sifat tanah dari satuan lahan yang berbeda. 2. Agar mahasiswa dapat menguji sifat-sifat tanah dan ciri spesifik suatu bentangan lahan. 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pembentukan tanah. 4. Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat dan tanda-tanda khusus suatu jenis tanah di lapangan.
C. BAHAN DAN METODE 1. Tes kit tanah lengkap. 2. Lembar pengamatan profil. 3. Alat tulis. 4. Profil tanah Regosol di Piyungan dan Latosol di Patuk 5. Plastik 6. Cangkul
D. CARA KERJA 1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tidak terkena sinar matahari secara langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya. 2. Menggali lubang untuk profil tanah dengan dinding di sebelah selatan, ukuran panjang 1,5 m, lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Tempat untuk mengamati dibuatkan lubang bertangga. Profil tanah juga dapat dibuat pada tebing yang dibuat tegak lurus. 3. Mencatat ciri-ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir pelukisan profil. 48
4. Menandai perlapisan yang ada berdasarkan warna, suara ketukan dan kekerasan tiap perlapisan dengan garis yang tegas. 5. Mencatat ciri-ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir yang ada. 6. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin tiap lapisan dalam plastik yang beritiket : Kode tempat, kode tanah, nomor lapisan, dan ciri-ciri istimewa lainnya.
UMPAN BALIK KEGIATAN SEBAGAI BAHAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsikan perbedaan sifat-sifat tanah dari satuan lahan yang berbeda. 2. Bagaimana sifat-sifat tanah dan ciri-ciri spesifik suatu bentangan lahan yang diamati. 3. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan (iklim, bahan induk, relief, organisme, dan waktu) terhadap pembentukan tanah. 4. Apakah sifat dan tanda-tanda khusus dari keenam jenis tanah yang diamati di lapangan.
PUSTAKA Agus, Cahyono. 1992. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
49
ACARA XI MORFOLOGI TANAH II
A.
PENGANTAR Tanah merupakan lapisan teratas bumi yang sangat tipis. Tanah berasal dari
pelapukan batuan maupun dekomposisi organisme. Sifat bahan induk batuan akan mempengaruhi sifat tanah yang terbentuk. Tanah mediterania terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Tanah mediterania terletak pada topografi yang nisbi miring (bergelombang – berbukit) sehingga apabila terjadi hujan, air dapat mengalir ke bawah dengan cepat. Tanah ini dicirikan dengan adanya penimbungan lempung di horizon B. TanahMediteran tersebar di daerah seperti di Baluran Jawa Timur, Gunung Kidul, Wonogiri, Salaman Menoreh dan Pegunungan Seribu (Supriyo, dkk., 2009). Tanah grumusol dikenal sebagai tanah berat karena sangat sukar diolah. Ketika basah sangat lekat/lengket dan ketika kering akan berbentuk gumpal sangat keras (bongkahan-bongkahan), aerasi jelek, drainase lambat hingga sangat lambat/ kedap air.Tanah grumusol peka terhadap erosi dan longsor/rayapan ( sliding/ soil creep). Oleh karena sangat sukar diolah, perlu perlakuan khusus pada tanah grumusol diantaranya yaitu pembuatan saluran-saluran drainase pembuang air serta dengan cara di “gebrus” dengan tujuan untuk memperbaiki tekstur tanah. Tanah grumusol memiliki warna abu hingga hitam dengan pH6 – 8. Tanah ini biasanya berada pada topografi datar dengan elevasi ≤ 300 m dpl. Tanah Rendzina merupakan tanah hasil pelapukan batuan kapur yang memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah rendzina bertekstur halus dengan daya permeabilitas
yang rendah sehingga kemampuan menahan dan mengikat air
tinggi. Tanah rendzina berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah jenis ini memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara.
B.
TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat mendiskripsikan perbedaan sifat-sifat tanah dari satuan lahan yang berbeda. 50
2. Agar mahasiswa dapat menguji sifat-sifat tanah dan ciri spesifik suatu bentangan lahan. 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pembentukan tanah. 4. Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat dan tanda-tanda khusus suatu jenis tanah di lapangan.
C.
BAHAN DAN METODE 1. Tes kit tanah lengkap. 2. Lembar pengamatan profil. 3. Alat tulis. 4. Profil tanah Rendzina di tepi Sungai Oya, Grumusol di Gading, mediteran di Semanu, Lithosol di Tepus. 5. Plastik 6. Cangkul
D.
CARA KERJA
1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tidak terkena sinar matahari secara langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya. 2. Menggali lubang untuk profil tanah dengan dinding di sebelah selatan, ukuran panjang 1,5 m, lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Tempat untuk mengamati dibuatkan lubang bertangga. Profil tanah juga dapat dibuat pada tebing yang dibuat tegak lurus. 3. Mencatat ciri-ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir pelukisan profil. 4. Menandai perlapisan yang ada berdasarkan warna, suara ketukan dan kekerasan tiap perlapisan dengan garis yang tegas. 5. Mencatat ciri-ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir yang ada.
51