STRATEGI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) DIKECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI
ILHAM G11112013
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
STRATEGI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea
canephora) DIKECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Agroteknologi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
ILHAM G111 12 013
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
i
ii
RINGKASAN ILHAM ( G11112013 ). Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (coffea canephora) di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai di bimbing oleh KAHAR MUSTARI dan KAIMUDDIN.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai berdasarkan skala prioritas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Belerang dan Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, pada bulan Juli – September September 2017. Penelitian ini berbentuk survey ( study study literature), observasi dan wawancara. Petani responden sebanyak 10 orang per Desa, total keseluruhan petani responden 20 orang yang dianggap mampu menjawab hal yang dikaji. Analisis data dilakukan dengan 3 metode yaitu analisis SWOT, Fokus Grup Diskusi (FGD), dan Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan program expert choice 11. Analisis dengan menggunakan SWOT menghasilkann draft I, FGD menghasilkan draft II, adapun hasil akhir penelitian dengan menggunakan AHP. Analisis dengan menggunakan AHP menunjukan bahwa strategi pengembangan tanaman kopi robusta, berdasarkan skala prioritas didapatkan secara berturut – turut ekstensifikasi lahan sebesar 23,11%, perbaikan klon sebesar 17,19%, pemupukan sebesar 11,97%, sanitasi 11,67%, pengendalian hama penyakit 11,16%, pengelolaan pascapanen 10,81%, pemangkasan 8,26%, dan pengelolaan naungan 3,38%. Ekstensifikasi lahan merupakan fokus aspek yang memiliki nilai tertinggi, dengan rincian bobot untuk masing – masing sub kriterianya yaitu pembukaan lahan menganggur sebesar 61,9% dan pembukaan hutan baru 38,1%. , expert choice 11, kopi robusta. Kata Kunci : Analisis hierarki proses ,
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segenap puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu tanggungjawab ilmiah mahasiswa program strata satu (S1) Universitas Hasanuddin Makassar. Selama proses penelitian hingga penyusunan tulisan ini, penulis menyadari bahwa semuanya tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada orang tua saya ayahanda Amri dan ibunda Hasni serta keluarga besar atas dukungan dan segala pengorbanan baik moril maupun material, yang telah memberikan dorongannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan pendidikan ini. Penyusun dengan tulus menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada dosen pembimbing Bapak Prof. Dr. Ir. H. Kahar Mustari, M.S. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Kaimuddin, Msi. serta dosen penguji Bapak Prof. Dr. Ir. Laode Asrul, M.P., Bapak Dr. Ir. Nasaruddin,MS., dan Ibu Nuniek Widiayani, S.P. MP. Merekalah dengan penuh kebijaksanaan sebagai guru sekaligus orang tua yang tiada hentinya memberikan dorongan dan bimbingan bagi penulis dalam mewujudkan mewujudk an skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Elkawakieb Syam‟un,
M.P., selaku ketua Depertemen Budidaya Pertanian, Dr. Ir. H. Muh. Jayadi, M.P., selaku ketua Program Studi Agroteknologi. Dan seluruh Dosen dan staf pegawai Depertemen Budidaya Pertanian pada khususnya dan Faakultas Pertanian pada
iv
umumnya yang telah memberikan pelayanan terbaik selama pendidikan berlangsung. Terimah kasih kepada bapak Muh. Abdi,SP., selaku koordinator BP3K Kec Sinjai Borong yang ikhlas memantu memberikan pengarahan pada penyusun selama dilokasi. Serta ucapan terimah kasih kepada petani kopi didesa batu belerang dan desa bonto tangnga. t angnga. Rasa bangga dan ucapan terima kasih atas kebersamaan teman – teman KEMA FAFERTA UNHAS, FMA 2012, VIABILITAS 2012, HIMAGRO FAFERTA UNHAS, SAR UNHAS, STAPAK UNHAS, FKSPTI dan KKN Reguler Gel 90, serta seluruh anggota maupun alumni HIMAGRO FAFERTA UNHAS yang telah memberikan ilmu kepada penyusun. Ucapan terima kasih Saudara(i) ku terkhusus (Ibrahim, Fiqhi, Muh. Aris, Nur Ilham, Risman, Irfansyah, M. Sauqi, Aldi, Arjuna, Nuhra, Tenri, Ade Irma, Ade kurniawan, Kiki, Fauziah, Putriani) dan Kanda (Syamsul Bahri, Warsa, Haeruddin, Sulpiardi, Al Az Ari, Siti Atikah,) Serta Adik (Muh. Nur. Rahmat, Handika, Aslan, Sulhidayat, Nickanor, Dzulkifly, Riska, Elvi, Firna, Riska, Khadija, Kiki Resky). serta semua pihak yang telah membantu hingga penyelesaian skripsi skrips i ini.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdullillahi Rabbil Alamin, puji syukur penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu tanggung jawab ilmiah mahasiswa program strata satu (S1) di Universitas Hasanuddin Makassar. Ma kassar. Penyusunan skripsi ini yang berjudul “Strategi “ Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) Di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ” dimaksudkan untuk mengetahui strategi pengembangan tanaman kopi
robusta berdasarkan skala prioritas sehingga bisa menjadi rekomendasi untuk pengembangan tanaman kopi robusta kedepannya. Disadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan baik dari segi konseptual – substansif penelitian pen elitian ilmiah maupun segi prosedural p rosedural dan teknik penulisan ilmiahnya. Kritikan, saran, dan masukan yang sifatnya sif atnya konstruktif sangat dibutuhkan. harapan kami, semoga skripsi ini memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
Makassar, Februari 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
................................................................. ............................................ .......................... .... i HALAMAN SAMPUL ........................................... ................................................................ ........................................ .................. ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................... .................................................................... ............................................. ................................... ............. iii RINGKASAN ............................................. ................................................................... ................................... ............ iv UCAPAN TERIMA KASIH ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ .. vi KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................................ ...................................... ................ vii DAFTAR ISI ............................................ ................................................................ ............................................ ................................ .......... ix DAFTAR TABEL .......................................... ................................................................ ............................................ ............................. ....... x DAFTAR GAMBAR .......................................... BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................... ................................................................. ............................................ ...................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................... .................................................................. .................................... ............. 5 1.3
Tujuan dan Kegunaan ......................................... ............................................................... ................................. ........... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik dan Morfologi Tanaman Kopi Robusta Rob usta ............................ ............................ 6 2.1.1
Karakteristik Kopi Robusta ............................................ ....................................................... ........... 6
2.1.2
Morfologi Tanaman Kopi Robusta ........................................... ............................................. .. 7
2.2 Lingkungan Tumbuh Tanaman Kopi ........................................... .................................................... ......... 10 2.2.1
Iklim ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ 10
2.2.2
Suhu dan Ketinggian Tempat .................................................. .................................................... 10
2.2.3
Kondisi Tanah ............................. .................................................... .............................................. ....................... 10
2.3 Teknik Budidaya Budida ya Tanaman Kopi Robusta................................. Robusta............................................ ........... 11 2.4 Perkembangan Perkebunan Kopi Robusta di Sulawesi Selatan ............ 14 2.5 Analisis SWOT ................................ ...................................................... ............................................ ............................... ......... 15 2.6 Fokus Grup Diskusi (FGD) ........................................... .................................................................. ....................... 17 2.7 Analisis Hierarki Proses (AHP) ( AHP) ............................................ ............................................................ ................ 18 BAB III III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ............................................. ................................................................... .................................. ............ 20 3.2 Bahan dan Alat .......................................................... ................................................................................ ........................... ..... 20
vii
3.3 Metode Penelitian .................................................. ........................................................................ ............................... ......... 20 20 3.3.1
Alur Penelitian ................................................... .......................................................................... ....................... 21
3.3.2
Jenis data dat a dan Tahapan Penelitian Peneli tian ............................ ............................................ ................ 22
3.3.3
Metode Analisis Data .............................................................. ................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................... Penelit ian................................................ ........................... ..... 25 4.2 Fokus Aspek Pengamatan Tanaman Kopi Robusta di Lokasi Lokasi Penelitian .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................. ....................... 26
4.3
1.
Pemilihan Lahan ........................... ................................................. .......................................... .................... 27
2.
Jenis Klon ............................................. ................................................................... .................................. ............ 28
3.
Aspek Pola Tanam........................................... .................................................................. ....................... 30
4.
Aspek Jarak Tanam ................................................ ................................................................ ................ 31
5.
Aspek Pemupukan ....................................... ............................................................. ........................... ..... 32 32
6.
Aspek Pemangkasan .............. .................................... ............................................ ........................... ..... 34
7.
Aspek Naungan ........................................... .................................................................. ........................... .... 36
8.
Aspek Sanitasi .................................................... ........................................................................ .................... 37
9.
Aspek Hama dan Penyakit Pen yakit ..................................................... ..................................................... 38
10.
Aspek Panen dan Pascapanen ............................................ ................................................. ..... 41
Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten K abupaten Sinjai Sinja i ........................ ........................ 42 A.. Analisis SWOT ............................................ ................................................................... ........................... .... 42 B
Fokus Grub Diskusi (FGD).......................................... ...................................................... ............ 48
C
Analisis Hierarki Proses Proses (AHP) (AHP) .......................................... ............................................... ..... 50
D Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta ...................... ...................... 59 BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 60 5.2 Saran ............................................ ................................................................... ............................................. .................................. ............ 60 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………61 LAMPIRAN ……………………………………………………………............64
viii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman Teks
1. Pedoman Dosis Pemupukan Tanaman Kopi Kop i ......................................... .................................................. ......... 12 2. Luasan areal, produksi, dan produktivitas kopi robusta di Sulawesi Selatan tahun 2014 - 2016 ........................................................... ................................................................................. ............................... ......... 15 3. Luasan areal, produktivitas, dan produksi kopi robusta Kabupaten Sinjai Tahun 2012 - 2016 .................................... .......................................................... ............................................ ............................... ......... 15 4. Matriks SWOT ...................................... ............................................................ ............................................. ................................... ............ 16 5. Penggunaan lahan di lokasi penelitian ........................ ............................................... ................................... ............ 27 6. Persentase (%) jenis klon yang digunakan oleh petani responden................. 28 7. Persentase (%) sistem tanam yang digunakan oleh petani responden ........... 30 8. Persentase (%) jarak tanam yang digunakan oleh petani responden ............. 31 9. Persentase (%) jenis jen is pupuk yang digunakan oleh petani responden .............. 32 10. Persentase (%) tipe pemangkasan yang dilakukan oleh petani responden .... 34 11. Persentase (%) jenis naungan oleh petani responden......................... respond en..................................... ............ 36 12. Persentase (%) kegiatan sanitasi yang dilakukan oleh petani responden ...... 37 13. Persentase (%) jenis hama h ama yang menyerang men yerang pada tanaman kopi robusta. robust a. ..... 38 14. Persentase pengendalian hama penyakit tanaman kopi robusta.................... robusta.................... 38 15. Persentase (%) panen dan pascapanen yang dilakukan petani responden ..... 41 16. Klasifikasi isu strategi pengembangan tanaman kopi robusta di kecamatan Sinjai Borong, kab Sinjai ......................................... ............................................................... ...................................... ................ 48
Lampiran
17. Lampiran 1 : Tabel Identitas Responden .............................................. ......................................................65 ........65
ix
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1. Bagan alur penelitian ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 21 2. Skema Partisipan AHP ......................................... ............................................................... .......................................... .................... 50 3. Skala prioritas AHP Kadis Pertanian Pertania n dan Perkebunan Perkebu nan .................................. .................................. 51 4. Skala prioritas p rioritas AHP Koordinator Koord inator BP3K ............................................ ........................................................ ............ 51 5. Skala prioritas priori tas AHP Ketua Gapoktan Gapo ktan ............................................ ............................................................ ................ 52 6. Skala prioritas p rioritas AHP Kelompok Kelompo k Tani .................................................... ............................................................. ......... 52 7. Skala prioritas p rioritas AHP Pakar Perkopian ................................. ....................................................... ........................... ..... 53 8. Skala prioritas sintesis AHP kompilasi seluruh partisipan ............................ 53 9. Persentase bobot hasil sintesis dalam bentuk dynamic sensitivity ................. 54 10. Persentase bobot hasil sintesis dalam bentuk diagram lingkar ...................... 54 11. Persentase bobot hasil sintesis sintesi s dalam bentuk bent uk diagram batang ....................... ....................... 55 12. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen ekstensifikasi lahan .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................. ....................... 56 13. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen perbaikan Klon .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................. ....................... 56 14. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen pemupukan .. 56 15. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen sanitasi ......... 57 16. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen pengendalian hama dan penyakit ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ 57 17. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen pengelolaan pascapanen ........................................... .................................................................. ............................................. .................................. ............ 57 18. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen pemangkasan 57 19. Hasil sintesis AHP gabungan pendapat responden komponen naungan........ 58
x
Lampiran
20. Lampiran 2 : Lembar Kuesioner ............................................................... ................................................................... .... 67 21. Lampiran 3 : Peta administrasi Kecmatan Sinjai Borong .............................. .............................. 74 22. Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian Pen elitian ....................................................... .......................................................... ... 75 23. Gambar lampiran 1 : Observasi lapangan ............................................ ..................................................... ......... 75 24. Gambar lampiran 2 : Wawancara dengan Petani dan Pengisian Kuisioner ... 76 25. Gambar lampiran 3 : Fokus Grup Diskusi (FGD) ......................................... ......................................... 77 26. Gambar lampiran 4 : wawancara menggunakan prog. expert choice 11 dengan sejumlah partisipan AHP ........................................................ .............................................................................. ........................ 78 27. Gambar lampiran 5 : Alat pengupas kulit k ulit biji kopi kop i ....................................... ....................................... 79
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi terutama dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi. Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein yaitu zat yang dapat menstimulasi otak, meningkatkan kemampuan kognitif dan daya ingat. Selain itu kandungan asam klorogenat dalam kafein dikaitkan dengan kemampuan untuk menekan resiko diabetes dan penyakit jantung. Minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia. Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Secara geografis lahan di Indonesia sangat cocok difungsikan sebagai lahan perkebunan kopi karena memiliki iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan dan produksi kopi. Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi. Sentra penanaman kopi di Indonesia tersebar di berbagai daerah dikarenakan hampir seluruh daerah di Indonesia dari masing-masing pulau sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi. Kopi telah menjadi komoditas potensial yang secara luas diusahakan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Secara ekonomi, kopi dipandang sebagai komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
1
strategis untuk pemerataan pendapatan sehingga berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani di daerah terpencil, menyediakan kesempatan kerja, dan memberikan pemasukan devisa negara. Oleh karena itu potensi pengembangan kopi di daerah sangat diperlukan guna mendukung peningkatan peningkat an kesejahteraan petani (Junaidi dan Yamin, 2010). Di Indonesia kopi merupakan penghasil devisa terbesar subsektor perkebunan setelah kelapa sawit dan d an karet. Total produksi pro duksi nasional kopi Indonesia pada tahun 2013 sebesar 698.887 ton yang berasal dari produksi perkebunan rakyat sebesar 669.064 ton (95,73 %), perkebunan negara 13.820 ton (1,98 %) dan perkebunan swasta 16.002 ton (2,29 %). Ekspor kopi nasional pada tahun yang sama sebesar 534.023 ton dengan nilai ekspor US$.1.174.029.129. Dalam lingkup mikro, usahatani kopi khususnya robusta memberikan pendapatan sekitar Rp. 9 juta/ha/tahun sedangkan usahatani kopi arabika dapat menghasilkan pendapatan mencapai Rp.19 juta/ha/tahun (Saragih, 2010). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Perkebunan (2016), luas area pertanaman kopi di Indonesia pada periode 1980 - 2016 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1980 luas perkebunan kopi Indonesia hanya mencapai 707.464 ha. Dalam kurun waktu 2 dekade, luas area perkebunan kopi meningkat 74,33% menjadi 1.233.294 ha. Meskipun demikian rata-rata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia periode 1980 - 2016 tidak terlalu tinggi, rata-rata hanya meningkat sebesar 1,61% per tahun atau bertambah 14.212 ha per tahun.
2
Luas area penanaman kopi robusta cenderung menurun sementara luas areal kopi arabika cenderung meningkat. Pada tahun 2001 luas area penanaman kopi robusta di Indonesia mencapai 1.232.551 ha, namun mengalami penurunan 26% pada tahun 2016 menjadi 912.135 ha. Sementara luas area penanaman kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82.807 ha dan meningkat sebesar 287,84 % pada tahun 2016 menjadi 321.158 ha. Produktivitas tanaman kopi di Indonesia hanya mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk jenis robusta. Produktivitas dan luas lahan tanaman kopi masih dapat ditingkatkan, mengingat Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang cocok untuk jenis tanaman kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016). Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah perkebunan kopi robusta berstatus perkebunan rakyat memberikan konstribusi terhadap perkopian di Indonesia. Data Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), menunjukkan bahwa luas area pertanaman kopi robusta kategori perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016 sekitar 22.945 ha dengan jumlah produksi 9.559 ton dan produktivitas sebesar 509 Kg/ha yang tersebar di beberapa kabupaten. Jenis kopi robusta banyak dikembangkan di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Sinjai, Pinrang, Luwu, Luwu utara, dan Tana Toraja (Latunra, 2011). Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi untuk pengembangan kopi robusta dan arabika. Kabupaten Sinjai beriklim tropis, dengan kelembapan udara 64 – 87%, 87%, suhu udara 21,1oC – 32,4oC, dengan ketinggian tempat
antara 0 – 1500 m dpl yang merupakan
lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman kopi. Sejalan dengan arah
3
pengembangan kopi robusta oleh pemerintah Kabupaten Kabupate n Sinjai, Kecamatan Sinjai Borong dan Sinjai Barat menjadi daerah sasaran utama yang difokuskan untuk mengembangkan
kopi
robusta.
Kawasan
ini
berpotensi
tinggi
untuk
pengembangan kopi robusta rakyat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan peningkat an produktivitas dan mutu. mut u. Kecamatan Sinjai Borong merupakan wilayah pegunungan yang di prioritaskan untuk pertanaman kopi robusta dengan luas perkebunan kopi robusta pada tahun 2014 seluas 807 ha, dengan produksi sekitar 579 ton. Namun demikian, Produksi kopi robusta di Kabupaten Sinjai cenderung mengalami penurunan hasil produksi. Pada tahun 2010 produksi sebesar 4.216 ton. Pada tahun 2011 - 2012 produksi hanya mencapai 3.015 ton dan tahun 2013 - 2014 produksi kopi robusta terus mengalami penurunan dengan produksi hanya mencapai 2.836 ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Penurunan produksi dan produktivitas tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong tidak lepas dari masalah sektor hulu, diantaranya faktor lahan yang mulai berkurang, umur tanaman sudah tua, hingga masalah teknik budidaya yang diterapkan petani. Adapun masalah pada sektor hilir diantaranya pengolahan pascapanen yang tidak tepat. Perkebunan kopi robusta perlu dijaga agar tetap berkelanjutan dengan melakukan perbaikan-perbaikan perbaikan-pe rbaikan mulai dari sektor hulu sampai hilir. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan upaya tindak lanjut untuk mengembangkan potensi tanaman kopi robusta di Kabupaten Sinjai dengan melihat kondisi pertanaman kopi di lapangan. Penelitian ini akan mencoba memberikan rumusan mengenai strategi pengembangan kopi robusta di
4
Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai terkait pengembangan kopi robusta kedepannya dengan menyusun skala prioritas melalui pendekatan Analisis Hierarki Proses (AHP). 1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada kondisi dan keinginan untuk pengembangan kopi robusta dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, maka permasalahan yang akan terjawab dari hasil penelitian yaitu : 1.
Bagaimana sistem budidaya tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai?
2.
Bagaimana strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai berdasarkan skala prioritas. Kegunaan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan menjadi dasar acuan kebijakan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan tanaman kopi robusta serta mendorong terjadinya sinergitas yang saling mendukung antara akademisi, birokrat, dan masyarakat.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Karakteristik Karakteristik dan Morfologi Tanaman Kopi Robusta
2.1.1 Karaksteristik Kopi Robusta
Kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Afrika yang tumbuh di kawasan hutan dengan jenis yang beragam. Jenis kopi yang banyak diusahakan di Indonesia adalah kopi Robusta dan kopi Arabika. Menurut (Rahardjo, 2012) tanaman kopi robusta diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus Species
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Rubiales : Rubiaceae : Coffea : Coffea canephora
Kopi robusta ( Coffea Canephora ) ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 1898 oleh ahli botani dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran diawal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Pengembangan kopi robusta berawal dari bencana wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix yang menyerang tanaman kopi. Pada tahun 1878 sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia rusak akibat penyakit tersebut. Kemudian Belanda mengganti arabika dengan liberika. Namun ditahun 1890 kopi liberika juga mengalami penyakit yang sama.
6
Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi dari jenis arabika dan liberika. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi robusta. Robusta dapat tumbuh di dataran rendah, namun lokasi paling baik untuk membudidayakan tanaman ini pada ketinggian 400 - 800 meter dpl. Suhu optimal pertumbuhan kopi robusta berkisar 24 - 30oC dengan curah hujan 2000 - 3000 mm per tahun (Najiyati dan Danarti, 2001). Kopi robusta merupakan tanaman yang menyerbuk silang. Oleh karena itu dalam suatu areal pertanaman kopi robusta sebaiknya terdiri dari 3 – 5 5 klon. Pada kopi robusta bahan tanam yang dianjurkan diantaranya klon BP 42, BP 234, BP 358, SA 273, BP 28, BP 409, BP 524, BP 920, BP 925, BGN 300, BGN 371, BP 418, BP 436, BP 973, SA 203, BP 436 (Yahmadi dan Mudrig, 2007). 2.1.2
Morfologi Tanaman Kopi Robusta
Kopi robusta (Coffea canephor a) a) merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak dan bercabang. Tanaman kopi robusta memiliki akar tunggang tung gang berwarna kuning muda. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya berasal dari bibit semai. Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit stek, cangkok, atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah (Latunra, 2011).
7
Meskipun merupakan tanaman tahunan, umumnya tanaman ini memiliki sistem perakaran yang dangkal. Oleh sebab itu tanaman kopi mudah mengalami kekeringan pada saat kemarau panjang jika daerah perakaran tanaman tidak diberi mulsa. Panjang akar tunggang dapat mencapai 45 - 50 cm dan terdapat 4 - 8 akar samping yang tumbuh ke bawah sepanjang 2 - 3 m. Selain itu akar samping bercabang secara merata dengan panjang cabar akar ak ar 1- 2 m (Latunra, 2011). Kopi robusta memiliki batang dan cabang berkayu, tegak lurus dan beruasruas berwarna putih keabu-abuan. Tanaman ini mempunyai dua macam pertumbuhan cabang, yaitu cabang orthrotrop dan plagiotrop. Cabang orthrotrop orthrot rop merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang, disebut juga tunas air atau wiwilan atau cabang air. Cabang ini tidak menghasilkan bunga atau buah. Cabang plagiotrop merupakan merup akan cabang yang tumbuh ke samping. Cabang Caban g ini menghasilkan mengh asilkan bunga dan buah (AAK, 1988). Daun kopi robusta berbentuk oval dengan ujung meruncing dan pangkal tumpul. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada bagian batang dan cabang daunnya tumbuh berselang seling, sedangkan pada bagian ranting daunnya tumbuh pada bidang yang sama. Daun kopi robusta cukup besar dengan panjang sekitar 20 - 35 cm dan lebar 8 - 15 cm, memiliki pertulangan daun menyirip dengan langkai panjang 0,5 - 1 cm (Wachjar, 1998). Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bunga kopi robusta merupakan bunga majemuk berukuran kecil berwarna putih berbentuk payung dengan mahkota berwarna putih berbentuk bintang dan berbau harum. Terletak di ketiak daun, kelopak bunga berwarna hijau dan terbagi lima.
8
Bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4 - 6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga.
Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkota
akan membuka, membuka, kemudian segera terjadi penyerbukan. Setelah itu bunga akan berkembang menjadi buah. Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya terbentukn ya bunga hingga buah menjadi matang untuk kopi robusta yaitu 8 -11 bulan (AAK, 1988). Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji berbentuk bulat telur. Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras. Buah kopi yang muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning setelah tua. Buah yang masak berwarna merah dengan ukuran buah 1,5 x 1 cm dan bertangkai pendek. Buah yang telah matang tetap menempel kuat di tangkainya, tangkain ya, tidak rontok seperti arabika. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji tersebut mempunyai dua bidang yakni bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung) (AAK, 1988). Biji kopi kering terdiri dari air 12%, protein 13%, lemak 12%, gula 9%, caffeine 1-1,5% (Arabika), 2-2,5% (Robusta), caffetanic acid 9%, cellulose dan
sejenisnya 35%, abu 4%, zat-zat lainnya yang larut dalam air 5%. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Bentuk bijinya cenderung membulat dan ukurannya lebih kecil (Wachjar, 1998). 2.2
Lingkungan Tumbuh Tanaman Kopi
9
Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah, bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. 2.2.1
Iklim
Faktor-faktor
iklim
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
kopi
yang
terpenting adalah distribusi curah hujan. Kopi memerlukan tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup. Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi dan penyerbukan, terutama lebih penting bagi kopi robusta. Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan kopi adalah 2000 - 3000 mm per tahun (Wachjar, 1998). 2.2.2
Suhu dan Ketinggian Tempat
Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Kopi Robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400 - 800 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 20 - 28°C, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0 - 1000 m dpl.
Kopi Arabika
menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur ratarata tahunan 16 - 22°C (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006). 2.2.3
Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki top soil atau kandungan organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak terdapat di dataran tinggi. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2006),
tingkat keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah yang
10
dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 – 6,5. 6,5. Jika keadaan tanah terlalu masam umumnya dilakukan penambahan kapur atau pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2. 2.3
Teknik Budidaya Tanaman Tanaman Kopi Robusta
Kopi merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya kopi diantaranya jenis tanaman, teknik budidaya, penanganan pascapanen dan pemasaran produk akhir. Hal penting dalam teknik budidaya kopi yang harus dipenuhi adalah pemeliharaan antara lain: pemupukan, pemangkasan, ketersediaan pohon peneduh dan pengendalian p engendalian hama dan penyakit p enyakit (AAK, 1988). Hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah menanam pohon peneduh. Pohon peneduh berguna untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk. Tanaman kopi termasuk tumbuhan yang menghendaki intensitas cahaya matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh yang sering digunakan dalam budidaya kopi adalah dadap, lamtoro dan sengon. Tanaman pelindung tersebut sebaiknya ditanam 2 - 4 tahun sebelum melakukan budidaya kopi (Yahmadi dan Mudrig, 2007). Memilih jenis tanaman untuk budidaya kopi harus disesuaikan dengan tempat atau lokasi lahan. Lokasi lahan yang terletak di ketinggian 400 - 800 meter dapat ditanami kopi robusta. Untuk budidaya kopi robusta sumber tanaman yang digunakan adalah klon. Beberapa jenis klon unggulan kopi robusta diantaranya klon BP 42, BP 301, BP 358, dan klon SA 436. Perbanyakan bibit pohon kopi bisa dilakukan dengan teknik generatif dan vegetatif. Perbanyakan kopi robusta
11
lebih sering menggunakan perbanyakan vegetatif dengan stek (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2010). Jarak tanam untuk budidaya kopi robusta yang yang dianjurkan adalah 2,75 × 2,75 m. Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang jarak tanam dan semakin rendah semakin rapat jarak tanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, pembuatan lubang ini dilakukan 3 - 6 bulan sebelum penanaman. Pemberian pupuk untuk tanaman dilakukan untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil. Seperti tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Pemberian pupuk dapat diletakkan diletakka n sekitar 30 - 40 cm dari batang pokok (Pusat Penelitian Pen elitian dan da n Pengembangan Pengemban gan Tanaman Tan aman Perkebunan, Perkebu nan, 2010). 2010) . Berikut adalah pedoman dosis pemupukan untuk tanaman kopi: Tabel 1. Pedoman Dosis Pemupukan Tanaman Kopi Awal Musim Hujan (gram/tahun)
Umur Tanaman (tahun) Urea
SP36
KCL KCL
Kieserit
Akhir Musim Hujan (gram/tahun) Urea
SP36
KCL
Kieserit
1 20 25 15 10 20 25 2 50 40 40 15 50 40 3 75 50 50 25 75 50 4 100 50 70 35 100 50 5 sd 10 150 80 100 50 150 80 > 10 200 100 125 70 200 100 Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006.
15 40 50 70 100 125
10 15 25 35 50 70
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman kopi adalah aspek pemangkasan. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2010), pemangkasan pada tanaman kopi dilakukan agar pohon tetap
12
rendah sehingga mempermudah perawatan, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang
tunggal
dan
pemangkasan
berbatang
ganda.
Pemangkasan berbatang tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang sekunder. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan di perkebunan rakyat yang menanam kopi robusta. Menurut Wachjar (1998), berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi diba gi menjadi tiga macam yaitu: a.
Pemangkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
b.
Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang caban g tua.
c.
Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami penurunan produksi. produksi . Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Pengendalian gulma berperan penting dalam mengurangi hama dan penyakit. Gulma meliputi mel iputi rumput, tumbuhan berdaun lebar, tumbuhan merambat, tumbuhan lain yang tidak dikehendaki dan tumbuh pada blok kopi. Gulma dapat dikendalikan dari sekeliling pangkal batang kopi secara manual/mekanis maupun menggunakan bahan kimia (herbisida). Hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah nematoda parasit Pratylenchus coffea dan Radopholus similis , hama penggerek buah, kutu putih
13
Planococcus citri, kutu hijau Coccus viridis, penggerek cabang, dan penggerek
batang merah Zeuzera coffeae, serta hama tikus. Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman kopi adalah penyakit karat daun Hemileia vastatrix, bercak daun, jamur upas, busuk buah dan cabang, jamur akar coklat, c oklat, dan penyakit rebah reb ah batang. Metode pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan perbaikan kultur teknis,
melakukan
sanitasi,
pengendalian
secara
mekanis
dan
biologis,
pemasangan perangkap, maupun pengendalian kimiawi. k imiawi. Tanaman kopi robusta secara intensif sudah bisa berbuah pada umur 2,5 3 tahun. Hasil panen pertama secara umum tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncaknya pada umur 7 - 9 tahun. Panen tanaman kopi dilakukan secara bertahap, panen raya bisa terjadi dalam 4 - 5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10 - 14 hari. Sistem pengolahan pascapanen kopi robusta dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Pengolahan pascapanen sangat mempengaruhi mempen garuhi mutu dan hasil akhir. akh ir. 2.4
Perkembangan Perkembangan Perkebunan Kopi Robusta Di Sulawesi Selatan
Secara umum, perkembangan luasan area, produksi, dan produktivitas kopi Robusta di Sulawesi Selatan tahun 2014 - 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Luasan area, produksi, dan produktivitas kopi Robusta di Sulawesi Selatan tahun 2014 - 2016. Tahun
Luas area (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kg/ha)
2014
24.196
9.564
549
2015
23.506
9.187
540
14
2016
22.945
9.559
509
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sinjai, 2017. Kabupaten Sinjai merupakan daerah pengembangan kopi robusta. Secara umum perkembangan luasan area pertanaman, produksi dan produktivitas kopi robusta di Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Luasan area, produksi, dan produktivitas kopi Robusta di Kabupaten Sinjai Tahun 2012 - 2016. No
Tahun
Luas area (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kg/ha)
1.
2012
856
2.803
3.275
2.
2013
856
944
1.103
3.
2014
856
690
813
4.
2015
856
682
806
5.
2016
856
682
806
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sinjai, 2017 2.5
Analisis SWOT
Analisis
SWOT
adalah
suatu
bentuk
analisis
situasi
dengan
mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), serta kelemahan (weaknesses), dan ancaman (threats). Analisis SWOT dibagi menjadi 2 yaitu: a.
Analisis lingkungan internal yang meliputi kekuatan strength (strength) dan kelemahan (weakness).
b.
Analisis lingkungan eksternal yang meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat ). ). Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran
tentang suatu faktor yang diidentifikasikan. Penyusunan matriks SWOT
15
didasarkan pada faktor-faktor strategi internal dan eksternal yang ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan saat penelitian dan data-data yang telah dikumpulkan baik itu data primer maupun data sekunder. Matriks SWOT mengkombinasikan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam sebuah matriks. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliknya. matriks SWOT dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Matriks SWOT
Opportunities (O) / Peluang Treaths (T) / Ancaman Sumber: Freddy, 2009
Strengths (S) / Kekuatan
Weakness (W) / Kelemahan
Strategi S-O
Strategi W-O
Strategi S-T
Strategi W-T
Keseluruhan faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dikelompokkan
dalam
matriks
SWOT
yang
kemudian
secara
kualitatif
dikombinasikan untuk menghasilkan klasifikasi strategi yang meliputi empat alternatif strategi yaitu: a.
Strategi S-O, kategori ini mengandung berbagai alternatif strategi yang bersifat memanfaatkan peluang dengan mendayagunakan kekuatan yang dimiliki.
b.
Strategi W-O, kategori ini bersifat memanfaatkan peluang eksternal dan mengatasi kelemahan.
c.
Strategi S-T, kategori ini bersifat memanfaatkan atau mendayagunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
16
d.
Strategi W-T, kategori ini bersifat sebagai solusi dari penilaian atas kelemahan dan ancaman yang dihadapi, atau usaha menghindari ancaman untuk mengatasi kelemahan.
2.6
Fokus Grup Diskusi (FGD)
Fokus Grup Diskusi (FGD) adalah suatu metode riset yang didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, diskusi bebas tanpa topik spesifik. Fokus grup diskusi dilaksanakan dalam suatu tempat dengan menghadirkan beberapa orang responden yang merupakan tujuan dari fokus topik dalam FGD (Irwanto, 1998). Menurut Morgan and Kruger, 1993 tujuan dilakukan FGD antara lain: 1.
Untuk mengekplorasi sikap, kepercayaan dan pendapat orang.
2.
Untuk menghasilkan data dan cakrawala yang dapat diakses melalui interaksi antar kelompok.
3.
Untuk mengungkapkan tingkat keragaman, sikap, pendapat dan kepercayaan warga komunitas.
4.
2.7
Untuk menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi suatu program.
Analisis Hierarki Proses (AHP)
Analisis Hierarki Proses (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang 17
kompleks menjadi suatu hierarki, menurut Saaty (1993), hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Menurut Saaty (1993) dalam Jafar (2013), tahapan – tahapan tahapan dalam Analisis Hierarki Proses (AHP) sebagai berikut: a. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari beberapa referensi guna memperluas pengetahuan dan berdiskusi dengan pakar atau narasumber yang menguasai bidang ilmu terkait dan yang memahami permasalahan untuk memperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan. b. Penyusunan Hierarki Dalam penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan dengan menggambarkan elemen sistem atau
alternatif
keputusan kedalam suatu
abstraksi hierarki keputusan.
c. Kompirasi/Perbandingan Berpasangan Dengan membuat matriks komparasi berpasangan ini dapat digambarkan kontribusi relatif atau berpengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/kepentingan yang setingkat diatasnya. Penentuan tingkat
18
kepentingan pada setiap tingkat hierarki atau pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan. Secara khusus, AHP sesuai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan yang melibatkan perbandingan elemen keputusan yang sulit untuk dinilai secara kuantitatif. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa reaksi natural manusia ketika menghadapi pengambilan keputusan yang kompleks adalah mengelompokkan elemen-elemen keputusan tersebut menurut karakteristiknya secara umum. Pengelompokkan ini meliputi hierarki (rangking) dari elemenelemen keputusan kemudian melakukan perbandingan antara setiap pasangan dalam setiap kelompok sebagai suatu matriks, standar nilai inkonsistensi yang dapat diterima dalam AHP ini yaitu senilai 0,25 ( Mubarak, 2014). Manfaat AHP adalah menyederhanakan masalah yang kompleks, tidak terstruktur, serta menata variabel dalam suatu hierarki (tingkatan). Tingkat variabel tersebut lalu diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting yang secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Selanjutnya dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem. Perbedaan model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis input model AHP yang memakai persepsi manusia yang dianggap „expert/ahli‟ sebagai input utamanya utaman ya (Saaty dan Forman, 1992).
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai September 2017, dilaksanakan di Desa Batu Belerang dan Desa Bonto Tangnga Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 700 - 1000 m dpl, yang beriklim subtropis, dengan kelembaban udara 64 - 87%, suhu udara 21,10C – 32,4 32,40C, curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm/tahun, jenis tanah
inseptisol, entisol dan ultisol (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sinjai, 2016) 3.2
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan data penunjang dari instansi terkait. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat komputer (laptop), kamera, dan alat perekam. 3.3
Metode Penelitian Penelitia n
Penelitian ini berbentuk survei (studi literatur, observasi lapang, dan wawancara) dengan metode Analisis Deskriptif Kuantitatif. Petani kopi yang diwawancarai minimal lama bertani 5 tahun dan kondisi tanaman kopi sudah berproduksi. Pada survei s urvei ini diambil 10 sampel sa mpel tiap desa sehingga diperoleh total responden 20 orang yang dianggap dapat memberikan informasi aspek yang dikaji.
20
3.3.1 Alur Penelitian
Persiapan Awal
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Analisis SWOT
Fokus Aspek
Aspek pemilihan lahan Aspek budidaya Aspek pasca panen
SWOT
S
W
O
Strategi SO
Strategi WO
T
Strategi ST
Strategi WT
Informan / responden; Petani Gapoktan Kepala dinas Koordinator BP3K Pengusaha kopi
Draft I : Saran Strategi Pengembangan Kopi
Focus Group Discussion (FGD)
Draft II: Strategi Pengembangan Ko i robu robust staa Analisis Hirarki Proses AHP
E xper xper t choi choi ce
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI
Gambar 1. Bagan Alur Penelitian 3.3.2 Jenis Data Dan Tahapan Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka diperlukan data-data yang mendukung penelitian ini. Jenis data yang digunakan
21
dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang di kawasan penelitian, pengisian kuesioner (daftar pertanyaan) dan in depth interview (wawancara mendalam) ke masyarakat/petani kopi robusta di Desa Batu Belerang serta Desa Bonto Tangnga dan pihak terkait. Data sekunder diperoleh dari BPS, dinas terkait, dan lembaga terkait. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik : a. Observasi yaitu mengamati secara langsung kondisi lapangan/objek penelitian sehingga kondisi rill dapat diperoleh. b. Teknik kuesioner/wawancara adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang diberikan kepada responden sesuai dengan masalah penelitian. c. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan informasi dari referensi atau pengetahuan yang telah ada dengan mempelajari atau membaca literaturliteratur yang berkaitan dengan pokok penelitian. d. Dokumentasi yaitu data pendukung yang diperoleh melalui instansi terkait sebagai pelengkap penelitian. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Survei dan observasi yaitu mengamati secara langsung objek penelitian sehingga kondisi riil dapat dapat diperoleh. b. Wawancara dan pengisian daftar pertanyaan (kuesioner) dengan melakukan tanya jawab langsung kepada stakeholder yang yang bersangkutan, selanjutnya hasil wawancara dicatat dan direkam dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya (kuesioner).
22
c. Analisis SWOT yaitu sebuah prosedur metode analisis kondisi dengan mengklarifikasi kondisi objek dalam empat kategori yakni Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunity (peluang), dan Treatment (ancaman)
kemudian mengklasifikasikan dalam kondisi internal dan eksternal. d. Fokus Grup Diskusi (FGD) adalah diskusi mendalam yang dilakukan dengan beberapa stakeholder untuk mengkaji masalah-masalah yang ada di lapangan terkait dengan topik yang dikaji dalam penelitian ini. Dalam FGD ini melibatkan beberapa petani yang berasal dari latar belakang yang berbeda yaitu petani, penyuluh, kepala dinas, pemerintah desa, serta kalangan akademisi (pakar kopi). e. Analisis Hirarki Proses (AHP) adalah sebuah metode dalam pengembilan keputusan. Dalam menentukan strategi pengembangan tanaman kopi. Hasil dari AHP diharapkan dapat memberikan pandangan stakeholder terhadap komponen-komponen yang memiliki prioritas lebih dari komponen lainnya. Pada dasarnya prinsip dari AHP itu sendiri adalah membandingkan tingkat kepentingan prioritas antara satu elemen dengan elemen baru yang berada pada tingkat atau level yang sama berdasarkan pertimbangan tertentu.
3.3.3 Metode Analisis Data
Penelitian ini akan terfokus pada pengamatan teknis budidaya kopi robusta yang meliputi beberapa aspek yaitu pembibitan, pengaturan jarak tanam, pemupukan, pemangkasan, pengelolaan naungan, sanitasi serta pemanenan. Data diperoleh dengan survei di lapangan, wawancara, dan pengisian kuisioner.
23
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dikelompokkan kedalam matriks SWOT untuk menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuikan dengan kekuatan dan kelemahan,yang dimilikinya, hasil dari analisis ini akan berbentuk draft I yang berupa strategi pengembangan tanaman kopi robusta. Draft I merupakan mer upakan acuan untuk melakukan Fokus Grup Diskusi (FGD) dan wawancara langsung dengan petani, penyuluh, kepala dinas perkebunan, akademisi/pakar kopi, dan pemerintah desa sehingga menghasilkan draft II yang kemudian dari draft II tersebut dilakukan pengolahan data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kuantitatif. Draf II merupakan acuan untuk melakukan, pendekatan Analisis Heirarki Proses (AHP) dengan menggunakan program Expert Choice. Metode dan teori AHP mensyaratkan untuk tidak keluar dari beberapa aturan baku yang sederhana. Dalam hal pengukuran, AHP melakukan pengukuran sederhana, yaitu dengan menggunakan perbandingan antar elemen. Hasil dari proses ini merupakan hasil akhir dari rangkaian penelitian dalam penentuan strategi pengembangan budidaya tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai.
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Lokasi Penelitian
Secara astronomis Kabupaten Sinjai terletak 5 0 2’ 56” – 50 21’ 16” Lintang Selatan (LS) dan antara 119 0 56’ 30” – 1200 25’ 33” Bujur Timur (BT), dengan 3 dimensi wilayah yakni wilayah laut/pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Secara geografis, wilayah Kabupaten Sinjai terletak di pantai timur bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Secara topografi wilayah Kabupaten Sinjai terdiri dari 38,26% kawasan dataran hingga landai seluas 31.370 ha dengan kemiringan 0 - 15 persen. Area perbukitan hingga bergunung dengan kemiringan diatas 40%, diperkirakan seluas 25.625 ha atau 31,25%. Kabupaten Sinjai terbagi dalam 9 kecamatan dan 80 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 238.099 jiwa. Kepadatan penduduk mencapai 290 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,68% per tahun. Dari total to tal penduduk yang bekerja, 65,31% penduduk bekerja di sektor pertanian. Data statistik
penggunaan
lahan tahun 2015
menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan 63.172 ha digunakan sebagai lahan pertanian dan lahan bukan pertanian seluas 18,824 ha dari total 819,96 km2 (81.996 ha) (Badan Pusat Statistik, 2016).
25
Lokasi
pertanaman kopi yang dijumpai di lapangan terletak pada
ketinggian 700 - 1500 m dpl dengan suhu udara 21,1℃ – 32,4 32,4℃. Secara geografis Kecamatan Sinjai Borong terletak antara 50 19‟ 31‟‟ Lintang Selatan (LS) dan diantara 1200 3‟ 17‟‟ Bujur Timur (BT). Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar Lampiran 1. Luas wilayah Kecamatan Sinjai Borong seluas 66,97 km2 dengan ketinggian 750 - 1000 m dpl yang terbagi menjadi lahan pertanian sawah seluas 1.101
ha dan lahan pertanian bukan sawah seluas 1.900 ha. Jumlah
penduduk Kecamatan Sinjai Sinj ai Borong pada tahun 2015 20 15 sebanyak 16.106 jiwa yang terdiri dari 7.975 jiwa penduduk laki-laki dan 8.131 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 240 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Sinjai Borong berprofesi sebagai petani dengan komoditas unggulan kopi robusta dan tanaman hortikultura. Luas perkebunan kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong pada tahun 2016 seluas 650 ha, dengan produksi sekitar 398 ton (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai, 2016). 4.2 Fokus Aspek Pengamatan Pengamatan Tanaman Tanaman Kopi Robusta di Lokasi Penelitian Penelitian
Hasil pengamatan lapangan (observasi), dan wawancara terstruktur yang dilakukan di Desa Batu Belerang dan Desa Bonto Tangnga Kecamatan Sinjai Borong terkait dengan tanaman kopi robusta yaitu sebagai berikut :
26
1.
Pemilihan lahan
Tabel 5. Penggunaan lahan di lokasi penelitian. Lokasi No
Jenis lahan
Desa Batu Belerang (ha)
Desa Bonto Tangnga (ha)
1.
Lahan perkebunan
184
550
2.
Lahan sawah
192
15
3.
Lahan tegalan
53
50
4.
Lahan hutan
393
12
Jumlah 822 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
627
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan sejumlah responden didapatkan hasil bahwa luasan lahan pertanaman kopi robusta di Desa Batu Belerang seluas 184 ha, dan Desa Bonto Tangnga seluas 550 Ha. Selain itu banyak lahan perkebunan kopi yang diganti menjadi lahan tanaman hortikultura dan masih banyak pula lahan tidur. Untuk meningkatkan produksi tanaman kopi maka perlu penambahan luasan lahan, dengan memanfaatkan pembukaan lahan kering maupun lahan menganggur. Penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan dapat dioptimalkan apabila didukung informasi karakteristik lahan yang lengkap. Informasi tersebut dapat berupa cakupan areal efektif yang dapat diusahakan, kondisi biofisik wilayah,
dan
pertumbuhan
serta
produksi
tanaman
(Hardjowigeno
dan
Widiatmaka, 2001). Persyaratan tumbuh tanaman kopi sangat bergantung pada kesesuain lahan, ketinggian tempat dan jenis tanah. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan, kopi
27
robusta dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kedalamannya minimum 50 cm, tekstur liat sampai lempung berliat, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, drainase baik, subur, reaksi tanah (pH) berkisar antara 4,5 - 7,0 yang optimum antara 4,3 - 6,0. Potensi produksi kopi robusta yang diusahakan pada berbagai kondisi lahan dan manajemen untuk skala komersial adalah 1,0 - 2,0 ton/ha, sedangkan untuk perkebunan rakyat 0,5 - 1,2 ton/ha. 2.
Jenis Klon
Secara umum pada pertanaman kopi di lokasi penelitian, jenis klon yang digunakan oleh petani kopi baik di Desa Batu Belerang maupun Desa Bonto Tangnga merupakan jenis tanaman yang diperoleh dari lahan sendiri dan merupakan pembibitan secara generatif. Tabel 6. Persentase (%) jenis klon yang digunakan oleh petani responden Lokasi No
Jenis Klon
Desa Batu Belerang (%)
Desa Bonto Tangnga (%)
Rata-rata (%)
1.
Klon BP 308
20
20
20
2.
Klon SA 436
20
10
15
3.
Klon BP 42
20
20
20
50
45 100
4.
Klon BP 234 40 Jumlah Sumber : Data primer setelah diolah, 2017
Terdapat 4 jenis klon kopi robusta yang digunakan oleh petani responden yakni Klon BP 308, klon SA 436, Klon BP 42, dan klon BP 234. Hasil pengamatan di d i lapangan lapan gan yang disajikan pada tabel t abel 6 menunjukan bahwa Klon Klo n BP 234 paling banyak digunakan oleh petani responden dengan persentase penggunaan 40% di Desa Batu Belerang dan 50% di Desa Bonto Tangnga. Jenis
28
klon BP 234 memiliki produktivitas antara 800 - 1200 kg/ha/tahun, bentuk pohon dari klon ini ramping dengan percabangan yang panjang dan lentur, serta butiran buah agak kecil dan ukurannya ukur annya tidak seragam. Klon BP 308 merupakan tanaman unggul yang tahan terhadap serangan nematoda. BP 308 dianjurkan untuk dijadikan batang bawah, sedangkan batang atasnya disambung dengan klon-klon lain yang disesuaikan dengan agroklimat setempat. Klon lain yang digunakan adalah Klon BP 42. Klon jenis ini memiliki produktivitas 800 - 1200 kg/ha/tahun. Sedangkan Klon SA 436 memiliki produktivitas yang cukup tinggi, mencapai 1600 - 2800 kg/ha/tahun dengan bentuk biji kecil dan ukuran yang tidak seragam. Jenis klon lain yang digunakan pada area pertanaman kopi hanya sebagian kecil. Hal ini disebabkan karena pertanaman kopi robusta rob usta yang didapatkan didap atkan di lapangan sebagian telah direhabilitasi menjadi tanaman kopi arabika yang dilakukan oleh beberapa petani setempat dengan melakukan metode sambung. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi robusta adalah dengan perbaikan bahan tanam. Penggantian bahan tanam anjuran dapat dilakukan secara bertahap, baik dengan metode sambung di lapangan pada tanaman kopi yang telah ada, maupun penanaman baru dengan bahan tanaman asal stek. Menurut Yahmadi dan Mudrig (2007), klon-klon kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, BP 308, dan SA 435, serta SA 203. Beberapa klon yang ditanam oleh petani di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai sudah termasuk klon unggul yang disarankan.
29
3.
Aspek Pola Tanam
Tabel 7. Persentase (%) Sistem tanam yang digunakan oleh petani responden. Lokasi Rata-rata Desa Batu Desa No Sistem Tanam (%) Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
1.
Monokultur
10
20
15
2.
Tumpangsari : Dengan Kakao
20
20
20
30
30
30
40
30
35
Dengan Cengkeh 3.
Campuran
Jumlah Sumber: Data primer setelah diolah, 2017
100
Sistem tanam yang banyak digunakan oleh petani responden di kedua desa adalah sistem tanam campuran. Berdasarkan data pada tabel 7 dapat diketahui bahwa persentase persentas e penggunaan penggu naan sistem tanam campuran campu ran di Desa Batu Belerang dan Desa Bonto Tangnga adalah 35%, hanya 20% sistem tanam tumpangsari digunakan oleh petani. Selain jenis tanaman yang dipilih untuk tanaman campuran, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan dicampurkan. Menurut Raharjo (2012), jarak tanam yang sempit pada pola tanam campuran dan tumpang sari akan berdampak pada tingkat kelembaban kebun. Tanaman yang banyak ditemui di lokasi yaitu tanaman cengkeh, kakao, nangka, dan mangga. Sistem pola tanama secara campuran dan tumpang sari memberikan nilai tambah yang lebih karena ada 2 atau lebih jenis yang dapat dihasilkan. sedangkan sistem monokultur hanya memberikan keuntungan dalam hal pengelolaan dan perawatanya sehingga hanya sebagian kecil petani yang
30
menggunakan pola tanam tersebut. Namun untuk meningkatkan kemampuan berproduksi
tanaman
kopi
sebaiknya
menggunakan
sistem
pola
tanam
monokultur. Selain menguntungkan dalam hal pembiayaan, perawatan dan pengelolaannya karena hanya fokus pada satu jenis tanaman yang diusahakan, juga tenaga kerja yang dibutukan hanya sedikit. Sistem tanam campuran dan tumpang sari dangan tanaman tahunan lainnya akan sanagat berpengaruh terhadap persaingan tanaman dalam mendapatkan faktor pembatas pertumbuhan seperti air dan unsur hara dalam tanah, serta akan terganggunya aktifitas fotosintesis tanaman kopi robusta karena saling tertutupnya kanopi di lahan perkebunan (Budidarsono dan Wijaya, 2003). 4.
Aspek Jarak Tanam
Tabel 8. Persentase (%) jarak tanam yang digunakan oleh petani responden. Lokasi Rata-rata No Jarak Tanam (m) Desa Batu Desa (%) Belerang (%) Bonto Tangga (%) 2 x 2,5 40 40 40 1. 2.
2.5 x 2.5
40
50
45
3.
3x2
20
10
15
Jumlah
100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017 Jarak tanam yang paling banyak digunakan oleh petani responden baik di Desa Batu Belerang maupun Desa Bonto Tangnga adalah jarak tanam 2,5 m x 2,5 m dengan persentase 45%, sedangkan jarak tanam yang paling sedikit digunakan adalah jarak tanam 3 m x 2 m dengan perentase 15%. Penentuan jarak tanam kopi robusta disesuikan dengan keadaan tanah, ketinggian tempat serta keadaan iklim.
31
Kesesuaian
jarak tanam sangat berpengaruh pada kemampuan berproduksi
tanaman. Jarak tanam pada sistem tanam campuran dan tumpang sari sangat perlu diatur sedemikian rupa, agar proses fotosintesis tanaman kopi bisa maksimal, sehingga proses penyerbukan pada tanaman kopi robusta dapat maksimal serta proses pengelolaannya pengelolaann ya menjadi lebih mudah sehingga hama dan penyakit dapat dikendalikan. Pada tanaman tahunan jarak tanam harus diatur semaksimal mungkin karena persaingan antar tanaman pasti akan terjadi baik dalam memperoleh sinar matahari, unsur hara maupun air seiring dengan berubahnya umur tanaman (Najiyati dan Daniarti, 2001) 5.
Aspek Pemupukan
Tabel 9. Persentase (%) jenis pupuk yang digunakan oleh petani responden. Lokasi Rata-rata No Jenis Pupuk Desa Batu Desa (%) 1. 2. 3.
Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
Pupuk organik
20
20
20
Pupuk anorganik
50
40
45
Pupuk organik + anorganik
30
40
35
Jumlah Sumber: Data primer setelah diolah, 2017
100
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan sejumlah responden di lokasi penelitian diperolah hasil bahwa persentase penggunaan pupuk anorganik sangat dominan yakni 45%. Jenis pupuk anorganik yang digunakan oleh petani diantaranya pupuk Urea, ZA, Posphat, SP36, dan pupuk majemuk NPK. Sedangkan pupuk organik hanya digunakan oleh 20% petani responden. Pupuk
32
organik yang digunakan adalah pupuk Petrorganik, pupuk kompos dan pupuk kandang sapi yang diintegrasikan dalam pertanaman kopi. Pupuk kompos yang digunakan petani setempat berasal dari sisa tanaman seperti daun dan bagian bagian tanaman hasil pemangkasan tanaman kopi, hasil pemangkasan naungan yang sudah mengalami pelapukan, serta sisa gulma yang sudah di sanitasi. Permasalahan terkait sistem pemupukan di lapangan ialah tidak adanya sistem pupuk berimbang, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus oleh petani, serta penggunaan penggun aan pupuk organik organ ik yang sangat sanga t minim. Pupuk organik dinilai tidak mampu memberikan hasil maksimal terhadap produksi tanaman kopi. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan petani di Desa Batu Belerang maupun Desa Bonto Tangnga sehingga tidak menggunakan pupuk organik. Aspek pemupukan termasuk jenis pupuk, cara pemupukan, waktu pemberian, serta metode atau cara aplikasi perlu untuk dipertimbangkan merupakan hal yang sangat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman kopi robusta. Manfaat dari sistem pemupukan yang berimbang ialah memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, meningkatkan produksi dan mutu hasil, dan mempertahankan stabilitas produksi yang tinggi. Kebutuhan akan pupuk tanaman kopi dapat berbeda-beda antar lokasi, stadia pertumbuhan tanaman/umur dan varietas. Pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan tepat cara pemberian, Diutamakan pemberian pupuk organik berupa kompos, pupuk kandang atau limbah kebun lainnya yang telah dikomposkan, Dosis aplikasi pupuk organik yaitu 10 - 20 kg/pohon/tahun, Pupuk organik umumnya memberikan pengaruh yang sangat
33
nyata pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah (< 3,5%), sedangkan pupuk organik tidak mutlak diperlukan pada tanah yang kadar bahan organiknya > 3,5% (Rubiyo et al., 2006) . 6.
Aspek Pemangkasan
Tabel 10. Persentase (%) tipe pemangkasan yang dilakukan oleh petani responden. Lokasi Rata-rata No Tipe Pemangkasan Desa Batu Desa (%) Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
1.
Pemangkasan bentuk
30
30
30
2.
Pemangkasan Produksi
40
50
45
3.
Pemangkasan Peremajaan
30
20
25
Jumlah
100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017. Tabel 10 menyajikan data tipe pemangkasan yang dilakukan oleh petani responden. Sebanyak 45% petani melakukan pemangkasan produksi, 30% melakukan pemangkasan bentuk sedangkan pemangkasan peremajaan hanya dilakukan oleh 25% petani. Pemangkasan bentuk dilakukan petani dengan cara memotong cabang primer teratas pada tanaman muda. Tujuan pemangkasan bentuk dalam budidaya kopi bertujuan membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman menjadi tidak terlalu tinggi, cabang-cabang lateral dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan lebih panjang. Selain itu kanopi pertanaman lebih cepat menutup. Hal ini penting untuk mencegah rumpai dan erosi. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas cabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh pada cabang primer, dan cabang balik, cabang 34
cacing (adventif). Pemangkasan cabang-cabang tua yang tidak produktif biasanya telah berbuah 2 - 3 kali, hal ini bertujuan agar dapat memacu pertumbuhan cabang-cabang produksi. Apabila tidak ada cabang-cabang reproduksi, cabang tersebut harus dipotong juga agar zat hara dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan cabang yang lebih produktif (Yahmadi dan Mundrig, 2007). Pemangkasan peremajaan bertujuan untuk memperoleh batang muda, untuk sistem berbatang ganda pangkasan produksi adalah juga merupakan pangkasan rejuvinasi. Pangkasan ini dilakukan apabila produksi rendah tetapi keadaan pohon-pohon masih cukup baik. Untuk lokasi kebun yang banyak diperoleh tanaman yang mati (lebih 50%) sebaiknya dilakukan penanaman ulang (replanting ) (Yahmadi dan Mundrig, 2007). Namun hasil observasi dan wawancara dengan petani menunjukkan men unjukkan bahwa kegiatan pemangkasan masih sangat minim dan belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya kopi. Petani hanya
melakukan
pemangkasan sekali dalam setahun dengan sistem pemangkasan yang masih sangat rendah.
35
7.
Aspek Naungan
Tabel 11. Persentase (%) jenis naungan yang digunakan oleh petani responden. Lokasi Jenis Tanaman Rata-rata No Desa Batu Desa Penaung (%) Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
1.
Cengkeh
30
40
35
2.
Kakao
20
10
15
3.
Gamal
30
20
25
4.
Lamtoro
10
20
15
5.
Mangga
10
10
10
Jumlah Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
100
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, sejumlah petani di Kecamatan Sinjai Sin jai Borong yang menggunakan tanaman cengkeh sebagai penaung sekitar 35%, tanaman gamal sekitar 25%, tanaman kakao dan lamtoro sekitar 15%, serta tanaman mangga sekitar 10%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jenis tanaman penaung yang paling banyak digunakan oleh petani adalah tanaman cengkeh. ce ngkeh. Tanaman penaung dibagi menjadi dua, penaung tetap dan penaung sementara. Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim hujan agar tidak terlalu rimbun. Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah hendaknya diusahakan 1 - 2 meter diatas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan pemangkasan secukupnya. Tanaman penaung yang digunakan oleh petani pada kopi yang masih muda adalah pohon gamal dan lamtoro sebagai penaung sementara, sedangkan untuk
penaung tetap petani menggunakan tanaman
36
cengkeh dan kakao, pohon mangga dan sebagian lamtoro. Tanaman cengkeh dan kakao yang dijadikan tanaman penaung akan memberikan nilai ekonomi yang lebih karena tanaman cengkeh dan kakao nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kopi robusta. Adanya penaung maupun tanaman pokok akan mengurangi kecepatan gerakan udara, sedangkan perlakuan pemangkasan
memungkinkan pergerakan
udara didalam tajuk menjadi lebih leluasa. Pada batas tertentu gerakan udara tersebut menguntungkan bagi tanaman, karena dapat mengurangi kelembaban udara sehingga berkembangnya mikroba penyebab penyakit dapat ditekan. Tetapi pergerakan udara yang terlalu cepat dan berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan transpirasi berlangsung cepat dan terjadi kerusakan fisik tanaman (Nasaruddin, 2009). 8.
Aspek Sanitasi
Tabel 12. Persentase (%) kegiatan sanitasi yang dilakukan petani responden. Lokasi Rata-rata No Kegiatan Sanitasi Desa Batu Desa (%) Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
1.
Membersihkan gulma areal pertanaman
50
40
45
2.
Mengembalikan limbah kulit ke lahan
20
20
20
3.
Melakukan pemangkasan tanaman pelindung Jumlah
30
40
35 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
37
Berdasarkan tabel 12 sistem sanitasi yang dilakukan dengan cara pembersihan gulma di area pertanaman kopi dilakukan oleh 45% petani responden, sedangkan sistem sanitasi dengan mengembalikan limbah kulit ke lahan sebesar 20%, dan sistem sanitasi pemangkasan tanaman pelindung sebesar 35%. Sistem sanitasi yang dilakukan petani di lokasi penelitian masih sangat minim. Sanitasi dilakukan petani tidak secara berkala, hal ini disebabkan karena banyaknya kesibukan lain yang juga menyita waktu petani responden sehingga kegiatan sanitasi jarang dilakukan. Sistem sanitasi yang dilakukan secara tidak berkala akan menimbulkan munculnya hama dan penyakit pada tanaman kopi robusta yang akan menghambat pertumbuhan tanaman kopi.. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rubiyo et al (2006) yang menyatakan bahwa sanitasi sangat penting untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman sehingga tindakan sanitasi yang dilakukan tidak hanya dengan pembersihan lahan melainkan cara pengolahan sisa-sisa tanaman ta naman juga termasuk kedalam ked alam sanitasi kebun. 9.
Aspek Hama Dan Penyakit
Tabel 13. Persentase (%) jenis hama yang menyerang pada tanaman kopi arabika. Lokasi Jenis Hama dan Rata-rata No Desa Batu Desa penyakit (%) 1. 2. 3. 4. 5.
Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
40 10
30 10
35 10
10 30 10
10 40 0
10 35 5 100
Tikus Penggerek buah kopi (PBKo) Pengerek batang Penyakit karat daun Jamur upas Jumlah
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
38
Tabel 13 menunjukan persentase hama dan penyakit pada tanaman kopi Robusta yang ditemukan di lokasi penelitian. Jenis hama yang yang paling banyak menyerang tanaman kopi robusta di lokasi penelitian yang menyebar hampir di semua lahan petani adalah hama tikus dengan persentase 35%. Sedangkan penyakit yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah penyakit karat daun yang menyebar hampir hampir di semua lahan pertanian kopi di lokasi penelitian. Tabel 14. Persentase (%) pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi Lokasi No 1. 2. 3.
Jenis Pengendalian Pengendalian secara fisik dan biologis Pengendalian secara kimiawi PHT
Desa Batu Belerang (%)
Desa Bonto Tangnga (%)
Rata-rata
40
40
40
50
30
40
10
30
20
Jumlah
100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017. Sistem pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi robusta oleh petani dilokasi penelitaian, berdasarkan data pada tabel 14 pengendalian secara fisik dan biologis sekitar 40%, pengendalian secara kimiawi sekitar 40%, dan pengendalian secara PHT sekitar se kitar
20%. Petani mengandalkan pengendalian fisik
dan biologis baik dengan cara perbaikan kultur teknis sistem sanitasi, sedangkan untuk pengendalian secara kimiawi petani sering menggunakan pestisida kimia seperti Furadan dan Randex. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pestisida merupakan salah satu komponen pengendali yang harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati yang efisien dalam mengendalikan hama dan penyakit
39
tertentu serta mudah terurai karena penggunaan pestisida tidak memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan berperan besar dalam menyelamatkan hasil produksi. Pengendalian hama terpadu yang dijumpai di lokasi adalah menggunakan perangkap hama penggerek buah kopi (PBKo) yang dikenal Brocap Trap dilengkapi senyawa Hypotan yang menarik serangga secara selektif terutama
lalat bubuk buah dewasa. Perangkap serangga ini efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Senyawa hypotan menarik serangga secara selektif yaitu hanya menarik serangga penggerek buah kopi dewasa, sehingga aman bagi musuh alami dan serangga menguntungkan lainnya (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2010). Menurut Uhaera (1996), pengamplikasian dan penyemprotan pestisida dari bahan-bahan kimia selalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan. Sebagian besar bahan kimia jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme, sebagian menguap ke atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan lalu jatuh ke tanah bergerak dari lahan pertanian menuju ke aliran sungai atau danau dan mengendap, tertinggal atau larut dalam aliran air dan terserap oleh mahluk hidup.
40
10. Aspek Panen dan Pascapanen
Tabel 15. Persentase (%) panen dan pascapanen yang dilakukan petani responden Lokasi Rata-rata No Panen dan Pascapanen Desa Batu Desa (%) 1.
Belerang (%)
Bonto Tangnga (%)
Cara Panen :
Serentak
70
60
65
Selektif
30
40
35
Jumlah 2.
100
Metode Pascapanen :
Basah
20
30
25
Kering
80
70
75
Jumlah
100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada saat panen 65% petani memetik buah kopi secara serentak dan 35% petani memetik buah kopi secara selektif. Pemetikan buah secara serentak dilakukan dengan pertimbangan menghindari serangan tikus pada biji kopi yang lambat dipanen. Sedangkan pemetikan secara selektif dilakukan untuk menjaga kualitas kopi namun membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya. Buah kopi yang matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (Starfarm, 2010). Perlakuan pascapanen yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Sinjai Borong terdiri dari dua metode yaitu metode basah dan kering. Menurut data yang diperoleh pada tabel diatas menunjukan bahwa 75% petani melakukan metode
41
kering dan hanya 25% petani yang menggunakan metode basah. Pada metode kering baik kulit, daging maupun lendir kopi tetap melekat pada biji kopi dan akhirnya mempengaruhi cita rasa biji kopi. Sedangkan untuk metode basah, daging, kulit serta lendir kopi dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi kualitas kopi. Tahapan pengolahan kopi cara basah adalah sebagai berikut : Panen Pilih > Pengupasan kulit kopi HS -> Sortasi Biji Kering -> Pengeringan -> Pencucian > Fermentasi -> Pengupasa kulit buah merah -> Sortasi Buah -> Pengemasan dan penyimpanan. Tahapan pengolahan kopi cara kering adalah sebagai berikut : Panen Pilih -> Sortasi Buah ->Pengupasan kulit buah merah -> Fermentasi + pencucian lendir -> Penjemuran 1-2 hari, KA ± 40 % -> Pengupasan kulit cangkang -> Penjemuran biji sampai KA 11 - 13 % -> Sortasi dan pengemasan -> Penyimpanan dan penggudangan. 4.3 Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta ( Coffea canephora) Di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai a.
Analisis SWOT
Analisis mengenai potensi dan kendala dalam pengembangan tanaman kopi robusta (Coffea canephora ) di Kecamatan Sinjai Borong didasarkan atas data yang telah diperoleh dari hasil survei dan pengamatan di lapangan, baik yang berupa data primer dan data sekunder. Analisis SWOT meliputi kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan membandingk an antara an tara faktor internal, yaitu kekuatan ( strengths strengths), dan kelemahan (weakness). Faktor eksternal yaitu peluang (opportunity), dan ancaman (threats).
42
Sesuai dengan metodologi analisis SWOT, maka kekuatan ( strengths strengths) dan kelemahan (weakness) disusun berdasarkan analisis faktor internal. Sementara peluang (opportunity) dan ancaman (threats) disusun berdasarkan analisis faktor eksternal. Secara terperinci analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal adalah sebagai berikut: 1.
Analisis faktor internal Terdapat beberapa faktor lingkungan internal yang mempengaruhi strategi
pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong yaitu faktor kekuatan ( strengths strengths) dan kelemahan (weakness). Adapun faktor kekuatan ( strengths strengths) tersebut adalah sebagai berikut: a) Sumber daya alam yang memadai b) Keadaan geografis yang mendukung c) Ketersediaan bibit dilahan sendiri d) Ketersediaan tenaga te naga kerja ker ja (petani kopi) e) Jenis klon yang digunakan merupakan klon unggulan f) Kopi robusta memiliki karakteristik yang kuat Sedangkan faktor kelemahan (weakness) adalah sebagai berikut: a) Umur tanaman kopi sudah tua b) Budidaya minim intenfikasi sehingga produktivitas rendah c) Produktivitas lahan masih rendah d) Pengetahuan dalam pengelolaan pascapanen sangat minim e) Tanaman yang sudah tua diganti dengan tanaman cengkeh f) Pengetahuan mengenai waktu panen sangat minim
43
g) Populasi tanaman yang kurang produktif h) Belum adanya kegiatan pembibitan melalui penangkaran bibit. i) Hanya ada satu jenis klon yang ada dalam lahan perkebunan kopi. 2.
Analisis faktor eksternal Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi strategi pengembangan
tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong yaitu peluang (opportunity) dan kelemahan (treaths). Adapun faktor peluang (opportunity) yang berpengaruh adalah sebagai berikut : a) Lokasi dapat dikembangkan dikemban gkan sebagai lokasi percontohan per contohan b) Permintaan kopi terus meningkat c) Pengelolaan hasil panen mendukung d) Masyarakat Sinjai umumnya mengkonsumsi kopi. e) Adanya pupuk bersubsidi dari pemerintah setempat. Sedangkan faktor ancaman (treaths) yang berpengaruh adalah sebagai berikut : a) perubahan iklim tidak menentu b) Kelembagaan petani kopi relatif lemah c) Harga biji kopi tidak menentu d) Minimnya penyuluhan tentang budidaya tanaman kopi. e) Penggunaan pestisida kimiawi terus menerus.
3.
Saran strategi pengembangan tanaman kopi robusta (Coffea canephora ) di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Mengacu pada hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal, maka
dirumuskan strategi pengembangan tanaman kopi Robusta (Coffea canephora ) di
44
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Pada tahap awal, dilakukan identifikasi dengan menggunakan matriks SWOT, yang akan menghasilkan empat strategi dan akan menjadi draft I (draf awal) Strategi pengembangan tanaman kopi robusta (Coffea canephora ) di Kecamatan Sinjai Borong yaitu : a) Strategi S-O, merupakan pertemuan antara kekuatan dan peluang, yaitu mengoptimalkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar besarnya: 1) Membuat
lahan
percontohan
sebagai
tempat
studi, dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang yan g mumpuni (s1s2o1). 2) Meningkatkan produksi pro duksi kopi dengan d engan memanfaatkan luas lahan, lah an, jumlah bibit ,serta sumberdaya manusia yang mendukung (s1s3s4s5o2o4). 3) Melakukan pelatihan pengelolaan pascapanen, pascap anen, dengan melihat
jenis
klon yang digunakan merupakan klon unggulan (s5o3). b) Strategi S-T, merupakan pertemuan antara kekuatan dan ancaman, yaitu mengoptimalkan kekuatan untuk mengatasi ancaman: 1) Meningkatkan tanam, dengan
pembinaan melihat
terhadap
sumber
petani
daya
kopi
alam
yang
dalam
bercocok
mendukung dan
sumber daya d aya manusia yang memadai (s1 – s s7o2t4t5). 2) Perlu
adanya
tanaman
pelindung
yang
sesuai
dengan
keadaan
geografis untuk mengatasi anomali iklim (s2s7t1). 3) Menciptakan distributor pemasaran kopi untuk menunjang kestabilan harga kopi (s3s4s5t2t3).
45
c) Srategi W-O, merupakan pertemuan antara kelemahan dan peluang, yaitu memperbaiki kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya : 1) Menambah
jenis
klon
baru
dilahan
perkebunan
kopi
(w1w7w8w9o1o2o4). 2) Melakukan pelatihan pelatiha n pengelolaan pascapanen kopi ko pi robusta (w4o3). 3) Melakukan
rehabilitasi
tanaman kopi
yang sudah sud ah tua
atau mati
(w1w5w7o1o2o4o5). 4) Melakukan sosialisasi secara s ecara intensif mengenai me ngenai teknik tekn ik budidaya yang tepat sesuai GAP tanaman kopi, serta mengenai waktu panen yang tepat (w2w6o1). d) Strategi W-T, merupakan pertemuan antara kelemahan dan ancaman, yaitu dengan memperbaiki kelemahan untuk mencegah/mengatasi ancaman : 1) Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai teknik budidaya tanaman kopi serta mengenai teknik dalam pemilihan lahan, pemilihan jenis klon kopi Robusta yang baik ( w1 – w9t4). 2) Melakukan sortasi sortas i buah yang masih mudah atau rusak (w6t3). 3) Pelatihan pemanfaatan pemanfa atan limbah kopi yang tepat te pat guna (w2t5).
46
Tabel 18. klasifikasi klasifikas i isu strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten sinjai.
Kekuatan (S): 1. Sumber daya alam yang memadai 2. Keadaan geografis yang mendukung 3. Ketersediaan bibit di lahan sendiri 4. Ketersediaan tenaga kerja (petani kopi) 5. Jenis klon yang digunakan merupakan klon unggulan 6. Kopi robusta memiliki karesteristik yang kuat 7. Kesesuain iklim (curah hujan dan suhu)
Kelemahan (W): 1. Umur tanaman kopi sudah tua 2. Budidaya minim intenfikasi sehingga produktifitas rendah 3. Produktifitas lahan masih rendah 4. Pengetahuan dalam pengelolaan pascapanen sangat minim 5. Tanaman yang sudah tua diganti dengan tanaman cengkeh 6. Pengetahuan mengenai waktu panen sangat minim 7. Populasi tanaman yang kurang produktif. 8. Belum adanya kegiatan pembibitan melalui penangkaran bibit. 9. Hanya ada satu jenis klon yang ada dalam lahan perkebunan kopi.
Peluang (O): 1. Lokasi dapat dikembangkan sebagai lokasi percontohan percontohan 2. Permintaan kopi terus meningkat 3. Pengelolaan hasil panen mendukung 4. Masyarakat Sinjai umumnya mengkonsumsi kopi. 5. Adanya pupuk bersubsidi dari pemerintah setempat.
Strategi S-O: 1. Membuat lahan percontohan sebagai tempat studi, dengnan memanfaatkan sumber daya alam yang mempuni (s1s2o1) 2. Meningkatkan produksi kopi dengan memanfaatkan luas lahan, jumlah bibit, serta sumberdaya manusia yang mendukung (s 1s3s4s5o2o4) 3. Melakukan pelatihan pengelolaan pascapanen, dengan melihat jenis klon yang yang digunakan merupakan klon unggulan (s 5o3)
Strategi W-O: 1. Menambah jenis klon baru dilahan perkebunan kopi (w1w7w8w9o1o2o4). 2. Melakukan pelatihan pengelolaan pascapanen kopi robusta (w4o3). 3. Melakukan rehabilitasi tanaman kopi yang sudah tua atau mati (w1w5w7o1o2o4o5). 4. Melakukan sosialisasi secara intensif mengenai teknik budidaya budidaya yang tepat sesuai sesuai GAP tanaman kopi, kopi, serta mengenai waktu panen yang tepat (w 2w6o1)
Ancaman (T): 1. Perubahan iklim tidak menentu 2. Kelembagaan petani kopi relatif lemah 3. Harga biji kopi tidak menentu 4. Minimnya penyuluhan tentang budidaya tanaman kopi. 5. Penggunaan pestisida kimiawi terus menerus.
Strategi S-T:. 1. Meningkatkan pembinaan terhadap petani kopi dalam bercocok tanam tanaman kopi, dengan melihat sumber daya alam yang mendukung dan sumber daya manusia yang memadai (s1 – s s7o2t4t5). 2. Perlu adanya tanaman pelindung yang sesuai dengan keadaan geografis untuk mengatasi anomali iklim (s2s7t1). 3. Menciptakan distributor pemasaran kopi untuk menunjang kestabilan harga kopi (s 3s4s5t2t3)
Strategi W-T: 1. Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai teknik budidaya budidaya tanaman kopi kopi serta mengenai mengenai teknik dalam dalam pemilihan pemilihan lahan, pemilihan jenis klon kopi Robusta yang baik ( w 1 – w9t4). 2. Melakukan sortasi buah yang masih mudah atau rusak (w 6t3). 3. Pelatihan pemanfaatan limbah kopi yang tepat guna (w 2t5)
47
b.
Fokus Grup Diskusi (FGD)
Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh Draft I (awal) yang menjadi dasar acuan strategi pengembangan tanaman kopi robusta (Coffea canephora) di Kecamatan Sinjai Borong. Langkah selanjutnya adalah melakukan Fokus Group Diskusi (FGD) dengan sejumlah stakeholder baik dari kalangan petani, ketua kelompok tani, ketua gabungan kelompok tani, pemerintah desa, penyuluh perkebunan, hingga Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan. Hasil akhir dari kegiatan FGD ini berupa sejumlah konsensus dari strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong yang disajikan dalam Draft 2: 1.
Ekstensifikasi lahan; lahan pertanaman kopi setiap tahunnya tidak mengalami peningkatan tetapi mengalami penurunan, sebagian besar petani mengganti tanamannya dengan tanaman hortukultura, sehingga untuk pengembangan tanaman kopi perlu dilakukan upaya perluasan lahan baik dengan mengolah lahan kering yang menganggur maupun melakukan pembukaan hutan baru dengan teknik agroforestry.
2.
Perbaikan klon; jenis klon yang ada pada satu areal pertanaman kopi hanya ada satu klon saja. Penanaman tanaman kopi robusta sebaiknya dilakukan secara poliklonal 3 – 4 jenis klon dalam satu areal pertanaman, dan memperhatikan jenis klon unggulan.
3.
Pemupukan; untuk tanaman kopi sangat dianjurkan menggunakan pupuk organik untuk keberlanjutan tanaman kopi robusta, dan perlu adanya manajemen yang baik dalam menunjang sistem pemupukan berimbang, baik dari waktu pemupukan maupun dosis yang digunakan.
48
4.
Pengendalian hama dan penyakit; salah satu penyebab turunnya jumlah produksi tanaman kopi adalah hama dan penyakit, sehingga perlu dilakukan pengendalian terutama pengendalian p engendalian secara hayati. ha yati.
5.
Pemangkasan; pada tanaman kopi perlu dilakukan pemangkasan secara rutin baik pemangkasan peremajaan pada tanaman kopi yang tua maupun pemangkasan bentuk dan pemangkasan produksi. produks i.
6.
Sanitasi; untuk menjaga tanaman dari gulma maupun hama dan penyakit yang mengancam tanaman kopi serta kebersihan area pertanaman maka perlu dilakukan sistem sanitasi yang tepat dan rutin.
7.
Pengelolaan tanaman penaung sangat perlu dilakukan secara tepat baik tanaman naungan untuk sementara maupun tanaman naungan tetap, mengingat bahwa tanaman kopi merupakan tanaman yang membutuhkan naungan.
8.
Pengelolaan pascapanen, kualitas tanaman kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi sistem pegelolaan pascapanen, baik pengelolaan secara basah maupun pengelolaan secara kering. Dari hasil Fokus Group Diskusi (FGD) diperoleh draft II yang kemudian
digunakan sebagai acuan dalam menyimpulkan langkah dan upaya yang ditempuh dalam strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. Upaya peningkatan ini dilakukan melalui Analisis Hierarki Proses (AHP) dimana prinsip dari AHP sendiri adalah membandingkan tingkat kepentingan prioritas antara satu komponen dengan komponen lainnya yang berada pada tingkat atau level yang sama berdasarkan berdasar kan pertimbangan tertentu. terten tu.
49
c.
Analisis Hirarki Proses (AHP)
Pengambilan bobot untuk menyusun skala prioritas dengan Analisis Hirarki Proses (AHP) yaitu Expert Choice 11 terhadap beberapa responden: 1.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sinjai
2.
Koordinator BP3K Kecamatan Sinjai Borong
3.
Ketua GAPOKTAN
4.
Petani Setempat (Kelompok Tani)
5.
Pakar perkopian Proses penyusunan hirarki merupakan cara untuk mendapatkan pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan kriteria atau komponen untuk mencapai tujuan. Berikut adalah skema partisipan serta hasil sintesa AHP tiap partisipan.
PARTICIPANT
Kelompok tani
Ketua Gapoktan
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan
Koordintor BP3K
Pakar perkopian
Kompilasi semua partisipan
Gambar 2. Skema Partisipan AHP Gambar 2 menyajikan partisipan yang menjadi expert atau atau pakar responden dalam pembobotan AHP. Partisipan berasal dari latar belakang yang berbeda sesuai dengan keahlian masing-masing mulai dari kelompok tani, koordinator BP3K, pemangku kebijakan serta pakar perkopian. Beberapa aspek mengenai
50
sistem pengembangan tanaman kopi robusta yang telah disepakati dalam kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) kemudian disusun berdasarkan komponen masingmasing secara hierarki dan melakukan wawancara terstruktur terhadap partisipan. Berikut adalah hasil sintesa AHP berdasarkan pembobotan yang telah dilakukan terhadap partisipan :
1.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sinjai
Gambar 3. Skala prioritas strategi pengembangan pengembang an tanaman kopi Robusta hasil sintesa AHP Kepala Dinas Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk setiap komponen dengan nilai inkonsistensi 0,12. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan. 2.
Koordinator BP3K
Gambar 4. Skala prioritas strategi pengembangan pengembang an tanaman kopi Robusta hasil sintesa AHP koordinator BP3K untuk setiap komponen dengan nilai inconsistensi 0,08. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan.
51
3.
Ketua GAPOKTAN
Gambar 5. Skala prioritas strategi pengembangan pengembang an tanaman kopi Robusta hasil sintesa AHP Ketua GAPOKTAN untuk setiap komponen dengan nilai inconsistensi 0,10. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan. 4.
Kelompok Tani
Gambar 6. Skala prioritas strategi pengembangan pengembang an tanaman kopi Robusta hasil sintesa AHP AHP Kelompok Tani untuk setiap komponen dengan nilai inconsistensi 0,09. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan.
52
5.
Pakar Perkopian
Gambar 7. Skala prioritas strategi pengembangan pengembang an tanaman kopi Robusta hasil sintesa AHP Pakar Perkopian untuk setiap komponen dengan nilai inkonsistensi 0,02. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan. Strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong dilakukan melalui Analisis Hierarki Proses (AHP) yang tersaji pada draft 3 dengan gabungan hasil sintesis atau kompilasi dari keseluruhan partisipan untuk melihat perihal skala prioritas dalam sistem pengembangan tanaman kopi robusta disajikan dalam persentase dynamic sensitivity, diagram lingkar, dan diagram batang, sebagai berikut :
Gambar 8. Diagram hasil sintesa kompilasi seluruh partisipan terhadap prioritas pengembangan kopi Robusta Rob usta di Kecamatan Sinjai Borong.
53
Gambar 9. Diagram hasil sintesa kompilasi seluruh partisipan terhadap prioritas pengembangan kopi Robusta di Kecamatan Sinjai Borong dalam bentuk Dynamic sensitivity.
Gambar 10. Diagram persentase bobot strategi pengembangan kopi Robusta di Kecamatan Sinjai Borong.
54
Gambar 11. Diagram Persentase bobot strategi pengembangan kopi Robusta di Kecamatan Sinjai Borong. Data tersebut menyajikan skala prioritas strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Data menunjukkan bahwa dari 100% bobot, aspek ekstensifikasi lahan memiliki memilik i bobot tertinggi terti nggi yakni 22,34 % diikuti secara berurut aspek perbaikan klon dengan bobot 17,66%, aspek pemupukan dengan bobot 11,82%, aspek sanitasi 11,52 %, aspek pengendalian hama
penyakit
11,07%,
aspek
pengelolaan
pascapanen
11,00%,
aspek
pemangkasan 8,22 % dan aspek pengelolaan naungan n aungan 6,37 %. Nilai inkonsistensi ink onsistensi dari keseluruhan data sebesar 0,08. Nilai inkonsistensi tersebut lebih kecil dari 0,25 yang merupakan batas penerimaan program expert choice 11 sehingga data tersebut tergolong dalam batas penerimaan. Dalam penentuan langkah – langkah langkah pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai aspek pemilihan lahan, bahan tanam dan teknik budidaya tanaman kopi robusta yang tepat. Hal ini merupakan salah satu tindakan untuk mendorong
55
peningkatan
produksi
maupun
produktivitas
tanaman,
dimana
sejumlah
stakeholder memandang bahwa pengembangan tanaman kopi robusta perlu
dilakukan secara tepat. Berikut adalah hasil AHP menggunakan program Expert choice 11 yang menyajikan bobot secara rinci untuk setiap aspek sistem budidaya
gabungan pendapat beberapa stakeholder : 1.
Ekstensifikasi Lahan
Gambar 12. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen ekstensifikasi lahan. 2.
Perbaikan Klon
Gambar 13. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen perbaikan klon 3.
Aspek Pemupukan
Gambar 14. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen aspek pemupukan.
56
4.
Aspek Sanitasi
Gambar 15. Hasil Hasi l sintesis sin tesis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen aspek sanitasi. 5.
Aspek Pengendalian Hama dan Penyakit
Gambar 16. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen aspek pengendalian hama dan penyakit. 6.
Aspek Pengelolaan Pascapanen
Gambar 17. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen aspek pengolahan pascapanen. 7.
Aspek Pemangkasan
Gambar 18. Hasil sintesis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen aspek pemangksan.
57
8.
Pengelolaan Naungan
Gambar 19. Hasil Hasi l sintesis sint esis AHP dari gabungan pendapat responden pada komponen
aspek pengelolaan naungan.
Data di atas menyajikan bobot hasil sintesis AHP pada setiap komponen mengenai fokus aspek pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong. Pada aspek ekstensifikas lahan dengan pembukaan lahan menganggur sebesar 61,9%, pembukaan lahan hutan sebesar 38,1%. Pada aspek perbaikan klon dimana penggunaan klon BP308 sebagai batang bawah sebesar 30,8%, klon BP 42 dengan kemampuan berproduktifitas 800 – 1200 1200 kg/ha/tn sebesar 18,5%, klon SA 436 dengan kemampuan berproduktifitas
1600 – 2800 kg/ha/tn sebesar
33,9%, untuk klon BP 234 dengan kemampuan berproduksi 800 – 1200 kg/ha/tn sebesar 16,8%. Pada fokus aspek pemupukan untuk penggunaan pupuk organik diapatkan nilai sebesar 51,1%, penggunaan pupuk kimia + pupuk organik sebesar 33,6%, untuk penggunaan pupuk kimia sebesar 15,4%. Aspek sanitasi dengan membersihkan area pertanaman sebesar 52,2%, mengembalihkan limbah kulit ke lahan sebesar 47,8%. Pada aspek pengendalian hama dan penyakit untuk pengendalian secara biologis/mekasnis sebesar 64,7%, pengendalian secara kimiawi sebesar 35,3%. Pada aspek pengolahan pascapanen untuk pengelolaan kering sebesar 55,7%, penegelolaan basah sebesar 44.3%. Pada aspek pemangkasan untuk pemangkasan peremajaan sebesar 48,4%, pemangkasan
58
produksi sebesar 30,8%, pemangkasan bentuk sebesar 20,8%. Pada aspek pengelolaan naungan untuk naungan tetap sebesar 64%, naungan sementara sebesar 36%. d. Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta
Strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ialah sumber daya alam (SDA), dan sumber daya manusia (SDM), serta kegiatan kegiatan budidaya tanaman oleh petani kopi di Kecamatan Sinjai Borong. Berdasarkan fokus aspek kajian pengembangan tanaman kopi robusta berdasarkan pemilihan lahan, sistem budidaya, dan pascapanen. dimana identifikasi tersebut disusun berdasrkan skala prioritas, menurut pembagianya masing – masing : ekstensifikasi lahan perbaikan klon – pemupukan - sanitasi - pengendalian hama penyakit pengelolaan pascapanen pascap anen - pemangkasan - pengelolaan naungan. naun gan.
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan yaitu sebagai berikut : a.
Sistem budidaya tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai yang diterapkan oleh petani kurang tepat sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah
b.
Strategi pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Sinjai Borong Kabaupaten
Sinjai
berdasarkan
skala
prioritas
dimulai
dari
aspek
ekstensifikasi lahan, aspek perbaikan klon, aspek pemupukan, aspek sanitasi, aspek pengendalian hama penyakit, aspek pengelolaan pascapanen, aspek pemangkasan, dan aspek pengelolaan pen gelolaan naungan. 5.2
Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini yaitu 1) sistem budidaya yang diterapkan oleh petani lebih ditingkatkan lagi, 2) hasil dari penelitian ini sekiranya dapat menjadi acuan bagi pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten pengembangan tanaman kopi robusta, 3) perlu p erlu penelitian lanjut untuk identifikasi teknik budidaya tanaman kopi berdasarkan hasil diatas.
60
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Sinjai dalam Angka Tahun 2015. Kabupaten Sinjai. Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Sinjai Borong dalam Angka Tahun 2015. Kabupaten Sinjai. Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Sinjai dalam Angka Tahun 2015. Kabupaten Sinjai. Budidarsono, S. dan K. Wijaya. 2003. Praktik Konservasi dalam Budidaya Kopi Robusta dan Keuntungan Petani. Warta Agroforestry Centre-ICRAF. Bogor. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014. Statistik Perkebunan. Diakses dari http://ditjenbun.pertanian.go.id Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015. Statistik Perkebunan. Diakses dari http://ditjenbun.pertanian.go.id Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016. Statistik Perkebunan. Diakses dari http://ditjenbun.pertanian.go.id Freddy, R. 2009. Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah IPB, Bogor. Haryono. 2013. Inovasi teknologi pertanian dalam pemanfaatan lahan terlantar. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Lahan dan Pendayagunaan Lahan Terlantar Menuju Implementasi Reforma Agraria Bogor : 60-72. ICO
(International Coffee Organization). 2015. Statistic on coffee. http://www.ico.org/coffee_prices diakses pada 6 September 2017.
Irwanto. 1998. Focus Masyarakat : 3-7.
Group
Discussions. Pusat
Kajian
Pembangunan
Jafar, M. I. 2013. Evaluasi Peningkatan Produksi Dan Produkifitas Tanaman Kakao (Theobrema Cacao L) Di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Studi Kasus Penggunan Analytical Hierarchy Process. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Tesis.
61
Junaidi, Y. dan M. Yamin. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi pola usahatani diversifikasi dan hubungannyadengan pendapatan usahatani kopi di Sumatera Selatan. Pembangunan Manusia (4) : 1-9. Latunra, A. I. 2011. Pemetaan Potensi Kopi Arabika Tipika (Coffea Arabica L.var typical ) ) Melalui Kajian Fenotipik dan Analisis DNA Molekuler SSRs dalam Upaya Konservasi Plasma Nutfah di Sulawesi Selatan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Disertasi. Morgan, D. L. and Kruger, R.A. 1993. When to use Focus Group and Why. in ed. D.L Morgan Successfu Focus Groups. PP Mubarak, S. 2014. Standar Nilai Inconsistensi dalam AHP. Fakulas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar. Skripsi. Najiyati, S. dan Daniarti. 2001. Kopi ; Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta. Nasaruddin. 2009. Kakao Budidaya dan Beberapa Aspek Fisiologinya.Yayasan Forest Indonesia, Jakarta. Prastowo. 2010. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. Jawa Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Kopi. Agromedia Pustaka, Jakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Budidaya Kopi. Agromedia Pustaka, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, 2010. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi. Departemen Pertanian Indonesia. Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya Budidaya dan Pengolahan Robusta. Penebar Swadaya, Depok.
Kopi Arabika dan
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara, Medan. Rubiy. 2011. Perakitan Teknologi Untuk Peningkatan Produksi Dan Mutu Hasil Perkebunan Kopi Rakyat. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Jakarta. Rubiyo, S. Guntoro, dan Suharyanto. 2006. Pengkajian Sistem Usahatani Kopi Robusta Integrasi dengan Ternak Kambing di Bali. Puslitkoka, Surabaya.
62
Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Saaty, T. L. dan E. H. Forman. 1992. The Hierarchon: A Dictionary of Hierarchies , AHP Series Vol. V. Saragih, J. R. 2010. Kinerja produksi kopi arabika dan prakiraan sumbangannya dalam pendapatan wilayah Kabupaten Simalungun. Visi (18) : 98-112. Soetriono. 2009. Strategi Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta dengan Model Daya Saing Tree Five. Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Jakarta. Starfarm. 2010. Pengolahan Pasca Panen Kopi. www.starfarmagris.co. Diakses pada tanggal 15 September 2017. 20 17. Uhaera, K. 1996. Present of plant state protection of plant protection in japan safety countermeasures for agricultur chemicals. Japan Pesticide Information, Japan. Wachjar, A. 1998. Pengaruh pupuk organik dan intensitas penaungan terhadap pertumbuhan bibit kopi. ko pi. Jurnal Agronomi 30 (1) : 1-6. Yahmadi dan Mudrig, 2007. Budidaya Tanaman Kopi. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
63
LAMPIRAN
64
L ampir ampir an 1 : T abel abel I denti dentitas tas R espond esponden en
No.
Nama Responden
Jenis kelamin
Usia (tahun)
Pendidikan
Luas Lahan (Ha)
Lama Bertani (tahun)
Status Tanaman
1.
Amri
laki-laki
45
SD
2.5
20
Berproduksi
2.
Kadir
laki-laki
60
SD
1.5
15
Berproduksi
3.
Saleng (Ketua Poktan)
laki-laki
49
SD
2.5
19
Berproduksi
4.
Ahmdong
laki-laki
55
SD
1
10
Berproduksi
5.
Muhlis
laki-laki
40
SD
1.5
20
Berproduksi
6.
Mustafa
laki-laki
55
SMP
1.5
20
Berproduksi
laki-laki
70
SD
2.5
30
Berproduksi
7.
Emmang
8.
Lukman
laki-laki
30
SMP
1
10
Berproduksi
9.
Adil
laki-laki
30
SD
1
10
Berproduksi
65
10.
Sirman (Ketua Gapoktan)
laki-laki
29
SMA
1.5
8
Berproduksi
11.
Mansur
laki-laki
47
SMA
1.7
12
Berproduksi
12.
Tekko
laki-laki
75
SD
3
40
Berproduksi
13.
Firman
laki-laki
38
SMA
1.5
10
Berproduksi
14.
Sattu
laki-laki
70
SD
2.8
30
Berproduksi
15.
Main
laki-laki
40
SD
1.5
15
Berproduksi
16.
Iskar
laki-laki
40
SMP
1
12
Berproduksi
17.
Nurdin
laki-laki
45
SD
1
20
Berproduksi
18.
Sule‟
laki-laki
75
SMP
2
33
Berproduksi
laki-laki
50
SMA
2
30
Berproduksi
laki-laki
35
SMP
1
7
Berproduksi
19. 20.
Amire (Ketua Poktan) Samsul (Ketua Gapoktan)
66
L ampi r an 2 : L embar K uisi ui sio oner ner Nama Responden
:
Tgl. Wawancara
:
Lokasi
:
IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama
:
2.
Umur
:
3.
Jenis Kelamin
:
4.
Pendidikan
:
5.
Agama
:
6.
Pekerjaan Utama
:
7.
Pekerjaan Sampingan
:
8.
Pendapatan rata-rata/bulan
:
9.
Jumlah tanggungan keluarga :
…..................................................................
…..................................................................
laki-laki
perempuan
…..................................................................
…..................................................................
…..................................................................
…..................................................................
…..................................................................
….............................
orang
A. PEMILIHAN LOKASI PERTANAMAN KOPI ROBUSTA
1. Ketinggian lokasi o
800 Mdpl
o
900 Mdpl
o
1000 Mdpl
o
Lainya ...............
2. Luas lahan (Ha) ................................... 3. Jenis tanah o
Eutropepts
o
Humitropepts
o
Haplustults 67
o
Tropudults
4. Kemiringan o
5%
o
10 %
o
15 %
o
Lainya.............
B. KONDISI PERTANAMAN KOPI ROBUSTA No.
Uraian
1.
Umur pertanaman (Ha)
2.
Populasi
3.
Tanaman Berproduksi
Keterangan
Tanaman Belum Berproduksi Tanaman Rusak 4.
Jumlah produksi per Hektar
C. BAHAN TANAM YANG DIGUNAKAN
Jenis klon dan asal klon? Vegetatif
generatif
Dari mana bibit diperoleh o
Di lahan sendiri
o
Di lahan petani lain
o
Dibeli
o
Bantuan pemerintah
Jenis klon yang digunakan ?
68
o
Klon BP308
o
Klon BP42
o
Klon S4A36
o
Klon BP234
o
lainnya………..
D. POLA TANAM YANG DILAKUKAN
Pola tanam o
Monokultur
o
Tumpang sari
o
Campuran
Jika memilih sistem tanam Tumpang sari, jenis tanaman lain yang ditanam dalam perkebunan kopi robusta? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………..
Jika memilih sistem tanam Campuran, jenis tanaman yang lain yang ditanam di perkebunan kopi robusta? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………..
Jarak tanam kopi robusta yang digunakan? o
2,5 x 2,5 m
o
2,75 x 2,75 m
o
3x3m
o
Lainnya…………………………..
69
E. PEMUPUKAN
Jenis pupuk yang digunakan? o
Pupuk alami (organik)
o
Pupuk buatan (kimia)
Jenis pupuk organik yang digunakan …………………………………………………………………………………… ………………………………….
Jenis pupuk buatan yang digunakan o
Urea
o
NPK
o
KCl
o
Kieserite
o
SP36
o
Lainnya…………………….
Estimasi dosis pemupukan pemup ukan : ………………………… …………………………………………………... ………………………...
Waktu pemupukan
: ……………………………………………………..
Cara pengaplikasian pupuk : o
Ditabur langsung ke permukaan tanah
o
Ditabur dalam larikan
o
Ditempatkan dalam lubang melingkar
o
Dibenamkan dalam lubang dekat akar
o
Lainnya…………….
F. PEMANGKASAN
Jenis pemangkasan yang dilakukan : o
Pemangkasan pembentukan
70
o
Pemangkasan produksi
o
Pemangkasan peremajaan
Waktu pemangkasan : o
Rutin
o
Sekali setahun
o
Tidak pernah
o
…………………………
G. PENGELOLAAN PENAUNG
Jenis tanaman penaung tetap yang digunakan : ………………………………………………………………………………….… ……………………………………………………………………………….
Jenis tanaman penaung sementara yang digunakan : ………………………………………………………………………………….… ……………………………………………………………………………….
Kegiatan pengelolaan tanaman penaung yang dilakukan : …………………………………………………………………........................ H. SANITASI YANG DILAKUKAN
Kegiatan sanitasi yang dilakukan : o
Mengembalikan kulit kopi sehabis panen dan memangkas cabang yang terserang hama dan penyakit
o
Sampah daun dan limbah kulit buah dikumpulkan di sekitar lahan
o
Sampah dan limbah kulit buah ditimbun
o
Melakukan penyiangan gulma
o
Tidak melakukan kegiatan sanitasi
o
……………………………………….
71
I. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Jenis hama yang menyerang tanaman : …………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
Jenis penyakit yang menyerang : …………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi robusta yang dilakukan oleh petani : o
Pengendalian mekanis dan biologis
o
Menggunakan pestisida kimiawi
o
PHT
o
…………………………………………………………………………
J. PANEN DAN PASCA PANEN
Periode panen yang dilakukan petani : o
Sekali setahun
o
Dua kali setahun
o
………………………………………………………………………….
Interval waktu pemetikan saat panen : o
7 hari
o
10-14 hari
o
………………………………………………………………………….
Pelaksanaan panen yang dilakukan dilakukan petani : o
Petik buah merah
o
Sortasi buah yang masih hijau 72
o
Sortasi buah rusak, cacat, hitam
o
………………………………………………………………………….
Perlakuan pascapenen yang dilakukan : o
Fermentasi
o
Tanpa permentasi
CATATAN …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
73
lamp lampi r an 3 : Pe P eta A dmini dmini strasi K ecam camatan atan Si njai B orong
74
L ampir ampiran an 4 : D okume okumentasi ntasi F oto oto Ke K egi atan atan Gambar lampiran 1 : Observasi lapangan
75
Gambar lampiran 2 : Wawancara Dengan Petani Dan Pengisian Kuisioner
76
Gambar lampiran 3 : Focus Group Discussion (FGD)
77
Gambar lampiran 4 : Wawancara Mengunakan Prog. Expert Choice 11 dengan sejumlah partisipan AHP.
1.Wawancara AHP dengan ketua Gapokta
3. Wawancara AHP pakar perkopian
2. Wawancara AHP dengan ketua poptan
4. Wawancara AHP dengan Distanbun
5. Wawancara AHP dengan kord. BP3K
78
Gambar lampiran 5 : Alat pengupas kulit biji kopi
79
80