KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat syarat guna menyelesaikan tugas mata kuliah Rekayasa Sungai Jurusan Teknik Sipil S-1 Universitas Riau . Makalah ini disusun berdasarkan pembelajaran yang dilakukan dengan judul makalah
WATERFRONT CITY Selama
“
”
menyelesaikan tugas ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya . Penulis telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak menyelesaikan Makalah ini, Kami tak luput dari kesalahan-kesalahan dengan itu kritik dari pembaca sangatlah berguna bagi Kami untuk kepentingan yang akan datang . Akhir kata Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi Kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pekanbaru, 5 Oktober 2017
Penulis ( Kelompok I )
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................. ..................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................... ........................................................1
1.1 Latar belakang ............................................. ...........................................................................1 1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................................1 1.3 Tujuan ....................................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Defenisi Water Front City ......................................................................................................2 2.2 Kriteria Kota Water Front City .............................................. ................................................3 2.3 Proses yang terjadi saat evaporasi berlangsung .....................................................................4 2.4 Perbedaan evaporasi dan proses lain......................................................................................6 2.5 Cara pengukuran proses Evaporasi ................................................. .......................................6
BAB III PENUTUP .................................................. ..................................................................8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ............................................... ..................................................................9
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Konsep Waterfront City ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika yaitu James Rouse di tahun 1970-an. Saat itu, kota-kota bandar di Amerika mengalami proses pengkumuhan yang mengkhawatirkan. Kota Baltimore merupakan salah satunya. Karena itu penerapan visi James Rouse yang didukung oleh pemerintah setempat akhirnya mampu memulihkan kota dan memulihkan Baltimore dari resesi ekonomi yang dihadapinya. Dari kota inilah konsep pembangunan kota pantai/pesisir dilahirkan. Banyaknya jumlah kota yang berada di daerah pesisir dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada kota itu, jika tidak di tata dengan baik. Permasalahan yang dapat ditimbulkan yaitu pencemaran, kesemerawutan lingkungan, dan sampah. Kekumuhan lingkungan tersebut juga dapat menimbulkan masalah kriminalitas didaerah tersebut. Oleh karena itu, pembangunan kota pesisir di Indonesia harus memecahkan permasalahan tersebut. Penerapan Waterfront City di berbagai kota di Indonesia diharapkan mampu untuk memecahkan permasalahan yang timbul akibat tidak tertatanya kota-kota pesisir yang ada.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Water Front City? 2. Apa saja yang menjadi kriteria penerapan Water Front City? 3. Apa proses yang terjadi saat evaporasi berlangsung ? 4. Apakah Perbedaan Antara Proses Evaporasi Dengan Proses Lainnya ? 5. Bagaimana cara pengukuran proses Evaporasi ? 1.3.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui defenisi Dari Evaporasi. 2. Untuk Mengetahui Factor-Faktor Yang dapat Mempengaruhi Proses Evaporasi. 3. Untuk Mengetahui proses yang terjadi saat evaporasi berlangsung 4. Untuk mengetahui Perbedaan Antara Proses Evaporasi Dengan Proses Lainnya 5. Untuk mengetahui cara pengukuran proses Evaporasi 1
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Defenisi Waterfront City
Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront ” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols,2003). Waterfront City/Development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan. Menurut direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Pedoman Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau Waterfront City merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap ke laut, sungai, danau dan sejenisnya. Pada awalnya waterfront tumbuh di wilayah yang memiliki tepian (laut, sungai, danau) yang potensial, antara lain: terdapat sumber air yang sangat dibutuhkan untuk minum, terletak di sekitar muara sungai yang memudahkan hubungan transportasi antara dunia luar dan kawasan pedalaman, memiliki kondisi geografis yang terlindung dari hantaman gelombang dan serangan musuh.
2.2
Prinsip dan Kriteria Waterfr ont Ci ty
Pada prinsipnya perancangan Waterfront City adalah dasar-dasar penataan kota atau kawasan yang memasukan berbagai aspek pertimbangan dan komponen penataan untuk mencapai suatu perancangan kota atau kawasan yang baik. Kawasan tepi air merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air seperti kota yang menghadap ke laut, sungai, danau atau sejenisnya. Bila dihubungkan dengan pembangunan kota, kawasan tepi air adalah area yang dibatasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. Aspek yang dipertimbangkan adalah kondisi yang ingin dicapai dalam penataan kawasan. komponen penataan merupakan unsur yang diatur dalam prinsip perancangan sesuai dengan aspek yang dipetimbangkan. Variabel penataan adalah elemen penataan kawasan yang merupakan bagian dari tiap komponen dan variabel penataan kawasan dihasilkan dari kajian 2
(normatif) kebijakan atau aturan dalam penataan kawasan tepi air baik didalam maupun luar negeri dan hasil pengamatan di kawasan studi (Sastrawati, 2003). Adapun koota yang dapat diterapkan konsep Waterfront City setidaknya memiliki kriteria – kriteria adalah sebagai berikut : a) Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan sebagainya) b) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata c) Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan. d) Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan. e) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal di sepanjang kawasan
2.3
Fungsi dan pengembangan konsep Waterfr ont City
Model pengembangan water front city sebagai alternatif penataan kawasan dalam menanggulangi banjir di perkotaan melalui peningkatan peran serta masyarakat, dengan melibatkan keterpaduan antar stakeholders terkait secara holistik dan berkelanjutan dengan pendekatan partisipatif. Rumusan model pengembangan waterfront city didasarkan pada metode panduan antara kajian laboratorium perencanaan dan perancangan tata ruang dan lingkungan perkotaan yang berbasis pada pendekatan mitigasi bencana, serta laboratorium sungai untuk penataan ulang tata air, tata ruang dan lingkungan sebagai perencanaan luapan aliran air dan area resapan yang ramah lingkungan. Pengembangan waterfront city, diharapkan akan mempunyai dampak positif terhadap masyarakat sekitar sungai, karena masyarakat sekitar dapat manfaat dari naiknya muka air tanah, sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana rekreasi/wisata tirta, olahraga dan alternatif transportasi. Adapun fungsi utama Waterfront city yaitu adanya kolam yang akan berfungsi sebagai retarding basin, yang akan meredam aliran banjir lokal sehingga berguna sebagai penampungan banjir sementara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam penerapan kebijakan, aturan dan pedoman, khususnya yang berkaitan dengan penataan kawasan yang humanis di daerah maupun perkotan. Dengan demikian, sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian yang dapat menghasilkan rumusan model pengembangan Waterfront city 3
sebagai alternatif menanggulangi banjir di perkotaan melalui peningkatan peran masyarakat dan kearifan lokal, sehingga terwujud city without flood . Di negara maju perencanaan dan pengembangan Waterfront City / Development didasarkan pada berbagai konsep sesuai dengan kondisi sosio-kultur, kemampuan teknologi dan ekonomi, kebutuhan kotanya masing-masing serta memaksimalkan fungsi pembangunan yang diterapkan sehingga pengembangannya dapat berfungsi secara ekonomis dan efektif. a.
Sebagai kawasan bisnis Di dalam “Waterfront City/Development ” dapat dikembangkan sebagai kawasan bisnis sebagai contoh di Canary Wharf salah satu bagian kawasan “London Docklands”. Di daerah tersebut terlihat di tepian air banyak gedung - gedung perkantoran serta kondominum. Kawasan tersebut dapat menjadi pusat bisnis
Gambar 1. Penerapan Waterfront City sebagai kawasan bisnis di Kota London – Inggris
4
b.
Sebagai kawasan hunian Di dalam “Waterfront City/Development ” dapat diterapkan pengembangan kawasan hunian di tepi air. Pengembangan hunian di tepi air tentunya harus melihat kondisi airnya tersebut pastinya airnya tidak berbau dan kotor karena jika terbangun hunian di lokasi tersebut dengan kondisi air yang buruk maka produk huniannya akan sulit terjual ataupun terhuni. Dalam pengembangan hunian di tepi air dapat di bangun produk rumah ataupun kondominium. Penerapan kawasan huian di tepi air dapat dilihat di daerah Port Grimoud - Prancis. Di sepanjang aliran sungainya banyak terbangun hunian bertingkat.
Gambar 2. Penerapan Waterfront City sebagai kawasan Hunian di kota Port Grimoud – Prancis
c.
Sebagai kawasan komersial, hiburan dan wisata Di dalam “Waterfront City/Development ” dapat pula dikembangkan sebagai kawasan komersial, hiburan dan wisata. Dengan kondisi air yang baik dan tidak 5
berbau maka kawasan tersebut terjamin akan banyak di singgahi pengunjung. Selain itu pula dapat juga dibanguna area terbuka (plaza) di kawasan tersebut. Waterfront dengan konsep sebagai kawasan komersial dan hiburan ini pastinya akan sangat digemarai oleh masyarakat perkotaan. Sekaligus juga dapat meningkatkan pendapatan di daerah tersebut. Berikut beberapa kota
yang menerapkan Waterfront City dengan fungsi sebagai
kawasan komersial hiburan dan wisata : 1. San Antonio, Texas – Amerika Serikat Kota San Antonio di Texas berhasil mengembangkan waterfront city modern yang dapat mempertahankan bangunan bersejarah dan dapat menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat. Kawasan Waterfront city di pusat kota ini yang dapat meningkatkan kondisi perekonomian di Texas
Gambar 3.1 Penerapan Waterfront City sebagai komersial, hiburan dan wisata di kota San Antonio, Texas – Amerika Serikat
6
2. Positano dan Amalfy, Italia Positiano dan Amalfi di Italia, mengembangkan romantic waterfront yang mengkombinasikan pelabuhan, resort dan pusat perbelanjaan yang seimbang fungsi dan skalanya yang cukup besar.
Gambar 3.2 (a) Penerapan Waterfront City sebagai komersial, hiburan dan wisata di kota Amalfy – Italia
7
Gambar 3.2 (b) Penerapan Waterfront City sebagai komersial, hiburan dan wisata di kota Postiano – Italia
3. Paris, Francis Tepian Sungai Seina di Paris dikembangkan untuk menciptakan fungsi, skala perubahan suasana yang dinamis melalui penataan kawasan komersial, industri, residensial dan rekreasi
8
9
10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan tanah, air, dan permuaakan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur utama dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk) permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-macam antara lain : temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan udara, intensitas sinar matahari, dan lain-lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Triatmodjo, Bambang. (2008). Hidrologi Terpan ( Cetakan Kedua ). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Penerbit Beta Ofsset yogyakarta Anonim. (2012). Bahan Ajar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi, Pekanbaru: Universitas Riau Jurusan Teknik Sipil Program Studi Diploma III Teknik Sipil Anonim. (2010). Bahan Ajar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi, Pekanbaru: Universitas Islam Riau Jurusan Teknik Sipil
12