2
20
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN RUANG LINGKUP SENI TARI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pembelajaran Seni Tari SD
yang dibina oleh Ibu Dra. Yuliwidiarti, S.Pd.
Oleh :
Kelompok 3 Offering F4
Diah Retno Palupi (140151602993)
Imroatusani Nur Khasanah (140151603659)
Sindra Rahmawati (140151603673)
UNIVERSITAR NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PGDS
Februari 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah Allah berikan sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti dari awal hingga akhir penyelesaian.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ibu Dra. Yuliwidiarti, S.Pd. yang telah memberikan berbagai dukungan dan materi sebagai bahan dalam penulisan makalah ini. Tanpa bantuan beliau kami tidak mungkin bisa memaparkan materi dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih untuk teman-teman terutama offering F4 yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah "Pembelajaran Seni Tari SD". Selain itu adalah untuk menambah wawasan tentang "Latar Belakang dan Tujuan Ruang Lingkup Seni Tari" bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Blitar, Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………...………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………….. 1
Rumusan Masalah …………………………………………………. 1
Tujuan …………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
Penegrtian Tari menurut Para Ahli ………………………………… 2
Unsur-unsur Dasar Tari ……………………………………………. 3
Elemen Komposisi Tari ……………………………………………. 8
BAB III PENUTUP …………………………………………………….. 21
DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………... 22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia.
Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar [asing]". Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia hingga saat ini, maka masyarakat sekarang merupakan masyarakat Indonesia dalam lingkup negara kesatuan. Tentu saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni pertunjukan, karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya.
Rumusan Masalah
Apa pengertian seni tari menurut para ahli?
Apa saja unsur – unsur utama dan pendukung tari?
Tujuan
Mengetahui pengertian seni tari menurut para ahli
Mengetahui unsur – unsur utama dan pendukung tari
BAB II
PEMBAHASAN
Penegrtian Tari menurut Para Ahli
Istilah seni berasal dari bahasa Sansekerta yaitu 'sani' yang berarti pemujaan, pelayanan, pencarian dengan hormat dan jujur Sugriwa (dalam Hadjar, 2014:1.3), tetapi juga ada yang mengatakan berasal dalam bahasa belanda "genie" berarti jenius. Dalam perkembangan selanjutnya muncul berbagai pengertian seni, yaitu a) seni sebagai karya seni (work of art), b) seni sebagai kemahiran (skill), c) seni sebagai kegiatan manusia (human activity).
Pengertian seni sebagai benda/karya seni adalah seni atau keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedaar rasa gembira karena mempunya unsur spiritual. Pendapat dari Joganatha (dalam Hadjar, 2014: 1.3) misalnya lukisan dinding gua yang diperkirakan pada zaman pra sejarah yang memiliki nilai religi yang membangkitkan spirit dan sugesti terhadap binatang buruan manusia purba pada masa itu.
Pemahaman seni sebagai kemahiran dimaknai seni merupakan sebuah kemampuan dalam membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang ditentukan oleh rasio/logika atau gagasan tertentu. Pendapat ini dinyatakan oleh Aristoteles. Misalnya Idris Sardi, seorang violis Indonesia yang terkenal karena kemahirannya dalam memainkan karya – karya musik dengan improvisasinya yang kreatif.
Sementara itu pengertian seni sebagai kegiatan manusia oleh Leo Tolstoy dikatakan bahwa seni merupaan kegiatan sadar manusia dengan perantara tanda – tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan – perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga mereka kejangkitan perasaan yang sama dan juga mengalaminya. Misalnya Didi Nini Thowok seorang penari yang tampil dalam kostum wanita membawakan karya tariannya yang kocak dan baru. Sedagkan pengertian seni tari menurut para ahli adalah :
Menurut Aristoteles menyatakan bahwa seni tari yaitu sebuah gerakan ritmis yang mempunyai tujuan untuk menghadirkan sebuah karakter manusia, yang sebagaimana mereka bertindak dan menderita
Soedarsono menyatakan bahwa seni tari ialah sebuah ekspresi jiwa manusia yang melalui gerak-gerak yang indah dan ritmis.
Ensiklopedia seni tari ialah setiap pada saat mengoleng-olengkan tubuh dan anggotanya asal hal ini dilakukan dengan irama tertentu, ada yang diiringi musik dan ada yang tidak.
S. Humardani tari adalah ungkapan bentuk-bentuk gerak ekspresif yang indah dan ritmis.
Menurut La Mery tari ialah ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi yang harus diinternalisasikan untuk menjadi bentuk yang nyata.
Seni tari adalah seni yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsure yaitu raga, irama dan rasa.
Unsur-unsur Dasar Tari
Elemen dasar dari tari adalah gerak. Gerak terjadi karena adanya perpaduan antara fungsi-fungsi tubuh, seperti perpaduan fungsi otak yang memerintahkan saraf motorik untuk menggerakkan otot-otot jari, mata, tangan, atau pun kepala dan kaki. Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak, dan komposisi tari tidak dapat dipisahkan. Menurut Pamadhi (2009 : 2.36) dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yaitu unsur gerak, tenaga, ruang dan waktu.
Gerak
Gerak di dalam tarian bukanlah seperti dalam kehidupan sehari-hari. Gerak tari adalah gerak yang telah mengalami perubahan atau peroses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak maknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang memiliki nilai estetik (gerak murni dan gerak maknawi). Gerak-gerak wantah contohnya seperti mencangkul atau membatik dan sebagainya. Gerak wantah sangat mudah dipahami. Sebaliknya gerak-gerak murni dan maknawi tidak mudah dipahami karena telah mengalami stiliasi atau perubahan baik penambahan dan pengurangan. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Contohnya gerak ukel, sampur, menjentikkan jari dan sebagainya. gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah yang bermakna. Contohnya gerak membatik, menangkap ikan, dan gerakan mengkis. Sekilas beberapa gerakan tari merupakan simbol-simbol, misalnya gerak nyawang pada beberapa tari tradisional Sunda yang menggambarkan sesorang memandang objek tertentu.
Dalam dunia tari kita mengenal adanya dua bentuk tari yakni tari representasional dan tari nonrepresentasional. Tari representasional adalah tarian yang menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu secara jelas atau seseorang memerankan tokoh tertentu seperti Gatotkaca dalam tari Gatotkaca Gandrung Jawa), atau peran Malin Kundang (Sumatra Barat). Tari nonrepresentasional adalah tarian yang tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu, misalnya tari Pendet (Bali), tari Serampang Dua Belas (melayu), tari Seudati (Aceh). Garapan gerakan pada tari representasional dan nonrepresentasional mengandung gerak murni dan maknawi.
Selain gerak representasional dan nonrepresentasional, kita juga mengenal gerakan feminin dan gerakan maskulin berdasarkan karakternya. Gerak maskulin yaitu gerak-gerak tari yang menunjukkan karakter maskulin, misalnya langkah lebar-lebar, gerak kaki terangkat tinggi. Gerak maskulin ini biasa digunakan dalam tari putra seperti tari Bandabaya, tari Ngremo, tari Prajurit, atau tari-tari putra daerah lain. Gerak tari yang kedua adalah gerak feminin, yaitu gerak-gerak yang menggambarkan sifat feminin, gerak ini biasa digunakan untuk tari putri (tari Tenun dan Tari Srimpi).
Unsur Tenaga
Dalam melakukan gerak dibutuhkan tenaga. Gerak akan hidup dan bermakna jika mendapat tenaga atau energi dari dalam tubuh. Komponen tenaga dalam mewujudkan sebuah gerak tari menjadi sangat penting artinya untuk memunculkan karakter atau penjiwaan seseorang yang sedang menari. Tenaga dalam tari dapat diatur oleh penari untuk memunculkan watak dan dinamik. Keras lembutnya gerak yang muncul, adalah hasil dari pengaturan tenaga yang dapat disalurkan melalui ekspresi gerak.
Penggunaan tenaga dalam gerak tari meliputi :
Intensitas berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan tingkat ketegasan gerak.
Aksen atau tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras.
Kualitas berkaitan dengan cara penggunaan atau penyaluran tenaga.
Unsur Ruang
Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua yakni ruang yang dicaptakan oleh penari, dan ruang pentas atau ruang tempat penasi melakukan gerak. Ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak berpindah tempat. Misalnya gerak menirukan sayap kupu-kupu terbang yang menggunakan kedua tangan bergerak ke atas dan ke bawah. Lebar atau sempitnya ruang tergantung bagaimana penari pengekspresikan geraknya. Tidak terlalu menjadi masalah sebenarnya jika kita melihat seorang penari hanya memanfaatkan ruang sempit dalam ruang yang lebar untuk mengekspresikan tariannya. Dan tak sedikit pula penari justru membutuhkan ruang yang lebar untuk mengekspresikan tariannya. Keduanya memang relatif sifatnya. Pada dasarnya kebutuhan akan ruang itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan karakteristik tarinya. Ruang pentas adalah arena yang digunakan oleh penari yang biasa disebut dengan panggung, lapangan atau halaman terbuka.
Dalam unsur ruang terkandung aspek-aspek garis, volume, arah, level, dan fokus. Garis dimaksudkan berupa kesan yang ditimbulkan dari gerak tubuh penari ketika menari. Misalnya gerak tubuh yang melengkung menimbulkan garis melengkung yang berkesan lentur tidak kaku. Gerak diagonal atau patah-patah menimbulkan garis yang kaku yang berkesan dinamis. Gerak tegak lurus memberi kesan tenang dan seimbang. Sedangkan garis datar mengesankan istirahat. Volume merupakan jangkauan gerak yang dibuat oleh penari yang tergantung besar kecilnya pentas. Misalnya karena ruang pentas tidak terlalu luas, maka langkah penari yang lebar dibuat menjadi langkah-langkah pendek dengan jumlah yang sama. Arah disini yang dimaksudkan adalah arah hadap penari ketika melakukan gerak yang dapat berupa arah ke depan, ke samping dan ke belakang serta arah lainnya. Level berkaitan dengan tingkat ketinggian dari posisi tubuh ketika melakukan gerakan tari. Seorang penari dapat membuat level tertingginya ketika dia melakukan gerakan melompat, atau level terendahnya ketika dia melakukan gerakan rebahan di lantai pentas. Fokus merupakan sudut pandang dari penonton terhadap penari.
Unsur Waktu
Selain ruang dan tenaga, unsur waktu juga menentukan dalam membangun gerak tari. Dalam unsur waktu ada dua faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak. Ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambatnya setiap gerakan yang dapat diselesaikan oleh penari.
Tempo mengarah kepada kecepatan tubuh penari yang dapat dilihat dari perbedaan panjang pendeknya waktu yang diperlukan. Gerak dengan tempo cepat atau lambat, akan menentukan hidup dan dinamisnya sebuah tarian. Gerakan yang dilakukan dengan tempo cepat akan berkesan aktif dan menggairahkan. Sedangkan gerakan dengan tempo lambat berkesan tenang, agung, atau dapat membosankan. Contohnya adalah gerak kaki trisi seorang penari wanita yang bergerak dari arah belakang ke depan memerlukan tempo yakni sejumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan gerakan daribelakang sampai ke depan. Sedangkan gerakan kaki trisik yang terdiri dari sekuen-sekuen gerak tersebut merupakan ritmenya.
Elemen Komposisi Tari
Sebuah karya mengandung elemen-elemen yang kemudian terbentuk menjadi sebuah karya tari yang indah dan menarik. Karya tari adalah sebuah susunan gerak-gerak tari yang satu sama lain saling berkaitan. Sebuah karya tari merupakan komposisi dari unsur-unsur gerak yang tersusun sedemikian rupa membentuk sebuah karya tari yang memuat elemen-elemen tertentu dan tema-tema tertentu. Adapun elemen-elemen komposisi tari tersebut menurut Pamadhi (2009 : 2.40) ada 12 yakni gerak, tema, desain atas, desain lantai, desain musik, desain dramatik, desain kelompok, dinamika, desain kostum, tata rias, tata panggung/tata pentas, dan tata lampu.
Gerak
Gerak dalam tari merupakan komponen utama, karena gerak adalah media untuk mengekspresikan sebuah tarian.
Tema
Tema dalam tari tergantung pada apa yang ingin diekspresikan atau ingin disampaikan oleh koreografer (pencipta tari). Tema adalah inti sebuah cerita yang akan diungkapkan dalam tari. Tema dapat diangkat dari berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia, seperti tema perang, percintaan, permainan, lingkungan alam, binatang atau tumbuhan, keadaan alam, kehidupan sehari-hari, pergaulan seperti tari Ketuk Tilu adalah tari dengan tema pergaulan, karena dilakukan penari putra dan putri dan sejarah, serta epos seperti Mahabarata, Ramayana, Menaj, Panjim atau dari cerita misalnya Prabu Siliwangi, atau Ken Arok.
Desain Atas
Desain atas adalah desain yang berada di dalam bidang atau ruang di atas lantai pentas yang dapat dilihat oleh penonton yang berlatarkan back drop. Terkadang sebuah pentas tidak menggunakan back drop maka desain atasnya tidak dipengaruhi oleh back drop. Ada beberapa desain atas antaranya adalah desain datar, desain dalam, desain vertikal, desain horizontal, desain kontras, desain statis, desain lengkung, desain bersudut, desain spiral, desain tinggi, desain rendah, desain terlukis dan desain simetris.
Desain datar. Desain datar adalah tampak depan posisi tubuh penari yang tidak berperspektif dilihat dari posisi duduk penonton. Semua anggota badan dalam postur mengarah ke samping. Desain ini berkesan sederhana, tenang, jujur, namun juga dangkal.
Desain dalam. Desain dalam adalah tubuh penari bila dilihat dari arah penonton tampak memeliki kedalaman (perspektif) atau ruang. Gerak lengan tangan, kaki yang diarahkan ke semua arah akan membentuk atau membangun kedalaman. Kesan yang dibangun dari desain ini adalah perasaan yang dalam.
Desain vertical. Adalah desain yang menggunakan anggota badan pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah.
Desain horizontal. Desain horizontal adalah posisi tubuh penari dengan anggota tubuh (tangan dan kaki) yang bergerak dengan arah menyerupai garis horizontal.
Desain kontras. Desain kontras adalah desain yang dibangun dengan garis – garis silang atau garis yang akan bertemu pad satu titik bila dilanjutkan gerak anggota badan sang penari.
Desain statis. Desain yang dibangun dengan pose – pose angota badan yang sama walaupun anggota badan yang lainnya bergerak. Misalnya pose lengan penari tetap berada di pinggang terus – menerus sementara kaki penari bergerak ke semua arah. Kesan yang ditimbulkan adalah teratur.
Desain lengkung. Desain lengkung adalah desain yang dibangun oleh badan dan anggota –anggotanya dengan gerakanatau garis-garis lengkung. Kesan yang ditimbulkan adalah halus dan lembut serta lemah.
Desain bersudut desain ini dibangun dengan sudut-sudut ruang yang dibangun dari tekukan-tekukan dari sendi-sendi tangan dan kaki penari.
Desain spiral. Desain spiral dibangun dengan gerakan yang melingkar lebih dari satu lingkaran dan searah dengan sumbu pada pinggang atau kaki penari. Gerakan melingkar dapat dilakukan oleh anggota badan tangan, kaki, atau bahkan dengan tubuh sang penari. Contohnya gerak hula hop yang memutarkan bamboo di pinggangnya.
Desain tinggi. Desain tinggi adalah desain yang dibangun dengan gerak bagian atas badan mulai dari bagian dada ke atas. Bagian atas tubuh ini mengandung unsur intelektual sekaligus spiritual yang kuat. Banyak dijumpai pada tari-tari pemujaan.
Desain rendah. Desain ini dibangun dengan gerakan-gerakan tubuh penari dari pingang hingga telapak kaki. Area gerakan berkisar antara pinggang hingga lantai pentas.
Desain terlukis. Desain terlukis adalah desain yang dibangun dari gerakan tangan atau anggota tubuh atau property yang digunakan penari untuk meukiskan sesuatu. Seperti melukiskan angkasa penari menggerakkan kedua tangan dengan gerakan lengkung bergantian.
Desain simetris. Desain ini dibangun dengan menempatkan garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.
Desain Lantai
Desain lantai adalah garis – garis di atas lantai pentas yang dilalui oleh penari. Misalnya bentuk lingkaran, bentuk V, V terbalik, garis lengkung. Berikut contoh desain lantai;
a. Lurus atau diagonal b. Bentuk V c. Bentuk V terbalik
d. Lingkaran e. Melengkung
Garis – garis diatas merupakan contoh desain lantai yang akan dilalui penari baik dalam kelompok maupun individu. Selain contoh diatas, penari dapat menerapkan garis lurus yang setiap pasangannya berhadap-hadapan.
0><0 0><0 0><0 0><0
Desain lantai garis lurus mengesankan sederhana, tapi kokoh. Biasanya dapat dijumpai pada tarian tradisional baik klasik maupun kerakyatan. Misalnya tari saman (Aceh). Garis lengkung dapat dibuat berupa gerak melengkung ke depan, belakang, samping, dan diagonal. Desain garis lengkung memberikan kesan lembut tapi lemah. Desain jenis ini dapat dijumpai pada tarian – tarian primitive seperti tari kecak Bali, dan tari serampang dua belas (Sumatra)
Desain Musik
Tari dapat lebih hidup bila ada iringan musik, karenanya musik berfungsi untuk mengidupkan tari. Musik sebagai pengiring tari membantu menghidupkan tari dalam hal irama, tema, penjiwaannya. Musik untuk iringan tari dapat dikreasikan dalam berbagai jenis musik yang disesuaikan dengan bentuk, gerak, dan tema tari. Musik yang digunakan dapat berupa musik gramatika barat (diatonic) atau tradisional (pentatonis). Iringan musik tari dapat pula menggunakan alat non musik seperti benda apapun yang menghasilkan suara yang berfungsi untuk mengiringi gerakan tari.
Walaupun musik berfungsi hanya sebagai pengiring atau membantu mengekspresikan (penjiwaan) tari, tidak berarti keberadaanya tidak penting, karena dalampraktik persembahannya perpaduan antara msuik dan tari itu sangat erat. Fungsi musik dalam tari diantaranya.
Membantu mempertegas irama tari. Gerak dalam tari berada dalam sebuah kerangka irama. Irama tari sebenarnya juga dimiliki atau dirasakan oleh si penari. Irama tersebut perlu diperjelaska melalui suara music agar dapat dinikmati oleh audiens.
Memberi ilustrasi. Ilusi atau gambaran suasana dalam tari erat kaitanya dengan karakter atau watak tari. Tari dengan watak lembut biasanya ditampilkan dengan gerakan – gerakan halus dan lembut. Music dapat membantu membangun karakter tari dengan iringan music lembut atau sebaliknya dengan iringan music yang keras dan cepat. Dengan demikian music pemberi ilustrasi tidak dipengaruhi oleh irama atau tempo.
Membantu/mempertegas ekspresi gerak. Gerakan pada tari sangat beragam yang dilakukan dengan berbagai tekanan. Semua tekanan yang digunakan dalam gerak tersebut diperjelas oleh music. Ini dimaksudkan agar semua gerakan tersebut dapat ditampilkam lebih ekspresif
Merangsang penari. Music mampu memberi semangat kepada penari bila musiknya sesuai dengan tariannya. Music juga dapat membantu mengingatkan penari ketika penari lupa dengan gerakannya, dengan music penari dapat melahirkan gerakan improvisai.
Music sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni music internal dan musik eksternal
Musik Internal
Music internal adalah music yang dibangun atau dihasilkan dari diri penari itu sendiri. Misalnya tepukan tangan, teriakan, hentakan kaki, atau dengan vocal (acaapella). Karakteristik iringan jenis ini memang unik dan memiliki daya tarik khusus. Daya tarik itu pada pola dinamika yang dapat dibangun berdasarkan kehendak si penari tanpa harus menunggu ritme yang baku. Peralihan musik iringan secara internal ini pun sangat fleksibel diterapkan untuk mengiringi tari dari berbagai jenis.
Keleluasaan penggunaan musik internal ini dapat pula untuk menumbuhkan kreativitas ungkapan gerak yang disesuaikan dengan sumber bunyi dari anggota tubuh manusia. Tepukan tangan dengan satu ketukan, dua, tiga, atau secaa selang – seling adalah salah satu bentuk iringan internal yang dapat untuk mengiringi tarian. Penggunaan musik internal dapat kita jumpai pada tari Saman Aceh dan tari Kecak Bali.
Musik Eksternal
Iringan tari secara eksternal memang diciptakan khusus dengan alat tertentu (instrumen). Musik iringan eksternal dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu musik eksternal melodis dan non melodis. Musik eksternal yang melodis pada umumnya menggunakan instrumen-instrumen melodis. Contohnya Calung (Banyumas dan Talempong (Padang). Sedangkan musik eksternal non melodis biasanya menggunakan instrumen-instrumen nonmelodis seperti kendang dan kecrek. Munculnya musik secara eksternal non melodis ini dapat pula dijadikan inspirasi menciptakan gerak baru dalam tari.
Berdasarkan jenis instrumennya, musik eksternal dapat dikategorikan menjadi instrumen gesek, instrumen petik, instrumen tiup dan instrumen perkusi. Dari berbagai jenis instrumen musik, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang secara umum perbedaan karakteristik tersebut berungsi untuk :
Memberi suasana adegan tari,
Memberi tekanan pada gerak tari,
Menentukan ritme atau dinamika dalam ungkapan gerak tari secara utuh.
Desain Dramatik
Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki pembuka, klimaks, dan penutup. Dari mebuka ke klimaks mengalami perkembangan, dan dari klimaks ke penutup terdapat penurunan. Desain ini biasanya digunakan untuk mencapai klimaks tertentu dalam sebuah adegan atau mengakhiri sebuah tarian. Ada dua jenis desain dramatik yaitu yang berbentuk kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain yang berbentuk kerucut tunggal pada awalnya digunakan dalam seni drama yang dikenal dengan teori Bliss Perry.
Desain Kerucut Ganda
Desain dramatik ini terdiri atas serangkaian kerucut. Setiap kerucut menanjak ke sebuah klimaks, kemudian turun tetapi tidak sampai mencapai titik dasar permulaannya. Menurut La Meri, desain kerucut ganda ini sangat cocok untuk menggarap koreografi tari tunggal serta kelompok yang murni. Tarian dengan desain ini tanpa tema cerita khusus, dan hanya menampilkan keindahan komposisi gerak semata. Contoh tarian untuk koreografi kelompok adalah tari Saman (Aceh), Angguk (Kulon Progo, DIY), Ndholalak (Purworejo, Jateng).
A : Permulaan
B : Rangsang naik
C : Pengendoran
D : Klimaks
E : Penurunan
F : Antiklimaks
G : Pengakhiran
Desain Kerucut Tunggal
Menurut La Meri desain kerucut tunggal ini dipergunakan sebagai pola untuk menggarap tarian kelompok yang dramatik atau dramatari. Namun hal ini tidak berarti bahwa desain dramatik kerucut tunggal tidak boleh diterapkan pada tarian tunggal dan tarian murni (non dramatari).
A : Permulaan
B : Rangsangan kekuatan untuk naik
C : Perkembangan
D : Klimaks
E : Penurunan
F : Penahanan akhir
G : Ending / akhir
Desain Kelompok
Ada beberapa desain kelompok yang dapat digunakan khususnya dalam menyusun tari kelompok, yaitu tari yang dilakukan oleh lebih dari 2 penari. Desain tersebut adalah unison (kompak), balance (seimbang), broken (terpecah/memisah), alternate (selang-seling), cannon (berurutan), dan proportition (proporsi).
Unison mengharuskan para penari melakukan gerak-gerak tertentu dengan kompak. Balance, sebuah karya tari harus seimbang dalam semua aspek, gerak harus seimbang tidak keras terus, pola lantai juga harus imbang antara desain lengkung, lurus, diagonal, dan sebagainya, suasana yang diciptakan oleh musik juga harus simbang tidak keras atau sedih terus. Broken, agar tidak membosankan, gerak tari kelompok sebaiknya tidak serentak terus karena akan membosankan, keseimbangan artinya tidak mengelompok di satu bagian, kadang terpecah atau memisah. Alternate, gerak dalam tari kelompok hendakya disusun dengan mempertimbangkan gerak atau pola lantai selang seling agar tidak monoton. Cannon, merupakan desain gerak yang berurutan, jadi tidak selalu gerak tari dilakukan secara bersama-sama terus.
Dinamika
Tari juga memiliki dinamika, agar tidak memberi kesan monoton dan memiliki sentuhan-sentuhan emosi terhadap penonton. Dinamika selalu berkaitan dengan mekanik yang di dalamnya membicarakan efek kekuatan atau tenaga dalam menghasilkan gerak. Dinamika meliputi wilayah kualitas gerak. Dalam berbicara soal dinamika kita tidak akan mempersoalkan gerakan apa yang akan dilakukan tetapi bagaimana sebuah gerakan dilakukan. Dinamika dapat diciptakan dari bermacam-macam unsur, yaitu unsur gerak, musik, ruang, desain atas, desain lantai, dan sebagainya.
Dinamika juga dapat diciptakan dari unsur di luar gerak misalna dari unsur vokal yang mengiringinya, misalnya dengan tembang atau dialog. Untuk menggambarkan dinamika dapat dibayangkan bagaimana rasanya jika kita melakukan gerakan-gerakan di udara, di dalam air, atau di dalam lumpur. Masing-masing kekuatan dalam media yang berbeda akan terasa. Dinamika tajam dengan kecepatan tinggi akan memberikan kesan yang terangsang, sedangkan dinamika lembut dengan kecepatan sedang atau perlahan akan memberi kesan tenang atau kadang-kadang juga tegang.
Desain Kostum
Konstum atau tata busana untuk tari hendaknya didesain dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu tema (pahlawan, percintaan, petani, remaja, dll), ciri khas daerah (tari dengan pijakan daerah tertentu akan menonjolkam ciri daerah tersebut). Dengan demikian, kita tidak bisa sembarangan atau asal-asalan dakam menentukan desain kostum, baik itu desain, jenis kain, atau motif kain. Buatlah desain yang juga tidak mengganggu gerak penari, misalnya desain kostum dibuat menarik namun ternyata justru kostum tersebut membuat penari tidak bebas bergerak karena kainnya kaku, atau karena desainnya yang justru membuat gerak penari terganggu. Jadi, buatlah desain yang sesuai dengan tema, menarik, dan tentu saja nyaman.
Tata Rias
Demikian halnya tata rias tidak berbeda dengan ketika membuat desain kostum. Tata rias dalam tari juga mempertimbangkan tema, karakter, cerita, dan sebagainya. Jenis tata rias ada beberapa macam yaitu : rias panggung, rias karakter, rias usia, rias sejarah, dan rias cantik. Rias cantik artinya rias tersebut hamya mengikuti garis anatomi wajah saja, tanpa menimbulkan efek-efek tertentu. Contoh rias karakter misalnya membuat tari kelinci, maka riasannya pun harus rias yang mirip atau menggambarkan kelinci. Misalnya kita membuat tari Gembira, maka riasanya hanya menggunakan rias cantik saja. Tata rias tari Kelinci berbeda dengan rias tari Gembira.
Tata Panggung/Tata Pentas
Tempat pertunjukan atau panggung adalah tempat yang dipergunakan untuk pertunjukan tari. Ada beberapa bentuk panggung atau pentas, yaitu bentuk konvensional seperti bentuk proscenium, tapal kuda atau seperti huruf U, dan arena. Tempat pertunjukan seperti ini biasanya digunakan untuk pertunjukan tari yang menggunakan aspek penyajian secara lengkap. Adapun berbentuk panggung tradisional yaitu pendopo, arena atau lapangan. Bentuk tradisional ini biasanya digunakan untuk mengadakan pertunjukan tari tradisional, misalnya konsep garapan tari dari keraton biasanya menggunakan konsep pentas pendopo, namun dalam perkembangannya, sekarang tari Srimpi pun dapat pula dipentaskan di panggung proscenium. Tari tradisional (tari rakyat) seperti Jathilan, Reog, akan lebih cocok ditarikan di pentas arena di tanah lapang.
Tata Cahaya
Tata cahaya dalam tari memiliki beberapa fungsi yaitu :
Menciptakan ruang,
Menciptakan jarak antara penonton dan pentas,
Menciptakan efek tertentu,
Menciptakan ruang yang berbeda dalam waktu yang sama,
Menciptakan waktu yang berbeda secara bersamaan,
Menciptakan fokus
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah seni berasal dari kata "sani" yang berarti pemujaan, pelayanan, pencarian dengan hormat dan jujur. Sedangkan seni tari berarti sebuah pengekspresian jiwa manusia melalui gerakan – gerakan yang indah dan ritmis.
Unsur utama dalam sebuah tari adalah gerak. Gerak tari adalah gerak yang telahmengalami perubahan atau peroses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak meknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang memiliki nilai estetik. Gerak murni merupakan gerak wantah yang sudah mengalami penambahan atau pengurangan yang memberikan kesan estetik.
Unsur penunjang dalam tari diantaranya unsur tenaga, unsur tenaga mewujudkan sebuah gerak untuk memunculkan karakter seseorang dalam menari. Unsur ruang merupakan arena yang digunakan penari di atas panggung. Dan terakhir unsur waktu yang mewakili ritme dan tempo saat meanrikan sebuah tarian.
DAFTAR RUJUKAN
Pamadhi, Hadjar. 2009. Pendidikan Seni Tari SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wido. 2014. Desain Multi Matra. (Online), (https://plus.google.com/109916244564756289296/posts/4H6LAYjtLgK) diakses 5 Februari 2017
22