KOMUNIKASI TRANSAKSIONAL DALAM PRAKTEK BAB I PENDAHULUAN Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy Psychotherapy yang yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Analisis transaksional merupakan salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mendasar. Hal yang merupakan transaksi atau pertukaran adalah pesan (baik verbal maupun non-verbal). Yang termasuk dalam transaksional antara lain: status ego, belaian atau perintah, pembentukan naskah, permainan, dan posisi hidup. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut
sedang
mengalami
masalah
atau
tidak.
Analisis
Transaksional
dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Analisis Transaksional dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh pasien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh pasien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan pasien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pngujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metose yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang. Tujuan dasar dari analisis transaksional adalah membantu individu
(pasien) dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan dini mengenai posisi hidupnya. Penerapan analisis transaksional ini penting dalam praktek, khususnya praktek dokter gigi. Dokter gigi dapat menggunakan teori ini untuk dapat menggali permasalahan yang dihadapi oleh pasien, Dengan menggunakan teknik ini diharapkan permasalahan yang dialami konseli dalam hal ini me rupakan pasien dapat terpecahkan dengan tepat.
1
(pasien) dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan dini mengenai posisi hidupnya. Penerapan analisis transaksional ini penting dalam praktek, khususnya praktek dokter gigi. Dokter gigi dapat menggunakan teori ini untuk dapat menggali permasalahan yang dihadapi oleh pasien, Dengan menggunakan teknik ini diharapkan permasalahan yang dialami konseli dalam hal ini me rupakan pasien dapat terpecahkan dengan tepat.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Sejarah Perkembangan
Eric Berne (1910-1970) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan gelar M. D dari MCGill University di Montreal pada tahun 1953, dan menyelesaikan pendidikan spesialis psikiater di Yale university. Pada tahun 1964 buku pertamanya Games People Play (permainan yang dimainakn orang) menjadi buku terlaris seacara internasional. Pada saat yang sama pendekatan terapeutiknya yang baru, yang mencerminkan ditinggalkannya psikoanalisis secara radikal, menjadi popler secara luas di tahun 1960an. Berne mengembangkan dasar teori ananalisis transaksional pada tahun 1950an. Penemuannya tentang status ego disadari sebaagi fase pertama dari sejarah perkembangan analisis transaksional. Penemuan teori tersebut berdasarkan eksperimen-eksperimen neorulogi yang menyatakan bahwa status ego yang dialaminya individu berbeda lewat stimulus. Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (19101970) setelah dia mendapat gelar M.D ( Medical Doktor ). ). Dari McGill University di Montreal pada tahun 1935. Dia menyelesaikan spesialis psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US (US Army) Army) selama tahun 1934-1946, dia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. setelah itu beliau memulai
praktek
psikiatri
di
Carmel,
California.
Prinsip-prinsip
yang
dikembangkan Eric dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atasa tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan berhubungan dengan orang lain. Analisis transaksional merupakan psikoterapi yang dapat digunakan dalam konseling individual maupun klasikal (kelompok). Analisis transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis transaksional berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh kilen dan menekankan kemampuan klien
untuk
membuat
keputusan-keputusan
baru.
Analisis
transaksional
2
merupakan aspek-aspek
kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada
peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusankeputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan Analisis transaksional kliennya membuat peruubahan signifikan dalam kehidupan mereka.
Tahap Pertama (1955-1962)
Pada tahap ini Berne Berne mengidentifikasi ego state yang terdiri dari orang tua ( Parent Parent ), ), dewasa ( Adult Adult ), ), dan anak-anak (Child (Child ). ). Ego state Ego state ini yang memberikan perspektif dalam berpikir, merasa, dan bertingkah laku.
Tahap Kedua (1962-1966)
Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. dan games. Pada tahap ini, analisis transaksional menjadi lebibh popular karena pendekatan ini menggunakan kosa kata
yang
direktif
dank
arena
individu
secara
langsung
dapat
mengetahui games yang dia mainkan. Pada tahap ini in i Analisis Transaksional dikenal sebagai pendekatan kognitf dan hanya sedikit menyentuh aspek afektif.
Tahap Ketiga (1966-1970)
Pada tahap ini perhatian Berne pada naskah hidup ( Life ( Life Scripts Scripts)) dan analisis naskah hidup (Scripts ( Scripts Analysis). Analysis). Naskah hidup adalah rencana internal yang menentukan arah hidup individu. Konselor mengarahkan konseli untuk merasakan kembali pengalaman secara emosional (emotionally (emotionally reexperience) reexperience) dan menganalisis
peristiwa-peristiwa
penting
yang
mendasari
pengambilam
keputusan.
Tahap Keempat (1970-Sekarang)
Tahap ini dikarakteristikan sebagai tahap penggabungan teknik-teknik Analisis Transaksional yang baru dari pendekatan yang lain. Robert dan Mary Goulding, direktur dari the Western Institute for Group and Family Therapy di Watsonville, California adalah pionir dari pendekatan analisis transaksional yang terbaru. Pendekatan mereka berbeda dengan pendekatan analisis transaksional
3
klasik, karena mereka mengkombinasikan pendekatan analisis transaksional dengan prinsip dan teknik-teknik pendekatan gestalt dan modifikasi perilaku. Dalam tulisan Goulding dan Goulding teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep, antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunction) yang berbasis dari pesan-pesan orang tua dalam membuat pengambilam keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini bertujuan untuk menerima stroke dari orang tua ( parental strokes) yang berupa penghargan dan perhatian (recognition and attention) serta memastikan dalam pertahanan hidup yang mendasar (basic survival ). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu. Rackets adalah perasaan buruk yang familiar yang biasanya disimpan oleh individu. Dalam keluarga tertentu tidak membolehkan ekspresi perasaan tertentu, seperti hanya orang-orang tertentu dalam keluarga dalam keluarga yang diperbolehkan untuk marah, sedangkan yang lain harus mengekspresikan kemarahan dalam bentuk lain. Dengan demikian, individu yang sangat dilarang dalam mengekspresikan kemarahannya dapat mengekspresikannya dalam bentuk kesedihan. Individu menampilkan kesedihan untuk menutupi kemarahan dan kesalahanya. Semua elemen ini merupakan bagian dari naskah hidup ( Life Scripts), yang termasuk di dalamnya adalah harapan individu tentang drama kehidupan yang dimainkan. Kontribusi Goulding dan Goulding adalah penekanan pada kapasitas konseli untuk mengambil keputusan kembali (redecision) tentang naskah hidupnya.
2.2.
Hakikat Manusia
Analisis trasaksional berakar dari filosofi antideterministik. Iman ditempatkan dalam kapsitas seseorang untuk di atas pola kebiasaan dan untuk memilih sasaran dan perilaku baru. Ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali tanpa ada hal yang mempengaruhinya bisa sampai pada penentuan hidup yang kritis. Analisis ini juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan oleh orang lain yang signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang terlebih dahulu telah dibuat pada masa hidup mereka pada saat mereka sangat bergantung pada orang lain, tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan
4
ditantang dan apabila keputusan yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat keputusan. Secara singkat hakikat manusia menurut Analisis Transaksional adalah: 1. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup. 2. Manusia memenuhi dua kebutuhan dasar yaitu fisik dan psikologis. 3. Manusia adalah makhluk yang mempunyai potensi untuk membuat keputusan. 4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab 5. Manusia adalah makhluk sosial.
2.3.
Perkembangan Perilaku
1. Struktur Kepribadian a. Konsep Dasar Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mendasar. Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup. Pendekatan ini dapat digunakan pada seting individu atau kelompok yang melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek konitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan keasadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. Beberapa konsep penting dalam pendekatan analisis transaksional yaitu injunction dan keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state,
5
posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision).berikut ini adalah pembahasannya:
Injungsi (I njunction) dan Pengambilan Keputusan Awal ( E arly Decision)
Salah satu konsep kunci Analisis Transaksional adalah injunction ayaudon’ts. Injunction adalah pesan yang disampaikan oleh anak kepada parent’sinternal child out dari kondisi kesakitan orang tua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi dan ketidak bahagiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Sebagai seorang anak yang membutuhkan pengakuan dan strokes dari orang tua dalam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orang tua diterima oleh anak. Goulding dan Goulding (1978, 1979) mengemukakan injunction yang biasa terjadi dan beberapa
kemungkinan
keputusan
yang
dibuat
untuk
merespon injunction tersebut, di antaranya adalah: 1)
Don’t atau don’t do anything (jangan berbuat apa-apa)
2)
Don’t be (don’t exist )
3)
Don’t be close (jangan dekat)
4)
Don’t be impor tant (jangan menjadi orang penting)
5)
Don’t be a child (jangan seperti anak kecil)
6)
Don’t grow (jangan jadi besar)
7)
Don’t succeed atau don’t make it (jangan berhasil)
8)
Don’t be you (jangan begitu)
9)
Don’t be sane and don’t be well
10) Don’t belong (jangan jadi orang kita) 11) Don’t think (jangan berpikir) 12) Don’t feel (jangan merasa)
Strokes
Strokes adalah bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokes untuk berkomunikasi dengan orang lain. Strokes dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh dan verbalisasi. Berikut adalah tipe-tipe strokes :
6
Strokes baik positif maupun negatif memberikan pengaruh pada individu. Akan tetapi strokes positif merupakan bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang sehat. Strokes ini membentuk ekspresi kasih sayang (affection) dan
penghargaan
(appreciation).
Adapun
strokes
negatif
menghambat
perkembangan individu. Strokes negatif mengambil harga diri individu dengan menghilangkan mempermalukan, dan mempermainkan individu.
Naskah Hidup (Life Scripts)
Menurut teori analisis transaksional naskah hidup menetukan pilihan terakhir. Bila anak menyusun lakon hidupnya, pilihan akhir ini sudah terungkap juga pada lakon ini. Seluruh proses perkembangan lakon ini dari titik mula sudah diarahkan dan dijiwai oleh titik akhirnya. Titik akhir ini oleh analisis transaksional dinamakan payyof , penyelesaian akhir dan pembulatan sandiwara yang diharapkan menjadi happy ending . Pembentukan naskah hidup dipengaruhi oleh: 1) Injunction, yaitu pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Diterima melalui pesan orang tua, penemuan sendiri dan misinterpretasi atas pesan orang tua. 2) Strokes yaitu berupa penghargaan dan penerimaan baik positif maupun negative. 3) Hunger yaitu kekurangan stroke positif. Sesudah naskah hidup disusun sejak kecil, seiring dengan bertambahnya umur, naskah hidup inipun berkembang lebih lanjut. Pada perkembangannya naskah hidup mendapat bentuk yang oleh analisis transaksional dinamakan naskah hidup pemenang (winner ), pecundang (loser ) dan bukan pemenang (non-winner ).
Konsep Ego State
Terdapat tiga jenis ego state yang secara in heren eksis dalam diri setiap individu. Ego state tersebut yaitu: ego state orang tua ( parent ), ego state dewasa (adult ) dan ego state anak-anak (child ). 1) Ego State Orang Tua ( Parent ) Pada ego state orang tua, individu merasakan kembali pengalaman ( reexperience) yang individu imajninasikan bagaimana orang tua kita merasa pada situasi tersebut dan bagaimana orang tua kita bertindak. Ego state orang tua cenderung
7
memiliki cirri-ciri antara lain: menasihati, kritik, berperilaku sesuai dengan aturan atau ketentuan institusi yang berperanan penting selama masa pendidikan seseorang. Terdapat dua jenis ego state orang tua, yaitu : a) Orang tua yang membimbing (nurturing parent ) Cirri-ciri orang tua yang membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta menilai dan member batasan benar salah yang tegas. b) Orang tua yang mengkritik (critical parent ) Cirri-cirinya adalah cenderung menasihati, mengkritik dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung keras. Seringkali mengatakan “Tidak”, “Jangan”. Bila berbicara umumnya sambil menunjuk. 2) Ego State Dewasa ( Adult ) Ego state orang dewasa adalah pemroses data (the processor of data). Hal ini ditandai dengan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego state orang dewasa adalah bagian objektif dari individu dimana dia menyimpan, menerima, memproses, dan mengirim informasi kembali berdasarkan fakta bukan opini atau perasaan. Cirri-ciri ego state ini adalah berpikir logis berdasarkan faktafakta obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, diplomatis, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekpresi wajah tenang dan nada suara datar. 3) Ego State Anak-Anak (Child ) Ego state anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls, dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspon dengan melihat,
mendengar,
memahami
sesuatu,
manipulasi
lingkungan
seperti
menunjukan sikap manja, menangis, dan merajuk. Terdapat tiga jenis ego state anak, yaitu : a) Anak yang alamiah ( free/natural child ) Cirinya adalah spontan mengungkapan perasaan dan keinginannya, baik emosi positif dan maupun negatif. b) Professor kecil (the little professor )
8
Adalah anak yang menunjukkan “kebijaksanaan” anak -anak (unscooled wisdom of a child ). Cirinya adalah egosentris, manipulative, dan kratif. Ini adalah bagian dari ego state anak yang intuitif dan bermain dengan tebakan intuitif ( feeling hunch). c) Anak yang menyesuaikan diri (adapted child ) Ego state yang melakukan penyesuaian diri terhadap ego state orang tua yang dimainkan orang lain. Terdapat dua jenis ego state dalam ego state anak yang menyesuaiakan diri, yaitu: Anak
yang penurut (conforming child )
Ego state yang melakukan apa yang dikehendaki orang lain bukan ungkapan perasaan dan keinginan sebenarnya. Biasanya diungkapkan dengan suara lirih. Anak
yang pemberontak (rebellios child )
Ego state yang melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak orang lain. Misalnya ungkapan “tidak tau” dan “masa bodoh”.
Posisi Hidup (Life Position)
Keyakinan-keyakinan yang dinamakan posisi hidup ( psychological position), yang terdiri dari empat posisi hidup, yaitu: I’m OK, You’re OK; I’m OK, You’re not OK; I’m not OK, you’re OK; I’m not OK, You’re not OK .
Membuat Keputusan Ulang ( Redecisions)
Gouldings menekankan bahwa ketika keputusan awal telah dibuat, keputusan tersebut tdak dapat diubah. Menurut mereka individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup, sehingga individu dapat membuat keputusan baru yang lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami kehidupan yang baru. Dalam proses membuat keputusan ulang ( redecision), konseli di ajak kembali ke masa kecil disat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak dan memfasilitasi konseli untuk membuat keputusan baru. Dengan kegiatan ini konseli di ajak untukj merasakan kembali situasi masa kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara emosional dan intelektual. Games
Kebanyakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia memainkan games. Games
9
adalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat dipredeksi individu. Barne percaya bahwa keuntungan game adalah fungsi stabilisasi (homeostatic). Homeostatic adalah kecenderungan individu untuk mempertahankan keseimbangan psikologis untuk mengatur
proses intrapcychic.
Games
berfungsi
untuk
mepertahankan
keseimbangan biologis, eksestensial, psikologis, area sosial internal dan eksternal. Games merupakan bagian yang penting dalam interaksi individu dengan orang lain dan individu harus memahami games yang dimainkannya untuk hidup lebih otentik. 2. Pribadi Sehat dan Bermasalah a. Pribadi sehat 1) Memilih posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK 2) Status ego berfung secara tepat. b. Pribadi bermasalah 1) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK 2) Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK 3) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK 4) Kontaminasi (merupakan pengacauan dari satu status ego terhadap status ego yang lain) 5) Eksklusi (batas status ego yang kaku)
10
2.4.
Batas Status Ego
Setiap individu mempunyai ketiga ego (anak,dewasa, orang tua) bersifat permiabel, sehingga dimungkinkan terhambatnya aliran dari status ego yang satu ke ego yang lain dalam menaggapi rangsang dari luar.akan tetapi ada batas antara dinding status ego tersebut sangat kuat, sehingga individu tidak mampu melakukan perpindahan ke status ego yang lain.
2.5.
Kondisi Pengubahan
1. Tujuan Menurut Eric Berne 1966 (Dewa Ketut Sukardi 1984:223), mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling analisis transaksional, yaitu: a.
Konselor membantu pasien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b.
Konselor membantu mengembangkan kapasitas diri pasien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus diantara status egonya.
c.
Konselor berusaha membantu pasien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan
11
penalaran individu, untuk itu individu membutuhkan kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri. d.
Konselor membantu pasien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
2. Sikap, Peran dan Tugas Konselor a. Sebagai guru (memperjelas teknik analisis transaksional, rencana kehidupan dan analisis rencana kehidupan, rencana analisis permainan). b. Sebagai pengamat c. Sebagai fasilitator d. Sebagai pelatih (membantu pasien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat). e. Sebagai nara sumber (membantu pasien menemukan apa yang diperlukan) f. Sebagai advisor g. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan pasien dapat membuat keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat perkembangan. h. Membantu pasien menemukan kemampuan dan untuk berubah dengan membuat keputusan sekarang. i. Membantu pasien mendapat alat yang diperlukan untuk mencapai perubahan. 3. Sikap, Peran, dan Tugas Konseli a.
Pasien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak konseling.
b.
Pasien harus aktif dalam proses konseling.
c.
Pasien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.
4. Situasi Hubungan Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan pasien, yaitu: a.
Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan pasien. Konselor dan pasien berbagi kata-kata dan konsep-konsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
b.
Pasien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam konseling. Berarti pasien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya..
12
c.
Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan pasien.
2.5.
Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-Tahap Konseling a) Analisis Struktur (Structural Analysis) Analisis structural adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orang tua, dewasa dan anak). Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Dua masalah dalam kepribadian
yang
dapat
dipertimbangkan
dalam
analisis
struktur,
yaitu: kontiminasi atau perencanaan (contamination) dan ekslusi (exclusion). Kontaminasi terjadi ketika isi dari ego state bercampur dengan ego state lainnya. Kontaminasi terjadi bila ego state anak (child ) dan ego state orang tuanya ( parent ) memasuki batasan ego state dewasa (adult ) sehingga mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state dewasa. Sedangkan ekslusi terjadi bila satu ego state memblokade ego state yang lain dan tidak memperbolehkan perpindahan antara ego state dengan ego state lainnya.
b) Analisis Transaksi (Transactional Analysis) Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam sebuah komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus-respon antara dua orang ego stage. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang
lain.
Analisis
transaksional
dikelompokan
menjadi
tiga
katagori,
yaitu:transaction transaksi komplementer (complementary), transaksi bersilang (crossed
transaction),
dan
transaksi
ulterior
atau
terselubung
(ulterior
transaction). 1) Transaksi Komplementer (complementary transaction)
13
Transaksi komplementer dideskripsikan oleh Berne sebagai “ the natural order of healthy human relationship” yaitu bentuk nyata hubungan antar manusia secara sehat, ketika stimulus dan respon datang dari ego state yang diinginkan.
2) Transaksi bersilang (Crossed Transaction) Transaksi terjadi ketika pesan disaampaikan dari satu ego state dan mendapat kan respons dari ego state yang tidak dihgarapkan.
3) Transaksi Terselubung (Ulterior atau Covert Transaction) Transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang disampaikan tidak jelas.
14
c) Analisis Naskah Hidup (Scripts Analysis) Naskah psikologis adalah program yang terjadi pada individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendekti perjalanan hidup individu. Manusia – secara sadar atau tidak sadar – bertingkah laku kompulsif tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup adalah rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa kehidupannya berdasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orang tuanya. Berne percaya bahwa naskah hidup mempunyai lima komponen, yaitu (1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa kanak-kanak yang disesuaikan dengan diri, (4) ketertartarikan pada kesuksesan atau kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku. d) Analisis Game (Game Analysis) Terdapat tiga peran dalam analisis games, yaitu persecutor, victim, dan recuer. Dalam permainan tidk ada pemenang, semua pemain kalah. Analisis transaksional berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Games dapat memberikan bentuk intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi games menciptakan jarak di antara mereka. Games yang bisa dimainkan antara laian: kasihan saya ( poor me); (martyr ); iya, tapi ( yes, but ); bila ini bukan untuk kamu (if it weren’t for you); (look what you made me do! Harried ); (uproar ), dan (wooden leg ). Dalam melakukan analisis games, konselor melakukan rackets. Rackets adalah perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu setelah bermain games. Hal ini berupa perasaan kronis yang dipertahankan individu karena perasaan ini kerap sekali direasakan bersama orang tua karena perasaan individu ketika masa kecil. Rackets terdiri dari calling up dan koleksi perasaan yang digunakan individu untuk menjustifikasi naskah hidup dan keputusan. Analisis games dan rackets adalah aspek penting dalam memahami transaksi dengan orang lain. Dalam melakukan analisis games, dapat dipergunakan dua cara yaitu formula G dan segitiga drama karpman (the karpman drama triangle). Analisis dengan formula game (formula G) dilakukan dengan enam langkah, yaitu: Con = stimulus yang memancing orang lain untuk ikut main. Gimmick = tanggapan dari orang lain untuk main game
15
Respon = rangkaian transaksi psikologis terselubung dan transaksi sosial. Switch = penjungkirbalikan sikap dari kedua pihak Cross up = saat kebingungan kedua pihak akibat switch Pay off = merupakan racket feeling (perasaan tidak enak) ke dua pihak di akhir game. Cara yang kedua adalah Seg itiga Drama Karpman ( The Karpman Drama Triangle) adalah alat yang berguna untuk membantu individu memahami games. Model ini dikembangkan Stephan Karpman. Dalam segitiga terdiri dari penuduh atau orang yang menyakiti ( persecutor ), penolong (rescuer ) dan korban (victim). Persecutor memiliki posisi hidup I’m OK, You’re not OK; rescuer I’m OK, You’re not OK; dan victim I’m not OK, You’re OK .
2.
Teknik-Teknik Konseling Permission (Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan; 3) tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klian memainkannya. Protection (Proteksi), pasien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego Anak. Potency (Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik Khusus menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi,
Spesifikasi,
Konfrontasi,
Eksplanasi,
Illustrasi,
Konfirmasi,
Interprestasi, Kristalisasi
2.6. Kelemahan dan Kelebihan
1. Kelebihan a.
Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
16
AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh. b.
Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah pasien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain. Dan itu adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now). c.
Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia. d.
Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana pasien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya.
2. Kelemahan a.
Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-pasien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa pasien mengikat kontrak secara realistis. Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak pasien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
17
b.
Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan pasien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram pasien.
2.7.
Tujuan dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Menurut Corey, melihat dari tujuan dasar dari analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekrang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan dini mengenai posisi hidupnya. Menurut Harris (1967) melihat tujuan Analisis Transaksional sebagai membantu individu agar memiliki kebebasan memilih kebebasan mengubah keinginan, kebeasan mengubah respons-respons terhadap stimulus yang lazim maupun yang baru.
18
BAB III PEMBAHASAN Dokter gigi sebagai terapis bagi pasien berperan sebagai pembimbing yang menerangkan perawatan apa yang akan dilakukan. Dokter gigi membantu klien dalam rangka menemukan masalah/ kondisi yang menjadi keluhan pasien dan membantu pasien beradaptasi dengan perawatan yang akan dilakukan. Dokter gigi juga membantu pasien dalam menentukan alternatif-alternatif perawatan. Tugas seorang dokter gigi adalah menolong pasien dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk mendapat perubahan dalam arti kesembuhan penyakit dan membantu mengarahkan pasien untuk dapat ambil bagian dalam menentukan perawatan baginya. Seorang dokter gigi juga dituntut memiliki ketrampilan dan kepekaan yang tinggi untuk menjalin hubungan kerja dengan pasien. Dokter gigi harus aktif dan bersikap mengarahkan serta berfungsi sebagai konsultan dan yang bisa menyelesaikan masalah. Dari segi pasien diharapkan pasien mengerti dengan benar tentang penyakit, rencana perawatan, perawatan, dan hasil akhir yang akan dicapai. Pasien yang telah menerima penjelasan dari dokter gigi dapat memberi persetujuan maupun saran-saran untuk perawatan yang akan dilakukan. Pasien diharapkan mengerti akan tujuan apa yang akan dicapai dan cara yang dilakukan dalam menggapai tujuan tersebut dalam hal ini meliputi waktu, sarana prasarana yang dibutuhkan, biaya, dan lain-lain. Kepribadian pasien dan dokter mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan. Setiap individu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada proses individual yaitu proses biologis, pada tabiat dan kecerdasan, juga pada jenis kelamin dan umum. Misalnya, pasien yang datang ke dokter gigi cenderung melihat kemampuan, keahlian, dan kepribadian yang dimiliki oleh dokter gigi tersebut untuk menentukan apakah pelayanan berlanjut atau tidak.
19
BAB IV KESIMPULAN Analisis transaksional mencakup status ego, belaian atau perintah, pembentukan naskah, permainan, dan posisi hidup. Pemahaman mengenai analisis transaksional ini perlu dimiliki oleh seorang dokter gigi. Pemahaman ini membantu dokter gigi dalam berkomunikasi dengan pasiennya agar hasil perawatan dapat maksimal.
20
DAFTAR PUSTAKA Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi . Bandung: Redaksi Rafika Aditama Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole. Correy,G.1982. theory ang practice of counseling and psycotheraphy. California: cole publishing company Corey.G.1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco Fauzan lutfi.2001. Pendekatan-pendekatan konseling individual . Malang:Elang Mas Hutagalung, Rizky Putri A.S. (2013). Bahan ajar: Psikologi konseling. Tidak diterbitkan. Universitas mercu buana Harris,T. 1987. Saya OK kamu OKE Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktek Konseling dan Terapi . Yogyakarta: Pustaka Belajar Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling . Jakarta: PT indeks. Mappiare. Andi. (2010). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada Mc Leod, John. (2008). Pengantar konseling: teori dan studi kasus. Alih bahasa: A.K. Anwar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Prawitasari, J.E. 1987. Analisis Transaksional . Yogyakarta Subandi.A.M.
2002. Psikoterapi
pendekatan
konvensional
dan
kontemporer. Yogyakarta : pustaka pelajar
21
PENGGUNAAN BAHASA TUBUH KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semua orang di seluruh dunia mampu menguasai dan menggunakan bahasa, yang berarti bahwa setiap manusia memiliki bahasa, dan bahasa ini pula yang membedakan manusia dengan mahluk Tuhan yang lainnya. Bahasa adalah alat yang paling dasar dalam berkomunikasi. Seseorang dalam mengemukakan ide ataupun pendapat kepada orang lain mendapatkan kenyataan yang baru dalam menjawab pertanyaan, menerima pesanan dan sebagainya. Bahasa itu sendiri sebagai pusat dari segala keinginan manusia dari setiap interaksi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa berasal dari dua dasar kegiatan manusia yaitu berbicara dan mendengar. Dalam berbicara manusia mengeluarkan ide-ide melalui kata-kata, menceritakan persepsi, perasaan dan harapan yang mereka inginkan. Berbicara dan mendengar adalah membuka dasar pemikiran dan bagaimana menghubungkannya dengan persepsi perasaan dan harapan. Namun berbicara dan mendengarkan adalah alat-alat yang digunakan manusia dalam beraktifitas. Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah sistem. Sistem penanda harus dimiliki oleh pembicara dan pendengar untuk digunakan berkomunikasi yang dimulai dari si pembicara kemudian si pendengar meneria tanda/signal. Untuk lebih efektif, komunikasi verbal dan non verbal si pembicara harus memperhatikan pendengar mereka. Kita mengkomunikasikan begitu banyak informasi secara non verbal dalam percakapan-percakapan sehingga sering kali aspek verbal percakapan terabaikan, terutama ini berlaku bagi fungsi-fungsi bahasa interaktif dimana kontak sosial sangat penting dimana bukan apa yang kita katakan yang diperhitungkan tetapi bagaimana kita mengatakannya, apa yang kita sampaikan dengan bahasa tubuh, gerak tubuh, kontak mata, jarak fisik dan pesan pesan non verbal lainnya. Bagaimanapun komunikasi non verbal sedemikian
22
subtil dan spontan dalam diri penutur asli sehingga bahasa verbal jika diperbandingkan tampak sangat mekanis dan sistematis. Bahasa menjadi amat manusiawi berkat dimensi non verbalnya. Komunikasi memiliki beberapa pengertian, antara lain merupakan suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. (Rogers & D. Lawrence Kincaid, 1981). Selain itu, ahli lainnya mengungkapkan komunikasi sebagai “Bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknol ogi.” (Shannon & Weaver, 1949). Seperti yang telah diketahui, komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Komunikasi verbal merupakan proses komunikasi melalui bahasa dan kata-kata yang diucapkan. Sedangkan komunikasi non-verbal ialah penyampaian arti (pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan intonasi verbal. Penelitian menunjukkan bahwa 80% komunikasi yang dilakukan manusia disampaikan secara non-verbal. Umumnya, bila seseorang menangkap pesan yang tidak sesuai antara pesan verbal dan non-verbal, orang tersebut cenderung mempercayai pesan nonverbalnya. Salah satu alasannya adalah bahwa isyarat non-verbal memberi informasi mengenai tujuan dan respon emosional. Dengan demikian dapat dilihat bahwa isyarat pesan non-verbal lebih berpengaruh dalam sebuah proses komunikasi daripada isyarat verbalnya. Hal ini dikarenakan isyarat non-verbal lebih mewakili aspek psikologis atau emosional, baik yang disadari ataupun yang tidak disadari. Komunikasi non verbal berhubungan dengan bahasa isyarat termasuk semua alat-alat komunikasi manusia antara lain visual, gerak, taktik dan bahkan rasa. Dalam hal ini bahasa isyarat paling bernilai dan cara yang baik dimana orang-orang menyampaikan makna tanpa menggunakan kata-kata, dengan komunikasi non verbal dapat menyampaikan tiga fungsi yang berbeda-beda dalam berinteraksi secara langsung. Pertama bahasa isyarat dapat mengkomunikasikan
23
makna khusus melalui penggunaan bahasa isyarat. Kedua, bahasa isyarat sebagai jaringan komunikasi yang kompleks dalam penyampaian pesan-pesan sehingga orang-orang dapat mengemukakan perasaan serta emosinya. Ketiga bahasa isyarat memegang peranan penting dalam ujaran sehingga dapat menolong terjadinya komunikasi yang efektif. Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan
artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta
postur dan gerakan tubuh. Bahasa tubuh merupakan salah satu jenis komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh dapat berlawanan dengan apa yang diucapkan. Misalnya ketika harus bersikap sopan dengan seseorang yang tidak disukai, mungkin secara verbal seseorang dapat menggunakan kata-kata yang benar, namun tubuh memberontak dengan berbagai cara. Misalnya menjabat tangan sebentar saja, atau mencoba menghindar dari tatapan matanya. Dalam hal ini bahasa tubuh berlawanan dengan bahasa ucapan sehingga terbentuk dua tanda yang berbeda. .
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Dasar Bahasa Tubuh
Menurut David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan” yang menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng mengungkapkan bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya dengan baik. Banyak isayarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda dapat melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan latihan. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa orang bicaranya keras dan tanpa henti; orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain. Beberapa penelitian yang baik tentang kepribadian, menunjukkan kontras antara ekstravert, yang ceria, ramah, cepat, tidak teliti, suka humor, tidak sabar dan memiliki metabolisme yang tinggi dengan introvert yang teliti banyak cemas, lamban, dan kurang kemampuan dalam sosialisasi. Kepribadian yang satu tidak lebih baik dari kepribadian lainnya. Mereka adalah gaya, tapi gaya yang terungkap melalui bahasa tubuh. Dalam hubungan antar pribadi, banyak orang merasa berada dibawah tekanan untuk tidak menunjukkan perasaan mereka. Kita hidup melalui suatu periode perubahan sosial yang kompleks, membuat banyak dari kita merasa lebih aman bersembunyi dibalik kedok. Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy bahwa Kinesic Communication atau komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang dilakukan dengan gerakan anggota tubuh; salah satu jenis komunikasi nonverbal. Peter Clayton dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan seharihari”mengungkapkan bahwa Apa yang disebut dengan bahasa tubuh ? saya telah mengajukan pertanyaan ini kepada orang yang tak terhitung banyaknya. Jawaban
25
yang mereka berikan tanpa kecuali sesuatu yang sejalan dengan komunikasi nonverbalyang menurut hemat saya tidak salah sejauh ini. Akan tetapi, jawaban itu tidak benar-benar menjelaskan kebenaran alami dari bahasa tubuh. Selama bertahun-tahun saya berusaha untuk menyingkat pengertian ini menjadi beberapa kalimat sederhana. Alo Liliweri dalam buku “komunikasi verbal dan nonverbal” menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan ; tubuh yang merupakan sebagian perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi nonverbal “gerak tubuh” atau yang disebut kine sik.
2.2
Sejarah Bahasa Tubuh
Selama berabad-abad, penulis-penulis besar seperti Shakespeare, telah mengetahui bahwa sikap dan gerakan tubuh mencerminkan suasana hati. Pada cerita “Malam Kedua- belas”, Malviolo, pelayan Olivia, membuat dirinya konyol dengan mengenakan ikat kaos kaki kuning dan bertingkah laku aneh. Tetapi tidak ada penelitian yang teratur tentang bahasa tubuh sampai tahun 1960-an. Lalu seorang ahli psikologi Amerika Paul Elkman meneliti bagaimana kemampuan kita membaca pesan-pesan tanpa kata dari wajah-wajah orang. Seorang ahli psikologi Ingggris Michael Argyle, dari Universitas Oxford, mempelajari bahasa tubuh jenis lain yaitu gerak isyarat tubuh, sejauh mana kita menjadi akrab dengan seseorang jika kita menyentuh seseorang dan dimana kita melakukannya. Argyle dan Elkman keduanya menekankan bahwa bahasa tubuh adalah sungguh-sungguh sebuah bahasa. Anda tidak dapat melihat suatu gerakan tubuh secara tersendiri. Anda harus mempelajari pola yang utuh tentang gerakan tubuh, sikap tubuh, dan nada dari suara untuk dapat mengerti situasi secara menyeluruh. Sebagaian dari seni membaca bahasa tubuh adalah menempatkan semua tanda didalam “kelompok”, jadi seperti menyusun kata-kata menjadi kalimat yang dapat dimengerti.
26
BAB III PEMBAHASAN 3.1
Penggunaan Bahasa Tubuh
Menurut David Cohen dalam buku “Bahasa Tubuh Dalam Pergaulan” yang menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng, mengungkapkan bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan dapat melakukannya dengan baik melalui pembelajaran yang intensif. Banyak isyarat non-verbal tentang perasaan yang bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa orang bicaranya keras dan tanpa henti, orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain.
Sudah diterima secara luas bahwa dalam dunia bekerja di awal abad 21, keberhasilan seseorang terutama dicapai melalui orang lain. Jaman manajer otokratis sudah lama berlalu, dan dewasa ini kebanyakan orang lebih perca ya pada diri sendiri daripada jaman dahulu. Sebagai contoh, bila karyawan tidak suka cara mereka diperlakukan, mereka akan pindah kerja. Seorang manajer dengan bahasa tubuh yang buruk akan membuat karyawan keluar lebih cepat.
3.2
Fungsi pesan nonverbal
1. Repetisi. Mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal. Contoh: Anak kecil yang menjawab mau diajak ke dufan akan mengiyakan sambil melompat-lompat senang. 2. Subtitusi. Menggantikan lambang verbal. Contoh: Tanpa mengatakan sepatah katapun, di Indonesia bila seseorang menggeleng, maka lawan bicaranya akan tahu bahwa itu sebagai tanda ketidaksetujuan.
27
3. Kontradiksi. Menolak sebuah pesan verbal dengan memberikan makna lain menggunakan pesan nonverbal. Contoh: Seseorang mengiyakan dan menganggukkan kepala saat diminta mendekat namun lalu mengambil langkah seribu dan lari secepat-cepatnya. Bahasa tubuhnya yang menghindari kontak dengan melarikan diri menandakan bahwa ia takut, kontradiktif dengan awal pesan verbalnya saat ia mengiyakan. 4. Pelengkap (complement ). Melengkapi dan memperkaya pesan nonverbal. Contoh: Air muka yang menunjukkan rasa sakit luar biasa tanpa mengeluarkan sepatah katapun. 5. Aksentuasi. Menegaskan pesan nonverbal. Contoh: Kekesalan diungkapkan dengan memukul lemari. Empat jenis bahasa tubuh yang secara umum menyiratkan pikiran dan perasaan: 1. Bahasa tubuh terbuka yaitu postur hadap depan (/foward looking/), posisi tubuh dan wajah menghadap lawan bicara. Bahasa tubuh ini menyiratkan kesiapan memberi perhatian dan kehangatan. Umumnya bahasa tubuh ini mencerminkan respon positif terhadap lawan bicara. 2. Bahasa tubuh tertutup. Sikap tubuh tertarik ke belakang, tetapi bukan memunggungi lawan bicara. Misalnya menoleh ke arah lain ketika lawan tengah berbicara. Sikap ini mencerminkan rasa malu dan bosan. Bagi lawan bicara, sikap ini seringkali diartikan dengan sikap dingin. 3. Bahasa tubuh ekspansif. Sikap tubuh tampak dalam postur siaga, misalnya berdiri tegak dengan dagu sedikit mendongak. Sikap ini mencerminkan rasa bangga dan arogansi. Umumnya, sikap ini dimiliki oleh orang yang rasa percaya dirinya cukup tinggi. Sayangnya orang-orang seperti ini kurang bisa menghargai lawan bicaranya. 4. Bahasa tubuh tegang. Ini terlihat dari postur tubuh yang mengkerut, seolah-olah tubuh ditarik kedalam. Misalnya wajah menunduk, tangan dilipat, dan mata tidak berani menatap. Sikap ini mencerminkan rasa kecewa, sedih, atau frustasi
28
3.3
Bentuk-Bentuk Bahasa Tubuh
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan sebagai isyarat pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat dihindari dengan mengenal jenis jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu: 1. Kontak Mata : Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis kita. Penelitian menunjukkan bahwa seorang pendengar menggunakan kontak mata lebih sering daripada pembicara. kontak mata juga mengacu pada sesuatu tang disebut dengan gaze yang meliputi suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang (selalu pada wilayah wajah) disaat sedang berbicara. Kontak mata sangat menentukan kebutuhan psikologis dan membantu kita memantau efek komunikasi antar pribadi. Melalui kontak mata anda dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis anda. Jumlah dan cara-cara penataan mata berbeda dari seseorang dengan orang yang lainnya, dari budaya yang satu ke budaya lain. Pelbagai studi menunjukkan bahwa orang memandang orang lain disaat percakapan sekitar 50-60 persen. Bagi pembicara digunakan 40 persen dann bagi pendengar kira-kira 70 persen penglihatan. Pertanyaannnya kapankah anda suka melihat orang lain ketika anda sedang berbicara? Mata anda seolah-olah membuat kontak yang semakin besar/awas seperti waktu berdiskusi, lalu saling memberikan reaksi dan seterusnya. Kontak mata sebagai simbol komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalamm berkomunikasi. Ingatlah bahwa sejak kontak mata anda dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana kemampuan anda dalam melakukan komunikasi. Barbara Westbrook Eakins dan R. Gene Eakins (1978) dalam Samovar dan Porter (1985) mengemukakan bahwa
29
kaum pria lebih suka memandang/mencuri pandangan terhadap wanita adalah pendapat yang keliru. Laporan penelitian yang dikutipnya agak kontradiktif dengan pandangan klasik yang di anut orang. eberapa contoh dibawah ini berkaitan dengan perilaku kontak mata di pelbagai etnik/bangsa di dunia. Aparat kepolisisan menggunakan bahasa tubuh mata pada para supir di jalanan baik pengemudi motor maupun mobil dapat menjadi sinyal atau pertanda kelengkapan surat-surat yang mereka miliki, jika para pengemudi tidak memiliki surat-surat yang lengkap maka ada kecenderungan memiliki pandangan mata yang berbeda ketika bertemu dengan para aparat kepolisisian dalam suatu operasi di jalan, dan biasanya aparat kepolisisan dapat melihat perbedaan pandangan mata para pengemudi yang merasa bersalah atau tidak bersalah. Begitu pun kontak mata menjadi pertanda bagi para penjahat atau orang-orang yang merasa bersalah dari aspek hukum baik dalam kasus pencurian, perampokan, pembunuhan dan para pelaku kriminal lainnya. Cenderung memiliki kontak mata yang berbeda ketika melihat aparat kepolisian. Walau pun kontak mata ini justru dipelajari oleh para pelaku kriminal untuk dapat menguasai kontak mata secara professional sehinga mampu bertindak wajar dan tidak mencurigakan baik dihadapan para aparat kepolisian maupun para calon korban, sehingga aksi kejahatan atau aksi penangkapan aparat dapat mereka lakukan di setiap kesempatan. Kesalahan memandang orang lain dapat berakibat fatal. Ketika seorang wanita Jepang dengan seorang pria Amerika, sang wanita harus menunduk tetapi sang pria terus memandang dengan penasaran. Setibanya di asrama mahasiswa (keduanya tinggal bersama di suatu flat mahasiswa), sang pria marah-marah dan mengejek wanita orang yang tidak bersahabat. Sang wanita tersinggung dan
menangis histeris. Setelah diselidiki terrnyata dalam budaya
Jepang hanya wanita kurang baik yang boleh memandang seorang pria di tempat umum, hal demikian tidak terjadi di Amerika 2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna s uatu pesan.
30
Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang dianggap sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. Hal ini didasari oleh ada sebuah ekspresi wajah yang nampak pada seseorang tidak menunjukkan sebuah perubahan seperti yang dilakukan oleh orang lain ketika mendengar
atau
mengetahui
suatu
peristiwa,
baik
kesedihan
maupun
kegembiraan, keanehan atau kelayakan, kabaikan atau keburukan, dan sebagainya,
3. Gestures (Gerakan Tubuh)
Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari, dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika seseorang berkata “Pohon itu tinggi”, atau “Rumahnya dekat”, maka orang tersebut pasti menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika seseorang berkata “Letakkan barang itu!”, “Lihat pada saya!”, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan arah. Ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan berkomunikasi hanya dengan tangan saja. Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi yang oleh Ekman dan Friesen dikategorikan sebagai : Emblem
: Gerakan mata tertentu, merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
Ilustrator
: Tanda-tanda non-verbal dalam komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu.
Contoh
: Seorang ayah yang melukiskan tinggi badan anaknya dengan menaikturunkan tangannya dari permukaan tanah.
Ilustrator memiliki 8 bentuk, antara lain : Batons
: Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu pada pesan yang disampaikan.
Ideographs
: Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.
Deitic Movements
: Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.
31
Apatial Movements
: Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.
Kinetographs
: Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.
Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu. Pictographs
: Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.
Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal tertentu. Setiap bentuk ilustrator yang diuraikan di atas memiliki penafsiran yang kurang jelas, hal ini dikarenakan seseorang tidak hanya menggunakan satu bentuk ilustrator, tetapi beberapa bentuk sekaligus dalam berkomunikasi. 1. Adaptor : Gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik. Contoh : Self adaptor
:Menggaruk kepala, menunjukkan kebingungan
Alter adaptor
:Mengusap kepala orang lain sebagai tanda kasih
sayang 2.
Regulator : Gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi, mengkoordinasi interaksi dengan seksama. Contoh
:
menggunakan
kontak
mata
sebagai
tanda
untuk
memperhatikan orang lain yang sedang berbicara dan mendengarkan orang lain. 3. Affect Display : Menggambarkan emosi dan perasaan. Wajah merupakan media yang digunakan dalam affect display untuk menunjukkan reaksi terhadap pesan yang direspon. Selain tiga bentuk bahasa tubuh yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa jenis bahasa tubuh lainnya, seperti sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan, suara, dan gerak isyarat. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati, dan sebagainya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang. Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
32
Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh, memungkinkan seseorang mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang baik pula. Seseorang bahkan dapat menjadi pemimpin yang handal dengan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Selain itu, dengan memahami bahasa tubuh yang diberikan oleh orang lain, seseorang dapat terhindar dari isyarat pesan palsu yang akan
merugikan.
Bila
telah
menyadari
manfaat
bahasa
tubuh
dalam
berkomunikasi, maka seseorang akan mampu memonitor dirinya sendiri.
3.4. Penggunaan Bahasa Tubuh
Di Amerika atau di Eropa diperbolehkan menggunakan tanda V sebagai lambang kemenangan (Victory), tetapi di Afrika Selatan tanda V tidak boleh digunakan. Di Australia, Amerika, dan Indonesia, ibu jari yang diacungkan merupakan isyarat yang kasar. Di Austria dan Belanda tidak diperkenankan berbicara dengan tangan di saku karena dianggap sebagai sesuatu yang tidak sopan karena mencerminkan kesombongan dan keangkuhan. Penggunaan bahasa tubuh yang keliru dalam suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat suku yang berbeda dapat menyebabkan pertikaian dan permusuhan. Contohnya ketika orang Kalimantan melihat orang Madura yang selalu membawa celurit1 tanpa sarung, orang Kalimantan tersebut akan menganggap orang Madura ingin mengajaknya berperang, sehingga seringkali menimbulkan konflik antarsuku. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan saling memahami budaya antarsuku satu sama lain. Tanpa
diobservasi
sekalipun,
ternyata
setiap
gerakan
tubuh
mengkomunikasikan fungsi tertentu. Ekman dan Friesen mengkategorikannya sebagai emblem, illustrator, affect display, regulator, adaptor. 1. Emblem Emblem merupakan terjemahan pesan nonverbal yang melukiskan suatu makna bagi suatu kelompok sosial. Tanda V menunjukkan suatu tanda kekuatan dan kemenangan yang biasanya dipakai dalam kampanye presiden di Amerika Serikat. Atau di Indonesia dipakai untuk menunjukkan kemenangan Golkar.
33
Emblem harus dipelajari melalui proses yang mungkin saja merupakan bentuk lain dari arbitrary, iconic dalam perlambangan saja 2.
Ilustrator
Ilustrator merupakan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan contoh sesuatu. Seorang ibu melukiskan bahwa tyani, putrinya yang sekolah di SMA Negeri di jalan Belitung Bandung, mempunyai tinggi badan tertentu. Sang ibu menaik turunkan tangannya dari permukaan tanah. Ada 8 bentuk ilustrator yang perlu diperhatikan : 1)
Baton, merupakan suatu gerakan yang menunjukkan suatu tekanan tertentu pada suatu pesan yang disampaikan.
2)
Ideographs, adalah gerakan yang membuat peta atau mengarahkan pikiran. Dengan demikian penampilan wajah sangat bergantung terhadap orang yang menanggapi atau menafsirkannya. Ekspresi wajah dari budaya yang satu dengan budaya yang lain memang berbeda.
3) Deitic Movement, adalah gerakan untuk menunjukan sesuatu. 4) Apatial Movements, adalah gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan 5)
Kinetographs, adalah gerakan yang menggambarkan tindakan fisik
6)
Rhytmic Movements, adalah gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu
7)
Pictographs, adalah gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara
8)
Emblematic Movements, adalah gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal tertentu.
Batasan antara setiap bentuk illustrator seperti diuraikan di atas biasanya kurang jelas, hal ini disebabkan karena seseorang tidaklah selalu menggunakan hanya
satu
bentuk
tetapi
beberapa
bentuk
nonverbal
sekaligus
dalam
berkomunikasi 3. Adaptor Adaptor merupakan gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik. Pada mulanya gerakan ini berfungsi untuk menyebarkan atau membagi ketegangan anggota tubuh, misalnya meliuk-liukan tubuh, memulas tubuh, menggaruk kepala,
34
loncatan kaki. Ada beberapa jenis adaptor yaitu : (a) self adaptor misalnya menggaruk kepala untuk menunjukkan kebingungan; (b) alter adaptors; gerakan adaptor yang diarahkan kepada orang lain, mengusap-usao kepala orang lain sebagai tanda kasih sayang; (c) obyek adaptor; adalah gerakan adaptor yang diarahkan kepada obyek tertentu. Gerakan adaptor sebenarnya gerakan seseorang yang menggambarkan perilaku ikonik dan intrinsic yang kadang-kadang secara sadar dilakukan terhadap dirinya sendiri; kecuali untuk orang lain maka adaptor bertujuan menumbuhkan interaksi dan komunikasi. 4. Regulator Regulator adalah gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi, mengkoordinasi interaksi dengan seksama. Sebagai contoh, kita menggunakan kontak mata sebagai tanda untuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicara dan mendengarkan orang lain. Regulator merupakan tanda utama yang bersifat interaktif, bentuknya ikonik dan intrinsic. Affect Display Prilaku affect display selalu menggambarkan perasaan dan emosi. Wajah merupaka n media yang paling digunakan untuk menunjukkan reaksi terhadap pesan yang direspon. Bentuk affect display bersifat intrinsic yang digunaka nuntuk fungsi interaktif dan informative. Beberapa contoh perilaku gerakan anggota tubuh dapat terlihat sebagai berikut. Kalau di Amerika atau diEropa continental anda boleh menggunakan tanda V sebagai lambang kemenangan (Victory) yang dipopulerkan Winston Churchill maka di Afrika Selatan V tidak boleh anda gunakan. Di Afrika Selatan pun anda diharapkan tidak memasukkan ibu jari diantara telunjuk dan jari tengah. Isyarat-isyarat tangan sebaiknya dihindari jika anda bertemu dengan orang
argentina; di Australia ibu jari yang
diacungkan merupakan sisyarat yang kasar, dala mpertemuan dengan orang asutralia berdirilah tegak dan gunak ntangan secar asederhana. Di Austria sebaiknya anda mengjhindari berbicar dengan tang na disaku; sebaiknya di belanda and aboleh melambaikan tngan bagi orang yang jauh. Yang tidak boleh dilakukan di belanda adalah mengunyah permen karet atau berdiri dengan tangan di saku tidaklah sopan (tanda sombong dan angkuh). Di Chili waktu bercakap
35
sambil duduk merupakan terbaik, namun hindari isyarat tangan karena hany apelayan restoran yang dipanggil denga ntangan. Tidak hanya tangan di kolombia jangan bertelanjang kali apalagi menaruh kaki di atas meubel dianggap kurang ajar, karena di kolombia orang memanggil orang lain denga nmelembaikan jarijari tangan atau seluruh tangan dan telapaknya mengahdap ke bawah. Sama denga ndi afrika selatan maka di Costarica jangan mengepalkan tangan dengan ibu jari tersembul diantara telunjuk dan jari tengah. Pada waktu makan keduatangan harus ada di tatas meja. Di Elsavador jangan menunjuk seseorang dengan jari tangan atau mengarahakan kaki ke arah orang lain. Hanya temen aakrab yang dipanggil dengan tangan. Di Inggris isyarat berlebihan seperti menepuk punggung atau merangkul bahu dengan lengan harus dihindari. 3.5
Teknik Komunikasi Efektif
Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar pribadi ( interpersonal communication) antara dokter dan pasien , inisiatif harus diambil oleh dokter gigi karena menurut para ahli, dokterlah yang dituntut untuk menciptakan suasana yang medukung. Akan tetapi seperti juga disebutkan sebelumnya, waktu kerja dokter sangat sempit dengan pekerjaaan yang banyak, sehingga tehnik yang dapat diterapkan harus bersifat sederhana, mudah digunakan dan efektif. Terdapat banyak cara untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Tetapi dari sekian banyak cara, terdapat cara yang bisa dianggap mudah untuk menciptakan komunikasi yang efektif yaiu dari teori yang dibuat oleh DeVito. Untuk dapat menciptakan komunikasi antara persona, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu: Dalam tindakan praktisnya ,kondisi komunikasi antara dokter gigi dengan pasiennya diharapkan terjadi seperti berikut: 1) Positiveness Dokter diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang disampaikan oleh pasien (keluhan, usulan, pendapat, pertanyaan). Tidak boleh seorang
dokter
selalu
menyanggah
apapun
yang
sampaikan
pasiennya,
sesederhana bahkan seaneh apapun pesan yang disampaikan, (karena mungkin menurut pasien, pesan itu merupakan gagasan hebat). Dengan demikian pasien
36
akan lebih berani menyampaikan pesannya, bukan kemudian menyimpannya dalam hati dan menyampaikannya, bahkan mengadukan pada orang lain. 2) Empathy Dari pengalaman sendiri dan hasil pengamatan serta cerita-cerita para pasien, diketahui bahwa hampir semua pasien yang harus ditangani/ diobati oleh dokter memiliki rasa takut yang besar. Yang terutama adalah ketakutan pada rasa sakit yang ditimbulkan oleh alat-alat yang digunakan. Rasa takut itu sudah muncul hanya dengan melihat alat-alat yang sudah siap di meja sebelah kursi, bahkan jika alat itu tidak menimbulkan kesakitan (cermin, misalnya). Seorang dokter gigi diharapkan menyadari dan peduli pada perasaan ini (empati) dan menunjukkan pada pasien bahwa ia perduli. Kejujuran seorang dokter yang mengatakan “Anda akan merasakan sakit sebentar…” justru akan menenangkan pasien karena pasien merasa tidak sendirian dalam merasakan sakit. Ada orang lain yang perduli. 3) Supportiveness Ketika seorang pasien nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan tindakan, dokter diharapkan memberikan dukungan agar keraguan itu berkurang atau bahkan hilang, sehingga si pasien menjadi percaya diri dan berani saat memilih keputusan itu. Walaupun akibat keputusan itu akan menimbulkan “derita‟, dengan dukungan dokter, derita akan dianggap konsekuensi oleh pasien, bukan resiko
(posisi
sebagai
„korban‟). Akan
lebih baik jika dokter
mencontohkan (walaupun hanya karangan) bahwa dia juga akan mengambil keputusan yang sama dengan pasien jika dia memiliki masalah seperti itu. 4) Equality Yang dimaksud dengan kesamaan/ kesetaraan adalah bahwa diantara dokter gigi dan pasien tidak boleh ada „kedudukan‟ yang sangat berbeda sepe rti misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya. Walaupun dalam relasi ini dokter diakui lebih tahu dan lebih bisa, dia tidak boleh lalu memperlakukan pasiennya hanya sebagai objek yang „bodoh‟ dan tidak boleh berpendapat atau bahkan bertanya. Lebih lagi pasien tidak boleh diperlakukan sebagai benda mati yang tidak pernah ditanyai kabar atau kesiapannya menjalani pemeriksaan/ penanganan/ pengobatan. Jika memungkinkan, pasien sebaiknya
37
merasa bahwa dokter giginya adalah teman, bukan orang asing yang tidak boleh ditanyai apapun. 5) Openess Suasana yang santai (dengan musik instrumental lembut di latar belakang) di ruang praktek, keakraban dapat dibangun dan diharapkan pasien mau menyampaikan apa yang dikhawatirkannya, tindakan apa yang sebenarnya diinginkan dilakukan oleh dokternya. Sebaliknya adalah bahwa dokter diharapkan juga lebih bersedia bercerita tentang apa yang sedang dilakukannya saat demi saat. Jika perlu, dokter dapat mengatakan kesulitan yang dihadapinya saat menangani masalah pasien, masalah yang bakal dihadapi pasien, dan sebagainya. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan ( trust ) dari pasien pada dokternya. Para pengamat mengatakan: Salah satu elemen yang akan
membawa
hubungan
ini
adalah
komunikasi
yang
baik.
Dengan
menempatkan penanganan pasien lebih dulu, dokter gigi akan memeriksa si pasien, mendiskusikan semua opsi yang berhubungan dengan membuat rekomendasi perawatan dan menjelaskan hasil yang
perawatan, berhubungan
dengan penanganan yang potensial. Di lain pihak, si pasien, ingin mungkin ingin mengetahui tentang penanganan padanya dan akibat perawatan jangka panjang atau jangka pendek, berapa biaya yang harus dikeluarkan, apa yang akan atau tidak akan tercakup dalam perawatan gigi dan setiap tanggung jawab pembayaran yang harus ditanggung pasien.
38
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan
Dalam Faktanya Penelitian telah menunjukkan bahwa 80% komunikasi antara manusia dilakukan secara non-verbal. Banyak interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat yang berwujud non-verbal. Komunikasi non-verbal ialah penyampaian arti (pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan intonasi verbal. Salah satu komunikasi non-verbal ialah bahasa tubuh. Bahasa tubuh digunakan saat kata-kata tidak dapat mewakili perasaan atau situasi yang ada sehingga bahasa tubuh menjadi penting untuk dipelajari.
Bahasa tubuh yang tidak sesuai penempatannya dapat menimbulkan konflik, sehingga bahasa tubuh perlu dipelajari. Salah satu keuntungan dari mempelajari bahasa tubuh adalah membangun suatu komunikasi yang baik yang merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang mantap dengan orang lain.
39