TUGAS GEOMORLOGI APLIKASI GEOMORFOLOGI
Disusun Oleh : NAFTALY DEBORA OLIVINE S. 111.140.027
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2015
APLIKASI GEOMORFOLOGI
1. Aplikasi Geomorfologi dalam Eksplorasi Sumber Daya Alam
Aplikasi dari geomorfologi ada banyak, salah satunya ialah untuk eksplorasi sumber daya alam. Dalam eksplorasi sumber daya alam, geomorfologi digunakan untuk menginterpretasikan tentang sejarah geologi, struktur geologi, dan litologi daerah yang akan diobservasi melalui analisis foto udara atau peta topog rafi. Dari aspek-aspek geomorfologi dan pola pengaliran dapat ditentukan petunjuk geologinya dalam pengaplikasian geomorfologi dalam penerapan bencana tanah longsor, yaitu : GEOMORFOLOGI
ASPEK-ASPEK GEOMORFOLOGI
1. 2. 3. 4. 5.
LITOLOGI
Morfologi Morfogenesa Morfokronologi Morfoasosiasi Pola Pengaliran
STRUKTUR GEOLOGI STRATIGRAFI TERBATAS INTRUSI POLA PENGALIRAN
PETUNJUK GEOLOGI
1. Petunjuk Litologi 2. Petunjuk Struktur geologi 3. Petunjuk Geomorfologi 4. Petunjuk Stratigrafi 5. Petunjuk Magmatik
: resisten daripada sekitarnya : ada kekar dan atau sesar serta lineament : umumnya terdapat pada daerah perbukitan : persebaran litologi mineral asosiasi : adanya zona alterasi
TERAPAN EKSPLORASI
Eksplorasi Emas
Penjabaran:
a. Petunjuk litologi Litologi yang terdapat vein akibat alterasi mineral yang mengandung emas biasanya menunjukkan
perbedaan
kenampakan
warna
yang
lebih
gelap
pada
peta
dibandingkan kenampakan warna litologi sekitarnya yang menandakan perbedaan resistensi. b. Petunjuk struktur geologi Struktur geologi berupa patahan atau sesar menjadi petunjuk geologi yang penting dalam tujuan eksplorasi. Hal tersebut dikarenakan proses mineralisasi terjadi mendekati permukaan bumi dan menggunakan sesar sebagai jalur tempat keluar atau menyusupnya magma dari dalam bumi. Selain itu terdapat juga lineament atau kelurusan yang merupakan barisan veins yang terlihat di permukaan. c. Petunjuk geomorfologi Petunjuk yang didapat berupa bentuklahan yang berbukit-bukit. Hal ini diakibatkan alterasi mineral secara umum terjadi dekat akibat adanya dapur magma sehingga dapat diinterpretasi bahwa awalnya lokasi potensial adanya mineral emas merupakan sebuah gunungapi purba. d. Petunjuk stratigrafi Petunjuk stratigrafi didapat dari analisa sebaran mineral yang dapat berasosiasi dengan mineral emas. Contoh mineral yang didapat berupa sebaran Limonit dan Lempung. Dari informasi sebaran mineral asosiasi tersebut kemudian dapat mengindikasikan adanya sebaran emas. e. Petunjuk magmatik Salah satu petunjuk yang harus ada adalah petunjuk adanya zona alterasi. Hal ini dikarenakan emas merupakan mineral yang terbentuk akibat adanya proses alterasi hidrothermal. Alterasi hidrothermal sendiri proses yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, tekstur, dan hasil interaksi fluida dengan batu yang dilewatinya. Sedangkan faktor utama terjadinya proses alterasi hidrothermal adalah temperatur dan kimia fluida.
2. Aplikasi Geomorfologi dalam Kebencanaan Tanah longsor adalah nama kelompok untuk beberapa tipe dari pergerakan massa dari runtuhan batuan Tanah longsor dikenal dari kelompok terdahulu, dimana massa bergerak dengan kandungan air yang sedikit dan pergerakannya lebih cepat. Terdapat 5 tipe tanah longsor, yaitu slump, debris slides, debris falls, rockslides, dan rockfalls (Sharpe,1938):
Slump: terjadi sebagai pergerakan massa tanah atau batuan yang sebentar-sebentar dalam jarak yang pendek dan secara khas melibatkan sebuah rotasi yang terbalik dari massa yang terbawa, sebagai hasil dari permukaan massa yang merosot, sering menunjukkan lereng yang terbalik.
Debris Slides: dideskripsikan sebagai tanah yang meluncur atau tanah yang
tergelincir. Proses terjadinya debris slides sama seperti slump, hanya saja perbedaan pada keduanya yaitu pergerakan dari debris slide tidak menunjukkan adanya rotasi yang terbalik. Pada debris slides, materaial bergerak secara meluncur atau berputar dengan kandungan air yang sedikit. Debris Falls: terjadi karena material jatuh dari tebing atau juran g yang vertikal. Rockslides : Rockslides adalah mass dari batuan yang meluncur kebawah yang
biasanya perlapisan, rekahan dan bidang patahan. Rockfalls : Rockfalls terjadi ketika blok-blok batuan terpisah, biasanya kecil,
bergerak secara terjal menuruni sebuah jurang terjal atau permukaan batuan. Rockfalls paling sering terjadi pada daerah pegunungan selama musim semi. Dari aspek-aspek geomorfologi dan pola pengaliran seperti sebelumnya, dapat ditentukan petunjuk geologinya dalam pengaplikasian geomorfologi dalam penerapan bencana tanah longsor, yaitu : ASPEK-ASPEK GEOMORFOLOGI
1. 2. 3. 4. 5.
Morfologi Morfogenesa Morfokronologi Morfoasosiasi Pola Pengaliran
GEOMORFOLOGI LITOLOGI STRUKTUR GEOLOGI STRATIGRAFI TERBATAS
PETUNJUK GEOLOGI
1. 2. 3. 4.
Petunjuk geomorfologi Petunjuk litologi Petunjuk struktur geologi Petunjukstratigrafi terbatas
: kemiringan lereng yang curam : batuan dengan tingkat resistensi rendah : kekar dan sesar : dip yang searah dengan kelerengan
TERAPAN BENCANA
Tanah Longsor
Penjabaran:
a. Petunjuk Geomorfologi Ditinjau dari segi kelerengan, dimana semakin besar kecuraman suatu lereng menyebakan besarnya potensial terjadinya longsor (A. K. Lobeck, 1939). b. Petunjuk Litologi Batuan yang rentan menyebabkan terjadinya longsor adalah lempung, marl, serpih, basalt dan serpentine (Van Zuidam, 1973). c. Petunjuk Struktur Geologi Struktur Geologi yang mempengaruhi terjadinya longsor adalah sesar yang membentuk lereng yang curam. Sesar ini tidak selaras dengan gaya dari pelapukan dan erosi sehingga dapat menyebabkan terjadinya longsor (A. K.Lobeck, 1939). d. Petunjuk Stratigrafi Terbatas Dip lapisan pada lereng sangat berpegaruh terhadap tanah longsor. Jika dip searah dengan kemiringan lereng, maka akan memperbesar kemungkinan longsor. Jika dip berlawanan akan memperkecil kemungkinan longsor. Hal tersebut karena jika dip yang searah maka akan membentuk bidang luncur pada lapisan yang kemiringannya searah dengan lereng
3. Cara Menghitung Lereng, Tebal, Jarak (Morfometri)
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka – angka yang jelas.
Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringan lereng (°)
Kemiringan lereng (%)
Keterangan
Klasifikasi USSSM* (%)
Klasifikas i USLE* (%)
<1
0 – 2
Datar – hampir datar
0 – 2
1-2
1 – 3
3 – 7
Sangat landai
2 – 6
2-7
3 – 6
8 – 13
Landai
6 – 13
7 - 12
6 – 9
14 – 20
Agak curam
13 – 25
12 - 18
9 – 25
21 – 55
Curam
25 – 55
18 - 24
25 – 26
56 – 140
Sangat curam
> 55
> 24
> 65
> 140
Terjal
*USSSM = United Stated Soil System Management USLE
= Universal Soil Loss Equation
Tabel Ukuran panjang lereng
PANJANG LERENG (m)
< 15
KLASIFIKASI
Lereng sangat pendek
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
> 500
Lereng panjang
Lereng sangat panjang
Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan besar sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk. Perhitungan ini daat dilihat pada rumus di bawah ini : Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara : S = ( h / D ) X 100 %
(sumber Van Djuidam, 1988)
Keterangan: S = Kemiringan lereng (%) h = Perbedaan ketinggian (m)
D = Jarak titik tertinggi dengan terendah (m)
Tabel Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (sumber : Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT < 50 meter
UNSUR MORFOGRAFI Dataran rendah
50 meter - 100 meter
Dataran rendah pedalaman
100 meter - 200 meter
Perbukitan rendah
200 meter - 500 meter
Perbukitan
500 meter - 1.500 meter
Perbukitan tinggi
1.500 meter - 3.000 meter
Pegunungan
> 3.000 meter
Pegunungan tinggi
Tabel Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)
KELAS RELIEF
KEMIRINGAN
PERBEDAAN
LERENG ( % )
KETINGGIAN (m)
Datar - Hampir datar
0 - 2
<5
Berombak
3 - 7
5 - 50
Berombak - Bergelombang
8 - 13
25 - 75
Bergelombang - Berbukit
14 - 20
75 - 200
Berbukit - Pegunungan
21 - 55
200 - 500
Pegunungan curam
55 - 140
500 - 1.000
Pegunungan sangat curam
> 140
> 1.000
Tabel Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS KERAPATAN
SKALA
1:
25.000 KARAKTERISTIK
MEMILIKI KERAPATAN HALUS
< 0,5 cm
Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk
SEDANG
0,5 cm - 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang
KASAR
> 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan terhadap erosi
Menghitung Tebal Lapisan Jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atap (top) merupakan tebal lapisan. Oleh karena itu perhitungan tebalnya yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila tidak tegak lurus maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut : d = (jarak terukur) x Cos y Dimana: d = jarak terkoreksi Cos y = sudut yang dibentuk antara arah kemiringan dan arah pengukuran (azimuth).
Tanda-tanda yang biasa dipakai untuk pengukuran ketebalan lapisan adalah : T : tebal d’ : jarak terukur : besar dip : besar slope : perbedaan arah dip
Pengukuran Pada Daerah Datar Jika jarak terukur adalah tegak lurus jurus, ketebalan langsung didapat dengan perhitungan: T = d . Sin Dan apabila jarak terukur adalah tidak tegak lurus, maka perhitungan adalah: T = d . Cos * . Sin
Pengukuran pada daerah tidak datar (lereng tidak sama dengan 00) Posisi lapisan terhadap lereng banyak terdapat kemungkinannya. a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng
Bila dip searah slope dan dip < slope T = d . Cos * . Sin (-)
Bila dip searah slope dan dip > slope T = d . Cos * . Sin (-)
b. Perhitungan jika dip berlawanan dengan slope T = d . Cos * . Sin (-)
4. Gambar Pola Garis Kontur Untuk Interpretasi Litologi, Struktur Geologi, dan Stratigrafi Terbatas a. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur
Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan arah kecenderungan dari garis konturnya. Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah kemiringan umumnya mengarah ke spasi kontur yang renggang.
b. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur
Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan bentuk kecenderungan dari garis konturnya. Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah kemiringan umumnya mengarah ke spasi kontur yang renggang.
c. Resistensi batuan berdasarkan pola kerapatan kontur
Kontur yang rapat menunjukkan batuan yang resisten, sedangkan garis kontur yang renggang menunjukkan batuan yang tidak resisten.
d. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan parallel
Pola kontur perbukitan yang sejajar/parallel. Pola aliran sungai trellis yang mewakili daerah yang dikontrol oleh struktur perlipatan.
e. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan berupa “ shoe shape”
Pola kontur perbukitan yang berbentuk sepatu ( shoe shape) mengindikasikan struktur lipatan (sinklin atau antiklin) yang menunjam kebawah atau terbuka ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Agung.
2009. Morfometri. Desember 2015).
(https://agung1406.files.wordpress.com/, diakses
tanggal
21
Anonim. 2012. Mitigasi Bencana Geologi. ( http://www.vsi.esdm.go.id diakses tanggal 21 ,
Desember 2015). Lobeck, A. K. 1939. GEOMORPHOLOGY : An Introduction to the Study of Landsacapes. New York. McGraw-Hill Book Company. Loren Rinto Kambuaya. 2014. Cara Umum Menghitung Presentase. (http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/, diakses tanggal 21 Desember 2015). Noor, Djauhari. 2012. Penafsiran Peta Topografi, Palembang, -Sabil, Ibni. 2014. Aplikasi Penginderaan Jauh dalam Pemetaan Sebaran Potensi Deposit Emas Epithermal di Kabupaten Kupang . Academia. Jakarta. Thoenburry, William D. 1969. Priciples of Geomorphology : Second Edition. New York. John Wiley & Sons, Inc. Zuidam, R.A. Van., 1985. Aerial Photo- Interpretation Terrain Analysis and Geomorphology Mapping . Smith Publisher The Hague, ITC.