TUGAS AKHIR PRAKTIKUM FISIKA UMUM “Pemakaian Alat Ukur Dasar” Nama : Eva Saripatuniah NIM : 11150162000061 Kelompok/Kloter : 1/2 Nama Anggota : 1.Lati Fadhillah (11150162000059) 2.Nurul Anjar Wati (11150162000060)
LABORARIUM FISIKA DASAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
PRAKTIKUM I PEMAKAIAN ALAT UKUR FISIKA
1. A.
1. B.
TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan benar serta sesuai standar yang telah ditetapkan. 2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat ukur dasar fisika. 3. Mahasiswa dapat mengukur benda dengan alat ukut yang sesuai. 4. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian dengan batas ukur dari tiap-tiap alat ukur. 5. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi besaran pokok dalam perkuliahan fisika. 6. Mahasiswa dapat memahami konsep pengukuran dalam perkuliahan umum.
DASAR TEORI
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan,bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.(Giancoli,DC,2013:33)
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung ,dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :
1. Dapat diukur atau dihitung. 2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai 3. Mempunyai satuan. Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yangdilakukan maka sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran.Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran .karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya.sebagai contoh adalah massa. 2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator .contoh besaran non fisika adalah jumlah. Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :
1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan para ahli fisika.adapun besaran pokok yang umum ada 7 macam dsajikan dalam bentuk tabel beikut ini
Besaran Pokok No Nama
Besaran
Simbol Besaran
Satuan Internasional(SI)
Nama Satuan
Simbol satuan
Dimensi
Alat Ukur Mistar,Jangka Sorong,Mikrometer
Panjang
L
Meter
M
L
Sekrup
Massa
M
Kilogram
Kg
M
Neraca
Waktu
t
Detik
S
T
Arloji,Stopwatch
Suhu
T
Kelvin
K
Kuat Arus
I
Ampere
A
I
Amperemeter
J
Candela
Cd
J
Lightmeter
1 2 3 Termometer
4 5 Intentitas Cahaya
6
Jumlah Zat
n
Mol
Mol
N
-
7
Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung ,mempunyai satu satu satuan dan ditetapkan terlebih dahulu.
1. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok .Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh dan gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa,panjang,dan waktu volume (m 3) diturunkan dari besaran okok panjang dan lainlain.Besaran turunan mempunayai ciri khuus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung ,mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran pokok (Sutarno,2013 :1-2) Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukasil pengamatan yang baik akan berarti /bermanfaat jikapengolahan dikerjakan secara tepat oleh karena itu ada pengetahuan yang lengkap tentanh presisi pengukuran,cara analisis,teori ralat dan statistik.
C.
ALAT DAN BAHAN
No
Gambar
1 2 3 4 5
1. D. No 1
LANGKAH PERCOBAAN Gambar
2 3 4 5 7
1. E.
DATA PERCOBAAN
Percobaan I : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup Nilai Standar Terkecil Alat Ukur
(NST)
Batas Ukur (BU)
Mikrometer Sekrup
0,01 mm
25 mm
Diameter Uang Logam (cm) Ketebalan Uang Logam (cm) Ulangan
SU
SN X NST
2,3 2,3
2,337
0,1
2,335
2,3
0,1
2,335
2,3
0,1
2,334
2,3
0,1
0,106 6 x 10-2
2,334
0,1
35 x 10-2 2,3
0,102 2 x 10-2
34 x 10-2
6
0,102 2 x 10-2
35 x 10-2
5
0,102 2 x 10-2
2,335
2,3 4
Diameter 0,103
0,1
35 x 10-2
3
SN X NST 3 x 10-2
35 x 10-2
2
SU
37 x 10-2
1
7
Diamater
0,103 3 x 10-2
2,333 33 x 10-2
Percobaan 2 : Pengukuran Dengan Jangka Sorong
0,1
0,103 3 x 10-2
Nilai Standar Terkecil Alat Ukur
(NST)
Batas Ukur (BU)
Jangka Sorong
150 mm 5 x 10-2
Panjang (cm) Ulangan
SU
SN X NST
Diameter (cm) Diameter
SU
2,91
0,9
2,9 2 x (5 x 10 -2)
1 2,9
2,9075
2,9 2,9
0,9
2,9025
2,9
0,9
2,9025
2,9
0,9
2,905
0,9
Nilai Standar Terkecil Batas Ukur (BU)
Neraca 4 Lengan 10-4
3,11 x 10
-2
Kg
Ulangan
Massa Uang Koin (Kg)
1
2,23 x 10-3
10,52 x 10
-3
2
2,24 x
10-3
10,53 x 10
-3
3
2,25 x
10-3
10,54 x 10
-3
4
2,25 x 10-3
10,54 x 10
-3
5
-3
10,55 x 10
-3
2,26 x 10
0,905 1 x (5 x 10-2)
Percobaan 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan (NST)
0,905 1 x (5 x 10-2)
1 x (5 x 10 -2)
Alat Ukur
0,91 2 x (5 x 10-2)
0,5 x (5 x 10 -2)
7
0,91 2 x (5 x 10-2)
0,5 x (5 x 10 -2)
6
0,92 4 x (5 x 10-2)
2,9025
2,9
0,9
0,5 x (5 x 10 -2)
5
0,91 2 x (5 x 10-2)
2,905
4
0,91
0,9
1 x (5 x 10 -2)
3
Diameter
2 x (5 x 10-2)
1,5 x (5 x 10 -2)
2
SN X NST
Massa Silinder (Kg)
1. A. PENGOLAHAN DATA Pengukuran 1 : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup
No
()2
Diameter
Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
2,337 -2 x 10-2
1
-6
4 x 10
2,335
0
0
2,335
0
0
2,335
0
0
10-3
10-6
=
2
= 2,335 cm
3 4
()2 = 8 x 10-6 cm
2,334 5 2,334 6
0 0
SD =
2,333 2 x 10-3
7
4 x 10
-6
= 4,36 x 10-4 cm
Pengukuran 2: Pengukuran dengan Jangka sorong (Panjang silinder)
No
()2
Panjang
Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
2,91 -43 x 10-6
1
2 x 10
-5
=
2,9075 2
0,32 x 10
-5
7 x 10-6
0,05 x 10
-5
32 x 10-6
1,02 x 10
-5
32 x 10-6
1,02 x 10
-5
32 x 10-6
1,025 x 10
7 x 10-6
0,05 x 10
-18 x 10
-6
= 2,9057 cm
2,905 3 2,9025 4
()2 = 5,5 x 10-5 cm
2,9025 5 2,9025 6
-5
SD =
2,905 7
-5
= 1,14 x 10-6 cm
Pengukuran 2 : Pengukuran dengan Jangka sorong (diameter silinder)
No
()2
Diameter 0,91
0
0
0,91
0
0
Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
1 =
2
=0,91 cm 0,92
3 0,91
-10-2
10-4
0
0 ()2 = 1,1 x 10-5 cm
4 0,91
0
0
5 0,905 6
5 x 10-3
0,05 x 10
-4
SD =
5 x 10-3
0,05 x 10
-4
= 5 x 10-4 cm
0,905 7
Pengukuran 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan Massa uang koin (kg) ()2
No
massa
1
2,23 x 10-3
2
2,24 x 10
-3
3
2,25 x 10-3
4
2,25 x 10-3
2 x 10
-5
1 x 10
-5
Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
4 x 10
-10
=
1 x 10
-10
=2,25 x 10-3 kg
0
0
0
0 ()2 = 6 x 10-10kg SD =
5
2,26 x 10-3
-1 x 10
-5
-10
1 x 10
= 0,55 x 10-5 kg
Massa Silinder Besi (kg) No
massa
1
10,52 x 10-3
2
10,53 x
10-3
3
10,54 x 10-3
4
10,54 x 10-3
5
10,55 x 10-3
()2 2 x 10
-5
1 x 10
-5
Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
4 x 10
-10
=
1 x 10
-10
=10,54 x 10-3 kg
0
0
0
0 ()2 = 6 x 10-10kg SD =
-1 x 10
-5
1 x 10
-10
= 0,55 x 10-5 kg
1. B.
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap uang logam dan silinder besi didapatkan tingkat ketelitian yang berbeda-beda dalam pengukuran yakni menggunakan mikrometer sekrup,jangka sorong dan neraca 4 lengan.dalam mengukur diameter luar uang logam menggunakan mikrometer sekrup diperoleh rata-rata diameternya 2,335 cm dan besar standar deviasinya 4,36 x 10 -4 dengan ketebalan logam didapdatkan rata-rata 0,0103 cm dan besar standar deviasinya 55x 10- 5 , cm , pengukuran dengan menggunakan jangka sorong rata-rata panjang silindernya 2,9 cm dan standar deviasinya 1,14x 10 -6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm dan besar standar deviasinya 5x 10 -4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan neraca wmpat lengan diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,25×10-3 cm dan standar deviasinya 55×10 -7 cm dan massa silinder 10,54 x 10-3 cm .
Apabila hasil rataan menghasilkan angka yang sama dengan x dari percobaan yang dilakukan mka didapatkan standar deviasi yang menunjukkan angka nol.standar deviasi merupakan hasil cerminan dari rata –rata penyimpangan dari mean.standar deviasi dapat menggambarkan seberapa jauh bervariasiny data jika standar deviasinya lebih besar dibadingkan nilai mean.
1. C.
TUGAS PRA DAN PASCA PRAKTIKUM
Pra Praktikum 1. Apa yang dimaksud pengukuran ? 2. Apa kriteria suatu alat dapat dikatakan sebagai alat ukur ? 3. Jelaskan yang dimaksud dengan standar deviasi tuliskan rumusnya ! 4. Apa yang dimaksud dengan alat ukur dasar ?apa saja yang termasuk alat ukur dasar? 5. Jelaskan alat ukur berikut ini : 1. Mistar 2. Jangka sorong 3. Micrometer sekrup 4. Neraca 4 lengan 5. Thermometer 6. Stopwatch Beserta gambarnya!
Pasca Praktikum 1. Jelaskan perbedaan akurasi dan presisi?berikan contohnya!
2. Sebutkan tragedy yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran (min 3 sertakan sumbernya!)
J. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam melakukan pengukuran dengan enggunakan alat ukur dasar fisika harus dengan benar dan sesuai standar agar dapat memberikan hasil yang akurat. 2. Dalam melakukukan pengukuran dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam menentukkan skala alat ukur dasar fisika. 3. Dalam pengukuran diperlukan pemahaman konsep dari alat ukur dasar yang digunakan. 4. Dalam mengukur diameter luar uang logam menggunakan mikrometer sekrup diperoleh ratarata diameternya 2,335 cm dan besar standar deviasinya 4,36 x 10-4 dengan ketebalan logam didapdatkan rata-rata 0,0103 cm dan besar standar deviasinya 55x 10- 5 , cm , pengukuran dengan menggunakan jangka sorong rata-rata panjang silindernya 2,9 cm dan standar deviasinya 1,14x 10-6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm dan besar standar deviasinya 5x 10-4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan neraca wmpat lengan diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,25×10-3 cm dan standar deviasinya 55×10-7 cm dan massa silinder 10,54 x 10-3 cm .
K. KOMENTAR
Kritik 1. Praktikan tidak membagi tugas dalamsuatu kelompok sehingga terjadi kekacauan dalam melakukan praktikum 2. Praktikan tidak memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta penentuan skala 3. Praktikan kurang teliti dalam pengmabilan data
Saran 1. Praktikan harus membagi tugas antar anggota kelompok 2. Praktikan harus memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta penentuan skala 3. Praktikan harus teliti dalam pengmabilan data
L . DAFTAR PUSTAKA Sutarno.2009.Fisika Untuk Universitas.Bandung : Pustaka Media. Hikam Muhammad.2012.Fisika Untuk Perguruan Tinggi .Jakarta : Media Pustido Giancolli,DC.2014. Fisika.Jakarta : Erlangga.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PENGUKURAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PENGUKURAN Dosen Pembimbing Asisten
: Jumingin, S.Si : Rizky Putri Jannati
Disusun Oleh Kelompok 2 Ari Muhamad Isbilly Aria Lismi Asia Astuti Asri Arum Sari Ayu Ariska Pratiwi
Ayu Kurnia Lady Ultari Ayu Puji Astuti Bunga Pertiwi Dea Asih Suprianti
:
(12 222 011) (12 222 012) (12 222 013) (12 222 014) (12 222 015) (12 222 016) (12 222 017) (12 222 018) (12 222 019)
Deby Novianti
(12 222 020)
PRODI BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH IAIN RADEN FATAH PALEMBANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak hanya mutlak bagi fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata lain, tidak ada teori, prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam yang dapat diterima kecuali jika disertai denganhasil-hasilpengukuranyangakurat. Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuranadalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar). Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.
1.2
Tujuan Praktikum Adapun tujuan yang akan dicapai adalah : 1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran 2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan benda 3. Melakukan pengukuran massa benda
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengukur Besaran Panjang Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur massa yaitu neraca Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur. 2.1.1 Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter, dimensi luar suatu benda, dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap yang tidak dapat digerakkan letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digesergeser letaknya untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,1 mm. .
Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangka sorong yaitu micrometer sekrup. 2.1.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer skrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputarputar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm. 2.1.3 Neraca Ohauss Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau timbangan yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan sebagainya. Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser. Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram.Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan , namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi Hamid,2009).
•
Neraca ohauss berlengan 3: Lengan depan memiliki skala 0 10 g, dengan tiap skala bernilai 1g. Lengan tengah berskala mulai 0 500 g, tiap skala sebesar 100 g. Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala10 g. —
•
—
•
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Sabtu, 24 November 2012 Waktu : Pukul 13.00 15.00 WIB : Laboratorium fisika Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang –
at
3.2 Alat Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Micrometer sekrup 2. Jangka sorong 3. Neraca lengan 4. 5. 6. 7.
Plat Kelereng Koin Silinder pipa
8. Balok aluminium
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3.3 Prosedur Kerja Praktikum Baca bismillah sebelum eksperimen Siapkan peralatan yang akan digunakan Tentukan diameter luar kelereng Tentukan diameter luar koin Tentukan tebal plat Tentukan diameter dalam dan diameter luar silinder pipa Ukur massa balok aluminium dengan menggunakan neraca Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan sementara akhiri dengan alhamdulillah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lain sebagai berikut. 4.1.1 Pengukuran tebal plat menggunakan mikrometer sekrup No. Tebal (plat) X2 1 1.65 mm 2.7225 mm 2 1.65 mm 2.7225 mm 3 1.65 mm 2.7225 mm 4 1.65 mm 2.7225 mm 5 6 7 8 9 10
1.65 mm 1.65 mm 1.65 mm 1.65 mm 1.65 mm 1.65 mm =16.5 mm
2.7225 mm 2.7225 mm 2.7225 mm 2.7225 mm 2.7225 mm 2.7225 mm =27.225 mm
mm .............................................................................................. class=Section2>
4.1.2 Pengukuran diameter kelereng No. Diameter D2 1 2.7 mm 7.29 mm 2 2.7 mm 7.29 mm 3 2.7 mm 7.29 mm 4 2.7 mm 7.29 mm 5 2.7 mm 7.29 mm
6 7 8 9 10
2.7 mm 2.7 mm 2.7 mm 2.7 mm 2.7 mm =27 mm
7.29 mm 7.29 mm 7.29 mm 7.29 mm 7.29 mm =72.9 mm
4.1.3 Pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong No. Diameter D2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15.69 cm 15.67 cm 15.79 cm 15.69 cm 16.02 cm 15.57 cm 15.57 cm 16.45 cm 16.44 cm 15.55 cm =158.44 cm
246.1761 cm 245.5489 cm 249.3241 cm 246.1761 cm 256.6404 cm 242.4249 cm 242.4249 cm 270.6025 cm 270.2736 cm 241.8025 cm =2511.394 cm
,11 cm 4.1.4 Pengukuran diameter luar pipa menggunakan jangka sorong No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diameter luar (pipa) 2.6 cm 2.6 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm 2.7 cm = 26.8 cm
D2 6.76 cm 6.76 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm 7.29 cm =71.84 cm
4.1.5 Pengukuran jangka sorong No. diameter diameter dalam dalam pipa menggunakan D2 1 2.5 cm 6.25 cm 2 2.9 cm 8.41 cm
3 4 5 6 7 8 9 10
2.9 cm 2.9 cm 2.9 cm 2.9 cm 2.9 cm 2.7 cm 2.9 cm 2.9 cm =28.4 cm
8.41 cm 8.41 cm 8.41 cm 8.41 cm 8.41 cm 7.29 cm 8.41 cm 8.41 cm =80.82 cm
4.1.6 Pengukuran massa menggunakan neraca Ohauss 4 lengan NO. Massa m2 1 49.64 g 2464.130 g 2 49.63 g 2463.137 g 3 49.62 g 2462.144 g 4 49.60 g 2460.160 g 5 49.60 g 2460.160 g =248.09 g =12309.73 g g
4.2 Pembahasan Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan penggaris, meteran, miktometer sekrup, jangka sorong, dan neraca ohuass. Pada praktikum ini kita melakukan pengukuran menggunakan alat jangka sorng, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss. Alat pengukuran tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda serta meliki ketelitian yang berbeda juga. Pada alat jangka sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda, diameter suatu benda, baikdiameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Micrometer sekrup memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat teliti. Micrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu benda. Neraca ohauss memiliki berbagai macam bentuk, yaitu neraca tiga lengan dan neraca empat lengan. Prinsip kerja neraca atau timbangan menggunakan prinsip tuas. Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, yaitu: 1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya hampir tidak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau jarum tidak kembali tepat pada angka nol. 3. Kelelahan komponen alat. Misalnyadalam pegas; pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk. 4. Gesekan-gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap bagian alat yang lain
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam benda, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter luar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong. Mengukur ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil pengukuran lebih tepat dibandingkan mengukur benda yang berbentuk seperti kelereng. 5.2 Saran Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk memahami dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan digunakan, besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami. Lakukan pengukuran ketebalan
dan diameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk massa dari sudut yang berbeda namun tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Pelajar.Yogyakarta.
Teori dan Pengukurannya.E disi Kedua.Penerbit Pustaka
Halliday & Resnick.2010.Fisika .E disi 7 Ji lid 1.Erlangga.Jakarta. http://kbs.jogjakota.go.id/upload/CARA BACA MIKROMETER SEKRUP.pdf. diakses tgl. kamis, 29 Desember 2012.Pkl. 15.45 WIB http://novanurfauziawati.files.wordpress.com/2012/01/modul-1-pengukuran.pdf. Sabtu, 1 Desember 2012. Pkl. 15.27 WIB
diakses
tgl.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA TENTANG PENGUKURAN 5:51:00 PM
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan mengukur merupakan pendahuluan pembelajaran fisika yang sangat penting. Mengukur pada hakekatnya membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya dengan besaran lain yang sudah diketahui nilainya sebagai satandar. Untuk keperluan tersebut diperlukan alat ukur, yaitu sebuah alat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variable. Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur diameter sebuah koin maka kita bisa menggunakan jangka sorong. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari diameter koin tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah centimeter. Oleh karena itu sangatlah penting dalam pengukuran kita mengetahui alat-alat ukur yang sesuai dengan besaran-besaran serta satuannya.
1.1 Tujuan Percobaan
Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
Menentukan volume dan massa jenis zat padat
Menggunakan teori ketidakpastian
1.2 Dasar Teori Besaran dan Satuan Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran Pokok Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi. No.
Besaran
Satuan
Lambang satuan
1
Panjang
Meter
m
2
Massa
Kilogram
Kg
3
Suhu
Kelvin
K
4
Waktu
Sekon
S
5
Intensitas Cahaya
Kandela
Cd
6
Mol Jat
Mol
Mol
7
Kuat arus
Ampere
A
Berdasarkan table bahwa dapat diketahui dimensi tertentu dari suatu benda, misalkan untuk mengetahui Volume zat padat jika bentuknya beraturan, maka akan memiliki panjang, lebar, tinggi, diameter dan sebagainya. -
Pengukuran cara statis Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya (volume) Perhitungan Volume balok dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu sehingga :
V balok = P x L xT Dengan; P = panjang balok L = lebar balok T = tinggi balok Sedangkan untuk volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan mengukur diameter dan panjang silinder itu sehingga:
V silinder =
(d/2)2 x p
=¼
r2 .p
Dengan; d = diameter silinder p = panjang silinder r = jari-jari silinder -
Pengukuran scara dinamis Cara pengukuran ini digunakan jika benda yang ingin kita ukur memiliki bentuk yang tidak beraturan, dengan menghitung selisih massa benda di udara dengan di dalam air V = Mu – Ma Dengan ; Mu = Massa udara Ma = Massa air Lalu bias dihubungkan dengan = M/V Dengan ; = massa jenis (gr/cm3) M = massa zat (gr) V = volume zat (cm3) Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi: “setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu”. Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung secara konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum Archimides. Secara
sistematis,
hukum
FA FA
archimedes
= =
gaya a
=
dapat
ditulis
a angkat massa
ke
berikut
Va atas
jenis
sebagai
pada zat
: g
benda cair
(N) (kg/m3)
Va
=
volume
zat
cair
yang
terdesak
(m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2) BAB II Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada percobaan kali ini antara lain 2.1 Alat-alat o
Jangka sorong Alat ini dipakai untuk mengukur suatu benda yang ukurannya kecil, dapat digunakan untuk mengukur panjang benda, kedalaman beda, serta dapat mengukur diameter suatu benda. Ketelitian alat ini mencapai 0,05 mm
Milimeter skrup Yaitu sebuah alat yang diperuntukkan untuk mengukur benda yang ukurannya sangat kecil, biasanya dipakai untuk mengukur tebal sebuah uang logam, tebal buku dsb. Ketelitian alat ini mencapai 0,01 mm o
Neraca teknis o
Gelas Ukur (bejana gelas)
o
Thermometer
o
Barometer
o
Bangku penumpu 2.2 Bahan
Air
Benda-benda yang diukur BAB III METODE PERCOBAAN Cara StatiPercobaan Benda Ke-1 (Mencari Volume dan Massa Balok) Balok yang diukur adalah balok berjenis Alumunium. Ukur mulai dari Panjang, Lebar kemudian tinggi balok dengan melakukan 5 kali percobaan di berbagai tempat yang berbeda dengan menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup (Millimeter skrup digunakan untuk mengukur lebar dan tinggi balok). Sedangkan untukpengukuran massa, percobaan yangdilakukan hanya 1 kali. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan, kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus : x 100% Dimana
literatur = massa jenis benda sesuai dengan hargaang y ditentukan (sesuai literatur ) percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari percobaan
Percobaan Benda ke-2 (Mencari Volume dan Massa Besi Silinder)
Silinder yang diukur adalah silinder besi. Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur tinggi menggunakan jangka sorong dan diameter menggunakan micrometer skrup. Masing-masing pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 5 kali. Sedangkan pengukuran massa, dilakukan percobaan sebanyak satu kali saja. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus : x 100% Dimana
literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai literatur) percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari percobaan
o
o
Cara Dinamis Percobaan Benda ke-3 (Mencari Volume dan Massa sebuah kunci) Kunci yang digunakan adalah sebuah kunci pintu, dapat diprediks ikan sebelumnya bahwa kunci terbuat dari bahan campuran Besi benda padat yang lain. Pengukuran volume dilakukan
dengan menggunakan bejana gelas dan air. Dan untuk mengetahui massa dilakukan dengan menggunakan neraca. Yang kemudian dicari selisihnya antara massa ketika diukur di udara dengan massa ketika diukur didalam air. Kemudian masukkanlah percobaan itukedalam table yang telah ditentukan kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus : x 100% Dimana
literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai literatur ) percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis ya ng didapat dari percobaan
Percobaan Pengukuran Suhu, kelembaban, dan tekanan udara dalam ruangan Catatlah suhu ruang, kelembaban, serta tekanan udara sebelum dan sesudah melakukan percobaan dengan menggunakanthermometer dan barometer , kedalam table yang telah disediakan. Kelembaban udara dapat dihitung dari pengurangan antara suhu ukur yang berwarna mer ah (kiri) dengan yang berwarna biru (kanan), kemudian ubah ke dalam % melalui ketentuan yang terdapat di tabel thermometer. BAB IV DATA PENGAMATAN Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa 18 Oktober 2011, maka didapatkan dilaporan hasilnya sebagai berikut :
1.
Tabel pengamatan keadaan suhu ruangan (lab.Fisika- universitas Pakuan) Keadaan Ruangan
P (cm)Hg
T (oC)
C (%)
Sebelum Percobaan
74,7
29o
71%
Sesudah Percobaan
74,7
30o
65%
Keterangan tambahan: waktu pengukuran sebelum percobaan pertama sekitar pukul 08:00 wib dan pengukuran sesudah percobaan sekitar pukul 10:30 2
Tabel pengamatan pada pengukuran Balok (Alumunium)
literatur = 2,7 gr/cm3
Diketahui :
Massa alumunium = 12,3 gr (gr/cm3)
No
P (cm)
L (cm)
T (cm)
V (cm3)
1
3,085
1,490
0,997
4,58
2,685
2
3,085
1,490
0,996
4,575
2,688
3
3,080
1,498
0,994
4,586
2,672
4
3,085
1,496
0,996
4,597
2,673
5
3,090
1,492
0,995
4,587
2,681
ẋ
3,085
1,493
0,9956
4,585
2,6818
∆x
0,00158114
0,995
3 Table Pengamatan pada pengukuran silinder Besi literatur = 7,9 gr/cm3
Diketahui:
Massa alumunium = 61,5 gr No
D (cm)
r (cm)
t (cm)
V (cm3)
1
1,572
0,786
4,055
7,87
7,814
2
1,570
0,785
4,050
7,84
7,844
3
1,575
0,7875
4,045
7,88
7,804
4
1,577
0,7885
4,055
7,92
7,765
5
1,578
0,789
4,055
7,93
7,775
ẋ
1,5744
0,772
4,052
7,888
7,8004
∆x 4.
(gr/cm3)
0,0075 Tabel percobaan pada Kunci pintu (besi) No.
Nama Benda
Mu (gram)
Ma (gram)
V (cm3)
(gr/cm
1
Kunci Pintu
13,630
11,5
2,13
6,399
Dengan hasil ketelitiannya: x 100% x 100% = 81,1% Didapat ketelitian percobaan penelitian sebesar81,1 % BAB V PEMBAHASAN 1.
Berdasarkan Percobaan Kedua yang dilakukan pada balok Alumunium didapatkan data
volume dari hasil kali p x l x t :
Massa jenis= Massa : Volume
Volume= p x l x t
Diketahui : massa alumunium =12,3 gram
P1 = 2,685 gr/cm 3 P2 = 2,688 gr/cm 3 P3 = 2,682 gr/cm 3 P4 = 2,673 gr/cm 3 P5 = 2,681 gr/cm 3
Percobaan 1 : V = 4,58 cm3
Percobaan 2 : V = 4,575 cm3 Percobaan 3 : V = 4,586 cm3 Percobaan 4 : V = 597 cm3 Percobaan 5 : V = 587 cm3
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis alumunium sebesar p1 +
p2 +
p3 +
p4
5 = 2,6818 g/cm3
Sehingga nilai ketelitiannya kita bias cari menggunakan rumus : x 100% Diketahui :
3 alumunium literatur= 2,7 gr/cm
Dan didapat: x 100% = 92,6% Didapat ketelitian percobaan penelitian alumunium sebesar92,6 %
2.
Berdasarkan Percobaan Ketiga yang dilakukan pada silinder besi didapatkan data volume x r2)x t
dari hasil kali (
Volume= (
x r2)x t
Massa jenis= Massa : Volume
Diketahui : massa Silinder besi =61,5 gram
P1 = 7,814 gr/cm3 P2 = 7,844 gr/cm3 P3 = 7,804 gr/cm3 P4 = 7,765 gr/cm 3 P5 = 7,775 gr/cm 3
Percobaan 1 : V = 7,87 cm3
Percobaan 2 : V = 7,84 cm3 Percobaan 3 : V = 7,88 cm3 Percobaan 4 : V = 7,92 cm3
Percobaan 5 : V = 7,93 cm
3
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis silinder besi sebesar p1 +
p2 +
p3 +
p4
5 = 7,8004 g/cm3
Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa cari menggunakan rumus : x 100% Diketahui :
besiliteratur= 7,9 gr/cm 3
Dan didapat: x 100% =87,4% Didapat ketelitian percobaan penelitian silinder besi sebesar87,4 % 3.
Berdasarkan Percobaan ke-empat (Percobaan pengukuran volume sebuah kunci) ini
tekhnik perhitungannya berbeda dengan percobaan sebelumnya, kali ini kami akan meggunakan system dinamis sebagai langkah perhitungannya, hal ini dikarenakan kunci memiliki bentuk yang tidak beraturan. Pada percobaan ini pula kami belum memastikan tepat jenis logamnya, dikarenakan kunci terbuat dari bahan campuran, akan tetapi sebagai bahan perbandingan, kami memakai besi sebagai acuannya. Didapat :
Volume= (mu-ma)
Diketahui : massa besi =61,5 gram
Massa jenis= Massa : Volume
Percobaan perhitungan didapat : V = 7,87 cm3
Dan didapat massa jenis sebesar = 6,399 gr/cm3
Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa langsung dicari menggunakan rumus : x 100% Diketahui :
3 besi literatur= 7,9 gr/cm
Dan didapat: x 100% =81,1% Didapat ketelitian percobaan penelitian logam kunci sebesar81,1 % BAB VI Kesimpulan Suatu pengukuran dikatakan sempurna jika alat pengukuran yang digunakan memiliki ketelitian yang akurat serta di lakukan berulang-ulang untuk mendapatkan pengukuran yang akurat, penggunaan alat yang salah bisa saja membuat keakuratan semakin berkurang Dari percobaan pengukuran benda padat diatas, untuk mendapatkan nilai keakuratan massa jenis suatu benda bisa kita tempuh melalui dua cara, yaitu cara perhitungan system dinamis (dengan syarat benda haruslah beraturan) serta perhitungan system dinamis ( juga bisa digunakan jika suatu benda memiliki bentuk yang tidak beraturan), Dari pernyataan tersebut perhitungan volume suatu benda padat dapat dilakukan dengan cara statis, yaitu dengan menghitung volume benda tersebut dengan rumus volume bangun ruang, dan ada pula cara dinamis, yaitu perhitungan benda melalui uji percobaan antara selisih 3
massa benda di udara dengan massa benda ketika berada di air ( air = 1 gr/cm ) DAFTAR PUSTAKA
http://seilandra.blogspot.com/Pengukuran_Dasar_Pada_Benda_Padat.html http://fisika-sma.us/category/besaran-dan-satuan.html http://fisika-sma.us/pengukuran-besaran-fisika?p=71.html http://swastikayana.wordpress.com/category/tugas-tugas/fisika/besaran.html
LAPORAN PRATIKUM FISIKA PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
Guru Mata Pelajaran : Helmarita, S.Pd Oleh : Valencia Perdana Rizal Kelas : X MIA 1
Selasa, 02 September 2014
TUJUAN
Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang. JUDUL
Mengukur panjang. ALAT DAN BAHAN
Mistar biasa Jangka sorong Mikrometer sekrup Balok (batang) kayu atau papan Kelereng Kawat tembaga Kertas LANDASAN TEORI Pada pratikum kali ini alat yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu alat mistar, ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup.
1. Mistar
Ada beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm kita sebut dengan mistar berskala cm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1 mm atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. 2. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan pengggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter
sebuah kelereng, diameter dalam sbuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahanng geser. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak skala utama yang saling berdekatan dalah 0,1cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm. jadi beda satu skala utam dengan satu skala nonius dalah 0,1 cm – 0,09mm cmatau = 0,01 cmcm. atau 0,1 mm. sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 0,01 Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : ½ x 0,01 cm = 0,05 cm. Adapun bagian – bagian dari Jangka sorong yaitu : a. Pengukuran dalam b. Skala nonius (inchi) c. Umur penencang d. Batang pengukur e. Batang geser f. Skala onius (mm) g. Rahang bergerak h. Pengukuran dalam i. Batang kedalaman j. Rahang tetap 1. Mengukur diameter luar Untuk mengukur diameter luar sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : Geserlah rahang jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap) Letakkan benda yang akan di ukur diantar kedua rahang. Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang 1. Mengukur diameter dalam Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. Letakkan benda yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk kedalam benda tersebut
Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda yang diukur. 1. Mengukur kedalaman Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : Letakkan benda yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan benda yang akan diukur dalamnya.
Geserlah geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menentuhrahang dasar tabung. 3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda. Pada industri – industri modern, dituntut ketelitian dari alat – alat ukur untuk mengukur pekerjaan yang presisi. Jangka sorong tidak dapat dipergunakan untuk pembacaan dengan ketelitian 0,01 mm dengan tepat. Maka dibuatlah Mikrometer, sebab dengan micrometer dapat mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm. Kekurangan dari micrometer ini adalah jarak pengukurannya pendek, hanya sampai 25 mm(bagian luar micrometer). Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada cabangnya terdapat batang pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak, dan melalui cabang lain dari bingkai U, terdapat bidal/sarung pengukur yang terpasanga pada batang pengukur.
Putaran dari bidal/sarung pengukur tersebut menyebabkan batag pengukur berputar berputar pada sumbu yang sama. Tingkatan ukuran pada bidal/sarung pangukur dan pada laras skala dapat dibaca sebagai jarak antara dua permukaan yang diukur. Bimgkai dilindungi oleh penahan panas yang terbuat dari plastic untuk menghindari panas yang timbul langsung ari badan. Gigi geser menjamin meretanya tekanan dan menyebabkan pengukuran bebas dari‘sentuhan/touch operator’ DATA PENGAMATAN 1)
Hasil pengukuran panjang balok (batang) kayu
Pengukuran ke...
Dengan Mistar Sentimeter
Dengan Mistar Milimeter
11,4 cm 11,3 cm 11,5 cm 11,4 cm 11,4 cm 11,3 cm 11,37
1 2 3 4 5 6 Rata – Rata 2)
Hasil pengukuran diameter kelereng
Pengukuran ke... 1 2 3 4 Rata – Rata 3)
Pengukuran ke... 1 2 3 4 Rata – Rata 4)
Pengukuran ke... 1 2 3
114 mm 113 mm 115 mm 114 mm 114 mm 113 mm 113,7 mm
Dengan Jangka Sorong
Dengan Mikrometer Sekrup
15,9 mm 17 mm 16,9 mm 16,8 mm 16,6 mm
16,48 mm 16,36 mm 16,38 mm 16,38 mm 16,4 mm
Hasil pengukuran tebal kertas
Dengan Jangka Sorong
Dengan Mikrometer Sekrup
0,48 mm 0,36 mm 0,38 mm 0,38 mm 0,4 mm
0,52 mm 0,49 mm 0,43 mm 0,39 mm 0,4 mm
Hasil pengukuran kawat tembaga
Dengan Jangka Sorong
Dengan Mikrometer Sekrup
1,6 mm 1,5 mm 1,7 mm
1,2 mm 1,2 mm 1,3 mm
4 Rata – Rata
1,6 mm 1,6 mm
1,5 mm 1,3 mm
ANALISIS DATA ü . Dari hasil pengukuran
panjang kayu, alat ukur manakah yang lebih teliti pengukurannya? Berikan alasannya! Jawab : Mistar milimeter, karena tingkat ketelitiannya lebih tinggi sehingga pengukurannya lebih akurat.
ü . Pada gambar 1.1 posisi
mata mana yang paling teliti melakukan pengukuran? Jelaskan alasannya! Jawab : 2. Karena letaknya tepat pada titik ukur objek tersebut sehingga dapat memperkecil kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran. ü . Dari hasil pengukuran diameter kelereng, alat ukur manakah yang lebih teliti pengukurannya? Berikan asalannya! Jawab : Jangka sorong, karena memang fungsinya untuk mengukur suatu diameter benda. ü . Andaikan anda diminta untuk mengukur diameter rambut, sementara alat ukur yang tersedia adalah mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup. Alat ukur manakah yang akan anda gunakan? Mengapa demikian? Jawab : Mikrometer sekrup, karena tingkat ketelitiannya 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur diameter rambut yang sangat tipis. KESIMPULAN
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang menunjukakan perbandingan langsung dari benda yang diukur langsung dengan beberapa skala asli. Setiap alat ukur mempunyai ketelitian yang berbeda. Satu bagian skala terkecil mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong dalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Ketelitian dari skala nonius ada bermacam – macam, diantaranya : dalam millimeter (mm) :1/10 = 0,1 mm; 1/20 = 0,2 mm; dan 1/50 = 0,05 mm.dan dalam inchi :1/128, dan 1/1000. Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda yang dapat mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm. Pengukuran dilakukan berulang untuk memastikan hasil pengukuran agar lebih akurat dan memperkecil kesalahan yang terjadi.
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP 1. 1. 1 ACARA I PENGENALAN SEL 2. 2. 2 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2012 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop yang berfungsi untuk melihat benda mikroskopis, kaca objek dan kaca penutup yang berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati, jarum yang berfungsi untuk menghindari adanya gelembung udara di antara kaca objek dan kaca penutup, silet yang berfungsi untuk menyayat tipis daun Rhoe discolor, pinset yang berfungsi untuk mencabut sayatan tipis epidermis bawah daun Rhoe discolor, serta alat tulis yang berfungsi untuk menggambar bagian-bagian sel daun Rhoe discolor dan awetan usus tikus. Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah daun Rhoe discolor dan preparat awetan usus tikus. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara menyayat daun Rhoe discolor setipis mungkin menggunakan silet, kemudian meletakkannya diatas kaca objek yang sudah ditetesi air, lalu tutup kaca objek dengan kaca penutup. Mengamati 3. 3. 3 irisan tipis epidermis bawah daun Rhoe discolor di bawah mikroskop dengan perbesaran 50 kali dan 100 kali. Sel hewan, meletakkan preparat awetan usus tikus di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali dan 100 kali. Menggambar sel hewan dan sel tumbuhan yang tampak kemudian menyebutkan bagian- bagiannya. 4. 4. 4 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Struktur Sel Tumbuhan Rhoe discolor Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Sel diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 1. Daun Rhoe discolor perbesaran 50x dan 100x Keterangan: 1. Epidermis 2. Dinding sel 3. Stomata 4. Sitoplasmaepidermis Berdasarkan hasil pengamatan bagian sel yang dapat ditemukan irisan melintang bawah daun Rhoe discolor adalah epidermis, dinding sel,pada sitoplasma, dan stomata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa sel tumbuhan terdiri dari membran sel, inti sel, sitoplasma, dinding sel, vakuola yang besar, plastida, mitokondria, badan golgi,
5. 5. 5 retikulum endoplasma, ribosom, dan lisosom. Epidermis berbentuk bundar melingkari bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk melindungi bagian- bagian sel yang lain. Stomata berbentuk bulat di tengah dinding sel, berfungsi sebagai jalan masuknya CO2 dan keluarnya O2 pada saat fotosintesis di siang hari. Sitoplasma berbentuk cairan yang mengisi sel, berfungsi sebagai sarana agar organel tertentu dalam sel dapat bergerak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa sel memiliki keberagaman bentuk dan ukuran yang tinggi. Dinding sel daun Rhoe discolor berbentuk segi enam berguna untuk membatasi pertumbuhan sel dan terdapat cairan bernama sitoplasma di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrian (1992) yang menyatakan bahwa dinding sel hanya dapat tumbuh jika ada hubungannya dengan sitoplasma yang hidup. 6. 6. 6 1.2. Struktur Sel Hewan (Usus Tikus Putih) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Sel diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 3. Usus tikus putih perbesaran 40x dan 100x Keterangan: 1. Membran Plasma 2. Sitoplasma 3. Nukleus Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian sel hewan yang dapat ditemukan adalah membran plasma, sitoplasma, dan nukleus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa sel hewan terdiri dari membran plasma, sitoplasma, mitokondria, nukleus, sentriol, lisosom, badan golgi, retikulum endoplasma, ribosom, sitoskeleton, dan vakuola yang kecil. Sitoplasma berbentuk cairan yang mengisi sel, berfungsi sebagai sarana agar organel tertentu dalam sel dapat bergerak. Nukleus berbentuk bulat dan berada ditengah-tengah sel, berfungsi sebagai pengendali metabolisme dalam sel, 7. 7. 7 penyimpan DNA, serta tempat terjadinya replikasi dan transkripsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa sel memiliki keberagaman bentuk dan ukuran yang tinggi. Membran plasma berbentuk tidak teratur, berfungsi untuk membatasi ruang gerak sel agar sel tidak keluar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isharmanto (2009) yang menyatakan bahwa membran sel merupakan bagian paling luar yang membatasi isi sel dengan sekitarnya. 1.3. Perbedaan Tumbuhan Dikotil dan Monokotil Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan yang tampak pada pengamatan adalah adanya stomata dan dinding sel pada sel tumbuhan, selain itu di dalam sel tumbuhan juga terdapat plastida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa dinding sel dan plastida Pada hanyasel terdapat sel tumbuhan, sentriol hanya lebih terdapat sel hewan. hewan pada terdapat sentriol dansedangkan vakuola yang berukuran kecilpada daripada sel tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa vakuola sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan dan sentriol hanya terdapat pada sel hewan. 8. 8. 8 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa bagian-bagian sel tumbuhan pada daun Rhoe discolor yang dapat diamati adalah epidermis, dinding sel, sitoplasma, dan stomata. Pada sel hewan yang dapat diamati pada usus tikus adalah membran plasma, sitoplasma, dan nukleus. Perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan terletak pada dinding sel, plastida, vakuola, dan sentriol. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, plastida, dan vakuola yang besar yang tidak dimiliki oleh sel hewan. Sel hewan memiliki sentriol yang tidak dimiliki oleh sel tumbuhan, serta vakuola yang kecil. 3.2. Saran Menyarankan pada praktikan yang akan melakukan praktikum pengenalan sel agar lebih teliti dalam mengamati bagian-bagian sel tumbuhan dan sel hewan karena ada beberapa bagian yang berukuran sangat kecil. Usahakan tidak ada gelembung di antara kaca objek dan kaca penutup karena gelembung udara dapat merusak hasil perbesaran pada mikroskop. Hendaknya mengiris setipis mungkin daun Rhoe discolor. Sarana laboratorium hendaknya lebih banyak dan lengkap agar praktikan lebih mudah dalam mengamati bagian-bagian sel. 9. 9. 9 DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, & Endang W Winarni. 2007. Biologi 2. Jakarta: ESIS Isharmanto (2009). Membran Sel. From http://isharmanto.blogspot.com/search/label/MEMBRAN%20SEL Sudjadi, Bagod & Siti Laila.
10. 11.
12.
13.
2004. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A. Jakarta: Yudhistira Sutrian, Yayan. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineka Cipta 10. 10 ACARA II PENGENALAN JARINGAN 11. 11 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Jaringan Tumbuhan dan Hewan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2012 pukul 13.0015.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop yang berfungsi untuk melihat benda mikroskopis, kaca objek dan kaca penutup yang berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati, serta alat tulis yang berfungsi untuk menggambar bagian-bagian jaringan batang jagung (Zea mays), akar jagung (Zea mays), dan akar kacang tanah (Arachis hipogaea). Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah preparat awetan batang jagung, preparat awetan akar jagung, dan preparat awetan akar kacang tanah. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara meletakkan preparat awetan batang jagung di bawah mikroskop. Mengamati objek dengan perbesaran 40x dan 100x, kemudian gambar jaringan tumbuhan yang terlihat serta sebutkan bagian- bagiannya. Melakukan perlakuan yang sama pada preparat awetan akar jagung dan preparat awetan akar kacang tanah seperti preparat awetan batang jagung. 12. 12 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Struktur Jaringan Tumbuhan Jagung Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Jaringan Tumbuhan dan Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 5. Batang jagung (monokotil) perbesaran 40x dan 100x Keterangan: 1. Dinding sel 2. Endodermis 3. Korteks 4. Xylem 5. Floem Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian jaringan tumbuhan pada batang jagung yang terlihat adalah dinding sel, endodermis, korteks, xylem, dan floem. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa jaringan pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem merupakan salah satu 13. 13 bagian jaringan tumbuhan. Dinding berbentuk segi enam berguna untuk membatasi pertumbuhan sel dan terdapat cairan bernama sitoplasma di dalamnya. Endodermis berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk mengatur jalannya larutan yang diserap ke silinder pusat. Korteks berbentuk bulat dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa korteks menempati
sebagian besar akan tumbuhan dan berbentuk bulat. Xylem dan floem letaknya beraturan. Xylem berbentuk bulat, berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara tidak dari dalam tanah ke daun melalui akar. Floem berbentuk bulat, berfungsi untuk mengedarkan hasil-hasil fotosintesis tumbuhan ke seluruh bagian tumbuhan. Kambium tidak ditemukan pada batang tumbuhan jagung, hal ini dikarenakan jagung adalah tumbuhan monokotil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isharmanto (2010) yang menyatakan bahwa kambium hanya terdapat pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 7. Akar jagung (monokotil) perbesaran 40X dan 100X Keterangan: 1. Stele 2. Epidermis 14. 14. 14 3. Endodermis 4. Floem 5. Xylem Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian jaringan tumbuhan yang terlihat pada akar jagung adalah stele, epidermis, endodermis, floem, dan xylem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa susunan akar tumbuhan monokotil terdiri dari epidermis, korteks, dan stele. Epidermis berbentuk bundar melingkari bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk melindungi bagian-bagian sel yang lain. Stele berbentuk bundar dan mengandung berkas vaskuler yang terdiri dari xylem dan floem. Endodermis berbentuk bundar, berfungsi untuk mengatur jalannya larutan yang diserap ke silinder pusat. Pada bagian floem dan xylem akar jagung terletak tidak beraturan. Xylem berbentuk bulat, berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah ke daun melalui akar. Floem berbentuk bulat, berfungsi untuk mengedarkan hasil-hasil fotosintesis tumbuhan ke seluruh bagian tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa letak floem dan xylem pada tumbuhan monokotil tidak beraturan.
15. 15. 15 2.2. Struktur Jaringan Tumbuhan Kacang Tanah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Jaringan Tumbuhan dan Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 9. Akar kacang tanah (dikotil) perbesaran 40x dan 100x Keterangan: 1. Floem 2. Xylem 3. Epidermis 4. Endodermis 5. Kambium Berdasarkan hasil pengamatan pada akar kacang tanah, bagianbagian jaringan tumbuhan yang dapat terlihat antara lain, floem, xylem, epidermis, endodermis, dan kambium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa susunan akar tumbuhan monokotil terdiri dari epidermis, korteks, dan stele. Epidermis berbentuk bundar melingkari bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk melindungi bagian-bagian sel yang lain. Endodermis berbentuk bundar, berfungsi untuk mengatur jalannya larutan yang diserap ke 16. 16. 16 silinder pusat. Xylem dan floem benbentuk bulat teratur dengan kambium berada di antaranya. Xylem berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah ke daun melalui akar. Floem berfungsi untuk mengedarkan hasil-hasil fotosintesis tumbuhan ke seluruh bagian tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Isharmanto (2011) yang menyatakan bahwa pada akar tumbuhan dikotil, terdapat kambium di antara xylem dan floem. 2.3. Perbedaan Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil yang terlihat pada pengamatan adalah kambium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isharmanto (2010) yang menyatakan bahwa kambium hanya terdapat pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Tumbuhan monokotil dan dikotil juga memiliki perbedaan pada letak pengangkut, tipe pengangkut, meristem interkalar, ruas batang, empulur, akar, dan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan monokotil letak pengangkut (xylem dan floem) tersebar tanpa kambium, tipe pengangkut kolateral tertutup, mempunyai meristem interkalar, batang beruas-ruas, tidak ada empulur, akar serabut, dan bentuk daun yang menjari. Pada tumbuhan dikotil letak pengangkut (xylem dan floem) teratur dengan kambium di antaranya, tipe pengangkut kolateral terbuka, tidak mempunyai meristem interkalar, tidak mempunyai ruas batang, pada batang muda ditemukan empulur tetapi pada batang tua empulur telah menghilang, akar tunggang, dan bentuk daun yang sejajar. 17. 17. 17 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dapat dilaksanakan kesimpulan bahwa bagian-bagian jaringan tumbuhan monokotil yang di amatidiperoleh antara lain dinding sel, endodermis, epidermis, korteks, stele, xylem, dan floem. Pada jaringan tumbuhan dikotil antara lain floem, xylem, epidermis, endodermis, dan kambium. Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil yang dapat di amati adalah adanya kambium pada akar tumbuhan dikotil dan letak jaringan pengangkut. Jaringan pengangkut tumbuhan monokotil letaknya tersebar tanpa ada kambium, sedangkan pada tumbuhan dikotil letak jaringan pengangkut teratur dengan kambium berada di antaranya. Terdapat juga perbedaan pada letak pengangkut, tipe pengangkut, meristem interkalar, ruas batang, empulur, akar, dan daun. 3.2. Saran Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan detil gambar, karena jaringan tumbuhan memiliki banyak bagian yang cukup rumit untuk di gambar. Sarana laboratorium hendaknya lebih banyak dan lengkap agar praktikan lebih mudah dalam mengamati bagian-bagian sel. 18. 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, & Endang W Winarni. 2007. Biologi 2. Jakarta: ESIS Isharmanto (2011). Catatan Ringkas Jaringan Tumbuhan. From http://biologigonz.blogspot.com/2011/12/catatan-ringkas-jaringantumbuhan.html Isharmanto (2010). Jaringan Tumbuhan. From http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/jaringan-tumbuhan-1.html Sudjadi, Bagod & Siti Laila. 2004. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A. Jakarta: Yudhistira 19. 19. 19 ACARA III FOTOSINTESIS 20. 20. 20 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Fotosintesis dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 12 Oktober 2012 pukul 13.00–15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kertas timah atau
21.
22.
23.
24.
alumunium foil yang berfungsi untuk membungkus daun agar tidak terkena sinar matahari, penjepit kertas untuk menjepit alumunium foil, cawan petri yang berfungsi untuk menempatkan daun setelah direbus dengan alkohol serta meneteskan larutan JKJ (Jodium Kalium Jiodida), beker glass yang berfungsi untuk merebus alkohol dan daun, lampu spirtus yang berfungsi untuk memanaskan alkohol, pipet tetes yang berfungsi untuk meneteskan larutan JKJ, daun gamal yang berfungsi sebagai bahan yang akan diteliti, alkohol yang berfungsi untuk melarutkan klorofil pada daun, JKJ sebagai indikator kandungan amilum, dan alat tulis yang berfungsi untuk menggambarkan hasil pengamatan. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara memilih daun gamal yang terkena sinar matahari secara langsung, setelah itu menutupi permukaan daun dengan kertas timah, kemudian menjepitnya dengan penjepit kertas. Membiarkan 21. 21 daun gamal selama dua hari, setelah dua hari memasukkan daun gamal kedalam alkohol yang telah dipanaskan terlebih dahulu hingga klorofil larut. Memasukkan daun gamal yang berwarna putih ke dalam cawan petri dengan menggunakan pinset dan menetesi daun tersebut dengan JKJ hingga rata ke seluruh bagian daun. Menunggu hingga terjadi perubahan warna pada daun. Mengamati dan menggambar hasil pengamatan. 22. 22 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Daun Gamal Tanpa Aluminium Foil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Fotosintesis diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun gamal Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 11. Daun gamal tanpa aluminium foil Keterangan: 1. Beker glass 2. Alkohol 3. Daun gamal 4. Kawat kasa 5. Kaki tiga 6. Spirtus Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 12. Daun gamal saat direbus dengan alkohol 23. 23 Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012 Ilustrasi 13. Daun gamal di dalam cawan petri Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri 3. Larutan JKJ Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 14. Daun gamal saat ditetesi larutan JKJ Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 15. Perubahan warna daun gamal 24. 24 Berdasarkan hasil pengamatan pada daun gamal yang tidak ditutup dengan aluninium, setelah direbus dengan alkohol panas warna daun berubah menjadi putih pucat, hal ini dikarenakan klorofil pada daun larut dalam alkohol. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
pada bagian ini terbentuk zat amilum yang merupakan hasil dari fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jati (2007) yang menyatakan bahwa pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu energi cahaya sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Semakin banyak cahaya yang diterima daun, semakin banyak pula klorofil yang dihasilkan sehingga tumbuhan dapat menghasilkan amilum yang banyak pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susilowarno (2007) yang menyatakan bahwa cahaya amat penting dan dipelukan dalam fotosintesis karena berfungsi sebagai sumber energi, klorofil mengubah energi panas menjadi energi kimia yang selanjutnya akan digunakan dalam proses fotolisis, pada proses fotolisis inilah amilum dihasilkan. 25. 25. 25 2.2. Daun Gamal dengan Aluminium Foil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Fotosintesis diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun gamal 2. Alumunium foil Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 16. Daun gamal dengan aluminium foil Keterangan: 1. Beker glass 2. Alkohol 3. Daun gamal 4. Kawat kasa 5. Kaki tiga 6. Spirtus Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 17. Daun gamal saat direbus dengan alkohol 26. 26. 26 Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 18. Daun gamal di dalam cawan petri Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri 3. Larutan JKJ Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 19. Daun gamal saat ditetesi larutan JKJ Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 20. Perubahan warna daun gamal 27. 27. 27 Berdasarkan hasil pengamatan pada daun gamal yang ditutup dengan aluminium foil setelah direbus dengan alkohol dan ditetesi larutan JKJ menunjukkan warna hijau pucat,
28.
29.
30. 31.
sedangkan yang tidak ditutupi berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan pendapat Saktyono (1989) yang menyatakan bahwa seharusnya terjadi perbedaan antara bagian-bagian yang ditutupi dengan aluminium foil dengan yang tidak ditutupi. Daun yang ditutupi aluminium foil tampak berwarna lebih cerah. Pada bagian itu tidak terbentuk amilum karena sinar matahari yang dibutuhkan pada proses fotosintesis terhalang oleh aluminium foil. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawihartono (1999) yang menyatakan bahwa perbedaan yang tampak pada daun menunjukkan bahwa sinar matahari sangat berperan dalam fotosintesis, meskipun ada klorofil tetapi tidak ada cahaya matahari, klorofil tidak bisa berperan dalam fotosintesis. 28. 28 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Fotosintesis dapat terjadi apabila permukaan daun terkena sinar matahari, sehingga klorofil dapat terbentuk. Klorofil kemudian mengolah bahan-bahan anorganik dan menghasilkan bahan-bahan organik. Bahan organik hasil fotosintesis yang tersimpan pada daun adalah amilum. Alumunium foil yang menutupi permukaan daun menyebabkan cahaya memantul sehingga daun tidak dapat menerima cahaya matahari dan klorofil tidak terbentuk. Hal ini menyebabkan daun tidak dapat ber-fotosintesis dan tidak mampu menghasilkan amilum. 3.2. Saran Sebaiknya praktikan yang akan melakukan praktikum ini lebih teliti dalam menutupi daun dan alumunium foil. Laboratorium hendaknya dilengkap dengan kran air sehingga praktikan lebih mudah dalam membersihkan peralatan praktikum. 29. 29 DAFTAR PUSTAKA Jati, Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press Kimball, J.W. 1998. Biologi. Jakarta: Erlangga Prawirohartono. 1999. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara Saktyono. 1989. Biologi 2. Jakarta: Erlangga Susilowarno, Gunawan. 2007. Biologi. Jakarta: Grasindo 30. 30 ACARA IV ANATOMI HEWAN 31. 31 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Oktober 2012 pukul 13.00-15.00 di Laboratorium Fisiologi dan Biokomia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah baki bedah yang berfungsi untuk meletakkan burung dara setelah disembelih dan melakukan pembedahan, gunting yang berfungsi untuk menyobek bagian dada dan perut burung dara, pisau bedah
yang berfungsi untuk menyayat bulu burung pada bagian dibedah, jarum pentul yang berfungsi untuk mengunci sayapdara burung dara padayang saat akan proses pembedahan. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara menyembelih burung merpati. Meletakkan merpati pada baki bedah, mengunci sayap merpati menggunakan jarum pentul. Menyayat burung dara dan menghilangkan bulu pada bagian perut dan dada. Merobek bagian dada merpati menggunakan gunting, mulai dari kloaka hingga leher. Mengeluarkan organ dalam burung dara dan memisahkan antara 32. 32. 32 sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Mengamati dan menggambar bagianbagian burung dara serta menyebutkan fungsinya. 33. 33. 33 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Inspectio Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 21. Anatomi eksternal burung dara Keterangan: 1. Mata 2. Sayap 3. Kaki 4. Ekor 5. Paruh 34. 34. 34 Berdasarkan pengamatan pada anatomi eksternal burung dara dapat ditemukan mata, sayap, kaki, ekor, dan paruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1997) yang menyatakan bahwa burung merpati merupakan hasil domestikasi dari Columba livia. Tubuh burung merpati terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), trncus (badan), dan cauda (ekor). Ordo ini mempunyai ciri-ciri paruh pendek dan langsing dengan cora pada pangkalnya. Tubuh burung merpati diselubungi oleh bulu, kecuali pada bagian aki dan paruh. Kaki burung merpati yang bersisik berfungsi untuk berjalan dan hinggap. Sayap berfungsi untuk terbang. Ekor berfungsi untuk menjaga keseimbangan burung pada saat terbang. Paruh berfungsi untuk mengambil makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Alters (1999) yang menyatakan bahwa bulu pada Columba livia mempunyai stuktur epidermis yang
35.
36.
37.
38.
fleksibel, mengkilap, dan tahan air. Beberapa tipe bulu dari penutup bulu badan pada merpati adalah bulu luar dan bulu dalam atau bulu halus. Bulu luar adalah datar (kecuali untuk bulu yang halus, letaknya lebih rendah, yaitu pada dasarnya) dan bersama-sama dipegang oleh duri kecil. 35. 35 2.2. Morfologi Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 22. Morfologi burung dara Keterangan: 1. Baki bedah 2. Sayap 3. Tembolok 4. Paru-paru 5. Jantung 6. Testis 7. Ampela 8. Hati 9. Pankreas 10. Usus halus 11. Ginjal 12. Usus besar 13. Kloaka 14. Ekor 36. 36 Berdasarkan pengamatan pada morfologi burung dara dapat ditemukan organ dalam burung dara seperti tembolok, paru-paru, jantung, testis (karena burung yang di bedah berkelamin jantan), hati, pankreas, usus halus, ginjal, usus besar, kloaka, dan ampela. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa anatomi internal burung terdiri dari paruh, kerongkongan, tembolok, lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus besar, kloaka, jantung, ginjal, pankreas, trakea, bronkus, paru-paru, hati, dan testis/ovum. Burung merpati memiliki sepasang testis berwarna putih dan berbentuk oval. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada testis sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mikrajuddi (2007) yang menyatakan bahwa alat kelamin burung jantan terdiri dari sepasang testis yang umumnya berbentuk oval dan berwarna putih. Testis befungsi untuk menghasilkan sperma yang berguna pada saat pembuahan. Ginjal berfungsi untuk membentuk urin. 37. 37 2.3. Digestorium Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 23. Sistem pencernaan burung dara Keterangan: 1. Paruh 2. Tenggorokan 3. Tembolok 4. Hati 5. Kantung empedu 6. Ampela 7. Pankreas 8. Usus halus 9. Usus besar 10. Kloaka Berdasarkan pengamatan pada anatomi burung dara dapat ditemukan bagian-bagian sistem pencernaan burung seperti paruh, tenggorokan, tembolok, hati, kantung empedu, ampela, pankreas, usus halus, usus besar, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa burung 38. 38 memiliki saluran pencernaan yang terdiri dari mulut. Kerongkongan, tembolok,
lambung empedal, usus halus, besar, dan kloaka. Paruh burung tidak memiliki gigi, makakelenjar, makanan yang dimakan oleh usus burung dikunyah di ampela dengan menggunakan kerikil agar makanan dapat hancur. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparman (2001) yang menyatakan bahwa burung merpati tidak mempunyai gigi. Makanan yang dipatuk akan terus disimpan di dalam tembolok. Antara tembolok dan lambung terdapat kelenjar lambung dan lambung pengunyah. Lambung pengunyah berdinding tebal, mempunyai kelenjar yang menghasilkan getah kelenjar. Dalam lambung pengunyah biasanya terdapat kerikil dan pecahan-pecahan kulit kerang atau siput. Benda-benda tersebut untuk membantu pencernaan. Tenggorokan berfungsi sebagai saluran untuk menyalurkan makanan dari paruh ke tembolok. Tembolok berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara. Hati berfungsi untuk menetralkan racun pada tubuh. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan racun. Pankreas berfungsi untuk membentuk enzim pencernaan. Usus halus berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan membusukkan sisa-sisa makanan. Kloaka berfungsi sebagai lubang pengeluaran dan juga tempat bermuaranya saluran urogenital dan saluran kencing. 39. 39. 39 2.4. Resphiratorium Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 24. Sistem pernapasan burung dara Keterangan: 1. Lubang hidung 2. Faring 3. Jantung 4. Paru-paru Berdasarkan pengamatan pada anatomi burung dara dapat ditemukan lubang hidung, faring, jantung, dan paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat 40. 40. 40 Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa alat pernapasan burung terdiri dari lubang hidung (nares) yang berhubungan dengan trakea, bronkus, dan paru-paru. Jantung merupakan sistem respiratoria karena jantung mengambil dan mengedarkan O2 dari paru-
41.
42.
43. 44.
paru ke seluruh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslim (2007) yang menyatakan bahwa jantung merupakan alat pemompa darah. Lubang hidung berfungsi untuk mengambil O2 dari alam untuk selanjutnya disalurkan ke paru-paru. Faring berfungsi untuk menyalurkan O2 dari lubang hidung ke paru-paru. Paru-paru berfungsi untuk menukar O2 dan CO2 di dalam tubuh. 41. 41 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Anatomi eksternal burung dara adalah kepala, leher, badan, dan ekor. Tubuh burung dara ditutupi oleh bulu luar dan bulu dalam, kecuali pada bagian kaki dan paruh. Kaki burung ditutupi oleh sisik. Morfologi burung dara meliputi sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Sistem pencernaan burung dara adalah paruh, eshopagus, tembolok, lambung, hati, usus dan kloaka. Sistem pernafasan burung dara adalah lubang hidung, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru. Organ dalam burung dara di ikat oleh jaringan ikat yang sangat tipis dan bening. 3.2. Saran Praktikan diharapkan berhati-hati saat melakukan pembedahan karena organ dalam burung dara sangat rentan. 42. 42 DAFTAR PUSTAKA Alters, Sandra. 1999. Biology. Boston: Jones and Braflet Publisher Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang Widi. 2007. Biologi 2. Jakarta: ESIS Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga Suparman. 2001. Cara Memelihara dan Melatih Merpati Balap. Jakarta: JPBooks 43. 43 ACARA I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 44. 44 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 9 November 2012 pukul 13.00–15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris yang berfungsi untuk mengukur panjang tanaman, jangka sorong yang berfungsi untuk mengukur diameter tanaman, aqua gelas yang berfungsi sebagai tempat penumbuhan tanaman, dan kapas sebagai media tumbuh tanaman. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah biji jagung dan kacang tanah. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara merendam biji jagung dan biji kacang tanah selama 24 jam. Menanam biji jagung dan kacang tanah pada 2 aqua gelas berbeda masing-masing, kemudian membasahinya dengan air. Melakukan hal yang sama pada minggu kedua hingga keempat.
Memperlakukan hal lingkungan, yang sama pada setiap aqua berumur satusama. sampai empat minggu yakni mendapatkan penyinaran, serta gelas penyiraman yang Melakukan pembongkaran pada tanaman jagung dan kacang tanah dari aqua gelas dan 45. 45. 45 membersihkan tanaman dari kapas yang menempel. Mengukur tinggi tanaman dan panjang angkar dengan menggunakan penggaris. Mengukur diameter batang dengan menggunakan jangka sorong dan menghitung daun. 46. 46. 46 1 2 3 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun 2. Batang 3. Biji 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 25. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung Tabel 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung Sampel (minggu) Tinggi Tanaman (cm) Panjang Tanaman (cm) Diameter (cm) Panjang Akar (cm) Daun (helai) .........................................cm......................................... 1 9,9 13 0,8 2 20 2 16 25,6 0,21 7,2 20 3 26,8 34,2 0,24 6,7 24 4 34,4 40,4 0,38 5,2 24 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. 47. 47. 47 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 26. Grafik pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung Berdasarkan praktikum pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman jagung, diketahui bahwa pertumbuhan tanaman jagung diawali dengan tumbuhnya radikula atau kaleoptil dalam biji. Hal ini sesuai pendapat Campbell (1999) yang menyatakan bahwa organ yang pertama muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar embrionik yang akan terus memanjang. Penurunan panjang akar pada jagung ketiga dan keempat disebabkan oleh pemisahan akar dan kapas yang tidak dilakukan
secara berhati-hati, sehingga akar menjadi putus. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yaitu suhu, cahaya dan kelembaban. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Buritno (1995) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor nutrisi, gen, lingkungan dan zat tumbuh. 9.9 16 26.8 34.4 13 25.6 34.2 40.4 0.8 0.21 0.24 0.38 2 7.2 6.7 5.2 20 20 24 24 18 19 20 21 22 23 24 25 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 4 Umur (Minggu) Tinggi Tanaman Panjang Tanaman Diameter Batang Panjang Akar Jumlah Daun cm helai 48. 48. 48 1 2 3 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Tanah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun 2. Batang 3. Biji Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 27. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah Tabel 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Tanah Sampel (minggu) Tinggi Tanaman (cm) Panjang Tanaman (cm) Diameter (cm) Panjang Akar (cm) Daun (helai) .........................................cm......................................... 1 11,5 27,7 0,13 16,2 1 2 14,3 36,6 0,14 22,3 2 3 27,7 41 0,16 13,3 3 4 54,2 69,2 0,35 15 7 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. 49. 49. 49 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 28. Grafik pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pertumbuhan akar dan batang pada tanaman kacang tanah mengalami pemanjangan disetiap minggunya. Sebab pada ujung akar dan batang terdapat jaringan embrionik membelah secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (1999) yang menyatakan bahwa jaringan meristematik yang bersifat embrionik itu terletak pada ujung tunas batang muda dan ujung akar, sehingga batang dan akar bisa melakukan pemanjangan dan tumbuh. Pada jumlah daun juga meningkat pada setiap tanaman. Karena jaringan apikal batang kacang tanah aktif membelah dan berdeferensiasi membentuk daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Goldsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa pada bagian meristem apikal batang terdapat kubah yang disebut dengan primordia yang nantinya akan membentuk daun. 11.5 14.3 27.7 54.2 27.7 36.6 41 69.2 0.13 0.14 0.16 0.35 16.2 22.3 13.3 15 1 2 3 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 Umur (minggu) Tinggi Tanaman Panjang Tanaman Diameter Batang AkarBerdasarkan Jumlah Daunhasil cm helai 50. 50. 50 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1.Panjang Kesimpulan praktikum pada pertumbuhan dan perkembangan dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan organisme merupakan hasil dari pembelahan sel, pembesaran sel serta diferensiasi sel. Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kacang tanah khususnya dari waktu ke waktu mengalami perubahan tumbuh tanaman apabila dilihat dari bertambahnya tinggi, jumlah daun, diameter akar dan batang pada tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor dari luar maupun dari dalam. Faktor dari dalam berupa hormon sedang faktor dari luar yaitu gen, cahaya matahari, suhu udara, kelembaban udara, tanah, nutrisi dan air. 3.2. Saran Praktikan lebih teratur dalam menyirami tanaman agar tanaman tidak mati. Menggunakan gelas yang memiliki lubang tidak terlalu besar agar air tidak terlalu cepat mengalir keluar. 51. 51. 51 DAFTAR PUSTAKA Buritno, Bambang & Sitompul. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Campbell, A.N., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G., 1999. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta. Goldsworthy, P.R., Fisher, N.M., 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Laporan Kimia Dasar PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA CARA PENGGUNAANNYA PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA CARA PENGGUNAANNYA
Nama : Hani Ruyati NIM : 1014083
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2014
BAB I PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA CARA PENGGUNAANNYA
1.1
Tujuan Praktikum Mahasiswa mendapat nilai ketuntasan apabila memenuhi indikasi: a.
Dapat menyebutkan alat kimia dengan benar
b. Dapat menyebutkan karakteristik bahan kimia dengan benar c.
Dapat menggunakan alat kimia dengan benar
d. Dapat melakukan teknik dasar kualitatif dan kuantitatif dengan benar
1.2
DASAR TEORI a) Pengenalan alat-alat kimia di Laboratorium
Dalam suatu laboratorium kimia, biasanya banyak terdapat alat-alat eksperimen yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman yang berharga bagi setiap praktikan. Disamping itu, dalam suatu laboratorium kimia juga terdapat bahan – bahan eksperimen. Alat – alat yang biasa terdapat di laboratorium kimia diantaranya dalah alat ukur seperti neraca, thermometer, multimeter,dll. Selain alat – alat ukur, dalam laboratorium kimia juga terdapat alat – alat khusus seperti gelas beaker (beaker glass), tabung reaksi, statif, rak tabung reaksi, labu Erlemeyer, cawan, dll. Alat – alat tersebut ada yang terbuat dari bahan gelas, plastik, porselin, logam, kayu, dan karet serta terdapat pula peralatan – peralatan listrik.
Dibawah ini beberapa contoh alat-alat kimia dan fungsi nya:
Labu Ukur Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung dan mencampur larutan kimia.
Tabung Reaksi Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung larutan dalam jumlah yang sedikit
Beker Gelas
Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang banyak
Statif Alat untuk menegakkkan corong, buret
Botol Semprot Alat untuk menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat dan bahan
b) Pengenalan Bahan Kimia Dilaboratorium Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah terbakar, beracun, berbau tajam yang berdampak pada kesehatan, merusak benda-benda disekitarnya bahkan dapat mematikan makhluk hidup. Keselamatan kerja di laboratorium sangatlah penting. Oleh karena itu, pada wadah atau tempat bahan-bahan atau zat kimia diberi simbol-simbol yang bertujuan untuk memberi keterangan mengenai sifat dan bahaya zat tersebut. Tanpa adanya simbol tersebut, tentu akan berbahaya sekali karena tidak ada peringatan secara visual. Maka dari itu, diharapkan kita sebagai praktikan dapat berhati-hati dalam penggunaan bahan-bahan kimia tersebut demi keselamatan bersama. Untuk itu sebelum kita memasuki laboratorium kimia perlu kita pahami simbol-simbol tanda bahaya tersebut untuk menghindari kesalahan-kesalahan dan bahaya yang tidak kita inginkan.
Berikut ini adalah simbol-simbol bahaya beserta keterangannya o
Explosive ( Mudah Meledak ) Bahan kimia dengan lambang explosive ini mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Tindakan : hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan api dan sumber nyala lain.
o
Oxidator ( Pengoksidasi ) Bahan kimia dengan lambang ini, adalah bahan yang kaya akan oksigen, bahan kimia ini biasanya tidak mudah terbakar, namun apabila kontak dengan bahan yang mudah terbakar atau sangat mudah terbakar maka akan meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan . Contohnya pada saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi maka tentu saja juga akan menghasilkan panas.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor o
Flammable ( Mudah Terbakar ) Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar dari hidridal metal.Sumber nyala dapat dari Bunsen. Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api, se rta hindari dari pengaruh
kelembapan tertentu. o
Toxic ( Beracun ) Toxic adalah bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan kematian bila tertelan atau terhirup. Tindakan : Jangan ditelan dan atau dihirup, hindari kontak langsung dengan kulit
o
Harmful ( Berbahaya, Iritasi ) Bahan kimia ini memiliki resiko merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut ( ingestion ), atau kontak dengan kulit, menyebabkan iritasi, gatal-gatal, dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit jika kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir.
Tindakan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung dengan kulit.
o
Corrosive ( Korosif ) Bahan ini dapat merusak jaringan hidup, menyebakan iritasi pada kulit, gatal-gatal, dan dapat membuat kulit mengelupas. Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan benda logam
o
Dangerous for Enviromental ( Bahan Berbahaya bagi Lingkungan ) Bahan kimia ini adalah bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen lingkungan. Juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengaan lingkungan yang dapat membahayakan makhluk
hidup.
c) Teknik Dasar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif 1) Memanaskan Larutan Siapkan kaki tiga lalu letakkan kawat kasa diatasnya Letakkan gelas kimia diatas kasa dan panaskan dengan pemanasan spiritus.
2) Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi Jepit tabung reaksi yang berisi larutan dengan penjepit kayu Panaskan dengan api spiritus, saat memanaskan goyang tabung reaksi agar pemasan merata.
3) Cara Menyaring Siapkan corong dan kertas saring lalu letakkan kertas saring diatas diatas corong gelas Saring larutan sedikit demi sedikit.
4) Cara meneteskan larutan kedalam tabung reaksi Untuk zat yang tidak berbahaya atau tidak bereaksi meneteskan bisa langsung meneteskan kedalam
larutan yang ada didalam tabung reaksi Tapi apabila zat atau larutan yang ada dalam tabung reaksi tersebut merupakan zat yang pekat,berbahaya
atau sangat reaktif penetesan dilakukan lewat dinding tabung reaksi secara perlahan.
5) Cara mengocok larutan Cara mengocok larutan dalam labu ukur dan mengocok zat dalam Erlenmeyer
6) Cara menimbang Neraca digital untuk menimbang zat baku primer dengan neraca analistis
7) Mengukur volume zat cair dengan menggunakan gelas ukur Mengukur volume larutan bisa diukur dengan gelas ukur kecuali dinyatakan lain,pengukuran menggunakan pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga kesalahan tidak mewlebihi batas yang ditetapkan.
1. Teknik dasar titrasi a.
Penggunaan buret
Periksa dan bersihkan buret sebelum digunakan Masukkan zat kimia yang akan digunakan kedalam buret dengan menggunakan corong Pasang buret pada statip dan klem agar posisi nya stabil.
2. Cara titrasi Zat yang akan dititrasi disebut titrat (ditampung dalam Erlenmeyer),sedangkan larutan yang digunakan
untuk menitrasi disebut dengan titran (dimasukkan ke dalam buret).
1.3
ALAT DAN BAHAN a.
Alat
: Seperangkat alat-alat Praktikum Misal gelas ukur,corong,buret dan lain sebagainya.
b. Bahan : Perwakilan bahan untuk masing-masing jenis bahan Aquades dan bahan lain untuk mendukung peragaan.
1.4
PROSEDUR PERCOBAAN 1) Mengumpulkan gambar alat-alat laboratorium dan fungsinya sebagai tugas utama 2) Disiapkan alat-alat laboratorium untuk diperagakan sebagaimana fungsinya 3) Memahami dan menggambar simbol-simbol berbahaya di laboratorium 4) Pembimbing praktikum memperagakan cara-cara penggunaan dari masing-masing alat untuk kemudian dipraktekkan oleh praktikan.
1.5
KESIMPULAN
Alat alat laboratorium memiliki banyak macam sesuai dengan bentuk, ukuran dan fungsinya masing-
masing dan ada yang terbuat dari gelas (kaca), logam, kayu, plastik dan lain-lain. Beberapa nama alat-alat laboratorium missal buret, statif, cawan penguapan, botol reagen, Erlenmeyer,
labu pengencer, gelas ukur, cawan petri, pipet tetes, pipet ukur, corong kaca, pipet gondok, kaca arloji, pipet tetes, penjepit tabung reaksi, kaki tiga,, spatula, rak tabung reaksi, tabung reaksi , corong pisah, pH meter, porselin, pembakar spiritus, neraca digital, batang pengaduk dan lain sebagainya.
Mengenal dan mengetahui cara kerja alat-alat yang ada di laboratorium dengan tujuan agar tidak
menemui kendala dalam praktikum serta penggunaan alat dan bahan dengan tepat sangat diperlukan agar hasil percobaan akurat, sehingga dapat membuktikan kebenaran antara teori dan hasil percobaan yang dilakukan. Beberapa simbol-simbol berbahaya yang tertera pada label kemasan wadah bahan kimia antara lain :
Explosif ( Mudah Meledak ) Oxidator ( Oksidasi ) Flammable ( Mudah Terbakar ) Toxic ( Beracun ) Harmful ( Berbahaya ) Corrosive ( Korosif ) Dangerous for Enviromental (Berbahaya bagi Lingkungan )
DAFTAR PUSTAKA
Maftuhah,Aida.2014.Modul Praktikum Kimia Dasar.Ciebon:AKFAR Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung : ITB Hadiat, dkk. 1998. Daftar Alat-Alat Laboratorium beserta Penjelasan. Jakarta : Argon Karya Tim Kimia. 2103. Penuntun Praktikum Sains Dasar Bidang Kimia .
Lampung : Universitas Lampung
LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM KIMIA DASAR LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM KIMIA DASAR
OLEH :
ADE FITRIA YUSIDA
E10013232
ADETIAS KATANAKAN .G
E10013243
DARMAWAN
E10013247
DEDI SAPUTRA
E10013246
SARI LELA IRAWAN
E10013217
SELLI ANGGRAINI
E10013223
D3
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu kimia dasar ilmu yang mempelajari tentang berbagai hal, beberapa diantaranya adalah kromatografi, laju reaksi, stoikiometri dan lain-lain. Ilmu kimia dasar juga merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada semester pertama di Universitas Jambi, dengan bertujuan untuk meambah pengetahuan serta ilmu yang sudah di dapat pada masa SMA ini maka dilakukan praktikum yang sangat bermanfaat untuk menambah pengalaman bekerja mahasiswa di laboratorium. Dalam laporan ini kami memaparkan semua materi yang telah dipelajari pada praktikumpraktikum sebelumnya, dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi kita semua yang membutuhkan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar adalah untuk mengetahui dan dapat membedakan berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan dalam ilmu kimia, selain itu juga untuk dapat menganalisa dengan baik apa yang sudah diajarkan secara materi dan mempraktekannya
dalam praktikum. Juga dapat bertujuan sebagai perancangan agar setelah terjun ke masyarakat kita akan sudah mengerti bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan apabila kita sedang bekerja di dalam laboratorium. Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum-praktikum yang telah dilakukan sebelumnya adalah untuk mempermudah mahasiswa-mahasiswi untuk mengenal lebih baik lagi mengenai mata kuliah ilmu kimia dasar ini, juga agar saat berada di masyarakat tidak canggung lagi dalam mempraktekkan ilmu kimia dasar ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemisahan dan Pemurnian
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur .Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 2002). Kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkuran ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komposisi larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal. Pemisahan gula dari tebu dan pemurnian berbagai macam zat dilakukan dengan kristalisasi. Pemurnian garam dapur dapat dilakukan dengan rekristalisasi. Dalam hal ini garam dilarutkan kedalam air bersih kemudian disaring , lalu filtratnya dikristalkan. Filtrasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. (Susilo Tri A:2011) Sublimasi adalah perubahan zat padat ke zat gas atau sebaliknya (Tanley:2006).
Destilasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael Purba:2006) Penguapan larutan dipanasakan sehingga larutannya menguap dan meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Contohnya adalah pembuatan garam dari air laut. Pelarutan adalah campuran dua jenis padatan juga dapat dipisahkan dengan melarutkannya dapat suatu pelarut yang dapat melarutkan salah satu komponen. Komponen yang tidak larut kemudian dapat dipisahkan dengan penyaringan. Misalnya memisahkan campuran garam dengan gula. Mula-mula campuran dilarutkan dalam alkohol . Gula akan larut sedangkan garam tidak. Garam dapat dipisahkan dengan penyaringan. Sedangkan gula dapat diperolah dengan menguapkan filtrat.
Kromatografi
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. ( Yos hit o T akeuc hi: 200 9). Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas fasa diam
didukung oleh suatu zat padat
berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis
kualitatif menggunakan
kromatografi
kertas
dilakukan
dengan
cara
membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR). Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jar ak y ang dit empu h n oda / j arak yang dit empu h pe laru t Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005). Kromatografi adalah metode pemisahan komponen kimi a yang didasarkan pada perbedaan antara fase bergerak dan fase diam dari komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan. Komponen yang dipisahkan tersebut dapat dikuantifikasi dengan menggunakan detektor dan/atau dikoleksi untuk analisa lebih lanjut. Instrumen untuk mengkuantifikasi adalah Gas and liquid chromatography dengan mass spechtrometry (GC-MC dan LCMC); Fourier transform infrared spectroscopy
(GC-FTIR)
dan
diode-array
UV-VIS
absoprtionspectroscopy
(HPLC-UV-VIS).
Kromatografi gas (GC) digunakan untuk memisahkan senyawa organik menguap (volatile). Fase bergerak adalah gas dan fase diam biasanya cairan. High Performance Liquid Chromatografi (HPLC) adalah variasi dari khromatografi cairan yang menggun akan pompa bertekanan tinggi untuk meningkatkan efisiensi pemisahan senyawa kimia. Kromatografi cair (LC) digunakan untuk menganalisis pemisahan campuran, yang mengandung ion-ion logam dan senyawa organik. Fase bergerak adalah pelarut dan fase diam adalah cairan yang menduku padatan, padatan, dan ion pengganti resin (Afrianto, 2008) Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005). Kromatografi adalah cara pemisahan campuran zat-zat yang komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase: fase stasioner (fase diam) dan fase mobil (fase bergerak). Fase stasioner cenderung menahan komponen dalam campuran sedangfkan fase mobil cenderung menghanyutkannya. Pada kromatografi kertas, kertas saring berperan sebagai fase stasioner sedangkan pelarut berperan sebagai fase mobil.
Stoikiometri
Hukum Avogadro berbunyi “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama”. (Michael Purba:2006) Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakuka n karena proses kim ia yang berlangsung dalam kehidupan sehai-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat mengandung 6,02 x 10 23 partikel. 6,02 x 10 23adalah bilangan avogadro. (Chemia:2009)
Persamaan Reaksi merupakan suatu cara untuk menerangkan reaksi atau proses kimia. Sehubungan dengan persamaan reaksi, kita mengenal adanya koefisien, yaitu angka didepan rumus pada persamaan reaksi yang menunjukan perbandingan jumlah mol zat. Bila gas berwujud gas, maka koefisien juga menunjukan perbandingan volume. (Muchtaridi :2009) Sistem Konsentrasi digunakan untuk menghitung jumlah zat dalam suatu larutan berdasarkan konsentrasi analitik. Sistem konsentrasi ini terdiri atas :
Kemolaran (molaritas) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan.
M = mol zat terlarut = mol zat terlarut Volume larutan (L) ml (larutan) Sistem ini didasarkan pada volume larutan dan digunakan dalam prosedur laboratorium yang jumlahnya diukur. Molaritas larutan (M) = N/V, dimana n = gram/BM Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram pelarut.
m = mol zat pelarut
Massa zat pelarut (kg)
m = massa zat terlarut x 1000 gram
Mr
massa pelarut(gram)
Persen Berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.
atau
% zat X = massa zat terlarut (g) x 100% Massa larutan (g)
Pada sistem ini memperinci jumlah gram solut per 100 gram larutan. Sistem ini menyatakan bagian suatu komponen dalam satu juta bagian suatu campuran. Rumus Empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan atom-atom dari berbagai unsur dalam senyawa. Dalam perhitungannya yaitu setelah susunan suatu senyawa ditentukan secara eksperimen, senyawa tersebut bersama-sama dengan bobot-bobot atom yang diketahui, kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka banding tersederhana dari atomatom dalam senyawa itu dan dengan dengan demikian rumus empirisnya. (Dea Nugraha:2010) Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi.Langkahlangkah yang perlu dilakukan adalah: menulis persamann reaksi, menyetarakan koefisien reaksi, memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol. (Misbachudin:2011). Stoikimetri berasal ari bahasa Yunani,, yaitu stoicheion yang berati unsur, metron artinya mengukur. Jadi stoikiometri adalah perhitungan kimia. Ada
lima
hukum
dasar
dalam
perhitungan
kimia,
yaitu
Hukum
Kekekalan
Massa
(Hukum Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac), dan Hukum Avogadro. Hukum Lavoisier atau Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Pada tahun 1785, Antoine Lavoisier menemukan fakta bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat. Massa zat sebelum dan sesudah reaksi yang ditimbang secara teliti setiap eksperimennya, menghasilkan massa zat yang selalu tetap. Hukum Boyle berbunyi “ Gas dengan massa tertentu maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Huk um Perbandingan Tetap atau Hukum Proust berbunyi : “Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa selalu tetap”.
Hukum Perbandingan Berganda atau Hukum Dalton berbunyi “Jika dua unsur membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya, massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bulat dan sederhana. Hukum Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac berbunyi “Volume gas -gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana”.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB
pC + qD
. (Sandri J, Muchtaridi: 2009) Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik,
menit,
jam,
hari
atau
tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009) Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu, sebagai berikut:
Jika diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju reaksi adalah mol/L.det atau M/det. Laju rata-rata adalah rata-rata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300 km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh s peedometer kendaraan. Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring dengan bertambahn ya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat ditentukan dari kemiringan ( g radien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut: Lukis garis singgung pada saat t, Lukis segitiga untuk menentukan kemiringan, laju sesaat = kemiringan tangen. (Septian: 2009) Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009) Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007) Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memp erkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. (Arif H:2008) Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibut uhkan untuk bereaksi.
Titrasi oksidasi reduksi
Titrasi redoks
adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi,
penyeimbangan
materi
biasanya
dapat
dilakukan
dengan
mudah
sedangkan
penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 2003). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady, 2000). Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dima sukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen . Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 2002).
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum kimia dasar ini dil akukn setiap hari Sabtu pukul,12.30 WIB sampai selesai, di lakukan di laboratorium yang terletak di gedung MIPA Universitas Jambi.
Materi
Adapun alat yang perlu disiapkan pada praktikum pemisahan dan pemurnian adalah gelas kimia yang berukuran 50ml dan 250 ml, corong, cawan penguap,gelas ukur 50ml, pembakar, kaca erloji, dan kertas saring. Sedangkan bahan dapur, yod, kapur tulis, dan pasir.
yang diperlukan yaitu
CuSO4.5H2O, garam
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktiku kromatografi yaitu gelas kimia, kertas, penggaris, pensil, tinta warna biu, hitam, merah,lidi dan air. Alat dan zat yang digunakan dalam pratikum stoikiometri adalah tabung reaksi, larutan CuSO4 1 M ,larutan NaOH 2 M, dan larutan HCl. Alat dan zat yang diperlukan pada praktikum laju reaksi seperti labu 250 mL 4 buah, tabung ukur 100 mL, larutan natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL, mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 mL, tabung ukur 25 mL, tabung raksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M, larutan Kaliu, permangant 0,01M dan larutan asam sulfat 0,5M. Adapun alat dan zat yang digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10 ml larutan tinta, larutan H 2SO 4, buret dan tabung titrasi.
Metoda
Percobaan pertama pada praktikum pemisahan dan pemurnian, masukkan kurang lebih 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian diaduk. Biarkan pasir mengendap. Kemudian tuangkanlarutan bagian atas. Percobaan kedua, masukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk. Siapkan corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan. Percobaan ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutan garam ini disaring dengan mmenggunakan kertas saring. Uapkan garam yang telah diisaring ini dalam cawan penguap. Percobaan keempat, larutkan 10 gram CuSO4.5H2O ke dalam 50 ml air. Lalu uapkan larutan ini di atassmpembakar sehingga volume menjadi 20 ml, kemudian didnginkan. Perhatikan kristal yang terjadi. Percobaan kelima, campurkan satu sendok pasir dan satu sendok garam dapur, sampai homogen. Masukkan kedalam gelas kimia, panaskan campuran ini
kemudian saring. Zat padat yang tertinggal di corong cuci dua sampai tiga kali denga 5 ml air. Air saringan dan air cucian disatukan, kemudian uapkan di aas pembakar dalam cawan penguapan. Jika airnya sudah hampir habis, hendaknya disishkan sebentar dan biarkan air menguap sendiri. Percobaan keenam, masukkan 2 gram yod yang kotor dikoori dengan pasir atau natrium karbonat ke dalam cawan penguapan. Tutup cawan dengan kaca erloji. Sesudah didinginkan kumpulkan kristal-kristal tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk. Metoda pada stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH yaitu gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. Masukkan 8 mL NaOH ke dalam gelas kimia atau gelas plaastik dan cata temperaturnya. Sementara diaduk, tambahkan 5 mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan amati temperatur dari campuran. (hal yang perlu dicatat temp eratur larutan CuSO4 harus diatur agar sama dengan temperatur larutan alkali dalam gelas kimia ssebelum pencampuran). Kemudian ulangi percobaan menggunakan 6 mL NaOH dan & mL CuSO4, 5 mL NaOH dan 8 mL CuSO4, dan terakhrir 7 mL NaOH dan 6 mL CuSO4.
Metoda stoikiometri asam-basa yatu ke dalam 5 buah gelas piala masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan NaOH, dan ke dalam 5 buah gelas piala lainnya masukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan HCl. Temperatur d ari tiap-tiap macam larutan diukur di cata. Kemudian ambil harga rata-ratanya (ini adalah temperatur mulam-mula TM). Setelah itu kedua macam larutan inidicampurkan sedemikian rupa, sehingga volume campuran l arutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 6 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama campuran ini diamati dan dicata sebagai temperatur akhir. Dengan demikian diperoleh harga ∆T untuk setiap kalli pencampuran larutan asamm basa. Selanjutnya, buatlah grafik antara ∆T sumbu y dan volume sumbu x. Adapun metoda praktikum kromatogafi yaitu buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah kertas kromatografi. Buat titik dengan tinta hijau ditengah garis. Buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan kana dengan jarak 2 cm, biarkan mengering. Kemudian gulung kertas hingga membentuk silinder. Tempetkan kertas dalam gelas kimia yang baerisi air setinggi 1 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta tidak sampai tercelup/ terendam air). Biarkan air merambat kebagian atas kertas, zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas mengering. Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna dari garis pensil pada ujung bawah kertas. Hitung harga perbanding an kedua jarak. Cara pengerjaan reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida pada praktikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu tuangkan kedalam masing-masing labu yang ditandai A,B,C 25 mL natrium tiosulfat 1M. Kemudian kedalam B dan C tambahkan berturut-turut 25mL dan 50 mL air dan guncangkan labu-labu itu, agar terjadi pencampuran yang sempurna. Lalu pada labu Abubuhkan 25 mL asam klorida5M dan kkcok labu tersebut jalankan stopwatch tepat pada saat larutan larutan
asam klorida dituangkan dan hentikan stopwatch tepat pada saat kekeruhan timbul. Lakukan hal yang sama pada larutan B dan C.
Terakhir bandingkan kecepatan pembebasan belerang itu dan terangkan hasil-haasil yang tercapai, catat semua hasil percobaan pada lembaran pengamatan. Cara pengerjaan reaksi antara kalium iodida dan merkuri klorida yaitu taruh kira-kira 2 gram masing-masing dari kalium iodida dan merkuri klorida dalam gelas kimia dan amati perubahan yang terjadi. Aduk campuran itu dengan batang gelas, mula-mula secara paearlahan lalu dengan cepat, dan akhirnya tambahkan air 1 mL. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan. Reaksi ketiga adalah reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat yaitu encerkan 50 tetes larutan asam okksalat dengan air hingga menjadi 25 mL (larutan A). Lakukan hal yang sama dengan larutan kalium permangant (larutan B). Selanjutnya dalam satu tabung reaksi kecil bubhkan pada 2 tetes larutan A, 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dan 1 tetes larutan B. Jalankan stopwatch ketika tetes terakhir ini ditambahkan.. ukur waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang. Kemudian panaskan tabung reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan tetes larutan asam sulfat 0,5 M dalam air mendidih selama 10 setik. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan B, dan catat waktu yang diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang. Cara pengerjaan pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah masukan 10 ml tinta kedalam gelas titrasi, lakukan tittrasi dengan larutan H2SO4 hingga warna berubah. Catat berapa ml diperlukan larutan H2SO4 untuk perubahan warna pada tinta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemisahan dan Pemurnian Pada percobaan pertama yaitu pada pasir dicampurkan dengan air pada saat diaduk akan berhomogen namun ketika diendapkan pasir akan mengaendap kebawah dan air tetap jernih.
Kemudian larutan ditumpahkan. Pemisahan ini disebut dekantasi. Hal ini sesuai dangan pendapat Wong ( 2011) yang
mengatakan d ekantasi ad alah pemisahan kompo nen-komponen dalam
campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi). Percobaan kedua yaitu mengamati larutan bubuuk kapur didalam larutan. Awalnya larutan bercampur homogen namun ketika disaring tertinggallah ampas bubuk kapur atau yang disebut residu pada kertas saring, dan air jernih kembali. Ini disebut dengan penyaringan atau filtrasi. Hal ini juga sesuai dengan peengertian penyaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo Tri A (2011) bahwa filtrasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. Pada percobaan ketiga membuktikan tentang kristalisasi. Hasil yang didpat dari percobaan ini adalah ketika larutan garam dapur dan CuSO 4 mengalami pemanasan maka akan terbentuk Kristal – Kristal di sisi gelas kimia atau cawan penguapan. Menurut Babhel J.M(2003) kristalisasi adalah proses membentuknya Kristal padat baik dari gas, cair atau molekul. Percobaan keempat yaitu mengamati garam CuSO4.5H2O yang diuapkan di atas pembakar. Dalam penguapan tersebut terdapat kristal-kristal berwarna biru di pinggir cawan penguap. Ini disebut kristalisaasi. Ini sesuai dengan pendapat Kednan (2000), kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkuran ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komposisi larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal Percobaan kelima adalah mengamati air saringan dan air cucian disatukan kemudian diuapkan di atas pembakar. Hasilnya adalah air menggumpal seperti butter.Destilasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael Purba:2006) Percobaan keenam, pada saat yod yang sudah dikotori dwngan pasir tadi dpanaskan dalam cawan penguap yang kemudian ditutup dengan kaca erloji. M aka terbentuklah kzat padat pada kaca erloci dengan bentuk tidak beraturan. Setelah didinginkan terbentuk kristal-kristal ungu. Hal ini sesuai dengan pernyatan stanley (2006)., sublimasi adalah perubahan zat dari wujud zat padat ke gas.
Kromatografi
Kromatografi:
Warna
Warna noda
jarak noda / jarak air
Biru
Biru muda
3,0/11,5=0,26
Hijau
Hijau muda
6,4/11,5=0,556
Merah
Merah muda
2,8/11,5=0,24
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. ( Yos hit o T akeuc hi: 200 9). Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas fasa diam
didukung oleh suatu zat padat
berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis
kualitatif menggunakan
kromatografi
kertas
dilakukan
dengan
cara
membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR). Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jar ak y ang dit empu h n oda / j arak yang dit empu h pe laru t Pada saat kertas dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi air sehingga zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Hal ini sesuai dengan pandapat Yoshito Takeuchi (2009): Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air yang teradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah dijenuhkan. Dalam
percobaan
ini
metode
ascending,
dimana
pelarut
maupun
komponen
akan teradsorbsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga 3/4 bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan jarak gerak pelarut atau larutan pengembang yaitu sebesar 3.0 , 6.4 , dan 2.8 . Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Stoikiometri
Stoikimetri NaOH-CuSO4 :
NaOH mL
CuSO4 mL
TM
TA
∆T
4
1
28º C
28º C
0º C
3
2
27,5º C
28º C
0,5º C
2
3
27,8º C
28º C
0,2º C
1
4
27,5º C
28º C
0,5º C
Grafik stoikiometri NaOH-CuSO4:
Stoikometri Asam Basa :
NaOH mL
HCl mL
TM
TA
∆T
1
4
27°C
30°C
3°C
2
3
27°C
32°C
4°C
3
2
27°C
33°C
5°C
4
1
27°C
31°C
4°C
Grafik stoikiometri NaOH-HCl:
Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut. Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur dengan mmol CuSO4/mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol NaO H/mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol berapa yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri. Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel. Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu volume kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula. Dalam percobaan pertama dapat dituliskan persamaan reaksi :
CuSO4+ NaOH
Ca(OH)
2+
NaSO 4 dan pada reaksi tersebut menghasilkan karena merupakan
reaksi pengendapan dan Cu tidak bercampur dengan SO 4, pada percobaan kedua dapat dituliskan persamaan reaksi : NaOH + HCl
NaCl + H2O
Stoikiometri dapat diaplikasikan dalam bidang pangan dalam pembuatan tape dan menentukan kadar kalori, vitamin, lemak, mineral dengan perhitungan suhu stoikiometri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Reaksi antara seng dan asam klorida: Reaksi antara seng dan asam klorida dinyatakan gagal. Karena,dipengaruhi oleh keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi. Keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi memungkinkan udara masuk kedalam tabung reaksi tersebut. Untuk terjadinya suatu reaksi tidak dibutuhkan bantuan dari udara luar balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan udara yang ada didalam tabung reaksi dan didalam balon tersebut. Sehingga ketika terjadi kelonggaran mengakibatkan tidak terbentuknya karbondioksida.
Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida:
Ukuran partikel
Waktu (sekon)
Kasar
46 sekon
Halus
35 sekon
Reaksi antara natrium triosulfat dan asam klorida:
Tabung
Temperatur
Waktu (menit:detik)
1
Normal (suhu kamar)
7:51
2
Panas
3:02
Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB
pC + qD
. (Sandri J, Muchtaridi: 2009) Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik,
menit,
jam,
hari
atau
tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009) Apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009) sesuai dengan percobaan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida. Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S dkk:2007). Sesuai dengan percobaan natrium triosulfat dan asam klorida.
Titrasi oksidasi reduksi
Reaksi antara larutan tinta dan H2SO4 :
Titrasi Kedudukan buret: setelah titrasi
13
awal titrasi Jumlah KMnO yang 4 digunakan (ml)
10,4 2,6
Ketika larutan tinta dititrasikan dengan larutan KmnO4 warna larutan tinta menjadi pudar atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai ( 2003) Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan
oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lain ya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks. Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady, 2000). Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam g eipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen . Dlm titrasi yg diamati adalah titi k akhir bukan tit ik ekivalen (syukri, 2002).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan dan pemurnian sangat tergantung pada zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika berbeda pelarut dan terlarutnya maka cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun berbeda. Kesimpulan dari praktikum kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik maka jarak semakin mudah diamati. Kesimpulan dari stoikimetri yaitu dari percobaan ini bahw a campuran larutan bervariasi namun, sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing. Kesimpulan pada pratikum laju reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, ukuran suatu partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis. Kesimpulan pada pratikum titrasi oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi.
Saran
Dalam praktikum ini hendaknya harus berhati-hati dalam meneliti dan menggunakan sarung tangan dan masker. Serta setiap kelompok harus didampingi oleh satu orang asdos. Agar pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wong. 2011. jenis-metode-pemisahan-campuran. wong168.wordpress.com. 02 November 2013 Ronquillo, Ulysses. 2011. Berbagai macam metode pemisahan. www.adipedia.com. 02 November 2013 Tri A, Susilo. 2011. Pengertian Penyaringan. Chemistry 35 blogger. 04 November 2013 Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Stanley, SJ. 2006. Tehnik Kimia. New york. Prentice Hall inc. Purba, Michael. 2006. Kimia SMA Kelas X.. Jakarta. Erlangga
KIMIA SMA Kelas XI.
Purba, Michael. 2006. Nugraha, Dea.2010.
Laporan stoikiometri
. Jakarta. Erlangga . www.scribd.com/doc
29 November 2013 Muchtaridi. 2009. KIMIA 2. Jakarta. Yudhitira. ilmu-s toik imetri .misbachudin.com/tag/ Chemia.2009. Stoikiometri. chemiaetschoola.blogspot.com 13 November 2013 Takeuchi, Yoshito.2009. Kromaografi . http://www.che m-is-try.org 1 Desember 2013 Ak ba r, Fa iz al .20 11 . Kromatografi kertas.
Scribd.com/ scribd
09 November 2013 Afrianto, Eddy. 2008 . Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,. Jakarta Departemen PendidikanNasional. Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta PT. Kalman Media Pustaka. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.
Morie, indigo.2009.Hal-hal-yang-mempeng aruh i-laju-reaksi. belajarkimia.com 30 November 2013 Gek_ra.2009. Laju reaksi. Bali. www. yolyolyolanda.wordpress.com 16 Nov 2013 Septian.2009. KINEMATIKA.www.septian.wordpress 16 Nov 2013
Hidayat, Arif .2008. Katalis. arhidayat.staff.uii.ac.id 15 Nov 2013 Muchtaridi dan J, Sandri.2009. Kimia 2. Jakarta. Yudhistira Waldjinah. 2009.KIMIA. Jakarta. Intan Pariwara Arsyad, M Natsir. 2001. Kam us Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Irfan, Anshari. 2003. Penuntun Pelajaran Kimia. Ganeca Exact, Bandung Karyadi, Benny. 2004. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta. Syukri, S. 2009. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung. Vogel, 2007. Analisa Anorganik Kualitatis. Kalmen Media Pustaka, Jakarta. http://annisanfushie.wordpress.com/2009/05/02/permanganometri 03 Desember 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/permanganometri 03 Desember 2013 http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-analitik-dasar/laporan-titrasi-oksidasi-reduksi/ http://putra-d.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-kimia-titrasi.html
LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Oleh :
DEVI E PANJAITAN (E10014040) KELAS : A KELOMPOK : BASA D
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat-Nya kelompok Basa D dapat menyelesaikan laporan Semester Praktikum Kimia Dasar ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama asisten dosen yang telah banyak meluangkan waktu, tenanga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam pelaksanaan praktikum serta proses pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselasaikan. Penulis berharap semoga laporan semester ini dapat bermaanfaat bagi pembaca, dan penulis juga berharap semoga hasil dari laporan ini dapat di maanfaatkan untuk kedepannya. Terlebih penulis mengucapkan mohon maaf bila ada kekurangan dan kelebihan, dan sekaligus memohon kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Jambi, Januari 2015
Penulis
DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii PENDAHULUAN..................................................................................................1 Latar Belakang……………………………………….............................1 Tujuan Dan Manfaat…………………………………………………......7 TINJAUAN PISTAKA………………………………………………………......9 MATERI DAN METODA…………………………………………………….....21
Waktu dan tempat.......................................................................................21 Materi.........................................................................................................21 Metoda...................................................................................................23 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………....……......29 Pemisahan Dan Pemurnian………………………………….......………..29 Kromatografi…………………………………………….......……………32 Stoikiometri……………………………………………........…………….37
Laju Reaksi…………………………………………………........………..44 Titrasi Oksidasi Reduksi……………………………………… .....………46
PENUTUP………………………………………………………………..………48 Kesimpulan……………………………………………………….………48 Saran……………………………………………………………........……49
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur materi dan perubahan yang dialami materi baik secara alamiah maupun dengan cara percobaan yang direncanakan. Sehingga dalam mempelajari
Kimia Dasar perlu suatu percobaan atu praktek agar Mahasiswa dapat mengerti dan lebih tau dalam menyusun zat kimia. Maka dari itu, dengan adanya mata kuliah Kimia Dasar ini dapat menjadi bekal dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
sebelum
diaplikasikan
kepada
lingkungan
masyarakat.Sebagai salah satu contohnya yakni PEMISAHAN DAN PEMURNIAN. Adapun penggolongan pemisahan dan pemurnian yakni Pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat ke zat padat.
Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu
Kimia secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan
jenis
proses
pemisahan
yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran
yang tidak dapat
dipisahkan
melalui
proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu c ampuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan
sebagainya.
Pada
berbagai
kasus,
atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil
pemisahan
dua yang
diinginkan. Pemisahan dapat dilakukan dengan bebereapa metode, yaitu : Filtrasi Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori
(penyaring).
Dasar
pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang
tertinggal
dipenyaring disebut
residu.
(ampas).
Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari
sampah pada
pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap. Sublimasi Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalu i fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.
Kristalisasi Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode iniadalah kelarutan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara
bahan
yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.
dalam
kehidupan
sehari-hari
adalah
pembuatan
Contoh
proses
kristalisasi
garam dapur dari air laut. Mula-
mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan
garam
yang
bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali)
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gulapasir.
Destilasi Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan
adalah titik didih
yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap
pemanasan,
dan
perbedaan
titik
didihnya
tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencairditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum. Ekstraksi Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut t ertentu. Adsorbsi Adsorbsi
merupakan
metode
pemisahan
untuk
membersihkan
suatu
bahan
dari pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai untuk memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran. Kromatografi Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu.
Dasar pemisahan
metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu,
daya absorbsi oleh
bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan). Contoh proses kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.
Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu Kimia, seperti halnya saat kita mencampurkan gula kedalam air. Sebagai contoh yang sederhana adalah ketika kita memisahkan antara ampas kelapa dengan santanya.Dalam menggunakan metode penyaringan (filtrasi), ampas kelapa akan tertahan pada alat saring dan santannya lolos dari alat saring. . Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Metode lain untuk memurnikan zat cair adalah destilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaanan pada temperatur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul memasuki fase uap. Destilasi ada dua macam, yaitu distilasi sederhana dan distilasi bertingkat Sublimasi adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat. Ketika iod dipanaskan tidak menguap, sedangkan komponen yang lain tidak. Kristalisasi cara ini berdasarkan perbedaan larutan dari komponen campuran dalam pelarut tertentu. Kromatografi adalah sautu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Kertas kromatografi dibuat dari serat selulosa danselulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Kompleksitas tmbul karena serat-serat selulosa berantraksi dengan uap air dari atmosfir sebagaimana dalam hal air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Stoikiometri berkaitan dengan hubungan kuantitatif antara unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi,pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu ekperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar.
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, partikel temperatur dan katalis. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru. Titrasi Oksidasi reduksi (redoks),merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri karena metoda ini dapat digunakan untuk sejumlah besar unsur. Selain itu metoda ini digunakan juga untuk menentukan sejumlah zat organik. suatu penerapan penting dari TITRASI OKSIDASI ASAM BASA adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada masa dinamakan gravimetrik dan pengukuran yang dilakukan pada dasar berdasarkan volume larutan dianamakan volumetrik atau titrasi. Dalam percobaan ini tehnik analisis ini diterapkan pada analisis contoh yang mengandung asam. Reaksi yang dipakai untuk analisis volumentri harus memepunyai sifatsifat penting antara lain stoikiometri yang baik tidak memberikan reaksii sampai (hanya bahan yang dialissis yang bereaksi dengan titran, laju reaksi tinggi, tidak ada gangguan yang berarti dan ada alat untuk mendeteksi ekivalen titrasi
Tujuan dan Manfaat
Untuk mengetahui tentang zat-zat dan cara untuk pemisahan dan pemurnian, kromatografi, stoikiometri, faktor-faktor yang memperngaruhi laju reaksi dan titrasi oksidasi dan reduksi. Sehingga kita mendapat ilmu yang bermanfaat dimana sebelumnya kita belum mengetahui tentang semua yang tertera diatas dan karna berkat pratikum ini kami sudah mengetahui bagaimana bentuk zat dan reaksi dari paraktikum tersebut. Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat lebih mengerti dan menyukai pelajaran kimia, dan dapat mengetahui zat-zat apa yang bisa dilarutkan atau dicampurkan.
Adapun manfaat diadakan praktikum ini adalah agar Mahasiswa bisa mengetahui tehnik atau cara dalam melakukan pemisahan dan pemurnian sehinggamenghasilkan zat yang baru. Selain itu juga untuk mengenal alat-alat yang digunakan di Laboratorium ini sesuai dengan fungsi alat tersebut. Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara perhitungan terhadap jarak suatu noda dengan jarak basa air pada kertas kromatografi tersebut. Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui bagaimana proses reaksi air dan tinta dengan perbandingan jaraknya, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut. Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara perhitungan suhu suatu zat didalam kimia. Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui bagaimana cara mengukur suhu suatu zat, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut. Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah agar maha siswa dapat lebih mengerti dan menyukai pelajaran kimia,dan dapat mengetahui zat-zat apa saja yang bisa dilarutkan atau dicampurkan. Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapatmengetahui tehnik atau cara dalam melakukan pengukuran temperatur pada laju reaksi, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut. Adapun tujuan dari prktikum titrasi oksidasi adalah untuk mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam, menstandarisasi larutan penitrasi. Adapun manfaat dari diadakan prakikum ini agar mahasisiwa dapat mengetahui tehnik cara melakukan atau mentitrasikan larutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemisahan dan Pemurnian
Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang j amak digunakan, dimana zat tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001). Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009). Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001). Reklistalisasi merupakan merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan,dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, apabila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap,(Arsyad,2001 Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002). Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari
karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan zat padat hanya membicarakan kristal. (Syukri, 2000). Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. (Svehla, 2000). Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode-metode tersebut, yaitu pengayakkan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi. Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadangkadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru ( Anonim.2009). Seperti halnya dekantir, proses penyaringan juga digunakan untuk memisahkan campuran yang zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya, ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini dipisahkan dengan dekantir, maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menuang campuran ke atas kertas saring dari sebuah corong gelas. Kertas saring akan menahan padatan yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring. Padatan yang tertinggal pada kertas saring ini disebut residu. Sementara zat dengan ukuran partikel lebih kecil dari ukuran lubang saring akan lolos melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati kertas saring ini disebut filtrate (Anonim.2003).
Stoikiometri
Stoikiometri dari suatu senyawa dapat memperlajari dalam kinetika kimia. Stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan masa molekul. (Michael Purba, 2005). J.A Hunt (2004), menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dinyatakan dalam rumus kimia. Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. Penicum aracis (2002),menyatakan stoikiometri ialah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan dan komposisi-komposisi dari suatu zat dan nilainya. Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar. Stoikoimetri berasal dari bahasa yunani,yaitu stoicheion yang berarti unsur,netron artinya mengukur.Jadi ,stoikiometri adalah erhitungan kimia.Lima dasar yang menjadi dasar perhitungan kimia yaitu,Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier),Hukum Perbandingan Tetap(Hukum Proust),Hukum Perbandingan Berganda(Hukum Dalton),Hukum Perbandingan Volume(Hukum Gay-lussac),dan Hukum Aavogadro.(Anonim 2012). Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.
(Riccard, 2006:980) menyatakan bahwa semakin tinggi volume asam maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi, begitu pula sebaliknya dengan basa. (sama dengan hasil penelitian yang kami lakukan. (Rassy,2004:367) membedakannya
dari
stoikiometri stoikiometri
komposisi)
(stoikiometri adalah
ilmu
reaksi yang
untuk
mempelajari
dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantutatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia(persamaan kimia)yang didasarkan pada hukum-hukum dasar persamaan reaksi.(Anonim.2011).Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan masa unsur
–
unsur dalam pembentukan senyawa.Pada perhitungan kimia secara stoikiometri ,biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia .Stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal ,yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur t erhadap komposisi campuran.(Anonim.2011).
Kromatografi
Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner (Annisa 2000 : 117). MenurutJoko, (2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner. (Annisa 2000 : 117) Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisipasi cairan dan pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan yang bergerak mengalir melewati fase cairan stasioner yang diserap pada suatu pendukung. Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam 2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekulmolekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna tentu saja nodanya dapat terlihat. Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler l ain. Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal fase geraknya dapat dicampur dengan air. Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas. Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm. Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta. Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca.
Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Aswad (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah bendabenda yang mempengaruhi konsentrasi, besar partikel dan temperatur atas laju reaksi. Bird (2000) mengatakan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam dan dengan adanya natrium ti ousulfat maka akan membebaskan iodium telah diasamkan dengan asam sulfat. Konnaso (2001) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah pengaruh konsentrasi, pengaruh besar partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi, pada temperatur-temperatur atas laju reaksi ini tergantung pada zat-zat pereaksi. Sahma (2001) mengatakan bahwa laju pertumbuhan butir seng merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran balon yang akan mengalami pengembangan yang sangat cepat karena dipengaruhi oleh larutan asam klorida dan butiran seng. Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat. Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan c epat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008). Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimiay ang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiap detik reaksi. Perkaratan besimerupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang cepat.(Anonim.2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju
reaksi
adalah
luas
permukaan
sentuh,suhu,katalis,molaritas,
dan
konsentrasi.(Wikipedia).Semakin besar luas permukaan sentuh antar partikel maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin c epat. Begitu juga apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,sehingga laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim 2009).Makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makincepat reaksinyaberlangsung.Makin besar konsentrasi makin banyak zat
–zat
yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya
tumbukan dengan demikia makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.Suhu juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang tterjadi semakin sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 10 0C,laju reaksi akan naik menjadi dua saampai tiga kali lipat dari semula yang dapat dirumuskan sebagai berikut: .(Anonim.2009). Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi/energi pengaktifan,yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antar molekul menghasilkan zat hasil reaksi.Laju reaksi akan semakin cepat jika energi kinetik meningkat dan energi aktivasi menurun. (Sandri.2009).
B anyak reaks i y ang melibatkan pereaks i dalam wujud g as . K elajuan dari pereaks i s eperti itu j ug a dipeng aruhi tekanan. P enambahan tekanan deng an memperk ecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi (Hera.2009). Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi ,yaitu membuat tahap-tahap r eaks i yang mempunyai energ i aktivasi lebih rendah.Dalam s uatu reaks i ,k atalis tidak meng alami perubahan kimia (tidak ik it bereaks i).K atalis diperluk an dalam suatu reaks i ,tetapi jumlahnya relatif s ediki t.(S andri.2009). Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab s emakin bes arkons entras i pereaks i, maka tumbukan yang terjadi s emakin banyak, s ehing g a menyebabkan laju reaks i s emakin cepat. B eg itu jug a, apabila s emaki n kecil kons entras i pereaks i, maka sema ki n k ecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehing g a laju reaks i pun s emakin keci l.(A nonim.20 12)
Titrasi oksidasi dan reduksi
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady, 2009). Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret ( pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai i ndikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009).
Suatu proses didlm laboratorium utk mengukur jumlah suatu reaktan yg bereaksi sempurna dgn sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dlm reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree (Thomas,2003). Didalam beberapa titrasi titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya ,
titrant telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree.Salah satu masalah teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, t erjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke t itik ekivalen (Kuncoro, 2001). Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006). Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia dasar tetang pemisahan dan pemurnian, kromatografi, stooikiometri, fakktor –
faktor yang mempengaruhi laju reaksi, titrasi oksidasi dan reduksi dilaksanakan mulai dari tanggal 09
November sampai tanggal 21 Desembar 2014 pada pukul 08.00 sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium SAINTEK Universitas Jambi.
Materi
Pemisahan dan Pemurnian
Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum Kimia Dasar Pemisahan dan Pemurnian adalah gelas kimia, corong, cawan penguap, gelas ukur 50 ml, pembakar, kaca erloji, kertas saring, CuSO4-5H2O, garam dapur, yod, kapur tulis, pasir.
Kromatografi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Kimia Dasar tentang kromatografi adalah kertas kromatografi, gelas kimia, lidi, tinta dengan warna biru, merah, hijau ( yang larut dalam air)
Stoikiometri
Pada pratikum ini menggunakan alat dan zat yaitu :gelas kimia, gelas penagaduk, termometer, larutan CuSO4, larutan NaOH, larutan HCL dan larutan H2SO4.
Fator-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : Pada kegiatan 1: balon, labu 100 ml, butiran seng, stopwach, larutan asam klorida. Pada kegiatan ke 2 : marmer, larutan HCl, balon, labu ukur100 ml, mortir, tabung ukur 100 ml. Pada kegiatan ke 3 : pipet tetes, gelas kimia 150 ml, tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwach, larutan natrium tiosulfat, larutan asam klorida.
Titrasi oksidasi dan reduksi
Pada praktikum ini alat dan zat yang digunakan adalah pipet tetes 25 ml, buret 50 ml, labu titrasi 250 ml, labu takar, larutan asam oksalat, Larutan KMnO4, dan pembakar.
Metoda
Pemisahan dan pemurnian
Memasukkan lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah berisi air 25 ml, kemudian di aduk.Biarkan pasir mengendap ,kemudian tuangkan l arutan bagian atas. Memasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian di aduk.siapkan corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan. Larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang be risi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan menggunakan kertas saring.uapkan larutan garam yang telah di saring ini dalam cawan penguapan. Larutkan 10 gram garam CuSo4.5H2O ke dalam 50 ml air.uapkan larutan ini sehingga volum menjadi 20 ml, keudian di dingin kan .perhatikan bentuk Kristal yang terjadi. Campurkanlah lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia dan 1 sendok garam dapur sampai homogen, dan masukkan ke dalam gelas kimia.panaskan campuran ini kemudian saring.zat padat yang tertinggal di corong di cuci dua sampai tiga kali dangan lebih kurang 5 ml air.air saringan dan cucian di satukan kemudian di uapkan dalam cawan penguapan . jika air nya hamper habis, handak nya pembakar di sisih kan sebentar dan biarkan air menguap sendiri. Memasukkan lebih kurang 2 gram yod yang kotor ke dalam cawan penguapan.tutup cawan penguapan terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk tersebut dengan kaca erloji yang berisi air.panaskan
perlahan-lahan sampai terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk.
Kromatografi
buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah keatas Kromatografi, buat titik dengan tinta hijau di tengah garis, buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan disebelah kanan titik hijau pada jarak 2cm. biarkan sampai kering, gulung k ertas berbentuk silinder, tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik t ersebut agar tidak tercelup dalam air), biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung kertas, keluarkan kertas. Beri batas rambat air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas saring menjadi kering, ukur jarak batas air dan jarak ti ap noda zat warna, dari garis pensil pada ujung bawah keatas. Hitung harga perbandingan kedua jarak = jarak noda / jarak air, buat kromatograf dari titik tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran dua macam tinta.
Stoikiometri
stoikiometri system CuSO4 – NaOH. Gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. masukan 5 ml NaOH kedalam gelas kimia dan catat temperaturnya.
Sementara aduk, tambahkan 2 ml CuSO4 yang diketahui temperature awal dan amati temperature dari campuran. Ulangi percobaan, menggunakan 4 ml NaOH dan 3 ml CuSO4, sekali lagi menggunakan 3 ml NaOH dan 4 ml CuSO4, akhirnya menggunakan 2ml NaOH dan 5 ml CuSO4.
stoikiometri asam – basah : Kedalam 3 buah gelas piala masukkan berturut-turut 2,4 dan 6 ml larutan NaOH, dan kedalam 3 buah gelas piala berturut-turut 4,6 dan 8 ml Hcl. Temperature dari tiap tiap larutan diukur, dicatat, kemudian dirata-ratakan. Setelah itu kedua macam larutan asam-basa ini di campurkan sedemikian rupa sehingga volumenya selalu tetap yaitu 10 ml. Perubahan temperature yang terjadi selama pencampuran dicatat sebagai temperature akhir, M. Selanjutnya, buat grafik antara
(sumbu Y) dan volume asam-basa (sumbu X)
Lakukan percobaan yang sama terhadap campuran NaOH dan H2SO4. Perbedaan apakah yang mungkin terdapat jika dibandingkan terhadap percobaan sebelumnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Pada kegiatan 1 reaksi antara seng dan asam klorida yaitu :Yang pertama tuangkan seng sebanyak 1 gr ke dalam balon, kemudian pasang balon itu pada labu yang mengandung 8 ml larutan asam klorida. Jalankan stopwach tepat pada saat seng itu dijatuhkan pada larutan asam klorida dan hentikan stopwach pada saat balon itu dapat berdiri. Catat hasil-hasil pengukuran waktu yang di capai itu pada lembaran pengamatan. Pada kegiatan ke dua reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yaitu : Isi balon dengan 1 gr marmer butiran dan pasang balon itu dengan labu yang telah di isi dengan 50 ml asam klorida. Reaksikan marmer itu dengan menjatuhkannya pada larutan asam klorida. Ukur waktu yang di perlukan agar balon-balon itu terisi karbon di oksida. Lakukan hal yang sama pada balon yang telah digerus halus. Kemudian bandingkan hasil-hasil pengukuran waktu yang di peroleh itu dan terangkan. Buat tanda hitam pada sehelai kertas putih dan tempatkan sehelai kertas putih dan tempatkan sebuah tabung reaksi di atas tanda itu. Kedalam tabung itu bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfal 0,15 M dan 2 tetes larutan asam klorida 3 M. Ukur waktu yang di perlukan untuk mengaburkan tanda hitam itu. Ke dalam tabung reaksi lain bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfat 0,15 M dan celupkan dan celupkan tabung itu selama 10 detik dalam air mendidih. Kemudian taruh tabung itu di atas tanda garis hitam tadi. Bubuhkan 2 tetes asam khlorida 3 M dan amati waktu yang di perlukan untuk mangaburkan tanda hitam itu. Catat semua hasil pengamatan pada lembaran pengamatan dan terangkan hasil-hasil yang di dapatkan itu.
Titrasi okidasi dan reduksi
Pipet 10 ml larutan asam osalat standar kedalam labu titrasi, tambahkan 20 ml aquades dan tambahkan 2 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai hampir mendidih, titrasi dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna (perhatikan pada awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemisahan dan Pemurnian
Hasil percobaan pertama sebelum dicampurkan pasir dengan air, warna air masih bening. Setelah dicampur dan diaduk rata warna airnya menjadi keruh dan setelah di diamkan beberapa saat pasirnya mengendap dibagian bawah. Ini memakai cara dekantasi terjadinya pemisaha yang jelas. Hal ini sesuai dengan Anonim( 2009) bahwa Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadang-kadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru. Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002). Setelah bubuk kapur tulis dilarutkan dalam air, yang t erjadi kapur tidak melarut, Setelah disaring dengan kertas penyaring, kapur tulis berubah warna menjadi bening yang tadinya berwarna. Pada percobaan pemisahan larutan garam dapur, setelah dilakukan penyaringan larutan garam, garam masih tetap tertinggal pada kertas saring, sedangkan air di saring tetap jernih dan rasanya tetap
asin, hal ini disebabkan karena partikel garam masih ada yang tidak tersaring dan mengikuti tetesan air (proses pemisahan ini di l akukan dengan penyaringan). Sedangkan selanjutnya larutan di masukkan ke dalam cawan penguap dan kemudian di panaskan. Setelah di panaskan volume larutan menjadi berkurang karena menguap, setelah di dinginkan pada tepi cawan penguap terdapat kristalkristal garam yang melekat. Garam dan airnya terpisah. Sehinga pemisahan yang terjadi tergolong kristalisasi. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001). Setelah garam CuSO4 . 5H2O dilarutkan kemudian dipanaskan, setelah volumenya berkurang sebagian. Kemudian didinginkan, setelah larutan itu dingin terlihat kristal2 disekeliling cawan yang halus dan bewarna putih. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009). Setelah garam dapur dan pasir dicampurkan menjadi homogen di tambahkan air ,kemudian dipanaskan dan disaring, warna cairan tersebut berubah menjadi kuning, dan setelah didinginkan cairan tersebut membentuk Kristal-kristal. Hal tersebut sesuai denganpendapat Arsyad,( 2001)Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Syarat utama tebentuknya Kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pad suhu t etap (Fessenden,2002). Setelah yod dicampur dengan pasir dan dipanaskan serta ditutup dengan kaca erloji yang diberi sedikit air pada bagian atasnya. Beberapa menit kemudian yod menguap pada kaca erloji dan
memebentuk zat padat (Kristal-kristal) berwarna ungu pada bagian kaca. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009). Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001).
Kromatografi
Setelah dilakukan percobaan sesuai dengan tahap yang ada pada buku panduan, maka dapat diperoleh hasil dimana jarak antara batas air sebesar 9 cm, noda biru sebesar 8,5 cm, noda merah yaitu 8,5 cm, dan noda hijau sebesar 7,5 cm. (fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisipasi cairan dan pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan yang bergerak mengalir melewati fase cairan stasioner yang diserap pada sua tu pendukung. Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam 2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-
molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna tentu saja nodanya dapat terlihat. Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain. Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal fase geraknya dapat dicampur dengan air. Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air.
Hasil yang diperoleh dari praktek menggunakan air mineral dapat diketahui sebagai berikut
Warna tinta
Warna noda
Jarak noda Jarak air
Biru
Biru tua (0,7)
0,07
Biru muda(7,8) 0,8 Hijau
Hijau tua(0.5)
0,05
Hijau muda(1)
Hijau toska(6) merah
Merah muda(2,5)
Merah bata(5,5)
Merah tua(0,5)
0,6
0,05
Jadi kesimpulannya, dari hasil percobaan bahwa jarak dari air pada tiap zat warna tidak sama dan juga jarak noda yang ikut merambat naik juga tidak ada yang sama. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa warna dari tinta yang terakhir di tetes merambat lebih muda dari warna tinta yang pertama kali diteteskan pada kertas. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah
satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000).
Pada percobaan kromatografi menggunakan aquades di peroleh jarak antara batas air sebesar 8 cm, noda warna merah 6,5 cm, noda warna hijau 6,5 cm, noda warna biru 6 cm.
Hasi yang di peroleh di ketahui sebagai berikut : Warna Tinta
Warna noda
Jarak Noda Jarak Air
Merah
Merah muda
Hijau
Hijau muda
Biru
Biru muda
0,8
0,8
0,7
Cepat rambat masing-masing tinta yang di gunakan hampir sama, dan perubahan warnanya menjadi lebih cerah. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000). Dengan menggunakan aquades zat warna lebih cepat merambat dari pada menggunakan air. Menurut Joko, ( 2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar
pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya j angan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas. Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm. Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta.
Stoikiometri
Pengamatan Stoikiometri CuSO4 – NaOH
NaOH – CuSO4 TM Ml
TA
∆T
Ml
5
2
29
29
29 -29 ꞊ 0
4
3
27
28
28 – 27 ꞊ 1
3
4
26
27
27 – 26 ꞊ 1
2
5
26
26
26 – 26 ꞊ 0
Grafik pengamatan Stoikiometri
Stoikiometri Asam – Basa a.
NaOH – HCL NaOH – HCL
Ml
TM
TA
∆T
Ml
2
8
27
30
3
4
6
27
38
11
6
4
27
Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-HCl
b. NaOH_H2SO4
28
1
NaOH _ H2SO4 Ml
TM
TA
Ml
2
4
26
26
0
4
2
26
27
1
Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-H2SO4
Stoikiometri CuSO4-NaOH Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperatur yang dihasilkan dan semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperatur yang dihasilkan. Pada pencampuran larutan tersebut dengan perbedaan volume antara NaOH dengan CuSO4, menghasilkan perubahan warna yang berbeda-beda.Seperti pencampuran 5 ml CuSO4 dengan 2 ml NaOH menghasilkan warna yang keruh, sedangkan pada pencampuran 2 ml CuSO4 dengan 5 ml NaOH menghasilkan warna yang tetap jernih. Hal ini sesuai dengan pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal.
Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwasemakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar. Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya. Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai. Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label, faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu. Petrucci (2002), menurut dalton suatu unsur hanya dapat bereaksi dengan jumlah tertentu untuk ukuran unsur lain yang membentuk senyawa tersebut. Staver dan Howe (2004), stoikiometri merupakan sebagai suatu massa dan modelmol, untuk dikaitkan dengan molekul dan tidak untuk unsur a tom. Syukri (2006), hukum kekekalan massa berbunyi bahwa setiap massadan zat-zat bereaksi adalah sama dengan massa zat-zat hasil reaksi dari massa tersebut.
Stoikiometri NaOH – HCL Semakin tinggi volume asam Maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi dan semakin tinggi basa, maka suhu rendah.
Percobaan di atas menggunakan reagen NaOH yang bersifat basa dan larutan HCL yang bersifat asam yang apabila kedua larutan dicampurkan akan didapat garam NaCl yang kemudian diukur suhunya menggunakan thermometer agar dapat diketahui suhu setelah dicampurkan kemudian diaduk agar kedua larutan dihomogenkan. Pada pembuatan larutan 1 M digunakan akuades untuk mengencerkan larutan. Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya. Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai. Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label, faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu. Pada percobaan kedua digunakan reagen NaOH 1 M yang bersifat basa dan yang bersifat asam. Yang apabila dicampurkan akan menjadi garam dan juga digunakan akuades untuk mengencerkan larutan NaOH dan menjadi 1 M. percobaan kedua dilakukan dengan mencampurkan larutan kemudian diaduk agar larutan menjadi homogen kemudian diukur suhunya agar dapat diketahui tinggi suhunya. Percobaan kedua juga dilakukan tiga perlakuan berbeda yang pertama yaitu mencampukan 2 ml NaOH dengan 6 ml dan didapat suhu NaOH adalah 28 , suhu dan suhu campurannya reaksi ini termasuk dalam reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi sisa. Perlakuan kedua adalah dengan mencampurkan 4 ml NaOH dan 4 ml dan didapat suhu NaOH adalah , suhu adalah dan suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga termasuk dalam reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi sisa. Pada perlakuan ketiga dicampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml dan didapat suhu NaOH adalah , suhu adalah dan suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga merupakan reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi dan sebagai pereaksi pembatas. Dan pada percobaan kedua ini didapat titik maksimumnya adalah dan titik minimumnya adalah . Dari kedua percobaan diatas dapat kit a buat garfik suhu terhadap jumlah volume masing – masing reagen. Pada grafik 4.3.1 dapat kita lihat apabila semakin banyak pereaksi yang beraksi atau semakin sedikit pereaksi yang bersisa maka perubahan suhu semakin tinggi sehingga pada percampuran 4 ml
NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M merupakan suhu tertinggi karena reaksi tersebut merupakan reaksi stoikiometri. Dan pada grafik 4.3.2 juga membuktikan semakin sedikit konsentrasi pereaksi sisa semakin tinggi perubahan suhunya. Dan didapat tertinggi pada campuran 6 ml NaOH dan 2 ml . Dalam praktikum ini terdapat beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan kurang akurat yaitu ketika pengukuran suhu menggunakan thermometer.Thermometer mengenai dinding gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang ke atas, selain itu suhu ruangan yang kurang stabil serta pipet yang digunakan telah di gunakan pada larutan. Dalam percobaan reagen dimasukkan kedalam gelas kimia, di ukur sesuai volume yang diperlukan. Dan diukur menggunakan thermometer, hal ini berfungsi agar mendapatkan suhu yang akurat dari masing – masing reagen dengan volume yang berbeda. Lalu reagen dicampur dan diguncang sedikit agar reagennya tercampur. Kemudian diukur suhu campurannya dengan thermometer agar dapat diketahui suhu campuran tertinggi dan dapat ditentukan yang stoikiometri. Hal i ni sesuai dengan pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Pada Pratikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi diperoleh hasil reaksi antara 1.seng dan asam klorida : Konsentarasi seng
Waktu(m)
1M
30
Dalam pencampuaran larutan ini tidak diperoleh perubahan ( tidak bereaksi), sehingga balon tersebut tidak berisi oksigen dan tidak dapat berdiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat.
2. Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida Labu
Waktu (m)
A
15
B
15
Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yang di dapat adalah marmer yang telah digerus lebih cepat bereaksi daripada marmer yang tidak digerus karena sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaannya. Semakin besar luas permukaan sentuh antar partikel maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,sehingga laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim 2009). 3. Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat di dapat hasil : Tabung
Temperatur
Waktu (menit)
1
Dipanaskan
11,44
2
Tidak dipanaskan
15
semakin besar temperatur yang diberikan, maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Suhu juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang tterjadi semakin sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.
Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi ,yaitu membuat tahap-tahap r eaks i yang mempunyai energ i aktivasi lebih rendah.Dalam s uatu reaks i ,k atalis tidak meng alami perubahan kimia (tidak ikit bereaks i).K atalis diperluk an dalam suatu reaks i ,tetapi jumlahnya relatif s ediki t.(S andri.2009). Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 10 0C,laju reaksi akan naik menjadi dua saampai tiga
kali
lipat
dari
semula
yang
dapat
dirumuskan
sebagai
berikut:
.(Anonim.2009).Hasil dari reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida adalah semakin tinggi temperatur yang diberikan maka semakin cepat suatu reaksi terjadi, sama halnya dengan reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat.
Titrasi Oksidasi Reduksi Tabel hasil pengamatan titrasi oksidasi reduksi Kedudukan buret
Titrasi -1
suhu
Waktu (m)
Setelah titrasi
35
Suhu awal 29
10.20
Awal titrasi
0
Suhu panas 95
Jumlah KMnO4 yang
35
digunakan (ml)
Setelah pencampuran larutan asam oksalat standar dengan dengan aquades dan H2SO4 warna campuran larutan tersebut tetap bening. Selah campuran larutan tersebut di panaskan dan di campur dengan larutan KMnO4 warna larutan tersebut berubah menjadi keruh dan c oklat.sesuai dengan Brady, (2009). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi L arutan basa yg akan diteteskan ( titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009). Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006). Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk ak hir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum dilaboratorium mahasiswa dan maha siswi dapat memahami dalam penggunaan alat dan bahan kimia. Pemisahan dan pemurnian ada beberapa cara pemisahan campuran yaitu filtrasi, kristalisasi, destilasi. Jadi suatu larutan yang dicampurkan dengan air dan kemudian disaring terdapat perbedaan dan hasil saringan tersebut dipanaskan akan terlihat beberapa kristal. Sebagai contoh garam ini merupakan suatu komponen. Bila suatu campuran yod dengan natrium karbonat dapat menimbulkan kristal yang berwarna. Begitupula dengan campuran garam dan pasir, air yang awalnya bening semakin disaring dan dicuci air saringan tersebut semakin pekat. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponenya akan dipisahakan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Difase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen diam yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal dan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan dapat bergerak lebih cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah semakin besar temperatur yang diberikan maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga semakin besar molaritas maka semakin cepat konsentrasinya. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan laju raksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru. Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4. Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.
Saran
Kepada mahasiswa diharapkan dalam menggunakan bahan kimia harus berhati-hati dan tidak ceroboh karena banyak bahan kimia yang berbahaya yang bisa merusak tubuh apa bila tersentuh pada tubuh kita dan juga banya alat kimia yang terbuat dari kaca yang bisa pecah apabila kita perlakukan secara kasar. Didalam mengikuti paraktikum diharapkan konsentrasi yang penuh agar tidak salah dalam pencampuran zat Dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium diharapkan praktikan bisa bekerja dengan aktif, dan tidak bermain-main yang dapat menganggu suasana daripada praktikum. Kepada semua praktikan, saya sarankan untuk tetap berhati-hati dan konsen pada alat dan bahan kimia pada praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Annisa 2000 : 117 http://blogspot.com metode kromatografi , di postkan tanggal 1 Diakses tanggal 28 Desember 2014 pukul 19.00 WIB. Aswad. Dkk., 2001. Kimia SMA 2. Erlangga. Jakarta. Arsyad. M. Natsir.2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta. Bird. 2000. Kimia XI A. Jakarta. Erlangga.
1 januari 2002.
John,Wilson.2001.Kegiatan Perbandingan Praktikum Kimia Dasar.Bumi Sakti:Semarang J.Marray.2004.Kromatografi.Balai Pustaka:Jakarta Justiana,Sandri.dkk.2009. Kimia 2 .Yudisthira:Jakarta Sahna. 2001. Buku Ajar Vogel : Analis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta. Sitorus. Ronald. 2002. Pemisahan dan Pemurnian. Erlangga. Jakarta. Stacy.2003.Kimia Dasar dan Terapan Moderen.Erlangga:Jakarta Syukri.2000. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung. Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta Yasid.2005.Kromatografi.Erlangga:Semarang