LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM
" MEMISAHKAN, MENYIMPAN DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA"
Disusun oleh :
Nama : TESA MANISA
NIM : F071131025
Semester : II –A (REG A)
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
Pendahuluan
Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan eksperimen, penelitian maupun pengajaran. Di dalam laboratorium terdapat peralatan untuk praktikum dan juga bahan-bahan kimia yang dibutuhkan. Bahan kimia merupakan hal yang penting dan sering digunakan saat praktikum. Bahan kimia ini dapat dikategorikan dalam berbagai macam kriteria yaitu sifat, bentuk, grade dan tingkat bahayanya. Jadi setiap penggunaan bahan kimia harus diperlukan persiapan dan digunakan dengan hati-hati. Oleh karena itu, para praktikan harus dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan kimia tersebut sesuai jenisnya. Hal ini dimaksudkan agar kecelakaan saat bereksperimen dapat dihindari dan tercipta keselamatan kerja sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya.
Strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan. Dalam hal penyimpanan zat dan bahan kimia stategi merupakan rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium. Penyimpanan zat dan bahan kimia sering diabaikan bahkan terkadang dilupakan. Untuk menghindari terabainya kegunaan penyimpanan zat dan bahan kimia diperlukan strategi penyimpanan yang terperinci dan hati-hati. Tentu saja penting mengutamakan pertimbangan yang baik untuk penyimpanan bahan-bahan yang berbahaya, peralatan dan pemakaian zat dan bahan-bahan kimia untuk menjaga keselamatan kerja di laboratorium. (Griffin, 2005).
Adapun peranan laboratorium antara lain: Sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut, sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti, sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya, sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur serta berpikir kritis dan cekatan, sebagai tempat mengembangkan ilmu pengetahuan (Emha 2002).
Mahasiswa ilmu Laboratorium terlibat dalam praktek laboratorium di bawah pengawasan selama program pelatihan mereka . Mereka terkena risiko infeksi laboratorium didapat dan perlu diinformasikan dan dilengkapi dengan fasilitas untuk melindungi kesehatan mereka .
Kuesioner diberikan kepada mahasiswa ilmu laboratorium untuk mengetahui persepsi mereka tentang bahaya dalam praktek laboratorium dan ketaatan terhadap kode keamanan dalam praktek kerja mereka .
Dari 128 siswa , 118 menyelesaikan kuesioner , tingkat tanggapan 92 % . Enam puluh dari mereka ( 51 % ) adalah laki-laki dan 53 ( 45 % ) adalah perempuan ; lima siswa tidak menunjukkan seks mereka . Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 34 ( 29 % ) dari siswa menggunakan sarung tangan untuk menangani sampel biologis dan 26 ( 22 % ) menggunakan sarung tangan untuk menangani limbah klinis . Sembilan puluh empat siswa ( 80 % ) melaporkan bahwa mereka mencuci tangan mereka setelah memegang spesimen . Delapan belas dari siswa ( 15 % ) telah diimunisasi terhadap tuberkulosis , 80 ( 68 % ) terhadap tetanus , enam ( 5 % ) terhadap hepatitis B , dan 18 ( 15 % ) terhadap demam kuning . Sembilan puluh enam siswa ( 81 % ) berpikir bahaya terbesar dalam praktek laboratorium adalah organisme biologis yang berbahaya , sedangkan 13 ( 11 % ) menunjukkan bahwa bahan kimia adalah bahaya terbesar. Virologi dianggap spesialisasi yang paling berbahaya sebesar 41 siswa ( 35 % ) sedangkan anatomi morbid menempati peringkat paling berbahaya sebesar 48 ( 41 % ) dari siswa .
Temuan ini menunjukkan bahwa sementara siswa ilmu laboratorium sadar akan bahaya dalam praktek laboratorium , pengetahuan ini tidak diterjemahkan ke praktek yang aman dan siswa dapat membahayakan kesehatan mereka sebagai akibat dari paparan praktek laboratorium . Oleh karena itu mereka perlu diberi fasilitas yang memadai untuk melindungi diri dan pengawasan yang memadai untuk memastikan bahwa mereka menyerap praktek kerja yang aman selama masa pelatihan mereka(F O Omokhodion, 2002).
Di bidang kimia, suatu zat kimia merupakan bentuk komposisi kimia materi yang konstan dan karakteristik sifat. itu tidak dapat dipisahkan metodenya. dalam contoh, tanpa pemecahan ikatan kimia. zat kimia yang sering disebut murni untuk membedakan mereka(Ibnu, 1996).
Dalam bekerja di Laboratium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di Laboatorium adalah berbahaya. Jenis bahaya diakibatkan karena kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemichal), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Pada laboratorium tempat observasi bahwa bahan - bahan diurutkan secara alfabetis yang dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia cair dipisahkan dengan bahan kimia yang padat dimana bahan kimia padat diletakkan di rak bahan paling atas yang gunanya untuk memudahkan dalam pencarian bahan. Selain itu, pada botol reagen juga terdapat pelabelan yang mencantumkan nama kimia dan rumusnya, tingkat bahaya, konsentrasi, tanggal pembuatan dan lama hidup (Nasution, 2012).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium:
1. Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan (Lindawati, 2010)
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena itu harus ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada lemari bahan toxic, karena benzena mudah terbakar daripada beracun. Di bawah ini panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
1. Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >
2. Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
3. terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
4. Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
5. memerlukan pemisahan secara khusus
Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan flammable seperti contoh gambar ini , kuning untuk bahan oksidator seperti contoh gambar ini , biru untuk bahan toksik seperti contoh gambar ini , putih untuk bahan korosif .
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen juga penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya - Konsentrasi
- Tanggal penerimaan - Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen - Lama hidup
- Tingkat bahaya - Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan dalam wadah sekunder seperti wadah plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Di bawah ini, panduan cara penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat bahayanya.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya. Pada tempat penyimpanan harus dituliskan kata "HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)". Diperlukan catatan jumlah bahan dan perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif terhadap air. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C.
Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di dalam lemari flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi. Faktor yang menunjang timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya :
(1) Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak,
(2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida diantaranya p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya sebagi berikut :
Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya.
Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 – 6 bulan
Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silica gel.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Asam-asam yang berwujud cairan diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organic (misalnya asam asetat glacial, asam format), asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat) dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya:
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan lain-lain.
Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastic untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastic atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan flammable harus disimpan dalam lemari flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible.
Cairan bahan kimia flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Bahan kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium sebagai berikut .
Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam.
Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan "Lab-Safe" atau "Flammable Storage Refrigerators". Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol berwarna coklat (amber bottle).
Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:
1. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
2. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
3. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
4. Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
5. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah
terbakar.
6. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
7. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
8. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
9. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Simbol-Simbol/ Rambu-rambu Bahan Kimia Berbahaya
Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances) dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances).
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50 yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration. Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances).
1. Very toxic (sangat beracun)
Huruf kode: T+
2. Toxic (beracun)
Huruf kode: T
3. Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)
'Tissue destroying substances' meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)
1. Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
2. Irritant (menyebabkan iritasi)
Huruf kode : Xi
Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N
(Nasution, 2013).
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: Bagaimana cara memisahkan bahan kimia di dalam laboratorium? Bagaimana cara menyimpan bahan kimia di dalam laboratorium? Bagaimana cara mengintentarisasi bahan kimia di dalam laboratorium? Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui nama-nama bahan kimia beserta karakteristiknya, dapat mengetahui bahan-bahan kimia berdasarkan sifat, bentuk, rumus, grade dan tingkat bahayanya, serta dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan kimia sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja.
Metodologi
Pada praktikum memisahkan, meyimpan, dan inventarisasi bahan kimia dilaksanakan pada hari Rabu, 23 April 2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi FKIP UNTAN adapun bahan-nahan yang digunakan adalah Kristal violet, asam asetat, etanol, mercury, dextrose, sodium nitrat, kalium permanganate, fraksi albumin dan kloroform dengan cara kerjanya sebagai berikut: Bahan-bahan praktikum disiapkan berdasarkan kelompok masing-masing, setiap kelompok mencatat nama bahan kimia dalam bahasa indonesia maupun dalam bahasa inggris, sifat(asam/basa/garam/organic), bentuk(c/l/g), rumus, grade (LG/TG) serta tingkat bahayanya. Setelah itu buat daftar hasil penelitian dengan membuat table pengamatan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan yang kami peroleh adalah sebagai berikut:
No
Nama Bahan Kimia
(Indonesia/Inggris)
Sifat
(asam/basa/garam/organic)
Bentuk
(c/l/g)
Rumus
Grade
LG/TG
Tingkat
Bahaya
1
Merkuri/mercury
garam
l
Hg
TG
Toxic, sangat berbahaya
2
Kristal Violet/
Crytal Violet
Asam
l
C5 H30CIN3
TG
Harmfull, dangerous to environment, very toxic to aquatic organisms, serious damage to eyes, bahaya
3
Asam Asetat/Acetic Acid
Asam
l
CH3COOH
LG
Mudah menguap dan terbakar serta tidak terlalu bahaya
4
Etanol/Ethanol
Organik
l
C2H5OH
LG
Mudah terbakar dan tidak terlalu bahaya
5
Dextrosa/Dextrose
Organik
c
C5H12O6
TG
Tidak berbahaya
6
Sodium Nitrat/Sodium Nitrate
Garam
c
NaNO3
TG
Bahaya dan oxidasing agen
7
Kalium Permanganat
Asam
c
KMnO4
TG
Mudah terbakar dan bahaya
8
Fraksi Albumin/
Albimin Fraction
Asam
c
C6H12O6 . H2O
LG
Tidak berbahaya
9
Kloroform/Chloroform
Organik
l
CHCl3
LG
Bahaya
Dari praktikum yang telah dilakukan, bahan-bahan kimia yang telah diamati dan diidentifikasi memiliki sifat, bentuk, grade dan tingkat bahaya yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang mmendasari pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi demi menjaga keselamatan kerja pada saat praktikum.
Investarisasi bahan adalah pencatatan data seluruh bahan yang ada di laboratorium untuk diketahui jumlah seluruhnya, sehingga dapat diketahui pula bahan laboratorium apa yang perlu segera ditambah untuk keperluan praktikum
Adapun tujuan penataan bahan kimia adalah :
memahami cara menata dan menyimpan bahan dan di laboratorium
memahami cara mengadministrasikan bahan kimia di Laboratorium
mengenal dan mengisi perangkat Administrasi
menerapkan cara menata,menyimpan, dan mengadministrasikan bahan kimia di Laboratorium
Bahan kimia dibagi menjadi 4 macam sifat yaitu asam, basa, garam dan organik. Dari bahan tersebut, yang dapat dikatakan bersifat asam apabila memiliki pH < 7, bersifat korosif artinya dapat menyebabkan karat pada logam, menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air, jika diuji dengan kertas lakmus akan berwarna merah. Bahan kimia dikatakan basa apabila memilki pH>7, bersifat elektrolit, apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-, jika diuji dengan kertas lakmus akan berwarna biru. Sedangkan garam adalah zat atau senyawa yang telah disusun oleh ion positif basa dan ion negatif asam. Selain itu dikatakan bersifat organik jika senyawa tersebut mengandung unsur carbon, hidrohen dan oksigen. Dari bahan tersebut, yang termasuk asam adalah asam asetat dan kalium permanganat. Setiap larutan asam, tidak boleh disimpan bersama bahan higroskopis, karena larutan asam sangat mudah terkontaminasi dengan bahan yang bersifat higroskopis sehingga mudah bereaksi dan dapat menyebabkan kecelakaan. Sedangkan bahan yang termasuk garam adalah merkuri. Pada umumnya, garam ini berbentuk endapan atau butiran garam (solid). Selain itu, bahan yang termasuk bahan organik adalah kristal violet, etanol, dextrosa, kloroform dan albumin fraktion. Dan bahan yang termasuk basa adalah sodium nitrat.
Bahan kimia dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu padat, cair dan gas. Dapat dikatakan berbentuk padat karena memiliki bentuk dan volume tetap. Yang termasuk dalam padatan adalah kristal violet, dextrosa, sodium nitrat, kalium permanganat dan albumin fraktion. Dikatakan berebentuk cairan apabila memiliki bentuk yang berubah-ubah sesuai wadahnya namun volumenya tetap. Yang termasuk dalam bentuk cair disini adalah asam asetat, etanol, merkuri dan kloroform.
Bahan kimia juga memiliki derajat kemurnian (grade). Yaitu laboratory reagen grade(LG) dan technical reagen grade(TG). Zat dengan grade LG cocok untuk kerja analitik dan bersifat umum sedangkan zat dengan grade TG digunakan untuk eksperimen yang bersifat teknik dan khusus. Bahan kimia yang berlabel LG adalah kristal violet, etanol, dextrosa, sodium nitrat, kalium permanganat, albumin fraktoin dann kloroform.
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa simbol tingkat bahaya bahan kimia yang dikenalkan yaitu irritant, mudah terbakar (flammable), korosif (corrosive), mudah teroksidasi (oxidizing substance), racun (toxic), pencemar lingkungan (dangeroous for environment), dan mudah menguap.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol irritant
dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) pada kulit maupun membran mukosa. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah kloroform. Dan contoh lainnya adalah Bahan iritan padat. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata.
Bahan Anorganik :Natrium hidroksida, Natrium silikat, Kalsium hidroksida, Kalium hidroksida.
Bahan Organik: Asam tricloroasetat dan Fenol.
Bahan iritan cair. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein.
Contoh senyawa :
Anorganik - Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
Organik - Asam format (asam semut), asam asetat (cuka), karbon disuffida hidrokarbon terhalogenasi
Bahan iritan gas. Bahaya terutama karena terhirup dan merusak saluran pernapasan. Tergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya, gas iritan digolongkan menjadi 3, yaitu :
a. Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan bagian atas.
Contoh : amoniak, asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam florida.
b. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran bagian atas dan bagian dalam
Contoh : sulfur dioksida, klor, krom
c. Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernapasan bagian dalam
Contoh : ozon, fosgen, nitrogen dioksida
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah terbakar (flammable)
Mempunyai titik didih antara 22 derajat celcius hingga 66 derajat celcius. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah etanol. Dan contoh lainnya adalah
cairan yang mudah terbakar
Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan
Cairan yang mempunyai titik penyalaan kurang dari 61 o C
Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat mengakibatkan pingsan bahkan kematian
Contoh :
petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2 chloropropene ethanol, carbon disuliphide, di-iso-propylane
padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)
Bahan padat yang mudah menyala (flammable solids)
Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan dari luar seperti percikan api atau api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan
Contoh : sulpur, pospor, picric acid, magnesium, alumunium powder, calcium resinate, celluloid, dinitrophenol, hexamine.
Bahan Padat yang Mudah Terbakar secara spontan (spontaneously Combustible Substances)
Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan yang besar untuk terbakar secara spontan.
Beberapa jenis mempunyai kemungkinan besar untuk menyala sendiri ketika lembab atau kontak dengan udara lembab
Juga dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar
Contoh : carbon, charcoal-non-activated, carbon black, alumunium alkyls, phosphorus
Padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)
Bahan yang berbahaya ketika basah (Dangerous when wet)
Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar ketika kontak dengan air
Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan kelembaban, air atau asam
Contoh :calcium carbide, potassium phosphide, potassium, maneb, magnesium hydride, calcium manganese silicon, boron trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.
Flammable Gas (Gas Mudah Terbakar)
Nama : Highly Flammable
Arti : Bahan Kimia Mudah Terbakar
Bahaya :Mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran, reaksi yang yang amat cepat dapat menimbulkan ledakan
Contoh : Aluminium alkil, Fosfor
Keamanan : Hindari campuran dengan udara
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol korosif (corrosive)
Dapat merusak jaringan tubuh dan menyebabkan luka bakar pada kulit. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah asam asetat. Dan contoh lainnya adalah Asam Asetat, Asam Klorida, Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam Sitrat, Fenol, Kalium Hidroksida, Natrium Hidroksida, Amonium Hidroksida.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol oksidasi (okidizing)
Dapat menyebabakan kebakaran jika terkontaminasi dengan bahan bahan pemicu atau pengoksidasi. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah sodium nitrat dan kalium permanganat. Dan contoh lainnya adalah Kaliumperoxiodisulfat, Kalium bromat, Sodium hexanitro.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol racun (toxic)
Toxic merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh baik tertelan, lewat jalur pernapasan maupun kontak lewat kulit. Pada umumnya zat Toxic masuk lewat jalur pernapasan ( misalnya terhirup ) dan juga kulit, lalu menyebar ke seluruh tubuh dan menuju organ tertentu seperti hati, dan paru - paru. Tapi bisa juga zat toxic berakumulasi dalam tulang, darah, hati, dan cairan limfa hingga pada akhirnya menghasilkan efek dalam jangka panjang. Pengeluaran zat beracun visa melalui urin, saluran pencernaan sel efitel dan keringat. Adapun yang termasuk bahan toksik pada praktikum kali ini adalah merkuri (II) klorida, kristal violet dan tembaga (II) sulfat. zat toxic sebaiknya disimpan dalam ruangan yang sejuk, ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel ( tidak dapat dicampur). Panas dapat menyebabkan zat toxic terurai sehingga zat ini harus disimpan jauh dari sinar matahari langsung dan juga jauh dari sumber panas.
Contoh bahan kimia toxic: Asam Oksalat, Kalium Sianida, Karbon Disulfida, Kolkhisin, Raksa, Raksa (I) Nitrat, Raksa (II) Nitrat, Raksa (I)Klorida.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol berbahaya bagi lingkungan
Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah kalium permanganat, kristal violet dan tembaga (II) sulfat. Bahan dan formulasi dengan notasi berbahaya bagi lingkungan adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah meledak
Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan peledakan
Contoh
Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine, Amunisi, bubuk untuk blasting)
1.Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ''explosive" dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances
2.Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing" biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
3.Huruf kode:F+
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya extremely flammable " merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12 Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas) Highly flammable (sangat mudah terbakar).
4.Huruf kode: F
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya 'highly flammable' adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban.
5.Huruf kode: tidak ada
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya 'flammable'. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable) Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10 Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.
6.Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya 'very toxic' dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
7.Huruf kode: T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya 'toxic' dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
8.Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya 'harmful' memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
9.Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi 'corrosive' adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2%). Irritant (menyebabkan iritasi)
10.Huruf kode : Xi
Bahan dan formulasi dengan notasi 'irritant' adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41 Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer. Bahan berbahaya bagi lingkungan
11.Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi 'dangerous for environment' adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Dalam menginventarisasikan bahan kimia mempunyai istilah LG dan TG. Laboratory Grade (LG) adalah derajat pemurnian laboratorium/ zat dengan derajat kemurnian laboratorium yang cocok untuk analitik umum dan kerja kuantitatif kesekolah. Sedangkan Technical Grade (TG) standar kemurnian yang dapat diterima secara konversial dan dianggap tidak mengandung kotoran-kotoran yang akan berpengaruh terhadap penggunaan disekolah.
Dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini adalah berjumlah 1 bahan kimia, diantaranya adalah :
Asam nitrat (HNO3) : mempunyai sifat asam, dengan bentuk cair (liquid) yang mana bahan kimia ini sering digunakan dalam analitik umum. Akan tetapi tingkat bahaya dari bahan kimia ini adalah mudah terbakar, dan bersifat korosif.
Etanol : senyawa organic yang berbentuk cair, dengan tingkat bahayanya mudah terbakar. Bahan kimia ini sering dipakai dalam analitik umum.
Asam asetat : bahan kimia ini sangat sering dipakai dalam analitik umum, sifatnya mudah menguap dan terbakar, serta korosif.
Sodium nitrat : bahan kimia yang bersifat garam, dengan bentuk berupa serbuk/Kristal. Akan tetapi bahan kimia ini termasuk kedalam TG.
Fraksi albumin
Kloroform : bahan kimia ini sering digunakan untuk pembiusan
Kristal violet
Dektosa
Kalium (II) permanganate : bahan kimia ini mudah terbakar, bersifat asam akan tetapi bahan kimia ini jarang digunakan untuk analitik umum.
Merkuri (II) sulfat : mempunyai sifat yang membahayakan lingkungan.
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanan mutlak diperlukan sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja. Penyimpanan pada tingkatan bahan kimia dapat dilakukan sebagai berikut:
Bahan beracun: harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, tidak terkena sinar mmatahari langsung dan jauh dari sumber panas.
Bahan kimia korosif: penyimpanannya harus terpisah dari bahan yang mudah bereaksi, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan dan ventilasi yang baik..
Mudah terbakar: disimpan pada ruangan yang sejuk, tempat penyimpanan harus terpisah dari oksidator kuat dan mudah menguap,jauhkan dari sumber api.
Penamaan bahan kimia menggunakan bahasa inggris dan indonesia perlu dilakukan agar dapat diidentifikasi karakteristik bahan tersebut. Selain itu perlu dilakukan pengecekan rutin pada bahan-bahan kimia dengan tujuan dapat dipisahkan secara aman antara bahan kimia yang telah kadaluarsa dengan yang masih layak pakai.
Penutup
Bahan kimia dikategorikan berdasarkan sifat, bentuk, grade dan tingkat bahayanya. Hal ini yang menndasari pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi bahan kimia. Pengelompokan sifat bahan kimia yaitu asam, basa, garam dan organik. Pengelompokan bentuk bahan kimia yaitu padat, cair dan gas. Pengelompokan grade bahan kimia yaitu LG, TG dan BG. Pengelompokan tingkat bahaya bahan kimia yaitu corrosive, toxic, irritant, flammable, oxidizing, danger for environment. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia dan jauhkan dari sinar matahari langsung/sumber panas. Diperlukan pengecekan secara rutin agar kecelakaan yang mungkin terjadi dapat dicegah. Larutan asam harus disimpan di tempat yang terpisah dengan larutan higroskopis. Bahan kimia yang bersifat beracun harus disimpan di lemari khusus dan tertutup rapat.
Ada baiknya praktikum lebih teratur dan terarah agar praktikan dapat memahami apa yang dipraktikumkan
DAFTAR PUSTAKA
Emha, H. (2002). Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. PT Remaja Roesda Karya: Bandung.
F O Omokhodion,. The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health, June 2002; vol. 122, 2: pp. 118-121.
Griffin, Brian. (2005). Laboratory Design Guide Third Edition. Elsevier: Great Britain.
Ibnu, M. Sodiq. 1996. Mengenal Label Bahan-Bahan Kimia Berbahaya. (http://journal.um.ac.id. Diakses tanggal 26 April 2014).
Lindawati. (2010). Strategi Inventaris Alat dan Bahan. (online). (http//: blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-dan-bahan. Html. Diakses tanggal 26 April 2014).
Nasution, Mutiara Agustina. 2013. Penyimpanan Bahan Kimia. (online). (http://mutiaraagustina.blogspot.com. Diakses tanggal 26 April 2014).
Pertanyaan :
Apakah perbedaan antara TG dan LG? mengapa perlu untuk mengetahuinya perbedaan keduanya?
Mengapa larutan asam tidak disimpan bersama beberapa bahan yang bersifat higroskopis?
Mengapa diperlukan pengecekan rutin untuk bahan kimia ini?
Jawaban :
Perbadaan antara TG dan LG adalah bahwa untuk bahan yang bersifat LG adalah bahan yang sering digunakan dalam analitik-analitik umum, sedangkan untuk TG jarang digunakan dalam analitik umum, akan tetapi telah diterima secara komersial.
Kita perlu mengetahui perbedaan keduanya, agar kita dapat membedakan bahan kimia yang sering digunakan dalam analitik umum maupun tidak.
Sebab jika larutan asam disimpan bersama bahan yang bersifat higroskopis, maka larutan tersebut akan mudah diserap oleh bahan yang bersifat higroskopis (higrokopis = kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya)
Perlunya dilakukan pengecekan rutin terhadap bahan kimia :
Agar kita dapat mengetahui tanggal kadarluasa.
Dapat mengetahui rusak atau tidak bahan kimia yang disimpan.