BAB I PENGHORMATAN TERHADAP GURU Adab yang tidak boleh dilakukan terhadap ter hadap guru sebagai berikut : y
Tidak berjalan di depan guru.
y
Tidak menduduki tempat yang di duduki seorang guru .
y
Tidak mendahului bicara di hadapan guru kecuali dengan izinnya.
y
Tidak bert an anya dengan pert an anyaan yang membosankan guru.
y
Tidak mengganggu ist irahat guru.
y
Tidak menyakit i hat i guru.
y
Jangan duduk terlalu dekat dengan guru.
BAB II TUNTUNAN PENUNTUT ILMU
Biasakan bangun malam untuk beribadah.
Men jaga Wudhunya dengan Ist iq iqomah.
Bela jar at au Berdzikir dipermulaan (ant ara Magrib dan Isya) dan akhir malam(Sahur).
Perbanyak Puasa Sunnah dan men jalankan Sholat Sunnah.
Memperbanyak membaca Shalawat at as Nabi Muhammad SAW.
ika Bela jar at au Berdzikir. Menghadap K iblat ket ika
Memulai suatu pekerjaan hari Rabu.
Biasakan bersiwak dan meminum madu.
Tidak melon jorkan kaki ke depan K iblat.
Menghindarkan makan Ketumbar dan Apel Asam.
Hindarkan untuk melihat salib dan membaca tulisan pada nisan.
Hindarkan t id idur setelah Sholat Shubuh.
BAB III MENDATANGKAN DAN MENOLAK REZEKI a). Yang menyebabkan fakir Tidur diwaktu Shubuh, t id idur telan jang lepas pakaian, kencing dengan telan jang bulat , makan dalam keadaan junub, makan dengan berb aring, mengabaikan remukan hidangan sisa makanan, membakar kulit bawang ih, menyapu rumah dengan kain, menyapu rumah merah dan bawang put ih,
dimalam hari, menyapu sampah t idak langsung dibuang, berjalan di muka orang tua / mendahuluinya, mem anggil kedua orang tua hanya dengan menyebut namanya, mencukut i sela sela gigi dengan benda keras, mencuci t angan dengan t anah dan debu, duduk di at as t angga at au sikai, bersandar pada salah satu kaca kaca pintu, berwudhu di tempat perist irahat an, men jahit pakaian pada badannya (sedang dipakai), menyapu muka dan keringat dengan gombal (kain ma jun), t idak mau membersihkan rumah laba laba di rumah mempermudah /mempercepat dalam mengerj akan Sholat (t idak mau merendah dan khusu ), segera keluar dari masjid setelah sholat Shubuh, berpagi pagi benar berangkat ke pasar, menunda nunda pulang dari pasar, membeli barang at au makanan dari f akir miskin yang memint a mint a, mendoakan jelek pada anak, t idak mau menutupi bejana, dan memadamkan lampu dengan t iupan napas, menulis dengan pena at au pulpen yang diikat sudah rusak, bersisir dengan sisir yang sudah pecah pecah, t idak mau me ndoakan baik kepada kedua orang tua, memakai surban dengan duduk, memakai celana sambil berdiri, bakhil / pelit ,
b). Mempermudah datangnya rezeki
Mengerjakan Sholat dengan penuh hormat , khusu dengan menyempurnakan yang rukun, wa jib, sunnah dan disiplin moral (adab) nya.
Banyak bersedekah.
Dat ang ke masjid sebelum adzan.
Membiasakan bersuci (bila hadats selalu berwudhu)
Sholat Sunnah sebelum Shubuh, Sholat Wit ir di rumah..
Tidak memperbincangkan masalah dunia setelah Sholat Wit ir.
Men jauhi banyak duduk duduk bersama para wanit a kecuali ada ha jat.
BAB IV. YANG DAPAT MEYEBABKAN UMUR PANJANG
Taqwa.
Hormat kepada orang tua dan t idak menyakit inya.
Menyambung kekerabat an at au silaturahmi.
Hendaklah t idak sampai memotong pohon yang masih hidup dan basah kecuali dalam keadaan darurat..
Menyempurnakan Wudhu.
Mengerjakan Sholat dengan penuh kehormat an.
Menunaikan ibadah Ha ji dan Umrah secara bers ama at au Qiran.
Men jaga kesehat an.
PENDIDIKAN DALAM KAJIAN KITAB TA'LIM MUTA'LIM B AB I
PEND AHULUAN
Manusia lahir kedunia dari rahim ibu-nya dalam keadaan t idak menget ahui apa-apa dan t idak memiliki ilmu penget ahuan. Namun demikian, Allah Swt telah melengkapi dirinya dengan pendengaran, penglihat an, akaldan hat i yt ang merupakan bekal dan pot nsi sekaligus sarana untuk membina dan mengembangkan kepribadiannya. Secara bert ahap melalui j alur pendidikan, potensi dan sarana itu dibina sert a dikembangkan sehingga tercapai bentuk kepribadian yang diharapkan. Bentuk kepribadian yang diharapkan dari seorang muslim adalah pribadi yang mampu memimpin dan mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cit a-cit a islam, nilai-nilai yang tert anam dalam jiwanya dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan demikian, misi pendidikan islam t idak hanya terbat as pada transpormasi ilmu penget ahuan yang men jurus ada p peningkat an kemampuan intelektual semat a, tet api juga internalisasi nilai-nilai spiritual religius dan nilai et ika, yang justru harus mendapat pr iorit as dan ditempat kan pada posisi tert inggi. Oleh karena itu, pendidikan mengenai spiritual eligius dan moralit as harus dit anamkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sepert i dikemukakan oleh Dr. A li Ashraf.(penget ahuan) tent ang keyakinan dan et ika harus dit anamkan terhadap seorang anak sejak dari t ahap awal, walaupun realisasi spiritual yang sebenarnya merupakan pencapaian terakhir.
Al-Zarnuji adalah tokoh pendidikan abad pertengahan yang mencoba memberikan solusi tent ang bagaimana mencipt akan pendidikan yang t idak hanya berorient asi pada keduniawian sa ja, akan tet api berorient asi akhirat. K arya al-zarnuji yang terkenal yakni kit ab t a limul al-mut a lim, t hariq Alt aallum , Merupakan salah satu karya kelasik dibidang pendidikan yang telah banyak dipela jari dan dika ji oleh para penuntut ilmu, terut ama di pondok pesantren. Materi kit ab ini sarat dengan muat an-muat an pendidikan moral spiritual. Tasawuf yang jika direalisasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tentu tujuan ideal dari pendidikan islam dapat tercapai.
B AB II
PEMB AH ASAN
A. Pengert ian Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha individu dan masyarakat u ntuk meningkat kan kualit as kepribadian dengan jalan membina potensi-potesi yang dimiliknya menuju suatu tujuan tertentuPendidikan islam, ialah segala usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak dapat memahami dan mengamalkan a jaran agama islam sert a men jadikannya sebagai pandangan dan pegangan hidup , sehingga dapat mendat angkan keselamat an dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat (Suito & Fauzan: 2003, Hal: 190) B. Aspek Pendidikan Tasawuf dalam K it ab Ta limul Mut a llim
Tasawuf adalah Falsaf ah hidup yang dimaksudkan untuk meningkat kan jiwa seorang manusia secara moral lewat lat ihan-lat ihan perakt is tertentu, Dan dalam t aswuf ini terdapat pokok-pokok a jaran t asawuf akhlaki, t asawuf amali dan t asawuf f alsaf i, Dari ket iga pokok a jaran t asawuf tersebut , nampaknya yang diton jolkan dalm kit ab t a limul mut a lim ini adalah pendidikan t asawuf yang cndrung kepada pokok a jaran t asawuf akhlaki. (Suito & Fauzan: 2003, Hal: 190) Jadi pendidikan t asawuf adalah suatu sistem pendidikan yang bercorak islam dan berisi a j aran at au f aham-f aham t asawuf. Pembahasan tent ang pendidikan t asawuf ini difokuskan pada kit ab t a limul mut a lim karya al-zarnuji,
1. Taubah Masalah t aubah dalam kit ab tersebut memang t idak secara khusus dan eksplisit terdapat keterangan yang membahas pengert ian, syarat-syarat , pembagian-pembagian dan aspek-aspek lain yang berkenaan dengan t aubah. K arena kit ab ini sepert i telah dikemukakan bukanlah kit ab t asawuf at au yang menekankan bahasannya pada masalah akhlak dalam pengert ian umum, namun ia lebih merupakan kit ab yang membahas et ika dan strategi bela jar yang berhasil. Kendat i demikian dari beberapa pernyat aan pengarangnya, t ampak sekali pokok-pokok pikirannya yang bersif at sufsit ik dan mengandung a jaran t asawuf. Dalam salah satu bahasanya, penyusunam kit ab ini menulis: Fa ammama yuritsu al-nisyana f a al-ma ashi wa katsrat al-dzunuh. (Penyebab lupa adalah perbuat an maksiat dan banyak dosa). Dari pernyat aan ini, jelaslah bahwa konsep sukses bela jar dalam perspekt if al-zarnuzi adalah harus membersihkan diri dari segala perbuat an dosa dan maksiat.
Upaya yang harus dilakukan oleh seorang penuntut ilmu agar dirinya dapat bersih dari dosa dan maksiat , t ak lain adalah dengan melakukan t aubah. Taubah yang diharapkan tentunya adalah t aubah yang sesungguhnya (t aubah nasuha) dan yang sesuai dengan syarat-syarat yang sudah di kemukakan di at as. Pada topik bahasan yang sama, al-zarnuji mengut ip syair Imam syaf i i yang berisi pengaduan kepada gurunya Waki mengenai problem haf alan yang kurang baik. Melalui kut ipan syair ini, al-zarnuji ingin mempertegas pernyat aanya yang pert ama bahwa keberhasilan seorang penuntut ilmu dalam studinya, yang dalam hal ini di t andai dengan kekuat an at au daya ingat nya, adalah sangat dit antukan oleh t ingkat keberhasilan men jauhkan dirinya dari dosa dan meksiat.
K alau dianalisis,ternyat a kekuat an at au daya haf al seorang penuntut ilmu di jadikan st andar untuk mengukur t ingkat keberhasilan bela jarnya menurut hemat pe nulis, hal ini dapat di kembalikan pada pola pendidikan yang berlaku pada saat itu, bahkan smpai kini (terut ama di beberapa Negara t imur tengah), yaitu pola pendidikan yang lebih mengarah pada verbalist is. Art inya pola pendidikan yang lebih mement ingkan aspek ingat an at au haf alan dan t idak terlalu berorient asi pada peningkat an daya krit is, analit is dan sintesis. Sebagai upaya untuk memperolah kemampuan menghaf al dan mengingat yang baik, maka para penuntut ilmu diharuskan untuk meninggalkan hal-hal yang dapat manghalanginya,yitu berupa perbuat an dosa dan maksiat. Logikanya adalah bahwa ilmu merupakan cahaya at au karunia allah dan karunianya itu t idak akan dia berikan kepada orang yang berbuat dosa dan maksiat. (Suito & Fauzan: 2003, Hal: 191) Ket ika membicarakan tent ang hal-hal yang dapat mendat angkan dan men jauhkan rejki, Al-zarnuji juga menyinggung masalah dosa dan maksiat. 2. Zuhd
Mengenai konsep pendidikan zuhd yang disampaikan oleh al-zarnuji dalam kit abnyat a Ta lim al-mut a alim, dapat di kemukakan sebagai berikut:
a. Dalam bahasanya tent ang niat bela jar; ia menyat akan bahwa diant ara hal yang harus di perhat ikan oleh para penuntut ilmu adalah jangan sampai ilmu yang diperolehnya dengan penuh kasungguhan dan susah payah itu di pergunakan sebagai sarana untuk mengejar kehidupan materi duniawi,yang sebenarnya, sedikit nilainya dan t idak abadi.
b. Orang yang sedang dalam proses bela jar diharuskan untuk berusaha semaksimal mungkin mengurangi akt if it as-akt if it as yang berhubungan dengan kesibukan duniawi. Sebab hal itu hanya akan men jadi beban pikiran yang pada akhirnya dapat mengganggu dan merusak konsentrasi bela jar. Ia t idak boleh merasa sedih dan gelisah karena urusan dunia, sebab kesedihan dan kegellisahan sepert i itu t idak membawa manf aat sama sekali, malah akan membahayakan hat i, akal dan badan sert a dapat merusak perbuat anperbuat an baik. Sebaliknya ia harus lebih menaruh perhat ian pada urusanurusan yang berorient asi pada kehidupan akhirat. Hanya itulah yang bermanf aat baginya. Disisi lain, terdapat pernyat aan bahwa orang yang terlalu mengejar kehidupan materi akan mengalami kegejapan hat i. Sebaliknya mereka yang menaruh perhat ian besar pada kehidupan akhirat , hat inya akan bercahaya. Pada bagian lain di t agaskan bahwa kegandrungan terhadap dunia akan menghalangi orang dari perbuat an keba jikan. Tet api kecendrungan pada akhirat akan membawa kepada amal keba jikan. Dari beberapa pernyat aan diat as,terlihat jelas prinsip pendidikan zuhud yang di a jarkan al-zarnuji, bahwa para pe nuntut ilmu hendaknya brsungguhsungguh dalam bela jar,dan jangan sampai perhat iannya lebih banyak tercurah pada urusan-urusan yang bersif at dunia. Sebab disamping nilainya yang hina, rendah dan f ana, hal itu juga akan berdampak negat if bagi studi yang tengah di jalaninya. Pikiran dan perhat ianya yang semest inya terfokus kepada keberhasilan bela jarnya, akan terbagi untuk memikirkan hal-hal yang
mungkin t idak perlu. Pada akhirnya, hal ini hanya akan menghambat at au bahkan dapat merusak proses bela jarnya. Disamping itu, selama dan sesudah masa pencarian ilmu janganlah memiliki orient asi hidup yang melulu mengarah pada materi at au diniat kan untuk mendapat kan jabat an at au pekarjaan karena ilmu, bukanlah prangkat untuk mencari st atus sosial, popularit as maupun keuntungan materi. Sebaliknya, hendaklah ia memiliki niat yang tulus ikhlas, semat a-mat a untuk mencari keridhaan allah SWT. Jangan sampai hat inya di kotori dengan tendensi at au tujuan dari luar itu, agar dengan demikian ia dapat merasakan lezat nya ilmu dan amal. (Suito &Fauzan, 2003, Hal: 194)
3. Sabar Sehubungan dengan sikap s abar, Al-Zaarnuji dalam kit ab t a limul Mut a lim memberikan penegasan akan perlunya sikap sabar dalam segala hal, namun dia juga menyadari bahwa sikap sabar dan t abah ini adalah berat , dalam kit ab-nya menyebut kan yang art inya: Ket ahuilah, sabar dan t abah adalah pangkal keut amaan dalam segala hal, tet api jarang orang yang melakukannya.Oleh karena itu, maka para pela jar yang ingin sukses dalam bela jarnya, hendaknya memiliki sif at dan sikap sabar, Al-zarnuji mengat akan: Maka sebaiknya pela jar mempunyai hat i t abah dan sabar dalam bela jar kepada sang guru, dalam mempela jari dalam suatu kit ab jangan sampai dit inggalkan sebelum sempurna dipela jari, dalam suatu ilmu jangan sampai berpindah bidang lain sebelum memehaminya benar-benar dan juga dalam tempat bela jar jangan sampai berpindah kelain daerah kecuali karena terpaksa, kalau hal ini dilanggar dapat membuat urusan jadi kacau balau, hat i t idak tenang, waktupun terbuang dan melukai hat i sang guru. Dalam konteks ini nampaknya yang dimaksud oleh pengarang adalah kesabaran dalm sebuah mempela jari kit ab, hanya sa ja di beberapa bagian masih terdapat ist ilah ilmu yang digunakan sebagai maknanya yang lebih jelas Pada bagian lain dari kit abnya, Al-Zarnuji juga mengemukakan bahwa perjalanan menuntut ilmu itu adalah suatu perjuangan yang t idak terlepas dari kesusahan dan penderit aan, ia mencontohkan perjalanan nabi Musa AS dalam mencari ilmu yang hamper sa ja putus asa, dan berkat a Laqad laqina min saf arina haza nasabd (Benar-benar kuhadapi kesaulit an dalam kelanku ini). K arenanya, maka pant as jika menurut para ulama bahwa bela jar itu adalah suatu pekerjaan yang lebih mulia yang lagi berperang (jihad), dan tentunya, pahalanyapun besar. Sebab, semakin t inggi t ingkat kesulit an dan kepayahan yang dihadapi dalam suatu perjuangna, maka semakin pula pahala yang diperolehnya, kemudian a j-zarnuji juga mengat akan bahwa orang yang bersabar dalam menghadapi kesukit an dan kesusahan dalam menuntut ilm, ia akan mendapat kan kelezat an ilmu yang melebihi kelezat an apapun yang ada di dunia. Dengan melihat keterangan tent ang pent ing dan perlunya sikap sabar dan t abah sepert i dikemukakan diat as, maka sebagaiman ia metupakan unsur pundament al dalam dunia t asawuf , demikian juga dalam masalh bela jar/pendidikan, Seorang penuntut ilmuyang ingin sukses dalam
bela jarnya, harus banyak memiliki kesabaran dan ket abahan. Mencari in\l u adalah suatu perjuangan, dan set iap perjuangan harus menemuai banyak t ant angan, rint angan ,dan cobaab, Jika ia berhasil dalam menghadapi semua t ant angan, rint angan dan cobaan itu dengan sabar, maka jalan menuju kesuksesan pun terbent ang luas. Dengan demikian, dapat lah dikat akan bahwa kesabaran dan ket abahan merupakan kunci at au syarat menuju kesuksesan. (Suito & F auzan: 2003, Hal: 196) 4. Tawakkal Dalam masalah ini, al- Zarnuji menulis suatu bab khusus tent ang t awakkal. Ia mengat akan bahwa set iap penuntut ilmu harus memiliki sikap t awakkal (pasrah), terut ama dalam masalah rezeki. Sebab hal itu, sepert i telah disinggung sebelumnya, akan mempengaruhi bela jarnya. Perhat ian dan konsentrasinya terhadap pela jaran akan terganggu, sehingga hasil bela jarnyapun t idak maksimal. Masalah rezeki, demikian al-Zarnuji, janganlah terlalu dikhawat irkan, karena sepert i dinyat akan dalam sebuah hadits, mereka yang tengah mempela jari agama Allah, akan dicukupi kebutuhannya dan diberikan rezeki yang t idak terduga sebelumnya. Hal tersebut dinyat akan alZarnuji sebagai berikut yang art inya :
Pela jar harus bert awakkal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena masalah rezeki, dan hat inya pun jangan terbawa kesana. Abu Hanif ah meriwayat kan dari Abdullah Ibnu al-Hasan Az-Zubaidiy, sahabat rasulullah Saw: Barang siapa mempela jari agama Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberi rezekidari jalan yang t idak dikirasebelumnya. Kemudian, al-Zarnuji menambahkan bahwa kesibukan memikirkan dan mengurusi masalah rezeki, baik berupa pangan maupun sandang (pakaian), hanya akan menghambat seorang penuntut ilmu untuk dapat meraih keberhasilan, yang dilambangkan oleh al-Zarnuji sebagai budi luhur dan akhlak mulia. Dan jika hal itu sampai mempengaruhinya, maka akan sulit baginya untuk menghilangkan pengaruh tersebut. Selan jut nya al-Zarnuji menyarankan hendaknya para penuntut ilmu memperbanyak berbuat keba jikan dan t idak terpengaruh oleh bujukan hawa nafsunya. Ia menulis sebagai berikut yang art inya : K arena orang yang hat inya telah terpengaruh urusan rezeki baik makanan at au pakaian, maka j arang sekali dapat menghapus pengaruh tersebut kembali untuk mencapai budi luhur dan perkara-perkara yang mulia. Bagi set iap orang hendaknya membuat kesibukan dirinya dengan berbuat keba jikan, dan jangan terpengaruh oleh bujukan haw nafsunya. Dengan memperhat ikan pernyat an al-Zarnuji di at as, t ampak jelas sekali nilai suf ist ik at au aspek t asawuf yang ia tekankan dalam teori kependidikannya. Y akni bahwa para penuntut ilmu hendaknya memutuskan hubungan dengan masalah-masalah duniawi (melakukan pola hidup zuhud) dan t idak perlu kuat ir akan masalah rezeki. Sebaliknya mereka harus bert awakkal at au pasrah menyerahkan diri secara tot al kepada Allah Swt.. (Suito & Fauzan: 2003, Hal: 198)
5. Tawadu dan Wara Berbicara masalah t awadu , terut ama dalam dunia pendidikan dan keilmuan, al-Zarnuji menyat akan bahwa sif at ini mut lak harus dimiliki dan diaplikasikan
dalam kehidupan set iap pribadi muslim, khususnya kaum ilmuwan dan para cendikiawannya. Tawadu dalam art i t idak menyombongkan dan membanggakan diri sert a t idak pula menghinakan dan merendahkan diri secara berlebihan. Seorang ilmuwan t idak sepatut nya bersif at t akabur dengan ilmun yang dimilikinya, sebab ilmunya t idaklah seberapa, apalagi jika dibandingkan dengan keluasan ilmu Allah. Dalam kit abnya Ta lim al-Mut a alim al-zarnuji menulis :
seorang yang berilmu hendaknya t awadu (yaitu sikap tengah-tengah ant ar sombong dan kercil hat i), berbuat iff ah, yang keterangannya lebih jauh bisa kit a dapat i dalam kit ab akhlak. Selan jut nya, ia mengut ip perkat aan gurunya, syekh Rukn al-Islam yang popular dengan sebut an al-Adib al- Mucht ar, dalam bentuk syair yang berbunyi : t awadu adalah benar-benar merupakan budi pekert i orang t aqwa , ia menan jak t inggi depngan sikap ini. Melihat pernyat aan diat as, t ampak sekali bahwa Al-zarnuji t idak mengabaikan sedikitpun tent ang pent ingnya sif at dan sikap t awadu , khususnya bagi kaum ilmuan dan cendekiawan, karena memeang sudah demikian mest inya, ibarat f ilsaf ah hidup padi, semakin baerisi,maka semakin menunduklah ia.
Sedangkan mengenai pent ingnya sif at wara dalam bidang pendidikan, alzarnuji membahasnya secara spesif ik dengan membuat bab khusus tent ang wara. Menurut nya, sif at wara di kala menuntut ilmu penget ahuan adalah mut lak harus di miliki. Ia mrngut ip sebuah keterangan yang di sebut kanya sebagai hadist , yang art inya:Rasulallah SAW: Barang siapa t idak warasewaktu mendalami ilmu, Allah SWT akan memberinya cobaan dengan salah satu dari t iga perkara, yaitu: mat i dalam usia muda, ditempat kan di perkampungan bers ama dengan orang-orsng bodoh, at au di jadikan pengabdi sang sult an / penguasa. Berkenaan dengan keterangan ini, H. A. Mukt i Ali memberikan koment ar sebagai berikut: melihat macam cobaan yang ket iga, inilah barangkali yang menyebabkan para ulama kit a dulu mendirikan pondok pesantren di desadesa yang jauh dari kekuasaan belanda. Sikap non kooperat if ulama terhadp pen ja jahan mungkin di sebabkan karena memahami hadis ini. Sudah barang tentu, penguasa di negri kit a setelah merdeka (1945) ini t idaklah sebagai mana yang di maksud dengan SULT AN dalam hadis ini, karena pera penguasa kit a t idaklah berusaha untuk memat ikan a jaran islam.
Selan jut nya, al-zarnuji menyebut kan beberapa upaya untuk men jaga sif at wara diant aranya adalah memelihara diri agar t idak makan terlalu kenyang, t idak terlalu banyak t idur dan t idak membicarakan sesuatu y ang t idak mendat angkan manf aat. Berkenaan dengan masalah men jaga lisan untuk t idak berbicara hal yang t idak perlu dan t idak berguna, al-zarnuji mengut ip sebuah pesan seorang f aqih dan zahid, sebagai berikut: jagalah dirimu dari ghibah dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya. Lalu kat anya lagi, orang yang banyak bicaranya itu mencuri umurmu dan membuang sia-sia waktumu.
Termasuk kedalam upaya men jaga sif at wara , masih menurut al-zarnuji, adalah menghindari makanan yang di masak dengan sembarangan, misalnya di tepi-tepi jalan at au di pasar-pasar, bila mana mungkin. Sebab warungwarung di tempat itu mudah terkena na jis dan kotoran. Makan di tempattempat sepert i itu juga akan membuat seorang terlupa dari berdzikir kepada allah dan memancing f akir miskin untuk menikmat i makanan itu, sement ara mereka t idak membelinya. Hal ini akan membuat duka dan lara di hat i mereka, sehingga keberkahan ilmu orang itu akan hilang. Berapa hal lain yang juga term asuk ke dalam upaya memelihara sif at wara adalah sepert i di kemukakan oleh al-zrnuji sebagai berikut:
termasuk kedalam sif at wara adalah menghindarkan diri dari manusia yang suka berbuat kerusakan, maksiat dan pe ngangguran. Sebab, perkumpulan itu past i membawa pengaruh yang t idak baik, menghadap qiblat waktu bela jar, bercerminkan diri dengan sunah nabi, mohon dido akan oleh ulama ahli keba jikan dan jangan sampai terkena do a t idak baiknya orang teraniaya. Kesemuanya itu adalah termasuk wara. Dalam pasal ini, al-Zarnuji pun menyampaikan beberapa et ika menuntut ilmuyang merupakan implement asinya dasar-dasar a jaran islam yang luhur. (Suito & Fauzan: 2003, Hal: 201) C. Et ika Pembela jaran Et ika pembela jaran berkait an erat dengan t at a susila, norma-norma dan aturan-aturan, dalam proses bela jar menga jar, menurut syekh Az-Zarnuji et ika pembela jaran meliput i: bagaimana berniat dalam bela jar, bagai mana memilih guru, teman, dan ket abahan di dalam bela jar, kemudian bagaimana penghormat an terhadap ilmu dan ulama,bagaimana keseriusan, ketekunan, dan minat dalam bela jar. Dapat disimpulkan et ika pembela jaran ialah suatu proses dalam mendapat kan dan mendapat kan ilmu penget ahuan dalam kehidupan, sehingga ilmu itu bisa bermanf aat bagi kehidupannya, lingkungannya dan bangsanya, yang merupakan pola pembela jaran yang didasarkan pada niat yang tulus dan ikhlas yang disesuaikan dengan minat dan bakat nya, yang disampaikan oleh guru yang cerdas dan profeaional dan teman-teman sebaya yang saling mendukung dalam proses pembela j aran demi tercapainya tujuan pembela jaran. (Http: //achmadf aisal.blogspot.com) D. K arakterist ik Et ika Pembela jaran Dalam kitrabnya Ta limul Mut a lim Syaikh Az-Zarnuji t idak terter a tent ang karakterist ik et ika pembela jaran, namun ada beberapa hal yang men jadi cat at an dan menarik perhat ian, bahwa Az-Zarnuji memberikan rambu-rambu bagi para penuntut ilmu yaitu:
1. Niat kan mencari ilmu dengan tulus dan ikhlas semat a-mat a karena Allah Swt , 2. Dalam memilih ilmu yang akan dipela jari (jurusan) disesuaikan dengan dirinya (minat dan bakat ny), sert a memilih guru harus orang yang alim (banyak ilmu/mumpuni), berasipt wara dan lebih tua.
3. Dalam bergaul carilah tem an yang tekun bela jar, bersipat wara , bert awakal dan yang ist iqamah. Ket iga hal diat as dapat dikat akan sebagai karakterist ik pembela jaran menurut Al-Zarnuji
E. Pent ingnya Et ika Pembela jaran dalam Pendidikan Islam Pendukung ut ama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu t idak hanya cukup dilakukan melalui trasformasi ilmu penget ahuan dan teknologi, tet api juga harus didukung oleh peningkat an propesionalisme dan sisrem mana jemen tenaga pendidik sert a pengembangan kemampuan pesert a didik
Kemampuan ini t idak hanya menyangkut aspek akademis, tet api menyangkut aspek perkembangan pribadi, social, kemat angan intelektual dan sistem nilai pesert a didik, Diwilayah inilah et ika pembela jaran berperan Dunia pendidikan islam sudah sepatut nya memperhat ikan wilayah garapan et ika pembela jaran dan menerapkannya dalam proses berlangsungnya transper ilmu penget ahuan dan teknologi, sehingga akan melahirkan karakterist ik pesert as didik yang memiliki kemat angan ment al, intelektual dan spiritual yang harus men j adi cirri khas dari model pendidikan islam. Sejalan dengan harapan diat as pendidikan islam di indonesia mau t ak mau, siap t ak siap, harus menerapkan et ika pembela jaran yang sesuaio dengan a jaran islam dan t idak ket inggalan jaman dengan kema juan teknologi, sehingga menghasilkan out come yang berkualit as. Y ang bersing dengan siapapun dan dengan model apapun.
F. Biograf i Syekh Az-Zarnuji K at a syekh adalah panggilan kehormat an untuk mengarang kit ab ini. Sedangkan Az-Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kot a tempat beliau berada, yaitu kot a Zarni ji diant ara dua kat a itu ada yang menulis gelar Burhaniddin (bukt i kebenaran agama), sehingga men j adi syekh Burhanuddin Az-Zarnuji. Adapun nama personnya sampai sekarang belum diketemukan literature yang menulisnya. (aliy As Ad, terjemah Ta lim Mut a lim bimbingan bagi penuntut ilmu penget ahuan kudus, menara kudus, 2007: ii) Zarnuj masuk kot a wilayah irak, Tet api kot a itu bisa sa ja kot a itu dalam pet a sekarang masuk wilayah Turkist an (Afganist an) karena berada di dekat kot a khoujanda, memang t idak banyak diket ahui t ahun kelahiran Az-Zarnuji, tet api diyakini beliau hi9dup dalam kurun waktu yang sama dengan Az-Zarnuji yang lain. Sepert i halnya Az-Zarnuji kit a ini, Az-Zarnuji lain yang nama lengkapnya t a judin numan bin Ibrahim \ Az-Zarnuji juga seorang ulama besar dan pengarang waf at t ahun 640 H /1242 M. Sedangkan waf at nya syekh Az-Zarnuji yang penulis buku Ta limul Mut a lim waf at sekit ar t ahun 593 H. (ibid) Adapun t ahun waf at Az-Zarnuji itu masih harus dipast ikan, karena ditemukan beberapa cat at an yang berbeda-beda, yaitu t ahun 591 H, 593 H, dan 597 H.
Syekh Az-Zarnuji bela jar kepada para ula ma besar waktu itu. Ant ara lain, sepert i disebut dalamTa limul Mut a allim sendiri, adalah: § Burhanuddin Ali bin Abu Bakar Almarghinani, ulama besar bermadzhab hanaf iyang mengarang kit ab Alhidayah, suatu kit ab f iqih rujukan ut ama dalam madzhabnya beliau waf at t ahun 593 H./1197 M. § Ruknul islam Muhammad bin Abu Bakar popular dengan gelar khowair zadeh at au imam zadeh. Beliau ulama besar ahli f iqih bermadzhab hanaf i, pujangga sekaligus penyair, pernah men jadi muft i dibocharqa dan sangat masyhur f at wa-f at wanya. Waf at t ahun 573 H./1177 M. § Syekh Hammad bin Ibrahim, seorang ulama ahli f iqih bermadzhab hanaf i, sastrawan dan ahli kalam. Waf at t ahun 576 H / 1180 M. § Syekh Fakhruddin Alkasyani yaitu Abu Bakar bin Masud Alkasyani, ulama ahli f iqih bermadzhab hanaf i, pengarang klit ab Bada.-Ius shana-I. Waf at t ahun 587 H /1191 M. § Syekh Fakhruddin Qadli K han Al kuz jandi, ulama besar yang dikenal sebagai mujt ahid dalam madzhab syafe i, dan banyak kit ab karangannya. Beliau waf at t ahun 592 H /1196 M. § Rukhnuddun Al f arghani yang digelari al adib almukht ar (sastrawan pujangga pilihan), seorang ulama ahli f iqih, bermadzhab hanaf i pujangga sekaligus penyair. Waf at t ahun 594 H /1198 M. Melihat para guru beliau, maka syekh AzZarnuji adalah seorang ulama ahli f iqih bermad jhab hanaf i dan sekaligus menekuni bidang pendidikan. Lessner, seorang orient alist , menyebut kan dalam ensiklopedinya, disamping ahli f iqih syekh Az- Zarni ji juga dikaenal sebagai seorang f ilusup arab (Ali As ad H. Drs.: 2007, ii)
G. Riwayat hidup Az-Zarnuji Az-Zarnuji memiliki nama lengkap Burhanuddin Al-islami. Di kalangan ulama belum ada kepast ian mengenai t anggal kelahirannya. Az-Zarnuji waf at t ahun 571 H /1175), berasal dari suatu daerah yang bernama Afghanist an dan menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, yaitu kot a yang men jadi pusat kegiat an keilmuan dan penga jaran. masjid-masjid di kedua kot a tersebut di jadikan sebagai lembaga pendidikan dan t a lim yang di asuh oleh Burhanudin al-marginani, Samsudin Abdul Al-wa jdi dan lain-lain. Selain itu, Burhnudin Al-Zarnuji juga bela jar kepada Ruknudin Al-f irkinani seorang ahli f iqih, sastrawan dan penyair. Ada kemungkinan bahwa Al-Zarnuji selain ahli dalam bidang pendidikan dan t asauf , juga menguasai bidang lain sepert i sastra, f iqih, ilmu kalam dan lain sebagainya. Masa hidup Al-Zarnuji termasuk dalam period eke empat , yaitu ant ara t ahun 750 sampai 1250 M periode ini merupakan jaman keemasan at au kema juan pada pendidikan islam.
B AB III PENUTUP
Kesimpulan Demikianlah beberapa bagian dari isi kit ab Ta lim al-Mut a alim yang mengandung nilai-nilai t asawuf yang dapat dikemukakan dalam makalah ini. Dan ini bukanlah hasil usaha pnela ahan yang f inal, art inya t idak menutup kemungkinan dilakukan tela ah lebih jauh. Dari pemaparan sederhana diat as dapat dilihat bahwa pendidikan suf iyang di jelaskan oleh al-Zarnuji ini cenderung bersif at akhlak yang sangat menekankan pada pendidikan akhlak mdan moral, yang akhirnya diharapkan akan melahirkan generasi cerdas yang berakhlak mulia. Dan kit ab t a lim al-Mut a alim sendiri adalah merupakan literatur yang membahas strategi bela jar dan konsep pendidikan yang dipadukan secara harmonis dengan konsep at au a jaran t asawuf. Sekalipun hal ini t idak disampaikan secara explisit oleh pengarang, namun konsep dan strategi pendidikan yang dikemukakannya terlihat sangat suf ist ik dengan bahasa yang selalu mengacu pada landasan et ik-religi.
Akhirnya, aplikasi prinsip pendidikan sepert i di gambarkan di at as dalam sistem pendidikan islam sekarang, t idak sa ja dirasa perlu tet api harus dilakukan. Jauh pendidikan islam yang masih sejalan dengan tujuan pendidikan islam yang sebenarnya.