Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, bermanifestasi sebagai gerakan yang lambat hingga keadaan tak bergerak dan kaku seperti patung. Keadaan ini dapat
dijumpai
pada
skizofrenia
katatonik
Furor katatonia: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik, seringkali silih berganti dengan gejala stupor katatonik. Skizofrenia Definisi
Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses berpikir, emosi dan tingkah laku. Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikirin dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar ( Inappropriate) ). Inappropriate) atau tumpul ( Blunted ). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Etiologi
o Factor Biologis i.
Integrasi teori biologis
Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbic, lobus frontalis, dan ganglia basalis. Thalamus dan batang otak juga terlibat karena peranan thalamus sebagai mekanisme pengintegrasi dan batang otak serta otak tengah merupakan lokasi utama bagi neuron aminergik ascenden. ii.
Hipotesis dopamine
Skizofrenia disebabkan Karena terlalu banyak aktivitas dopaminergik dan tidak memperinci apakah hiperaktifitas dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron
dopaminergik didalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya diotak tengah keneuron dopaminoseptif disistem limbic dan korteks serebral. Peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah penelitian yang mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine utama, yaitu homovanillic acid pada plasma yang meningkat iii. 1.
Neurotransmitter lainnya
Serotonin Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsive yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik
2.
Norepinefrin System noradrenergic memodulasi system dopaminergic dengan cara tertentu sehingga kelainan system noradrenergic predisposisi pasien untuk relaps
3.
Asam amino Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid (GABA) mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik iv.
1.
Neuropatologi
System limbic System limbic karena peranannya dalam mengendalikan emosi. Pada penelitian ditemukan penurunan ukuran daerah termasuk amigdala, hipokampus, dan girus parahipokampus.
2.
Ganglia basalis Karena ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan, dengan demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam patologi skizofrenia. v.
Psikoneuroendokrinologi
Beberapa data menunjukan data penurunan konsentrasi luteinzing hormone-foliccle stimulating hormone (LH/FSH) , kemungkinan dihubungkan dengan onset usia dan lamanya penyakit
o Faktor Genetika
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan penderita skizofrenia berhubungan dekat dengan saudara tsb (contoh : sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Petanda kromosom terletak pada lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18; lengan pendek kromosom 15 dan kromosom X adalah yang paling sering dilaporkan.
o Faktor Psikososial Klinisi harus mempertimbangkan factor psikologis yang mempengaruhi skizofrenia i. 1.
Teori tentang pasien individual
Teori psikoanalitis Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan neurosis.freud juga mendalikan bahwa adanya defek ego juga berperan pada skizofrenia
2.
Teori psikodinamika Pandangan psikodinamika cenderung menganggap hipersensitivitas terhadap stimulus persepsi yang didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit
3.
Teori belajar Anak-anak yang menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir yang irasional dengan meniru orang tuanya yang mungkin memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna ii.
Teori tentang keluarga
Perilaku keluarga yang patologis bermakna meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi pasien skizofrenik yang rentan.
Epidemiologi
Skizofrenia dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dengan prevalensi yang sama. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia lebih awal dibandingkan dengan wanita, yaitu usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 – 25 tahun sedangkan usia puncak onset untuk perempuan adalah 25 – 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki lebih
mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negative dan bahwa wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik da ripada laki-laki.
Manifestasi Klinik
Penampilan dan perilaku umum Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan penampilannya. Kerapian dan higienis pribadi juga terabaikan. Mereka juga cen derung menarik diri secara sosial. Gangguan pembicaraan Intinya terdapa gangguan pada proses fikir : o
Yang terganggu terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak adanya hubungan antaride. Kalimat-kalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah ditemukan ide lainnya
o Inkoherensiasi dan Clang association : asosiasi bunyi misalnya piring, miring o Neologisme : membentuk kata baru untuk menyatakan arti yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri o Mutisme : sering tampak pada pasein skizofrenia katatonik o Blocking : kadang-kadang fikiran terhenti, tidak timbul ide lagi. Gangguan perilaku o Gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh dan gelisah o Stereotipi : berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan tertentu misalnya menarik-narik rambut dapat berlangsung beberapa hari atau beberapa tahun o Manerisme : stereotipi tertentu pada skizofrenia yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan o Negativisme : melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang disuruh o
Otomatisme komando : menentang atau justru melakukan; semua perintah justru dituruti secara otomatis Gangguan afek
o Kedangkalan respon emosi : pasien acuh tak acuh o Anhedonia : perasaan halus juga hilang o
Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah
o Paramimi : penderita merasa senang dan gembira akan tetapi ia menangis o
Ambivalensi : karena terpecah-pecahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin timbul bersama-sama
o Sensitivitas emosi : menunjukan hipersensitivitas pada penolakan sering menimbulkan isolasi social untuk menghindari penolakan Gangguan persepsi o Halusinasi Halusinasi paling sering adalah auditorik dalam bentuk suara manusia, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, dan halusinasi rabaan jarang dijumpai Gangguan pikiran o
Waham : waham sering tidak logis sama sekali.mayer gross membagi waham dalam 2 kelompok : waham primer dan waham sekunder
§ Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar § Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.
Patogenesis Penegakan Diagnosa
Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III, adalah: I.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas : “Thought echo”
: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau “Thought insertion or withdrawal ”
: Isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan “Thought broadcasting ” lain atau umum mengetahuinya;
: Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
“ Delusion of control ”
: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dati luar; atau “ Delusion of influence”
: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau “ Delusion of passivity”
: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ‘dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); “ Delusional perception”
: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik : · ·
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
·
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
II.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; (f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medika si neuroleptika; III.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). IV.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Krietria penegakkan diagnosa berdasarkan DSM-IV (Kriteria resmi dari American Psychiatric Association), antara lain :
A.
Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil)
1)
Waham
2)
Halusinasi
3)
Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4)
Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5)
Gejala negatif, yaitu :
·
Afek datar
·
Alogia
·
Tidak ada kemauan (avolition)
Catatan : Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya. B.
Disfungsi sosial/pekerjaan : Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bwah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-
anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan) C.
Durasi : Tanda ganguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)
D.
Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gannguan mood. Gangguan skizoafektif dan ganggaun mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan karena :
(1) Tidak ada episode depresif berat, manic, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2)
Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative singakat dibandingkan durasi periode aktif dan residual
E.
Penyingkiran zat / kondisi medis umum. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis lansung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
F.
Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Jika terdapat riwayat adanya gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil)
Klasifikasi
A.
Tipe paranoid
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III § Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia § Sebagai tambahan Halusinasi dan waham harus menonjol o
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal dan bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol o
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata dan tidak menonjol
o Criteria diagnostic menurut DSM-IV § Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang menonjol § Tidak ada yang berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai
B.
Tipe hebefrenik
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ – III § Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia § Diagnosis hebefrenia pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun) § Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas pemalu dan senang menyendiri namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis § Diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan yang kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : ·
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta manersm ; ada kecendrungan untuk slalu menyendiri dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan
·
Afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai cekikikan atau perasaan puas diri, senyum sendiri, atau oleh sikap tinggi hati, tertawa menyeringai, mannerism, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang
·
Proses fikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu serta inkoheren
§ Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses fikir umumnya menonjol1
C.
Tipe katatonik
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III § Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia § Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : Stupor, Gaduh/gelisah, Menampilkan posisi tubuh tertentu, Negativism, Rigiditas, Fleksibilitas serea, Gejala-gejala lain seperti command automatism § Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain1 o Criteria diagnostic menurut DSM-IV § Imobilitas motorik seperti yang ditunjukkan katalepsi atau stupor § Aktivitas motorik yang berlebihan § Negativism yang ekstrem atau mutisme § Gerakan volunteer yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing, gerakan stereotipik, mannerism yang menonjol atau seringai yang menonjol § Ekolalia dan ekopraksia2
D.
Tipe tidak tergolongkan
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III § Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia § Tidak memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik § Tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia o Criteria diagnostic menurut DSM-IV Suatu tipe skizofrenia dimana ditemukan gejala yang memenuhi criteria A, tetapi tidak memenuhi criteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi, atau katatonik
E.
Skizofrenia residual
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III § Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan persyaratan berikut ini harus terpenuhi semua : ·
Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol
·
Sedikitnya ada riwayat satu episodic psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia
·
Sedikitnya sudah melampui kurun waktu satu tahun diman a intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang dan timbul sindrom negative
·
Tidak terdapat demensia atau penyakit gangguan otak organic lain 1
o Criteria diagnostic menurut DSM-IV §
Tidak
adanya
waham,
halusinasi, bicara
terdisorganisasi, dan
perilaku
katatonik
terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol § Terdapat terus bukti-bukti gangguan2
F.
Skizofrenia simpleks
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III § Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secar meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : ·
Gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik
·
Disertai dengan perubahan prilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial
·
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtype lainnya
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan status mentalis o Pemeriksaan lab o Pemeriksaan radiologi
Pentalaksanaan
A.
Farmakoterapi Farmakoterapi merupakan terapi utama dalam pasien skizofrenia. Sedian obat anti-psikosis tersebut adalah ::
o Indikasi penggunaan
1.
Gejala sasaran : syndrome psikosis Diagnosis sindrom psikosis
·
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas
·
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental
·
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari5
2. a.
Sindrom psikosis dapat terjadi pada : Sindrom psikosis fungsional : skizofrenia, psikosis paranoid, psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll
b.
Sindrom psikosis organic : sindrom delirium, dementia, intoksikasi alcohol dll5
o Kontraindikasi 1.
Penyakit hati (hepatotoksik)
2.
Penyakit darah (hematotoksik)
3.
Epilepsy (menurunkan ambang kejang)
4.
Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
5.
Febris yang tinggi (thermoregulator diSSP)
6.
Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat)
7.
Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak)
8.
Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresan (kesadaran makin memburuk 5
o Efek samping 1.
Sedasi dan inhibisi psikomotor
2.
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik; mulut kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO meningkat, gangguan irama jantung)
3.
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akhatisia, sindrom Parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas)
4.
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic (jaundice), hematologic (agranulositosis), biasanya untuk pemakaian jangka panjang5
o Cara penggunaan Pemilihan obat ::
a.
Pemilihan obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen
b.
Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain dengan dosis ekivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama
c.
Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya baik dapat digunakan kembali5
Pengaturan dosis :: Perlu dipertimbangkan : i.
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam ii.
Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian 1- 2 X /hari)
iii.
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi
dampak dari efek samping sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup pasien5
Cara pemberian :: Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikan setiap 2 – 3 hari sindrom psikosis)
dievaluasi
efektif (timbul
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal
dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu dipertahankan
dosis
diturunkan
setiap 12 minggu
dosis
maintenance
6 bulan sampai 2 tahun tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)
5
stop
Lama pemberian :: a) b)
Paien sindrom psikosis (multiepisode) terapi maintenance ± 5 tahun Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali
c)
Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilang gejala dalam kurun waktu 2 minggu- 2 bulan5
Penggunaan perenteral ::
a)
Obat anti-psikosis yang long-action (fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, im, untuk 2- 4 minggu)
penting
untuk pasien yang tidak mau atau
sulit teratur makan obat b)
Dosis mulai dari ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan5
B.
Terapi elektrokonvulsi Terapi elektrokonvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serngan yang akan datang.
C.
Psikoterapi dan rehabilitasi Terapi kerja
agar
tidak mengasingkan diri lagi karena dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik.perlu juga diperhatikan lingkungan penderita, diatur sedemikian rupa sehingga dia tidak stress. Lingkungan sekitar yang tidak stabil serta hostilitas dan ikut campur emosional yang dialami pasien dari orang-orang yang dekat dengannya akan membawa resiko untuk kambuh sehingga peranan keluarga disini sangat bermanfaat. Terapi psikososial berorientasi suportif dan sangat bermanfaat terutama pada terapi jangka panjang skizofrenia. Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati.bangunlah hubungan yang nyaman dan komunikasi yang baik dengan pasien.
Tindakan Perawatan Pasien :: 1) ·
Rawat Inap Bila pasien dalam keadaan delirium, ancaman bunuh diri, atau membunuh, dan atau tidak mempunyai dukungan dari masyarakat.
·
Selama dirawat biarkan pasien sebebas mungkin tetapi tetap dibatasi pada lingkungan yang aman. Modifikasi perilaku sangat efektif untuk menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima dan mengajarkan ketrampilan personal sederhana kepada pasien dengan fungsi yang sangat buruk dan regresi.
·
Efek buruk hospitalisasi jangka lama adalah regresi dan sangat menarik diri dari lingkungan.
2) ·
Rawat Jalan Pada pasien yang masih bisa kooperatif dan pemeliharaan pada episode akut serta hal ini lebih baik untuk menghindari hospitalisasi jangka lama.
· -
Beberapa prinsip rawat jalan, yaitu: Kunjungi pasien sesering mungkin untuk memantau keamanan pasien dan mendeteksi deteriorasi awal
-
Komunikasikan pada pasien dengan jelas dan tidak ragu-ragu, berorientasi tujuan dan faktual
-
Bicaralah tentang obat
-
Kembangkanlah hubungan penuh kepercayaan yang konsisten
-
Pelajarilah kekuatan dan kelemahan pasien
-
Evaluasi keleuarga dan lingkungan sosial pasien
-
Pertimbangkan terapi kelompok
Prognosis
Skizofrenia tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk tetapi tipe paranoid dan beberapa tipe katatonik mempunyai prognosis yang lebih baik. Prognosis akan bertambah buruk bila pasien menggunakan zat atau hidup didalam keluarga yang tidak harmonis. Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery).sepertiga yang lain dapat dikembalikan kemasyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering dipriksa dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi dimasyarakat dan menuju kekemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.