STUDI PERENCANAAN Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) DISTRIK BIRI DAN DISTRIK KORAGI KABUP KAB UPATEN ATEN JAYAW JAYAW IJ IJAY AYA A PRO PROVINS VINSII PAPUA
PROTARIH
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
Ketersediaan listrik di Kabupaten Jaya Wijaya saat ini belum optimal dan merata, hal ini disebabkan oleh susunan letak antar distrik yang cenderung tidak merata dan tersebar, sehingga pencapaian listrik oleh PLN sangat terbatas. Namun secara potensi khususnya untuk potensi pengembangan PLTMH di Kabupaten Jaya Wijaya sangatlah besar, hal ini didukung oleh melimpahnya sumber daya air berupa sungai sungai yang cukup besar dengan tinggi jatuh yang mencukupi. Studi ini dilaksanakan di Distrik Biri dan Koragi, dimana di lokasi tersebut sama sekali belum tersentuh listrik, untuk itu diperlukan suatu kajian potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) dengan melihat kondisi sungai disekitar. Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik di Indonesia serta dalam usaha mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa air sungai yang banyak terdapat di seluruh Indonesia. Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) merupakan sejenis pembangkit tenaga listrik yang mirip dengan PLTA, hanya sekalanya lebih kecil. Air dari sungai menggerakan pemutar kincir secara alami dan disambung ke generator untuk menghasilkan menghasilkan listrik. Untuk itu telah diadakan survai lapangan yang dilanjutkan dengan penyusunan penyusunan studi kelayakan dan rancang dasar (basic design) pada lokasi pekerjaan.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat, baik untuk komersial maupun nonkomersial, sementara ini sebagian suplai listrik di Indonesia menggunakan energi fosil, yang tentunya sangat mahal dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu diupayakan utnuk pemenuhan kebutuhan listrik menggunakan energi terbarukan, dalam hal ini adalah pemanfaatan energi air yang sangat melimpah di Indonesia. I ndonesia. Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua, mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air, khusunya untuk minihidro. Untuk itu diperlukan survey yang lebih lanjut untuk melihat potensi tenaga air di Kabupaten Jaya Wijaya khususnya utuk Distrik
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab I - 1
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
Ketersediaan listrik di Kabupaten Jaya Wijaya saat ini belum optimal dan merata, hal ini disebabkan oleh susunan letak antar distrik yang cenderung tidak merata dan tersebar, sehingga pencapaian listrik oleh PLN sangat terbatas. Namun secara potensi khususnya untuk potensi pengembangan PLTMH di Kabupaten Jaya Wijaya sangatlah besar, hal ini didukung oleh melimpahnya sumber daya air berupa sungai sungai yang cukup besar dengan tinggi jatuh yang mencukupi. Studi ini dilaksanakan di Distrik Biri dan Koragi, dimana di lokasi tersebut sama sekali belum tersentuh listrik, untuk itu diperlukan suatu kajian potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) dengan melihat kondisi sungai disekitar. Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik di Indonesia serta dalam usaha mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa air sungai yang banyak terdapat di seluruh Indonesia. Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) merupakan sejenis pembangkit tenaga listrik yang mirip dengan PLTA, hanya sekalanya lebih kecil. Air dari sungai menggerakan pemutar kincir secara alami dan disambung ke generator untuk menghasilkan menghasilkan listrik. Untuk itu telah diadakan survai lapangan yang dilanjutkan dengan penyusunan penyusunan studi kelayakan dan rancang dasar (basic design) pada lokasi pekerjaan.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat, baik untuk komersial maupun nonkomersial, sementara ini sebagian suplai listrik di Indonesia menggunakan energi fosil, yang tentunya sangat mahal dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu diupayakan utnuk pemenuhan kebutuhan listrik menggunakan energi terbarukan, dalam hal ini adalah pemanfaatan energi air yang sangat melimpah di Indonesia. I ndonesia. Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua, mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air, khusunya untuk minihidro. Untuk itu diperlukan survey yang lebih lanjut untuk melihat potensi tenaga air di Kabupaten Jaya Wijaya khususnya utuk Distrik
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab I - 1
PENDAHULUAN
Biri dan Koragi yang sangat membutuhkan pasokan tenaga listrik agar dapat mendukung laju perkembangan wilayah serta perekonomian diwilayah sekitarnya.
1.3
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan adalah di Distrik Biri dan Koragi Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua. Keadaan saat ini masih belum ada listrik terpasang secara permanen, untuk pemenuhuan kebutuhan listrik masyarakat mengandalkan tenaga matahari dari solar cell, tentunya akan sangat terbatasa dari segi pemenuhan listrik sehari hari. Sungai yang cukup berpotensi di sekitar lokasi Studi adalah Sungai Nagi yang lokasinya memang cukup dekat dengan pusat keramaian. Kondisi debit air berkisar antara 300 liter/detik sampai 500 liter/ detik.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab I - 2
PENDAHULUAN
LOKASI RENCANA PLTMH DISTRIK BIRI DAN KORAGI
KOORDINAT 3°51'7.86"S 138°46'15.18"E
1.4
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan studi ini adalah sebagai sebagai berikut : a.
Melakukan survai dan pengumpulan pengumpulan data (primer (primer dan sekunder) sekunder) dari berbagai berbagai aspek, aspek, antara lain teknis, ekonomi/bisnis, keuangan dan lingkungan;
b.
Melakukan evaluasi dan analisa data;
c.
Membuat Basic Design Design Engineering Engineering (sipil, elektrikal, elektrikal, mekanikal), mekanikal), termasuk pemilihan dan penentuan letak lokasi pembangkit, kapasitas dan jenis pembangkit, sistem instalasi pembangkit, pembangkit, serta kemungkinan interkoneksi dengan jaringan PL N Distribusi;
d.
Menghitung dan dan Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Proyek berdasarkan real price saat ini di lokasi pekerjaan.
e.
Melakukan beberapa Analisa Analisa Kelayakan berikut kesimpulannya, kesimpulannya, yang ditinjau dari masing-masing aspek yaitu:
- Analisa kelayakan teknis, - Analisa kelayakan ekonomi, - Analisa kelayakan keuangan, dan - Analisa kelayakan lingkungan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab I - 3
PENDAHULUAN
1.5
PENCAPAIAN LOKASI PEKERJAAN
Lokasi rencana PLTM Biri Koragi dari Kota Wamena adalah sekitar 60 km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, namun jika sudah mulai masuk ke Distrik harus memeperhatikan memeperhatikan jenis kendaraan yang dipakai dan cuaca pada saat perjalanan, karena kondisi jalan masih berupa berupa jalan tanah yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan jika hujan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab I - 4
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
BAB II. DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN 2.1
GAMBARAN UMUM KABUPATEN JAYAWIJAYA
Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1500-2000 m di atas permukaan laut. Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun ratarata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.
Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain: Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena). Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut. Orang Dani di lembah Baliem biasa disebut sebagai "Orang Dani Lembah". Rata-rata kenaikan populasi orang Dani sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah keengganan pada ibu untuk mempunyai anak lebih daripada dua yang menyebabkan rendahnya populasi orang Dani di Lembah Baliem. Sikap berpantang pada ibu selama masih ada anak yang masih disusui, membuat jarak kelahiran menjadi jarang. Hal ini
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 12
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
selain tentu saja karena adat istiadat mereka, mendorong terjadinya poligami. Po ligami terjadi terutama pada laki-laki yang kaya, mempunyai banyak babi. Babi merupakan mas kawin utama yang diberikan laki-laki kepada keluarga wanita. Selain sebagai mas kawin, babi juga digunaklan sebagai lambang kegembiraan maupun kedukaan. Babi juga menjadi alat pembayaran denda terhadap berbagai jenis pelanggaraan adat. Dalam pesta adat besar babi tidak pernah terlupakan bahkan menjadi bahan konsumsi utama. Sebelum tahun 1954, penduduk Kabupaten Jayawijaya merupakan masyarakat yang homogen dan hidup berkelompok menurut wilayah adat, sosial dan konfederasi suku masing-masing. Pada saat sekarang ini penduduk Jayawijaya sudah heterogen yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang sosial, budaya dan agama yang berbeda namun hidup berbaur dan saling menghormati. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (2012) Kecamatan
Perempuan
Jumlah
26.514
22.126
48.64
Trikora
3.453
2.783
6.235
Napua
1.512
1.438
2.95
Walaik
1.98
2.02
3.999
Wouma
1.901
1.736
3.636
Hubikosi
4.281
3.75
8.031
Hubikiak
4.174
3.444
7.618
Pelebaga
3.752
3.305
7.057
Ibele
4.286
4.142
8.428
Tailarek
1.774
1.444
3.218
Walelagama
998
1.015
2.013
Itlay Hisage
3.307
3.574
6.881
Siepkosi
1.938
1.909
3.874
Kurulu
4.919
5.161
10.08
Usilimo
2.885
3.17
6.055
Wita Waya
1.384
1.626
3.01
Libarek
1.134
1.16
2.294
Wadangku
1.211
1.113
2.325
Pisugi
1.978
2.44
4.418
Yalengga
865
835
1.7
Koragi
455
420
857
Bolakme
1.239
1.298
2.536
Tagime
1.137
1.127
2.264
669
692
1.361
Tagineri
1.035
980
2.015
Asologaima
4.371
4.714
9.085
Silo Karno Doga
5.585
5.957
11.543
Pyramid
6.841
6.62
13.462
Wamena
Molagalome
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Laki-laki
Bab II - 22
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Muliama
4.278
4.404
8.682
Wollo
632
681
1.314
Bugi
472
440
912
Bpiri
646
624
1.270
Asolokobal
1.825
1.776
3.602
Walesi
1.468
1.46
2.927
Asotipo
2.607
2.638
5.246
Maima
2.879
2.828
5.716
4.18
4.035
8.215
Wame
-
-
-
Popugoba
-
-
-
Wesaput
-
-
-
114.566
108.877
223.443
Musatfak
JAYAWIJAYA
Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berusaha memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti berbagai jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan mas yarakat. Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah. Begitupun komoditas perkebunan lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kecamatan
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Luas (Km2)
Persentase (%)
Wamena
249,31
1,79
Trikora
190,07
1,36
Napua
246,64
1,77
Walaik
176,33
1,27
Wouma
243,09
1,75
Hubikosi
547,90
3,93
Hubikiak
541,70
3,89
Pelebaga
514,18
3,69
Ibele
333,13
2,39
Tailarek
320,79
2,30
Walelagama
412,33
2,96
Itlay Hisage
498,95
3,58
Bab II - 32
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Siepkosi
354,72
2,55
Kurulu
292,33
3,54
Usilimo
321,58
2,31
Wita Waya
217,24
1,56
Libarek
213,23
1,53
Wadangku
219,90
1,58
Pisugi
336,03
2,41
Yalengga
689,06
4,95
Koragi
465,94
3,35
Bolakme
429,07
3,08
Tagime
406,26
3,08
Molagalome
228,67
1,64
Tagineri
291,59
2,09
Asologaima
182,37
1,31
Silo Karno Doga
309,75
2,22
Pyramid
297,18
2,13
Muliama
337,83
2,43
Wollo
339,67
2,44
Bugi
463,83
3,33
Bpiri
348,12
2,50
Asolokobal
375,51
2,70
Walesi
250,21
1,80
Asotipo
319,57
2,29
Maima
188,61
1,35
Musatfak
994,85
7,14
Wame
168,16
1,21
Popugoba
160,30
1,15
Wesaput
249,31
1,79
13.925,31
100,00
JAYAWIJAYA
Transportasi Kabupaten Jayawijaya hingga saat ini masih mengandalkan perhubungan udara, trayek komersil Wamena-Jayapura yang (pada tahun 2011) dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Trigana dan Nusantara Air Charter. Dahulu trayek ini pernah dilayani oleh antara lain oleh Merpati Nusantara, Manunggal Air, dan Aviastar. Trayek Wamena-Biak maupun Wamena-Merauke biasanya dilayani oleh penerbangan TNI AURI dengan pesawat Hercules C130 nya. Semua jenis barang, baik barang kebutuhan pokok masyarakat, bahan bangunan seperti semen, besi beton, kendaraan seperti mobil, truk, bus hingga alat berat seperti buldozer maupun excavator serta kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) diangkut ke Wamena menggunakan pesawat terbang.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 42
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Sedangkan transportasi darat yang menghubungkan Wamena dengan empat puluh distrik (hasil pemekaran distrik tahun 2011) di kabupaten Jayawijaya, sudah dapat dijangkau dengan kendaraan beroda empat atau setidaknya dengan kendaraan roda dua. Jalan darat menghubungkan Wamena dengan ibu kota kabupaten hasil pemekaran yaitu ke Tiom (kabupaten Kabupaten Lanny Jaya), Karubaga (Kabupaten Tolikara), Elelim (Kabupaten Yalimo). Jalan darat hingga ke Distrik Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada, namun kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat bagian jalan ini tidak selalu dapat dilalui dengan kendaraat beroda empat. Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan Wamena dengan Kenyam (Kabupaten Nduga) sedang dibangun, namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman Nasional Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda menunggu kajian lebih lanjut.
2.2
DESKRIPSI LOKASI STUDI
Lokasi pekerjaan adalah di Distrik Bpiri dan Koragi Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua. Dari data diatas disebutkan bahwa jumlah penduduk di Distrik Koragi adalah 857 jiwa dan Distrik Bpiri adalah 1270 jiwa. Luas wilayah untuk Distrik Koragi adalah 465,94 km2 dan Distrik Bpiri adalah 348,12 km2. Dari pengamatan lapangan diperkirakan terdapat Kepala Keluarga (KK) sebanyak 400 sampai dengan 500 KK.
2.3
PELAKSANAAN SURVEY
Pelaksanaan survey dilaksanakan dengan penelusuran Sunga Nagi dengan didampingi oleh masyarakat setempat. Antusias masyarakat sangat tinggi dengan besar harapan bisa dibangunnya prasarana listrik di kampung mereka.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 52
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Penyambutan oleh aparat dan warga setempat
Antusiasme masyrakat
Kondisi Sungai Nagi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 62
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Tracking GPS
Penunjukan banjir tertinggi sungai
Peran serta masyarakat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 72
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Salah satu terjunan di Sungai Nagi
Pendampingan survey dengan masyarakat
Penelusuran Sungai
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 82
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Penelusuran Sungai
Penelusuran Sungai
Lokasi potensi pembangunan bendung
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 92
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Tracking GPS
2.4
HASIL PENGAMATAN L APANGAN
Sungai yang cukup berpotensi di sekitar lokasi Studi adalah Sungai Nagi yang lokasinya memang cukup dekat dengan pusat keramaian. Kondisi debit air berkisar antara 300 liter/detik sampai 500 liter/ detik.
Hasil Cotour Generated Sungai Nagi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 102
DESKRIPSI OKASI DANSURVEY L APANGAN
Hasil Tracking alur Sungai Nagi
Dari hasil pengamatan lapangan didapat potensi tinggi jatuh total adalah 56 meter, yang dibagi mencadi dua tingkatan (casecade), masing-masing adalah 36 meter dan 20 meter. Penerapan PLTMH bertingkat direkomendasikan untuk lokasi ini mengingat kondisi topografi yang bervariasi sehingga lebih ekonomis untuk membuat dua tingkatan PLTMH untuk mengurangi biaya konstruksi pembangunan saluran hantar (waterway) yang cukup panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bab Desain PLTMH.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 112
DESKRIPSI LOKASI DANSURVEY L APANGAN
Profil elevasi Sungai Nagi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab II - 12
PENGENALAN PLTMH
BAB III. PENGENALAN PLTMH 3.1. APAKAH PLTMH PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro atau dalam bahasa Inggrisnya Micro Hydro Power (MHP). PLTMH adalah suatu sistem pembangkit listrik dengan menggunakan sumber energi dari tenaga air. M ikro menunjukan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 500 Watt – 100 kilo Watt (menurut UNIDO, sedangkan menurut Permen ESDM tahun 2002 berkapasitas < 1 MW). PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin
di kopel
(dihubungkan) dengan
generator
sehingga generator
berputar
dan
menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumahrumah penduduk atau konsumen
lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang
berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan menghasilkan yang baik.
tepat
dan
energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan
PENGENALAN PLTMH
BAB III. PENGENALAN PLTMH 3.1. APAKAH PLTMH PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro atau dalam bahasa Inggrisnya Micro Hydro Power (MHP). PLTMH adalah suatu sistem pembangkit listrik dengan menggunakan sumber energi dari tenaga air. M ikro menunjukan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 500 Watt – 100 kilo Watt (menurut UNIDO, sedangkan menurut Permen ESDM tahun 2002 berkapasitas < 1 MW). PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin
di kopel
(dihubungkan) dengan
generator
sehingga generator
berputar
dan
menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumahrumah penduduk atau konsumen
lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang
berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan menghasilkan yang baik.
tepat
dan
energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan
Tinggi jatuh (head) pada PLTMH Tenaga air merupakan salah satu cara untuk membangkitkan listrik yang telah dimanfaatkan sejak jaman dulu oleh penduduk Indonesia,
dan dikenal dengan istilah kincir. Secara
prinsip kerja, kincir dengan PLTMH adalah sama, tetapi secara teknologi PLTMH jauh lebih modern dan lebih efisien. Adapun beberapa keunggulan pemanfaatan PLTMH dibandingkan dengan teknologi lain adalah :
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 1
PENGENALAN PLTMH
Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan yang
memadai
sepanjang
tahun
merupakan potensi yang luar bisa untuk
pengembangan PLTMH.
PLTMH tidak menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan, bahkan masyarakat sekitar akan diajak turut serta menjaga hutan sebagai sumber air.
PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang atau malam.
Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industriindustri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.
PLTMH
dapat
lebih
panjang
umur
dibandingkan
dengan pembangkit listrik
lainnya jika dipelihara dengan baik.
PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan daerah terpencil sehingga masyarakat desa.
mampu
meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi
Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat,
air sebagai sumber energi berubah
secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya angin.
Pengoperasian dan perawatan PLTMH sangat mudah
dan murah dibandingkan
dengan generator diesel atau pembangkit lainnya.
Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.
Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan
yang harus dipertimbangkan ketika
membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik dengan :
Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya operasinya rendah.
Memerlukan
penguasaan
pengetahuan
khusus
yang
kadang
dimasyarakat setempat. Perlu diperhatikan bahwa PLTMH bukan pembangkit
listrik tenaga
tidak
tersedia
merupakan
air (PLTA) yang dikecilkan, tetapi sebuah pembangkit
yang memerlukan perencanaan dan pembangunan yang unik dan berbeda dengan PLTA.
Meskipun PLTMH memerlukan perhatian yang sederhana, tetapi harus dilakukan secara terus menerus, terutama dalam operasional dan perawatannya. Kadang-kadang masyarakat desa tidak dipersiapkan untuk melakukannya, sehingga mereka kurang terorganisir, kurang sadar dan kurang rasa memiliki. Akibatnya PLTMH kurang mampu bertahan lama. Hal ini merupakan aspek yang harus diperhatikan dengan teliti dalam merencanakan sebuah PLTMH.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 2
PENGENALAN PLTMH
Terlepas dari sejumlah klasifikasi teknis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, pembangkit listrik tenaga air di kelompokan berdasarkan ukuran kapasitasnya. Walaupun ada sejumlah definisi yang berbeda, dalam hal ini kita akan memakai klasifikasi berdasarkan standard UNIDO dan Permen ESDM tahun 2002.
Definisi tenaga air berdasarkan kapasitas daya Istilah Pow er Out put
Permen ESDM Tahun
Pico Hydro
< 500 W
-
Micro Hydro M ini Hydro
500 W hingga 100 kW hingga 1
< 1 MW 1 MW – 10 MW
Small Hydro
1 MW to 10 MW
Full
> 10 MW
-scale
3.2. PEMANFAATAN PLTMH Mikrohidro dapat digunakan langsung sebagai tenaga mekanik poros untuk kebanyakan aplikasi industri kecil, seperti penggilingan padi, jagung dan kopi. PLTMH biasanya diaplikasikan untuk penyediaan energi listrik dengan
mengkonversikan
daya
poros
menjadi energi listrik dengan menggunakan generator biasa atau motor listrik. Di beberapa wilayah miskin di dunia, seperti Afrika PLTMH lebih banyak digunakan sebagai penggilingan bahan makanan dari pada digunakan sebagai pembangkit listrik.
Gambar 2. Pemanfaatan listrik untuk mesin perkakas kayu.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 3
PENGENALAN PLTMH
Gambar 3. Pemanfaatan PLTMH untuk penggilingan kopi
3.3. KOMPONEN CIVIL Kondisi topografi dan hidrologi lokasi aliran sungai yang berpotensi minihidro, secara alami sangat mempengaruhi skema sistem PLTMH, dan memberikan beberapa alternatif lokasi konstruksi bangunan sipil PLTMH sebagai komponen skema sistem PLTMH. Dengan demikian pemilihan lokasi bangunan sipil berdasarkan kondisi topografi dan hidrologi menentukan skema sistem PLTMH. Perlu dipahami bahwa dari banyak kasus pembangunan pembangkit listrik skala kecil (PLTMH) memiliki hambatan antara lain adalah biaya pembangunan yang relatif tinggi karena kondisi topografi dan mempengaruhi tingkat keekonomisan. Bab ini akan membantu menjelaskan prinsip teknologi konstruksi bangunan sipil yang tepat, berkualitas dan diharapkan dengan biaya pembangunan yang efisien.
1.
Skema Sistem PLTMH
Dalam suatu lokasi potensi pembangin energi minihidro dapat dipetakan sebagai suatu skema sistem (gambar) yang terdiri dari bererapa komponen bangunan sipil seperti bendungan (weir ), saluran pengambil (intake), saluran pembawa, bak pengendap, saluran pembawa, bak penenang, pipa pesat ( penstock ), rumah pembangkit dan saluran pembuang.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 4
PENGENALAN PLTMH
Skema Sistem PLTMH
Lokasi Bendungan dan Intake Tujuan dari bendungan adalah untuk menaikkan/mengontrol tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga memiliki jumlah air yang cukup untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit minihidro. Lokasi bendungan, bendung dan intake yang berfungsi untuk menaikkan dan mengontrol aliran air sungai untuk instalasi PLTMH terdiri dari berbagai variasi tipe. Tipe tersebut dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan atas pertimbangan tingkat keekonomisan PLTMH. Disamping itu pemilihan lokasi bendungan (weir ) dan intake juga bergantung dari kelayakan daerah aliran sungainya. Sebuah bendungan dilengkapi dengan pintu air untuk membuang kotoran/lumpur yang mengendap. Perlengkapan lainnya adalah : penjebak/saringan sampah. PLTMH umumnya merupakan pembangkit tipe run off river sehingga bangunan bendungan dan intake dibangun berdekatan. Dengan pertimbangan dasar stabilitas sungai dan aman terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendungan (weir) dan intake.
Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai atau kolam untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak penampungan. Tantangan utama dari bangunan intake adalah ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan kerikil atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa aliran sungai. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi bendungan ( weir ) dan intake, antara lain :
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 5
PENGENALAN PLTMH
a.
Jalur daerah aliran sungai. Lokasi bendungan (weir ) dan intake dipilih pada daerah aliran sungai dimana terjamin ketersediaan airnya, alirannya stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.
b. Stabilitas lereng yang curam. Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat mempertimbangkan head , sudah tentu pada lokasi lereng atau bukit yang curam. Dalam mempertimbangkan lokasi bangunan bendung (weir ) dan intake hendaknya mempertimbangkan stabilitas sedimen atau stuktur tanahnya yang stabil. c.
Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang tersedia di pedesaan. Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi biaya konstruksi, karena sudah banyak sungai di pedesaan telah dibangun konstruksi sipil untuk saluran irigas.
d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain. Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat meemberikan keefektifan yang cukup tinggi untuk mengurangi biaya, disamping itu juga membantu menjaga kelestarian alam tata ruang sungai dan ekosistem sungai. Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan kolam dan pergerakan sedimen. e.
Level volume yang diambil (tinggi dam) dan level banjir. Karena pebangunan bendung/dam intake pada bagian yang sempit dekat sungai, maka level banjir pada daerah itu lebih tinggi sehingga diperlukan daerah bagian melintang dam yang diperbesar untuk kestabilan.
f.
Peletakan intake selalu pada sisi terluar dari lengkungan sungai. Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen di dalam saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air intake untuk melakukan pembilasan sedimen yang terendap dari intake.
g.
Keberadaan penggunaan air sungai yang m empengarungi keluaran/ debit air. Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang mengambil air maka akan mempengaruhi debit air.
2.
Rute Saluran Air
Tujuan bangunan saluran pembawa air (headcare/ canal ) adalah untuk mengalirkan air dari intake/settling basin ke bak penenang, dan untuk memelihara volume air. Saluran air untuk sebuah pembangkit skala kecil, cenderung untuk memiliki bangunan yang terbuka. Ketika sebuah saluran terbuka dibangun pada sebuah lereng bukit maka beberapa hal penting yang perlu diperhatikan :
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 6
PENGENALAN PLTMH
a. Topografi dari rute Rute saluran air yang melewati daerah kemiringan yang curam, perlu diperhatikan gradient kemiringannya, tingkat potensi longsornya. Gradient aliran yang dilewati tidak tinggi sehingga dapat mengalirkan kecepatan air melebihi kecepatan maksimal yang dapat mengakibatkan erosi pada dinding saluran.
b. Kesetabilan tanah pada daerah yang dilewati Terdapat banyak kejadian penimbunan saluran air karena longsornya lereng bukit sehingga perlu diteliti/diperiksa kestabilan tanahnya.
c.
Penggunaan struktur yang telah tersedia, termasuk jalan dan saluran irigasi Pemilihan saluran air sepanjang jalan yang telah tersedia dan saluran irigasi yang tersedia memberikan banyak keuntungan disamping mengurangi biaya, juga untuk pemeliharaan dan p engawasan kualitas dan penggunaan air.
d. Geometri saluran yang baik adalah seperti setengah lingkaran
3.
Bak Penenang (Forebay) dan Fasilitas Pendukung
Tujuan bangunan bak penenang (forebay ) adalah sebagai penyaring terakhir seperti settling basin untuk menyaring benda-benda yang masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat permulaan pipa pesat ( penstock ) yang mengendalikan aliran menjadi minimum sebagai antisipasi aliran yang cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan dan menyebabkan arus baik pada saluran. Pemilihan lokasi bak penenang untuk pembangkit listrik skala kecil seringkali berada pada punggung yang lebih tinggi, beberapa yang dapat dipertim-bangkan antara lain : a.
Keadaan topografi dan geologi lokasi.
b. Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya relatif stabil. Dan jika umumnya terdiri dari batuan keras maka sedapat mungkin dapat jumlah pekerjaan penggalian. c.
mengurangi
Walaupun ditempatkan pada punggung, dipilih tempat yang relatif datar.
d. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yang lebih tinggi.
4.
Rute Pipa Pesat (Penstock)
Tujuan bangunan pipa pesat (penstock) adalah sebagai saluran tertutup (pipa) aliran air yang menuju turbin yang ditempatkan di rumah pembangkit. Saluran ini yang berhubungan dengan peralatan mekanik seperti turbin. Kondisi topografi dan pemilihan skema sistem PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang secara benar sesuai kemiringan (head) sist em PLTMH.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 7
PENGENALAN PLTMH
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema sistem PLTMH, beberapa pertimbangan pemilihan lokasi pipa pesat (penstock) antara lain adalah : a.
Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang memenuhi persyaratan dimana rute pipa pesat harus berada di bawah minimum garis kemiringan hidraulic, seperti digambarkan berikut.
b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati c.
5.
Penmanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia.
Rumah Pembangkit (Power House)
Tujuan bangunan rumah pembangkit (power ) adalah sebagai bangunan yang berfungsi house untuk melindungi peralatan elektro mekanikal seperti : turbin, generator, panel kontrol, dan lainnya dari segala cuaca dan juga mencegah dari orang yang tidak berkepentingan dan pencurian peralatan barang tersebut.
Beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi dan membangun rumah pembangkit ini, antara lain : a.
Konstruksi harus berada di atas struktur tanah yang sangat stabil, tidak di lereng yang curam, dan umumnya di pinggir daerah aliran sungai yang relatif rendah dan datar.
b. Memiliki akses jalan yang cukup lebar untuk transportasi peralatan elektriralmekanikal yang akan dipasang. c.
Di lokasi yang relatif rata dan kering, sedikit luas sehingga dapat digunakan untuk tempat kerja seperti pada saat perbaikan dan p erawatan peralatan.
d. Elevasi lantai rumah pembangkit ini harus berada di atas elevasi muka air saat banjir yang paling besar dalam beberapa tahun terakhir. e.
Karena berupa bangunan, harus memiliki ventilasi udara, jendela untuk cahaya masuk tetapi diberikan seperti kasa untuk melindungi serangga masuk.
f.
Ruangan yang dibangun juga cukup untuk digunakan seperti penyimpanan peralatan dan atau suku cadang peralatan elektrikal dan mekanikal.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 8
PENGENALAN PLTMH
g.
Kondisi pondasi harus cukup kuat untuk menahan pemasangan beberapa peralatan yang memiliki berat yang cukup.
6.
Saluran Pembuang
Tujuan saluran pembuang ini adalah sebagai saluran pembuang aliran air yang masuk kedalam rumah pembangkit dan menggerakkan turbin. Saluran ini bersatu dengan rumah pembangkit dan aliran sungai. Dalam hal penempatan rute saluran pembuang ini, beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain : a.
Perkiraan tinggi genangan air pada rumah pembangkit ketika terjadi banjir besar.
b. Menghindari penggenangan bantaran sungai dan permukaan tanah di sekitar rumah pembangkit. c.
Fluktuasi dasar sungai pada daerah saluran pembuang.
d. Saluran pembuang harus diarahkan sesuai arah aliran sungai.
3.4. KOMPONEN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
Panel kontrol Turbin Generator
Komponen mekanikal elektrikal pada PLTMH
Peralatan elektro-mekanikal adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk merubah energi potensial air menjadi energi listrik. Peralatan utamanya terdiri dari :
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 9
PENGENALAN PLTMH
1.
Turbin
Merupakan
peralatan
mekanik yang mengubah energi potensial
mekanik (putaran). Air yang memiliki tekanan
air menjadi
energi
dan kecepatan tertentu menumbuk sudu
sudu turbin dan memutar runner turbin sehingga berputar dengan daya yang sebanding dengan daya dari potensi air.
Gambar 5. Turbin crossflow
Turbin crossflow
Turbin propeller
Ada beberapa jenis turbin yang digunakan dalam pemanfaatan PLTMH yang disesuaikan dengan besarnya debit air dan tinggi jatuh. Turbin yang paling banyak digunakan untuk PLTMH di Indonesia adalah :
Turbin crossflow : cocok untuk aplikasi tinggi jatuh medium 10 – 100 meter, daya 1 kW – 250 kW.
Turbin propeler (open flume) : cocok untuk tinggi jatuh yang rendah 2 – 10 meter dengan debit air yang besar.
Turbin Pelton : cocok untuk tinggi jatuh yang tinggi lebih dari 80 meter.
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 10
PENGENALAN PLTMH
2.
Generator
Contoh generator sinkron Generator induksi / motor sebagai generator
Generator merupakan komponen yang
berfungsi
merubah
energi mekanik berupa
putaran menjadi energi listrik. Generator yang digunakan biasanya jenis arus bolak balik (AC) dengan frekuensi 50 hz pada putaran 1500 rpm. Energi listrik yang dihasilkan dapat berupa 1 fasa (2 kabel) atau 3 fasa (4 kabel) dengan tegangan 220/380 Volt . Generator diputar oleh turbin melalui kopel langsung atau melalui puley dan sabuk (belt). Ada dua jenis generator yang banyak digunakan untuk PLTMH yaitu generator sinkron dan motor induksi sebagai generator (generator induksi).
3.
Panel Listrik dan Alat Kontrol
Panel listrik merupakan tempat dimana sambungan kabel (terminal) dan peralatan pengaman listrik (MCB) serta meter listrik ditempatkan. Berikut fungsi panel listrik dan alat kontrol :
Memonitor parameter
dan
besaran
listrik s eperti tegangan generator, arus
beban, frekuensi, indikator lampu, jam operasional dan lain lain.
Sebagai alat pengaman generator dan peralatan listrik dari hubung singkat, arus beban
lebih, tegangan
lebih/kurang (over/under voltage), frekuensi lebih/kurang
(over/under frequency) dan lain- lain.
Sebagai
alat
pengendali/kontrol generator
supaya
tegangan
dan frekuensi
generator stabil pada saat terjadi perubahaan beban di konsumen. Ada dua
jenis
kontrol yaitu ELC (electronic load controller) untuk generator sinkron dan IGC (induction generator controller) untuk generator induksi/motor. Pada prinsipnya kedua jenis kontrol ini adalah sama, hanya berbeda parameter yang di
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 11
PENGENALAN PLTMH
Panel Kontrol ELC (elektronic load controller)
Panel kontrol IGC dengan kapasitor
kontrol, dimana frekuensi pada ELC dan tegangan pada IGC. Cara paling mudah untuk membedakannya adalah adanya kapasitor pada IGC dan sedangkan pada ELC tidak ada.
4.
Beban Ballast (Ballast Load)
Beban ballast hanya digunakan pada PLTMH dengan pemakaian kontrol beban (ELC/IGC) sedangkan pada PLTMH tanpa kontrol tidak menggunakan beban ballast . Pada PLTMH tanpa menggunakan kontrol, tegangan
dan
frekuensi akan
naik dan
turun
sesuai dengan
perubahan beban konsumen, hal ini akan mengakibatkan lampu dan peralatan elektronik akan cepat rusak. Beban ballast digunakan
untuk
membuang
energi
listrik
yang dibangkitkan
oleh
generator tetapi tidak terpakai oleh konsumen. Sehingga daya yang dihasilkan generator dengan daya yang dipakai akan seimbang, hal ini dimaksudkan untuk menjaga tegangan dan frekuensi generator tetap stabil.
Beban ballast berupa elemen pemanas udara
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 12
PENGENALAN PLTMH
3.5. JARINGAN D ISTRIBUSI DAN INSTALASI RUMAH 1.
Kabel Penghantar
Kabel penghantar digunakan
untuk
mentransmisikan daya
listrik yang dibangkitkan
di
generator kepada konsumen dirumah-rumah dan pusat beban lainnya. Pada PLTMH transmisi listrik dilakukan
pada tegangan rendah (220/380 Volt ). Kabel transmisi yang
digunakan biasanya adalah kabel jenis twisted (NFA2X) dengan diameter penghantar 70 mm2 atau 50 mm2 atau lebih kecil sesuai dengan panjang transmisi dan besarnya beban yang ditransmisikan. Perlu diperhatikan dengan
bahwa transmisi daya listrik 3 fasa menggunakan kabel 4 penghantar
salah satu penghantar lebih kecil dari yang lainnya. Kabel yang lebih kecil ini
digunakan sebagai penghantar NETRAL. Contohnya kabel ukuran 70 mm2 jumlah kabelnya adalah 3x70+50 mm2. Ukuran 70 mm2 sebagi penghantar fasa (R, S, T) dan 50 mm2 sebagai penghantar netral/nol.
Kabel twisted untuk jaringan
2.
Tiang Listrik
Tiang listrik digunakan untuk menyangga dan menarik kabel penghantar supaya menjaga jarak aman dari tanah dan tidak mengganggu lalulintas manusia dan barang dibawahnya. Tiang listrik yang dipakai harus kuat menyangga beban
kabel, beban
karena angin dan
hujan dan beban tarikan kabel. Untuk itu digunakan material yang kuat dan ditanam di dalam tanah, seperti beton dan besi. Tetapi karena beton dan besi di anggap cukup mahal sering juga digunakan kayu dan bahkan bambu. Untuk transmisi tegangan rendah, tiang listrik yang digunakan memiliki ketinggian minimum 7 meter.
3.
Instalasi Rumah
Instalasi rumah biasanya terdiri dari tiga titik lampu dan satu stop kontak. Pembatas arus menggunakan MCB 1 Ampere untuk daya 220 Watt dan 0,5 Ampere untuk daya 110 Watt .
Desain PLTMHH Bpiri Koragi
Bab III - 13
DESAIN PLTM
BAB IV. DESAIN PLTMH 4.1. TEORI DASAR Ada beberapa pertimbangan suatu proyek mikro hidro dianggap layak dan menarik, tidak hanya secara teknis tetapi aspek aspek lain yang juga berperan penting dalam suksesnya suatu proyek. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penilaian
suatu
proyek
mikrohidro adalah sebagai berikut :
A. Faktor Utama / primer : a. Adanya tinggi jatuh (Head) Untuk PLTMH idealnya tinggi jatuh adalah 10 – 50 meter, hal ini mengingat untuk daya yang sama konstruksi sipil dan peralatan elektromekanik akan lebih kecil dan sederhana dibandingkan lokasi dengan head rendah. Bukan berarti head reah tidak memungkinkan, tetapi dari sisi teknis dan biaya, head medium lebih menarik. b. Debit / aliran air yang cukup Ketersediaan
aliran
air
sepanjang
tahun
sangat
penting
untuk menjaga
kelanjutan penyediaan listrik, untuk itu sebaiknya dipilih lokasi yang memiliki aliran air yang relatif stabil sepanjang
tahun dan cukup untuk melayani kebutuhan beban
konsumen. c. Jarak beban dengan pembangkit Semakin jauh jarak pembangkit dengan konsumen maka semakin besar tegangan jatuh dijalan, semakin besar rugi daya, semakin panjang kabel penghantar yang dibutuhkan dan semakin banyak tiang yang digunakan. Secara ekonomis hal ini akan lebih mahal juga, oleh karena itu pilihlah lokasi pembangkit yang dekat dengan konsumen jika memungkinkan. d. Daya terbangkit Vs kebutuhan beban Sebaiknya diperhitungkan dengan matang sebelum benar benar memulai sebuah proyek jika ternyata daya terbangkit dari PLTMH yang direncanakan dibawah standar minimum kebutuhan konsumen. Hal ini dikemudian teknis dengan kemungkinan
kondisi
beban
hari akan menjadi persoalan
lebih (overal) dengan
konflik sosial antara masyarakat
kondisi
beban
lebih
karena masalah rebutan listrik.
Idealnya daya terbangkit adalah 30% lebih besar dari kebutuhan konsumen untuk kemungkinan
pertumbuhan beban, musim kemarau, pemanfaatan produktif dan
juga factor keamanan peralatan (derating).
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 1
DESAIN PLTM
B. Faktor sekunder a. Kondisi geografis dan resiko teknis idak dapat dihindari bahwa kebanyakan lokasi PLTMH adalah didaerah terpencil dengan akses transport terbatas dan kondisi geografis yang biasanya ekstrim. hal ini meningkatkan resiko teknis dari suatu PLTMH, oleh karena itu sebaiknya dipilih lokasi dengan tingkat resiko teknis yang lebih minim terutama terhadap kondisi bencana seperti tanah longsor dan banjir atau dengan tindakan pencegahan (preventif) dari kondisi alam yang ekstrem. b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Setiap wilayah memiliki karakter sosial dan kondisi ekonomi yang berbeda, sehingga hendaknya dalam pembangunan suatu proyek PLTMH juga dipertimbangkan hal ini mengingat pendekatan yang berbeda diperlukan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat.
Misalnya dalam tahap keterlibatan masyarakat
selama
pembangunan, tahap pengoperasian, pengeloaan dan besaran tarif listrik. Jangan sampai dengan adanya PLTMH dapat menimbulkan konf lik sosial dalam masyarakat. c. Jenis konsumen/ kepadatan Tipe konsumen
dan peralatan
yang digunakan
juga memerlukan pertimbangan
dalam perencanaan awal suatu PLTMH, misalnya jika untuk
penerangan
saja
atau digunakan
memerlukan spesifikasi generator kepadatan konsumen
dan
PLTMH
akan
digunakan
untuk mesin - mesin produksi akan
sistem kontrol yang berbeda. Selain itu
memperngaruhi dalam hal faktor beban pembangkit dan
biaya untuk jaringan dan sambungan rumah. d. Status pemilikan lahan Dalam tahap studi kelayakan seharusnya dilakukan penelitian mengenai kepemilikan lahan dan bagaimana mengatasinya. Tentunya hal ini akan mempengaruhi komponen biaya proyek jika lahan harus mendapatkan ganti rugi atau di hibahkan. Selain itu untuk menghindari konflik dimasa yang akan datang mengenai status lahan dan kepemilikannya yang akan mengggangu operasional PLTMH. e. Pemanfaatan air Apakah air yang akan dipakai untuk PLTMH menggangu kepentingan pemakain air yang lain misalnya pertanian, perikanan, air bersih dan lain lain? Ini merupakan salah satu faktor yang
sangat
penting
untuk
diperhatikan, dibeberapa tempat
PLTMH hanya dapat dipergunakan pada malam hari karena siang hari air dipakai untuk irigasi sawah. Pertimbangan semacam ini mempengaruhi pola operasi dan pemanfatan PLTMH. f.
Lingkungan Apakah
keberadaan
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
PLTMH
kan
menggangu
habitat
ekologi sungai
dan
Bab IV - 2
DESAIN PLTM
lingkungan? bisa saja PLTMH yang direncanakan berada dalam disuatu lo kasi konservasi yang dapat mengganggu hewan dilindungi atau dimungkinkan untuk merusak lingkungan, sehingga sebaiknya perlu dilakukan penelitian sebelum proyek dilaksanakan.
Optimasi tata letak PLTMH dilakukan untuk menganalisa beberapa alternatif lokasi bendung, waterway, penstock dan power house yang dibuat, dengan menggunakan debit potensi Pembangkit PLTMH yang kemudian akan dipilih lokasi yang paling baik ditinjau dari segi teknis dan ekonomi. Dengan membandingkan beberapa alternatif tata sehingga diharapkan akan mendapatkan desain dengan harga yang ekonomis dengan tingkat pelaksanaan yang paling mudah. Adapun tahapan pembuatan alternatif tata letak adalah : 1.
Pembuatan potongan memanjang sungai utama Potongan memanjang sungai dibuat untuk mengetahui selisih beda tinggi terbesar untuk menentukan lokasi bendung, waterway dan power house .
2.
Pemilihan lokasi bendung Lokasi bendung dipilih pada bentang sungai yang tersempit, pada alinyemen sungai yang lurus, tidak terletak pada belokan sungai, atau jika dia berada pada belokan sungai, bendung terletak pada belokan sisi luar sungai, sesuai dengan Kriteria Perencanaan (KP 02), dan juga memperhatikan kondisi topografi dan geologi yang baik dan stabil.
3.
Penentuan lokasi sand trap Penempatan sand trap dipilih pada lokasi dengan kondisi topografi yang memungkinkan tidak terjadi belokan pada bangunan sand trap, sehingga tidak menggangu proses pembilasan sedimen pada sand trap.
4.
Penentuan lokasi dan alinyemen saluran hantar (waterway) Alinyemen waterway dipilih dengan meminimalisasi halangan topografi ekstrim seperti bukit terjal maupun lembah anak sungai/ alur drainase. Waterway ditentukan dengan metode hidrolika saluran terbuka dengan aliran
gravitasi, sedangkan bangunan waterway ini ditentukan dari :
Pasangan batu untuk daerah datar dan terbuka, serta memiliki stabilitas daya dukung yang baik. Untuk ketinggian tertentu yang disyaratkan akan menggunakan pasangan beton beton bertulang.
5.
Box culvert , bila melalui tebing curam dan apabila diperlukan diurug.
Talang, apabila melintasi lembah atau aliran drainase bukit.
Sedapat mungkin dihindari konstruksi waterway diatas timbunan.
Menentukan lokasi kolam penenang (head pond ) dan jalur pipa pesat ( penstock )
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 3
DESAIN PLTM
Kolam penenang dibuat di daerah datar dengan aksesibilitas dan kemudahan dalam konstruksi serta tidak diperbolehkan dibuat diatas tanah urugan. Kolam ini merupakan peralihan aliran terbuka dengan aliran bertekanan ketika air mengalir melalui pipa pesat. Penentuan jalur pipa pesat dibuat dengan sebisa mungkin menghindari belokan sudut horisontal, untuk mendapatkan panjang pipa yang paling pendek dengan tujuan untuk meminimalisasi kehilangan tinggi, serta berada pada struktur tanah yang baik dan stabil. 6.
Penentuan lokasi powerhouse dan elevasi tailrace Lokasi powerhouse direncanakan di area dengan aksesibilitas dan stabilitas lokasi yang baik, dengan mempertimbangkan juga panjang penstock, serta berada tidak jauh dari outlet tailrace . Elevasi powerhouse sangat tergantung dari elevasi tailrace, dan tinggi muka air banjir serta tipe turbin yang digunakan. Elevasi lantai powerhouse dan ruang peralatan ditentukan dengan elevasi banjir kala ulang Q50 tahun. Adapun elevasi tail race di sungai adalah muka air pada aliran normal dan rata-rata.
7.
Kondisi lingkungan, topografi, geologi dan jalan akses. Lokasi penempatan bangunan utama PLTMH (bendung, sand trap, waterway, head pond, penstock & powerhouse) memperhatikan kondisi topografi, geologi dan jarak terdekat dari jalan akses dan jalur transmisi 20 kV terdekat.
PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin
di kopel
(dihubungkan) dengan
generator
sehingga generator
berputar
dan
menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumahrumah penduduk atau konsumen
lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang
berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan menghasilkan yang baik.
tepat
dan
energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 4
DESAIN PLTM
Tinggi Jatuh (head) Power House
Anchor block (beton) Penstock
Saddle support (beton)
Tinggi jatuh (head) pada PLTMH
Tenaga air merupakan salah satu cara untuk membangkitkan listrik yang telah dimanfaatkan sejak jaman dulu oleh penduduk Indonesia,
dan dikenal dengan istilah kincir. Secara
prinsip kerja, kincir dengan PLTMH adalah sama, tetapi secara teknologi PLTMH jauh lebih modern dan lebih efisien. Adapun beberapa keunggulan pemanfaatan PLTMH dibandingkan dengan teknologi lain adalah :
Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan yang
memadai
sepanjang
tahun
merupakan potensi yang luar bisa untuk
pengembangan PLTMH.
PLTMH tidak menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan, bahkan masyarakat sekitar akan diajak turut serta menjaga hutan sebagai sumber air.
PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang atau malam.
Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industriindustri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.
PLTMH dapat lebih panjang umur lainnya jika dipelihara dengan baik.
PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan daerah
terpencil sehingga
mampu
dibandingkan
dengan pembangkit listrik
meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi
masyarakat desa.
Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat,
air sebagai sumber energi berubah
secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya angin.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 5
DESAIN PLTM
Pengoperasian dan perawatan PLTMH sangat mudah
dan murah dibandingkan
dengan generator diesel atau pembangkit lainnya.
Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.
Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan
yang harus dipertimbangkan ketika
membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik dengan :
Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya operasinya rendah.
Memerlukan
penguasaan
pengetahuan
khusus
yang
kadang
dimasyarakat setempat. Perlu diperhatikan bahwa PLTMH bukan pembangkit
listrik tenaga
tidak
tersedia
merupakan
air (PLTA) yang dikecilkan, tetapi sebuah pembangkit
yang memerlukan perencanaan dan pembangunan yang unik dan berbeda dengan PLTA.
Meskipun PLTMH memerlukan perhatian yang sederhana, tetapi harus dilakukan secara terus menerus, terutama dalam operasional dan perawatannya. Kadang-kadang masyarakat desa tidak dipersiapkan untuk melakukannya, sehingga mereka kurang terorganisir, kurang sadar dan kurang rasa memiliki. Akibatnya PLTMH kurang mampu bertahan lama. Hal ini merupakan aspek yang harus diperhatikan dengan teliti dalam merencanakan sebuah PLTMH.
4.2. OPTIMASI KAPASITAS Kapasitas terpasang dan energi listrik yang dihasilkan dihitung sebagai berikut :
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 6
DESAIN PLTM
dimana: P
= daya yang dihasilkan
=
kW
ρ
= masa jenis air
=
1,0 kg/m3
t
= efisiensi turbin
=
%
g
= percepatan gravitasi
=
9.81 m/det2
Q
= debit pembangkit
=
m3/det
Hnetto
= tinggi jatuh bersih
=
meter
Dari hasil survey didapat potensi elevasi tertinggi untuk PLTMH adalah di elevasi +1935, sedangkan elevasi terndah adalah + 1874 sehingga ada potensi tinggi jatuh (head) sebesar 61 meter. Namun karena pertimbangan panjangnya saluran hantar diakibatkan oleh kondisi topografi, maka diusulkan membangun 2 unit PLTMH di Sungai Nagi dengan susunan sebagai berikut :
A. PLTMH Nagi 1 dengan data sebagai berikut :
- Elevasi rencana bendung
=
+ 1935
- Elevasi rencana powerhouse
=
+ 1905
- Tinggi Jatuh
=
30 m
- Tinggi jatuh Nett
=
27 m
- Debit air
=
220 liter/detik
- Dari persamaan diatas didapat Kapasitas (P) =
40 kilowatt
B. PLTMH Nagi 2 dengan data sebagai berikut :
- Elevasi rencana bendung
=
+ 1894
- Elevasi rencana powerhouse
=
+ 1874
- Tinggi Jatuh
=
20 m
- Tinggi jatuh Nett
=
19.5 m
- Debit air
=
300 liter/detik
- Dari persamaan diatas didapat Kapasitas (P) =
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
40 kilowatt
Bab IV - 7
DESAIN PLTM
4.3. DESAIN PLTMH Dengan melihat kondisi lokasi PLTMH di Distrik Bpiri dan Koragi maka direncanakan suatu bangunan PLTMH yang tidak terlalu rumit dengan material dasar yang mudah diperoleh di lapangan mengingat kondisi lapangan yang jauh dari pusat keramaian. Untuk itu dapat dilihat kriteria banguna PLTMH sebagai berikut :
Bendung Tipe bendung yang biasa digunakan dalam pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 8
DESAIN PLTM
Dengan melihat kondisi lapangan dan sulit dan mahalnya harga semen, maka tipe bendung yang sesuai adalah tipe nomor 4 dan nomor 6 yaitu bendung urugan batu atau bendung batu bronjong. Tipe ini sangat sesuai dengan keadaan lokasi karena material dasarnya berupa batu yang dapat diperoleh dari sekitar sungai dan tidak memerlukan semen sebagai campuran konstruksi. Kelemahan dari konstruksi ini adalah kestabilan struktur dalam menerima aliran air disaat banjir besar, namun proses perbaikan juga sangat sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat. Untuk lebih lengkapnya gambar desain PLTMH Bpiri Koragi dapat melihat gambar berikut.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 9
DESAIN PLTM
C
0 0 . 8 5 2 +
0 4 . 0 0 0 . 0 1
G 0 4 . 0
F
0 5 . 4 0 6 0 2 . + 2 6 0 0 2 8 + . 5 0 0 . 0 6 . 6 1 2 +
5 1 . 8
G F
0 0 0 5 . 5 3 . . 0 0 3 0 5 6 . 2 6 + 6 2 0 + 7 . 5 6 2 +
0 0 . 0 2
5 7 . 0
E
0 0 . 3
0 5 . 6 6 2 +
0 0 8 . 0 . 0 1
0 0 . 4 6 2 +
0 4 . 0
0 5 . 6 6 2 +
E
5 1 . 0
t r e v l u C x o B
0 8 . 0
2 62.70
Mab +269.90
A
0 0 . 0 2
3 : 1
B
B 0 0 . 7 6 2 +
D
D
0 5 . 7 2
0 0 . 4
0 H 5 3 A : 1 N a l a E k S D
2 : 1
5 1 . 0 0 8 . 0
0 0 . 8 1
0 0 . 5
C
A
0 5 . 4 6 2 +
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 10
DESAIN PLTM
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 11
DESAIN PLTM
A 2
6 . 0 3 4 . 0
5 2 . 0
0 2 . 0
B 5 5 7 . 2 . 3 3
4 4 2 0 . . 2 2
2 1 . 0
5 2 . 0
C
0 3 . 0
0 0 . 1
0 3 . 0
C
0 8 . 6 9 1 +
4 9 . 2 4 1 9 . 3 1
0 3 .
0 3 .
0
0 0 . 1
0 3 . 0
0
0 0 . 0 1 6 .
0 3 . 0
1 0 2 . 2
A
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 12
DESAIN PLTM
3 0 . 1
0 6 . 0
5 0 . 0
m c 5 3 Ø 5 0 T . A 0 S E P A P I P
3 0 . 1
0 6 . 0
5 2 . 0 0 9 . 0 0 5 2 . 4 . 0 0
8 0 . 0 0 7 . 0 R O T A R E N N I L B E E R G N U A T P
0 2 . 0 R I T E P L A K G N A N E P
7 2 . 5
0 4 . 0 7 1 . 1
8 4 . 1 0 2 +
5 2 . 0
g n a u 0 b 0 . m 8 e 9 P . 1 a + p i P
0 2 . 1
0 7 . 1
0 2 . 0
0 5 . 6 0 9 1 0 . 2 + 0 3 . 0 0 2 . 0
5 4 . 0
3 2 . 3
1 3 . 5
0 0 . 1 0 8 . 7 9 1 +
0 4 . 0 0 8 . 6 9 1 +
0 5 . 0 0 0 . 1
0 0 . 1 0 0 . 1 0 0 . 1
0 4 . 0
0 5 . 5
9 0 . 3 0 3 . 2 9 1 +
3 0 . 1
0 8 . 1 9 1 + 0 0 5 6 . . 0 0
0 2 . 4
0 0 0 . 8 . 0 1 0 0 . 2
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab IV - 13
RAB
BAB V. RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) Pemanfaatan sumber pembiayaan yang tercakup dalam bab ini dengan tepat sasaran dan fungsinya maka harus diketahui jenis pembiayaan yang dapat dilihat berdasarkan sasaran penerima, bentuk pembiayaan dan cakupan bidang pembiayaan yang disediakan.
5.1. SASARAN PENERIMA Sasaran penerima adalah p ihak yang dapat mengajukan permohonan dan mendapatkan pembiayaan, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan
masing-masing
sumber
pembiayaan. Sasaran penerima sumber pembiayaan ini adalah : a. Pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun daerah. b. Organisasi masyarakat atau
madani,
daerah. Organisasi
baik yang besar atau kecil, di tingkat nasional
masyarakat
madani
ini mencakup lembaga swadaya
masyarakat, kelompok swadaya masyarakat, yayasan,
paguyuban, organisasi
keagamaan, organisasi sosial dan budaya, organisasi perempuan, asosiasi profesional, lembaga penelitian, kelompok tenaga ahli, organisasi jasa sukarelawan, koperasi, organisasi yang dibentuk masyarakat setempat dan lainnya. c.
Sektor swasta, yaitu para pelaku usaha dan investor yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan moneter.
d. Masyarakat umum, yaitu masyarakat yang tidak diwakilkan oleh suatu organisasi atau lembaga apapun, termasuk individu. Sasaran
penerima
dari
masing-masing
sumber
pembiayaan
perlu diketahui
sebelum mengajukan proposal pembiayaan agar tiap pemohon dapat memilih sumber pembiayaan yang tepat sesuai dengan kondisinya. Terkait dengan sasaran penerima ini yang juga harus diperhatikan adalah daerah sasaran, yaitu lokasi dimana kegiatan yang diajukan untuk dibiayai akan dilangsungkan. Beberapa sumber pembiayaan memiliki batasan lokasi tertentu untuk menyalurkan pembiayaannya.
5.2. BENTUK PEMBIAYAAN Ada berbagai
jenis pembiayaan yang tersedia
dan
dapat
dimanfaatkan untuk
pengembangan energi mikrohidro. Mohon diperhatikan bahwa pembiayaan yang dimaksud dalam buku ini tidak terbatas dalam bentuk dana yang diberikan secara langsung, namun termasuk juga segala bentuk dana yang diwujudkan dalam bentuk barang, kegiatan atau
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 1
RAB
upaya untuk mendukung pengembangan mikrohidro, baik secara langsung ataupun tidak. Bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diantaranya adalah : a.
Pemberian dana secara langsung, bisa dalam bentu k :
Hibah yaitu pemberian dana tanpa kewajiban untuk mengembalikan.
Pinjaman
yaitu pemberian dana
dengan
kewajiban untuk mengembalikan
berdasarkan kesepakatan yang dis etujui sebelumnya. Investasi
yaitu
pemberian
dana
dengan
suatu
harapan mendapatkan
keuntungan dalam jangka waktu tertentu, termasuk penyertaan modal. Bentuk pembiayaan ini umumnya diberikan oleh lembaga pemerintah, lembaga donor, organisasi nirlaba/non-pemerintah dan lembaga keuangan. b. Penyediaan perlengkapan fisik, mencakup pemberian secara langsung alat dan bahan untuk membangun PLTMH dan berbagai teknologi yang mendukung. c.
Pendampingan, termasuk
di dalamnya fasilitasi, advokasi kebijakan, pembentukan
jaringan, kerjasama atau asosiasi. Bentuk pembiayaan ini ba nyak diberikan oleh lembaga donor dan organisasi nirlaba/non-pemerintah dalam hal pembentukan organisasi masyarakat, pembuatan atau perbaikan kebijakan, pengembangan jaringan pemasaran hasil industri rumah tangga, dan lainnya. d. Peningkatan
kapasitas,
yaitu
peningkatan
kemampuan
dan sumberdaya individu,
organisasi dan komunitas dalam mengatasi perubahan pembangunan, termasuk di dalamnya adalah pembentukan kesadaran, keterampilan,
pengetahuan,
motivasi,
komitmen dan kepercayaan diri. e.
Pengkajian, dalam bentuk studi atau saran di bidang mikrohidro dan energi baru terbarukan. Bentuk pembiayaan ini terutama dilakukan
oleh
lembaga
pemerintah,
lembaga donor serta beberapa organisasi nirlaba/non-pemerintah. Bentuk pembiayaan yang disediakan setiap sumber pembiayaan perlu diketahui pemohon agar dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya masing-masing, baik pemohon secara kelompok ataupun individu.
Pemilihan
tersebut
termasuk
juga
melihat
kemungkinan kerjasama pembiayaan dari berbagai sumber dengan bentuk pembiayaannya masing-masing. Sebagai
contoh
sumber
pembiayaan A diminta
untuk
memberikan pinjaman dalam
pembelian bahan-bahan instalasi PLTMH, sedangkan sumber pembiayaan B diminta untuk memberikan penguatan masyarakat sejak perencanaan hingga paska pembangunan PLTMH dan
sumber pembiayaan C diminta untuk membantu proses pembuatan regulasi yang
mendukung di lo kasi terkait, dan seterusnya.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 2
RAB
5.3. BIDANG CAKUPAN Sumber pembiayaan mikrohidro yang tersedia sebenarnya tidak terbatas pada bidang teknik atau infrastruktur, namun juga bisa memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan di bidang lainnya, sehingga perlu dilihat keterkaitan pengembangan mikrohidro dengan
bidang-
bidang lain tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal dan pembangunan yang dilakukan bisa menyeluruh dan berkesinambungan. Berikut adalah beberapa bidang cakupan pembiayaan yang dirangkum dari sumber-sumber pembiayaan
di buku
ini yang
memiliki atau berpotensi memiliki keterkaitan dengan
program-program mikrohidro. a.
Infrastruktur dan teknologi, yaitu pembangunan fisik serta penyediaan, pembuatan dan penelitian mengenai
teknologi pendukung. Sumber pembiayaan di bidang ini
contohnya bisa ikut membantu pembiayaan dalam penyediaan dana instalasi PLTMH, penyediaan teknologi tepat guna pendukung usaha
produktif berbasis mikrohidro,
dan lainnya. b.
Lingkungan
hidup,
yaitu berbagai
upaya
untuk menjaga kelestarian alam pada
dan di sekitar wilayah PLTMH, serta memberikan penyadaran serta pendidikan kepada masyarakat mengenai manajemen sumberdaya alam. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat
dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan
tentang penjagaan
daerah tangkapan air, penyadaran masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan, dan lainnya. c.
Ekonomi,
yaitu
segala
kegiatan
yang
ber tujuan
untuk menyediakan modal,
menciptakan mata pencarian dan meningkatkan pendapatan masyarakat, termasuk juga penyediaan layanan program-program
finansial. Sumber pembiayaan di bidang ini dapat membantu
mikrohidro
untuk
penyediaan modal, penyiapan dan pengelolaan
usaha produktif berbasis mikrohidro; pembukaan akses masyarakat terhadap lembaga keuangan; dan lainnya. d. Sosial, yaitu segala hal yang berkaitan dengan
hubungan masyarakat, gejala dan
perilakunya. Contohnya adalah pembangunan PLTMH di daerah-daerah tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan, pendampingan masyarakat dalam menyerap teknologi PLTMH, fasilitasi pembentukan organisasi pengelola listrik, pembentukan dan penguatan jaringan masyarakat dan pengusaha, dan lainnya. e.
Pemerintahan dan kebijakan, yaitu berbagai upaya advokasi dan penyusunan peraturan serta anggaran negara (tingkat pusat dan lokal) yang dapat
mewakili kebutuhan
pengembangan energi mikrohidro. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan untuk membantu penyediaan kebijakan yang mendukung di suatu daerah, pengalokasian dana
pembangunan PLTMH oleh pemerintah, penguatan kapasitas
pemerintah daerah dalam melakukan studi kelayakan, dan lainnya. f.
Pendidikan, yaitu memberikan bantuan pendidikan formal atau informal, baik kepada masyarakat, organisasi atau individu, yang berkaitan dengan pengembangan energi mikrohidro, termasuk di dalamnya beasiswa dan pelatihan. Sumber pembiayaan di bidang
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 3
RAB
ini contohnya dapat pendidikan
dimanfaatkan oleh
khusus mengenai
individu-individu
untuk mendapatkan
mikrohidro atau dimanfaatkan oleh kelompok
untuk
pelatihan operator PLTMH, dan lainnya. g.
Jender, yaitu memastikan adanya kesetaraan antara peran laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan pembangunan PLTMH dan penentuan tarif yang mengedepankan keseimbangan perempuan berbasis mikrohidro.
jender,
ser ta pengembangan usaha
Bidang cakupan dari masing-masing sumber pembiayaan perlu diketahui sebelum mengajukan
permohonan pembiayaan agar
pemohon dapat memilih
sumber
pembiayaan yang sesuai dengan arah program yang akan dikembangkan. Selain itu, dengan
mengetahui cakupan
sumber pembiayaan ini pemohon juga dapat
menggabungkan berbagai sumber pembiayaan berdasarkan spesifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga
pembangunan dapat
direncanakan dan
dilakukan
secara menyeluruh mulai dari persiapan hingga paska p embangunan PLTMH.
5.4. LANGKAH PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBIAYAAN Berikut ini dijabarkan langkah pengajuan permohonan pembiayaan dalam pembangunan PLTMH. Langkah-langkah tersebut bukanlah langkah yang baku harus diikuti. Langkah-langkah tersebut dapat diikuti sesuai dengan kondisi masing-masing, baik dari urutan ataupun isinya. Apabila pemohon mengalami kesulitan sebaiknya d ikonsultasikan ke sumber pembiayaan terkait. Beberapa sumber pembiayaan ada yang menyediakan bantuan sejak pembuatan proposal. a. Perumusan Kegiatan dan Pemetaan Potensi Ide awal suatu program atau kegiatan harus mulai disusun secara sistematis dan informasi yang diperlukan mulai dikumpulkan untuk nantinya diartikulasikan ke dalam proposal. Ide awal ini mencakup tujuan program atau kegiatan yang diajukan; latar belakang, alasan dan manfaat dilaksanakannya program atau kegiatan tersebut; penjelasan singkat tentang bentuk, waktu, lokasi, bagaimana dan siapa yang akan melaksanakan program atau kegiatan tersebut; serta gambaran kasar biaya yang diperlukan. Selain itu perlu juga dilihat potensi atau modal yang dimiliki, baik dalam bentuk dana, sumber daya manusia, sumber daya alam, atau lainnya. Pemetaan tersebut nantinya akan sangat membantu dalam menentukan skema pembiayaan yang diperlukan, apakah hibah, pinjaman, investasi, swadaya atau gabungan. b.
Identifikasi Sumber Pembiayaan Identifikasi dapat dimulai dengan mempelajari visi-misi atau tujuan sumber pembiayaan. Jika sudah terdapat kesesuaian maka bisa dilanjutkan dengan mengkaji program yang terkait dan pihak yang pernah diberikan pembiayaan. Terkait hal ini, pemohon harus memperhatikan kriteria atau syarat yang diminta sumber pembiayaan, seperti sasaran
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 4
RAB
penerima, daerah sasaran, bidang cakupan atau prioritas sektoral, termasuk keterkaitan dengan pengembangan energi mikrohidro, jumlah dan bentuk pembiayaan diberikan,
yang
waktu dan proses pengajuan proposal permohonan pembiayaan.
Beberapa contoh sumber pembiayaan, antara lain :
Pemerintah Daerah maupun Provinsi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE)
Departemen Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
–
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan (P3TKEBT)
Departemen
Pekerjaan
Umum
–
Pusat
Penelitian
dan Pengembangan
Sumber Daya Air (Pusair)
c.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KKUKM)
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
Strengthening Scheme (ACCESS)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Menjalin Hubungan dengan Sumber Pembiayaan Apabila
dimungkinkan, pemohon
membuka
hubungan dengan wakil
sumber
pembiayaan sebelum mengajukan proposal permohonan pembiayaan. Hal ini diperlu kan untuk mengklarifikasi keakuratan informasi sumber pembiayaan tersebut. Hal yang perlu dikatahui antara lain alamat, program yang dijalankan, syarat atau kriteria yang diperlukan hingga waktu dan proses pengajuan proposal. Komunikasi dengan sumber pembiayaan ini juga ditujukan untuk melihat peluang dari sumber pembiayaan dimaksud untuk membuka diri dan memberikan pengembangan energi m ikrohidro.
pembiayaan
bagi
program-program
d. Penyusunan Proposal Proposal Permohonan Pembiayaan
Sebelum menuliskan proposal secara resmi sebaiknya pemohon mengecek ke masingmasing sumber pembiayaan yang dipilih apakah
mereka
menyediakan formulir
atau format tertentu untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Apabila memang disediakan, disediakan, dengan
maka
gunakanlah formulir atau
maka pemohon harus
format
tersebut. Apabila tidak
membuatnya sendiri, tentu
saja disesuaikan
jenis pembiayaan yang diajukan. Secara umum, proposal pengajuan
permohonan pembiayaan mencakup : i.
Penjelasan
mengenai
latar belakang dan tujuan,
urgensi kegiatan atau
program yang diajukan, jika mungkin dilengkapi dengan fakta atau data yang
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 5
RAB
akurat. ii.
Penjelasan
singkat
dan
padat
mengenai
kegiatan
atau program
yang
diajukan, mencakup judul usulan, lokasi pelaksanaan, waktu pelaksanaan, pihak yang akan melaksanakan, cara-cara pelaksanaan dan evaluasinya. iii.
Penjelasan singkat dan padat mengenai dampak dan pihak- pihak yang akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan atau program tersebut.
iv.
Penjelasan
singkat
dan
padat
mengenai
keberlanjutan kegiatan atau
program yang diajukan, termasuk masalah pembiayaan, seperti potensi untuk mandiri jika pembiayaan berakhir
dan
peran
masyarakat
lokal
untuk
mengelola kegiatan atau program tersebut. v.
Anggaran biaya yang diperlukan dan disediakan pihak lain (jika ada). Anggaran ini disusun secara rinci berdasarkan kegiatan atau program yang diajukan. Penjelasan
detil mengenai anggaran dapat dimasukkan dalam lampiran
proposal. vi.
Penjelasan singkat dan padat mengenai lembaga atau organisasi pemohon yang dapat
menunjukkan kapasitasnya untuk melaksanakan kegiatan atau
program yang diajukan. Bentuk
laporan
pendukung
dijabarkan
secara
lengkap
pada Pedoman
PenyusunanLaporan Studi Kelayakan Teknis – Buku 3. Proposal Bisnis
Pembangunan PLTMH di Indonesia umumnya masih dibiayai dengan dana hibah, namun penggunaan dana pinjaman atau dana investasi dapat digunakan untuk membiayai mengajukan
program- program pengembangan energi mikrohidro. Proposal untuk investasi pendirian
PLTMH atau pengembangan usaha berbasis
mikrohidro biasa disebut dengan proposal bisnis (business plan). Proposal ini menggambarkan secara sistematis suatu usulan usaha sehingga setiap tahapan kegiatan usaha dapat dilakukan secara teratur dan terjadual dengan baik. Selain menjadi salah satu alat untuk mencari pembiayaan, baik dari investor ataupun lembaga keuangan, adanya proposal ini akan mempertajam rencana-rencana usaha yang diharapkan. Secara umum, proposal ini mencakup hal : i.
Penjelasan
singkat
dan
padat
mengenai
latar
belakang permasalahan
untuk mendapatkan pembiayaan, serta kemendesakkannya. ii.
Penjelasan singkat dan padat mengenai perusahaan yang akan menjalankan usaha yang diajukan, mencakup nama perusahaan, b entuk usaha, visi-misi dan tujuan,
susunan pengurus dan pelaksana, ukuran dan lokasi usaha, perkiraan
waktu usaha dimulai, serta legalitas perusahaan. iii.
Penjelasan
singkat
dan
padat
mengenai
produk
yang dihasilkan, baik
dalam bentuk barang ataupun jasa, mencakup penyediaan bahan baku, proses
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 6
RAB
produksi, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan
dan pembiayaannya.
Penjelasan ini sebaiknya juga menunjukkan kelebihan dan kekhususan
dari
produk yang dihasilkan. iv.
Penjelasan singkat dan
padat
mengenai
situasi pasar, mencakup target
atau potensi pelanggan, proses distribusi, peluang dan prospek pertumbuhan pasar, kondisi persaingan pasar, serta cara-cara promosi. v.
Penjelasan rinci tentang situasi keuangan perusahaan yang mencakup dana yang dikumpulkan, berkaitan dengan jumlah penanam modal, daftar
pemegangsaham
rencana
asal pendanaan dan
keuangan yaitu cash
flow y a n g
memproyeksikan untung dan rugi perusahaan idealnya untuk 3–5 tahun
ke
depan. Penjelasan ini pada akhirnya akan menunjukkan nilai investasi usaha yang diajukan. vi.
Penjelasan
rinci mengenai jumlah pembiayaan yang diminta, jangka
waktu
pengembalian, tenggat waktu (gross periode) dan apabila ada, alternatif jaminan beserta nilai taksirannya. Mengenai bentuk dan dikonsultasikan kepada sumber pembiayaan terkait.
Bentuk
laporan
pendukung
dijabarkan
secara
nilai
lengkap
jaminan
bisa
pada Pedoman
Penyusunan Laporan Studi Kelayakan Teknis – Buku 3. e. e. Kelengkapan Dokumen Setiap sumber
pembiayaan umumnya meminta
pemohon untuk melengkapi
proposalnya dengan dokumen terkait. Dokumen yang diminta bisa berbeda antar sumber pembiayaan dan harus dicek kembali kepada
sumber pembiayaan yang
dipilih. Dokumen yang umumnya diminta sumber pembiayaan sebagai kelengkapan permohonan adalah
Khusus untuk pembiayaan pembangunan atau instalasi PLTMH, sumber pembiayaan akan meminta laporan studi potensi atau pra studi kelayakan dan studi kelayakan. Studi kelayakan yang ditujukan untuk menilai kelayakan investasi atau mengetahui tingkat keberhasilan proyek dalam berbagai aspek ini terutama diperlukan oleh sumber pembiayaan seperti investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi
kredit dan pemerintah selaku pemberi
fasilitas. Studi kelayakan perlu menghasilkan beberapa opsi pembangunan dan penjelasan
tentang
konsekuensi
dari setiap opsi. Hasilnya kemudian
ditindaklanjuti dengan melakukan konsultasi kepada masyarakat dan sumber pembiayaan terkait untuk menyepakati opsi yang akan d igunakan.
Perencanaan rinci (detailed engineering design) juga umumnya diminta untuk dilampirkan
dalam
pengajuan pembiayaan instalasi PLTMH. Perencanaan
rinci dibuat berdasarkan opsi yang dipilih dari studi kelayakan. Perencanaan rinci tersebut mencakup rencanan bangunan sipil, sistem mekanikal elektrikal, sistem kendali, sistem transmisi dan distribusi, serta biaya yang dibutuhkan.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 7
RAB
Pembuatan studi potensi atau pra studi kelayakan, studi kelayakan dan rencana rinci ini dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak lain sebelum mengajukan proposal atau diajukan sebagai salah satu bentuk pembiayaan.
Permohonan pembiayaan yang ditujukan kepada pemerintah ada baiknya dilengkapi dengan surat pengantar dari pemerintah daerah setempat.
Kepastian keberadaan lembaga atau organisasi pemohon biasanya sumber pembiayaan meminta dokumen pendukung seperti fotokopi tanda pengenal, akta pendirian, nomor pokok wajib pajak (NPWP), susunan organisasi dan daftar pengurus, serta neraca keuangan.
f.
Gambar atau foto pendukung juga dapat dilampirkan dalam proposal.
Pengiriman Proposal Proposal yang sudah selesai dan dilengkapi dengan dokumen- dokumen yang diminta dapat dikirimkan melalui pos, internet atau diserahkan ketentuan
langsung, tergantung
dari sumber pembiayaan yang dipilih. Sebelum
dikirim, mohon
diperhatikan kembali batasan waktu pengiriman proposal, proses penyeleksian dan pengumuman penerimaan proposal. Pemohon dapat mengirimkan proposal kepada beberapa sumber pembiayaan. Mengingat besarnya jumlah biaya dan beragamnya kegiatan
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan
energi
mikrohidro
secara
berkesinambungan maka pemohon bisa membagi pengajuan permohonan dana atas beberapa kegiatan ke beberapa sumber pembiayaan. g. Kegiatan Setelah melakukan penilaian kelayakan, sumber pembiayaan umumnya akan menginformasikan secara langsung proposal yang diterima, namun demikian ada baiknya pemohon juga mengecek proses penerimaan tersebut.
Jika proposal
diterima, maka segera koordinasikan langkah-langkah yang harus dilakukan dengan sumber pembiayaan terkait. Jika proposal tida k d iterima, ada baiknya pemohon menanyakan sebab
atau
alasan
penolakan tersebut sebagai bahan perbaikan
pembuatan proposal kembali
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 8
RAB
5.5. RENCANA BIAYA KONSTRUKSI PLTMH BPIRI K ORAGI Dari hasil desain yang sudah dilakukan dapat disusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk konstruksi PLTMH Bpiri Koragi sesuai dengan harga satuan material dan upah setempat. Uraian lengkap RAB dapat melihat uraian berikut.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 9
RAB
Dari perhitungan di atas pembangunan PLTMH Bpiri Koragi 40 Kw memerlukan biaya konstruksi 1,24 Milyar Rupiah sebelum PPN.
Biaya diatas hanya untuk konstruksi PLTMH saja, sedangkan untuk biaya pemasangan jaringan listrik baik jaringan Transmisi, Distribusi dan Sambungan Rumah diperlukan perhitungan terpisah karena konstruksinya tidak bersambungan, artinya bisa dibangun sesudah maupun sebelum pelaksanaan konstruksi PLTMH.
Untuk Perhitungan kebutuhan jaringan untuk pemenuhan listrik di sekitar Distrik Bpiri dan Koragi dapat melihat perhitungan sebagai berikut.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 10
RAB
Perkiraan anggaran biaya untuk pemasangan jaringan listrik di Distrik Bpiri dan Koragi Secara optimal adalah sekitar 1,57 Milyar Rupiah belum termasuk PPN. Tentunya tidak semua KK akan teraliri listrik mengingat penyebaran penduduk di kedua Distrik kurang merata, diutamakan untuk desa - desa dengan keramaian terpusat.
Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi
Bab V - 11
AJIAN INGKUNGAN
BAB VI. KAJIAN LINGKUNGAN 6.1
KEMUNGKINAN DAMPAK LINGKUNGAN
Informasi
kemungkinan
dampak
yang
akan
terjadi
dilakukan
secara analisis
hipotesis/teoritis. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagai langkah awal didasarkan terhadap dampak perubahan
mendasar
hipotesis/teoritis yang diperkirakan
terhadap
komponen/parameter
lingkungan
akan baik
menimbulkan pada
tahap
prakonstruksi, konstruksi maupun pascakonstruksi.
a.
Tahap Prakonstruksi
Dampak yang akan terjadi pada tahap prakonstruksi cenderung
terhadap komponen
lingkungan sos ial, ekonomi dan budaya. Dampak tersebut terjadi dengan adanya kegiatan survai lapangan, pengadaan dan pembebasan lahan
untuk bangunan air dan
daerah
penyangganya. Melalui kegiatan survai lapangan dan rencana kegiatan pengadaan dan pembebasan lahan diperkirakan akan timbul beberapa dampak mendasar yaitu :
Keberatan
penduduk
pemilik
lahan
untuk
menyediakan pembebasan lahan
untuk tapak bangunan yang mungkin diperlukan.
Apabila penduduk tidak keberatan dengan
kegiatan pembebasan lahan,
maka
dampak yang diprakirakan akan terjadi yaitu dalam menentukan besarnya nilai ganti rugi.
Apabila tidak terjadi kesepakatan yang baik antara penduduk
pemilik/penggarap
lahan
yang
pihak pemilik konstruksi dan
diperlukan
konstruksi
maka
akan
menimbulkan ketidakpuasan penduduk yang pada gilirannnya akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dan masyarakat
terhadap pembangunan pembangkit
tenaga listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
b.
Tahap Konstruksi
Dampak yang akan terjadi pada tahap konstruksi dengan adanya kegiatan konstruksi yang diperkirakan akan dilaksanakan yaitu mobilisasi peralatan berat dan material, rekrutmen tenaga kerja, pengadaan material dan pekerjaan sipil lainnya. Dampak terhadap komponen Iingkungan yang diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi, yaitu
Dampak Terhadap Sumberdaya Alam i. Dampak Kelestarian Alam
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 1
AJIAN INGKUNGAN
ii. Dampak Terhadap Sumberdaya Biologi
Dampak Terhadap Komponen Fisik-Kimia i.
Perubahan iklim mikro
ii.
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
iii. Kerusakan top soil tanah iv. Dampak terhadap hidrologi
Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Fisiologi i.
Terganggunya biota darat
ii.
Terganggu biota perairan
Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya i.
Terganggunya estetika dan kenyamanan lingkungan ii.
Terbukanya kesempatan
kerja
c.
Tahap Pascakonstruksi
Tahap pascakonstruksi, dampak diperkirakan akan terjadi terhadap komponen lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya. Kegiatan yang menjadi sumber dampak
yaitu pemeliharaan
bangunan sipil PLTMH dan di sekitarnya.
Dampak terhadap sumberdaya alam Tahap
pascakonstruksi,
bangunan
yang
akan
dibangun
diperkirakan
menimbulkan dampak terjaganya kelestarian sumberdaya alam. terjadi
apabila
konstruksi bangunan yang akan dibangun
Hal
ini
akan akan
mempertimbangkan
kondisi lingkungan yang ada, sehingga dengan adanya bangunan tersebut akan menghilangkan pengaruh banjir dan genangan.
Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya Kegiatan pendayagunaan sumber air intensitas kegiatan masyarakat
di daerah
tersebut akan meningkatkan
di sekitarnya.
Mengacu pada semua potensi yang dimiliki, terutama dan aspek sumberdaya lahan, penduduk serta areal pertanian dan ketersediaan sarana, maka daerah studi dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan daerah adalah
meningkatkan
perekonomian lainnya.
Dampak
terhadap peningkatan kualitas daerah tersebut, serta pada dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Prakiraan dampak-dampak lingkungan yang
diprakirakan
yang dimaksudkan
ini lebih bersifat positif akhirnya diharapkan
akan terjadi akibat kegiatan
pengembangan daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 2
AJIAN INGKUNGAN
Tabel 6- 1. Prakiraan Dampak Pembangunan Konstruksi
No
A 1
B 1.
Tahapan Kegiatan Konstruksi dan Komponen Kegiatan Sumber Dampak
Komponen Lingkungan dan Perkiraan Prediksi Dampak Terjadi
Sebaran Dampak
Prakonstruksi Pengadaan/Pembebas an Lahan
Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya a. Keberatan penduduk untuk menyediakan lahan sempadan sungai b. masalah nilai ganti rugi untuk pembebasan lahan sungai c. Persepsi masyarakat terhadap konstruksi
Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan s umber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk
Konstruksi Mobilisasi peralatan berat dan material
Dampak terhadap komponen lingkungan fisika - kimia
Rekrutmen tenaga kerja 2. Penerimaan tenaga kerja Penerimaan tenaga kerja dari luar daerah
Pekerjaan Sipil
3.
Pembukaan lahan lahan ( land clearing ) yang menyebabkan hilangnya vegetasi sempadan sungai
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan sosial Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk setempat Kesempatan kerja bagi pendu duk dari luar daerah Interaksi tenaga pendatang penduduk. Konflik sosial
Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di
Bab VI - 3
AJIAN INGKUNGAN
Pembukaan lahan untuk tapak bangunan PLTMH
Pengerukan dasar bangunan Pembangunan/ penimbunan tanah galian
Pembangunan bangunan PLTMH Pembangunan bangunan PLTMH yang mengganggu sistem irigasi dan atau drainase Pekerjaan pembangunan bangunan PLTMH
Pembukaan lahan (land clearing ) tapak bangunan Penggalian pondasi tapak bangunan yang menyebabkan kekeruhan ekosistem perairan di sekitar tapak
Dampak terhadap lingkungan komponen lingkungan kota/pemukiman fisika – kimia penduduk a. Perubahan iklim mikro (temperatur dan arah/kecepat - an Dampak akan terjadi angin) pada bangunan pendayaguna sumber b. Dampak terhadap air fisiologi dan geologi Perubahan sempadan Dampak akan terjadi di sungai seluruh bangunan pendayaguna sumber Kerusakan top soil air Dampak akan terjadi tanah di seluruh bangunan pendayaguna sumber a. Dampak terhadap air hidrologi Terganggunya sistem aliran sungai/ saluran dan pembuangan air Peluang terjadi genangan/banjir di bagian darat dari bangunan Penurunan kualitas air sungai Komponen Lingkungan Biologi
Pekerjaan pem a. Terganggunya vegetasi bangunan bangunan yang menimbulkan permukiman b. terganggunya biota penduduk perairan di sekitar Ceramah dan gang - guan tapak konstruksi kegiatan pem - bangunan bangunan Dampak terhadap Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya a. Tergang gunya estetika kenyamanan lingkungan b. terganggunya kesehatan
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Dampak akan terjadi di seluruh bangunan pendayaguna sumber air Dampak akan terjadi di sekitar bangunan yang melintas drainase , saluran irigasi dan atau sungai
Dampak yang terjadi di sekitar lokasi bangunan yang berbatasan langsung/dekat dengan lingkungan perairan Dampak yang terjadi di sekitar bangunan PLTMH yang curam
Bab VI - 4
AJIAN INGKUNGAN
penduduk c. konflik sosial antara tenaga kerja konstruksi dengan penduduk C
Pascakonstruksi Pemeliharaan bangun - an dan sempadan sungai/saluran Aktivitas pembangunan perumahan penduduk
Penggunaan daerah sempadan sungai/ saluran menjadi prasarana pembangun- an kebersihan sampah dan sarana sanitasi lainnya
6.2
Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ek onomi dan budaya a.Terbentuknya lingkungan yang kumuh di sekitar bangunan pendayaguna sumber air b.Penurunan sanitasi lingkungan dan kesehatan masyarakat c. Konflik sosial antara petugas pemeliharaan bangunan dan sempadan sungai/saluran dengan penduduk sektiar
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Program secara singkat dan jelas menguraikan sebagai berikut. a. Langkah yang dilakukan untuk mencegah dan mengelola dampak termasuk upaya untuk menangani dan menanggulangi keadaan darurat,
misalnya upaya
untuk
mencegah terjadinya potensi longsor dan banjir. b. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup, misalnya dengan pembangunan terasiring untuk pengamanan aliran air yang dimanfaatkan. Tolok ukur yang digunakan
untuk mengukur
efektivitas pengelolaan lingkungan hidup
dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup, contohnya baku mutu kebisingan
6.3
STATUS LINGKUNGAN DAN KEMAJUAN M ANUSIA
Menggeser status desa dari desa terbelakang menjadi desa berkembang merupakan tugas yang diemban oleh pembangkit mikrohidro. Dari desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 5
AJIAN INGKUNGAN
yang ada di desanya; desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi, berubah menjadi desa sedang berkembang
yang mulai menggunakan
dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana; belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa dan masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong. Tahapan akhir yang diharapkan menuju desa maju yaitu desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber
daya
manusia
dan
juga dalam
hal dana
modal
sehingga sudah
dapat
memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Atau yang dikenal sebagai kehidupan desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju. Mengoptimalkan sustainabilitas pemantaatan sumber daya energi lokal sebagai faktor input bagi keunggulan wilayah perdesaan ini salah satu jalan yang harus ditempuh. Jumlah desa tertinggal masih banyak, tersebar dari timur hingga barat Indonesia. Untuk meningkatkan status desa tertinggal itu menjadi desa maju, melalui penanganan terpadu antara departemen, pemda, dan swasta, maka desa tertinggal itu cepat berubah bentuknya menjadi daerah maju sehingga dijadikanlah desa model. Desa model itu yang sebelumnya selalu gelap gulita jika malam hari, kini sudah terang benderang. Listrik tidak saja menerangi rumah-rumah penduduk, tetapi juga melancarkan roda industri kecil yang bermunculan. Akibatnya, terjadilah mobilitas yang tinggi dan tumbuhnya semangat masyarakat untuk berlomba meningkatkan derajat kesejahteraan mereka dengan cara memberdayakan potensi daerahnya. Kini keseharian kegiatan masyarakat desa model itu tidak saja bertani, tetapi juga membudidayakan ternak unggulan yang bernilai ekonomis. Prototipe Desa tertinggal di kabupaten yang tidak memiliki jaringan listrik, tidak memiliki akses transportasi
yang memungkinkan kendaraan umum keluar masuk untuk membeli hasil
peternakan, pertanian, dan perkebunan. Juga memiliki banyak keterbatasan lain. Setelah ditangani secara terpadu, desa tertinggal berkurang. lancar, maka
pada
2015
dalam lima tahun kemudian
jumlah kabupaten yang punya
Jika sinergi lintas kementerian, pemda, dan sudah
tidak ada
swasta berjalan
lagi desa tertinggal di Indonesia.
Untuk
melancarkan target itu, departemen dan desa dapat merancang program pembentukan lembaga Kader Penggerak Pembangun. Melalui
lembaga
masyarakat
desa
itu
para
kader
pembangunan
tertinggal agar bersatu
desa
tidak
saja mengkoordinasi
meningkatkan kualitas desanya, tetapi juga
memberi pengetahuan secukupnya tentang syarat yang distandarkan untuk memiliki desa maju. Departemen sendiri sejak pencanangan desa model diberlakukan, terus-menerus mengusulkan dana alokasi khusus dalam bentuk peningkatan sarana dan prasarana pedesaan tertinggal. Upaya bersama antara masyarakat desa dan pemerintah atau stake holder lainnya dalam memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan mikrohidro adalah dimensi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 6
AJIAN INGKUNGAN
kualitas yang dijadikan pertimbangan
terkait
dengan
bahwa
keberhasilan
sebuah
mikrohidro relevan dengan keterlibatan banyak pemangku kepentingan. Keterlibatan
banyak
pemangku
kepentingan
terkait dengan sharing pengetahuan,
aktivitas monitoring, kegiatan kepelatihan, dan sebagainya. Impak jelas mengenai kemampuan masyarakat
terhadap bagaimana mengelola mikrohidro dan perhatian pada
aspek lainnya secara tidak langsung memberikan pengaruh pada m ikrohidro. Ini dapat kita nilai bagaimana peresapan antara pengetahuan masyarakat dengan pembelajaran lain yang didapat antropologi-ekologi
sering
secara eksternal. Kita dapat memulai dari pengetahuan
memperlihatkan adanya sistem pengetahuan, teknologi,
kepercayaan, dan kelembagaan yang dipraktikkan dan dikembangkan oleh masyarakat lokal
selama bertahun-tahun
management) mereka. masyarakat wisdom) dan
dalam
mengelola
Kumpulan
lokal ini biasa bagaimana
disebut
sumber
pengetahuan, dengan
daya
alam (resource
kepercayaan, dan kelembagaan
istilah kearifan lingkungan (environmental
pemangku kepentingan
lain
masuk
dalam
cara
pikir
tersebut dengan mempengaruhinya melalui pengetahuan lain. Pemangku kepentingan harus masuk melalui pengetahuan ratusan dan bahkan ribuan kearifan lingkungan yang tersebar pada terhadap keberlanjutan mikrohidro.
masyarakat
etnik yang memberikan
relevansi
Bentuk kearifan yang dimiliki tersebut senantiasa
berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh tantangan alam
dan kebutuhan hidup mereka berbeda-beda; atau dengan
kata lain, pengalaman
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan, baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial, yang tidak lain dimaksudkan untuk melindungi dirinya dan merasakan secara
alam sekitarnya secara spesifik. Mereka memahami dan
mendalam bagaimana makna
dan pengaruh lingkungan terhadap
kehidupannya. Tentu saja sistem pengetahuan ini tumbuh dalam sejarah panjang perjalanan hidup masyarakat lokal tersebut. Pengetahuan yang kita sebut dengan kearifan lingkungan di atas, menjadi ruang bagi pemangku kepentingan lain dalam memasukkan pengetahuan lainnya dalam melahirkan sebuah semakin
kebijakan. Kesadaran terdesaknya
ini penting bagi pemangku
kepentingan
lainnya
karena
eksistensi sistem kelembagaan masyarakat lokal, yang merupakan
konsekuensi logis dari laju kemajuan masyarakat industri. Pada saat yang bersamaan berlangsung pula eksploitasi sumber daya alam secara tak terkendali yang mengakibatkan kerusakan atau degradasi lingkungan hidup. Bukan hanya itu, akibat lain yang ditimbulkan secara langsung oleh kerusakan ini adalah semakin berkurangnya penghasilan
masyarakat dan untuk
keberlangsungan
mikrohidro
besar pengaruhnya. K eadaan ini pulalah yang mewajibkan pemangku kepentingan la innya dan pengambil kebijakan
untuk menggali kembali kearifan t radisi masyarakat
lokal
sebagai salah satu langkah untuk masuk dalam diskusi tentang penyelamatan lingkungan terkait dengan mikrohidro, terutama perihal kerusakan
lingkungan tersebut. Dalam
konteks ini muncul kesadaran bahwa masyarakat lokal adalah pelaku dalam mewariskan pengetahuan, dan karena
Desain PLTMH Bpiri Koragi
itu dibutuhkan pemahaman tentang
tradisi sebagai sasaran
Bab VI - 7
AJIAN INGKUNGAN
pemberdayaan pengetahuan dan potensi masyarakat. Dengan demikian, pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah yang sesuai dengan karakter masyarakat
lokal, dan
bukannya
melakukan pembaharuan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan pencangkokan sistem baru. Kearifan lingkungan masyarakat
yang seringkali dirujuk adalah yang terdapat
pada
masyarakat tersebut. Masyarakat ini memiliki bentuk perilaku positif dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitar, yang bersumber dari nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan petuah-petuah baik yang diwariskan secara lisan maupun bukan lisan. Sumber nilai berupa ada
pesan
leluhur (teks lisan) mengenai
sistem pengelolaan lingkungan. Misalnya
kearifan yang muncul melalui adagium
hutan tidak boleh dirusak, jika engkau
merusaknya, maka sama halnya engkau merusak dirimu sendiri. Selain itu, ada juga petuah hutan
bisa
lestari karena dijaga oleh adat. Bila bumi hancur, maka hancur pula adat.
Masyarakat dalam kearifan lokalnya suka membagi kawasan tertentu untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Ini dikenal adanya pembagian kawasan, untuk
budidaya
untuk
dinikmati bersama;
kedua,
yaitu pertama,
kawasan
hutan
kawasan
kemasyarakatan
yang setiap warga diperbolehkan menebang pohon, tetapi harus terlebih dahulu menanam pohon pengganti; dan ketiga, kawasan hutan adat yang sama sekali tidak. boleh dirambah. Kearifan masyarakat
dalam mengelola sumber daya alamnya memang
diartikulasikan lewat media-media tradisional seperti mitos, ritual, dan pesan-pesan leluhur, tetapi sesungguhnya mengandung pengetahuan ekologis, yaitu sistem pengetahuan mengenai fungsi hutan sebagai penyeimbang ekosistem. Bahkan uraian di atas memperlihatkan empat elemen kearifan lingkungan, yaitu sistem nilai (value system), pengetahuan (knowledge), teknologi (technology), dan lembaga adat (institution). Para pemangku kepentingan yang mempunyai perhatian terhadap masalah lingkungan terkait dengan keberlangsungan mikrohidro harus menyamakan bahasa intervensi terkait dengan bahasa tradisi yang sering masyarakat desa gunakan. Ini yang dikenal dengan sebuah intervensi dalam kebijakan publik, bahwa kebijakan publik harus bersifat historis terkait dengan masa lalu kelompok atau ruang yang akan diintervensi. Kebijakan publik tidak dapat dilakukan tanpa dasar atau tanpa tanda- tanda itu sinkron dengan apa selama ini dilakukan oleh masyarakat. Sehingga para pemangku kepentingan yang masuk ke sebuah desa dapat dinilai bagaimana daya adaptif mereka terhadap masyarakat dan cara stimulasi masyarakat terkait dengan budaya atau perilaku yang lazim dalam masyarakat. Kita akan diuji misalnya yaitu pemangku kepentingan melihat cara kearifan masyarakat yang menyimpan pengetahuan tentang cara memotong pohon untuk tiang rumah, dan perlunya mengganti pohon yang ditebang dengan pohon baru; peran lembaga masyarakat dalam mengontrol pemanfaatan sumber daya alam; peran ritual dan aluk yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang Pemangku kepentingan
mungkin ini
melihat dalam respon peraturan dan sertifikasi yang biasa menjadi acuan mereka. Dalam kaitan dengan upaya konservasi atau pengembangan sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, bentuk-bentuk kearifan lingkungan sebagaimana dikemukakan
ini menjadi
penting dan dapat disinergikan dengan sistem pengetahuan modern. Hal ini juga telah
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 8
AJIAN INGKUNGAN
ditegaskan dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa aspek perilaku manusia merupakan bagian yang integral dala m pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk pengintegrasian konservasi yang menarik dikemukakan adalah inisiatif masyarakat suatu daerah dalam penghijauan. Penanaman ini dimaksudkan untuk melindungi kampung dan bukit masyarakat setempat dari longsor. Mereka membuat aturan penebangan pohon yang dilakukan dalam siklus tujuh tahunan. Usaha ini melahirkan dampak ekonomis, di mana penduduk dapat
memperoleh tambahan
pendapatan
ekonomi keluarga dengan
mengumpulkan kayu yang sudah mati untuk kebutuhan kayu bakar rumah tangga. Namun, belakangan usaha
ini melahirkan konflik yang melibatkan masyarakat menyangkut status
kepemilikan antar Dinas kehutanan yang memiliki otoritas untuk mengatur penebangan, dan Dinas Pertanian yang memiliki wewenang menebang kayu lalu ditanam untuk dijadikan lahan pertanian. Contoh yang dikemukakan terakhir ini menegaskan kembali kepada kita tentang perlunya penguatan kearifan lingkungan. Sebuah upaya yang secara konseptual memerlukan adanya sinergi antara religi, pengetahuan, dan teknologi, dan secara praktikal membutuhkan kesepahaman antara pemerintah pusat dan daerah serta antarsektoral, perguruan tinggi, LSM, tokoh-tokoh agama, agenda rencana
6.4
dan pelaku di masyarakat. Tujuannya adalah membangun
aksi yang bermuara pada
pelaku pembangunan yang arif lingkungan.
KONSERVASI
Konservasi b erasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902)
yang merupakan orang
Amerika
pertama
yang
mengemukakan tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat
dipandang dari segi ekonomi
dan
ekologi dimana
konservasi dari segi
ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut : 1. Konservasi
adalah
menggunakan
sumberdaya
alam
untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary). 2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya secara sosial (Randall, 1982). 3. Konservasi merupakan manajemen udara,
alam
antar
air, tanah,
waktu (generasi) yang optimal
mineral ke organisme
hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 9
AJIAN INGKUNGAN
termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968). 4. Konservasi adalah
manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga
dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
6.5
DEFINISI HUTAN
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan
hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
6.6
DEFORESTASI
Deforestasi merupakan suatu penurunan secara
kondisi saat
kualitas dan
tingkat luas area hutan
kuantitas.
yang menunjukkan
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia
yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya
dapat
ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 10
AJIAN INGKUNGAN
tahun,
sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8
menjadikan Indonesia
juta hektar per tahun.
merupakan salah satu tempat dengan
tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran
Ini
tingkat kerusakan
hutan
citra landsat tahun
2000
terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]. Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan
di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi
dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan.
Sementara itu rakyat digusur dan
dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana
hutan dianggap
sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk
kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir tahun
1960-an, yang dikenal dengan
banjir-kap,
dimana
orang
melakukan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan
dengan
dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di
tahun 1990, yang melakukan tebang
habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga
dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan. Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala
kecil. Di saat
penebangan hutan
tanpa
izin yang
yang
sama
tak
juga
terkendali
terjadi oleh
peningkatan
aktivitas
kelompok masyarakat yang
dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.
6.7
FAKTOR PENYEBAB DEFORESTASI HUTAN
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu sistem politik dan ekonomi
yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya
hutan,
sebagai
sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti menguntungkan
selama
ber tahun-tahun,
Soeharto sebagai alat untuk memberikan keluarga
sangat
dan keuntungannya digunakan oleh rejim
penghargaan dan
mengontrol
teman-teman,
dan mitra potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 11
AJIAN INGKUNGAN
dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa
sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan
pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal. Untuk saat ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya penegakan hukum yang terjadi saat ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak langsung pada semakin berkurangnya habitat orangutan secara
signifikan. Penyebab kerusakan
tersebut dapat
dikemukakan
sebagai berikut: 1. Hak Penguasaan Hutan Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah terdegradasi". Areal konsesi HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan
diubah
menjadi
hutan
tanaman industri
atau perkebunan. 2. Hutan tanaman industri Hutan tanaman industri telah dipromosikan
secara besar-
besaran dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar adalah hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang terlantar dan tidak produktif. 3. Perkebunan Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun 1997 dan hutan ini hampir dapat dipastikan te lah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1985 hanya
2,6 juta ha, sementara
perkebunan baru untuk tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup berkembang, dimana para pengusaha mengajukan
permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis hutan dan
menggunakan kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 12
AJIAN INGKUNGAN
4. llegal logging - Illegal logging adalah merupakan praktek langsung pada penebangan pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang lingkup illegal logging terdiri dari : 5. Rencana penebangan, meliputi semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan akses ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana
dan prasarana untuk melakukan
penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal. 6. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian
kayu dala m skala yang
sangat besar dan yang terorganisasi sekarang merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang hilang karena
pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan
Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia. 7. Konvensi Lahan Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek
kontroversi
yang
besar.
Tidak ada
perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan yang dapat 1990
menyatakan bahwa
dipercaya
pada
tahun
para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas
sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997. 8. Program Transmigrasi Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999, yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka
lahan hutan
hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Disamping itu, para petani kecil dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial
dan
kekerasan
etnis.
Estimasi
yang
dapat
dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat. 9. Kebakaran Hutan Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat
lokal untuk memprotes
perkebunan atau
kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 13
AJIAN INGKUNGAN
Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan hutan
atau
mengembangkan pertanian
kondisi alami, lahan gambut tidak mudah
yang produktif. Pada
terbakar karena sifatnya yang menyerupai
spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun,
apabila kondisi
lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu. Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan, baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.
Deforestasi yang disebabkan oleh Illegal loging
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VI - 14
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
BAB VII. IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT 7.1. KAJIAN KEADAAN PEDESAAN PARTISIPATIF /PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL ( P R A ) Kajian
Keadaan
meningkatkan
Pedesaan secara
kemandirian
pemandirian atau
Partisipatif
masyarakat
adalah
salah
dalam meningkatkan
Pemberdayaan Masyarakat
satu
taraf hidupnya. Proses
terdiri dari beberapa tahapan yaitu,
Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan Kelompok, Rencana
dan
tahap dalam
Pembangunan
Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring dan Evaluasi Kajian Keadaan
Pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam
mengidentifikasi
serta
menganalisa
permasalahannya. Ini sangat
situasinya,
berbeda dengan
baik
potensi maupun
pendekatan ‘Topdown’ yang sering di
pakai oleh lembaga-lembaga yang kumpul informasi untuk kelancaran program mereka. Dalam program ini, lembaga menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan. Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif
justru
memanfaatkan informasi dan masyarakat hasil kajian sendiri mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan mandiri.
untuk
Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah gambaran tentang masalahmasalah yang dihadapi
masyarakat,
potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini
merupakan dasar untuk tahapan proses Pemberdayaan
Masyarakat
yaitu
serta penyusunan dan
pembentukan
dan pengembangan kelompok
berikut,
pelaksanaan rencana kegiatan oleh masyarakat. Hasil Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif juga dapat digunakan oleh Dinas serta instansi lain untuk mengembangkan pelayanan
serta program yang lebih tanggap
7.2.1.
terhadap kebutuhan masyarakat.
Pengertian & Tujuan
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah
salah satu tahap dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau Pemberdayaan Masyarakat (PM) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1.
Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat
2.
Pengembangan Kelompok.
3.
Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan.
4.
Monitoring dan Evaluasi.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 1
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa potensi
maupun
situasinya,
baik
Ini sangat berbeda dengan pendekatan 'top-
permasalahannya.
down yang sering dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi untuk '
kelancaran program mereka. Dalam program demikian, lembaga menentukan apa yang
akan dikerjakan dalam apapun. D al a m Kajian
suatu wilayah. Masyarakat
Keadaan
diikutkan tanpa diberikan pilihan
Pa rt i sipa t if justru
Pedesaan
ma sy a ra k a t memanfaatkan
informasi dan hasil analisa sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju
dan
mandiri.
Dalam
hal ini juga diharapkan masyarakat
menyampaikan hasil perencanaannya kepada pelaksanaan
kegiatan tersebut.
mampu
instansi terkait yang dibutuhkan dalam
Kajian Keadaan
Pedesaan Partisipatif adalah
tahap
per tama dalam siklus pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kajian,
masyarakat akan masuk tahap perencanaan k emudian pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Setelah itu, mereka lanjutkan dengan ulang mengkaji sebagai dasar untuk rencana baru. Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan adalah gambaran tentang: 1. Potensi sumber daya alam yang dimiliki masyarakat,
termasuk system usaha
tani;
2. Potensi sosial masyarakat; 3. Potensi perekonomian masyarakat; 4.
Potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar belakangnya, strukturnya, kegiatannya dan lain-lain (termasuklembagapelayanan,baikpemerintahmaupunnon-pemerintah);
5. Masalah-masalah masyarakat; 6. Prioritas dan penyebab masalah; 7. Peluang-peluang pengembangan.
7.2.2.
Konsep Dasar PRA
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh masyarakat didampingi masyarakat
dan difasilitasi atau
oleh Tim PM. Dalam Kajian Partisipatif diberikan kesempatan kepada untuk
berdiskusi
dan
berbagi
pengalaman
dan
pengetahuannya.
Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan secara partisipatif, adalah Par ticipatory Rural Appraisal atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang
'
mendorong masyarakat
'
Pedesaan untuk turut serta meningkatkan
pengetahuannya mengenai
hidup
dan
kondisi
dan menganalisa
mereka sendiri, agar mereka dapat
membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan
masyarakat
yang
terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 2
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
dalam kegiatan program pengembangan. Pendekatan-pendekatan lain: PALM, PLA dan RRA .Selain PRA, sering dipakai istilah-istilah
lain untuk proses pembelajaran par tisipatif . Beberapa istilah yang trekenal meliputi:
PALM (Participatory Learning Methods). Metode-metode Belajar secara Partisipatif .
PLA (Participatory Learning and Action). Belajar dan Bertindak secara Par tisipatif .
Walaupun tidak persis sama, inti pendekatan-pendekatan tersebut dengan PRA sama, yaitu suatu proses pembelajaran partisipatif. Satu pendekatan yang memang berbeda dengan PRA adalah RRA (Rapid Rural Appraisal / Pemahaman Desa secara Cepat). Perbedaan-perbedaan utama meliputi:
Sifat Proses
PRA
PRA
Cara Melakukan
Penggalian/Pe
Saling Berbagi
Ngumpulan Informasi
Pemberdayaan
Peran orang luar
Penyelidik
Fasilitator
Peran orang dalam
Sumber
Pelaku/Subyek
Info rmasi/Obyek
Info rmasi dimiliki,
Orang luar
Masyarakat setempat
Perencanaan Proyek
Kelembagaan
Publikasi
tindakan masyarakat
dianalisa dan digunakan oleh Hasil
angka panjang
dan
lokal yang berkelanjutan PRA terdiri dari sekumpulan
teknik atau
alat yang dapat
dipakai untuk mengkaji
keadaan pedesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh
masyarakat
sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat
tentang
keadaan mereka sendiri ser ta lingkungannya. Beberapa teknik yang terkenal meliputi:
Pemetaan desa;
Kalender musim;
Transek (penelusuran desa);
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 3
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan);
Bagan perubahan dan kecenderungan;
Diagram alur.
Teknik-teknik PRA sudah lebih banyak dari pada yang disebut di atas. PR biasanya dia wal i dengan
masyarakat
proses
serta
sudah
so sia lisa si Pembe rda y aan Masyarakat. Penting sekali bahwa
aparat
desa
telah memiliki pengertian
yang baik terhadap
pendekatan partisipatif ini. Kualitas informasi yang digali dengan PRA biasanya tinggi, namun kuantitatif kadang-kadang kurang tepat. Walaupun kita tidak tahu apakah
informasi
seratus
mendekati
persen
kebenaran.
benar,
yang
Untuk
itu,
penting
bahwa
dimanfaatkan
informasi
itu cenderung
prinsip triangulasi atau
pengecekan kembali dan pemeriksaan ulang.
TRIANGULASI Dalam kajian informasi tidak semua
sumber
informasi senantiasa
ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang benar menggunakan prinsip
'triangulasi'
informasi,
bisa dipercaya
bisa diandalkan dengan
yaitu pemeriksaan dan periksa ulang,
melalui:
a. Keragaman Teknik PRA Setiap
teknik PRA punya
kelebihan
dan
kekurangan.
Tidak semua informasi yang
dikumpulkan dan dikaji dalam satu teknik PRA dapat dipercaya. Melalui teknikteknik lain, informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat. Karenanya kami perlu melihat bagaimana teknik-teknik PRA dapat saling melengkapi, sesuai proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan.
b. Keragaman Sumber Informasi Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh kepentingan pribadi. Karena itu sangat
perlu mengkaji sil an g in f o r m a s i dari sumber in f o r ma s i yang berbeda.
Da l a m melaksanakan PRA perlu diperhatikan bahwa tidak didominasi oleh beberapa
orang atau elit desa saja tetapi melibatkan semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita. Sumber Informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber sekunder yang berada di desa.
c. Keragaman Latar belakang Tim Fasilitator Fasilitator PRA biasanya punya latar belakang atau keahlian khusus. Selalu ada resiko
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 4
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
bahwa dia mengutamakan 'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun sering kali kami tidak sadar.
Untuk menghindari bahwa kepentingan fasilitator akan menentukan temuan
PRA, lebih baik membentuk Tim 'multi-disiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang terdiri dari orang dengan latar belakang, keahlian, jenis kelamin yang berbeda.
Prinsip-prinsip PRA a.
Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
b.
Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
c.
Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
d.
Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
e.
Prinsip santai dan infor mal
f.
Prinsip triangulasi
g.
Prinsip mengoptimalkan hasil
h.
Prinsip orientasi praktis
i.
Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
j.
Prinsip belajar dari kesalahan
k.
Prinsip terbuka
Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau instansi, terbatas sebagai fasilitator proses PRA. Hal ini tidak mudah untuk d ilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap
rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan
menempatkan warga
masyarakat sebagai pelaksana dan nara sumber utama dalam memahami keadaannya.
Kelemahan dan Bahaya dalam penerapan PRA 1. Sangat tergantung ketrampilan dan sikap fasilitator; 2. Keterpakuan pada kegiatan menerapkan teknik dan lupa bahwa sebenarnya teknik PRA hanyalah alat dalam proses pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat; 3. Kehilangan arah dan dangkal (banjir informasi); 4. Kembali melakukan penyuluhan satu arah (kebiasaan dahulu); 5. Karena
sifat PRA terbuka,
muncul
beda
pendapat dan
bisa menyebabkan
konflik; 6. Menanggpa PRA sebagai 'resep' (pendekatan fleksibel dan terbuka).; 7. Terpatok pada waktu (perlu waktu, j angan berburu-buru); 8. Merancang PRA dengan biaya mahal (walaupun teknik-teknik sederhana);
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 5
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
9. Masih mengutamakan target; 10. Partisipasi menjadi semu; 11. PRA menjadi rutinitas; 12. Masyarakat masih sebagai obyek; 13. Mengatasnamakan PRA (walaupun melakukan RRA); 14. Mengecewakan Masyarakat.
7.2.3.
Tahapan Dalam Proses Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif Persiapan Desa bersama wakil masyarakat (pimpinan, t okoh-tokoh dan /
atau koordinator setempat):
-
Menentukan tempat;
-
Menentukan waktu;
-
Mengumumkan kepada masyarakat;
-
Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang diperlu;
Persiapan dalam tim :
-
Menentukan informasi yang akan dikaji;
-
Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;
-
Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;
-
Membagi peran dalam Tim PM;
Melakukan kajian keadaan Kegiatan PRA:
-
Ulang menjelaskan maksud dan tujuan PRA;
-
Menyepakati waktu dan kegiatan / teknik yang akan dilakukan;
-
Membina suasana;
-
Menjelaskan teknik PRA dalam sub kelompok;
-
Melalukan teknik PRA;
-
Diskusi umum (pembahasan keadaan);
-
Pembuatan gambar (visualisasi);
-
Diskusi lebih lanjut (analisa masalah dan potensi);
-
Presentasi dan diskusi.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 6
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
7.2.4.
Perumusan Hasil Pra
Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua hasil PRA perlu dirumuskan
pada
suatu
laporan. Kemudian suatu presentasi perlu
disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya bersama beberapa wakil masyarakat,
dilakukan oleh Tim Fasilitator
misalnya yang aktif dalam
pelaksanaan PRA.
Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas besar sebagai bahan memiliki
informasi
presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat
tersebut.
Isu-isu
yang
penting
dalam laporan dan presentasi
meliputi:
7.2.5.
Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik maupun sosial);
Masalah-masalahyangdihadapiolehmasyarakat;
Potensiyangadadidesasertapeluangpembangunan.
Lokakarya / Musyawarah Masyarakat :
MempresentasisemuahasilPRA;
Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk mempertajamtemuan;
Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi, kesempatan, masalah dan
kemungkinan
pengembangan program oleh masyarakat.
7.2.6.
Perumusan Hasil Pra
Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua hasil PRA perlu dirumuskan
pada
suatu
laporan. Kemudian suatu presentasi perlu
disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya bersama beberapa wakil masyarakat,
dilakukan oleh Tim Fasilitator
misalnya yang aktif dalam
pelaksanaan PRA.
Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas besar sebagai bahan memiliki
informasi
presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat
tersebut.
Isu-isu
yang
penting
dalam laporan dan presentasi
meliputi:
-
Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik maupun sosial);
-
Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat;
-
Potensi yang ada di desa serta peluang pembangunan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 7
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
7.2. KEBERLANJUTAN PLTMH ASPEK TEKNIS 7.2.1.
Reliabilitas Mikrohidro
Reliabilitas teknologi
mikrohidro
sangat
bergantung
pada
reabilitas masing-masing
subsistem : Weir, Intake, Headrace, Forebay, penstock Power House, turbin, generator, tailrace.
panel, contr oller, ballast, transmission system,
setiap
Rel iabil ta s yang
sub sistem mencerminkan reliabilitas keseluruhan
engineering ada
dua
sistem tersebut.
elemen
Pertama
dalam
upaya
sifat robust
perawatan yang dilakukan pada
untuk
sistem. Dari sudut pandang
mengelola
komponen- komponen sub
yang dipasang,
komponen
baik
yang
kedua
komponen tersebut ketika sistem itu berjalan. Melihat
kualitas komponen yang sesuai pada pembangkit mikrohidro adalah melihat sejauh mana perawatan dan kualitas komponen berjalan sebagaimana mestinya untuk memenuhi
fungsi setiap komponen. Dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro untuk pe l i stri k an desa banyak
f a kt o r
yang
harus
diperhatikan
a g a r pembangunan tersebut
dapat
dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia- sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan
pada studi kelayakan sebagai kelanjutan studi terhadap potensi alam dan sumber daya setempat. Keakuratan
kajian
data
ha sil
studi
kel ay ak an
akan
menent uk an
keberhasilan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro. Study kelayakan dan engineering Design ini meliputi desain teknis bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi hingga analisis finansial
dan
desain
penyiapan
kelembagaan
Mikro/Minihidro. Desain teknis ini harus menerapkan
teknologi yang
telah
dilakukan
teruji agar
Pembangkit
secara
Listrik
tepat
pembangkit
akurat,
Tenaga dengan
listrik mempunyai
kehandalan yang baik. Setelah tahapan tersebut selesai dilakukan, mengingat potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro sangat besar dan manfaat dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro dapat dijadikan salah sebagai satu pengembangan masyarakat
Mikro/Minihidro beserta
setempat,
maka teknologi
faktor pemicu bagi
Pembangkit
Listrik Tenaga
seluruh aspek sosial ekonominya perlu difahami dengan baik
oleh sumber daya lokal di daerah. Dengan demikian pasca implementasi fisik PLTMH perlu dilakukan
alih teknologi dan
transfer pengalaman berbagai dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro.
aspek
yang berkaitan
Untuk itu dimensi kualitas sistem pembangkit mikrohidro dari hasil pengamatan fisik merupakan salah
memenuhi
satu cara untuk
menentukan apakah sebuah
pembangkit
itu
fungsinya secara baik atau malah tidak sesuai. Hasi pengamatan setiap
subsistem akan memberikan kita sebuah kesimpulan: 1) proses studi kelayakan, konstruksi pembangkit mikrohidro dalam
hal
sesuai
dan
memenuhi
aspek-aspek
rekayasa
teknologi; 2) proses perawatan memenuhi teknik yang sesuai dengan ancaman yang mungkin terkait dengan
proses kegagalan,
efektivitas pembiayaan komponen, dan
dukungan aktif operator dalam perawatan dalam upaya menjamin aset fisik pembangkit
mikrohidro
sehingga
dapat
memenuhi f ungsi yang diemban
Perawatan yang handal akan terpusat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
pada
secara terus-menerus.
sifat reliabilitas perawatan yang sangat
Bab VII - 8
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
dipengaruhi
oleh konteks
un tu k menentukan
pembangkit
apa
yang
mikrohidro
terus
pembangkit dan distribusi
Sebu ah
perawatannya.
mesti dapat
dilakukan
proses untuk
memenuhi
yang
digunaka n
menjamin
fungsinya.
aset
Misalnya
fisik
komponen
sangat dipengaruhi kapabilitas kemampuan memasang
dan
melepas bantalan, penyebarisan pembawa mekanik, pelumas dan pelumasan, instalasi kelistrikan pada
mesin, perawatan pencegahan, perawatan prediktif, dan perawatan
korektif merupakan sesuatu yang pasti dilakukan untuk memenuhi tujuan awalnya sebagai menjalankan fungsinya.
mesin,
perbaikan
Maka oleh karenanya bongkar
dan
penyiapan
suku
rekondisi
cadang, pembersihan headrace, intake,
forebay, intake gate, melamak, memeriksa saluran
sebuah
pasang mesin,
air
menuju pen stock merupakan
kemampuan dalam membangun sistem perawatan mandiri yang dilakukan
oleh operator. Termasuk dalam hal ini mampu membangun sistem perawatan terencana yang meliputi sistem perawatan preventif, korektif, prediktif dan
produktif untuk
komponen pembangkit mikrohidro dengan teknologi konvensional. Dalam melakukan perawatan pembangkit
mikrohidro
mengoptimalkan efisiensi aset
dengan
cara
menentukan proses-proses, teknologi dan perubahan metode yang diperlukan di dalam
sub-sub sistem, dan memberikan cara untuk meningkatkan kualitasnya adalah sesuatu yang penting untuk dimensi kua l it a s. Disamping itu, Operator
dapa t men g anda l k an
pen in gk a t an waktu ope ra siona l subsistem un tu k meningkatkan
utilitas. Ini akan
memberikan alternatif terhadap praktik perawatan yang ada. Dengan terus mengacu pada konsep realibilitas, ini akan meningkatkan keahlian
teknis dalam
bidang perawatan terutama
Perawatan pembangkit
perancangan mesin kemampuan
mikrohidro
dan
prediksi
efisiensi aset dengan
teknik
pada
memberikan
diagnostik,
mesin.
terkait dengan
menyediakan
mesin rotasi.
pengetahuan tentang
untuk
memberikan
Pendayagunaan
aset
konsep
keandalan
yang ditingkatkan
dan dan
operator akan mendapatkan efisiensi yang maksimal dari pembangkit mikrohidro.
7.2.2.
Menilai Kinerja Mikrohidro
Proses ini dapat dimulai dengan penilaian terperinci terhadap perilaku atau mekanisme kerja turbin, transmisi mekanik dan generator, termasuk biaya komponen dan praktik perawatan. Ini akan menentukan masalah- m a sa l ah utama da l a m sistem pembangkit,
dan
me mun gkink an pembuatan sebuah
program
perbaikan
perawatan sehingga
kinerjanya bisa bagus. Proses perawatan dilakukan secara aktif sehingga keandalan
sistem makin terjaga. Analisa strategi perawatan perlu dilakukan di sini pada seluruh subsistem pembangkit
mikrohidro
dan
di setiap
sub sistem pembangkit,
akan
memungkinkan pembangkit untuk berfungsi kembali ke tugas-tugas utamanya, sehingga
memastikan
bahwa
aktivitas perawatan dapat
menambah nilai kepada
pembangkit sebagai kualitas yang dituju. Itu adalah
realibilitas
sebuah sistem perawatan yang
dilakukan dengan kemampuan mengamati subsistem secara prediktif dan terencana dengan efektif. Melalui proses yang telah ditetapkan, termasuk aktivitas pemantauan kondisi praktik kerja terbaik dalam perawatan, akar masalah dapat didiagnosa dan diambil tindakan
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 9
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
perbaikan, sehingga kejadian itu tidak terulang. Proses yang secara bertahap dapat mengurangi masalah
dan bergerak maju menuju praktik terbaik sebagai aktivitas yang
berkelanjutan dalam mengadopsi pengembangan teknologi mikrohidro untuk sedapat
mungkin meningkatkan kinerja sistem pembangkit. Antara lain mencakup: Rekayasa ulang di masing-masing subsistem, dengan
solusi perancangan komponen;
sistem kebersihan
minyak untuk me mpe rl a ma u sia pelumasan, dan dampak kontaminasi; penggunaan alat bantu pemantauan kondisi. Sebenarnya penilaian
tampak
meminimalkan
fisik, weir, intake, headrace, for ebay , penstock, power
house, turbin, generator, panel, controller, ballast, transmission system, tailrace dapat dijadikan
ukuran kualitas dari standar komponen yang
dipakai
dan
bagaimana mekanisme
perawatan yang telah dilakukan selama ini. Kehandalan ini terlihat dari pengamatan di
lapangan
terutama
terkait dengan
dokumentasi kerusakan
yang terjadi dan tingkat
kerusakan apakah bersifat fatal atau minor. Sistem penilaian yang diambil berdasarkan pandangan subsistem dan komponen itu baik selama ia melakukan fungsinya (berfungsi)
dan tidak ada indikasi bahwa itu akan mengalami kerusakan. Penilaian ini dapat ditelusuri dari masing- masing subsistem atau menggunakan output yang diharapakan dari sistem itu secara keseluruhan. Dari hal tersebut kita dapat menilai bahwa sistem itu berjalan baik dengan kualitas baik.
Perawatan berkala dilakukan untuk menjamin keberlanjutan PLTMH aspek teknis
7.3. NILAI EKONOMIS PLTMH Ada aktivitas untuk penyediaan energi yang kompetitif untuk kebutuhan industri perdesaan atau industri rumah tangga adalah
adalah
di
indikator berikutnya yang dinilai. Ini
tindak lanjut dari usaha produktif dimana telah mencapai posisi pada skala
industri. Ini dinilai dari sifat kompetisi dibandingkan dengan produksi yang dilakukan di lokasi lain, maka produksi di lokasi ini lebih kompetitif, karena faktor denominator dari penyediaan energi yang murah dan lokasi yang dekat antara
Desain PLTMH Bpiri Koragi
bahan mentah dengan
Bab VII - 10
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
tempat produksi yang dilakukan akibat adanya sistem pembangkit mikrohidro yang menghasilkan energi. Ini terkait dengan uraian tentang teori pembangunan seimbang (Balanced growth) dan tidak seimbang (unbalanced growth). Dalam hubungannya dengan pembangunan daerah, yang dimaksudkan dengan pembangunan seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata di berbagai daerah, sehingga setiap daerah mencapai tingkat kelajuan pembangunan yang sama. Ada pula pendapat yang berbeda yang memaksudkan pembangunan seimbang itu sebagai usaha pembangunan yang menumpahkan perhatian yang seimbang terhadap sektor usaha maupun sektor pertanian, sehingga kedua sektor tersebut bukan saja dapat berkembang
dengan
baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan lainnya.
Pembangunan seimbang adakalanya diartikan pu la sebagai pembangunan yang bukan saja menitik beratkan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi juga menumpahkan perhatian yang sama pentingnya kepada pengembangan berbagai aspek dari kehidupan pendidikan, kesehatan, dan sosia l. Kalau berbagai pandangan yang mengemukakan tentang perlunya pembangunan seimbang diperhatikan, maka
pada
hakekatnya alasan utama
yang menimbulkan
perlunya
pembangunan seimbang adalah menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi hambatan- hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga manusia, sumber tenaga (air dan listrik), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar maupun (ii) memperoleh pasaran untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksikan. Dengan demikian pembangunan seimbang itu dapatlah didefinisikan sebagai usaha pembangunan yang berusaha mengatur
program penanaman modal secara sedemikian
rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan-hambatan yang
bersumber
dari
penawaran maupun permintaan. Keadaan
yang sebaliknya
merupakan definisi dari pembangunan tidak seimbang. Istilah tersebut digunakan menyatakan bahwa program
untuk
pembangunan disusun secara sedemikian rupa sehingga
dalam perekonomian tersebut akan timbul kelebihan
dan kekurangan dalam berbagai
keperluan di berbagai sektor sehingga menimbulkan distorsi-distorsi dan ketidakstabilan dalam perekonomian. Kalau perekonomian ingin dipertahankan supaya terus maju ke depan, tugas dari kebijaksanaan pembangunan adalah untuk mempertahankan kestabilan terhadap goncangan-goncangan, disproporsi dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 11
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Keterampilan Sumber Daya
Peningkatan Modal Publik
Respon Teknologi
manusia
Prioritas Program
Prioritas Fiskal
Instrumen Pengungkit Pertumbuhan Pembangunan
Pengembangan Teknologi
Penambahan Modal
Kerangka Pikir tentang Peran Teknologi terhadap Pembangunan
Tesis ini relevan dengan pengembangan tenaga mikrohidro. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini dalam upaya mempertinggi tingkat penanaman modal dan peningkatan kualitas teknologi untuk dapat
melepaskan diri dari belenggu perangkap
tingkat keseimbangan rendah (the low level equiblirium trap). Mikrohidro akan mendorong tingkat keseimbangan ini, untuk mengatasi asumsi-asumsi pada tingkat pendapatan per kapita
yang
rendah,
pertumbuhan dalam
tingkat penanaman modal pendapatan lebih rendah.
juga rendah
dan
penyebabkan
Dalam keadaan demikian tingkat
kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsisten. Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar dan pengembangan kemampuan teknologi, yang dapat
menjamin
menciptakan
perbaikan
agar dalam jangka panjang dalam
tingkat per tumbuhan
ekonomi
tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga dalam hal
ini, pengembangan mikrohidro menjadi relevan. Mikrohidro mempunyai fungsi ekstens secara ekonomi. Pertama dengan adanya energi yang cukup di perdesaan akan memberikan akses pengetahuan terutama terkait dengan alat-alat telekomunikasi dan media broadcasting. Sehingga sumber daya manusia pun kualitasnya meningkat. Mikrohidro juga dapat dijadikan atau mempunyai peran teknologi dalam peningkatan kualitas pengolahan hasil-hasil pertanian, sehingga nilai tambahnya naik. Dan terakhir mikrohidro akan meningkatkan kemampuan institusional masyarakat terutama terkait dengan perlunya manajemen modern dalam melakukan kegiatan operasional, ekonomi maupun sosial. Upaya ini telah dilakukan untuk mikrohidro yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ini dikarenakan potensi energinya cukup besar dan tersebar. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro dapat dilakukan melalui dua pola, yaitu off-grid dan on-grid. Pola off-grid dilakukan di desa - desa yang belum terjangkau jaringan listrik PLN.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 12
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Pola on-grid dilakukan di desa-desa atau daerah-daerah yang sudah terjangkau oleh jaringan PLN sehingga listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN. Penjualan listrik Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro ke PLN telah ditentukan oleh Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1122K/30/MEM/2002 tanggal 12 Juni 2002, yaitu hal Pembangkit Skala Kecil Terbesar
/
PSK Tersebar. Masyarakat, baik itu perorangan, perusahaan kecil dan koperasi, dapat berpartisipasi membangun pembangkit listrik skala kecil energi terbarukan energi air) dengan kapasitas maksimum 1 MW.
(termasuk
Sektor energi, khususnya penyediaan listrik, memiliki kedudukan strategis dalam mendukung percepatan pembangunan di
wilayah perdesaan, terutama dalam upaya
melakukan transformasi atau perubahan dari masyarakat
yang bersifat agraris menjadi
masyarakat yang lebih bersifat agroindustri. Ketersediaan listrik di perdesaan sebagai salah satu bentuk energi yang siap pakai akan mendorong:
Peningkatan produktivitas dan kegiatan ekonomi baru (seperti di bidang agroindustri).
Peningkatan sarana pendidikan dan kesehatan.
Peningkatan lapangan kerja baru.
Permasalahannya saat ini, kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai ujung tombak
pelayanan
kebutuhan
pengembangan jaringan,
listrik
memiliki
keterbatasan.
Besarnya
terbatasnya kapasitas pembangkitan tenaga
terbatasnya kemampuan berinvestasi menjadi kendala utama.
investasi listrik dan
Dengan kesadaran adanya
keterbatasan Perusahaan Listrik Negara (PLN), kegiatan promosi pengembangan listrik perdesaan telah meluas melibatkan banyak pihak, baik departemen pemerintahan, pemerintah daerah, swasta bahkan kelompok swadaya masyarakat.
Salah satu sumber
energi yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik adalah tenaga
air skala kecil yang lebih dikenal sebagai
Pembangkit
Listrik Tenaga
Mikro/Minihidro. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro merupakan bentuk pemanfaatan tenaga air dalam skala kecil, yang
biasanya dibangun di daerah terpencil yang tidak terjangkau
oleh jaringan listrik nasional. Pembangkit
Listrik Tenaga
penerangan
masyarakat
Mikro/Minihidro memasok perdesaan
dan
juga
kebutuhan untuk keperluan
melayani kebutuhan industri kecil
perdesaan dalam hal penyediaan energi listrik. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro, lebih dikenal dengan Mikrohidro, beranjak dari pemanfaatan energi air yang melimpah agar dapat dilakukan penghematan sumber energi lain seperti minyak bumi dan kayu bakar. Penggunaan listrik yang dihasilkan diarahkan untuk pemakaian yang bersifat produktif agar dapat mendorong aktivitas ekonomi perdesaan. Penggunaan dan pengelolaan khususnya Mikrohidro oleh masyarakat perdesaan merupakan media bagi usaha pengembangan masyarakat.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 13
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi permanen pasokan listrik bagi suatu lokasi seyogyanya dipandang dengan dua cara :
7.3.1.
Keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya dan Keberlanjutan layanan listrik setelah itu.
Keberlanjutan operasi suatu PLTMH sampai berakhir umur pakainya sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat pengguna untuk membiayai
operasional
dan perawatan.
Selanjutnya jika diinginkan layanan listrik tetap berlanjut setelah berakhirnya umur pakai PLTMH tersebut, maka harus ada mekanisme yang memungkinkan masyarakat pengguna mampu
membangun PLTMH baru.
Akan lebih baik lagi jika dalam
pembangunan
berikutnya juga memperhitungkan peningkatan kebutuhan listrik di masa mendatang. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PLTMH harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya bersumber dari iuran listrik yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh karena itu besarnya iuran atau tarif listrik seharusnya ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Pada akhirnya, keberlanjutan PLTMH akan bergantung pada kemampuan bayar masyarakat pengguna. Untuk dapat meningkatkan kemampuan bayar, adanya layanan listrik PLTMH seharusnya dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.
7.3.2. A.
Aspek Ekonomi Yang Mempengaruhi Keberlanjutan Pltmh : Pembiayaan Pembangunan
Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar.
Pada
umumnya biaya pembangunan berasal dari luar masyarakat
terbatasnya kemampuan pembiayaan oleh masyarakat.
pengguna karena
Tetapi kontribusi masyarakat
juga tetap diperlukan untuk menekan kebutuhan biaya. Biaya dari luar dapat berbentuk: (1) Hibah, (2) Pinjaman, (3) Investasi. Sedangkan kontribusi dari masyarakat bisa berbentuk:
(1) Materi, (2) Tenaga, (3) Uang. Sampai
saat
berbentuk
ini, sebagian
besar
dana
hibah. Artinya masyarakat
dari
luar untuk
pengguna tidak perlu mengembalikan dana
pembangunan. Meskipun demikian, bukan berarti masyarakat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
pembangunan PLTMH
tidak perlu membayar
Bab VII - 14
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
biaya penyusutan nilai asset.
Demi keberlanjutan PLTMH, biaya penyusutan perlu
diperhitungkan dalam penetapan iuran listrik sehingga pada saat PLTMH selesai umur pakainya telah tersedia dana
yang cukup untuk membangun PLTMH baru sebagai
pengganti.
Pada
kasus dana
dalam
pembangunan berasal dari pinjaman,
pinjaman
mengembalikan
dapat
menjadi
kemampuan masyarakat
indikasi untuk diperolehnya lagi
pinjaman serupa di waktu mendatang. Begitu juga jika dana pembangunan merupakan investasi, kembalian
investasi yang dipe r o l eh dapat menjadi indikasi k el a y a k an
investasi se r upa. Persoalannya, pembiayaan pembangunan PLTMH menggunakan dana- dana
komersial cenderung
diupay a k an skema-skema
tidak layak secara ekonomis.
khusus agar PLTMH dapat
Untuk itu perlu
dibang un menggunakan dana
pinjaman atau investasi. Berkaitan
dengan
seharusnya
program
dapat
diupayakan agar
pembangunan
mendorong
pengembangan PLTMH
perdesaan,
pemberdayaan
muncul swadaya masyarakat
masyarakat. Dalam hal ini perlu di dalam
komponen pembiayaan.
Bantuan bersubsidi penuh idealnya hanya digunakan pada kondisi tertentu. Besarnya kontribusi masyarakat dalam pembangunan PLTMH juga akan semakin meningkatkan rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun. Rasa memiliki ini pada akhirnya dapat
meningkatkan partisipasi dari masyarakat.
B.
Pembiayaan Pengelolaan
Selintas biaya operasional PLTMH terkesan murah karena air
yang
(bangunan
praktis sipil
tidak
perlu dibeli.
maupun
membutuhkan biaya
yang
Tetapi
biaya perawatan instalasi pembangkit
pembangkit listrik) dan tidak sedikit.
energi primernya adalah
jaringan
transmisi/distribusi
Apalagi jika terjadi
kerusakan
yang
mengharuskan perbaikan besar.
Biaya operasional dan perawatan meliputi: a. Biaya operasional rutin (gaji pengelola, biaya administrasi, dsb). b.
Pemeliharaan
dan
perbaikan
terjadwal
yang
besar
biayanya seharusnya
sudah dapat diperkirakan sejak awal. c. Perbaikan kerusakan-kerusakan tidak terduga. Komponen-komponen biaya tersebut harus diperhitungkan secara seksama.
C.
Penetapan Tarif Listrik
Keberlanjutan PLTMH akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan y ang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu tarif listrik perlu ditetapkan
Desain PLTMH Bpiri Koragi
sedemikian
rupa sehingga
dapat
menghasilkan
total
Bab VII - 15
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
pendapatan yang diharapkan. Tarif listrik yang terlalu rendah
pada
akhirnya
akan
merugikan masyarakat sendiri. Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PLTMH secara garis besar yaitu: a. Biaya modal, b. Biaya operasional dan pemeliharaan. Jika PLTMH dibangun
menggunakan dana pinjaman,
dibayar berupa angsuran dan bunga pinjaman. dana
maka biaya modal yang harus
Jika PLTMH dibangun
investasi, maka biaya modal yang harus dibayar
kembalian (r eturn) untuk dana
investasi Sedangkan PLTMH yang
berupa
menggunakan
penyusutan
dibangun
dan
menggunakan
hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna, sehingga
biaya penyusutan dan kembalian investasi tersebut menjadi milik masyarakat. Akumulasi uang dari penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana
Sedapat
cadangan untuk
investasi kembali ketika PLTMH yang ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah habis umur pakainya.
Biaya operasional
dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional
pemeliharaan dan
perbaikan terjadwal dan biaya
terduga.
rutin, biaya
perbaikan- perbaikan yang tidak
Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu dijelaskan
kepada masyarakat pengguna agar masyarakat bisa bersikap lebih bijaksana pada pada saat
musyawarah
penetapan
tarif.
Selain
itu
penetapan
tarif
juga
perlu
mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat, pemerataan dan rasa keadilan.
Penetapan iuran dengan melakukan musyawarah bersama seluruh masyarakat
D.
Pemanfaatan Untuk Kegiatan Ekonomi Produktif
Pada umumnya pemanfaatan listrik PLTMH oleh masyarakat perdesaan adalah untuk penerangan dan hiburan (televisi, radio, dsb) di malam hari. Sedangkan penggunaan
pada siang hari hampir tidak ada. Bahkan kebanyakan PLTMH hanya dioperasikan pada malam hari.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 16
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Penggunaan listrik untuk penerangan dan
kebutuhan rumah
tangga lainnya bukan
berarti tidak memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat.
Setidaknya
masyarakat bisa menghemat pengeluaran jika dibandingkan dengan penggunaan lampu minyak tanah atau generator diesel untuk penerangan. Namun dampak positif PLTMH akan semakin meningkat jika adanya layanan listrik juga mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan energi listrik pada siang hari.
Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat
sehingga
iuran listrik juga lebih lancar. Bagi pengelola PLTMH sendiri, termanfaatkannya energi pada siang hari akan semakin meningkatkan peluang untuk memperoleh pendapatan.
Penggunaan energi untuk kegiatan produktif
7.4. PEMANFAATAN ENERGI UNTUK UTILITAS PUBLIK Pemanfaatan energi untuk utilitas publik, misalkan pompa air untuk penyediaan air
bersih atau pengairan lahan pertanian, dan sebagainya adalah indikator yang harus dinilai terhadap akibat adanya pembangkit mikrohidro.
Ini juga menjadi
kunci dari
keberhasilan pengembangan mikrohidro terkait dengan fungsinya di masyarakat. Penggunaan energi akan menjadi tulang punggung
untuk pengoperasian beberapa
fasilitas publik. Penggunaan beberapa alat kesehatan di puskesmas pembantu adalah salah satu contoh.
Begitu juga dengan penyelenggaraan sekolah pada malam hari
untuk pemberantasan buta huruf untuk warga dewasa juga dapat dijadikan contoh lain. Warga bekerja di siang hari, dan belajar membaca di malam hari. Penggunaan pompa air untuk keperluan a ir pada lokasi lahan pertanian yang tidak dilalui irigasi termasuk peran yang diemban
oleh pembangkit
mikrohidro da l a m ut il it as pub lik.
Termasuk juga dengan pembuatan siste m pengelolaan air bersih dengan penggunaan alat sterilisasi, sehingga air langsung dapat diminum. Banyak hal yang dapat dibuat dengan adanya penyediaan energi bidang- bidang yang dapat
dijadikan sebagai alat bantu utilitas publik misalnya untuk
Desain PLTMH Bpiri Koragi
kesehatan:
alat
Bab VII - 17
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
di
kesehatan
puskesmas,
menggunakan
sterilisasi listrik,
pemanas
kesehatan ibu dan anak
susu
yang dikelola
kegiatan posyandu terkait
secara dengan
komunitas alat
peraga
lewat multimedia, senam pagi lansia dengan media pengeras
suara, kulkas pendingin untuk melindungi vaksin dari kerusakan, dan memberikan rasa nyaman untuk perawat, bidan, dan dokter untuk bertugas di desa tersebut. Untuk utilitas lain misalnya pendidikan antara lain: penggunaan komputer di sekolah, internet,
laboratorium
laboratorium keterampilan,
bahasa,
penggunaan
laboratorium IPA,
laboratorium multimedia, dan kegiatan- kegiatan sekolah lainnya yang dilakukan pada
malam hari.
Kegiatan ini bersumber pada
memahami pelajaran
tertentu dengan
literer . Ini membuktikan
bahwa
cara mempermudah anak didik untuk
menggunakan alat non verbal maupun non
mikrohidro akan merubah banyak terhadap utilitas
publik.
Inilah peran mikrohidro paling utama adalah percepatan p eningkatan ulilitas publik sebagai upaya
peningkatan standar
hidup.
Penerapan mikrohidro
berarti bahwa
rencana peningkatan utilitas publik terkait dengan sumber energi akan memicu untuk tujuan-tujuan besar utilitas publik terkait dengan pengentasan kemiskinan dan perbaikan
penyediaan
l ay anan-la y anan
umum.
Untuk
kesenjangan ekonomi dan sosial lintas daerah pembangkit mikrohidro. Desa tempat
mikrohidro dibangun
dapat
mencapai
tu juan-tu juan
ters ebu t,
dapat diatasi dengan menggunakan
memperkuat budaya
lokal dan juga dapat
merubah perilaku orang desa menjadi perilaku urban. Karena ada masalah pergeseran nilai ini maka mikrohidro juga diharapkan untuk dapat melestarikan perilaku orang desa seperti yang telah diatur dalam lingkup sosialnya denga mengandalkan kearifan budaya
lokal
dalam mengembangkan semua potensi desa termasuk pengembangan sektor industri kecil. Meski desa
memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, masyarakatnya tetap
mengutamakan kearifan budaya lokal dalam membangun desa ini. Masyarakat diharapkan memegang tradisi
dan mempertahankan kearifan budaya
lokal, melestarikan kesenian
tradisional serta menjaga tata dan perilaku hidup untuk dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Tata kehidupan yang baik dan potensi daerah
yang mendukungan akan mendorong
perekonomian masyarakat akan berjalan dan tumbuh dengan baik. Ini akan memudahkan pemberdayaan masyarakat sebagai faktor utama pengerak pembangunan. Ini disebabkan oleh masuknya pertimbangan tentang menerapkan kearifan budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari. Budaya lokal masih dirasakan dalam kehidupan warga masyarakat masih bergotong-royong, bahkan sikap empati dan simpati selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan budaya lokal dalam membangun desa perlu dipelihara sehingga bangsa ini tetap memiliki kepribadian dan jati diri yang kuat. Bentuk-bentuk kearifan lokal selain kesenian, budaya, dan tata kehidupan, terdapat satu bentuk kearifan lokal yang patut mendapatkankan apresiasi diantaranya pelestarian hutan. Masyarakat desa
yang
berpola
hidup
sangat
sederhana, yang
memiliki pandangan
berdasarkan nilai agama dan nilai adat biasanya sangat arif dan bijaksana dalam menjaga memelihara serta melindungi kelestarian hutan belantaranya. Karena adat
Desain PLTMH Bpiri Koragi
istiadat
Bab VII - 18
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
mengajarkan hutan adalah asal usul kehidupan yang kadang kadang dikeramatkan, dengan tata cara ziarah sangat khusus sehingga seluruh kawasan hutan tidak bisa sembarang dijamah siapapun. Ini akan menjadikan wilayah perdesaan di Indonesia sebagai wilayah pemukiman yang lebih berkualitas dengan tetap menjunjung kearifan budaya lokal.
Penggunaan energi untuk utilitas publik
7.5. KELEMBAGAAN OLEH MASYARAKAT Keberhasilan dan keberlanjutan sistem pembangkit PLTMH bergantung pada kesiapan lembaga dalam pengoperasian dan perawatan. Faktor kelembagaan sangat menentukan bagaimana sistem pembangkit terus berfungsi. Faktor ini dikenal faktor manusia yang menggunakan dan menggerakkan sistem tersebut dimana faktor tersebut sangat menentukan keberlanjutan dan usia sistem pembangkit. Bagian ini akan menjabarkan tentang dimensi kualitas kelembagaan. Kelembagaaan PLTMH,
telah menjadi perhatian
keberlanjutan mikrohidro selama
ini ada
dengan
anggapan bahwa titik kritis
pada aspek tersebut. Dimensi kualitas dari
kelembagaan fokus dalam memberikan akses penyediaan listrik di perdesaan terkait dengan: penyediaan energi listrik untuk penerangan keluarga; penyediaan energi listrik untuk Fasilitas Publik dan Masyarakat;
dan penyediaan energi listrik untuk Kegiatan Ekonomi Produktif.
Peran kelembagaan sangat menentukan keberlangsungan dan sistem umpan balik untuk pengembangan mikrohidro
terhadap utilitasnya.
Terdapat
kelembagaan di
tingkat
masyarakat desa terkait pengoperasian, pemeliharaan, dan pengelolaan kegiatan produksi dan distribusi energi lokal tenaga mikrohidro dapat menjadi ukuran tingkat keberhasilan
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 19
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
mikrohidro. Diantaranya, ada sebuah kegiatan rutin administrasi dan pembukuan/keuangan pengelola yang melibatkan masyarakat desa. Oleh karena itu, keberhasilan pengembangan listrik perdesaan berbasis mikrohidro akan sangat ditentukan oleh aspek kelembagaan yang dapat menjadi pedoman dan panduan bagi masyarakat dalam beraktivitas. Penyiapan dan penguatan kelembagaan pengelola PLTMH sangat diperlukan
guna
mendukung keberhasilan
program
listrik di perdesaan dan
menjamin keberlanjutannya. Lembaga pengelola PLTMH yang kuat secara langsung akan memperkuat masyarakat perdesaan yang diharapkan mampu memanfaatan listrik secara arif dan
bijaksana
serta berkelanjutan. Pemanfaatan listrik yang berkelanjutan akan
menggerakkan ekonomi perdesaan melalui berbagai usaha produktif, sehingga dengan lembaga pengelola
yang
kuat, secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan
ekonomi perdesaan. Kelembagaan akan memberikan
pendayagunaan PLTMH untuk pengembangan potensi
ekonomi masyarakat setempat yang
berbasis sumber daya lokal. Upaya itu memerlukan
peningkatan kesadaran masyarakat perdesaan dalam pemanfaatan dan pengelolaan PLTMH memperkuat kelembagaan pengelola PLTMH di perdesaan. Kelembagaan juga akan memberikan peningkatan kegiatan usaha produktif di perdesaan yang mendorong perekonomian perdesaan. Sekaligus, peningkatan kemampuan masyarakat baik teknis maupun non teknis dalam memelihara dan mengelola PLTMH sehingga PLTMH dapat dikelola
dengan baik dan berkelanjutan . Ini adalah
awal untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui program pembangunan PLTMH dan
upaya
pengelolaan lingkungan untuk menjaga ketersediaan sumberdaya air. Kelembagaan yang baik akan menopang budaya masyarakat perdesaan berkaitan dengan program
listrik
perdesaan. Masyarakat akan terbiasa berorganisasi dalam mendukung
program PLTMH sebagai kelembagaan yang ada di masyarakat perdesaan. Sehingga untuk itu diperlukan upaya mempersiapkan dan membentuk lembaga pengelola PLTMH sekaligus mengidentifikasi
kondisi
perekonomian masyarakat
perdesaan sebagai bentuk usaha
produktif yang dapat memanfaatkan energi bersumber dari PLTMH. Kegiatan kelembagaan akan mengutamakan pada upaya membangun rasa memiliki dan membentuk lembaga pengelola. Upaya yang harus dilakukan dalam bentuk sosialisasi program di masyarakat melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh masyarakat. Serta penyebaran informasi PLTMH dengan penyebaran media (pemutaran film, leaflet, poster serta media lainnya). Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintahan lokal dalam pembentukan lembaga pengelola PLTMH, membangun kesepakatan dan komitmen sehingga terbentuk dan adanya pengukuhan lembaga pengelola PLTMH. Selain itu perlu dilakukan memperkuat kelembagaan dalam bentuk pelatihan keorganisasian bagi lembaga pengelola PLTMH sehingga terbentuk komitmen diantara personal lembaga pengelola. Pembentukan komitmen itu diuraikan lagi dalam
menentukan tarif bagi
pelanggan dan pembuatan mekanisme kerja dalam mengelola PLTMH dan membuat deskripsi kerja para personal pengelola. Untuk sampai pada tahap tersebut maka perlu kegiatan penopang lainnya, misalnya pelatihan operator dan pengelolaan keuangan berupa
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 20
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
pemberian panduan administratif (form, buku kas, kartu langganan, log
book)
dan
panduan penyusunan. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga
Pengelola. Kelembagaan
akan
memberikan impak pada kegiatan assessment usaha produktif
di perdesaan sehingga
dimungkinkan
pengumpulan data dan
pengkajian
potensi kegiatan produktif berupa
identifikasi usaha produktif
yang
dapat
dikembangkan.
Dan
juga,
identifikasi
teknologi/peralatan dengan input energi PLTMH yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif secara efisien dan ekonomis. Menilai dimensi kualitas kelembagaan adalah faktor penting dalam upaya pemilihan demosite untuk pembangkit mikrohidro. Kualitas kelembagaan yang baik tercermin dari proses kelembagaan yang sesuai dan fungsional seperti penjelasan di atas.
7.6. PELAKSANAN PELATIHAN Membangun kemandirian
desa membutuhkan keahlian dalam mengelola dan
mengolah
potensi dari desa tersebut. Membangun dan merawat sebuah pembangkit energi berasal dari pengetahuan tentang potensi daerah masing-masing untuk dikelola sebagai sumbersumber energi berkelanjutan bagi daerah
itu sendiri. Dengan
variasi kondisi alam dan
keragaman hayati di Indonesia, potensi masing-masing daerah pun akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola sumber tersebut yang terlihat dari kemampuan
memahami secara komprehensif tentang sumber
energi yang berkelanjutan dan strategi pemanfaatan serta pengelolaannya, disesuaikan dengan kondisi dan potensi sosial-ekonomi daerah tersebut. Pengetahuan yang parsial saja dapat menyebabkan suatu daerah memaksakan diri menerapkan sistem pembangkit energi dengan sumber- sumber yang sebetulnya tidak sesuai untuk daerah itu. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka ada masyarakat
perdesaan (capacity
membangun kemampuan
building) untuk menyediakan kebutuhan energi dari
sumber daya energi lokal, melalui pelatihan, Bimbingan
upaya untuk
pendampingan, atau
bimbingan
teknis.
dan pelatihan itu tidak sekedar hanya terikat pada topik energi semata, juga
menyentuh topik yang lebih luas, misalnya bimbingan keorganisasian dan pengembangan usaha produktif. Lalu juga ditambahkan dengan pengetahuan masyarakat
tentang
pengelolaan pemukiman, upaya memajukan pendidikan, kegiatan-kegiatan yang mendukung kesehatan masyarakat, dan peng embangan adat istiadat dan kesenian. Tujuan akhir dari kepelatihan tersebut adalah bagaimana masyarakat desa dapat melakukan perencanaan desa secara mandiri. Misalnya masyarakat diberikan bekal bagaimana dalam melakukan perencanaan pembangunan di tingkat desa. Hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah potensi desa, baik berupa sumber daya alam desa, maupun analisis lingkungan di dalam
dan
luar desa.
Ini mungkin salah satu materi yang menjadikan
desa bisa
merencanakan dirinya sendiri diawali dengan kemampuan pengelolaan mikrohidro secara mandiri. Bimbingan dan pengetahuan itu harus memasukkan sebuah kemampuan analisis dalam
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 21
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
melakukan perencanaan pembangunan di desa. Dalam analisis tersebut, masyarakat desa memahami masalah-masalah yang timbul di dalam desa. Misalnya, masalah tanah yang akan digunakan untuk pembangunan harus diketahui terlebih dahulu status kepemilikannya. Jika tanah tersebut merupakan tanah ulayat, maka harus ada izin dari kepala suku ulayat yang bersangkutan, sehingga setelah diadakan pembangunan infrastruktur tidak akan terjadi tuntutan di tengah masyarakat, sedangkan jika tanah itu miliki pribadi, maka harus ada bukti penyerahan tanah secara tertulis. Ini adalah salah satu contoh bagaimana masalah desa harus terinternalisasi lewat bimbingan dan pelatihan pada masyarakat desa sendiri. Kemampuan perencanaan
desa
lewat bimbingan
dan
pelatihan berdampak kepada
adanya efisien dan efektif terhadap program desa, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan sumbar daya alam, terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat, terwujudnya
kemandirian
dan
kemampuan pembiayaan desa,
serta
tersedianya sarana dan prasarana desa sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemampuan ini akan mendorong masyarakat desa tidak sekedar menjadi salah
satu
unsur
pembangunan
pemerintah. Misalnya setelah proyek pembangkit mikrohidro selesai, masyarakat
desa
mengetahui cara pengelolaan dan perawatannya. Ini hanya bagian kecil dari ide besar kepelatihan
untuk desa. Banyak hal lain dapat dilakukan dalam bimbingan
kepelatihan
masyarakat
desa.
Dapat
secara
dan
luas diharapkan pelatihan itu meliputi
pengetahuan masyarakat mengenai penyediaan tanah untuk pembangunan demi kebutuhan umum, peningkatan mutu pendidikan di tingkat desa, peningkatan infrastruktur jalan desa, penataan wilayah dan
struktur pemerintah desa,
penetapan ruang
wilayah
desa,
peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan desa. Pembangunan PLTMH dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan energi (listrik) perdesaan.
Pendekatan ini menyadari
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. Social preparation dalam pengembangan program listrik perdesaan perlu dilaksanakan mengingat masyarakat memiliki ‘kekuatan’ yang bila digali dan dikembangkan akan dapat menjadi kekuatan yang besar untuk pengentasan kemiskinan.
Masyarakat
kebutuhannya s endiri perlu difasilitasi agar
yang tentunya
lebih mampu
lebih memahami
mengenali permasalahan-
permasalahannya sendiri dan merumuskan rencana- rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dalam kaitannya dengan pengembangan listrik perdesaan, pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam (dalam hal ini adalah sumber daya air) oleh masyarakat lokal merupakan media pengembangan rasa percaya diri masyarakat, kemampuan kemandirian masyarakat beberapa negara berkembang
yang akan
menjadi
dasar
utama
tersebut. Pengalaman program listrik perdesaan di
menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat
lokal merupakan unsur penting dalam keberlanjutan program. Dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangkitan kemandirian, partisipasi merupakan komponen yang sangat penting. Tumbuhnya pembangunan
energi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
partisipasi masyarakat perdesaan secara
akan menjadi jaminan berlangsungnya
berkelanjutan. Untuk
itu
perlu
strategi
Bab VII - 22
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
pendampingan masyarakat yang dapat memaksimalkan tingkat partisipasi.
Pelatihan Administrasi untuk pengurus PLTMH
PelatihanTeknisuntukOperator
7.7. FAKTOR-FAKTOR YANG M EMPENGARUHI PERSIAPAN SOSIAL DARI OPERASIONAL PLTMH A.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program PLTMH harus selalu ditumbuhkan, didorong dan partisipasi selalu
dikembangkan secara
masyarakat
adalah
bertahap, konsisten dan
Jiwa
semangat solidaritas sosial, yaitu hubungan sosial yang
didasarkan pada perasaan moral
bersama. Partisipasi masyarakat
berkelanjutan.
bersama,
kepercayaan bersama
dan
cita-cita
sejak awal program akan lebih menjamin kesuksesan
dan keberlanjutan program. Berdasarkan
pengalaman dalam program PLTMH, pola partisipasi masyarakat
sangat
ditentukan bagaimana mekanisme proyek tersebut dilaksanakan. Partisipasi masyarakat tidak akan terjadi begitu saja, tetapi perlu pendekatan-pendekatan yang
Desain PLTMH Bpiri Koragi
tepat
dan
Bab VII - 23
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
mekansime proyek yang mendukung pola partisipatif. Untuk itu perlu perencanaan yang matang dan panduan proses yang tepat sesuai konteks lokal.
Adanya fasilitator dari luar
desa juga direkomendasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Pola partisipatif akan berjalan baik jika ada dukungan dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dan institusi lokal. Partisipasi masyarakat
dalam suatu program PLTMH meliputi aspek perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan proyek. Keberhasilan suatu proyek PLTMH sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat
dalam pembuatan
keputusan,
pelaksanaan,
mobilisasi
sumberdaya, pemanfaatan bersama dan evaluasi.
PartisipasimasyarakatdalampembangunanPLTMH
B.
Pemanfaatan Listrik dan Manajemen Energi
Listrik sangat dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan dalam memenuhi energi perdesaan untuk menunjang kegiatan memberikan
pembangunan perdesaan. Listrik diharapkan tidak saja
manfaat sosial bagi masyarakat, tetapi
keuntungan ekonomi
juga
mampu
melalui pemanfaatan untuk kegiatan usaha
memberikan
ekonomi produktif
yang dapat memberikan peningkatan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin. Perencanaan energi listrik oleh masyarakat sendiri perlu dilakukan agar energi listrik yang tersedia bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. kerja
dalam
rangka
Untuk itu perlu
penyusunan kesepakatan
yang
dirancang
suatu
memungkinkan
kerangka
masyarakat
perdesaan mengemukakan kebutuhan mereka dan memutuskan bagaimana jalan terbaik untuk memenuhinya sesuai dengan kapasitas pasokan listrik PLTMH yang ada. Permintaan daya listrik oleh konsumen akan cenderung meningkat seiring dengan semakin membaiknya kesejahteraan masyarakat.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Sedangkan potensi
pasokan
daya
listrik
Bab VII - 24
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
cenderung tetap,
kecuali ada
investasi tambahan pembangkit. Agar pasokan daya listrik
tetap terjaga, maka pola perencanaan penggunaan listrik yang sesuai dengan
kebutuhan
(bukan keinginan) masyarakat perlu disosialisasikan secara matang. Peningkatan permintaan daya listrik perlu dikendalikan misalnya dengan menerapkan tarif listrik yang lebih tinggi untuk konsumen yang menggunakan lebih banyak. Pengalaman juga menunjukkan bahwa setelah adanya PLTMH masyarakat
perdesaan
cenderung memanfaatkan listrik untuk kebutuhan konsumtif (seperti membeli TV, parabola, stereo set dan lain-lain), dan bukan untuk kegiatan produktif yang menghasilkan peningkatan pendapatan. Untuk itu, sejak awal perlu dilakukan peningkatan pemahaman masyarakat tentang
pemanfaatan listrik untuk peningkatan pelayanan sosial kemasyarakatan dan
pemberdayaan usaha ekonomi produktif.
C.
Pengembangan Kelembagaan
PLTMH dalam
konteks
pembangunan perdesaan dengan
masyarakat umumnya dikelola oleh masyarakat
pendekatan pemberdayaan
desa secara mandiri.
Berkaitan dengan
kepemilikan dan pengelolaan PLTMH tersebut, maka perlu ditelaah kebijakan pemerintah yang terkait erat dengan masalah ini. Kebijakan yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengelolaan PLTMH adalah
Peraturan Pemerintah/PP No. 3 Tahun 2005 dan
Undang-
Undang/UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (yang menggantikan UU No. 22 Tahun 1999). Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pada pasal 212 maka PLTMH yang merupakan bantuan pemerintah, baik pusat maupun daerah dapat dianggap merupakan milik pemerintahan desa, yang digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan PLTMH
sebagai asset desa, diserahkan pada mekanisme kesepakatan masyarakat dalam kerangka pemberdayaan masyarakat.
Mekanisme pengelolaan dan bentuk kelembagaan pengelola
PLTMH itu sendiri, secara teknis belum ada peraturan lain yang mengatur secara tegas. Akan tetapi, UU No. 32 Tahun 2004 mengakomodir bentuk kelembagaan milik masyarakat yang ada di desa, yaitu dalam bentuk kelembagaan informal (pasal 211) dan berbadan hukum (pasal 213).
Pasal 213 secara khusus memberikan kewenangan kepada kepala desa
untuk membentuk badan usaha milik desa (BUMD) yang berbadan hukum sesuai peratuan perundang-undangan. Aspek legal dari kelembagaan informal pada pasal 21 1 diberikan melalui peraturan desa yang dikeluarkan oleh kepala desa. Konsekuensi dari pasal 211 pada No. 32 Tahun 2004 adalah kelembagaan infor mal bertujuan pada pemberdayaan masyarakat.
sosial dan
UU
berorientasi
Hal ini sebenarnya sejalan dengan program PLTMH yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan perdesaan. Akan tetapi, karena keberlanjutan PLTMH finansial dari
sangat
ditentukan
oleh
kelangsungan
hasil pembayaran iuran listrik, maka pengelolaan PLTMH harus berorientasi
pada manajemen usaha yang baik. Jika pengelolaan PLTMH oleh masyarakat desa telah berjalan dengan manajemen usaha yang baik, maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkannya menjadi
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 25
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
badan
usaha
milik desa berbadan hukum yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh pasal 2 13 dalam UU No. 32 Tahun 2004.
Keputusan
menjadi BUMD harus sesuai kesepakatan dan aspirasi masyarakat desa itu sendiri dengan tetap memperhatikan aspek peningkatan keswadayaan masyarakat. Secara teknis, kemampuan masyarakat dalam mengelola PLTMH ditentukan oleh kapasitas SDM yang ada di daerah tersebut. Selain itu, sejarah pengelolaan listrik desa yang pernah ada juga ternyata menjadi bahan pelajaran penting bagi masyarakat dalam mengelola listrik secara mandiri. Dalam hal ini, karakteristik sosial budaya masyarakat akan sangat mempengaruhi pola kepemilikan dan manajemen PLTMH.
Beragam pilihan kelembagaan
pengelola dan manajemen dapat dipertimbangkan disesuaikan dengan konteks program dan kesepakatan dengan mas yarakat. Keberlanjutan ekonomi dari PLTMH juga ditentukan oleh rancangan pola manajemen PLTMH dan
kemampuan sumber
daya
manusia/SDM. Bentuk kelembagaan badan
pengelola
dalam hal ini tidaklah terlalu penting akan tetapi harus ditunjang oleh manajemen yang berorientasi bisnis.
D.
Dukungan Kelembagaan
Kesuksesan
listrik perdesaan pola
desentralisasi,
dalam
hal ini PLTMH mensyaratkan
pendekatan kelembagaan yang terkoordinasi antara kebijakan pemerintah yang kondusif dengan organisasi di tingkat lokal yang didukung oleh kelembagaan fasilitasi di tingkat regional maupun nasional (intermediasi) yang memiliki kemampuan beragam fungsi yang terkoordinasi. Dukungan kelembagaan tersebut terbagi atas tiga tingkat, yaitu: a. Tingkat nasional (pusat), perdesaan untuk
yang merumuskan kebijakan dan perencanaan listrik
memberikan
dasar
hukum dan pengaturan kerangka kerja
pengembangan sektor ketenagalistrikan perdesaan. b. Tingkat lokal, yaitu desa tempat pembangkit l istrik tersebut berada. c.
Tingkat intermediasi, yang memfasilitasi keterkaitan antara institusi nasional institusi ada
lokal yang
sesuai dengan
akan
menjamin
dan
bahwa perencanaan dan kebijakan yang
kebutuhan masyarakat
perdesaan. Intermediasi bisa jadi
dilakukan oleh LSM lokal, aparat pemerintah atau perusahaan swasta (konsultan) yang dikontrak oleh pemerintah. Dalam banyak kasus, lembaga intermediasi memberikan
bantuan
t eknis
dalam
hal penerangan,
fasilitasi
akan dan
perencanaan bagi masyarakat perdesaan. Gagalnya keberlanjutan PLTMH oleh masyarakat perdesaan lebih banyak karena faktor non teknis yaitu lemahnya fungsi intermediasi
dukungan institusi. Kegagalan institusi tersebut terutama
yang memfasilitasi kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
karena yang
menekankan aspek Social preparation berjalan kurang baik.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 26
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
E.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah merupakan aktor utama pembangunan dalam memberikan dukungan secara kelembagaan, melalui kebijakan-kebijakan baik di tingkat nasional dan regional maupun fungsi intermediasi yang berpihak kepada kepentingan masyarakat perdesaan. Program listrik perdesaan harus dikaitkan dengan pembangunan perdesaan yang terintegrasi. Listrik perdesaan membutuhkan dukungan pembangunan lintas sektoral menyangkut
pertanian,
ekonomi, teknologi tepat guna, pendidikan dan konservasi sumberdaya alam. Pembangunan perdesaan yang terintegrasi membutuhkan koordinasi antar instansi teknis dalam bentuk sinergi pada proyek maupun agenda kegiatan rutin. Dengan tujuan program PLTMH dapat berkelanjutan dan memberikan nilai tambah dalam peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat perdesaan, maka pemerintah diharapkan dapat melakukan:
Dorongan memberikan
kepada
instansi
perhatian
teknis yang
menangani program PLTMH agar
yang lebih besar pada
aspek social engineering yang
melibatkan konsultan teknis bidang pemberdayaan masyarakat swadaya masyarakat (LSM) lokal.
maupun lembaga
Pemanfaatan listrik untuk kegiatan usaha ekonomi produktif yang membutuhkan dukungan intermediasi di bidang pertanian, ekonomi dan teknologi tepat guna.
Perencanaan
PLTMH
yang
diintegrasikan
dengan
program pembangunan
perdesaan pada instansi teknis yang terkait. Dalam hal ini dibutuhkan komitmen dari para pengambil kebijakan sehingga kegiatan fasilitasi masyarakat dapat disinergikan dengan proyek-proyek lain pada desa-desa sasaran program.
F.
Dukungan Kelembagaan Lokal
Dukungan
kelembagaan lokal pada
masyarakat
sangat
penting
dalam menentukan
keberlanjutan pengelolaan PLTMH secara mandiri. Dukungan di tingkat lokal ditentukan oleh peranan para pemimpin formal (kepala desa dan perangkat desa) dan pemimpin informal (tokoh-tokoh masyarakat) yang ada, baik di tingkat desa maupun di tingkat yang lebih tinggi. Pengalaman dalam
pengelolaan PLTMH memperlihatkan bahwa
badan pengelola akan
berjalan optimal jika didukung oleh seluruh unsur kepemimpinan yang
ada
di
desa.
Kegagalan PLTMH seringkali diakibatkan lemahnya kapasitas badan pengelola akibat kurangnya dukungan para tokoh-tokoh
pemimpin
di desa.
Lemahnya
posisi badan
pengelola ini menjadikan partisipasi masyarakat juga rendah terutama dalam hal realisasi pembayaran iuran listrik yang sangat penting dalam keberlanjutan PLTMH. Peranan kelembagaan lokal juga dipengaruhi oleh faktor kapasitas SDM dan kondisi sosial budaya
masyarakat
desa.
Masyarakat
di perdesaan umumnya masih memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan sosok pemimpin
dan cenderung
menjadikan figur pemimpin sebagai tokoh yang dijadikan panutan dalam semua kegiatan pembangunan.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VII - 27
IMPLEMENTASI PLTMHBERBASIS M ASYARAKAT
Kelembagaan
lokal yang ada pada
masyarakat
perdesaan dapat dipandang sebagai:
Seperangkat aturan atau sistem nilai yang menjadi pedoman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di perdesaaan. Dukungan budaya
kelembagaan lokal yang didapatkan di sini berbentuk sistem dan
pola
kepemimpinan
di
desa
yang kondusif
bagi
sosial proses
pemberdayaan masyarakat dalam rangka persiapan sosial pengembangan PLTMH.
Lembaga/organisasi di perdesaan. Dukungan kelembagaan yang didapatkan disini berbentuk
adanya
kerjasama
atau
sinergi
yang
baik
dengan
organisasi/kelembagaan baik formal maupun informal yang ada di perdesaan.
G.
Fungsi Intermediasi
Dukungan institusi melalui fungsi intermediasi diberikan melalui kegiatan pendampingan dan bantuan teknis.
Masyarakat perdesaan sangat membutuhkan dukungan intermediasi,
karena lemahnya kapasitas
SDM dan akses terhadap sumberdaya (informasi, teknologi,
permodalan, dan lain-lain). Fungsi intermediasi ini dapat dilakukan oleh aparat pemerintah (instansi terkait), LSM lokal atau konsultan dalam bentuk bantuan teknis sebagai persiapan sosial. Peran LSM dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah akan sangat membantu proses pemberdayaan masyarakat. Pada penguatan kapasitas kelembagaan lokal diperlukan pihak luar yang mampu memerankan diri sebagai katalisator. Pihak luar itu bisa berupa orangorang atau institusi ‘sektor ketiga’ yang tidak berkaitan langsung dengan sektor publik dan sektor swasta. Pihak yang berada di sektor ketiga adalah koperasi, LSM atau lembaga adat. Pengalaman menunjukkan bahwa
masyarakat
tidak dapat
ditinggalkan begitu saja
mengelola PLTMH tanpa bantuan kelembagaan lain di luar masyarakat desa yang bertindak sebagai fasilitator. Perlu adanya suatu kelembagaan pendamping penguatan kelembagaan sosial di tingkat lokal.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
untuk
melakukan
Bab VII - 28
O&M
BAB VIII. OPERASIONAL D DAN PEMELIHARAAN Untuk menjaga keandalan dan kesinambungan operasional pembangkit maka perlu dilakukan prosedur operasional dan perawatan yang standar dan teratur. Manual petunjuk operasi dan perawatan untuk setiap pembangkit
mikro hidro harus disiapkan sebelum pembangkit
mulai beroperasi. Selain itu training untuk operator juga perlu dilaksanakan sehingga mereka benar-benar siap untuk diserahi segala kewajiban dan tanggungjawab dalam mengoperasikan dan merawat pembangkit. Pihak manajemen maupun operator harus mengerti hal-hal berikut :
Operator harus melaksanakan operasi dan perawatan pembangkit sesuai dengan manual dan
standard yang diberlakukan. Baik itu oleh pihak pabrikan maupun
pengelola.
Operator harus terbiasa dan mengenali semua
komponen pembangkit beserta
fungsi – fungsinya.
Operator harus selalu memeriksa kondisi fasilitas dan alat-alat pembangkit. Ketika dia menemukan suatu kerusakan atau keganjilan dia harus melaporkan kepada orang yang bertanggungjawab dan mengatasinya jika dianggap mampu.
Operator
harus
mencoba
kecelakaan. Dilakukan dengan
untuk
mencegah
segala
macam kerusakan dan
tindakan pencegahan berupa perawatan dan
penyediaan fasilitas pencegah kecelakaan.
8.1. OPERASI PEMBANGKIT A. Pemeriksaan Sebelum Operasi Sebelum pembangkit dijalankan operator harus memeriksa dan menjamin komponen dan fasilitas pembangkit berada pada kondisi aman dan siap beroperasi terutama setelah pembangkit berhenti lama, overal atau perbaikan. Bagian-bagian yang harus diperiksa pada umumnya adalah sebagai berikut : a. sistem penyediaan dan pembawa air (konstruksi sipil)
pastikan tidak ada struktur yang retak atau roboh.
tidak ada sediment atau lumpur yang berlebihan sehingga menghambat aliran air.
aman dari longsor dan banjir.
tidak terjadi kebocoran pada saluran air (headrace dan penstock).
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 1
O&M
b. peralatan electro-mechanic
pastikan turbin pada posisi yang benar, periksa dan kencangkan kembali baut-baut pada Angkor.
periksa ketegangan sabuk belt dan pulley.
periksa sambungan generator, grounding dan system pengaman.
periksa kembali pengkabelan controller, ballast load dan sistem proteksi.
c. transmisi dan distribusi
periksa kabel jaringan trasnmisi dalam
keadaan baik (tidak ada yang putus atau
tertimpa pohon, dll).
periksa tiang penyangga kabel masih dalam kondisi bagus, tidak miring, roboh atau keropos
periksa sambungan kabel ke cabang jaringan dari kemungkinanhubung singkat dan salah sambung.
B. Pengoperasian Berikut ini adalah langkah-langkah pengoperasian PLTMH (pada umumnya) : 1. Pastikan kondisi berikut ini (Persiapan)
buka pintu intake sehingga air mengalir melalui saluran pembawa.
semua MCB pada panel control pada posisi off.
katup
utama
turbin telah
dibuka sampai pressure gauge menunjukan angka
optimalnya (sesuai dengan head yang tersedia). 2. Buka guide vane / katup turbin perlahan lahan, sampai kondisi berikut ini :
tegangan pada posisi 220 – 230 V.
arus ke ballast load mencapai kira-kira 1/3 dari beban nominal (jika pakai kontrol).
frekuensi meter menunjukan angka pada range 48 – 52 Hz.
3. tambahkan bukaan guide vane turbin sampai pada posisi optimalnya dan arus ke ballast menunjukan 80 % dari arus maksimum. 4. pada panel nyalakan MCB ke beban (posisi ON), maka kondisi berikut seharusnya tercapai
amper e meter
beban
menunjukan sesuai
dengan
beban
yang
tersambung.
ampere meter ballast load berkurang dari posisi semula
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 2
O&M
C. Peran Operator Selama Operasi Normal Setelah pembangkit menunggu
di hidupkan
dan beban
ke konsumen
menyala, operator
harus
beberapa saat sampai kondisi pembangkit benar-benar aman dan normal.
Pada kondis beban puncak operator diharapkan ada di lokasi untuk mencegah overload sehingga
bisa membuka turbin lebih besar lagi. Untuk PLTMH yang tidak menggunakan
kontrol peran operator
sangat penting untuk menjaga
tegangan
dan frekuensi
generator stabil pada saat beban naik turun, sehingga operator harus mengunggui rumah pembangkit jika memungkinkan. Tindakan yang harus dilakukan operator
selama operasional
pembangkit diantaran ya
sebagai berikut :
Periksa struktur sipil dan saluran pembawa air dalam kondisi baik Bersihkan sampah pada trashrack yang menghalangi aliran air masuk penstock
Periksa katup utama turbin dan bukaan guide vane turbin sesuai dengan besarnya beban sehingga tegangan dan frekuensi listrik pada batasan nilai yang ditetapkan.
Periksa getaran dan suara dari generator dan turbin, jika getaran dan suaranya melebihi
ambang
batas
normal,
hentikan
pembangkit
dan
perbaiki
kerusakan/kejanggalan.
Periksa temperature bearing generator dan turbin, body generator dan control panel pada range yang normal dan aman.
Periksa setiap kondisi yang tidak normal, lakukan tindakan penanggulangan dan perbaikan, hentikan pembangkit jika dirasa perlu.
D. Menghentikan Pembangkit Untuk mencegah kondisi yang berbahaya bagi peralatan
pembangkit dan konsumen,
diperlukan prosedur penghentian pembangkit yang benar. Kondisi berbahaya dapat berupa pelepasan beban secara tiba-tiba yang mengakibatkan overspeed pada turbin dan generator. Berikut prosedur penghentian pembangkit : 1. Tempatkan semua circuit breaker beban pada posisi OFF
Arus beban (ampere meter) menunjukan angka nol
Arus ke ballast load akan naik sesuai kapasitas nominal pembangkit
2. Tutup guide vane turbin pelan-pelan sampai pada posisi tutup maksimum. 3. Tutup kembali pintu air intake dan buka pintu air penguras. Hal ini dilakukan terutama jika pembangkit akan dihentikan cukup lama atau saluran air (sungai) akan digunakan untuk keperluan lain, seperti irigasi dan keperluan rumah tangga.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 3
O&M
8.2. OPERASI PEMBANGKIT Selama
keadaan tertentu,
operasional
pembangkit
harus
dilakukan dengan teliti dan
hati-hati atau bahkan harus dihentikan untuk sementara waktu. Adapun keadaan darurat dapat berupa;
A.
Banjir
Hampir semua pembangkit mikro hidro pada kebanyakan lokasi dapat dioperasikan pada keadaan banjir. Bagaimanapun pada saat banjir dimana banyak lumpur dan sampah yang terbawa mungkin dapat masuk waktu dengan menutup pintu masuk intake. Setelah banjir mereda, operator harus mengecek kondisi saluran, pintu air dan membersihkan sampah dan lumpur yang masuk ke saringan dan saluran pembawa.
B. Gempa bumi Gempa bumi dapat mempengaruhi hampir semua komponen pembangkit. Dari mulai struktur sipil, elektro mekanik dan jaringan transmisi. Oleh karena itu setelah terjadi gempa bumi operator harus melakukan tindakan berikut ini : 1. Tutup pintu utama intake menuju saluran. 2. Periksa kemungkinan
kerusakan
pada
struktur sipil dari retak, longsor, bocor dan
kerusakan lainnya, segera perbaiki jika ada kerusakan! 3. Periksa kesejajaran shaft turbin dan generator dari kemungkinan pergeseran. 4. Periksa baut-baut dari kemungkinan longgar. 5. Periksa peralatan listrik dari kemungkinan kerusakan. 6. Periksa tiang listrik dan kabel dari kemungkinan roboh atau miring. 7. Lakukan perbaikan dan penanggulangan jika dianggap operasional pembangkit.
perlu dan dapat mengganggu
C. Kekeringan Turbin air dirancang untuk dapat beroperasi pada daerah range debit tertentu. Debit minimum yang dijinkan untuk operasional turbin telah ditentukan s ehingga turbin masih dapat beroperasi dengan baik. Pada tahap perencanaan seharusnya telah ditetapkan debit minimum air yang tersedia sepanjang tahun (musim kemarau), dimana dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan dan pemilihan turbin dan komponen lainnya. Bagaimanapun jika pada keadaan dimana air yang tersedia sangat kurang dan melebihi batas minimum yang diijinkan, sebaiknya operator menghentikan operasi pembangkit. Karena operasional terus menerus pada
kondisi tersebut efisiensi turbin akan jatuh dan bahkan dapat merusak
turbin.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 4
O&M
D. Kecelakaan Jika terjadi kecelakaan selama operasional pembangkit, misalnya ada bagian yang lepas atau konsleting listrik dll. Operator sebaiknya segera menghentikan pembangkit. Langkahlangkah yang dapat dilakukan diantaranya adalah: 1. Hentikan pembangkit dengan segera. 2. Berikan bantuan atau pertolongan jika kecelakaan menimpa orang. 3. Laporkan kejadian kepada orang yang bersangkutan (ketua, lurah,dll). 4. Selidiki penyebab kecelakaan dengan teliti. 5. Kembali operasikan
pembangkit
jika operator
dapat
menangani dan memperbaiki
penyebab kecelakaan dan kerusakan. 6. Hubungi pembuat peralatan jika operator tidak dapat menemukan dan memperbaiki kerusakan, minta petunjuk dan jika tidak yakin minta mereka untuk memperbaikinya
8.3. PERAWATAN Dalam
operasional
sebuah
PLTMH sangat
perlu
untuk
diketahui mengenai hal-hal
dasar yang terkait dengan tata cara pengoperasian, perawatan dan perbaikan sistem secara menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi masalah yang mungkin timbul serta perawatan sistem PLTMH secara
mandiri
oleh
operator
yang
ditugaskan
maupun
masyarakat secara umum sebagai pengguna. Adapun hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam opersional dan perawatan sebuah PLTMH adalah sebagai berikut :
A. Bangunan Sipil Bangunan
sipil
mempunyai
beberapa
bagian
penting
yang
perlu
diperhatikan
pemeliharaannya untuk memastikan lancarnya operasional dan kesinambungan suplai air ke pembangkit. Adapun bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan adalah :
Bendungan dan Intake
Periksa sisi bendungan dan intake dari gerusan air, terutama pada musim hujan untuk menghindari kebocoran dan retaknya bendungan.
Pastikan level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak berlebihan ataupun kurang terisi).
Tambahkan pelumas pada roda gigi dan ulir pintu air sebulan sekali.
Gunakan kunci pengaman pada pemutar pintu air jika sedang tidak digunakan untuk mencegah orang yang iseng.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 5
O&M
Kuras
bendungan 1-2
bulan sekali
untuk
menghindari penumpukan sedimen
dan kotoran.
Bersihkan sampah dan kotoran yang menyumbat saringan untuk memperlancar jalan masuk air secara rutin (minimal 1 hari sekali).
Lakukan
pengurasan intake untuk menghindari
terjadinya penumpukan sedimen
dan penyumbatan
Bak Pengendap Pasir
Dalam bak pengendap terjadi perlambatan laju air sehingga par tikel-par tikel ukuran
kecil akan
dengan
mengalami pengendapan didasar kolam sehingga sangat penting untuk
melakukan pengurasan secara teratur, untuk menghindari pendangkalan dan penumpukan sedimen yang nantinya dapat menghambat aliran air dan merusak turbin jika sampai masuk pipa pesat.
Salur an Pembaw a
Pemeriksaan akan terjadinya
kebocoran sepanjang saluran pembawa.
Periksa kondisi tanah disekitar saluran pembawa dari kemungkinan longsor terutama pada musim hujan.
Pembersihan saluran dari rumput
dan
tumbuhan yang menghalangi laju aliran air
sepanjang saluran.
Lakukan penyemenan ulang saluran.
jika ditemukan
kebocoran
dan keretakan pada badan
Bak Penenang
Periksa level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak melebihi batas minimum dan maksimum yang diperbolehkan).
Pastikan tidak ada sampah dan kotoran dalam bak penenang yang dapat terbawa masuk kedalam pipa pesat dan turbin.
Bersihkan saringan secara rutin.
Periksa akan adanya kebocoran lakukan perbaikan jika diperlukan!
Bersihkan
bak
penenang
dan
secara
keretakan
berkala,
pada
terutama
bak penenang. Segera
untuk menghindari
penumpukan sedimen didasar kolam.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 6
O &M
Pip a Pes Pesat (Penst (Penst ock)
Periksa penstock akan kemungkinan terjadinya kebocoran pada sambungan maupun maupun pada badan pipa.
Periksa baut dan sekrup pada
sambungan dan dudukan penstock (anchor) untuk
menghindari kelonggaran dan pergeseran posisi.
Periksa kondisi
tanah,
pastikan
tidak terjadi
longsor
atau pergerakan disekitar
penstock dan dudukannya.
Lakukan pengecatan pada penstock paling lama tiga tahun untuk menghindari menghindari kerusakan kerusakan akibat perkaratan.
Rumah Pembangkit
Bersihkan
lantai
dan
dinding power house house dari sampah dan Bersihkan Bersihkan peralatan
dan
perlengkapan dalam power house seperti turbin, generator dan panel. (hati-hati jangan menyentuh bagian yang ada tegangan!!! matikan pembangkit jika perlu).
Periksa tebing sekitar dan potong rumput se kitar power kitar power house.
Periksa saluran pembuangan turbin (tailrace) tailrace) bersihkan bersihkan jika ada lumpur dan sampah.
Periksa atap power hous h ouse e dari kebocoran, terutama pada musim hujan dimana air dapat berbahaya jika membasahi panel dan peralatan listrik lainnya.
Turbi n dan Kelengkapannya Kelengkapannya
Turbin dan kelengkapannya kelengkapannya harus dijaga dan dirawat untuk dapat menjamin kelancaran operasional PLTMH. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
Periksa mur dan baut yang ada pada turbin! Pastikan dalam keadaan kencang.
Berikan pelumas grease secara teratur (2-3 minggu minggu sekali) pada bagian-bagian yang yang berputar dan ulir, terutama bearing dan guide vane dengan dianjurkan
spesifikasi
yang
oleh pembuat/manufaktur Cek dan bersihkan bagian dalam turbin secara
berkala 3-6 bulan sekali. Pastikan tidak ada benda padat yang masuk k e dalam turbin.
Bersihkan bagian luar turbin dari kotoran dan air untuk mencegah perkaratan.
Periksa kondisi bagian-bagian turbin apakah terjadi pemanasan berlebihan, berlebihan, posisi yang janggal atau suara bising yang berlebihan.
Periksa baut baut pengunci pulley (transmisi mekanik) kencangkan jika terasa longgar, jaga belt agar tidak terkena grease atau air.
Kontrol tingkat ketegangan ketegangan belt belt tiga bulan bulan sekali, sekali, kencangkan kencangkan
atau kembalikan kembalikan
kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor terasa longgar, jaga belt agar tidak terkena grease atau air.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 7
O &M
Kontrol tingkat ketegangan ketegangan belt belt tiga bulan bulan sekali, sekali, kencangkan kencangkan
atau kembalikan kembalikan
kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor belt yang terlalu kencang akan menyebabkan menyebabkan bearing generator gen erator cepat rusak
Generator
Generator merupakan alat yang merubah merubah energi energi mekanik mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Generator dapat dihubungkan langsung dengan turbin atau melalui perantara sabuk transmisi (belt). Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan generator adalah sebagai berikut :
Periksa baut dan mur, pastikan dalam keadaan kencang.
Kontrol generator generator setiap hari untuk tingkat pemanasan yang berlebihan. Badan generator boleh hangat,
tetapi jika j ika telapak tangan tidak dapat diletakan dengan
santai diatas permukaan permukaan hal itu sudah di luar kewajaran.
Periksa akan adanya kebisingan, getaran yang berlebihan berlebihan dari generator dan bau yang tidak normal
Bersihkan ventilasi dan kipas generator dari kotoran dan debu (pada saat sistem berhenti).
Periksa tingkat ketegangan ketegangan sabuk transmisi transmisi (belt), (belt), kencangkan
jika terasa kendor kendor
dengan menggeser posisi roda gila.
Generator menghasilkan tegangan dan arus listrik yang berbahaya bagi keselamatan manusia. Jangan menyentuh menyentuh atau mengubah hubungan listrik pada saat generator bekerja.
Panel Kontr ol dan Swi Swi t ch
Kontrol elektrik elektrik merupakan merupakan bagian yang mengontrol energi listrik dari generator dan beban untuk memastikan bahwa listrik tersebut memenuhi standar yang diharapkan (tegangan, frekuensi frekuensi arus, dll) serta mendistribusikannya dengan aman ke konsumen melalui kabel transmisi dan distribusi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani menangani dan merawat merawat kontrol elektrik ini ini adalah sebagai berikut :
Pada saat pemeriksaan pastikan pembangkit dalam keadaan berhenti!
Periksa sambungan dan ikatan kabel, kencangkan bila longgar dan perbaiki/ganti jika terjadi kerusakan.
Bersihkan panel dari kotoran dan debu. Pastikan tidak ada air yang dapat masuk kedalam rangkaian panel.
Bersihkan tangki ballast, pastikan air tersedia dengan cukup.
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 8
O &M
Kontrol kabel pentanahan apakah apakah masih tersambung tersambung dengan baik pada kotak metal, metal, badan generator, penstok dan komponen logam lainnya.
Jari ngan Transmisi Transmisi dan Distr ibusi
Jaringan transmisi dan distribusi digunakan untuk menghantarkan menghantarkan energi listrik listrik ke konsumen yang biasanya pada tegangan rendah (220/380 (220/ 380 V). Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari empat kabel, 1 netral dan 3 line yang masing mempunyai tegangan sama (jika beban seimbang). Hal- hal yang dapat dilakukan untuk memelihara jaringan distribusi adalah :
No
Pemeriksaan sepanjang jaringan dari gangguan yang diakibatkan Gangguan /
Kerusakan
Penyebab
Penanggulangan
1 Suara atau getaran berlebihan dari dalam turbin
Dudukan bearing turbin longgar
Kencangkan baut pada dudukannya
Turbin terhambat kotoran
Bersihkan bagian dalam turbin dan periksa saringan pada bak penenang
pulley y 2 Putaran pulle tidak seimbang
Baut pada chasis/base frame ada yang longgar
Kencangkan mur dan baut
3 Putaran turbin dan generator tidak stabil (menyentak nyentak) atau belt berbunyi lebih keras dari biasanya
Baut penarik belt longgar
Kencangkan pulley dan cek kelurusannya dengan benang dan kencangkan kembali baut yang longgar
Masalah dengan sistem kontroler
Konsultasikan dengan pembuat alat kontrol mengenai penanganan
4 Temperatur bearing melebihi biasanya (tidak tahan dipegang oleh tangan)
Stempet/pelumasa n kurang
Beri tambahan stempet/pelumas
Banyak kotoran/stempet lama yang menumpuk pada bearing
Buka rumah bearing, buang stempet lama, bersihkan dengan minyak tanah dan isi dengan stempet baru
Terjadi pergeseran pada dudukan turbin atau generator
5 Laher poros Dudukan laher pulley ey terlepas generator pull
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Kontrol kedudukan baut dan kencangkan
Bab VIII - 9
O&M
terlalu panas Suara atau getaran dari laher turbin
Laher sudah aus
Ganti laher
Tegangan flat belt terlalu kencang
Kendurkan tegangan flat belt
oleh tumbuhan. Seperti pohon
roboh
dan
ranting yang menghalangi
jaringan
distribusi terutama jika menggunakan kabel telanjang.
Periksa kerusakan yang mungkin terjadi pada tiang penyangga kabel akan adanya kemungkinan roboh, keropos dll.
Periksa kabel-kabel penghantar terhadap kemungkinan kendor atau putus. Ganti jika dianggap perlu dengan jenis yang sa ma
Kontrol secara berkala sambungan keperumahan/konsumen.
Pastikan masih bagus, tidak ada pencurian daya dan instalasi ilegal.
8.4. PENGENALAN D AN PENANGGULANGAN GANGGUAN (TROUBLESHOOTING ) A. Peralatan Mekanik Gangguan/ Ker usakan 1 Turbin tidak berputar atau
No
Penyebab Kelebihan beban
kecepatanny a rendah
Penanggulangan Baca meter beban dan hitung beban terpasang kurangi pemakaian
bagian yang Periksa apakah ada penghalang berputar tidak bebas yang membebani putaran lepaskan/longgarkan jika ada Tidak cukup air
2 Kecepatan turbin Beban konsumen tinggi terlalu kecil
Beberapa elemen diballast rusak
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Periksa sakuran air dan intake Bersihkan jika ada sampah atau penghalang tambah air yang masuk ke intake
!
Kurangi bukaan guide vane turbin, pastikan tegangan dipanel pada 220 volt dan frekuensi 50 hz. Cek dengan multimeter dan ganti elemen atau sekering yang rusak
Bab VIII - 10
O&M
8 Pada rumah bearing keluar air
Baut penjebak air terlepas
Buka runner turbin, kencangkan/ganti baut yang longgar
"O" ring penjebak air Buka O ring dan ganti dengan rusak yang baru 9 Getaran/buny i coupling melebihi biasanya
Baut coupling lepas/longgar
Matikan pembangkit dan kencangkan baut yang longgar
Karet fleksible bearing rusak
Ganti dengan yang baru
B. Peralatan Elektrikal Dalam hal ini diasumsikan bahwa pembangkit menggunakan peralatan load controller (ELC atau IGC)
Gangguan/ Kerusakan
No
Penyebab
Penanggulangan
1
Saat dinyalakan lampu fuse ada yang menyala
Fuse gelas ada yang Segera matikan pembangkit. Ganti fuse gelas dengan yang putus sesuai dan cek wiring dari kemungkinan hubung singkat
2
Saat dinyalakan tidak keluar tegangan V-PH tetap pada nol Suara generator terdengar lebih keras
AVR rusak
Ganti AVR dengan tipe yang sama
Jalur generator ada yang konslet
Lakukan test resistansi untuk masing-masing fasa dan fasa netral pada jalur generator
Sikat arang generator (brush) habis
Periksa sikat arang dan ganti jika habis
•
•
3
4
Saat dinyalakan Ampere ballast tidak mau naik Freq. lebih dari 52 Hz
Ballast /HRC fuse konslet/putus
•
ELC perlu waktu untuk start
•
•
Saat dinyalakan control tidak berfungsi Freq >53 Hz V-PH > 230V
Module contr oller (mainboard) rusak atau kabel pada mainboard kendor
• •
Desain PLTMH Bpiri Koragi
•
•
Matikan pembangkit, test resistansi pada HRC fuse ganti jika rusak Jalankan turbin lebih cepat tegangan 220-230 V, tahan
Matikan pembangkit. Kencangkan baut pada mainboard, jika kesulitan hubungi manufaktur pembuat
Bab VIII - 11
O&M
5
Saat dinyalakan lampu PL r e ady menyala, tetapi kontaktor tidak mau dinyalakan
Kabel PUSH BUTTON kendor/putu
Saat dinyalakan kontrol dan kontaktor normal, saat MCB beban dinyalakan kontaktor selalu lepas
Beban konsumen terlalu banyak
Matikan pembangkit, kurangi/tertibkan beban dikonsumen
Daya turbin tidak maksimal
Tambah bukaan katup turbin
Konslet di jaringan
Lakukan pengukuran resisitansi masing2 fasa dan fasa netral. Temukan konslet sebelum dinyalakan kembali
7
Saat dinyalakan kontrol dan kontaktor normal, saat MCB beban dinyalakan MCB selalu jatuh kontaktor tidak lepas
Konslet di jaringan
Matikan pembangkit. Lakukan pengukuran resisitansi masing2 fasa dan fasa netral. Temukan konslet sebelum dinyalakan kembali
8
Saat pembangkit dinyalakan, beban konsumen padam
Terjadi overvoltage MCB pada AVR jatuh pada posisi OFF. Turbin runaway speed
Matikan pembangkit. Tutup katup turbin. ON kan kembali MCB AVR, nyalakan pembangkit
Ballast konslet
Matikan pembangkit. Test resistansi ballast. Catat jumlah dan daya ballast yang konslet. Ganti dengan ballast baru
6
9
Matikan pembangkit, kencangkan baut yang kendor
Coil kontaktor putus Ukur resistansi coil, ganti coil jika rusak
Ventilasi terhalangi Buka dan bersihkan Kotak panel kontrol (IGC/ELC) Kipas tidak berfungsi perbaiki/ganti panas
10 Arus pada ballast SCR mati sebelah tidak seimbang
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Periksa sambungan pada modul control, kencangkan konektor gate SCR
Bab VIII - 12
O&M
Ukur dengan multimeter dan ganti
Komponen pemanas pada ballast terbakar
Modul kontrol rusak Hubungi pembuat untuk diganti Periksa ampere meter R,S,T pada panel
Beban tidak seimbang
8.5. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Pembangkit
listrik tenaga
mikro hidro
merupakan
suatu system pembangkitan yang
cukup sederhana, tetapi dari mulai saluran masuk air hingga ke rumah penduduk terkandung resiko yang dapat membahayakan keselamatan manusia maupun peralatan lainnya, untuk itu perlu diperhatikan langkah langkah
dalam menanggulangi dan mengatasi bahaya.
Berikut ini diberikan panduan hal-hal yang harus diperhatikan oleh operator maupun masyarakat setempat untuk mencegah kecelakaan kerja
A. Struktur Sipil 1. Pastikan saluran air dan kolam penenang tidak dijadikan arena bermain anak-anak karena sangat berbahaya jika sampai terjadi kecelakaan. 2. Pastikan pintu-pintu air dikunci untuk mencegah orang yang iseng membuka atau menutup pintu air sehingga dapat menggangu atau membahayakan fasilitas PLTMH.
B. Rumah Pembangkit 1. Kunci rumah memasuki diketahui.
pembangkit
rumah
dan
pembangkit,
pastikan
hanya
orang
yang berkepentingan yang
jangan sampai ada anak-anak yang masuk tanpa
2. Pastikan semua bagian yang berputar seperti pulley, shaft turbine dan generator dilindungi oleh sangkar/pagar pengaman. 3. Pastikan semua bahan bahan metal/logam seperti panel listri k, turbin, generator telah di tanahkan (di grounding) untuk mencegah sengatan listrik (ke setrum) jika terjadi kebocoran arus listrik. 4. Rumah pembangkit harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan dan pastikan rumah pembangkit selalu dalam keadaan bersih. 5. Simpanlah sampah atau sisa-sisa oli, stempet/gemuk, plastik dan lain lain pada tempat yang telah disediakan dan buang ditempat pembuangan yang aman. Jangan dibuang
Desain PLTMH Bpiri Koragi
Bab VIII - 13