Definisi
Stomatitis berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti inflamasi (radang).[1] Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun pada mulut; seperti pipi, gusi (gingivitis), lidah (glossitis),[2] bibir, dan atap atau dasar mulut. Kata stomatitis sendiri secara bahasa berarti inflamasi pada mulut.Inflamasi dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri (seperti oral hygiene yang buruk, susunan gigi yang buruk), cedera mulut akibat makanan atau minuman panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (seperti obat-obatan, reaksi alergi, atau infeksi). Deskripsi
Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada mulut. Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait dengan kemerahan, pembengkakan, dan kadangkadang perdarahan dari daerah yang terkena.Bau mulut (halitosis) juga mungkin menyertai keadaan ini.Stomatitis terjadi pada semua kelompok umur, dari bayi hingga dewasa tua. Sebab dan Gejala
Sejumlah faktor dapat menyebabkan stomatitis, masalah umum pada populasi orang dewasa di Amerika Utara.Peralatan gigi yang kurang pas, pipi tergigit, atau gigi bergerombol dapat mengiritasi struktur mulut secara terus-menerus. Pernapasan mulut kronis karena saluran hidung yang tersumbat dapat menyebabkan jaringan mulut kekeringan, yang selanjutnya akan menjadi iritasi. Minum minuman yang terlalu panas dapat membakar mulut, dan berlanjut pada iritasi dan nyeri.Penyakit-penyakit seperti infeksi herpes, gonorrhea, campak, leukemia, AIDS, dan kekurangan vitamin C dapat menimbulkan tanda-tanda oral. Penyakit sistemik lain yang berkaitan dengan stomatitis termasuk Inflammatory bowel disease (IBD) dan Sindrom Behçet, suatu kelainan inflamasi multisistem dengan sebab yang tidak diketahui (idiopatik).
Stomatitis aftosa, juga dikenal sebagai Stomatitis aftosa rekuren (SAR),[2][3] adalah jenis spesifik stomatitis yang muncul dengan ulkus yang dangkal dan nyeri yang biasanya ada di bibir, pipi, gusi, atap atau dasar mulut. Rentang diameter ulkus ini dari bintik kecil hingga 1 inchi (2,5 cm) atau lebih. Walaupun penyebab SAR tidak diketahui; yang diduga adalah defisiensi nutrisi, khususnya vitamin B12, folat, atau besi.Stomatitis generalisata atau stomatitis kontak dapat terjadi akibat penggunaan berlebihan dari alkohol, merica, makanan panas, atau produk tembakau.Sensitivitas terhadap obat kumur, pasta gigi, dan lipstik, dapat mengiritasi lapisan mulut. Paparan terhadap logam berat, seperti merkuri, timah, bismut, dapat menyebabkan stomatitis.[3]
Stomatitis mikotik atau lebih dikenal sebagai Kandidiasis oris[4] adalah suatu jenis stomatitis yang disebabkan oleh infeksi jamur.[3]
Stomatitis herpetika adalah herpes simpleks yang mengenai mukosa oral dan bibir, ditandai dengan pembentukan vesikel kekuningan yang pecah dan menghasilkan ulkus tidak rata, nyeri, yang dilapisi dengan membran abu-abu dan dikelilingi oleh halo yang eritematous.[2]
Stomatitis medikamentosa adalah stomatitis akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan yang ditelan, diabsorbsi lewat kulit atau mukosa, atau diberikan dengan injeksi hipodermik. Gejala utama antara lain vesikel, erosi, ulkus, eritema, purpura, angioedema, rasa terbakar, dan gatal.[2] Diagnosis
Diagnosis stomatitis bisa saja sulit.Riwayat pasien mungkin menyingkap defisiensi nutrisi, penyakit sistemik, atau kontak dengan bahan yang menyebabkan reaksi alergi.Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi lesi oral dan masalah kulit lainnya.Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menentukan jika ada infeksi. Apusan mukosa mulut dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi mikroskopik, atau kultur mulut juga dapat dilakukan untuk menentukan jika kemungkinan agen infeksius adalah penyebab masalahnya. Perawatan
Perawatan stomatitis berdasarkan pada masalah penyebabnya.Pembersihan lokal dan oral hygiene yang baik adalah hal mendasar.Makanan bertepi tajam seperti kacang, tacos, keripik kentang sebaiknya dihindari.Sikat gigi dengan buku sikat lunak sebaiknya digunakan, gigi dan gusi sebaiknya disikat dengan hati-hati; pasien sebaiknya menghindari mengetukkan sikat gigi ke gusi.Faktor lokal seperti peralatan gigi yang tidak pas atau gigi yang tajam, dapat dikoreksi oleh dokter gigi.Penyebab infeksi biasanya dapat dirawat dengan obat-obatan.Masalah sistemik seperti AIDS, leukemia, dan anemia dirawat oleh dokter spesialis yang sesuai. Cedera mulut minor akibat minuman atau makanan panas biasanya akan membaik sendiri dalam seminggu atau lebih.
Masalah stomatitis aftosa yang kronis dirawat pertama kali dengan mengoreksi defisiensi vitamin B12, besi, atau folat.Jika terapi tersebut tidak berhasil, dapat diresepkan obat-obatan yang diaplikasikan pada tiap ulkus aftosa dengan aplikator kapas.Terapi ini berhasil pada sejumlah kecil pasien.Lebih terkini, perawatan laser karbon dioksida berdaya rendah telah ditemukan untuk meringankan ketidaknyamanan akibat SAR.Wabah stomatitis aftosa dapat dirawat dengan antibiotik tetrasiklin atau kortikosteroid.
Valasiklovir telah terbukti efektif untuk merawat stomatitis yang disebabkan oleh virus Herpes (Stomatitis Herpetika).
Pasien juga dapat diberikan anestesi topikal (biasanya gel lidokain 2%) untuk meringankan nyeri dan pasta protektif (Orabase) atau agen pelapis seperti Kaopektat untuk melindungi daerah erosi dari iritasi lanjut gigi, gigi palsu, atau kawat gigi. Perawatan Alternatif
Perawatan alternatif stomatitis secara garis besar melibatkan pencegahan masalah.Pasien dengan peralatan gigi seperti gigi palsu sebaiknya mengunjungi dokter giginya secara teratur. Pasien dengan penyakit sistemik atau masalah medis kronis perlu bertanya kepada penyedia pelayanan kesehatannya, jenis masalah oral apa yang dapat diperoleh akibat penyakit tertentu mereka. Pasien ini juga harus menghubungi klinik mereka saat tanda awal masalah.Sensasi umum perlu dilatih saat mengonsumsi makanan atau minuman panas.Penggunaan tembakau sebaiknya dihindari.Alkohol sebaiknya digunakan secara moderat.Obat kumur dan pasta gigi yang diketahui pasien menyebabkan masalah sebaiknya dihindari.
Kedokteran herbal dapat mendampingi dalam menyelesaikan stomatitis.Salah satu herba, kalendula (Calendula officinalis), dalam bentuk tingtur (ekstrak herbal berdasar alkohol) dan dilarutkan untuk kumurmulut, mungkin cukup efektif dalam merawat stomatitis aftosa dan manifestasi lain stomatitis.
Lebih terkini, sekelompok peneliti di Brazil telah melaporkan bahwa ekstrak yang dibuat dari daun Trichilia glabra, tanaman yang ditemukan di Amerika Selatan, efektif dalam membunuh beberapa virus yang menyebabkan stomatitis. Prognosis
Prognosis untuk kesembuhan stomatitis tergantung pada penyebab masalah.Banyak faktor lokal dapat dimodifikasi, dirawat, atau dihindari.Penyebab infeksius stomatitis biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan, atau jika masalahnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, dengan mengganti agen penyebab tersebut. Pencegahan
Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat dicegah dengan oral hygiene yang baik, pemeriksaan-gigi yang teratur, dan kebiasaan-diet yang baik. Masalah stomatitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik dapat diminimalkan dengan oral hygiene yang baik dan secara cermat mengikuti terapi medis yang diberikan oleh penyedia pelayanan kesehatan pasien.[3]
Faktor-faktor Penyebab Stomatitis atau Sariawan dan Cara Pengobatannya
adam_aphthous_stomatitis_19652.jpg Stomatitis atau sariawan sering kita lihat dan kita rasakan. Lalu apa itu stomatitis? Menurut drg J Bambang S dari RS Dr Mohammad Hosein Palembang, stomatitis adalah luka yang muncul pada jaringan lunak pada mulut.Luka tersebut kadang satu kadang beberapa bahkan ada yang berada diseluruh permukaan mukosa mulut.
’’Umumnya stomatitis dapat sembuh dengan sendirinya.Sariawan ini dapat terjadi karena tergigit, terkena duri ikan dan terkena sikat gigi, serta akibat kekurangan vitamin C,’’ujar dokter yang akrab disapa Bambang ini.
Namun, sambungnya, dengan semakin banyaknya penyakit seperti stomatitis itu harus diwaspadai.Adapun penyakit yang tanda-tandanya seperti sariawan adalah herpes.Herpes dapat muncul dimana saja termasuk di dalam mulut.
Penyebab Stomatitis
Stomatitis merupakan penyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan saluran kerongkongan.Jamur yang sekarang kebih dikenal dengan sebutan Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya.Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa mulut dan alat kelamin, namun adanya jamur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti.Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia.Jamur ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tahan tubuh manusia (imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang.Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa mengindikasikan penyakit yang lebih berat.Meski penyakit ini tidak begitu berat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Faktor Risiko Stomatitis
Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis diantaranya: 1. Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang. 2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa. 3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas. 4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. 5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anakanak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa. 6. Kelainan pencernaan.
7. Faktor psikologis (stress). 8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi 9. Pada penderita yang sering merokok. 10. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari. 11. Kekurangan vitamin C 12. Kekurangan vitamin B dan zat besi. Stomatitis ini sering menyerang siapa saja.Tidak mengenal umur maupun jenis kelamin.Biasanya daerah yang paling sering timbul sariawan ini adalah di mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit.
Gejala Stomatitis
Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau
Macam-macam Stomatitis
a. Mycotic stomatitis Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri.Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.
c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut.Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah.
Budtz-Jorgensenl mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacammacam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.
d. Aphthous stomatitis. Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi.Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus.Tipe sariawan ini tidak menular.
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya: 1. Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. 2. Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering).Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif. Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya: 1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS) Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini.Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus.Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa
labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal beka. 2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS) Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi. 3. Ulserasi herpetiformis (HU) Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecilkecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.
Cara Mengatasi Stomatitis
a. Bentuk Pengobatan Bentuk-bentuk pengobatan stomatitis : Obat kumur : Obat-obat pelindung Anestetik local Obat-obat antibakteri atau antijamur Kortikosteroid Untuk mengatasi penyakit ini dapat menggunakan beberapa jenis obat baik dalam bentuk salep, obat tetes maupun obat kumur. Saat ini sudah tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan, jika ternyata sariawan terlanjur parah, dapat digunakan antibiotik dan obat penurun panas (bila disertai demam), sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari, namun bila sariawan tidak kunjung sembuh, segera periksa ke dokter karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.
b. Pencegahan Stomatitis
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan : 1. Menjaga kebersihan mulut 2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi 3. Menghadapi stress dengan efektif 4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan 5. Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin 6. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian 1. Riwayat Kebersihan rongga mulut meliputi : mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit Frekuensi kunjungan ke dokter gigi Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pada mulut, lidah, atau tenggorokan. Masukan makanan setiap hari meliputi: jenis makanan, asupan vitamin dan mineral (vit.c, vit.b, dan zat besi) Penggunaan alcohol dan tembakau. Pemeriksaan fisik Bibir Dimulai dengan insfeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura. Gusi Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan warna. Lidah
Dorsal (punggung) diinspeksi untuk tekstur, warna dan lesi. Rongga Mulut Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit. b. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi atau trauma kimia atau mekanis. 2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral atau gigi. 3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan intake cairan yang kurang. 4. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan. 5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengobatan. 6. Risiko terhadap infeksi yang behubungan dengan penyakit. 7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit. d. Intervensi Keperawatan 1. Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi atau trauma kimia atau mekanis. yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral atau gigi. Intervensi keperawatan : Peningkatan perawatan mulut Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat Meningkatkan control infeksi 2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, Peningkatan perawatan mulut Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat 3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan intake cairan yang kurang. Intervensi keperawatan : Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat Control intake dan output cairan pasien
4. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan. Intervensi keperawatan : Meminimalkan ketidaknyamanan dan nyeri Melakukan tindakan distraksi dan mengajarkan klien melakukan teknik relaksasi untuk meminimalisir nyeri 5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengobatan. Intervensi keperawatan : Mendukung citra diri positif Meningkatkan komunikasi efektif 6. Risiko terhadap infeksi yang behubungan dengan penyakit. Intervensi keperawatan : Peningkatan perawatan mulut Meminimalkan ketidaknyamanan dan nyeri Meningkatkan control infeksi. 7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit. Intervensi keperawatan : Pendidikan kesehatan dan pertimbangan perawatan di rumah tentang pentingnya perawatan kebersihan mulut, rongga mulut, dan gigi. Mengajarkan teknik menggosok gigi yang benar c. Implementasi Sasaran : sasaran utama untuk pasien mencakup perbaikan pada kondisi membran mukosa oral. e. Evaluasi 1. Menunjukkan bukti membran mukosa secara utuh. 2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan 3. Mempunyai cirri diri positif 4. Mendapatkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima 5. Mengalami penurunan rasa takut yang berhubungan dengan nyeri, isolasi dan ketidakmampuan. 6. Bebas dari infeksi.
7. Mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan.
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) Posted on April 8, 2011
[Definisi]
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan ulser suatu kelainan yang ditandai dengan berulangnya ulser dan terbatas pada mukosa rongga mulut pasien tanpa adanya tanda-tanda penyakit lainnya (Lynch et al., 1994).
Berbagai klasifikasi RAS telah diajukan, tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe; minor, mayor, dan hipetiformis.Semua tipe ulserasi dihubungkan dengan rasa sakit dan presentasi klinis dari lesinya.Ulser minor memiliki diameter yang besarnya kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa disertai pembentukan jaringan paut. Ulser mayor memiliki diameter lebih besar dari 1 cm dan akan membentuk jaringan parut pada penyembuhannya. Ulser herpetiformis dianggap sebagi suatu gangguan klinis yang berbeda, yang bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren pada mukosa mulut (Lynch et al., 1994; Lewis &Lamey , 1998).
[Etiologi dan Patogenesis]
Etiologi dan patogenesis RAS belum diketahui pasti.Ulser pada RAS bukan oleh karena satu faktor saja (multifaktorial) tetapi dalam lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi, dan infeksi mikroorganisme atau faktor imunologi (Scully et al., 2003: Kilic, 2004).
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicara, kebiasaan buruk (brukism), atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman yang terlalu panas.Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya RAS pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung (Houston, 2009).
Pada beberapa wanita mengalami rekurensi RAS setiap bulan yang berhubungan dengan perubahan hormon, selalu ditandai dengan peningkatan kadar progesteron saat fase luteal siklus menstruasinya. Pada wanit sekelompok RAS sering terlihat di masa pra menstrual bahkan banyak mengalami berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor homonal antara lain hormon estrogen dan progesteron (Lewis &Lamey , 1998).
Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut diduga juga berperan penting dalam patogenesis RAS, terutama golongan Streptococcus.Berdasar penelitian terdahulu, kecenderungan lebih besar untuk terjadi reaksi hypersensitivitas tipe lambat terhadap Streptococcus sanguis diantara pasien RAS (Lynch et al., 1994).
[Gambaran Klinis]
Ulser mempunyai ukuran yang bervariasi 1-30 mmm, tertutup selaput kuning keabu-abuan, berbatas tegas, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberap ahri atau bulan.Karateristik ulser yang sakit terutama terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring (Banuarea, 2009).
Minor Recurrent Aphthous Stomatitis
Sebagian besar pasien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS), yang ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter kurang dari 5 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang erimatus (Gambar 1). Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa
labial, mukosa bukal, dan dasr mulut. Ulserasi bias tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas (Lewis &Lamey , 1998).
Gambar 1. Gambaran klinis minor RAS pada mukosa labial (Scully & Felix, 2005)
Mayor Recurrent Aphthous Stomatitis
Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin (Gambar 2 dan 3). Tanda pernah adanya MaRAS berupa jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi (Lewis &Lamey , 1998). Lynch et al. (1994) mengatakan bahwa pasien dengan ulser mayor mengalami lesi yang dalam dengan diameter 1-5 cm.
Stomatitis Aphtous Reccurent/SAR (Sariawan) Definisi Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah recurrent digunakan karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut. Penyebab Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa diantaranya adalah: ain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah
perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi
yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.
lunak
antigenik tertentu terutama makanan. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga. Gejala Gbr. Ulser SAR yang khas, dengan tepi kemerahan dan putih daerah berwarna putih kekuningan ditengahnya. Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat. Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform. Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari. Gbr. Ulser SAR di bibir bawah Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Gbr. Ulser SAR mayor di langit-langit mulut Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
Pemeriksaan Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien yang menderita SAR di atasi usia 25 tahun dengan tipe mayor yang selalu hilang timbul, atau bila sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan faktor pemicu. Diagnosis banding Lesi SAR bisa sangat mirip dengan manifestasi penyakit lain dan sulit dibedakan dengan beberapa penyakit tertentu. Untuk membedakannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui di antaranya: rekuren)
-obatan yang sedang dikonsumsi -faktor pada host/penderita, misalnya: - Genetik - Defisiensi nutrisi - Masalah pada sistem imun - Stress, masalah psikologis atau fisik
Penyakit AIDS biasanya bermanifestasi secara klinis di rongga mulut. Biasanya timbul ulserasi bisa berupa SAR dalam jenis minor, mayor atau herpetiform. Selain itu juga dapat terjadi candidiasis yaitu infeksi jamur Candida. Patogenesis Ada beberapa teori yang menyebutkan kaitan SAR dengan mikroba di dalam mulut seperti streptococcus, Heliobacter pilori dan herpes virus, namun hingga kini teori tersebut belum disepakati secara universal. Faktor utama yang dikaitkan dengan SAR adalah faktor genetik, defisiensi hematologi, kelainan imunologis, dan faktor lokal seperti trauma pada mulut dan kebiasaan merokok. Selama 30 tahun
terakhir penelitian yang dilakukan menyiratkan adanya hubungan antara SAR dan limfotoksisitas, antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity, defek pada sel limfosit, dan perubahan dalam rasio limfosit CD4 terhadap CD8. Riset yang baru-baru ini dilakukan banyak berpusat pada jaringan sitokin mukosa. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien SAR, sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Selain itu, faktor yang paling banyak didokumentasikan dalam penelitian adalah faktor herediter. Dalam satu penelitian yang melibatkan 1303 anak dari 530 keluarga, didapati adanya kerentanan yang lebih meningkat terhadap SAR pada anak-anak yang orang tuanya adalah penderita SAR. Pasien yang memiliki orang tua penderita SAR beresiko hingga 90 % untuk terkena SAR juga, sedangkan pasien yang orang tuanya tidak pernah terkena SAR hanya beresiko 20 %. Lebih jauh lagi, human leukocyte antigen (HLA) yang spesifik secara genetik ternyata teridentifikasi pada pasien SAR, terutama pada kelompok etnis tertentu. Ada juga penelitian yang mengkaitkan SAR minor dengan faktor genetik yang berkaitan dengan fungsi imun terutama gen yang mengendalikan pelepasan Interleukin (IL)-1B dan IL6. Defisiensi hematologi terutama serum besi, folat, atau vitamin B12juga banyak dikaitkan sebagai faktor etiologis dari pasien SAR. Salah satu penelitian melaporkan keadaan klinis yang membaik hingga 75 % pada pasien SAR saat defisiensi hematologis yang dideritanya terdeteksi dan dilakukan terapi. Faktor lainnya yang dikaitkan dengan SAR diantaranya adalah kecemasan dan stress psikologis yang sering terjadi. Perubahan hormon seperti menstruasi, trauma pada jaringan mukosa seperti sering tergigit secara tidak sengaja, dan alergi makanan juga dilaporkan sebagai faktor resiko terjadinya SAR. Perawatan SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.
Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi. Untuk kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topical coating agent yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas. Selain itu ada juga salep yang berisi anestesi topikal untuk mengurangi rasa perih. Obat topikal adalah obat yang diberikan langsung pada daerah yang terkena (bersifat lokal). Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung topikal steroid. Dan pada penderita yang tidak berespon terhadap obat-obatan topikal dapat diberikan obat-obatan sistemik. Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat membantu mempercepat penyembuhan SAR. Namun penggunaan obat ini secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kecoklatan. Obat-obatan tersebut didapat dengan resep dokter. Meskipun penyakit ini terbilang ringan, ada baiknya bila ditangani oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut (drg. Sp.PM) Pencegahan 1. Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari. Tidur yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya waktu tidur. Tidur dalam kondisi banyak beban pikiran atau stress dapat menurunkan kualitas tidur. 2. Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat tidak hanya akan mencegah sariawan namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perbanyak sayuran hijau dan buah yang kaya akan asam folat, vitamin B-12 dan zat besi. Bila sedang menderita SAR, hindari makanan yang pedas dan asam. 3. Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.