DIARE No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan atau darah dalam tinja
Tujuan
Rehidrasi ringan dan elektrolit sesuai dengan dehidrasi dan kehilangan elektrolit
Deskripsi tentang klien
1. Frekuensi buang air besar yang bertambah bentuk dan konsistensi yang lain dan biasanya dapat cair, lendir atau berdarah 2. Anoreksia 3. Panas 4. Muntah 5. Kembung 6. Dehidrasi ringan:
Rasa haus
Oliguri ringan
7. Dehidrasi sedang:
Rasa haus
Oliguri ringan
Turgor kulit turun
Ubun-ubun besar cekung
Mata cekung
Deskripsi tentang
8. Dehidrasi berat:
klien
-
Rasa haus
-
Oliguri ringan
-
Turgor kulit turun
-
Ubun-ubun besar cekung
-
Mata cekung
-
Susunan saraf pusat: somnolen, sopor, koma
-
Pulmo kardiovaskuler: kussmaul, renjatan
Ruang lingkup
Umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004 Koreksi gangguan cairan dan elektrolit bila ada: 1. Tanpa dehidrasi ± 10-20ml/ kg/ tiap kali diare → oralit/ larutan RL sampai diare berhenti 2. Dehidrasi ringan ± 50ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat → cairan iv atau oralit 3. Dehidrasi sedang ± 70ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat → cairan iv atau oralit 4. Dehidrasi berat ± 30ml/ kg/ 1 jam = 10 tetes/ te tes/ kg/ mat → cairan iv
Prosedur
Kausal Suportif dan dietetik
Vit A 100.000-200.000 u 1x im
Vit B komplek, vit C
Diet:
Dalam keadaan berat perlu nutrisi parenteral
Enteral continous drip feeding memberikan hasil yang baik dengan formula khusus (low lactosa)
Dalam keadaan malabsorpsi berat, serta alergi protein susu sapi dapat diberikan elementral/ seni elemental formula Indikator pencapaian
Keadaan umum membaik, dehidrasi teratasi dan diare berhenti
KEJANG DEMAM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman
Ditetapkan, Direktur,
Tanggal Terbit
SPO
DR.dr.PD .Hutajulu, SpOG, K.Fer
Pengertian
NIP.196401141988121002 Bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial
Tujuan Deskripsi tentang
Mencegah kejang berulang, menurunkan demam 1. Kejang demam sederhana Kejang demam yang memenuhi kriteria livingstone
klien
Umur diantara 6 bulan- 4 tahun
Lama kejang < 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbul demam
Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratoris
EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikata Diluar kriteria diatas Ruang lingkup
Umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Pengobatan
Menghentikan kejang: diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/ kg/ dosis iv (perlahan-lahan) atau parenteral 0,4-0,6 mg/ kg/ dosis bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit
KEJANG DEMAM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Ditetapkan, Direktur,
Tanggal Terbit
SPO
DR.dr.PD .Hutajulu, SpOG, K.Fer
NIP.196401141988121002 Prosedur
Turunkan demam
Antipiretika: paracetamol 10mg/ kg/ dosis atau ibuprofen 5mg/ kg/ dosis per oral
Kompres, suhu > 39ºC: air hangat, suhu > 38ºC air netral
Pengobatan penyebab: antibiotik sesuai dengan penyakit dasarnya
Bebaskan jalan nafas
Pemberian oksigen
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
Pertahankan keseimbangan tekanan darah
Pencegahan
Pencegahan berkala untuk kejang demam sederhana dengan diazepam 0,3mg/ kg/ dosis dan antipiretik bila disertai demam
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikasi:
Phenobarbital 5-7mg/ kg/ 24 jam dibagi 3 dosis
Asam valproat 10-20mg/ kg/ 24 jam dibagi 3 dosis Indikator pencapaian
Demam menurun, kejang berhenti
STATUS KONVULSI No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Ditetapkan, Direktur,
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Bangkitan kejang yang berlangsung selama 30 menit atau lebih baik secara terus-menerus atau berlangsung tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang
Tujuan
Rehidrasi ringan dan elektrolit sesuai dengan dehidrasi dan kehilangan elektrolitmengehntikan kejang secepat mungkinmenghentikan kejang secepat mungkin
Deskripsi tentang
Bergantung lamanya kejang, sifat kejang, hipoksia, hiperpireksia,
klien
asidosis, renjatan atau sebab otak
Ruang lingkup
Umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Pemeriksaan: tanda-tanda vital, kejang, derajat kesadaran, tanda-tanda fokal
Indikator pencapaian
Keadaan umum membaik, dehidrasi teratasi dan diare berhenti
ASFIKSIA NEONATORUM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman
Ditetapkan,
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Direktur,
Keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan adekuat
Tujuan
Agar bayi bisa bernafas, detak jantung normal, warna kulit merah
Deskripsi tentang
Pernafasan terganggu
klien
Detak jantung mengurang
Reflek/ respon bayi melemah
Tonus otot menurun
Wrna kulit biru/ pucat
Ruang lingkup
Bayi baru lahir
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Persiapan
Mengenai bayi beresiko yang akan dilahirkan, menyiapkan obat dan memeriksa obat:
Alat penghisap lendir (jangan listrik), sungkup
Tabung oksigen yang terisi
Laringoskop dengan baterai yang siap pakai, endotracheal tube untuk prematur ID 2,5mm, untuk cukup bulan ID 3,5mm
Handuk, gunting, penjepit tali pusat semua steril, natrium bicarbonat
ASFIKSIA NEONATORUM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Prosedur
Pada waktu bayi lahir
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka dan kemudian hidung, mulut, lendir dihisap secara hati-hati
Posisi bayi trendelenberg dengan kepala miring
Bila sudah bernafas spontan, posisi horisontal
Apgar skor menit I: 7-10
a. Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahuli sambil melihat adakah afesia cheane, kemudian mulut, jangan terlalu dalam, hanya sampai nasofaring, kecuali pada bayi asfiksia yang air ketuban mengandung mekonium b. Bayi dibersihkan (boleh dimandikan) kemudian dikeringkan, termasuk rambut kepala, karena kehilangan panas paling besar terutama daerah kepala c. Observasi tanda vital sampai etasil, biasanya 2-4 jam Apgar skor I:4-6
Seperti a, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas
Beri rangsangan taktil dengan tepukan kaki, max 15-30detik
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2 yang dihangatkan)
Apgar skor 4-6
Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung
ASFIKSIA NEONATORUM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman
Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
Apgar skor I: 0-3
Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermi dengan segala akibatnya. Jangan diberi rangsangan taktil, jangan obat perangsang nafas, segera lakukan resusitasi Indikator pencapaian
Bayi menangis, bernafas spontan
IKTERUS NEONATORUM No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Tujuan
Mencegah meningkatnya kadar bilirubin, menghilangkan penyebab.
Deskripsi tentang
Ikterus fisiologis
klien
Tampak pada hari III-IV
Bayi tampak sehat (normal)
Kadar < 12mg%
Menghilang paling lambat 10-14 hari
Tak ada faktor resiko
Sebab: proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis)
Ikterus patologis
Timbul pada umur < 36 jam
Cepat berkembang
Bisa disertai anemia
Menghilang lebih lama . 2minggu
Ada faktor resiko
Dasar: proses patologis
Ruang lingkup
Bayi umur 0-14 hari
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Prinsip: -menghilangkan penyebab -pencegahan peningkatan kadar bilirubin Cara: 1. Meningkatkan kadar enzim: phenobarbital 1-2mg/ kg/ dosis 2-3x/ hari (3hari) 2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut fototerapi → imunisasi → diharapkan ekskresi bertambah 3. Bilirubin darah dibuang: tranfusi tukar
Indikator pencapaian
Kadar bilirubin normal
SEPSIS NEONATORUM No. Dokumen
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
No. Revisi 0
Halaman
Ditetapkan Direktur,
Sindrom klinik yang ditandai dengan adanya gejala sistemik di sertai adanya bakteremia
Tujuan
Menyembuhkan infeksi
Deskripsi tentang
Keadaan umum menurun, malas minum, hipertermi/ hipotermi
klien
Hipotoni otot, irritable, kejang, letargi
Bernafas tidak teratur, sesak, apnea, sianosis, takhipnea (> 60/ menit)
Takikardi, sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan
Retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut kembung
Pucat, kuning, splenomegali, tendesi perdarahan, trombopeni
Ruang lingkup
Bayi umur 0-40 hari
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
a. Antibiotika
Ampisillin 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis Gentamisin 5mg/ kgBB/ hari, i.m, terbagi 2 dosis
Sefalosporin generasi III 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis, lama pengobatan 10-14 hari
b. Suportif/ simtomatik c. Untuk overwhelming sepsis (sepsis yang berat) dapat dilakukan tranfusi tukar Indikator pencapaian
Bebas demam, infeksi teratasi
DEMAM TIFOID No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Ditetapkan Direktur,
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman gram negatif salmonella typhi
Tujuan
Mengobati demam tifoid dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang
Panas lebih tinggi dari 7 hari, teru-menerus terutama malam hari
klien
Obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, sakit kepala, anoreksia
Delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan koma
Leukopeni, tes widal (+), titer O > 1/200 atau meningkat ≥ 4x H ≥ 1/800
Ruang lingkup
Anak usia 1-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Tirah baring 2 minggu
Diet: TKTPRS
Antipiretik, anti emetik
Antibiotik:
Kloramfenikol: dosis 50mg/ kgBB/ hari terbagi dalam 3-4 dosis oral/ i.v, selama 14 hari
Ampisillin: dosis 200mg/ kgBB/ hari, terbagi dalam 3-4 dosis i.v saat belum dapat minum obat, selama 21 hari
Prosedur
Amoksillin: dosis 100mg/ kgBB/ hari, terbagi dalam 3-4 dosis oral/ i.v selama 21 hari
Seftriakson: dosis 50mg/ kgBB/ hari, sekali sehari, i.m selama 5-7 hari
Indikator pencapaian
Bebas demam, infeksi teratasi
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) No. Dokumen
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
No. Revisi 0
Halaman
Ditetapkan Direktur,
Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I_IV dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan, angka kematian cukup tinggi
Tujuan
Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang
Derajat I
klien
Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, tourniquet (+)
Derajat II
Sama dengan derajat I ditambahb dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekhie, ekimosa, epistaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga dsb
Derajat III
Kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (≥ 120/ mnt) tekanan nadi sempit (≤ 20mmHg) tekanan darah menurun (120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/0 → 0/0)
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung ≥ 140/ mnt) anggota gerak terasa dingin, berkeringat dan kulit tampak biru Lab: trombositopenia, Hb dan PCV meningkat (≥ 20%), leukopeni (n/s)
Ruang lingkup
Umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Belum/ tanpa renjatan
1. Grade I+II a. Oral ad libitum b. - infus RL 75ml/ kgBB/hari→BB<10kg atau -dehidrasi→minum yang banyak dan sering -bila anak tidak suka minum beri infus
100ml/kgBB/24jam→BB<25kg
75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg
60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg
50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kg
Obat lain: antibiotik bila ada infeksi sekunder, antipiretik, darah 15cc/kgBB/hari bila perdarahan hebat Dengan renjatan
2. Grade III a. Berikan infus RL 20ml/kgBB/1 jam apabila menunjukkan perbaikan (TD terukur >80mmHg, nadi teraba frekuensi <120/mnt
dan
akral
hangat)
lanjutkan
dengan
RL
10ml/kgBB/1jam. Jika TD dan nadi stabil lanjutka infus dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24jam: Prosedur
100ml/kgBB/24jam→BB<25kg
75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg
60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg
50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kg
b. Bila satu jam setelah pemakaian infus RL 20ml/kgBB/1jam TD msih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita
harus
memperoleh
plasma
expander
10ml/kgbb/1jam dan dilanjutkan infus RL sebanyak kebutuhan cairan selama waktu setelah mengatasi renjatan
c. Bila 1 jam setelah pemberian RL 10ml/kgBB/1jam TD menurun lagi, tetapi masih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma sebanyak 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang max 30ml/kgBB/24jam,
jika
memberikan
lanjut
RL
dengan
perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan
Prosedur
3. Grade IV a. Berikan infus RL 30ml/kgbb/1jam . Bila kesadaran baik (T>80mmHg dan nadi <120/mnt, akral hgt) lanjutka dengan RL 10ml/kgBB/1jam.
Jika
stabil
RL
dilanjutkan
dengan
perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. b. Bila pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk, T tak terukur dan nadi tak teraba maka harus dipasang infus 2tempat, 1 untuk RL 10ml/kgBB/1jamPlasma 20ml/kgbb/1jam jika membaik lanjut RL dengan masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengetahui renjatan. c. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk T terukur plasma dan nadi teraba cepat lemah, akral dingin maka sebaiknya diberikan plasma expander 20ml/kgBB/1jam. Jika memebaik lanjutkan RL dengan perhitungan kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. d. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam membaik tetapi tensi terukur <80mmHg dan nadi >120mnt, akral hangat/ dingin
maka
sebaiknya
diberi
plasma
expander
10ml/kgBB/1jam dapat diulang max 30ml/kgBB/1jam.
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
e. Jika tata laksana gerak iv setelah 2 jam sesudah plasma 20ml/kgBB/1jam dan RL 10ml/kgBB/1jam tidak menunjukkan perbaikan maka perlu konsul anestesi. f. Jika tata laksana grade IV setelah 2jam sesudah memperoleh RL 30ml/kgBB/1jm dan plasma 20ml/kgBB/1jam maka perlu plasma lagi 10ml/kgBB/1jam jika tidak ada perolehan konsul ke anestesi g. Jika sudahmemperoleh RL 30ml/kgBB/1jam dan plasma 10ml/kgBB/1jam belum memperoleh perbaikan yang optimal maka perlu diberi plasma 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang max 30ml/kgbb/24jam jika tidak ada perubahan konsul anestesi.
Untuk
kasus
yang
sudah
memperoleh
cairan
60ml/kgBB/1jam pikirkan overload dan kemampuan kontraksi kurang per menit diberikn lasix 1mg/kgBB/x dan dopamin Indikator pencapaian
Bebas demam, trombosit ≥ 100mg/dl, keadaan umum membaik
CAMPAK No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Suatu infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan gejala panas, batuk, pilek, radang mata, dan bercak koplik, disertai timbulnya bercak merah makulopapular yang menyebar keseluruh tubuh, kemudian hitam dan mengelupas.
Tujuan Deskripsi tentang
Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
klien
Keradangan selaput lendir hidung, mulut, tenggorok, dan saluran pencernaan, sehingga terjadi gejala batuk, pilek, mata merah, bercak koplik dan diare
Ruam makulopapular.
Ruang lingkup
Bayi umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
1. Tanpa penyulit
Rawat jalan
Cukup cairan dan kalori
Pengobatan simtomatis, misal: antipiretik
2. Dengan penyulit
Perlu dirawat inap (bangsal isolasi sistem pernafasan)
Perbaiki keadaan umum :
Pemenuhan kebutuhan cairan
Perbaiki KU o
Pemenuhan kebutuhan cairan
o
Diit yang memadai
o
Penderita malnutrisi perlu vitamin A 200.000 KI IM dilanjutkan oral 1.500 KI per hari
Indikator pencapaian
Mengatasi penyulit yang timbul
Infeksi teratasi, gejala berkurang
VARISELA No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Penyakit yang sangat menular yang sering menyerang usia 1-14 tahun
Tujuan
Mengobati penyakit, mencegah penularan dan komplikasi
Deskripsi tentang
Demam ringan timbul dalam 24 jam pertama
klien
Sakit kepala
Timbul ruam mula-mula papula → vesikel → erosi 3-5 hari → krusta
Ruang lingkup
Bayi umur 1-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Indikator pencapaian
Simptomatis
Acyclovir 20mg/ kgBB/ dosis dalam 4 dosis selama 5 hari
Demam menurun, gejala berhenti
BRONKIOLITIS No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang bersifat akut dan menular
Tujuan
Mengatasi sesak dan mencegah gagal nafas
Deskripsi tentang
Bersin-bersin, pilek encer, batuk, panas, tidak dapat tidur/ minum,
klien
sesak, gelisah, sianosis, nafsu makan menurun, retraksi dinding dada, wheezing
Ruang lingkup
Anak usia 0-24 tahun (>> usia 2-8 bulan)
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
a.
Cairan dan nutrisi: mencegah dehidrasi
b.
Oksigenasi
c.
Bronkodilator: β2 agonis nebulasi
d.
Steroid:
pada
bronkiolitis
berat:
dexamethasone
0,1-
0,2mg/kgBB/dosis i.v
Indikator pencapaian
e.
Antibiotika: penyakit berat, KU < baik, curiga infeksi sekunder
f.
Digitalisasi: bila ada decompensatio cordis
g.
Jangan di beri sedativ
Bebas sesak, panas menurun
Pengertian
Infeksi bronkhus berasal dari penyakit saluran nafas atas dan bawah
Tujuan
Mengatasi infeksi dan sesak, mencegah komplikasi
Deskripsi tentang
Batuk, pilek 3-4 hari, nyeri/ panas, sesak, kadang konjungtivitis, ronkhi
klien
kering, ronkhi basah, kasar
Ruang lingkup
Anak umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Kontrol batuk
Pengeluaran sekret > mudah/ encer
Minum banyak
Ekspektoran
Hati-hati: cough syrup dan antihistamin, sekret > kental: atelektasis/ pneumonia
Antibiotik:
curiga
infeksi
sekunder:
kloksasillin, kloramphenikol, eritromisin Indikator pencapaian
Bebas sesak, panas menurun
penisillin,
ampisillin,
PNEUMONIA No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Radang yang mengenai parenkhim paru
Penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam
Ronkhi basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto thorax.
Tujuan
Mengatasi sesak dan infeksi
Deskripsi tentang
Demam, nafas cepat, batuk, muntah, tidak mau minum, nyeri perut,
klien
letargi, retraksi dada, nafas cuping hidung, ronkhi, wheezing
Ruang lingkup
Anak usia 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Indikator pencapaian
Simptomatis: oksigenasi, uap, ekspektoran
Fisioterapi: drainase postural, menepuk-nepuk dada
Antibiotik:
Penisilin prokain: 50.000-100.000 KI im 1-2x/ hari
Kloramphenikol: 50-100mg/kg/24 jam iv/ oral 4x/ hari
Cloxacilin: 50mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/hari
Ampisilin: 50-100mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/ hari
Gentamycin: 5-7mg/kg/24 jam im/iv, 2-3x/hari
Eritromisin: 50mg/kg/24 jam PO, 4x/ hari
Kotrimoksasol: 6mg/kg/24 jam PO, 2x/ hari
Bebas sesak, infeksi teratasi
INFEKSI SALURAN KENCING No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Infeksi yang terjadi pada saluran air kemih, mulai dari uretra, buli-buli, ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal
Tujuan
Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang
Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, air kemih berbau/
klien
berubah warna, nyeri pinggang/ perut panas/ hipotermal, tidak dapat menahan kencing, polakisuri, disuri, enuresis
Ruang lingkup
Anak umur 0-12 tahun
Referensi
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur
Antibiotik A. Parenteral
Ampisilin 100mg/kg/hari, 2x/hari (bayi < 1minggu), 3x/hari (bayi <1minggu)
Cefotaxim 150mg/kg/hari, 4x/hari
Ceftriaxone 75mg/kg/hari, 1x/hari
Gentamysin
5mg/kg/hari,
2x/hari(bayi<1minggu)
(bayi<1minggu) B. Oral
Amoksisilin 20-40mg/kg/hari, 3x/hari
Sefiksim 4mg/kg, 2x/hari
Trimetoprim 6-12mg/kg, 4x/hari
Sulfametoksasol 30-60g/kg, 3x/hari
3x/hari
Prosedur
C. Profilaksis Trimetoprim 2mg/kg, 1x malam hari Sulfametoksasol 30-60mg/kg, 1x malam hari Nitrofurantoin 1-2mg/kg, 1x malam hari Infeksi teratasi
Indikator pencapaian
TINDAKAN INCISI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Suatu sayatan yang dibuat harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang berlebihan. Retraksi berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca bedah, usahakan incisi hanya dilakukan dengan satu sayatan, karena sayatan tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk.
Tujuan
Dilakukan pada luka yang mengalami infeksi
Deskripsi tentang
Semua pasien yang datang di Instalasi rawat jalan dan Rawat inap
klien
bedah
Ruang lingkup
Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Referensi
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur
PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi: Pinset anatomi, Sonde, Pisau/ mess, gunting, Klem 2. Kassa steril 3. Douk steril 4. Tampon steril 5. Verban 6. Plester 7. Obat anestesi 8. Spuit injectie 5 cc dan 10 cc 9. Bengkok
Prosedur
PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Benjolan/ lokasi di disinfeksi 3. Memakai sarung tangan steril 4. Tutup dengan douk steril 5. Punksi benjolan untul lab 6. Lakukan anestesi lokal 7. Lakukan irisan sesuai dengan lipatan kulit 8. Buka dengan klem bengkok dan tampung cairan yang keluar 9. Lakukan kerokan pada luka tersebut 10. Cuci tangan betadin sampai bersih 11. Bila berdarah, tampon dengan verban padat 12. Bila tidak berdarah pasang drain handschoen 13. Tutup luka dengan kassa kompres 14. Balut/ plester yang erat agar sisa cairan keluar Indikator pencapaian
Tidak ada retraksi yang berlebihan, tidak ada rasa nyeri yang timbul
PERAWATAN LUKA ROBEK No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Pengertian
Luka adalah keadaan hilang/ terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan
Melakukan penatalaksanaan perwatan luka agar dapat sembuh tanpa ada komplikasi apapun
Deskripsi tentang
Semua pasien Rawat jalan dan Rawat inap yang datang ke Instalasi
klien
bedah
Ruang lingkup
Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Referensi
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur
PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi: Gunting, pinset 2 buah, klem secukupnya, naal foeder, duk steril, sarung tangan steril, spuit injectie, jarum jahit, benang jahit 2. Obat anestesi 3. Obat cuci luka 4. Betadin 5. Kapas savlon 6. Kapas alkohol 7. Verban 8. Gunting verban 9. Bengkok 10. Plester 11. Lampu tindakan 12. Pisau cukur
PERAWATAN LUKA ROBEK No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Memakai sarung tangan steril 3. Lakukan anestesi lokal daerah sekitar luka 4. Luka dibersihkan dari dala keluar 5. Bersihkan dengan perhidrol dab bilas dengan NS 6. Cari benda asing pada luka tersebut 7. Atasi perdarahan yang terjadi 8. Buang jaringan yang rusak 9. Jahit luka lapis demi lapis 10. Ratakan permukaan kulit 11. Periksa lagi apakah sudah tidak ada perdarahan 12. Tutup luka dengan kassa betadin dan balut/ plester Indikator pencapaian
Tercapainya proses penyembuhan luka secara optimal serta minimnya komplikasi yang terjadi
PERAWATAN LUKA BAKAR No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air, panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan fungsi maupun estetik.
Tujuan
Dapat melaksanakan prosedur penatalaksanaan luka bakar secara optimal, menentukan derajatnya, indikasi rawat inapnya, serta kemungkinan emergencynya.
Deskripsi tentang
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang di instalasi bedah
klien Ruang lingkup
INDIKASI Indikasi rawat inap: 1. Luka bakar derajat II > 15% pada dewasa, > 10% pada anak dan umur lebih 50 tahun 2. Luka bakar derajat III 3. Luka bakar yang mengenai muka, tangan atau genetalia 4. Luka bakar listrik tegangan tinggi 5. Trauma inhalasi 6. Luka bakar khemis
Referensi
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
PERAWATAN LUKA BAKAR No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
Penatalaksanaan di UGD
Pertolongan pertama pada penderita luka bakar 1. Bebaskan penderita dari kontak dengan penyebab luka bakar dengan melepaskan semua baju dan barang yang melekat di tubuh 2. Pemeriksaan ABC (airway, breathing, circulation) Airway (Jalan nafas) Bebaskan dari gangguan jalan nafas atas (oedema jalan nafas atas) Breathing (Pernafasan) 1. Periksa adanya gangguan pernafasan akibat trauma inhalasi 2. Bila perlu pemakaian endotracheal intubasi atau tracheostomi Circulation (sirkulasi) 1. Bila penderita dalam keadaan shock: ditanggulangi dengan pemberian cairan infus (rL), grojok. Bila perlu pasang lebih dari satu tempat infus 2. Setelah shock teratasi, berikan cairan dengan rumus baxter (RL) 4cc/kgBB/luas/luas bakar
PERAWATAN LUKA BAKAR No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
Perawatan luka pada luka bakar
1. Dilakukan debridement luka 2. Dimandikan atau dibersihkan dengan disinfektan ringan 3. Bulla dipecah bila keruh atau besar (> 5cm) 4. Setelah bersih luka diolesi dengan salep SSD (silver sulfa diazinne) (Perawatan secara terbuka) 5. Penderita dibawa keruangan dengan dialasi dan dikerudungi kain yang serba steril 6. Obat lain: analgetik/ sedativ, kalau perlu pemberian antibiotika spektrum luas sebagai profilaksis Indikator pencapaian
Minimnya angka komplikasi serta minimnya angka kematian akibat luka bakar
PEMASANGAN BIDAI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Proses immobilisasi yang dilakukan untuk pasien patah tulang, disesuaikan dengan tempatnya, pada umumnya harus melalui 2 persendian untuk immobilisasi.
Tujuan
Meminimalkan komplikasi yang terjadi pada pasien dengan patah tulang sebelum dilakukan reposisi.
Deskripsi tentang
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi
klien
bedah
Ruang lingkup
Instalasi rawat jalan dan rawat inap bedah
Referensi
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur
Persiapan
1. Bahan dari kayu a. Matras b. Mitella 2. Kassa dan kapas 3. Elastic bandage kalau perlu Pelaksanaan
1. Lakukan pemasangan bidai kayu melalui 2 persendian agar terfiksasi 2. Lain-lain bahan tergantung yang patah
PEMASANGAN BIDAI RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
3. Prinsipnya: a. Memfixasi 2 persendian b. Mencegah perdarahan c. Mengurangi rasa sakit d. Memudahkan mengangkat
Indikator pencapaian
Tersedianya bidai dalam jumlah cukup, minimnya komplikasi yang terjadi pada pasien patah tulang sebelum reposisi
PROSEDUR PENDERITA GIGITAN ULAR No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Luka gigitan yang disebabkan gigitan ular, ular tersebut sebisa mungkin
teridentifikasi
bentuknya,
warnanya,
besarnya
sebab
mempengaruhi derajat gigitan, serta gejala dan keluhan bisa ular tergantung jenisnya. Tujuan
Dapat menangani pasien dengan snake bite, mengatasi emergencynya serta meminimalkan kematian yang terjadi.
Deskripsi tentang
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi
klien
bedah
Ruang lingkup
Rawat jalan dan rawat ianp instalasi bedah
Referensi
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur
Persiapan
1. Obat anestesi 2. Spuit injectie 5cc 3. S.A.B.U 4. Pusi/ mess 5. Bengkok 6. Betadin cair 7. Alkohol 8. Gunting 9. Kassa secukupnya 10. Plester 11. Bidai/ gips
Prosedur
Pelaksanaan
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Disinfektan daerah sekitar luka 3. Lakukan pembiusan lokal 4. Buat multiple incisi pada daerah gigitan 5. Rawat perdarahan yang terjadi 6. Pasang drain 7. Kompres dengan betadin 8. Pasang bidai 9. Observasi penderita 10. Lakukan terapi dengan obat-obatan Indikator pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan snake bite
VAGINAL TOUCHER No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Suatu tindakan pemeriksaan dalam (vagina) untuk menentukan diagnosa lebih lanjut.
Tujuan
Diagnostik
Deskripsi tentang
1. Inpartu
klien
2. Perdarahan terus-menerus/ sedikit-sedikit pervaginam
Ruang lingkup
1. Inpartu 2. Abortus, KET 3. Ca cervix, kista ovarium, myoma uteri 4. Dugaan CPD
Referensi
Obstetric dan ginekologi FKUI
Prosedur
PERSIAPAN
10. Sarung tangan 11. Bengkok 12. Alat tulis 13. Kapas savlon PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Mengatur posisi tidur, lithotomi 3. Pakai sarung tangan steril 4. Tangan kiri membuka vulva dengan kapas savlon dan tangan kanan membersihkan vulva dengan kapas disinfektan Prosedur
5. Melakukan pemeriksaan dalam 6. Atur posisi penderita kembali
7. Catat hasil pemeriksaan Indikator pencapaian
Untuk mengetahui keadaan jalan lahir
EPISIOTOMI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Suatu pertolongan yang dibuat dari perineum pada akhir kala II persalinan untuk mencegah robekan atau mempercepat kelahiran bayi.
Tujuan
1. Mencegah robekan perineum 2. Melindungi bayi dari trauma jalan lahir 3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada presentasi abnormal 4. Memperpendek kala II
Deskripsi tentang
Penderita inpartu dengan perineum kaku, gawat janin, dan gawat ibu.
klien Ruang lingkup
Primigravida inpartu Sebelum tindakan vakum ekstraksi, forceps, sungsang.
Referensi
Episiotomy dan penjahitan robekan jalan lahir, 1994 Jakarta, Depkes
Prosedur
PERSIAPAN
1. Lampu/ sumber cahaya yang terang 2. Sabun dan air untuk mencuci alat kelamin 3. Sarung tangan 4. Kocher 5. Gunting episiotomy 6. Venster klem 2 buah 7. Benang jahit dan jarumnya 8. Pinset 9. Obat anestesi lokal 10. Disposible spuit
EPISIOTOMI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur
SPO Prosedur
Tanggal Terbit
11. Kain kassa 12. Betadine 13. Bengkok PELAKSANAAN
1. Menjelaskan pada penderita tindakan yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi penderita lithotomi, pakai handschoen 3. Memberikan anestesi lokal 4. Melakukan episiotomi saat perineum tipis dan pucat 5. Memasukkan 2 jari tangan kiri dalam vagina antara gunting dan kepala bayi 6. Membuat episiotomi mediolateral dengan hanya 1 atau 2 kali potongan 7. Tekan luka perineum dengan kassa sambil ibu tetap mengejan setiap ada kontraksi 8. Setelah bayi lahir plasenta lahir lakukan penjahitan perineum Indikator pencapaian
Mempercepat proses kelahiran
PENANGANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Muntah pada kehamilan ada yang menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tujuan
Kebutuhan nutrisi ibu dan janin terpenuhi
1. Mual berkurang 2. Tidak muntah 3. Intake makanan- zat gizi cukup Deskripsi tentang
1. Hamil muda
klien
2. Kondisi ibu lemah 3. Mual muntah 4. Turgor kulit turun/ lemah 5. Nadi cepat 120x/ menit atau lebih, kadang panas 6. Nafsu makan turun
Ruang lingkup
Ibu hamil
Referensi
Ilmu kebidanan FKUI, Jakarta, 2002
Prosedur
PERSIAPAN
1. Cairan infus RL/D5% 2. Standar infus 3. Jarum infus 4. Kapas alkohol 5. Betadine 6. Plester 7. Gunting plester 8. Bengkok
Prosedur
9. Alat-alat injeksi tertentu 10. Tensimeter 11. Termometer 12. Timbangan 13. Disposible spuit Pelaksanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakaauakan 2. Pemeriksaan adanya kehamilan 3. Pemeriksaan berat badan dan tanda-tanda vital 4. Pemeriksaan laboratorium, darah, urine 5. Memasang infus 6. Puasakan bila perlu 7. Pemberian obat untuk mengurangi mual, muntah 8. Penyuluhan tentang kehamilan Indikator pencapaian
Mengurangi mual, muntah
PENANGANAN PENDERITA ABORTUS No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Berakhirnya suatu kehamilan (disebabkan oleh faktor-faktor tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut tersebut mampu mampu untuk hidup di luar kandungan.
Tujuan
Mengeluarkan Mengeluarkan segera plasenta
Deskripsi tentang
1. Terlambat haid
klien
2. Perdarahan pervaginam 3. Spasme/ nyeri perut bawah 4. Keluarnya buah kehamilan
Ruang lingkup
Ibu hamil
Referensi
Pasca abortus dan komplikasinya, AVSC International 1998
Prosedur
PERSIAPAN
1. Surat persetujuan 2. Tensimeter, stetoskop, termometer 3. Sarung tangan 4. Infus set/ tranfusi set 5. Cairan infus 6. Kapas savlon 7. Betadine 8. Oksigen 9. Hb set 10. Curratage
Prosedur
11. Obat-obatan tertentu 12. Siposible spuit 13. Cateter 14. Bengkok PELAKSANAAN
1. Jelaskan pada keluarga tentang tindakan 2. Minta surat persetujuan tindakan 3. Diawasi tanda-tanda vital, kesadaran 4. Lakukan cek hb 5. Lakukan pemeriksaan dalam tentukan jenis abortus 6. Pasang infus kalau perlu tranfusi 7. Pengosongan rongga rahim dari kehamilan kecuali pada abortus iminens 8. Observasi dan asuhan pasca tindakan Indikator pencapaian
Menghentikan perdarahan dan menenangkan kontraksi uterus
Penanganan Hemoragic Post Partum No. Dokumen
SPO Pengertian
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Direktur
Kehilangan darah sebanyak 500ml atau lebih dari jalan lahir setelah bayi lahir
Tujuan
Menghentikan perdarahan pasca persalinan
Deskripsi tentang
1. Keadaan umum lemah
klien
2. Anemis 3. Perdarahan pervaginam 4. Tensi rendah < 100mmHg, nadi cepat dan lemah
Ruang lingkup
1. Rupur uteri 2. Robekan vaginal 3. Robekan servik 4. Atonia uteri 5. Retensio placenta
Referensi
Ilmu kebidanan FKUI, Jakarta, 2002
Prosedur
Persiapan
1. Surat persetujuan 2. Infus set/ tranfusi set 3. Cairan infus 4. Oksigen 5. Termometer 6. Tensi meter 7. Kuretase 8. Hecting set Prosedur
9. Kateter
10. Kapas savlon 11. Kassa 12. Betadine 13. Ember tamung 14. Sarung tangan 15. Obat-obatan sesuai kebutuhan 16. Hb set 17. Spuit PELAKSANAAN
1. Jelaskan pada penderita dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan minta surat persetujuan tindakan 2. Periksa tensi dan nadi 3. Pasang infus 4. Bersihkan penderita dan pasang pot tampon untuk mengevaluasi darah yang keluar 5. Cek suhu tubuh dan hb, bila perlu tranfusi 6. Cari sebab-sebab perdarahan 7. Atasi perdarahan sesuai dengan penyebabnya 8. Observasi tanda-tanda vital post tindakan Indikator pencapaian
Kontraksi uterus keras, perdarahan berhenti
PENANGANAN RETENSIO PLACENTA No. Dokumen
SPO
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Direktur
Pengertian
Tidak keluarnya placenta 30 menit setelah persalinan.
Tujuan
Segera melahirkan placenta.
Deskripsi tentang
1. Keadaan umu lemah
klien
2. Perdarahan banyak atau sampai anemis 3. Placenta belum keluar 4. Tanda-tanda shock
Ruang lingkup
Ibu post partum
Referensi
Ilmu kebidanan FKUI, Jakarta, 2002
Prosedur
PERSIAPAN
1. Infus set/ tranfusi set 2. Heating set 3. Cairan infus 4. Oksigen 5. Kateter 6. Injeksi cyntocinon dan metergin 7. Spuit injeksi 8. Doek steril 9. Kapas savlon 10. Betadine 11. Ember tampung 12. Pot tamung 13. Sarung tangan 14. Hb set
Prosedur
PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Pasang infus dan beri cairan yang sesuai 3. Periksa tensi dn nadi, cek Hb 4. Kalau perlu beri: oksigen 5. Kosongkan kandung kemih 6. Keluarkan placenta secara brand andrea 7. Bila tidak berhasil siapkan pengeluaran 8. Tidurkan penderita dengan posisi lithotomi 9. Lakukan vulva higien dengan kapas savlon 10. Disinfektan daerah vulva dengan betadine 11. Pasang duk steril 12. Lakukan tindakan manual 13. Injeksi dengan cynticinon kalau perlu metergin 14. Eksplorasi jalan lahir dan bila ada ruptur perineum lakukan hecting 15. Pasang pot tampung dibawah penderita sambil observasi Indikator pencapaian
Placenta dan selaputnya lahir dengan lengkap
VAKUM EKSTRAKSI No. Dokumen
SPO Pengertian
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Direktur
Tindakan dengan menggunakan ekstraktor vakum untuk membantu ibu melahirkan bayi yang cukup bulan/ aterm.
Tujuan
Mengurangi kemungkinan terjadinya:
1. Bayi lahir mati 2. Ruptura uteri Deskripsi tentang
1. Hamil cukup bulan (aterm)
klien
2. Kelelahan 3. His tidak adequat 4. Pemeriksaan vagina pembukaan lengkap
Ruang lingkup
1. Kala II lama 2. Ibu hamil dengan penyakit tertentu 3. Gawat janin
Referensi
Ekstra vakum, Depkes RI, Jakarta, 1994
Prosedur
PERSIAPAN
1. Dressing car 2. Duk steril 3. Partus set, betadin 4. Kassa steril, ekstrator vakum 5. Obat-obatan tertentu 6. Disposible spuit dan sarung tangan steril
Prosedur
PELAKSANAAN
1. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Atur posisi ibu lithotomi 3. Lakukan kateterisasi 4. Pemeriksaan vagina untuk memastikan posisi dan letak bayi 5. Lakukan episiotomi bila perlu 6. Usap kulit kepala bayi dengan kain kassa yang kering 7. Pasang mangkok ekstrator ke dalam vagina
Masukkan hati-hati mangkok ke dalam vagina, pasang ke kepala bayi
Pegang mangkok dengan jari tangan
Raba dengan hati-hati sekeliling mangkok dengan jari untuk memastikan tidak ada jaringan ibu yang terjepit dibawah mangkok
8. Naikkan tekanan 9. Tarik pemegang kepala bayi pada saat his anjurkan ibu mengejan Indikator pencapaian
Bayi lahir
PENANGANAN PENDERITA EKLAMPSI No. Dokumen
SPO Pengertian
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Direktur
Toksemia gravidarum yang ditandai dengan tensi ≥ 160/100, proteinuri > 3gr/l, oedema, yang disertai dengan kejang.
Tujuan
1. Menghentikan kejang, mencegah kejang ulangan 2. Mencegah dan mengatasi komplikasi 3. Memperbaiki keadaan ibu dan anak
Deskripsi tentang
1. Terlambat haid
klien
2. Tekanan darah ≥ 160/100 3. Oliguri 4. Penglihatan kabur 5. Nyeri epigastrium 6. Nyeri kepala 7. Oedema 8. Kejang 9. Penurunan kesadaran 10. Proteinuri
Ruang lingkup
Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi dan kejang
Referensi
Ilmu kebidanan FKUI
Prosedur
PERSIAPAN
1. Oksigen, tong spatel 2. Infus set, cairan infus 3. Kapas alkohol 4. Disposible spuit 10cc 5. Obat injeksi sulfas magnesium
Prosedur
6. Kateter urinbag 7. Tali pengikat 8. Tensimeter, termometer 9. Botol untuk pemeriksaan urin darah PELAKSANAAN
1. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan tindakan yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi tidur pasien 3. Memasang tali pengikat bila perlu 4. Mengukur tanda-tanda vital 5. Memasang infus, oksigen dan tong spatel bila kejang 6. Memasang katetr 7. Memeriksa kehamilan 8. Mengambil bahan-bahan untuk pemeriksaan urin dan darah 9. Memberikan program terapi SM sesuai petunjuk dokter 10. Mengobservasi tanda-tanda vital secara teratur Indikator
Tensi mengalami penurunan, tidak terjadi kejang dan kejang ulangan,
pencapaian
kesadaran membaik
PENANGANAN PENDERITA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (K.E.T) No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman Direktur
SPO
Tanggal Terbit
\ Pengertian Kehamilan yang produk kehamilannya bersarang dan tumbuh di tempat yang tidak normal.
Tujuan Memperbaiki kondisi ibu dengan cara mengeluarkan hasil konsepsi.
Deskripsi tentang
1. Haid terlambat
klien
2. Perdarahan per vaginam: ada/tidak ada 3. Riwayat nyeri perut mendadak, tanpa sebab 4. Riwayat pingsan 5. Pucat (klinis tidak sesuai) 6. Tanda-tanda shock 7. Nyeri abdomen 8. Nyeri pada pemeriksaan vagina
Ruang lingkup
1. Penyebab terjadinya belum dapat diketahui 2. Kelanjutan kehamilan ektopik dapat berupa tubair abortus atau tubair ruptur 3. Terjadi timbunan darah intra abdominal 4. Tanda gejala bisa akut atau kronis 5. Frekuensi terbanyak produk kehamilan bersarang dan tumbuh pada pars ampularis tuba fallopi
Referensi
Ilmu kebidanan FKUI, Jakarta, 2002
Prosedur PERSIAPAN
1. Infus set, cairan RL/D5% 2. Oksigen, spekulum atas dan spekulum bawah 3. Portio klem 4. Jarum dauglas punksi, spuit, duk steril 5. Betadine 6. Kapas savlon, sarung tangan steril, deppers steril 7. Bengkok, Hb set PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi 2. Dilakukan pengukuran tensi, nadi, temperatur 3. Bila penderita pre shock, pasang infus 4. Ambil darah untuk pemeriksaan Hb, PCV, planotest 5. Tidurkan penderita dimeja tindakan dengan posisi semi fowler dan lithotomi 6. Lakukan vulva higiene dengan kapas savlon 7. Antisepsis daerah vulva dengan betadine 8. Pasang duk steril 9. Dilakukan tindakan daugls punksi 10. Bila dauglas punksi (+), rencanakan operasi Indikator
Keadaan ibu membaik, tidak mengalami nyeri, hasil konsepsi keluar, tidak
pencapaian
terjadi perdarahan
PENANGANAN PENDERITA POST OPERASI No. Dokumen
SPO
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Direktu
Pengertian Perawatan pasien setelah operasi
Tujuan
1. Mencegah terjadinya komplikasi post op 2. Perdarahan banyak 3. Aspirasi 4. Infeksi
Deskripsi tentang
Setelah dilakukan tindakan operasi
klien Ruang lingkup Post op (sectio caesarea, laparotomi)
Referensi Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta, 2002
Prosedur PERSIAPAN
1. Lembar observasi, alat tulis 2. Tensimeter, termometer 3. Hb set, oksigen 4. Obat-obatan yang sesuai
Prosedur PELAKSANAAN
1. Menjelaskan pada keluarga tentang tindakan yang akan dan harus dilakukan serta larangan-larangan 2. Mengatur posisi tidur terlentang tanpa bantal 3. Observasi tanda-tanda vital secara teratur 4. Observasi tetesan infus 5. Lakukan cek Hb 6. Observasi jumlah, warna urine 7. Memasukkan obat-obatan sesuai jadwal 8. Observasi perdarahan 9. Memberi oksigen kalau perlu 10. Mencatat semua tindakan pada lembar observasi Indikator pencapaian
Luka operasi membaik
MEMASUKKAN PASIEN KE RUANG ISOLASI No. Dokumen
No. Revisi 0
Halaman 1/2 Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Pengertian
Ruang isolasi bedah khusus diperuntukkan pasien dengan diagnosis tetanus Ruang isolasi penyakit dalam khusus untuk penyakit TBC Ruang isolasi perinatologi khusus untuk bayi kiriman dari luar, bayi rawat ulang, bayi dari RS bersalin tetapi infeksius dan bayi jelas ada infeksi. Tujuan
Mencegah penularan penyakit ke pasien lain dan pengunjung atau perawat, menghindarkan pasien dari gangguan/ rangsangan dari luar. Deskripsi tentang klien
Ruang khusus yang diperuntukkan pasien dengan diagnosis tetanus, TBC, morbili, diptheri, bayi infeksius.
Ruang lingkup
Ruang isolasi bedah, ruang isolasi dalam, ruang isolasi perinatologi. Referensi
Buku Standar Pelayanan Medis IDI
Prosedur
a. Pasien yang datang lewat poli, dokter poli mendiagnosis penyakit dan mengirim pasien sesuai dengan ruang isolasi yang diperlukan b. Pasien yang datang lewat UGD, dokter UGD mendiagnosis pasien dan mengirim pasien ke ruang isolasi sesuai dengan penyakitnya
c. Pasien kiriman dari dokter luar pada jam kerja atau dalam jam kerja, kalau lewat UGD dokter UGD mendiagnosis penyakit pasien dan mengirim pasien ke ruang isolasi yang sesuai d. Dokter masing-masing ruangan isolasi akan merawat dan bertanggung jawab atas pasien ruang isolasi sesuai dengan SPO yang berlaku.
Indikator
Keteraturan perawatan pasien yang memerlukan perawatan ruang
pencapaian
isolasi
ISOLASI PENDERITA MORBILI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Ruang isolasi anak diperuntukkan khusus pasien morbili dan diphteri dengan sarana yang tersedia.
Tujuan
Memutus rantai penularan penyakit campak, terutama mencegah agar pasien sebagai sumber infeksi dan penularan, tidak menyebarkan penyakitnya kepada petugas RS, penderita lain yang rentan atau langsung ke masyarakat luas.
Deskripsi tentang
Pasien
klien
konjungtivitis, pilek, bersin-bersin, batuk dan komplek spot.
Ruang lingkup
Ruang isolasi anak.
Referensi
Buku Standar Pelayanan Medis IDI
Prosedur
yang
terinfeksi
kuman
morbili
dengan
tanda-tanda
a. Tersedianya kamar ruang khusus dengan pintu selalu tertutup b. Masker harus dipakai oleh setiap orang yang masuk ruangan c. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan d. Sarung tangan tidak diperlukan e. Bahan yang tercemar harus didisinfeksi atau dimusnahkan f.
Penatalaksanaan penderita sesuai dengan SPO pelayanan medis RSAB Siti Fatimah Kraksaan
Indikator pencapaian
a. Keteraturan perawatan pasien yang memerlukan perawatan ruang isolasi b. Tidak adanya penderita lain/ paramedis dan keluarga pasien yang tertular morbili.
ISOLASI PENDERITA DIPTHERI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Direktur Tanggal Terbit
SPO Pengertian
Ruang isolasi anak diperuntukkan khusus pasien morbili dan diphteri dengan sarana tersedia.
Tujuan
Memutuskan rantai penularan penyakit diphteri, terutama mencegah agar pasien sebagai sumber infeksi dan penularan tidak menyebarkan penyakitnya kepada petugas RS, penderita lain yang rentan atau langsung ke masyarakat luas.
Deskripsi tentang
Pasien yang terinfeksi kuman diphteri, dengan tanda-tanda ditemukan
klien
bercak putih keabu-abuan dan mudah berdarah.
Ruang lingkup
Ruang isolasi anak.
Referensi
Buku Standar Pelayanan Medis IDI
Prosedur
a. Tersedianya ruang/ kamar khusus dengan pintu selalu tertutup b. Jas, jubah harus dipakai oleh siapapun yang masuk kamar/ ruangan c. Masker harus selalu dipakai selama di ruangan d. Cuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
melakukan
tindakan,
pemeriksaan atau perawatan e. Sarung tangan harus digunakan setiap akan melakukan tindakan apapun dalam ruangan f.
Barang bekas pakai harus dibungkus sebelum di sterilisasi, disinfeksi atau dimusnahkan
g. Penatalaksanaan penderita sesuai dengan SPO pelayanan medis RSAB Siti Fatimah Kraksaan.
ISOLASI PENDERITA DIPTHERI No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Indikator
a. Pasien yang memerlukan perawatan isolasi ditangani dengan baik
pencapaian
b. Tidak adanya penderita lain/ paramedis dan keluarga pasien yang tertular diphteri.
PENANGANAN PENYAKIT KOCH PULMONUM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman Direktur
SPO Pengertian
Tanggal Terbit
Ruang khusus bagi penderita tuberkulosis paru yang berventilasi baik, tidak lembab dan dapat langsung menerima sinar matahari.
Tujuan
Penularan
tuberkulosis
paru
melalui:
droplet
infection
yang
dibatukkan/ dibersinkan, perlu ruang khusus bagi penderita tersebut. Deskripsi tentang
Penderita tuberkulosis paru yang didiagnosis melalui pemeriksaan fisik
klien
diagnostik dan foto dada ataupun secara bakteriologis.
Ruang lingkup
Ruang isolasi dalam.
Referensi
Buku Standar Pelayanan Medis IDI
Prosedur
a. Penderita yang memenuhi deskripsi yang masuk ke ruang ini melalui poli umum, ataupun UGD baik datang sendiri, rujukan puskesmas atau kiriman dokter luar b. Penderita akan dirawat sesuai SPO yang berlaku.
Indikator
Keteraturan perawatan pasien yang memerlukan perawatan ruang
pencapaian
isolasi.