SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JALAN
1. Sebelum pekerjaan-pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan harus dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik dan akar-akar pepohonan, perataan atau pengeprasan tanah, pembabatan semak. Rumput, penutupan/penimbunan lubang dan lain-lain. 2. Membuat satu papan nama proyek dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat
dan
dapat
dilihat
dari
jalan
yang
dapat
dikonsultasikan
dengan
Pengawas/Pimpro. Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada lampiran dan atau Gambar Kerja 3. Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai kebutuhan untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi pekerjaan yang dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut rambu-rambu dan peringatan maupun peletakan alatalat dan bahan bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor 4. Membuat dan memasang papan piket (bouwplank) pada lokasi-lokasi masingmasing pekerjaan sesuai kebutuhan Semua bouwplank harus dipasang kuat agar tidak mudah berubah kedudukannya dan tidak boleh hilang atau rusak. 5. Pengukuran ulang lokasi-lokasi pekerjaan sesuai yang dibutuhkan 6. Ukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini dinyatakan dalam centimeter (cm) kecuali untuk ukuran besi beton yang dinyatakan dalam milimeter (mm).
Bahan-bahan yang yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi bawah terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah dan kerikil atau kerikil pasir alami dan memenuhi persyaratan untuk lapis pondasi bawah kelas A, kelas B dan kelas C seperti yang diuraikan pada gambar atau yang diperintahkan Pihak Direksi. Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah bebas dari debu, zat organik serta bahanbahan lain yang memiliki kualitas bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap saling mengikat membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap. Bila perlu dan sesuai dengan perintah Pihak Direksi, bahan-bahan dari berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan dalam perbandingan yang diminta oleh Pihak
Direksi atau seperti yang ditunjuk dengan pengujian-pengujian untuk dapat memenuhi persyaratan spesifikasi bahan lapis pondasi bawah.
1. Standart Semua ketentuan baik mengenai maupun metode pemasangan dan juga pelaksanaan pekerjaan beton mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( P.B.I. 1971 – N.I.8), terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Pengawas. 2. Semen
Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan adalah semen Tipe I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya mengikuti ketentuan dalam P.B.I. 71.
Menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat – tempat – tempat tempat yang baik sehingga semen – semen tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, terutama sekali lantai tempat penyimpanan tadi kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah
3. Air untuk adukan
Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, adalah air tawar yang bersih dari bahan – bahan – bahan bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, slit ( lanau )
4. Agregat halus (Pasir)
Pasir untuk beton, adukan dan grouting merupakan pasir alam, pasir pemecahan batu juga dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan terdiri dari butiran yang keras, padat tidak terselaput oleh material lain.
Pasir bersih dan bebas dari gumpalan – gumpalan tanah liat, alkalis bahanbahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak.
5. Agregat Kasar ( Split )
Agregat kasar untuk beton dapat berupa split dari alam, batu pecah atau campuran dari keduanya. Split yang dipakai mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, spilt keras, padat, tidak poreous, dan tidak berselaput material lain. Dalam penggunaannya split dicuci terlebih
dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehendaki, dan material yang halus yaitu yang lebih lebih kecil dari 5 mm disingkirkan. disingkirkan. 6. Baja Tulangan
Baja tulangan harus memenuhi m emenuhi ketentuan dalam P.B.I. ‘ 71 dengan mutu U -32 ( tegangan leleh karakteristik = 3200 kg/cm2 ) untuk diameter lebih besar dari 12 mm, sedangkan untuk diameter yang lebih kecil digunakan U-24 ( tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2 ). Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan nominal diameter.
Semua baja tulangan yang digunakan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
Untuk mutu U-32 digunakan profil baja tulangan derformed (deformed bar).
7. Pengecoran
Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari bekisting atau tempat beton dicorkan benar-benar bersih dari segala macam kotoran.
Pengecoran dapat dimulai setelah kondisi beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.
Beton yang baru selesai dicor, akan dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Pengawas.
8. Bekisting (Acuan Beton)
Material untuk bekisting dan perancah dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dengan dimensi yang direncanakan.
Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan beton tidak hilang atau berkurang. Pengerjaan bekisting sedemikian rupa sehingga hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak akan menimbulkan kebocoran.
Bila mempergunakan bekisting multiplek maka permukaan dibuat cukup rata dan tebal multiplek yang dipakai minimal adalah 12 mm dengan perkuatan
balok kayu 5/7 cm dengan jarak maksimal 40 cm dan pemakaiannya maksimum 3 kali. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas II yang sesuai dengan PPKI 1970 atau kayu lokal yang setaraf. Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.
1. Bahan Sumber bahan dipilih atas dasar diperolehnya persediaan (sumber bahan) dengan memperhitungkan lokasi, kualitas dan volumr sumber bahan atau quarry. Untuk pembangunan kembali bahu jalan yang ada, bahan yang digunakan bahan urugan yang dipilih terdiri dari lempung berpasiran atau lempung kerikil yang memenuhi persyaratan spesifikasi, tetapi dengan satu ukuran partikel maksimum 37,5 mm dan dengan satu indeks plastisitas tidak lebihdari 10% terkecuali diperintahkan oleh Pihak Direksi. Bilamana urugan berbutir yang cocok tidak dapat diperoleh serta tergantung kepada ketentuan-ketentuan kontrak dan instruksi Pihak Direksi, bahu jalan dapat dibangun dengan menggunakan urugan tanggul biasa bergradasi padat yang cocok dengan satu ukuran partikel maksimum 37,5 mm dan dengan kandungan lempung lumpur plastisitas rendah, yang mampu menghambat pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan memberikan satu bahu jalan yang stabil.
1. Tanah Padas
Tanah padas yang digunakan adalah Tanah padas dengan kualitas baik
Tanah padas dengan keadaan bersih tidak mengandung lumpur dan zat-zat yang berbahaya
Tanah Padas yang sudah dipasang atau diratakan atau dipadatan dengan mesin gilas tiga roda 8 - 10 ton ton
Dalam pemadatan mesin gilas diberi air agar pemadatan dapat memadat dengan sempurna
2. Batu pecah / agregat kasar
Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari batu. Yang dimaksudkan dengan agregat kasar umumnya adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butirbutir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur, Apabila mengandung kadar lumpur maka agregat kasar harus dicuci.
3. S p l i t
Split adalah batu pecah yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 25 mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 2 mm
Split untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971-NI.2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia), diantaranya : harus terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh pengaruh cuaca
Split untuk pembuatan jalan harus memenuhi syarat-syarat yang disetujui oleh Direksi
Split untuk maksud-maksud lain daripada tersebut dalam ayat (2) bergantung pada peruntukkannya, harus cukup keras dan bersih
4. Agregat halus (butiran pasir)
Agregat halus keras, bebas lumpur, bersih dari atau tidak boleh tercampur dengan tumbuh-tumbuhan, bijibijian, akar-akaran dan zat organik/ non organik lainnya yang nantinya akan mempengaruhi kekuatannya.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Butiran pasir halus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%
Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan tujuan lain harus bersih dan keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat dipergunakan asal dicuci terlebih dahulu dan seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan
5. A i r
Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahanbahan lain yang dapat merusak struktur. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum
Apabila terdapat keraguan mengenai air, Rekanan/Kontraktor diharuskan untuk mengirimkan contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak. Dalam hal yang demikian pekerjaan harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi dan penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan
Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (b) itu tidak dapat dilakukan maka dalam hal adanya keraguan mengenal air, harus dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari
Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat setepat tepatnya.
6. Semen Portland Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan pasangan Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Semen harus terlindung dari hujan dan udara lembab
Penumpukan zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai
Tumpukan semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut.
Penumpukan diatur berurutan sesuai urutan datangnya Pemeriksaan terhadap
kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh dipakai. 7. Platik Kedap Air
Plastik yang digunakan adalah plastik yang baik tidak mudah sobek
Plastik yang akan dipasang dalam keadaan bersih
8. Besi Beton
Besi beton yang digunakan sesuai Standar SNI
Besi yang dipasang sesuai dengan gambar kerja
Ukuran
diameter
besi
sesuai
dengan
gambar
kerja
dan
dipasangan
sepengetahuan pengawas 9. Begesting
Begesting menggunakan kayu atau plat baja yang kuat, rata dan tidak mudah patah atau rusak
Begesting yang akan dipasang ditata dengan rapi dan lurus
10.Dowel 10. Dowel U.24
Diamater dowel U.24 sesuai dengan gambar kerja
Dowel U.24 diberi selang atau pralon setengah atau separo panjang satu buah dowel U.24
11.Tanah 11. Tanah Padas
Tanah padas yang digunakan dengan mutu baik
Tanah padas dalam keadaan baik tidak mengandung lumpur dan kotor
Padas dipasang atau dikerjaan untuk bahu jalan yang sudah dibeton atau dicor
12.Aspal 12. Aspal
Aspal yang digunakan aspal curah yang dipanaskan yang digunkan untuk menutup celah-celah pembatas antara cor persegmen
13.Lain 13. Lain – – lain lain
Komposisi campuran setiap pekerjaan harus sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk Pengawas/ Direksi lapangan
Mutu semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat bahan dan mendapat persetujuan Pengawas/ Direksi lapangan
Semua bahan yang tidak mendapat ijin atau persetujuan dari direksi, maka Pemborong harus menyingkirkan dari lokasi pekerjaan maksimum 1 x 24 jam
Bahan-bahan lain yang dipergunakan dan belum diuraikan dalam RKS ini haruslah barang-barang yang berkualitas baik dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek.
14.Gambar 14. Gambar Dokumen Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan / atau ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan dan Kontraktor untuk memperpanjang / meng- claim biaya maupun waktu pelaksanaan 15.Shop 15. Shop Drawing
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
16.Ukuran 16. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja A (Arsitektur) pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan/Dokumen Kontrak tanpa sepengatahuan Direksi.
17.Sarana 17. Sarana Kerja
Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota
kelompok
kerja
pelaksana
dan
inventarisasi
peralatan
yang
dipergunakan dalam pekerjaan ini
Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (workshop dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborong akan dilaksanakan serta jadwal kerja
Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan penyimpanan bahan tersebut.
18.Standard 18. Standard Yang Dipergunakan Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard Industri Kontruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
NI-2 [ PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia (1971)
PUBI – PUBI – 1982 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI-3 PMI PUBB 1 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia
Peraturan Teknis lain yang berlaku di Indonesia.
19.Syarat 19. Syarat Bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat, sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan
20.Merk 20. Merk Pembuatan Bahan
Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan & persyaratan Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila ditentukan lain.
Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut.
Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.
Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk Pabrik dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana
Diisyaratkan
bahwa
satu
merk
pembuatan
atau
merk
dagang
yang
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan standard of appearence.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK turun
21.Contoh 21. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi
Untuk detail-detail hubungan tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat komponen jadi (mock up) yang harus diperlihatkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.
Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standard yang berlaku.
22.Koordinasi 22. Koordinasi Pelaksanaan
Penunjukan Supplier dan atau Sub Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas
Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan
Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana di lapangan untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi Pabrik
23.Persyaratan 23. Persyaratan Pekerjaan
Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan & Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.
24.Pelaksanaan 24. Pelaksanaan Pekerjaan
Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan harus tepat sesuai Gambar Kerja.
Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti Gambar Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan
Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.
Kontraktor tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Kontraktor, Kontraktor harus memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.
Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.
Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan kegiatan suatu pekerjaan.
Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus dilaksanakan oleh Kontraktor.
25.Pelaporan 25. Pelaporan dan Dokumentasi
Laporan Harian disiapkan Kontraktor dan dibuat bersama oleh Pelaksana serta diketahui oleh Koordinator Pengawas Lapangan
Laporan Prestasi pekerjaan dua mingguan dibuat oleh Pemborong dan diketahui oleh Koordinator Pengawas Lapangan sesuai dengan form yang telah ditentukan
Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang telah diselesaikan, tidak termasuk bahan-bahan yang telah didatangkan dan tidak atas dasar besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh pemborong
Foto dokumentasi berwarna sebagai laporan visual pelaksanaan pekerjaan disusun dalam album laporan visual (fisik 0% s/d 100%)
As Build Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid rapi dan dibukukan serta berisi :
Gambar pelaksanaan dan perubahannya.
Volume/ukuran komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
As Build Drawing ini dipakai sebagai syarat kelengkapan dalam serah terima pertama pekerjaan.
26.Lain 26. Lain – lain – lain
Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu harus seijin Pengawas/Pimpro/Direksi dalam penggunaannya
Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan dan diuraikan
dalam
syarat-syarat
teknis,
maka
Rekanan/kontraktor
harus
berpedoman pada Gambar Kerja yang merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
1. Rekanan/kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan (100%) dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dokumen Kontrak secara keseluruhan serta petunjuk Direksi/Pimpro atau Pengawas. 2. Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun perubahan/tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing dan atau diberi petunjuk Direksi/Pimpro atau Pengawas 3. Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil pekerjaan nampak bersih dan sempurna 4. Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai 100% dan diserahkan untuk kedua kalinya pada Pemimpin Proyek. PPK di Bidang Bina Marga