BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebisingan adalah bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada
sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut
merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi
atau suara tersebut tidak dikendaki oleh karena mengganggu atau timbul
dari kemauan orang bersangkutan. Yang bersumber dari lat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men- 48/MEN.LH/11/1996.
Kebisingan juga merupakan suatu isu hangat yang diperbincangkan baik
itu dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Karena
pengaruh paparan yang ditimbulkan serta efek dari kebisingan itu
sendiri. Paparan kebisingan secara signifikan berdampak pada kesehatan,
baik fisiologis maupun psikologis. Kebisingan juga berpengaruh negatif
dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial. Efek psikologis
akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan pelepasan
kortisol dan stres fisiologis meningkat. Penelitian di Amerika Serikat
dan New Zealand menyatakan bahwa kebisingan dapat menurunkan kualitas
hidup seseorang.
Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan penduduk yang berasal
dari kebisingan, antara lain gangguan pola tidur (insomnia),
kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan
pendengaran. Sekitar 10 juta orang dewasa dan 5,2 juta anak di AS sudah
menderita gangguan pendengaran ireversibel akibat kebisingan dan tiga
puluh juta lebih terekspos ke tingkat berbahaya kebisingan setiap hari.
Survey yang telah dilakukan di India menyatakan bahwa sebagian besar
masyarakat yang terpapar oleh kebisingan jalan raya merasa terganggu dan
merasakan dampak pada kesejahteraan dan kesehatan mereka.
Pemerintah Indonesia melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
Kep.Men- 48/MEN.LH/11/1996 tanggal 25 November 1996, telah menetapkan
baku tingkat kebisingan untuk daerah perkantoran dan perdagangan adalah
sebesar 65 desibel(dB) (A). Namun, pada perkantoran dan perdagangan yang
dekat dengan jalan raya intensitas kebisingannya sering melampaui nilai
ambang batas.
Salah satu penyebab yang mendasar dan dapat dirasakan secara langsung
adalah dari sumbangan kebisingan atau bunyi dari lalu lintas. Setiap
tahunnya jumlah kendaraan bermotor bertambah yang mengakibatkan
sumbangan dari sumber kebisingan bertambah. Jumlah kendaraan bermotor
tahun 2008 mencapai 62.273.451 unit dengan jumlah sepeda motor sebanyak
73 %, diikuti mobil penumpang, truk, dan bis sebanyak 15,1 %, 7,9 % dan
4 %. Peningkatan jumlah kendaraan tahun 2009 mencapai 8,3 % yaitu
sejumlah 70.714.569 unit dengan jumlah sepeda motor sebanyak 74 %,
diikuti mobil penumpang, truk, dan bis sebanyak 14,7 %, 7,4 % dan 3,9 %.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang menyebutkan terdapat
kenaikan jumlah kendaraan bermotor di Kota Semarang dari tahun 2007
hingga 2009. Jumlah kendaraan pada tahun 2007, 2008, dan 2009 beturut -
turut mencapai angka 152.633 unit, 161.491 unit, 167.159 unit.
Dibutuhkan solusi yang tepat guna memecahkan masalah yang ada. Salah
satunya adalah dengan penanaman pohon yang mampu meredam kebisingan yang
ada. Selain itu tanaman di perkotaan seperti Hutan Kota dan Ruang
Terbuka Hijau memiliki peranan penting dalam perbaikan kondisi
lingkungan dan kehidupan masyarakat. Tanaman merupakan pereduksi
kebisingan yang ramah lingkungan dan memberikan keindahan bila dilihat
dari aspek visual. Tanaman jika cukup tinggi, lebar, dan padat, dapat
menurunkan kebisingan lalu lintas jalan raya.
Efektivitasnya tergantung pada kerapatan tanaman sepanjang jalan raya
dan kepadatan daun (jenis tanaman). Tanaman pereduksi kebisingan yang
efektif dapat mengurangi tingkat kebisingan 10 sampai 15 dB. Penelitian
di Sri Lanka membutikan tanaman mampu mereduksi kebisingan hingga
sebesar 4 dB. Dan hampir sebagian besar wilayah Kota Surakarta mempunyai
potensi kebisingan akibat lalu - lintas.
Di Indonesia intensitas kebisingan yang telah disepakati sebagai
pedomana atau aturan bagi perlindungan alat pendengaran agar tidak
kehilangan daya dengar untuk pemaparan selama 8 jam sehari, 5 hari kerja
dalam 40 jam seminggu adalah 80 dB. Kesepakatan tersebut selama lebih
dari 3 dekade disosialisasikan, diuoayakan untuk dilaksanakan dan
akhirnya menjadi standar nasional.
Salah satu lokasi yang rawan kebisingan adalah wilayah perempatan
Panggung, Solo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil survei pendahuluan
bahwa rata-rata intensitas kebisingan di wilayah perempatan Panggung,
Solo melebihi 80 dB (A). Angka tersebut telah melebihi baku tingkat
kebisingan untuk daerah perkantoran dan perdagangan. Hasil survei juga
menunjukkan tidak ditemukan sumber kebisingan lain selain bersumber dari
kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Survei menunjukkan
jumlah kendaraan bermotor yang melintas di lokasi pukul 09.00 – 11.00
Waktu Indonesia Barat (WIB) rata - rata 273 unitper menit.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bunyi.
2. Untuk mengetahui pengertian Bising.
3. Untuk mengetahui sumber kebisingan.
4. Untuk mengetahui beberapa jenis kebisingan.
5. Untuk mengetahui alat ukur yang digunakan.
6. Untuk mengetahui cara penggunaan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kebisingan.
7. Untuk mengetahui rumus yang digunakan sebagai perhitungan.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
2. Dapat mengetahui pengertian Bunyi.
3. Dapat mengetahui pengertian Bising.
4. Dapat mengetahui sumber kebisingan.
5. Dapat mengetahui beberapa jenis kebisingan.
6. Dapat mengetahui alat ukur yang digunakan dan cara penggunaannya.
7. Dapat mengetahui rumus yang digunakan sebagai perhitungan.
8. Bagi Program D4 Keselamatan dan Kesehatan kerja
a. Dapat dijadikan referensi dan kepustakaan oleh program D4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Dapat menciptakan mahasiswa yang ahli dan terampil dalam menentukan
intensitas kebisingan di suatu tempat.
c. Dapat menciptakan mahasiswa D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berkualitas dan siap kerja.
d. Dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu menguasai dan memahami
materi tentang kebisingan.
e. Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau evaluasi untuk
pengabdian kepada masyarakat dan lingkungan kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga
atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair,
padat, gas. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal,
tetapi suaramurni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan
osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau
kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar
bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain,
sampai kegendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara
diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonic.
Suara merupakan manifestasi energi dari pergerakan perambatan
melalui media (udara, air, logam, dan lain-lain) yang didengar oleh
telinga manusia. Suara yang dapat didengar manusia hanya rentang
frekuensi tertentu yang dapat menimbulkan respon pada pendengaran
(Sjahrul M. Nasri, 1997). Terdapat dua hal yang menentukan kualitas
bunyi, yaitu :
1. Frekuensi Bunyi
Frekuensi, yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai
ditelinga setiap detiknya, telinga manusia mampu mendengar
frekuensi diantara 16 – 20.000 Hz, sedangkan sensitivitas
terhadap frekuensi-frekuensi tersebut berbeda-beda (Suma'mur
P.K., 1996).
Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan dalam
satuan waktu (detik). Rentang frekuensi suara yang dapat
didengar telinga manusia berkisar 20 Hz–20.000 Hz. Suara
percakapan manusia mempunyai frekuensi : 250 Hz–3000 Hz.
Frekuensi suara < 20 Hz disebut Infra Sound. Sedangkan frekuensi
suara > 20.000 Hz disebut Ultra Sound, pada umumnya suara
percakapan manusia mempunyai Frekuensi sekitar 1000 Hz (Sjahrul
M. Nasri, 1997).
Frekuensi suara adalah sejumlah fluktuasi atau fribasi
perdetik, yang di ekspresikan dalam Hz (satuan frekuensi yang
sama dengan satu rangkaian perdetik), yang dirasakan secara
subyekif sebagai pola titi nada (E. Grandjean, 1988) .
2. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah arus energi persatuan luas yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB), dengan membandingkannya
dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi
dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat di dengar oleh telinga
normal (Suma'mur, P.K.,1996).
Desibel (dB) adalah satuan pengukuran untuk mengukur
intensitas suara dan diperkenalkan untuk menampung tingkat nada
yang luas dalam skala praktis, satuan logaritme (E. Grandjean,
1988).
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel(dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi
yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul
udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis
dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan
dan kesehatan.
Musik keras bisa jadi merupakan "kebisingan" buat sebagian orang
tua. Sebaliknya musik klasik merupakan "suara" yang tidak dikehendaki
atau kebisingan bagi sebagian orang muda. Bising bagi tiap orang
mempunyai makna berlainan tergantung situasi dan kondisi (Departemen
Kesehatan RI, 1990).
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh
getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi tersebut
tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai kebisingan (Suma'mur P.K,
1996).
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di
klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibatgesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian
mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston,
fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan
cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom,
dan lain-lain. (Sjahrul M. Nasri, 1997).
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan
tenaga bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible
noise, occupational noise, dan impuls noise (Gabriel.JF, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh
Frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz.
2. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan),
bising yang disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls noise ( impact noise = Bising impulsive), bising yang
terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan
palu, ledakan meriam,tembakan bedil dan lain-lain.
Jenis-jenis bising yang sering dijumpai dalam industri dan sektor-
sektor kegiatan ekonomi lainnya dijelaskan sebagai berikut :
1. Bising ajek dengan spektrum frekuensi luas (steady wide-band
noise) bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB
untuk periode 0.5 detik berturut-turut, termasuk kisaran
frekuensi yang lebar seperti mesin dibengkel, kipas angin, dapur
peleburan, dan tanur putar di pabrik semen.
1. Bising ajek dengan spektrum frekuensi sempit (teady narrow-band
noise), yang energinya dari suara sebagian besar terkonsentrasi
dalam beberapa frekuensi, bising ini juga relatif tetap, akan
tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500,
1000, 4000) seperti gergaji putar.
2. Bising terputus (impact noise), yaitu bunyi dalam suatu waktu
yang pendek tunggal seperti mesin tempa, pancang fondasi.
3. Bunyi impact berulang.
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40
dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
pendengarnya.
4. Bunyi berulang (intermittent noise) seperti suara lalu lintas
yang terdengar di sekitar lapangan terbang. bising yang
berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode
relatif tenang.
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Nilai ambang batas yang kemudian disingkat NAB, adalah standar
faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaannya
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu. NAB kebisingan menurut KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
HIDUP Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang BAKU TINGKAT KEBISINGAN
adalah sebagai berikut :
"Peruntukan Kawasan/ "Tingkat kebisingan"
"Lingkungan Kegiatan " "
" "DB (A) "
"a. "Peruntukan kawasan " "
" "1. Perumahan dan pemukiman "55 "
" "2. Perdagangan dan Jasa "70 "
" "3. Perkantoran dan "65 "
" "Perdagangan " "
" "4. Ruang Terbuka Hijau "50 "
" "5. Industri "70 "
" "6. Pemerintahan dan Fasilitas"60 "
" "Umum " "
" "7. Rekreasi "70 "
" "8. Khusus: " "
" "- Bandar udara *) " "
" "- Stasiun Kereta Api *) " "
" "- Pelabuhan Laut "70 "
" "- Cagar Budaya "60 "
"b. "Lingkungan Kegiatan " "
" " " "
" " " "
" " " "
" "1. Rumah Sakit atau "55 "
" "sejenisnya " "
" "2. Sekolah atau sejenisnya "55 "
" "3. tempat ibadah atau " "
" "sejenisnya " "
B. Perundang-undangan
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-13/MEN/2011 tentang Nilai
Ambang Batas faktor Fisika di Tempat Kerja.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
3. Undang-Undang No. 14 pasal 9 dan 10 tentang Pokok-pokok Ketentuan
Keselamatan Tenaga Kerja.
4. Permenaker No. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit
Akibat Kerja.
5. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. pasal 3 ayat
1 (g). "Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar/radiasi, suara dan getaran".
6. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 13. "Barang siapa
akan memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang
diwajibkan".
7. Permenaker No. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja, pasal 3 ayat 1. "Bila ada penyakit akibat kerja harus
dilaporkan ke Depnaker dalam waktu 2 x 24 jam dan segera dilakukan
diagnosa".
BAB III
HASIL
A. GAMBAR ALAT, CARA KERJA, DAN PROSEDUR PENGUKURAN
1. Pengukuran Kebisingan lingkungan dan atau di tempat kerja
a. Gambar Alat
1) Nama alat : Sound Level Meter
Keterangan dan Fungsi bagian-bagian Sound Level Meter adalah :
a) Microfone
Berfungsi untuk menagkap suara dari sumber bising.
b) Function Switch
1) off : untuk mengakhiri pengukuran atau mematikan
2) BATT : untuk mengecek voltase baterai
3) A : untuk pengukuran
4) C : untuk kalibrasi
c) Meter
Berfungsi untuk melihat angka hasil intensitas kebisingan
yang terukur yang ditunjukkan oleh jarum petunjuk.
d) Level Indication Window
Sebagai skala desibel intensitas kebisingan yang digunakan
sesuai intensitas yang terukur.
e) Level Switch
Berfungsi untuk mengatur level indikating window sesuai
intensitas yang terukur.
f) FILTER-CAL-INT
1) CAL : untuk kalibrasi (adaptasi alat)
2) INT : untuk pengukuran
g) Meter Dynamic Characteristic Selector Switch
1) SLOW : untuk bising jenis impulsif
2) FAST : untuk bising jenis kontinyu
h) Sensitivity Adjusment
i) Untuk melakukan perbaikan bila jarum pada meter saat
kalibrasi tidak menunjukkan CAL Mark, maka sentivity
adjustment dapat diputar sampai pointer menunjukkan CAL Mark.
2) Stopwatch
Keterangan :
a) Tombol start/stop
Fungsi : mencatat waktu
2. Cara Kerja Alat
Sound Level Meter
Pasang baterai
Kalibrasi
a) Kalibrasi alat Soud Level Meter menggunakan Sound Calibrator
b) Pasang baterai pada Sound Calibrator
c) Sambungkan Sound Calibrator dengan alat SLM
d) Hidupkan alat Sound Level Meter setelah itu hidupkan Sound
Calibrator pada range 94 dB dan 114 dB.
e) Lihat hasil pada layar SLM dan sesuaikan hasilnya dengan
Sound Calibrator (94 dB atau 114 dB)
f) Jika hasilnya belum sesuai maka putarlah lubang "Cal" pada
alat Sound Level Meter sampai hasilnya sesuai
g) Matikan alat
Pengukuran
a) Hidupkan alat dengan menekan tombol "on/off"
b) Pilih Frequency Weighting dengan menekan tombol A/C.
Fungsinya adalah mengubah signal yang terukur sesuai cara
serupa seperti mekanisme pendengaran manusia.
1) Weighting Net Work "A":
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human
response for low levels), untuk pengukuran kebisingan
lingkungan, tempat kerja, dll
2) Weighting Net Work "C":
Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi (Human
response for high sound levels), untuk diagnosis kerusakan
pada perangkat listrik, elektronik, dan mekanik
c) Pilih FAST atau SLOW dengan menekan tombol F/S "FAST"
(125 ms response) atau "SLOW" (1 second response). "FAST"
digunakan untuk bising yang impulsive, "SLOW" digunakan untuk
bising continue.
d) Tekan tombol "REC" untuk merekam hasil pengukuran. Tekan
tombol REC lagi untuk melihat nilai "MAX" atau nilai
tertinggi saat pengukuran dilakukan. Tekan tombol "REC" lagi
untuk melihat nilai "MIN"atau nilai terendah saat pengukuran
dilakukan. Untuk menghentikan perekaman, tekan tombol "REC"
sampai indicator "REC" dilayar hilang. Catatan: setiap lokasi
pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit, dengan ± 6
kali pengamatan. Hasil pengukuran adalah nilai tertinggi yang
ditunjukkan pada monitor.
e) Catat hasil pengukuran.
f) BA (Background Noise Absorber) Mode
Jika menginginkan hasil yang akurat bisa menggunakan BA Mode.
BA Mode bisa menghilangkan Background Noise. Untuk
mengoperasikan BA Mode sebagai berikut:
1) Tekan tombol MAXHLD (ikon MAX HOLD akan muncul di layar)
2) Tekan tombol BA (F akan muncul pada layar)
3) Tekan tombol MAXHLD lagi (MAX HOLD akan muncul kembali di
layar)
4) Di layar akan menunjukkan hasil background noise
5) Jika angka hasil pengukuran berubah, maka itu adalah hasil
pengukuran dari alat. Tapi jika hasil pengukuran tidak
berubah, berarti hasil kebisingan dari mesin hampir sama
atau lebih rendah dari background noise
3. Prosedur Pengukuran
1) Membunyikan sumber bising.
2) Melakukan pengukuran menggunakan Sound Level Meter dengan
mengatur jarak 1 meter dari sumber bising.
3) Arahkan mikrofon pada sumber bising.
4) Tinggi alat pengukur adalah setinggi pusar.
5) Lakukan pengukuran selama 1 menit.
6) Baca angka skala sampai hampir menunjukkan angka yang stabil.
7) Mencatat hasil pengukuran
8) Lakukan langkah pada poin c - g untuk jarak 2 meter, 3 meter, 4
meter, 5 meter, dan 6 meter dari sumber bising.
9) Menghitung intensitas nilai kebisingan dari hasil tersebut.
4. Pengukuran Kebisingan Personal
a. Gambar Alat
1) Noise dosmeter
Keterangan dan Fungsi :
a. Microphone (Lapel Clip Not Shown) menangkap suara kebisingan.
b. Lcd Display untuk melihat hasil pengukuran.
c. On-Off On untuk menyalakan alat dan off untuk mematikan alat.
d. Reset
e. Run
b. Cara Kerja Alat
1) Pemakaian Alat
a) Nyalakan alat dengan menekan tombol power.
b) Jika telah menyala, tekan tombol MODE untuk memilih jenis
operasi yang dikehendaki.
c) Untuk operasi Sound Level Meter (SLM) maka display tampil dBA
d) Range SLM : type 2,70 – 140 dB
2) Kalibrasi
a) Set alat pada mode SLM
b) Set respon time pada slow mode
c) Masukkan sensor SLM pada alat kalibrasi
d) Nyalakan kalibrator pada 94 dB, lalu stel crew kalibrasi
hingga penunjukkan di 94 dB
e) Kalibrasi sebaiknya dilakukan saat alat akan dilakukan
3) Data Logging
a) Saat mode SLM, alat ini bisa melakukan perekaman data
b) Tekan tombol RUN untuk mengaktifkan operasi ini. Display akan
tampil icon MEM yang berkedip
c) Untuk menghentikan perekaman data tekan kembali tombol RUN
d) Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software
yang disertakan
4) Operasi Noise Dosimeter
a) Tekan tombol MODE, lalu pilih %MODE
b) Pilih lokasi penyimpanan data (E1 – E5) dengan tombol EVENT
c) Pasang alat di ikat pinggang atau saku, letakkan mic di dekat
telinga
d) Tekan tombol RUN dan akan tampil icon JAM pada display
e) Jika akan melakukan jeda pada saat pengukuran tekan tombol
PAUSE dan untuk memulai pengukuran tekan RUN kembali
f) Untuk mengakhiri operasi ini tekan tombol RUN selama 3 detik
g) Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software
yang telah disertakan
5. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
a. Hasil Pengukuran Sumber Bising dari kendaraan bermotor
Praktikum pengukuran kebisingan yang dilakukan oleh kelompok 6
dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin, 28 September 2015
Tempat : Parkiran
Waktu : Pukul 09.00 – 12.00 WIB
Tabel hasil pengukuran sumber bising pada kendaraan bermotor yang
melintas didepan SMK Kristen 1 Surakarta.
"Tempat "Sumber "Jenis "Hasil Pengukuran "
" "Bising "Bising "1 M "2 M "3 M "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"88,1 "85,4 "78,8 "
"depann SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"84,4 "81,2 "80,0 "
"depan SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"87,6 "81,9 "79,5 "
"depan SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"87,6 "79,2 "73,1 "
"depan SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"88,6 "80,9 "70,3 "
"depan SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
"Lampu Merah "Mesin "Intermitten"89,2 "80,7 "78,9 "
"depan SMK "Gergaji " " " " "
"Kristen 1 " " " " " "
"Surakarta " " " " " "
Dari data diatas, kemudian kami menghitung leq untuk jarak yang
diukur dari berbagai sisi. Perhitungan Intensitas Rata-rata Kebisingan
Intermitten adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan
Kebisingan Intermitten pada kendaraan bermotor didepan SMK Kristen
1 Surakarta.
1) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq)1 M
2) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 2 M
3) Menentukan Rata – Rata Kebisingan Sesaat (Leq) 3 M
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang kami peroleh, yaitu di lingkungan perempatan
Panggung menunjukkan intensitas kebisingan yang bermacam-macam.
Untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang terdapat di dua
lingkungan tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau tidak, maka
kita harus melakukan perhitungan tingkat bising rata-rata yang terpajan
pada pekerja dalam kurun waktu tertentu (jam) atau LEQ. Menurut
Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, nilai ambang batas faktor fisika
untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus, tidak lebih
dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Depnaker, 2011).
Peraturan Menteri Nomor Per.13/MEN/X/2011/Bentuk Negara RI No.684
yang menyatakan bahwa Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB) di tempat
kerja adalah sebesar 85 dB sedangkan di hasil pengukuran menunjukkan
bahwa intensitas kebisingannya adalah di atas NAB sehingga hal ini
memerlukan tindakan penanggulangan.
Dosis pajanan bising Leq efektif selama 8 jam masih di bawah NAB
seperti yang disyaratkan pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 adalah
85 dBA. Sementara untuk kebisingan dengan intensitas bunyi sebesar 140
dBA tidak boleh terpapar walaupun hanya sesaat.
"Intensitas Bunyi (dB) "Waktu Paparan per Hari "
"85 "8 jam "
"88 "4 jam "
"91 "2 jam "
"94 "1 jam "
"97 "30 menit "
"100 "15 menit "
"103 "7,5 menit "
"106 "3,75 meniit "
"109 "1,88 menit "
"112 "0,94 menit "
"115 "28,12 detik "
"118 "14,06 detik "
"121 "7,03 detik "
"124 "3,52 detik "
"127 "1,76 detik "
"130 "0,88 detik "
"133 "0,44 detik "
"136 "0,22 detik "
"139 "0,11 detik "
"140 "0 detik (tidak boleh sama "
" "sekali) "
Sumber : Permenakertrans No. 13 Tahun 2011
Salah satu hasil pengukuran kelompok kami yang dilakukan di
industry mebel, menunjukan pada radius 1 meter adalah 87,815 dBA. Pada
radius 2 meter adala 82,04 dBA. Pada radius 3 meter adalah 77,94 dBA.
Sehingga berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan, dapat di
gambarkan lokasi-lokasi atau zona-zona yang tergolong dalam zona Kuning,
dan zona Hijau.
Sedangkan data yang diperoleh dari pengukuran kebisingan secara
personal dengan menggunakan noise dose meter di perempatan panggung
depan SMK 1 Kristen Surkarta, dengan intensitas 80 dBA, terpapar bising
sebesar 4,22% dalam waktu 11 menit. Sehingga tidak memerlukan tindakan
pengendalian ataupun penanggulangan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di
udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas
frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia berkisar
antara 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo berbagai variasi dalam kurva
responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz
disebut infrasonik.
2. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel(dB).
3. Sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,
pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan
rumah tangga.
4. Beberapa jenis kebisingan diantaranya ada Bising yang kontinyu, Bising
terputus-putus, Bising impulsive, Bising impulsif berulang.
5. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level Meter, stopwatch, Noise
dosimeter.
6. Perhitungan menggunakan rumus
B. Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami dan mengetahui dengan benar dalam
menggunakan alat ukur Sound Level Meter sebelum praktikum dimulai.
2. Sebaiknya pada saat melakukan pengukuran terhindar dari kebisingan
lain yang tidak tercakup atau tidak dikehendaki untuk diukur agar
mendapatkan hasil yang valid.
3. Sebaiknya waktu yang diberikan untuk pengukuran relatif panjang
sehingga bila ada kesalahan dalam pengukuran praktikan dapat mengulang
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya.2012.Bab 2 Tinjauan
Pustaka.http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1kesmas/205313007/bab2.pdf
(5 Noember 2014)
Nugraha.2010.Kebisingan.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-
15595-Chapter1-713111.pdf (5 Noember 2014)
Pratama.2013.Bab 2
Kebisingan.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-
primanitam-6545-3-babii.pdf (5 Noember 2014)
-----------------------
5
11
20
22