SKIZOFRENIA
No. Dokumen :
Tanggal Terbit : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkanoleh Direktur RSUD dr. R. SOEPRAPTO Cepu KabupatenBlora
dr. NUR MOCHAMAD PUTRA NIP.19590530 198703 1 002 PENGERTIAN
Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi yang biasanya berlangsung lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita membedakan antara
TUJUAN
kenyataan dengan pikiran sendiri. Sebagai acuan / pedoman dalam penanganan kasus skizofrenia
KEBIJAKAN
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2010, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa. Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar 0,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa. Hasil Anamnesis (Subjective) Pasien mungkin datang dengan keluhan: Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi Tidak dapat tidur, tidak mau makan Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh orang lain Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik Alo dan Auto Anamnesis tambahan: Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang, trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif sebagai penyebab timbulnya keluhan. Faktor Risiko Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain hiperaktivitas sistem dopaminergik dan faktor genetik. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian skizoid, paranoid, dependen. Adanya stresor kehidupan. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari psikotiknya/skizofrenia (gangguan mental organik). Selain itu pasien dengan gangguan psikotik/skizofrenia juga sering terdapat gangguan fisik yang menyertai karena perawatan diri yang kurang. Pemeriksaan Penunjang Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan mental organik. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti: darah perifer lengkap, elektrolit,
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, serta radiologi dan EKG.
Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Terdapat problem kronik dengan gambaran: - Penarikan diri secara sosial - Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri - Inkoheren dan disorganized
Pedoman diagnostic skizofrenia berdasarkan PPDGJ III 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau – Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan – Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya. b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau – Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau – Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus). – Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat. c. Halusional Auditorik ; – Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien . – Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
berbicara atau – Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika. * adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal); * Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial. PROSEDUR
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 1. Intervensi Psikososial 1.1. Informasi penting bagi pasien dan keluarga Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis. Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi perjalanan penyakit jangka panjang sulit diprediksi. Pengobatan perlu dilanjutkan meskipun setelah gejala mereda. Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan antisipasi dalam menghadapi kekambuhan. Obat merupakan komponen utama dalam pengobatan. Minum obat secara teratur akan mengurangi gejala-gejala dan
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
mencegah kekambuhan. Dukungan keluarga penting untuk ketaatberobatan (compliance) dan rehabilitasi. Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan keluarga. 2.2.Konseling pasien dan keluarga Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga dan minta dukungan mereka. Terangkan bahwa minum obat secara teratur dapat mencegah kekambuhan. Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter. Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara penanggulangannya. Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian lain. Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku pantas). Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut: o Keluarga atau teman harus menjaga pasien. o Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya makan dan minum). o Jangan sampai mencederai pasien. Meminimalisasi stres dan stimulasi: o Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh tidak setuju dengan keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba untuk membantah bahwa pikiran itu salah). Sedapat mungkin hindari konfrontasi dan kritik. o Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat dan menghindari
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
stres dapat bermanfaat. Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman. 2. Farmakologi Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau Risperidon 2x 1-3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200 mg/hari. Untuk haloperidol dan risperidon dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberikan efek sedasi. Benzodiazepin dapat ditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan: klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1 jam jika belum ada perubahan yang signifikan, dosis maksimal 30 mg/hari. Atau dapat juga dapat diberikan injeksi intra muskular klorpromazin 2-3 x 50 mg. Untuk pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi intra muskular diazepam untuk mengurangi dosis antipsikotiknya dan menambah efektivitas terapi. Setelah stabil segera rujuk ke RS/RSJ. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik seperti haloperidol decanoas 50 mg atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih dulu untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi 1 ampul untuk 1 bulan. Obat oral jangan diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan, sambil dimonitor efek samping, lalu obat oral turunkan perlahan. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidil 2-4 x 2 mg; jika timbul distonia akut
SKIZOFRENIA No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman : 2/2
berikan injeksi diazepam atau difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah, mondar mandir tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20 mg. 3. Kunjungan Rumah (home visit) Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk: Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan Melakukan asuhan keperawatan Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat Kriteria Rujukan Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke fasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa setelah dilakukan penatalaksanaan awal. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk setelah penatalaksanaan awal. Sarana Prasarana Alat restraint (fiksasi), alat transportasi untuk merujuk (bila tersedia). Prognosis Ad vitam : Ad vitam Ad functionam : Dubia Ad sanationam : Dubia