SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATU KEPATUHAN HAN DIET DIET PADA PADA LANSIA LANSIA PENDER PENDERITA ITA HIPERTENSI (Studi (St udi di Desa Desa Plandi Plandi Kecama Kecamatan tan Jomban Jombang g Kabupa Kabupaten ten Jombang Jombang Provinsi Jawa Timur)
EDI ISWANTO 10321099
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2014
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATU KEPATUHAN HAN DIET DIET PADA PADA LANSIA LANSIA PENDER PENDERITA ITA HIPERTENSI (Studi (St udi di Desa Desa Plandi Plandi Kecama Kecamatan tan Jomban Jombang g Kabupa Kabupaten ten Jombang Jombang Provinsi Jawa Timur)
SKRIPSI Diajukan Diajukan sebagai sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
EDI ISWANTO 10321099
PROGRA PROGRAM M STUDI S1 ILMU ILMU KEPERAW KEPERAWATA ATAN N SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2014
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan tangan di bawah bawah ini : Nama
: Edi Iswanto
NIM
: 10321099
Tempat, Tanggal Lahir
: Sumenep, 28 Juli 1991
Institusi
: PRODI S1 Keperawatan STIKes “ICMe” Jombang
Menya Menyatak takan an bahwa bahwa Skrips Skripsii denga dengan n judul judul “Hubungan Dukungan Keluarga deng dengan an Kepa Kepatu tuha han n Diet Diet Pada Pada Lans Lansia ia pend pender erita ita Hipe Hiperte rtens nsi( i(Stu Studi di di Desa Desa Plan Plandi di Kecamata Kecamatan n Jombang Jombang Kabupaten Jombang)”. Adapun Adapun Skrips Skripsii ini buka bukan n milik milik oran orang g lain lain baik baik sebag sebagian ian maupu maupun n keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumber. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi Akademis.
Jomb Jomban ang, g, Agus Agustu tuss 2014 2014 Yang menyatakan
Edi Iswanto 10321099
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI Judul
:
HUBUNGAN
DUKUNGAN
KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI
(di
Desa
Plandi
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur).
Nama Mahasiswa
:
Edi Iswanto
NIM
:
10.321.099
Program Studi
:
S1 Keperawatan
TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL
Endang Yuswatiningsih, S.Kep,Ns,M.Kes Pembimbing Utama
AGUSTUS 2014
Agustina Maunatur, S.Kep,Ns Pembimbing Anggota
Mengetahui, Ketua STIKes
Ketua Program Studi
DR.H.M.Zainul Arifin Drs.,M.Kes
Muarrofah., S.Kep.,Ns.M.Kes
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal ini telah diajukan oleh :
Nama Mahasiswa
: Edi Iswanto
NIM
: 10.321.099
Program Studi
: S1 Keperawatan
Judul
:: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI (di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur).
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima salah satu syarat untuk meyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Keperawatan
Komisi Dewan Penguji, Ketua Dewan Penguji : Dr. Luluk Sulistyono, Ir,Msi.
(
)
Penguji I
: Endang Yuswatiningsih, S.Kep,Ns,M.Kes . (
)
Penguji II
: Agustina Maunaturrohmah, S.Kep,Ns
Ditetapkan di : JOMBANG Pada tanggal : Agustus 2014
v
(
)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 28 JULI 1991 dari Bapak Brontoseno dan Ibu Maesa. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SDN IV Sapeken, tahun 2006 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Sapeken, tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Arjasa. Dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK I. Penulis memilih Program Studi S1 Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang. Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang,
Agustus 2014
Edi Iswanto
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul "Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Lansia Penderita Hipertensi" ini dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat. DR.H.M. Zainul Arifin, Drs. M.Kes. selaku ketua STIKes ICMe Jombang, Muarrofah, S.Kep,Ns,M.Kes. selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Endang Yuswatiningsih, S.Kep,Ns,M.Kes.selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis serta telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga hingga terselesaikannya Skripsi ini, Agustina Maunaturrohmah, S.Kep,Ns. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan petunjuk kepada penulis serta telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga hingga terselesaikannya Skripsi ini. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang hingga terselesaikannya Skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran demi perbaikan penulis sangat mengharapkan dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, amin.
Jombang,
Agustus 2014
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN JUDUL DALAM...........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
v
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRACT........................................................................................................ viii ABSTRAK .......................................................................................................... ix DAFTAR ISI.......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang..................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ..............................................................................
3
1.4
Manfaat Penelitian ............................................................................
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
5
2.1
Konsep Dukungan Keluarga.............................................................
2.2
Konsep Kepatuhan............................................................................ 11
2.3
Konsep Diet Hipertensi..................................................................... 18
2.4
Konsep Keluarga............................................................................... 26
2.5
Konsep Lansia................................................................................... 29
2.6
Konsep Hipertensi............................................................................. 37
viii
5
2.7
Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia pederita Hipertensi ....................................................... 46
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................ 48 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian....................................................... 48
3.2
Hipotesis ........................................................................................... 50
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................ 51 4.1
Jenis Penelitian ................................................................................. 51
4.2
Desain Penelitian .............................................................................. 51
4.3
Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 52
4.4
Populasi, Sampel dan Sampling........................................................ 52
4.5
Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 54
4.6
Identifikasi Variabel ......................................................................... 55
4.7
Definisi Operasional ......................................................................... 55
4.8
Instrumen dan Pengumpulan Data.................................................... 57
4.9
Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data ...................................... 58
4.10 Etika Penelitian................................................................................. 62 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 63 5.1
Hasil Penelitian ................................................................................. 63
5.2
Pembahasan ...................................................................................... 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 74 6.1
Kesimpulan ....................................................................................... 74
6.2
Saran ................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No
Tabel
Halaman
Tabe Tabell 2.1 2.1 Klas Klasifi ifika kasi si teka tekana nan n dar darah ah pada pada oran orang g dewa dewasa sa .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....
37
Tabel Tabel 4.1 Defin Definisi isi operas operasion ional al hubung hubungan an dukunga dukungan n kelua keluarga rga dengan dengan kepa kepatu tuha han n diet diet pada pada lansi lansiaa pende penderit ritaa hiper hiperte tens nsii .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..
55
Tabel 4.2 Scoring soal soal dan dan kateg kategori ori variab variabel el dukung dukungan an kelu keluarg argaa tentan tentang g kepat kepatuha uhan n diet diet hipert hiperten ensi si ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....
58
Tabel 4.3 Scoring soal soal dan dan kate kategor gorii varia variabel bel kepatu kepatuhan han diet diet pada pada lansia lansia pende penderita rita hipert hipertens ensi..... i........ ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..
58
x
DAFTAR GAMBAR
No Gamba Gambarr 3.1
Gamba Gambarr 4.1
Gambar
Halaman
Kerang Kerangka ka konsep konseptua tuall tentang tentang hubu hubung ngan an dukun dukunga gan n keluarg keluargaa dengan dengan kepatuhan kepatuhan diet pada lansia lansia penderita penderita hipertensi hipertensidi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provin Provinsi si Jawa Jawa Timur. Timur.... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..
48
Kerang Kerangka ka kerja kerja peneli penelitia tian n tentan tentang g hubung hubungan an dukun dukunga gan n keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensidi Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jomb Jomban ang g Prov Provin insi si Jawa Timur Timur .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....
53
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Jadwal Jadwal Kegiatan Kegiatan .......... ............... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .....
1
Formulir Formulir Persetuju Persetujuan an Menjadi Menjadi Respond Responden....... en............ .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ....... ..
2
Pernyataan Pernyataan Bersedia Bersedia Menjadi Menjadi Responde Responden n ......... .............. .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .....
3
Lembar Lembar Kuesione Kuesionerr .......... ............... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ....... ..
4
Kisi-kisi Kisi-kisi Kuesioner Kuesioner .......... ............... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .....
5
Uji Validitas Validitas .......... ............... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......
6
xii
ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI (Studi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur) Oleh: EDI ISWANTO
Timbulnya hipertensi masih satu masalah kesehatan di (dalam) Indonesia, [yang] terutama sekali di (dalam) Jombang, Pulau Jawa Timur. Penyakit dihubungkan dengan lifestyle, [yang] terutama diet. Salah satu [dari] masalah adalah manajemen hipertensi di (dalam) pemenuhan pasien kepada diet [itu]. Pen;Dukungan Keluarga adalah suatu faktor yang telah menyokong mempengaruhi pemenuhan pasien. Tujuan Studi ini untuk meneliti hubungan [itu] antar[a] keluarga mendukung dengan kesetiaan berkenaan dg aturan makan di (dalam) pasien lebih tua dengan hipertensi di (dalam) [desa/kampung] Jombang Kabupaten Jombang Plandi Daerah Provinsi Pulau Jawa Timur. Perancangan penggunaan studi ini korelasi analitik dengan cross-sectional mendekati. Populasi di (dalam) studi ini adalah semua keluarga-keluarga dengan lebih tua [siapa] yang menderita hipertensi di (dalam) Plandi [Desa/Kampung], Daerah Jombang dengan suatu ukuran contoh 31 lebih tua dan teknik sampling menggunakan percontohan acak sederhana. Data telah dikumpulkan penggunaan [adalah] suatu daftar pertanyaan untuk keluarga mendukung dan pemenuhan berkenaan dg aturan makan. Data telah dianalisa oleh menggunakan Spearman Rank dengan laju galat(?)= 0.05. Hasil menunjukkan kategori pen;dukungan keluarga [yang] baik itu adalah 4 ( 13%), cukup 19 ( 61%), kekurangan 8 ( 26%), dan pemenuhan berkenaan dg aturan makan di (dalam) hypertensive penganut pasien lebih tua 1 ( 3%), [yang] taat 23 ( 74%), lebih sedikit taat 7 ( 23%). Hasil analisa test p menghargai ( 0.002 < 0.05), kemudian H1 diterima. Kesimpulan adalah bahwa ada suatu hubungan keluarga mendukung dengan pemenuhan berkenaan dg aturan makan di (dalam) pasien lebih tua dengan hipertensi. Kata kunci: Dukungan Keluarga, Diet Pemenuhan, Hipertensi Lebih tua.
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai dampak antara lain meningkatnya umur harapan hidup usia lanjut (lansia). Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di beberapa Negara yang ada di dunia (Amiruddin R, 2010). Penyakit hipertensi semakin berkembang selain faktor usia, juga masalah kepatuhan terhadap gaya hidup yang mana pasien sering kali melanggar pantangan diet. Terjadinya perubahan pola makan yang menjurus kemakanan siap saji yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan ( dietary fiber ) (Astawan, 2009). Kebanyakan lansia penderita hipertensi cenderung kurang
mematuhi diet yang dianjurkan, sehingga tekanan darah tidak stabil (naik turun). Berdasarkan data WHO tahun 2000 diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2007 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi cukup tinggi, mencapai 0,37% atau 83 per 1000 anggota rumah tangga (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menunjukkan jumlah angka hipertensi mencapai 285.724 jiwa, data ini diambil menurut surveilans terpadu Puskesmas (STP) di Jawa Timur. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jombang angka kesakitan puskesmas
1
2
tahun 2011 penyakit hipertensi mencapai 30172 jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang terdapat 235 lansia. Lansia yang menderita hipertensi sebanyak 122 orang dan dari hasil wawancara dengan 10 lansia yang mengalami hipertensi, mengatakan bahwa mereka kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya dalam mengontrol makanan, sehingga mereka cenderung mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan diet yang dianjurkan. Institusi Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Mereka baru mengetahui setelah tekanan darah tinggi yang dideritanya menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal. Perubahan fisiologis akibat proses penuaan akan di alami lansia yang di antaranya mengarah pada system kardiovaskuler, termasuk hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti otak, mata dan kelumpuhan organ-organ gerak. Penyebab pastinya belum diketahui tapi kegagalan ini bisa terjadi karena masalah treatmen, kemungkinan lain dari penyebab kegagalan terapi farmakologis adalah adanya masalah yang berakar pada pasien itu sendiri ( patient-centered issue). Berdasarkan model psikobiososial, penyakit kronis merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor biologis, psikologis (faktor individual), dan sosial budaya (faktor sosial) (Oktaviani, 2011). Lansia yang menderita hipertensi memerlukan suatu dukungan sosial yang tepat, karena harapan dari orang-orang yang dicintai akan mendorong terbentuknya
norma-norma subyektif
yang
positif terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan, obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan
3
mengurangi stres pada sistem vaskuler, selain farmakologi pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan non-farmakologis (Baradero, 2009). Pengaturan pola makan untuk hipertensi meliputi pengurangan asupan kalori, terutama bagi penderita yang mengalami kegemukan, membatasi asupan garam, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Terwujudnya kepatuhan dalam treatmen yang telah di tetapkan bagi orang hipertensi, itu sangat dibutuhkan dukungan dari keluarga dalam meningkatkan kepatuhan lansia untuk mengatur diet, karena keluarga dianggap orang terdekat bagi diri lansia tersebut (Oktaviani, 2011). Dilihat dari berbagai permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
4
1.3. 1.3.2 2 Tuju Tujuan an khus khusus us 1. Meng Mengid iden entif tifik ikas asii duku dukung ngan an kelua keluarg rgaa tenta tentang ng kepat kepatuh uhan an diet diet lans lansia ia pend pender erita ita hipertens hipertensii di Desa Plandi Plandi Kecamata Kecamatan n Jombang Jombang Kabupate Kabupaten n Jombang Jombang Provinsi Provinsi Jawa Timur 2. Men Mengide identif ntifik ikaasi kep kepatuh tuhan die diet pad pada lans lansia ia pen penderita rita hipe iperte rtensi di Desa Plandi Kecamatan Kecamatan Jombang Kabupaten Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 3. Mengana Menganalisis lisis dukungan dukungan keluarga keluarga denga dengan n kepatuhan kepatuhan diet pada pada lansia lansia penderita penderita hipertens hipertensii di Desa Plandi Plandi Kecama Kecamatan tan Jombang Jombang Kabupate Kabupaten n Jombang Jombang Provinsi Provinsi Jawa Timur
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 1.4.1 Teoriti Teoritiss Penelitian ini secara teoristik dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu keperawatan khusunya keperawatan komunitas yang berkaitan dengan dukungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi.
1.4. 1.4.2 2 Prak Prakti tiss Dukungan Dukungan keluarga keluarga dapat dapat digun digunakan akan sebagai sebagai motivator motivator alternatif alternatif untuk kepatuha kepatuhan n diet yang yang efektif efektif dalam dalam mengatasi mengatasi hipert hipertensi, ensi, memberika memberikan n masukan masukan bagi bagi tempat tempat pelayanan pelayanan keseh kesehatan atan (Posy (Posyandu andu lansia lansia), ), dan memotivasi memotivasi kelua keluarga rga yang yang mempu mempunya nyaii anggota anggota kelua keluarga rga lansia lansia yang yang menga mengalam lamii hiperte hipertensi nsi agar agar meningka meningkatkan tkan dukungan dukungan mereka mereka terhadap terhadap kepatuhan kepatuhan diet, diet, serta dapat dapat menambah menambah informasi dan meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada lansia untuk mengontrol tekanan darah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Konsep Dukungan Dukungan Keluarga
2.1.1 2.1.1 Penger Pengertia tian n dukung dukungan an kelua keluarga rga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Susanto, 2012). Menurut Menurut Padila, Padila, (2012) (2012) keluarga keluarga berfungsi berfungsi sebagai sebagai sistem sistem penduk pendukung ung bagi bagi angg anggota otany nya. a. Angg Anggot otaa
kelua keluarg rgaa
mema memand ndan ang g
bahw bahwaa
oran orang g
yang yang
bers bersifa ifatt
mendu mendukun kung, g, selalu selalu siap siap memb memberi erikan kan pertol pertolong ongan an dan dan bantu bantuan an jika jika diperlu diperlukan kan.. Kelua Keluarga rga memi memilik likii fungsi fungsi supo suporti rtiff menuru menurutt Caplan Caplan,, (1964) (1964) dala dalam; m; (Fried (Friedman man,, 2010 2010)) yaitu aitu : 1. Dukungan informasional : keluarga keluarga berfungsi berfungsi sebagai sebagai kolektor dan penyebar informasi tentang dunia. 2. Dukungan Dukungan penilaian penilaian : keluarga keluarga bertind bertindak ak sebagai sebagai sebua sebuah h bimbingan bimbingan umpan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan pembenaran identitas anggota. 3. Dukungan Dukungan instrumen instrumental tal : keluarga keluarga merupaka merupakan n sebuah sebuah sumber sumber praktis praktis dan konkrit. 4. Dukungan Dukungan emosiona emosionall : keluarga keluarga sebagai sebagai sebuah sebuah tempat tempat yang yang aman aman dan dan damai damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
5
6
2.1.2 2.1.2 Mengka Mengkaji ji dukung dukungan an di dalam dalam kelua keluarga rga Setiap anggota anggota keluarga keluarga memiliki sendiri aktivitas-aktivitas santainya, hal ini tergantung tergantung kepada kepada minat, kebutuhan, usia, sumber-sumber sumber-sumber dan waktu dari dari masing-masing individu. Disamping aktivitas- aktivitas santai santai individu, keluarga keluarga sebagai satu unit juga memiliki aktivitas-aktivitas santai reguler yang dapat diikuti oleh semua semua anggota anggota keluarga dan dan ini memperkokoh
hidup berupa berupa aktivitasaktivitas-
aktivitas bersifat keagamaan, keagamaan, pendidikan, pendidikan, rekreasi, kewarganegaraan, kewarganegaraan, dan budaya budaya (Padila, 2012). Aktivitas-aktivitas rekreasional rekreasional mengacu pada aktivitas aktivitas di luar berbagai kewaj kewajiba iban n menya menyangk ngkut ut pekerj pekerjaa aan, n, kelua keluarga rga dan masya masyarak rakat, at, serta serta aktivi aktivitas tas-aktivitas aktivitas menjadi menjadi tempat tempat bagi bagi individu individu mendapa mendapatkan tkan relaksasi relaksasi,, diversi, diversi, dan perke perkemba mbanga ngan n diri diri atau atau partis partisipa ipasi si sosial sosial.. Rekrea Rekreasi si kelua keluarga rga pentin penting g untuk untuk memperko memperkokoh koh dan dan memperba memperbaruhi ruhi ikatan ikatan keluarga, keluarga, dan dan bersena bersenang-se ng-senang nang bersa bersama, ma, tukar tukar pikira pikiran, n, mengu menguran rangi gi keteg ketegang angan, an, memper memperba baiki iki peras perasaan aan anggo anggota ta keluarga tentang keluarga mereka mereka (Friedman, 2010). 2.1.3 2.1.3 Interv Intervens ensii jaring jaringan an kerja kerja sosial sosial dan dan dukung dukungan an kelua keluarga rga Perawat Perawat keluarga keluarga menempati menempati posisi posisi kunci kunci dalam dalam memberika memberikan n dorong dorongan an pada anggota anggota keluarga keluarga untuk mengarah mengarahkan kan dukunga dukungan n sosial sosial dengan dengan berpartisip berpartisipasi asi dalam dalam sebuah sebuah kelomp kelompok ok self help. Perawat
mempunyai satu peranan dalam
mengarah mengarahkan kan dukungan dukungan sosial sosial antara lain (Friedman, (Friedman, 2010) 2010) : 1. Penawaran Penawaran mencari mencari informasi informasi tentang tentang bantuan bantuan yang yang diberikan diberikan oleh oleh kelompokkelompokkelompok untuk untuk individu-individu maupun keluarga-keluarga. keluarga-keluarga. 2. Kolabora Kolaborasi si dengan dengan tenaga keseha kesehatan tan lain.
7
3. Memahami bagaimana kelompok-kelompok ini memperkokoh dan melengkapi pelayanan-pelayanan dari kaum profesional. Merujuk klien dan keluarga pada kelompok-kelompok yang cocok. 4. Menciptakan kelompok-kelompok baru atau mendorong yang lain untuk melakukan hal yang sama jika terdapat kekurangan kelompok self help yang diperlukan. 2.1.4 Bentuk dukungan keluarga Bentuk dukungan yang diberikan keluarga terdiri dari (Friedman, 2010) : 1. Emotional support Emotional support yaitu perhatian yang menimbulkan perasaan aman
sehingga individu merasa diperhatikan dan diterima oleh kelurga sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan baik, misalnya pemberian semangat dan dukungan, pemberian perhatian, penerimaan, pemahaman, memiliki teman bicara. 2. Social integration Social integration yaitu adanya persahabatan yang bebas, misalnya
dilibatkan dalam diskusi dan kegiatan sosial oleh keluarga, anak dan lingkungan. 3. Esteem support Esteem support yaitu penghargaan dan pujian yang diberikan oleh suami-
suami, anak dan keluarga yang meliputi : pemberian umpan balik, pemberian pujian, pemberian penghargaan dan penghormatan. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
8
4. Tangible aid Tangible aid yaitu bantuan nyata atau tindakan fisik yang diberikan
orang lain. Bantuan tersebut meliputi : penyediaan waktu, kesediaan mengantar, bantuan financial, bantuan /pemberian barang. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. 5. Informational support Informational support yaitu komunikasi tentang pendapat atau kenyataan
yang sesuai dengan kesulitan individu, seperti pemberian saran, pemberian masukan dan pemikiran, pemberian bimbingan dan pemberian hiburan. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor , karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. 2.1.5 Fungsi dukungan keluarga Menurut Friedman, (2010) fungsi dukungan keluarga antara lain : 1. Penting untuk mempertahankan kesehatan mental Seseorang yang menerima dukungan keluarga yang memadai lebih mampu menanggulangi stres akibat berbuat berlebih-lebihan sehingga lebih sedikit mendapatkan pengaruh sakit. 2. Dukungan sosial mempengaruhi kondisi sejahtera Rata-rata lama tinggal di rumah sakit dua hari lebih pendek pada pasien yang mendapatkan dukungan keluarga dari mendapatkan dukungan.
pada mereka yang tidak
9
2.1.6 Sumber dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan keluarga bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2010). 2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut (Stanley, 2010): 1. Kebututuhan fisik Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan keluarga. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan keluarga. 2. Kebutuhan sosial Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih dikenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan didalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.
10
3. Kebutuhan psikis Dalam kebutuhan psikis pasien didalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa nyaman, spritual, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Orang yang sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, akan cenderung mencari dukungan dari orang-orang sekitar sehingga merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai. 2.1.8 Pengukuran dukungan keluarga Menurut Arikunto, (2010) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item intsrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata : Selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1). Skor yang dihasilkan yaitu antara 18 – 80 akan dikategorikan menurut Arikunto, (2010) bahwa rentang skor kategori dibagi 3 sebagai berikut: 1. Dukungan keluarga kurang dengan skor 18 – 36 2. Dukungan keluarga cukup dengan skor 37 – 54 3. Dukungan keluarga baik dengan skor 55 – 80
11
2.2 Konsep Kepatuhan
2.2.1 Pengertian kepatuhan Kepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain (Niven, 2012). Menurut
Widayatun,
(2010)
ketaatan
sulit
dianalisa
karena
sulit
didefinisikan, sulit untuk diukur dan tergantung pada banyak faktor. Kebanyakan studi berkaitan dengan ketidaktaatan lembaga dan sebagaian cara pengobatan. Meningkatkan ketaatan berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan ketaatan misalnya memberikan informasi yang jelas kepada penderita mengenai penyakit yang diderita dan pengobatannya, keterlibatan lingkungan sosial (keluarga), serta beberapa pendekatan perilaku. Dukungan sosial keluarga menjadi suatu faktor untuk mempengaruhi ketaatan. Patuh berarti perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh : pola kepatuhan umum, stabilitas dan pengaruh keluarga, persepsi terhadap penyakit, dan persepsi bahwa penyakitnya serius, serta tindakan yang manjur. 2.2.2 Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan Menurut Feuer Stein et al, (1986) dalam; (Niven, 2012) faktor-faktor yang mendukung kepatuhan penderita hipertensi antara lain : 1. Pendidikan Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.
12
2. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. 3. Perubahan model terapi Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan pasien terlihat aktif dalam pembuatan program tersebut. Komponen-komponen sederhana dalam program pengobatan dapat diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen yang lebih kompleks. 4. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang kondisinya. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. 5. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Kelompokkelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok, dan menurunkan konsumsi alkohol. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Menurut Carpenito, (2000) dalam; (Niven, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan diantaranya :
13
1. Pemahaman tentang instruksi Tidak seorangpun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman, (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kesalah pemahaman ini disebabkan oleh kegagalan profesional, kesalahan dalam memberikan
informasi
lengkap,
penggunaan
istilah-istilah
medis
dan
memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita. Kesalahan pemahaman ini juga dapat terjadi pada lanjut usia penderita hupertensi. Instruksi dokter untuk melakukan diet rendah garam ini disalah artikan oleh lanjut usia penderita hipertensi dengan hanya tidak boleh menambahkan garam pada makanan. 2. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri lewat tahapan-tahapan tertentu. Bertambah tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umurumur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.
14
3. Kesakitan dan pengobatan Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas sering terabaikan. 4. Keyakinan, sikap dan kepribadian Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan. Lanjut usia yang tinggal di daerah sepanjang pesisir mungkin makanan yang terasa asin akan lebih nikmat karena kebiasaan yang sudah dialami sebelumnya. 5. Dukungan keluarga Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.
15
6. Tingkat ekonomi Tingkat ekonomi merupakan kemampuan financial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah kebawah akan mengalami ketidakpatuhan
dan
sebaliknya
tingkat
ekonomi
baik
tidak
terjadi
ketidakpatuhan. 2.2.4 Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Sudart dan Brunner, (2002) dalam; (Niven, 2012) adalah : 1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial ekonomi dan pendidikan. 2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan. 4. Variabel psikososial seperti sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan lainnya yang termasuk dalam regimen (cara hidup).
16
2.2.5 Strategi untuk meningkatkan kepatuhan Menurut Smet, (1994) dalam; (Niven, 2012) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan diantaranya adalah: 1. Dukungan profesional kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter /perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. 2. Dukungan sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi. 3. Perilaku sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, contoh untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi. 2.2.6 Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien Menurut Dinicola, (1997) dalam; (Niven, 2012) beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan pasien yaitu : 1. Buat instruksi tertulis yang mudah diinterprestasikan. 2. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal lain.
17
3. Jika seseorang diberi suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada keunggulan yaitu mereka akan berusaha mengingat hal yang pertama ditulis. 4. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non-medis) dalam hal yang perlu ditekankan. 2.2.7 Pengukuran kepatuhan Menurut Niven, (2012) pengukuran kepatuhan dikategorikan menjadi : 1. Patuh Bila perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesisonal kesehatan. 2. Tidak patuh Bila pasien menunjukkan ketidaktaatan terhadap instruksi yang diberikan. Menurut Sugiyono, (2006) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item intsrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa: selalu (5), sering (4), kadang-kadang (3), jarang (2),dan tidak pernah (1).
18
Skor yang dihasilkan yaitu antara <65 % - 100 % akan dikategorikan menurut Sugiyono, (2006) bahwa rentang skor kategori dibagi sebagai berikut: 1. Patuh dengan skor 76 -100 % 2. Cukup patuh dengan skor 65 – 75 % 3. Kurang patuh dengan skor <65 %
2.3 Konsep Diet Hipertensi
2.3.1 Pengertian diet Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat (Almatsier, 2011). Menurut Barasi, (2009) diet adalah jumlah yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan dalam tubuh (jumlah yang masuk = jumlah yang dipakai/hilang), serta mencapai kadar jenuh dalam jaringan, atau menormalkan penanda biokimia atau biologis tertentu. 2.3.2 Prinsip diet Menurut Barasi, (2009) prinsip diet pada penderita hipertensi meliputi: 1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. 2. Jenis dan komposisi makanan di sesuaikan dengan kondisi penderita. 3. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan. Garam yang dimaksud disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Penderita hipertensi dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
19
2.3.3 Tujuan pelaksanaan diet Tujuan pelaksanaan diet yaitu untuk mengoptimalkan status gizi. Diet ditujukan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah, membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menjadi normal, serta diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus (Barasi, 2009). 2.3.4 Macam-macam diet (Barasi, 2009) 1. Diet rendah garam a. Tujuan diet rendah garam : 1) Membantu menurunkan tekanan darah pada hipertensi. 2) Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh. b. Syarat-syarat diet rendah garam : 1) Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. 2) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit. 3) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air. c. Tips konsumsi rendah garam : 1) Untuk makanan dalam kemasan, sebelum membeli atau mengkonsumsi hendaknya baca dulu labelnya, perhatikan apakah makanan tersebut mengandung garam yang tinggi. 2) Jangan terlalu banyak makan makanan siap saji, makanan kaleng, makanan beku, sayuran yang diawetkan, dan camilan yang mengandung banyak garam, bumbu instan, dan pengawet.
20
3) Hindari daging sapi, daging unggas, dan ikan yang sudah dikalengkan atau diawetkan baik dengan diasap, diasinkan, atau diproses. Pilihlah daging atau ikan yang segar. 4) Batasi penggunaan garam dan bumbu masak yang mengandung garam saat memasak. Gunakan rempah segar sebagai pengganti garam untuk menambah rasa, seperti kemangi, seledri, bawang putih, serai, peterseli, kayu manis, lada, dan pala. Saat menggoreng gunakan sedikit minyak. 5) Saat menumis atau memanggang gunakan mentega atau margarin yang tak mengandung garam. Garam natrium dapat dipisahkan dari margarin dengan mencampur margarin tersebut dengan air. Panaskan hingga margarin mencair, maka garam natrium akan larut dalam air. 6) Perbanyak minum air putih untuk membuang kelebihan natrium dari tubuh. 2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas Makanan yang kita konsumsi terdapat lemak, dimana akan terpecah menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol. Lemak yang berkaitan dengan hipertensi adalah kolesterol dan trigliserida. Kolesterol merupakan
salah
satu
unsur
penting
yang
dibutuhkan
tubuh
untuk
pembentukan hormon kortikoid, hormon testoteron pada laki-laki dan estrogen pada wanita, pemeliharaan jaringan saraf, pembentuk vitamin D, dan pada anak dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otaknya. Ada dua macam kolesterol, yakni kolesterol HDL ( High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein). Kolesterol LDL
dan HDL harus berada dalam tubuh secara seimbang, jika tidak LDL ( Low
21
Density Lipoprotein) cenderung lebih tinggi ketimbang HDL ( High Density Lipoprotein), maka akan dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri
sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya peningkatan tekanan darah. Trigliserida merupakan lemak dalam tubuh yang berasal dari makanan hewani dan nabati. Peningkatan kadar trigliserida dalam darah memicu peningkatan kadar kolesterol. Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan berlemak. Tingginya kadar trigliserida dapat dikontrol dengan diet rendah karbohidrat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, antara lain : a. Hindari penggunaan minyak kelapa, kelapa, lemak hewan, margarin, dan mentega. b. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya. c. Gunakan konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir 3x seminggu. d. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe dan jenis kacang-kacangan lainnya. e. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis, seperti sirup dan dodol. 3. Diet tinggi serat Serat makanan (dietary fiber ) memang bukan zat gizi makanan, namun ini dibutuhkan dalam proses pencernaan makanan. Diet tinggi serat bermanfaat untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh, menghindari kelebihan
22
lemak, lemak jenuh, dan kolesterol. Konsumsi serat setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein) rata-rata 2,2 mg/dl. Berikut ini contoh bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi : a. Golongan buah-buahan : jambu biji, belimbing, jambu bol, kedondong, anggur, nangka masak, markisa, papaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang. b. Golongan sayuran : daun bawang, kecipir muda, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk daun singkong, ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung, tauge, buncis, paria, kol, wortel, bayam, dan sawi. c. Golongan protein nabati : kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, biji-bijian, (beras merah, jagung, jali). d. Golongan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut. 4. Diet rendah energi bagi kegemukan Menurunkan berat badan hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan dengan mengkonsumsi lebih sedikit kalori dan memperbanyak aktivitas fisik. Penurunan berat badan memang tidak mudah dilaksanakan, biasanya karena ketidakpatuhan dan ketidakdisiplinan orang untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan, sehingga berat badan naik kembali secara cepat. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain : a. Mengubah lingkungan yang mendorong ngemil atau makan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan. Misalnya berusaha untuk tidak ngemil saat menonton televisi atau menghindari kopi.
23
b. Mengubah cara makan juga akan membantu untuk makan lebih sedikit karena diperlukan 15 menit bagi otak untuk menerima pesan kalau sudah kenyang. Misalnya dengan memperlambat kecepatan makan, hal ini memungkinkan sinyal kenyang terbentuk dan terkirim saat makan selesai. c. Mengkonsumsi produk susu dengan kandungan lemak rendah. Kalsium yang terkandung dalam susu rendah lemak diyakini dapat membantu membakar lebih banyak kalori. Begitu juga dengan teh hijau dan teh hitam yang dapat meningkatkan jumlah kalori yang dibakar. d. Minum air putih delapan gelas (2 liter) sehari, karena dapat membantu membakar ekstra 100 kalori. 2.3.5 Makanan yang dianjurkan Menurut Almatsier, (2011) makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi antara lain : 1. Lemak sehat Lemak sehat terdapat pada ikan tuna, salmon, dan flax seed (biji rami). Makanan tersebut membantu mencegah terbentuknya endapan lemak pada pembuluh darah. 2. Kalium Kalium merupakan elektrolit penting dan berguna untuk mengendalikan tekanan darah. Terdapat pada sayuran kol, brokoli, polong-polongan kering, coklat, jeruk, apel, pisang, tomat, kentang panggang, dan avokad. Tingkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mE/hari). 3. Kalsium
24
Kalsium berguna untuk menurunkan tekanan darah yang berlebihan dan resiko pre eklampsi. Terdapat pada susu rendah lemak, keju moozella, keju cheddar , keju cottage, dan polong-polongan kering.
4. Magnesium Magnesium berfungsi untuk meregangkan otot-otot pengendali tekanan darah. Terdapat pada bayam, avokad, cokelat, kacang, dan biji-bijian (kenari, biji bunga matahari). 5. Isoflavon Isoflavon dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein), dan trigliserida darah. Terdapat pada tempe dan kedelai.
2.3.6 Makanan yang tidak dianjurkan Berikut ini jenis makanan yang harus di hindari bagi penderita hipertensi (Barasi, 2009) : 1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa, dan gajih) 2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit , keripik, dan makanan kering yang asin. 3. Makanan dan minuman dalam kemasan, seperti sarden, dan sosis. 4. Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, dan selai kacang. 5. Makanan yang mengandung alkohol seperti tape dan durian. 6. Bumbu-bumbu seperti kecap, kaldu instant, terasi, saos botolan, bumbu penyedap lain yang umumnya mengandung natrium.
25
2.3.7 Pembagian makanan sehari (Barasi, 2009) 1. Pagi : Nasi , telur ayam/ susu skim, tempe/ tahu, sayuran dan, Jam 10.00 : buah 2. Siang : Nasi, daging/ ayam, tempe/ tahu, sayuran, buah dan, Jam 16.00 : buah 3. Malam : Nasi, ikan, tempe/ tahu, sayuran, buah, dan minyak untuk menumis Catatan : konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari.
2.4 Konsep Keluarga
2.4.1 Pengertian keluarga Menurut Padila, (2012) keluarga berasal dari bahasa Sansekerta ( kulawarga) yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan, serta keluarga sebagai kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah yang ada. Salah satu anggota keluarga sakit atau mengalami masalah kesehatan, maka akan mempengaruhi masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan (Depkes. RI, 2010). Menurut Friedman, (2010) keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang tediri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir satu sama lain dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam ikatan sosial, peran dan tugas (Stanley, 2010).
26
2.4.2 Ciri-ciri struktur keluarga (Padila, 2012) 1. Terorganisasi : saling berhubungan, ketergantungan antara anggota keluarga. 2. Ada keterbatasan : setiap keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota mempunyai peran dan fungsinya masing-masing.
2.4.3 Tipe keluarga Pembagian tipe bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua (Padila, 2012) yaitu : 1. Keluarga Inti ( Nuklear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi keduanya. 2. Keluarga Besar ( Exstended Family) adalah keluaga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya).
2.4.4 Fungsi keluarga Fungsi-fungsi
keluarga
konsekuensi dari struktur
biasanya
keluarga.
didefinisikan
sebagai
Lima fungsi keluarga
berhubungan erat (Friedman, 2009) antara lain :
hasil
atau
yang paling
27
1. Fungsi afektif (The afektif function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala
sesuatu
untuk
mempersiapkan
anggota
keluarga
berhubungan dengan orang lain. 2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi ( Socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 3. Fungsi
reproduktif
(The
reproductive
function)
adalah
fungsi
untuk
4. Fungsi ekonomis ( The economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
memenuhi
kebutuhan
keluarga
secara
ekonomi
dan
tempat
untuk
mengembangkan kemampuan individu. 5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan ( The health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.
2.4.5 Tugas keluarga dalam kesehatan Menurut Friedman, (2009) tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan terdiri dari : 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini ada hubungannya dengan
kesanggupan
keluarga
untuk
mengenal
kesehatan pada setiap anggota keluarga. 2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
masalah
28
3. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini ada hubungannya dengan
kesanggupan
keluarga
untuk
mengenal
masalah
kesehatan pada setiap anggota keluarga. 4. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat. 5. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau usianya muda. 6. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 7. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan. 2.5 Konsep Lansia
2.5.1 Pengertian lansia Menurut catatan world health organization (WHO) manusia usia lanjut adalah mereka yang berusia diatas 60 tahun. Usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2011). Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, social, ekonomi (Maryam, 2009).
29
2.5.2 Batasan lansia (Nugroho, 2011) Menurut world health organization (WHO), lansia dikelompokkan menjadi: 1. Usia pertengahan ( middle age), adalah kelompok usia antara 45 - 59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly), adalah kelompok usia antara 60 - 74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old), adalah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old ), adalah keompok usia diatas 90 tahun. Menurut Dra. NY. Jos Masdani (Psikologi UI) mengatakan kedewasaan dapat di bagi menjadi empat bagian yaitu : 1. Masa inventus
: antara 25 - 40 tahun
2. Fase fertilitas
: antara usia 40 - 50 tahun
3. Fase prasenium
: antara 55 - 65 tahun
4. Fase senium
: antara 65 tahun hingga tutup usia
2.5.3 Tugas perkembangan lansia Menurut Maryam, (2009) tugas perkembangan lansia, antara lain: 1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan. 2. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan. 3. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia. 4. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup. 5. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa. 6. Menemukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup.
30
2.5.4 Permasalahan pada lanjut usia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain (Maryam, 2009): 1. Permasalahan umum : a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan. b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati. c. Lahirnya kelompok masyarakat industri. d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional. e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2. Permasalahan khusus : a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c. Rendahnya produktivitas kerja lansia. d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. 2.5.5 Teori proses menua Menurut Maryam, (2009) teori-teori biologi yang menyangkut proses menua antara lain : 1. Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory)
31
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies tertentu. Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul-molekul dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). 2. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. 3. Teori immunology slow virus Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 4. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 5. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. 6. Teori rantai silang
32
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi. 2.5.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan Menurut Nugroho, (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan yaitu: 1. Hereditas = penuaan genetik Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi penuaan dalam hal ini komuditas sebagai totalitas karakteristik. Individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur/ovum perempuan didalam uterus) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. 2. Nutrisi = makanan Nutrisi sangat penting dalam menjaga sistem imun pada tubuh, pada keadaan imun yang rendah seseorang mudah terinfeksi oleh virus, yang akhirnya menyebabkan penuaan dini. Konsumsi makanan juga harus dikontrol untuk lansia yang menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal, dan diabetes mellitus. 3. Status kesehatan Status kesehatan pada keadaan ini yaitu manusia mempunyai sistem mekanisme pertahanan diri. Pada keadaan sehat tubuh baik fisik maupun mental bisa terbebas dan menimbulkan resiko terhadap pengaruh dari luar untuk mempengaruhi proses penuaan. 4. Pengalaman hidup
33
Pengalaman hidup bisa mempengaruhi cara pandang dan pola pikir seseorang. Pola pikir dengan pengalaman hidup yang lebih banyak dan lebih baik menentukan peran yang bisa diberikan pada kehidupan sehari-hari. Pada usia lanjut seseorang diharapkan bisa berperan dengan lebih baik sesuai dengan kemampuannya. 5. Lingkungan Lingkungan merupakan keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi proses penuaan pada usia lanjut. Segala sesuatu yang berada di luar individu meliputi fisik dan sosial merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat indra. 6. Stres Stres merupakan salah satu faktor orang menjadi tua yang diakibatkan oleh adanya regenerasi jaringan yang tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal sehingga sel-sel mengalami kelelahan.
2.5.7 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Maryam, 2009) 1. Perubahan-perubahan fisik a. Perubahan sel 1) Lebih sedikit jumlahnya, tapi lebih besar ukurannya; 2) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler; 3) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati; 4) Terganggunya mekanisme perbaikan sel; dan
34
5) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 - 10 %. b. Sistem persyarafan 1) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres; 2) Mengecilnya syaraf panca indra; dan 3) Kurang sensitif terhadap sentuhan. c. Sistem pendengaran 1) Prebiakusis (gangguan pada pendengaran); 2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otoslerosis; 3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin; dan 4) Pendengaran
bertambah
menurun
pada
lansia
yang
mengalami
ketegangan jiwa atau stres. d. Sistem penglihatan 1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar; 2) Lensa lebih suram dan menjadi katarak; 3) Hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap; dan 4) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. e. Sistem kardiovaskuler 1) Elastisitas dinding aorta menurun; 2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku; 3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun;
35
4) Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi; dan 5) Tekanan darah meninggi diakibatkan karena meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. f. Sistem gastrointestinal 1) Kehilangan gigi yang menyebabkan periodontal disease dan gizi buruk; 2) Lambung (sensitifitas rasa lapar menurun dan waktu pengosongan menurun); 3) Peristaltik melemah sehingga timbul konstipasi; 4) Fungsi absorbsi menurun dan daya absorbsi terganggu; dan 5) Liver (makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah). g. Sistem muskuloskeletal 1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan makin rapuh; 2) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek; dan 3) Persendian membesar dan menjadi kaku. 2. Perubahan-perubahan psikososial : a. Terjadi post power syndrome; b. Merasakan atau sadar akan kematian; c. Perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan; d. Terjadi rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga; e. Terjadi perubahan terhadap gambaran diri dan konsep diri; dan f. Terjadi penurunan pada daya mengingat, terutama pada memori jangka pendek.
36
2.5.8 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia Jenis penyakit yang ditemukan pada kelompok usia lanjut sebenarnya tidak berbeda dengan yang ditemukan pada kelompok usia lebih muda. Penyakit yang diketemukan pada usia lanjut antara lain: osteoporosis, osteomalaysia, dimensia, penyakit alzheimer, katarak, dan otosklerosis. Penyakit yang frekwensinya lebih tinggi dari usia muda lainnya antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, penyakit keganasan, penyakit parkinson, dan gangguan pembuluh darah otak ( cerebrovascular disease = CVD). Penyakit lain yang menimbulkan masalah pada
kelompok usia lanjut, misalnya diabetes militus, hipertensi, penyakit infeksi, dan lain-lain (Maryam, 2009).
2.6 Konsep Hipertensi
2.6.1 Pengertian hipertensi Menurut Baradero, (2009) hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali dan diukur dalam posisi duduk dan berbaring. Hipertensi adalah gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat, pada umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur atau usia lebih dari 40 tahun (Oktaviani, 2011). 2.6.2 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa Menurut world health organization (WHO) tekanan darah dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
37
Tabel 2.1 : Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa Kategori
Normal Normal tinggi Stadium 1 (Hipertensi ringan) Stadium 2 (Hipertensi sedang) Stadium 3 (Hipertensi berat) Stadium 4 (Hipertensi maligna)
Tekanan Darah Sistolik < 130 mmHg 130-139 mmHg 140-159 mmHg
Tekanan Darah Diastolik < 85 mmHg 85-89 mmHg 90-99 mmHg
160-179 mmHg
100-109 mmHg
180-209 mmHg
110-119 mmHg
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
2.6.3 Pengendalian tekanan darah Penyesuaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis (Muhaimin, 2011) : 1. Perubahan fungsi ginjal Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. b. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. c. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
38
d. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. e. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. f. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. 2. Sistem saraf simpatis Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan : a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak). c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non-adrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. 2.6.4 Etiologi Hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, namun datadata penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain (Muhaimin, 2011) : 1. Faktor keturunan
39
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri seseorang Ciri seseorang yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih. 3. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan hipertensi adalah : a. Konsumsi garam yang tinggi Hipertensi
jarang terjadi pada penduduk dengan konsumsi garam
rendah. Pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut. b. Kegemukan atau makan berlebihan Kegemukan
(obesitas)
sangat
berhubungan
dengan
terjadinya
hipertensi, meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan
40
hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah. c. Stres atau ketegangan jiwa Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. d. Pengaruh lain Pengaruh lain yang dapat menaikkan tekanan darah adalah : 1) Merokok (karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah), minum alkohol. 2) Minum obat-obatan, misal, Ephedrin, Prednison, Epinefrin. Telah banyak ditemukan penyebab hipertensi sekunder secara langsung, beberapa diantaranya adalah (Baradero, 2009) : 1. Penyakit ginjal a. Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal) Seringkali menyebabkan hipertensi dependen renin atau natrium. Perubahan fisiologis dipengaruhi oleh macamnya penyakit dan beratnya insufisiensi ginjal. b. Penyakit renovaskular Berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit sehingga menyebabkan tahanan vaskular perifer meningkat.
41
2. Kelenjar adrenal a. Aldosteronisme primer Adanya rangsangan korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron, aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air yang membuat volume darah meningkat. b. Fenokromositoma Sekresi yang berlebihan dari katekolamin (norepinefrin membuat tahanan vaskular perifer meningkat). c. Koarktasi aorta Menyebabkan tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas dan berkurangnya perfusi pada ekstremitas bawah. d. Trauma kepala atau tumor kranial Meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan perfusi serebral berkurang; iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasomotor medula untuk meningkatkan tekanan darah. 2.6.5 Tanda dan gejala hipertensi Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala diantaranya sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, terjadi karena
42
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak, keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera (Muhaimin, 2011).
2.6.6 Pengobatan Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi (Muhaimin, 2011). Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita : 1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal; 2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi; 3. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol; 4. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat; 5. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali; 6. Berhenti merokok; 7. Pemberian obat-obatan; a. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi.
43
b. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. c. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah, hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. d. Diuretik sangat efektif pada: orang kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, dan penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun. e. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker , beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada : 1) Penderita usia muda; 2) Penderita yang pernah mengalami serangan jantung; 3) Penderita dengan denyut jantung yang cepat; 4) Angina pektoris (nyeri dada); dan 5) Sakit kepala (migren). f. ACE-inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor ) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada : 1) Orang kulit putih; 2) Usia muda; 3) Penderita gagal jantung;
44
4) Penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik; dan 5) Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. g. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor).
h. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda dan sangat efektif diberikan kepada: orang kulit hitam, lanjut usia, penderita angina pektoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat, dan sakit kepala (migren). Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan peroral (ditelan), obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya
harus diawasi secara ketat. i. Vasodilator
langsung
menyebabkan
melebarnya
pembuluh
darah.
Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya. 2.6.7 Pengaturan pengobatan pada penderita hipertensi Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang memerlukan perawatan seumur hidup. Penderita hipertensi dapat dikatakan tidak bisa sembuh, tetapi tekanan darahnya dapat menjadi normal dengan pengobatan yang baik dan teratur. Pengobatan hipertensi dapat berhasil dengan baik harus meliputi hal-hal berikut (Muhaimin, 2011) : 1. Kerjasama yang baik antara dokter dan pasien. 2. Merubah pola hidup dan makanan
45
3. Penggunaan obat antihipertensi 2.6.8 Aturan pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi (Oktaviani, 2011) 1. Mengunjungi petugas kesehatan untuk melakukan pengukuran yang dilakukan setiap 3 sampai 12 bulan sekali. Jika tekanan darah penderita sewaktu-waktu meninggi, penting sekali untuk melakukan pengukuran lebih sering dan t eratur, terutama jika dokter anda telah menentukan dilakukan pengobatan. 2. Minum obat antihipertensi sesuai petunjuk yang diberikan. Jika penderita merasa obat yang diberikan tidak cocok, katakan kepada dokter apa yang anda rasakan. Turuti saran medis mengenai diet, olah raga dan merokok. Mengganti cara makan ke diet yang sehat, dan olah raga dengan teratur.
2.7 Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia penderita Hipertensi
Kemampuan mengendalikan diri, termasuk diantaranya mengendalikan intensitas terhadap pola makan dan reaktivitas emosi merupakan hal yang penting dalam pencegahan hipertensi dan pengelolaan tekanan darah. Tanpa pengendalian diri yang baik, reaktivitas emosional akan bersinergi dengan reaktivitas fisiologis, mengakibatkan perubahan otoregulasi lokal dari aliran darah. Apabila hal ini terjadi terus menerus (kronis), maka dapat meningkatkan resistensi vaskular dan pada akhirnya menyebabkan respons yang lebih besar terhadap setiap peningkatan tekanan darah. Dengan semakin meningkatknya tekanan dan ketegangan dinding arteri, individu akan semakin rentan terhadap hipertensi dan penyakit-penyakit kardiovaskular lainnya (Baradero, 2009).
46
Diet yang tekendali serta emosi positif yang ditunjukkan oleh penderita hipertensi berusia lanjut mampu menurunkan tekanan darah diastolik secara signifikan. Sebaliknya, pasien yang memiliki afek negatif yang tinggi dan emosinya terhambat lebih tinggi pada pasien hipertensi. Mereka yang memiliki afek negatif yang tinggi cenderung merasa tidak bahagia, merasa khawatir, dan mudah tersinggung serta diet yang tidak terkendali akan memacu peningkatan tekanan darah. Lingkungan sosial yang mendukung akan mengurangi ketegangan yang dialami oleh individu yang memiliki kecemasan tinggi saat harus berinteraksi dengan lingkungan tersebut (Susanto, 2012). Dukungan yang diberikan oleh orang-orang yang tidak memiliki nilai signifikansi yang tinggi bagi si pasien tidak akan mempengaruhi intensi pasien tersebut untuk patuh terhadap diet, bahkan dapat dianggap sebagai ancaman yang akhirnya membuat pasien menjadi tidak termotivasi untuk mencapai tujuan, individu yang memiliki afek negatif dan inhibisi sosial yang tinggi melihat lingkungan sosialnya sebagai sesuatu yang mengancam dan menakutkan. Dorongan keluarga agar pasien hipertensi patuh terhadap diet, dapat dipersepsikan sebagai ancaman oleh pasien yang memiliki afek negatif dan inhibisi sosial yang tinggi dan mengalami konflik dengan keluarganya tersebut, namun dianggap sebagai suatu dukungan bagi pasien yang melihat keluarganya sebagai orangorang yang sangat berarti dan sangat ingin melihat ia sembuh. Dukungan dari keluarga terdekat sangat di butuhkan untuk melakukan treatment bagi para penderita hipertensi (Oktaviani, 2011).
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel ( Nursalam, 2007). Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1: Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan: 1. Pendidikan 2. Akomodasi 3. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita 4. Perubahan model terapi 5. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga : 1. Kebutuhan Fisik 2. Kebutuhan sosial 3. Kebutuhan Psikis
Dukungan keluarga 1. 2. 3. 4.
Dukungan informasi Dukungan penilaian Dukungan instrumen Dukungan emosional
Kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi 1. Diet rendah garam 2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas 3. Diet tinggi serat
4. Diet rendah energi bagi kegemukan
Patuh
Cukup patuh
Kurang patuh
: Tidak diteliti : Diteliti Gambar 3.1 Kerangka konseptual tentang hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
48
49
Keterangan : Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependent ) (Sugiyono, 2006). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga terhadap lansia penderita hipertensi yang artinya sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita hipertensi. Untuk melakukan pengukuran tentang/variabel dukungan keluarga diperlukan indikator, yang mana terdiri dari dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumen dan dukungan emosional. Hasil pengukuran dikategorikan baik dengan skor (55-80), cukup dengan skor (37-54), kurang dengan skor (18-36). Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis. Didalam kerangka konseptual variabel independen/dukungan keluarga memiliki hubungan terhadap variabel dependen yakni kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas ( independent ) (Sugiyono, 2006). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain, maka kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi adalah tingkat lansia melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh keluarga tentang diet hipertensi. Untuk melakukan pengukuran tentang/varabel kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di perlukan indikator, yang mana terdiri dari diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, serta diet rendah energi bagi kegemukan, tetapi diet rendah energi disini tidak diteliti karena kebanyakan lansia nafsu makannya
50
menurun. Hasil pengukuran dikategorikan patuh dengan skor (76-100%), cukup patuh dengan skor (56-75%), kurang patuh dengan skor (≤ 56%). Faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi, meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita, perubahan model terapi, dan modifikasi faktor lingkungan dan sosial. Dari hasil pengukuran masing-masing variabel, kategori patuh (ada kecenderungan lansia akan patuh terhadap diet yang disarankan oleh keluarga), kemudian kategori cukup patuh (ada kecenderungan lansia akan patuh, tetapi juga ada kecenderungan lansia tidak patuh terhadap diet yang disarankan oleh keluarga), dan kategori kurang patuh (ada kecenderungan lansia tidak patuh terhadap diet yang disarankan oleh keluarga).
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian (Nursalam, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analytic correlation , dimana peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel dan di lakukan dengan analisa data yang telah di kumpulkan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi, kemudian memilih beberapa permasalahan dari data yang diperoleh melalui kuesioner.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang vital dalam penelitian yaitu sebagai petunjuk penelitian dalam perencanaan, pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menjawab pertanyaan (Nursalam, 2013). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mencari hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan variabel kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi, dimana pada pengambilan data dilakukan dalam waktu bersamaan.
51
52
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2014. 4.3.2 Tempat Penelitian Dilakukan di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, karena kebanyakan lansia penderita hipertesi kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya dalam mengontrol makanan, sehingga mereka cenderung mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan diet yang dianjurkan.
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi Populasi adalah subyek (misal manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah diterapkan (Alimul, 2007). Populasi dalam penelitian ini yaitu semua keluarga dengan lansia yang menderita hipertensi di Desa plandi Kecamatan Jombang Provinsi Jawa Timur dengan jumlah 122 lansia. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari yang diteliti, atau sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2007). Menurut Arikunto, (2010) jika populasi > dari 100 maka bisa diambil 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari populasi.
53
Maka :
25
x122 100
30,5
31
Sampel dalam penelitian adalah sebagian keluarga dengan lansia di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur sebanyak 31 lansia. 3. Sampling Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling yaitu penentuan sampel yang diseleksi secara acak melalui
lemparan dadu dari populasi yang tersedia (Nursalam, 2013). Teknik simple random sampling digunakan untuk menentukan sampel, karena populasinya
berkumpul dalam satu tempat dan semuanya dinyatakan homogen.
54
4.5 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Nursalam, 2007). Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1:
Identifikasi Masalah Populasi Semua keluarga dengan lansia yang menderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Provinsi Jawa Timur sebanyak 122 lansia Sampel Sebagian keluarga dengan lansia yang menderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Provinsi Jawa Timur sebanyak 31 lansia Sampling Simple Random Sampling Desain Penelitian Cross Sectional Pengumpulan Data Kuesioner Pengolahan Data Editing, Coding, Scoring, Tabulating Analisa Data Spearman Rank
Penyajian hasil Kesimpulan
Gambar 4.1: Kerangka kerja penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur tahun 2014.
55
4.6 Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang mempunyai nilai beda. Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Nursalam, 2013).
1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependen) (Sugiyono, 2006). Variabel bebas (independen) yang digunakan pada penelitian ini adalah dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi.
2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen) (Sugiyono, 2006). Variabel terikat (dependen) yang digunakan pada penelitian ini adalah kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi.
4.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang di amati dalam melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Alimul, 2007). Definisi operasional variabel independen dan variabel dependen pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
56
Tabel 4.1 : Definisi operasional hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi Variabel Variabel independe n: Dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi
Variabel dependen: Kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi
Definisi operasiona l Sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap lansia penderita hipertensi tentang kepatuhan diet
Tingkat lansia melaksanak an cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh keluarga tentang diet hipertensi
Parameter Dukungan keluarga: 1. Dukungan informasi 2. Dukungan penilaian 3. Dukungan instrumen 4. Dukungan emosional
Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi Tentang : 1. Diet rendah garam 2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas 3. Diet tinggi serat
alat ukur K U E S I O N E R
Sk ala O R D I N A L
Skor Masing-masing item dalam 4 dukungan keluarga terdiri 5 pertanyaan dimana jawaban - Favourable : selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1) - Unfavourable : selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4)
K U E S I O N E R
O R D I N A L
Dengan kriteria dukungan menurut Arikunto (2010) yaitu: 1.Baik : 55 – 80 2.Cukup : 37 – 54 3.Kurang : 20 – 36 Terdiri dari 20 pertanyaan -Favourable : selalu (5), sering (4), kadang-kadang (3) jarang (2), tidak pernah (1) -Unfavourable : selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), jarang (4), tidak pernah (5) Dikategorikan menurut Sugiyono (2006 ) yaitu: - patuh (76-100%) - Cukup patuh (56-75%) - Kurang patuh (≤ 56%)
57
4.8 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Instrumen pengumpulan data Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner yang digunakan jenis pertanyaan tertutup atau closedended question . Untuk mengukur variabel dukungan keluarga ada 20 pertanyaan
menggunakan skala Likert. Pada pertanyaan favourable jawaban selalu (4), sering (3),
kadang-kadang
(2),
tidak
pernah
(1),
untuk
pertanyaan
nomor
1,2,3,4,6,7,9,11,12,13,14,15,16,17,19,20. Pada pertanyaan unfavourable jawaban selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4), untuk pertanyaan nomor 5,8,10,18. Hasil dibagi menjadi beberapa kriteria diantaranya baik, cukup, dan kurang. Untuk mengukur kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi juga ada 20 pertanyaan menggunakan skala Likert.
Pada pertanyaan favourable
jawaban selalu (5), sering (4), kadang-kadang (3), jarang (2), tidak pernah (1), untuk
pertanyaan
nomor
2,3,8,10,14,16,17,18,19,20.
Pada
pertanyaan
unfavourable jawaban selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), (4), tidak pernah
(5), untuk pertanyaan nomor 1,4,5,6,7,9,11,12,13,15. Hasil dibagi menjadi beberapa kriteria diantaranya patuh, cukup patuh dan kurang patuh. 4.8.2 Prosedur/alur pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2007). Dalam penelitian ini proses pengembalian dan pengumpulan data diperoleh setelah mendapat izin dari institusi lalu peneliti mengajukan surat
58
tersebut kepada Kepala Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang untuk mengumpulkan data. Dalam pelaksanaannya peneliti mulai mengadakan pendekatan kepada lansia untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden, selanjutnya data dikumpulkan untuk mencari informasi tentang dukungan keluarga
dan
kepatuhan
diet
pada
lansia
penderita
hipertensi
dengan
menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden.
4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan data Data yang terkumpul dari kuesioner yang telah diisi kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah kegiatan pengecekan kembali data. Berarti semua hasil
kuesioner harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan pengisian dan penjelasan penelitiannya (Natsir, 2009). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit data yaitu sebelum kuesioner dibagikan pernyataan dan pilihan jawaban pada kuesioner yang kurang jelas di cek dan diperbaiki kembali, tingkat kesulitan kata, ejaan, dan kelengkapan data dikoreksi kembali, kemudian setelah kuesioner dibagikan jika ada jawaban yang belum diisi maka diminta untuk melengkapinya.
59
2. Coding adalah
Coding
tahap
kedua
setelah editing,
dimana
peneliti
mengklarifikasi hasil kuesioner menurut kriteria tertentu. Klasifikasi pada umunya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka (Natsir, 2009). 3. Scoring Scoring
adalah
penentuan
jumlah
skor,
dalam
penelitian
ini
menggunakan skala ordinal (Natsir, 2009). a. Untuk variabel dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi Tabel 4.2
:
Scoring soal dan kategori variabel dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi
Favourable
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
Soal skor Unfavourable 4 3 2 1
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
skor 1 2 3 4
Kategori Baik Cukup Kurang
skor 55-80 37-54 20-36
Sumber: Arikunto, 2010
b. Untuk variabel kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi Tabel
4.3 : Scoring soal dan kategori variabel kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi
Favourable
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Soal skor Unfavourable 5 4 3 2 1
Sumber: Sugiyono, 2006
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
skor 1 2 3 4 5
Kategori Patuh Cukup patuh Kurang patuh
skor 76-100% 56-75% ≤ 56%
60
Data Umum : a. Kode nomer responden R1
: No. 1
R2
: No. 2
R51 : No. 31 b. Kode umur U1 : 60 U2 : 61 – 65 U3 : 66 – 70 U4 : ≥ 70 c. Kode jenis kelamin Jk1 : Laki – laki Jk2 : Perempuan d. Kode pendidikan PD1 : Tidak Sekolah PD2 : SD PD3 : SMP PD4 : SMA PD5 : Perguruan Tinggi e. Kode pekerjaan PK1 : PNS PK2 : Tani PK3 : Tidak bekerja / ibu rumah tangga
61
f. Kode sumber informasi Si1 : Tenaga Kesehatan Si2 : Koran Si3 : Radio/ TV Si4 : Teman Si5 : Lain-lain Data khusus : a. Kode dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi: Baik
:3
Cukup
:2
Kurang
:1
b. Kode kepatuhan diet pada lansia hipertensi: Patuh
:3
Cukup patuh
:2
Kurang patuh
:1
4. Tabulating Tabulating adalah pengelompokan dengan membuat tabel sesuai dengan
analisis yang dibutuhkan (Natsir, 2009). Dalam penelitian ini peneliti memasukkan data dalam bentuk tabel, dimana mengkategorikan masingmasing variabel dan mengidentifikasi masing-masing parameter disetiap variabel. 4.9.2 Analisa Data Analisa data merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Nursalam, 2013).
62
1. Analisa univariat Analisa ini dilakukan untuk mengidentifikasi masing-masing variabel yang berskala dikotomi, kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan cara menentukan proporsi (persentase) yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan analisis deskriptif dengan pendekatan logika. Data yang terkumpul dari hasil jawaban responde pada kuesioner dukungan keluarga dilakukan pengelompokkan data dan pemberian skor. Kategori baik (55-80), cukup (37-54), kurang (20-36). Data yang terkumpul pada kuesioner kepatuhan diet dilakukan pengelompokkan data dan pemberian skor. Hasil jawaban responden yang telah diberi nilai, kemudian dibandingkan atau dibagi dengan jumlah maksimal lalu dikalikan 100%, dengan rumus : N =
100%
Keterangan : N
= Nilai yang didapat
Sp = Skor yang didapat Sm = Skor Maksimum 2. Analisa bivariat Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikasi korelasi antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi, hal ini berarti menguji signifikasi korelasi antara variabel bebas bergejala dikontinum (data ordinal)
dengan satu variabel
tergantung
bergejala
dikontinum (data ordinal) pula yang disajikan dalam bentuk tabulasi silang, maka model analisis statistik yang tepat untuk penelitian non parametrik ini
63
adalah analisis korelasi product moment dari spearman rank’s dengan bantuan program komputerisasi, dengan tingkat kemaknaan p value = 0,05. jika H 1 di terima maka p value < 0,05 yang artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia yang menderita hipertensi, sedangkan jika H0 di terima maka p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia yang menderita hipertensi (Sugiyono, 2006).
4.10 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin permohonan kepada Direktur STIKes ICMe Jombang dan izin kepada Kepala Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan persetujuan. Subjek akan diteliti dengan menekankan kepada permasalahan etik yang meliputi : 1. Informed consent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum penelitian dilakukan kepada seluruh subjek yang akan diteliti. Tujuannya agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian. 2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang dengan jumlah penduduk sebanyak 1745 jiwa, jumlah lansia sebanyak 235 jiwa. Batas wilayah Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Kewijenan
Sebelah selatan
: Desa Mojosongo
Sebelah Barat
: Desa Kaliwungu
Sebelah Timur
: Desa Ngudirejo
5.1.2 Data umum Data umum responden ini menguraikan tentang karakteristik responden yang meliputi: 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Karakteristik responden berdasarkan umur yang dibedakan menjadi lima yakni 60- 62 tahun, 63 - 65 tahun, 66 - 68 tahun, 69 - 71 tahun, 72 - 75 tahun, dapat dilihat pada tabel 5.1.
64
65
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, Juni 2014.
No 1 2 3 4 5
Umur 60 - 62 tahun 63 - 65 tahun 66 - 68 tahun 69 - 71 tahun 72 - 75 tahun Total Sumber : Data Primer, 2014
Frekuensi 3 6 16 4 2 31
Prosentase (%) 10 19 52 13 6 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden berumur 66 - 68 tahun berjumlah 16 responden (52%). 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang dibedakan menjadi dua yakni laki - laki dan perempuan, dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, Juni 2014.
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase (%)
1
laki – laki
6
19
2
Perempuan
25
81
Total
31
100
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden berjenis kelamin perempuan sejumlah 25 responden (81%). 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dibedakan menjadi lima yakni tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi, dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3
No 1 2 3 4 5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, Juni 2014.
Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total Sumber : Data Primer, 2014
Frekuensi 6 21 2 1 1 31
Prosentase (%) 20 68 6 3 3 100
66
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SD berjumlah 21 responden (68%). 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang dibedakan menjadi tiga yakni PNS, tani, ibu rumah tangga, dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, Juni 2014.
No
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase (%)
1
PNS
1
3
2
Tani
9
29
3
IRT
21
68
31
100
Total Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah IRT (ibu rumah tangga) berjumlah 21 responden (68%). 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi yang dibedakan menjadi lima yakni tenaga kesehatan, koran, radio/ TV, teman dan lain-lain, dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5
Distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur, Juni 2014.
No 1 2 3 4
Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Koran Radio / TV Teman Total Sumber : Data Primer, 2014
Frekuensi 16 1 11 3 31
Prosentase (%) 52 3 35 10 100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah responden mendapat informasi dari petugas kesehatan yaitu sejumlah 16 responden (52%).
67
5.1.3 Data khusus 1. Dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi Karakteristik
responden
berdasarkan
dukungan
keluarga
tentang
kepatuhan diet hipertensi yang dikategorikan menjadi tiga yakni baik, cukup, kurang, dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur Tahun 2014.
No
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Baik
4
13
2
Cukup
19
61
3
Kurang
8
26
31
100
Total Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi sebagian besar adalah cukup dengan jumlah 19 responden (61%).
2. Kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi yang dikategorikan menjadi tiga yakni patuh, cukup patuh, kurang patuh, dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur Tahun 2014.
No
Kepatuhan Diet
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Patuh
1
3
2
Cukup patuh
23
74
3
Kurang patuh
7
23
Total
31
100
Sumber : Data Primer, 2014
68
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa kepatuhan diet penderita hipertensi sebagian besar adalah cukup patuh dengan jumlah 23 responden (74%).
3. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi Tabel 5.8
Tabulasi silang dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur Tahun 2014.
Dukungan Keluarga
Kepatuhan Diet
Patuh
Cukup Patuh
Total
Kurang Patuh
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Baik
1
25
0
0
3
75
4
100
Cukup
0
0
16
84
3
16
19
100
Kurang
0
0
7
87
1
13
8
100
Total
1
3
23
74
7
23
31
100
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dukungan keluarga di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur dikategorikan cukup berjumlah 19 responden (61%), dimana tidak ada sama sekali yang patuh dalam melaksanakan diet hipertensi, kemudian 16 responden (84%) diantaranya cukup patuh dan 3 responden (16%) diantaranya kurang patuh. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,534 hal ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antar variabel adalah sedang, sedangkan nilai p < α atau 0, 002 < 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
69
5.2 Pembahasan
5.2.1 Dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi Hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan keluarga sebagian besar adalah cukup, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu dukungan penilaian, dukungan informasional, dan dukungan emosional. Dukungan keluarga diketahui sebagian besar responden mendapat dukungan penilaian dengan jumlah 347,5% karena memberikan pujian kepada lansia ketika tekanan darahnya kembali normal. Menurut peneliti lansia yang diberikan pujian oleh keluarga karena perkembangan kesehatannya, maka akan mempengaruhi psikologis sehingga terdorong untuk mempertahankan tekanan darahnya dalam batas normal. Menurut Friedman (2010) dukungan penilaian adalah keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah sehingga memotivasi anggota keluarganya. Diketahui sebagian besar responden mendapat dukungan informasional dengan jumlah 342,5% karena memberitahu lansia tentang hasil pemeriksaan tekanan darahnya dan mengingatkan lansia untuk mematuhi aturan, makanan apa saja yang harus dihindari. Menurut peneliti lansia yang diberitahu informasi oleh keluarga tentang hasil pemeriksaan kesehatannya maka akan menambah pengetahuan sehingga menghindari pantangan yang membuat kesehatannya terganggu (tekanan darah tidak terkontrol). Menurut Friedman (2010) dukungan informasional yaitu komunikasi tentang pendapat atau kenyataan yang sesuai dengan kesulitan individu, seperti pemberian saran, pemberian masukan dan pemikiran, pemberian bimbingan dan pemberian hiburan. Manfaat dari dukungan
70
ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor , karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Diketahui sebagian besar responden mendapat dukungan emosional dengan jumlah 237,5% karena tetap mencintai dan memperhatikan keadaan lansia. Menurut peneliti lansia yang dicintai dan diperhatikan oleh keluarga akan mempengaruhi psikologis (senang) sehingga muncul motivasi diri untuk sembuh dari sakitnya. Menurut Friedman (2010) keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Adapun faktor-faktor yang yang mempengaruhi diantaranya umur, pendidikan, dan pekerjaan responden. Umur responden diketahui lebih dari separuh berumur 66-68 tahun. Menurut peneliti umur 60 tahun merupakan menurunnya produktifitas lansia, dimana pada umur tersebut lansia memerlukan dukungan dari keluarga yang ditinggalinya. Keluarga yang memberi tahu pada lansia tentang kegiatan yang akan dilakukan merupakan salah satu bentuk yang berperan pada dukungan keluarga. Menurut Hurlock (2009) umur merupakan salah satu faktor yang berperan untuk beraktifitas, umur > 60 tahun kondisi fisiknya menurun dan pada kondisi tersebut membutuhkan dukungan dari anggota keluarga. Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SD. Menurut peneliti pendidikan SD dalam pola berfikir masih belum matang dimana dalam kemampuan mengaplikasikan masih kurang baik, sehingga dukungan keluarga yang diberikan pada lansia juga kurang berpengaruh dalam memecahkan masalah. Menurut Hurlock, (2009) pendidikan SD merupakan pendidikan dasar, pada
71
pendidikan ini dalam pola berpikir masih deduktif, padahal dalam memecahkan masalah tidak hanya pola berpikir deduktif.
Pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sehingga memungkinkan intensitas pertemuan antara pasien dan keluarga sering.
Intensitas
pertemuan
yang
sering
antara
pasien
dan
keluarga,
memungkinan keluarga dapat memberikan dukungan yang positif kepada pasien untuk patuh melaksanakan program dietnya. Menurut Padila (2012) setiap anggota keluarga memiliki sendiri aktivitas-aktivitas, hal ini tergantung kepada minat, kebutuhan, usia, sumber-sumber dan waktu dari masing-masing individu. Keluarga sebagai satu unit juga memiliki aktivitas-aktivitas reguler yang dapat diikuti oleh semua anggota keluarga dan ini memperkokoh
hidup berupa
aktivitas-aktivitas bersifat keagamaan, pendidikan, rekreasi, kewarganegaraan, dan budaya.
5.2.2 Kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi
Hasil penelitian didapatkan bahwa kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi sebagian besar responden adalah cukup patuh, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet rendah garam. Kepatuhan diet sebagian responden cukup patuh terhadap diet rendah kolesterol dan lemak terbatas dengan jumlah 750% karena pada saat menggoreng makanan menggunakan sedikit minyak dan mengkonsumsi makanan-makanan seperti tahu, tempe atau jenis kacang-kacangan. Menurut peneliti lansia yang sering mengkonsumsi makanan seperti tempe atau jenis kacang-kacangan dan menggunakan sedikit minyak setiap menggoreng makanan maka akan membantu
72
menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga tidak terjadi peningkatan tekanan darah. Menurut Barasi (2009) diet rendah kolesterol dan lemak terbatas adalah membantu menurunkan pengendapan kolesterol dalam arteri sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya peningkatan tekanan darah. Faktor-faktor yang yang mempengaruhi diantaranya pendidikan, informasi dan umur responden.
Diketahui sebagian besar responden adalah diet rendah garam dengan jumlah 647% karena memakai daun bawang, bawang putih, seledri untuk bumbu masakan minum air putih 8 gelas perhari. Menurut peneliti lansia yang sering mengkonsumsi bawang-bawangan sebagai bahan masakan dan minum air putih 8 gelas perhari akan membantu menurunkan tekanan darah dan membuang kadar natrium yang berlebihan dalam tubuh. Menurut Almatsir (2011) pemberian diet rendah garam bertujuan membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuhfan menurunkan tekanan darah pada hipertensi, diet ini diindikasikan untuk pasien dengan edema dan/atau hipertensi.
Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SD, meskipun dengan pendidikan yang masih rendah tersebut kepatuhan diet hipertensi pada lansia adalah cukup, hal ini dikarenakan responden sudah pernah mendapat informasi mengenai diet hipertensi yang diperoleh dari tenaga kesehatan maupun dari radio. Semakin banyak informasi yang diperoleh oleh lansia penderita hipertensi menyebabkan responden mengerti dan memahami penyakit hipertensi seperti penyebab terjadinya hipertensi sehingga patuh terhadap diet yang dianjurkan. Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai pemberitahuan
73
seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut (Azwar, 2007).
Usia dapat mendukung kepatuhan diet, dimana lebih dari separuh responden berusia 66-68 tahun. Semakin tua umur seseorang maka pengalaman orang tersebut semakin meningkat dan semakin bijak dalam mengambil keputusan. Bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial. Perubahan sistem organ tubuh, salah satunya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang dapat menyebabkan perubahan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa pada lanjut usia akan mengalami perubahan fisik termasuk perubahan kardiovaskuler seperti hipertensi karena adanya penebalan dan kekakuan dari katup jantung yang di sebabkan karena adanya penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis (Nugroho, 2011).
5.2.3 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi Dari hasil uji korelasi SpearmanRank di peroleh p = 0,002 sehingga 0,002 < 0,05 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa responden memiliki dukungan keluarga yang baik berjumlah 4 responden, sehingga kepatuhan diet hipertensi dipatuhi. Responden yang memiliki dukungan keluarga yang cukup berjumlah 19 responden, sehingga kepatuhan diet hipertensi cukup dipatuhi. Responden yang memiliki dukungan keluarga yang kurang berjumlah 8 responden, sehingga kepatuhan diet hipertensi kurang dipatuhi. Menurut peneliti
74
perbedaan dukungan keluarga terhadap lansia dapat mempengaruhi kepatuhan dalam proses diet hipertensi. Lansia yang mendapat dukungan keluarga dengan baik akan mematuhi diet yang dianjurkan sehingga tekanan darahnya terkontrol atau tidak kambuh lagi, sebaliknya lansia yang kurang mendapat dukungan keluarga akan sulit mematuhi diet yang dianjurkan sehingga tekanan darahnya tidak terkontrol atau mudah kambuh lagi. Hasil di atas sesuai dengan pernyataan Niven, (2012) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam melaksanakan program diet yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, sikap dan kepribadian pasien, serta dukungan keluarga. Hasil penelitian ini semakin menguatkan pendapat bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet. Dukungan keluarga tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan melaksanakan diet pasien hipertensi. Selain itu penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat hilang timbul atau dapat kambuh kapan saja jika pasien tidak mengikuti program yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan. Dukungan yang diberikan oleh orang-orang yang tidak memiliki nilai signifikansi yang tinggi bagi si pasien tidak akan mempengaruhi intensi pasien tersebut untuk patuh terhadap diet, bahkan dapat dianggap sebagai ancaman yang akhirnya membuat pasien menjadi tidak termotivasi untuk mencapai tujuan, individu yang memiliki afek negatif dan inhibisi sosial yang tinggi melihat
75
lingkungan sosialnya sebagai sesuatu yang mengancam dan menakutkan. Dorongan keluarga agar pasien hipertensi patuh terhadap diet, dapat dipersepsikan sebagai ancaman oleh pasien yang memiliki afek negatif dan inhibisi sosial yang tinggi dan mengalami konflik dengan keluarganya tersebut, namun dianggap sebagai suatu dukungan bagi pasien yang melihat keluarganya sebagai orangorang yang sangat berarti dan sangat ingin melihat ia sembuh. Dukungan dari keluarga terdekat sangat di butuhkan untuk melakukan treatment bagi para penderita hipertensi (Oktaviani, 2011).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Dukungan keluarga tentang kepatuhan diet hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur sebagian besar adalah cukup. 6.1.2 Kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur sebagian besar adalah cukup patuh. 6.1.3 Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita hipertensi di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur .
6.2 Saran
6.2.1 Bagi petugas kesehatan Perawat
hendaknya
memberikan
konseling
pada
keluarga
agar
meningkatkan dukungan instrumental seperti keluarga menyediakan fasilitas ketika lansia memerlukan keperluan dalam pengobatan sehingga memotivasi dalam melaksanakan program diet. 6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya Dapat melanjutkan atau melakukan penelitian hubungan dukungan keluarga dengan diet tinggi serat pada lansia penderita hipertensi.
76
77
HASIL TABULASI DATA UMUM No responden R1
Usia 2
Jenis kelamin 2
Pendidikan 5
Pekerjaan
Sumber informasi
3
1
78
R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31
2 2 4 3 2 3 4 2 2 4 2 2 4 4 1 2 2 2 3 2 3 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 4 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2
3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2
1 1 4 1 3 3 1 1 1 3 1 2 3 1 1 3 4 1 1 1 3 1
1 2 2 2 2 1 2 4
2 1 1 1 2 2 2 2
2 2 1 2 2 2 3 2
3 3 3 2 3 2 3 3
3 3 1 1 3 4 3 3
Keterangan : Umur 1. 60 th 2. 61-65 th 3. 66-70 th 4. > 70 th
Jenis kelamin 1.laki-laki 2.perempu an
Pendidikan 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Perguruan Tinggi
Pekerjaan 1. PNS 2. Tani 3. IRT
Sumber informasi 1.Tenaga
kesehatan
2.Koran/majalah 3.Radio/TV 4.Teman 5.lain-lain
Nonparametric Correlations Correlations Dukungan keluarga Spearman's rho
dukungan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
kepatuhan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Kepatuhan diet
1.000
.534 **
.
.002
31
31
.534 **
1.000
.002
.
31
31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Frequency Table
Dukungan Keluarga
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
8
25.0
25.8
25.0
Cukup
19
61.2
61.2
87.5
Baik
4
12.5
12.9
100.0
Total
31
100.0
100.0
kepatuhan diet hipertensi
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang patuh
7
21.9
22.6
22.6
Cukup patuh
23
71.9
74.2
96.8
Patuh
1
3.1
3.2
100.0
Total
31
96.9
100.0
Case Processing Summary Cases
Valid N dukungan keluarga
Percent 31
kepatuhan diet
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 31
100.0%
Dukungan Keluarga * kepatuhan diet Crosstabulation kepatuhan diet Kurang patuh Dukungan
kurang
Keluarga
Count
0
8
1.8
5.8
.2
8.0
6.2%
18.8%
.0%
25.0%
5
13
1
19
4.2
13.7
.6
19.0
15.6%
40.6%
3.1%
59.4%
Count
0
4
0
4
Expected Count
.9
2.9
.1
4.0
.0%
12.5%
.0%
12.5%
7
23
1
31
7.0
23.0
1.0
31.0
21.9%
71.9%
3.1%
100.0%
Count Expected Count % of Total
% of Total Total
Total
6
% of Total
baik
patuh
2
Expected Count
cukup
Cukup patuh
Count Expected Count % of Total
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A., 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Almatsier, S., 2011. Penuntun Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S., 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Baradero, M., 2009. Klien Gangguan Kardiovaskular . Jakarta: EGC. Barasi, M., 2009. Nutrition at a Glance. Jakarta: Erlangga. Depkes.R.I., 2011. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut . Jakarta: Ditjen BKM. Maryam, S., 2009. Keperawatan Gerontik . Jakarta: EGC. Friedman, M., 2010. Keperawatan Keluarga. Ed. 27. Jakarta: EGC. Muhaimin. 2011. Tekanan Darah Tinggi. http://wikipedia.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2014). Natsir, M., 2009. Riset Keperawatan. Ed. 4. Jakarta: EGC. Niven, N., 2012. Psikologi Kesehatan : EGC: Jakarta. Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. 3. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, W., 2011. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . Ed. 3. Jakarta: EGC. Nursalam. 2007. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktaviani. 2011. Tempramen dan Hipertensi. http://wordpress.com (diakses pada tanggal 15 Maret 2014). Padila. 2012. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Salemba Medika. Stanley, M., 2010. Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Ed. 3. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Ed. 9. Bandung: Alfabeta. Susanto. 2012. Dukungan Sosial dan Kesehatan. http://www.google.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2014). Widayatun, T. R., 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta: C.V Sagung Seto.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No
Kegiatan
.
Bulan Maret 1 2 3 4 1
1.
Konsultasi judul
2.
Penyusunsan proposal
3.
Pendaftaran ujian proposal
4.
Ujian proposal
5.
Revisi propos al
6.
Pengambilan dan pengolahan data
7.
Konsultasi hasil
8.
Pendaftaran ujian hasil
9.
Ujian hasil
10.
Revisi hasil
11.
Penggandaan dan pengumpulan skripsi
April 2 3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Juli 4
1
2
3
Agustus 4
1
2
3
4
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini: No Responden
: ................................................
Alamat
: ................................................
Umur
: ................................................
Setelah mendapat keterangan saudara serta mengetahui tentang manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Lansia Penderita Hipertensi”. Menyatakan bersedia /tidak bersedia ikut terlibat sebagai responden. Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya. Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.
Jombang,.............................2014
Peneliti
Edi Iswanto NIM 10.321.099
Responden
Lampiran 3
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul
: Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Lansia Penderita Hipertensi (Studi di Desa Plandi Kecamatan Plandi Kabupaten Jombang)
Peneliti
: Edi Iswanto
NIM
: 10321099
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian ini sebagai responden dengan mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Sebelumnya kami telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas data maupun informasi yang saya berikan apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pendataan ini dan saya berhak mengundurkan diri. Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada unsur paksaan dari siapapun, saya menyatakan bersedia menjadi responden. Bersedia Menjadi Responden Dalam Skripsi
Jombang,………………..2014 Responden
(
Peneliti
)
(Edi Iswanto)
Lampiran 4
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI Petunjuk
1. Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan . 2. Kode diisi peneliti A. Data Umum
Umur
: 60 thn
:
61-65 thn :
66-70 thn :
Pendidikan
Pekerjaan
: SD
70 keatas :
:
Tidak Sekolah
SMP
:
Perguruan Tinggi :
SMA
:
: PNS :
:
Ibu rumah tangga
:
Tani :
Jenis kelamin
: Laki-laki
:
Perempuan : B. Data Khusus (diisi peneliti) Dukungan keluarga
Baik
: 55 – 80
Tanda (√)
Kepatuhan diet
Patuh (76-100%)
Cukup : 37 – 54
Cukup patuh (56-75%)
Kurang : 20 – 36
Kurang patuh (≤ 56%)
Tanda (√)
Lampiran 4
No
Pertanyaan
1
Keluarga memberi tahu tentang hasil pemeriksaan tekanan darah saya.
2
Keluarga menjelaskan setiap saya bertanya tentang penyakit darah tinggi.
3
Keluarga mengingatkan saya untuk mematuhi aturan, makanan apa saja yang harus dihindari.
4
Keluarga mengingatkan saya untuk kontrol, minum obat.
5
Keluarga mengingatkan saya tentang perilaku-perilaku yang dapat memperparah penyakit seperti merokok, minum kopi, makanmakanan yang mengandung garam.
6
Keluarga memberikan pujian ketika tekanan darah saya kembali normal.
7
Keluarga memberikan dukungan kepada saya untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah.
8
Keluarga sulit menerima keadaan saya apa adanya, dengan segala keterbatasan.
9
Keluarga memberikan pujian atas usaha yang saya lakukan untuk menaati aturan makan atau diet.
10
Kelurga marah ketika saya tidak mau menaati aturan makan atau diet yang telah ditetapkan.
11
Keluarga menyediakan waktu dan fasilitas jika saya memerlukan keperluan untuk pengobatan.
12
Keluarga ikut menemani saya untuk pemeriksaan tekanan darah di posyandu.
Selalu
Sering
Kadang -kadang
Tidak pernah
Lampiran 4
13
Keluarga langsung membawa ke puskesmas ketika tekanan darah saya terlalu tinggi.
14
Keluarga meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan yang saya sampaikan
15
Keluarga bersedia membiayai perawatan sakit saya.
16
Keluarga tetap mencintai dan memperhatikan keadaan saya.
17
Keluarga senang ketika tekanan darah saya normal.
18
Keluaga membiarkan makan dan minum apa saja yang saya sukai walaupun itu melanggar aturan diet seperti gorengan, soto, kopi.
19
Keluarga memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan saya seperti berolahraga.
20
Keluarga membantu memenuhi kebutuhan saya dengan penuh kesabaran.
Lampiran 4
No
Pertanyaan
1
Saya makan-makanan seperti daging sapi yang sudah diawetkan.
2
Saya makan-makanan seperti tahu, tempe, atau jenis kacang-kacangan.
3
Saya makan-makanan seperti kuning telur.
4
Saya makan- makanan seperti supermi, bakso,dan soto.
5
Saya minum-minuman seperti kopi
6
Saya makan-makanan seperti jeroan, gorengan, usus dan hati.
7
Saya makan-makanan seperti tape, durian.
8
Saya mengkonsumsi ikan segar.
9
Saya makan-makanan yang asin-asin seperti asinan sayur, ikan asin, telur asin, kripik asin.
10
Saya makan-makanan yang terbuat dari beras merah.
11
Saya makan-makanan yang manis-manis seperti dodol, sirup.
12
Saya minum teh manis atau kopi setelah makan nasi.
13
Saya makan-makanan cemilan seperti jajanan dari toko.
14
Saya makan-makanan seperti agar-agar dan rumput laut.
Selalu
Sering
Kadang -kadang
Jarang
Tidak pernah
Lampiran 4
15
Saya memakai garam dapur sebagai bumbu masakan lebih dari setengah sendok teh per hari.
16
Saya memakai daun bawang, bawang putih, seledri untuk bahan masakan.
17
Saya minum air putih delapan gelas per hari.
18
Saya makan makanan seperti (kol, brokoli, wortel, tomat).
19
Saya menggoreng makanan menggunakan sedikit minyak.
20
Saya makan-makanan buah seperti jambu biji, blimbing, semangka, pisang.
Lampiran 5
KISI-KISI KUESIONER HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
Kunci jawaban untuk dukungan keluarga
Menurut skala Likert pernyataan favourable : selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1) dan pernyataan unfavorable : selalu (1), sering (2), kadang – kadang (3), tidak pernah (4) dengan kriteria dukungan keluarga menurut Arikunto (2010) yaitu : 1. Baik : 55 – 80 2. Cukup : 37 – 54 3. Kurang : 18 – 36 No
Variab el indepe nden
Indikator
Jumla h
Favou rable
1
Dukungan informasi Dukungan penilaian Dukungan instrumen Dukungan emosional
2 3 4 Jumla h
Nomor butir
4
unfav ourab le 1
3
2
5
0
4
1
16
4
favoura ble
1, 2, 3, 4 6, 7, 9, 11,12,1 3,14,15 16,17, 19,20
Bobot dan total
unfav ourab le 5
20
8, 10
20
-
20
18
20 80
Lampiran 5
Kunci jawaban untuk kepatuhan diet
Menurut skala Likert pernyataan favourable: sangat sering (5), sering (4), kadang-kadang (3) jarang (2), tidak pernah (1). Dan pernyataan unfavourable: sangat sering (1), sering (2), kadang-kadang (3), jarang (4),
tidak pernah (5) dengan kategori kepatuhan diet menurut Sugiyono (2006): 1. Patuh
: 76-100%
2. Cukup patuh: 56-75% 3. Kurang patuh: ≤ 56% N o
Indikator
Jumlah
Nomo r butir
Bobot dan total
favourab le 3
unfavo urable 4
favoura ble 8, 16, 17
unfavou rable 1, 9, 13, 15
1
Diet rendah garam
35
2
Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
3
4
2, 3, 19
4, 6, 11, 12
35
3
Diet tinggi serat
2
4
10, 18, 20, 14,
7, 5
30
Jumlah
8
12
100
TABULASI DUKUNGAN KELUARGA Resp.
Pernyataan
Total Kategori
1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
49
Cukup
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
1
2
1
1
1
3
1
1
3
1
39
Cukup
2
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
1
2
1
1
1
3
1
1
3
1
37
Cukup
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
2
1
3
2
2
3
1
46
Cukup Kurang
2 1
Kurang
1
Cukup
2
Cukup Baik
2
5
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
3
1
6
3
1
1
1
3
2
3
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
32 33
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
41
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
40
7 8 9
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
4
1
1
10
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
3
1
1
11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
4
51
2
1
1
3
2
32 Kurang 49 Cukup 38 Cukup 33 Kurang
2
46 Cukup 32 Kurang
2
49 39
Cukup
2
Cukup
2
Cukup
2
Cukup
2
Kurang
1
Baik
3
Cukup
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
13
3
2
3
2
2
3
2
2
2
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
14
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
2
1
3
2
2
3
1
15
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
17
3 3
3 2
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
2 1
2 2
2 1
2 1
2 1
3 3
2 1
2 1
3 3
2 1
18
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
1
2
1
1
1
3
1
1
3
1
19
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
2
1
3
2
2
3
1
37 46
1
32
20
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
12
16
Kode Tabulasi
3
21
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
2
2
2
2
4
2
2
4
2
59
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
41
3
2
1
1
23
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
24
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
4
1
1
4
1
25
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
3
1
1
2
1
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
40 Cukup 51 Baik
2
32 Kurang 49 Cukup
1
Cukup
2
Cukup
2
Baik
3
27
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
28
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
38 36
1
46
32 Kurang 41 Cukup
29 30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
2
1
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
3 Total 90
3 80
3 90
3 82
3 84
3 93
3 83
3 80
3 88
3 88
1 37
1 45
1 41
1 41
1 37
3 88
1 41
1 41
3 90
1 37
2,9
2,6
2,9
2,6
2,7
3
2,7
2,6
2,8
2,8
1,2
1,5
1,3
1,3
1,2
2,8
1,3
1,3
2,9
1,2
31
x
342,5
347,5
162,5
237,5
3
2
1 2
TABULASI KEPATUHAN DIET LANSIA PENDERITA HIPERTENSI Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pernyataan
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2
4
3
3
4
2
2
3
2
2
4
4
3
1
2
5
4
4
5
3
62
5
5
4
3
5
5
4
4
5
5
4
5
5
3
4
5
4
4
5
5
89
2 1 2 2 2
3 4 3 4 3
3 3 2 3 3
3 3 2 3 3
4 4 2 4 4
2 2 3 2 2
2 2 3 2 2
2 2 3 2 2
3 3 2 3 2
2 2 3 3 2
3 4 2 4 4
4 4 2 4 4
3 3 2 3 3
2 1 3 1 2
2 2 3 2 2
4 5 2 5 5
5 4 2 4 4
5 4 3 4 4
5 5 3 5 5
3 3 2 3 3
62 61 49 63 61
3
3
1
3
1
3
2
1
3
2
3
3
3
2
3
3
3
1
3
1
47
2
4
3
3
4
2
2
2
1
2
4
4
3
1
2
5
4
4
5
3
60
2 2 3 2 3 2 2 3 3 1
4 3 2 4 4 3 4 4 2 4
3 3 1 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
4 4 1 4 4 4 4 4 1 4
2 2 3 2 2 2 2 2 3 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
1 1 3 2 2 3 1 1 3 1
3 3 1 2 3 2 1 1 1 2
4 4 3 4 4 4 4 4 3 3
4 4 3 4 3 4 3 4 3 4
3 3 2 3 3 3 2 3 2 3
1 1 3 1 2 2 3 1 3 1
2 2 3 2 2 2 2 2 3 2
5 5 3 5 5 5 5 5 3 5
4 4 2 4 4 4 4 4 2 4
4 4 1 4 4 4 4 4 1 4
5 5 1 5 5 5 5 5 1 5
3 3 1 3 3 3 3 3 1 3
61 60 43 61 63 62 59 60 42 58
(%)
Kategori
310
Cukup patuh
445
Patuh
310
Cukup patuh
305
Cukup patuh
245
kurang patuh
315
Cukup patuh
305
Cukup patuh
235
kurang patuh
300
Cukup patuh
305
Cukup patuh
300
Cukup patuh
215
kurang patuh
305
Cukup patuh
315
Cukup patuh
310
Cukup patuh
295
Cukup patuh
300
Cukup patuh
210
kurang patuh
290
Cukup patuh
Kode
2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2 3
4 4
3 3
3 3
4 4
2 2
2 2
2 2
1 1
2 1
3 4
4 4
2 3
1 1
2 2
5 5
4 4
4 4
5 5
3 3
60
3
3
1
3
1
3
3
1
3
1
3
3
4
3
3
3
3
1
1
1
47
1
4
3
3
4
2
2
2
1
2
3
4
3
1
2
5
4
4
5
3
58
2 2 3 2 2 3 2
31
4 2 3 4 4 3 4
3 1 2 3 3 2 3
3 2 3 3 3 3 3
4 1 2 4 4 3 4
2 2 3 2 2 3 2
2 2 3 2 2 3 2
2 1 2 2 2 3 2
1 2 3 3 1 3 1
2 1 2 1 1 2 1
4 2 3 3 4 3 4
3 2 3 4 4 3 4
4 3 2 3 3 2 3
1 3 2 2 1 4 2
2 2 3 2 2 3 2
5 3 3 5 5 4 5
4 2 3 3 4 3 4
4 1 2 3 4 2 4
5 1 2 5 5 3 5
3 1 2 4 3 3 3
2 Total 71
4 110
3 82
3 90
4 105
2 72
2 69
2 62
3 65
3 61
4 109
4 112
3 90
3 58
2 71
5 138
4 1 12
4 104
5 130
3 84
2,2
3,5
2,6
2,9
3,4
2,3
2,2
2
2,1
1,9
3,5
3,6
2,9
1,8
2,2
4,4
3,6
3,3
4,1
2,7
x
58
647
750
510
60 36 51 60 59 58 60 65
290
Cukup patuh
300
Cukup patuh
235
kurang patuh
290
Cukup patuh
300
Cukup patuh
180
kurang patuh
255
kurang patuh
300
Cukup patuh
295
Cukup patuh
290
Cukup patuh
300
Cukup patuh
325
Cukup patuh
2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2
No responden
Dukungan keluarga
Kepatuhan diet
R1
2
2
R2
2
3
R3
2
2
R4
2
2
R5
1
1
R6
1
2
R7
2
2
R8
2
1
R9
3
2
R10
1
2
R11
2
2
R12
2
1
R13
1
2
R14
2
2
R15
1
2
R16
2
2
R17
2
2
R18
2
1
R19
2
2
R20
1
2
R21
3
2
R22
2
1
R23
2
2
R24
3
2
R25
1
1
R26
2
1
R27
2
2
R28
2
2
R29
3
2
R30
1
2
R31
2
2
Keterangan : Dukunga keluarga Baik
=3
Cukup = 2 Kurang = 1
Kepatuhan diet Patuh
=3
Cukup patuh = 2 Kurang patuh = 1