4. REFLEK PERNAFASAN
Ada 2 yaitu : 4.1 Reflek Batuk.
Mekanisme terjadinya reflek batuk dimulai dari terangsangnya bagian – bagian yang peka pada saluran pernafasan. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melalui nervus vagus menuju pusat pernafasan yaitu medulla oblongata.Selanjutnya pusat pernafasan
memerintahkan tubuh untuk melakukan reflek batuk agar benda asing dapat dikeluarkan. Tubuh merespon dengan menginspirasi udara keparu – paru, menutup glottis, menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan didalam paru – paru. Udara tersebut akan menimbulkan tekanan dalam alveolus sehingga otot – otot abdomen dan intercostalis interna berkontraksi dengan kuat lalu secara mendadak terjadilah ekspirasi. Ekspirasi yang kuat mendadak membuat epiglottis dan pita suara terbuka yang disebut dengan batuk ( volume tekanan = 100 mph ).
4.2 Reflek bersin.
Reseptor yang digunakan pada reflek bersin adalah reseptor taktil dihidung, yang diteruskan ke nervus trigeminus selanjutnya dibawa ke pusat pernafasan di medulla oblongata. Urutan mekanisme reflek bersin sama dengan reflek batuk.
5. REGULASI PERNAFASAN
Kontrol dari pengaturan pernafasan dilakukan oleh system saraf dan kadar / konsentrasi gas – gas yang ada di dalam darah. Pusat pernafasan di medulla oblongata mengatur :
Rate impuls respirasi rate.
Amplitudo impuls tidal volume.
Pusat inspirasi dan ekspirasi: posterior medulla oblongata. Pusat kemoreseptor : anterior medulla oblongata. Pusat apneu dan pneumothorak : pons varoli.
13
6. METODE FISIOLOGIS
Metode fisiologis dengan menggunakan spirometer. Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan dicatat d alam grafik volum per waktu.
Tujuan : -
mengukur volume paru secara statis dan dinamik
-
menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat : 1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah 2. Batuk 3. Terminasi lebih awal 4. Tertutupnya glottis 5. Ekspirasi yang bervariasi 6. Kebocoran Spirometer menghasilkan gambaran fungsi paru sebagai berikut: 6.1 Tidal volume ( TV )
Volume udara yang masuk dan keluar paru – paru dalam kondisi istirahat. N = +500 cc. 6.2 Inspirasi reserve volume ( IRV )
Volume yang masuk pada saat inspirasi maksimal setelah inspirasi secara biasa. Laki – laki = 3300 cc, perempuan = 1900 cc. 14
6.3 Ekspirasi Reserve Volume ( ERV )
Volume udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dalam paru – paru melalui kontraksi otot – otot ekspirasi setelah ekspirasi secara biasa. N: laki – laki = 1000 cc, perempuan = 700 cc. 6.4 Residual Volume ( RV )
Udara yang masih tersisa dalam paru – paru setelah ekspirasi maksimal. N : laki – laki = 1200 cc, perempuan 1100 cc. 6.5 Inspirasi Capasiti ( IC )
Jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal. Normalnya = 3600 ml. IC = IRC + TV 6.6 Fungsional Residual Capasiti ( FRC )
Jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidak normal. Normalnya = 2400 ml. FRC = ERV + RV 6.7 Vital Capasiti ( VC )
Jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. Seharusnya 80 % TLC. Normal = 4800 ml. VC = IRC + TV + ERV 6.8 Total Lung Capasiti ( TLC )
Jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VC + RV, normal: laki – laki = 6000 cc, perempuan = 4200 cc. 6.9 Ruang Rugi ( Anatomical Dead Space )
Area disepanjang saluran nafas yang tidak terlibat proses pertukaran gas ( 150 cc ).
15
7. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI PERNAFASAN.
Pada umumnya frekuensi pernafasan normal pada manusia berkisar 15-18x/menit. Cepat atau lambatnya frekuensi pernafasan manusia dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: 7.1 Usia.
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otototot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit. 7.2 Jenis kelamin.
Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil dari laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak. 7.3 Suhu tubuh.
Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat.Dilingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan 16
menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekwensi pernafasan. 7.4 Lingkungan.
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. 7.5 Aktifitas fisik.
Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai/tidur). Oleh karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak. 7.6 Posisi tubuh.
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah. 7.7 Status Kesehatan.
Pada orang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada 17
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel. 7.8 Narkotika.
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan. Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia : • Bayi baru lahir : 40- 60 x/menit. • 1 - 11 bulan: 30x/menit • 2 tahun: 25x/menit • 4 - 12 tahun: 19 – 23x/menit • 14 - 18 tahun: 16 - 18x/menit • Dewasa: 12 - 20x/menit • Lansia ( >65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap, kita pun menjadi lemas. (Junior, 2009)
18
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah mempelajari tentang anatomi dan fisiologi pernafasan ini, kami penulis membuat suatu kesimpulan bahwa : 1. Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan pembuangan berupa karbondioksida serta energi ilkan. 2. Saluran respirasi digolongkan menjadi 2 berdasarkan letaknya, yaitu : 2.1 Saluran respirasi bagian atas, dengan fungsi utama sebagai : 2.1.1
Air conduction ( penyalur udara ), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2.1.2
Protection ( perlindungan ), sebagai pelindung saluran nafas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing
2.1.3
Warming, filtrasi dan humidifikasi, sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring dan memberi kelembapan udara yang dihirup
2.2 Saluran respirasi bagian bawah 2.2.1
Saluran udara konduktif , sering disebut juga tracheobronchial tree yang terdiri dari trakhea, bronchus dan bronchiolus
2.2.2
Saluran respiratorius terminal, berfungsi sebagai penyalur ( konduksi ) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal yang juga merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
3. Secara garis besar pernafasan dibagi menjadi 2 yaitu : 3.1 Pernafasan dalam / internal : pertukaran gas antar organel sel
yang
menggambarkan proses metabolisme intraselluler sampai menghasilkan suatu energi 3.2 Pernafasan external/luar : absorbsi oksigen dan pembuangan karbondioksida dengan urutan sebagai berikut : ventilasi, difusi, transportasi
19
3.2 SARAN.
Agar respirasi dapat berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa faktor yang menunjang, yaitu : 1. Suplai oksigen yang adekuat Tempat yang tinggi tidak mengubah komposisi udara, tetapi menyebabkan tekanan oksigen ( PO 2 ) menurun, reaksi yang ditimbulkan biasanya berupa keluhan : nyeri kepala, mua, sesak, lemah, palpitasi, mengantuk dan penglihatan kabur, hal ini bisa disebut juga “ Mountain Sickness “ Adapun faktor yang berperan dalam oksigenasi : 1.1 Peningkatan ventilasi alveolus 1.2 Penyesuaian komposisi asam basa dan cairan tubuh 1.3 Peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan curah jantung 2. Saluran udara yang utuh Pernfasan dapat terganggu dan tidak dapat berjalan lancar apabila saluran udara yang mengalirkan oksigen dari udara melalui trakheobronkhial menuju membran alveolus kapiler dalam kondisi terhambat. Hambatan tersebut dapat berupa : tenggelam, benda asing dsbnya 3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola pernafasan. Penyebab utama terganggunya fungsi tersebut adalah trauma / fraktur tulang iga, penyakit syaraf lainnya ( GBS, Myastenia Gravis ) 4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup 5. Jumlah haemoglobine yang adekuat untuk membawa oksigen ke sel – sel tubuh 6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif 7. Berfungsinya pusat pernafasan secara normal
20
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce, Anatomy dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Heni Rokhaeni, SMIp, CCRN, et all, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, edisi pertama, Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional, Harapan Kita, Jakarta, 2001
Irman Soemantri, Keperawatan Medical Bedah, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernafasan, Salemba Medika, Jakarta, 2007
Jan Tambayong, dr, Anatomy dan Fisiologi untuk Keperawatan, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2001
WF. Ganong, Buku ajar Fisiology kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008
21