ASUHAN KEPERAWATAN P PADA ADA TN. M DENGAN BENIGNA BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DIRUANG RAWAT INAP BEDAH RSU MAYJEN H. A. THALIB KABUPATEN KERINCI
Disusun Oleh : Kelompok 3
1. FAUZI PUTRA AFDINATA, S.Kep 2. MIA CAHYATI, S.Kep 3. MEIKI ERFALIAN, S.Kep 4. PERA PRONIKA, S.Kep 5. OGI AKHYANDA, S.Kep 6. ROPI DEPIAN WANDRI, S.Kep 7. YUKA SAPUTRA, S.Kep 8. PANDU SATRIA, S.Kep 9. ROLLI DEWANTARI, S.Kep 10. ZUFRO DONI, S.Kep PEMBIMBING AKADEMIK : Ns. RHONA SANDRA, S.Kep, S.Kep, M.Kep
Ns. RIRIS FRIENDI, S.Kep, M.Kep M.Kep PEMBIMBING KLINIK : Ns. YANTI NOVITA, S.Kep, S.Pd
Ns. NOVERY HARIZAL, HARIZAL, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019 1
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil Alhamdulillahirobbil ‘alamin,
segala puji kepada Allah SWT, karena hanya atas
hidayah dan ridha-Nya ridha-Nya penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang rawat inap Bedah RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci. Penyusun sadar bahwa tiada sebuah kesuksesan pun yang dapat tercapai tanpa adanya sebuah usaha keras dengan segala kesungguhan hati, di iringi dengan doa dan rasa tawakal yang tulus. Dan kesuksesan itu pun tak akan terwujud tanpa adanya dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan segala kesungguhan hati turut membantu demi terwujudnya kesuksesan tersebut. Dalam hal ini penyusun merasa sangat berhutang budi terhadap berbagai pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Hanya ucapan terima kasih sedalam-dalamnya yang dapat penyusun sampaikan, semoga Allah yang maha rahmat dan rahim berkenan mencatatnya sebagai amalan sholeh yang kelak dapat memberatkan timbangan amal kebaikannya di yaumil di yaumil hisab nanti, hisab nanti, amiin. Dalam kesempatan ini, ucapan terima kasih dan doa tulus tersebut, penyusun sampaikan kepada: 1. Bapak dr. Iwan Suwindra, Sp. B, Direktur RSU Mayjen HA Thalib Kerinci berserta staf 2. Ibu Ns. Rhona Sandra, M.Kep Pembimbing Akademik dari STIKES Syedza Saintika Padang 3. Bapak Ns. Riris Friendi, S.Kep, M.Kep 4. Ibu Ns. Yanti Novita, S.Kep Pembimbing Akademik 5. Bapak Ns. Novery Herizal, S.Kep. Pembimbing Klinik 6. Seluruh mahasiswa keperawatan Profesi Ners kelompok 1 yang telah membantu menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini. 2
Namun kiranya penulis menyadari menyadari dalam penulisan tugas Asuhan Keperawatan ini jauh dari kesempurnaan. Akhirnya Akhirnya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dimasa dimasa yang akan datang. Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik baik bagi penulis maupun maupun bagi pembaca sekalian. Aamiin Sungai Penuh, Mei 2018 2018 Penulis, Kelompok 3
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang biasa terjadi. Ini di lihat dari frekuensi terjadinya BPH di dunia, di Amerika secara umum dan di Indonesia secara khususnya (Arif Muttaqin, 2011 : 257). Menurut data Worl Health Organitation (WHO), diperkirakan bilangan penderita BPH adalah seramai 30 juta, bilangan ini hanya pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria. Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bias sehingga 90%. Akan tetapi, jika di lihat secara histology penyakit BPH, secara umum membabitkan 20% pria pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan 90% pada usia 70 (http://www.newenglandjournal/BPH.com). Di Indonesia penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100
4
juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH atau PPJ ini. Indonesia kini semakin hari semakin maju dan dengan berkembangnya sesebuah negara, maka usia harapan hidup pasti bertambah dengan sarana yang makin maju dan selesa, maka kadar penderita BPH secara pastinya turut meningkat. Menurut Purnomo B.Basuki (2002) secara pasti, bilangan penderita pembesaran prostat jinak belum di dapat, tetapi secara prevalensi di RS, sebagai contoh jika kita lihat di Palembang, di RS Cipto Mangunkusumo ditemukan 423 kasus pembesaran prostat jinak yang dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber Waras sebanyak 617 kasus dalam periode yang sama (Ponco Birowo, 2002). Ini dapat menunjukkan bahawa kasus BPH adalah antara kasus yang paling mudah dan banyak ditemukan. Maka jelaslah bahwa seorang pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia sangat memerlukan perawatan dini sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan bisa terlaksana sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan. Oleh sebab itu peran perawat sangat diharapkan dalam merawat pasien dengan BPH karena luasnya masalah dan besarnya dampak yang dapat timbul jika pasien tidak mendapatkan penanganan yang baik. B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa mengerti dengan penyakit Benigna Prostat Hiperplapsia b. Diharapkan penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplapsia. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Medis
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria Menurut Basuki B.Purnomo ( 2002 : 69 ) gambar anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi pria adalah sebagai berikut : a. Anatomi Gambar 2.1 Gambar Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Pria
b. Fisiologi 1) Vesika Urinaria Adalah organ berongga yang terdiri dari atas 3 lapis otot dektusor yang saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah merupakan otot sirkuler, yang paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa vesika urinaria terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior.
6
2) Ureter Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari vesika urinaria melalui proses miksi. 3) Kelenjar prostat Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, didepan rectum dan membungkus uretra posterior. 4) Epididimis Organ yang berbentuk seperti sosis terdiri atas katub korpus, dan kauda epididimis. 5) Vasdeferens Adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35cm, bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. 6) Vesikula seminalis Terletak didasar vesika urinaria dan disebelah kranial dari kelenjar psostat. Panjangnya kurang lebih 6cm berbentuk sakula-sakula. 7) Penis Penis terdiri atas 3 buah korpora membentuk silindris, yaitu 2 buah korfora kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus. Korpus spongiosum yang berapa disebelah sentralnya sekian terima kasih. 2. Definisi Menurut Marilyn E.D ( 2000 : 671 ) Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.
7
3. Etiologi Menurut Purnomo ( 2005 : 257 ) bahwa penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasiaa prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Selain faktor tersebut ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagai berikut: a. Dihydrotestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia. b. Ketidakseimbangan hormon estrogen – testosteron. Pada proses penuaan pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasia stroma. c. Interaksi stroma-epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel. d. Berkurangnya
sel
yang
mati.
Estrogen
yang
meningkat
menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. e. Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. 4.
Patofisiologi Menurut Arif Muttaqin ( 2011: 258 ) Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia. Jika prostat membesar, maka akan meluas keatas ( kandung kemih ) sehingga pada bagian pada bagian dalam akan mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai konpensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan kandung kemih berkontraksi lebih lebih kuat agar
8
dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomi dari kandung kemih berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula, dan divertikel kandung kemih. Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli buli keureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal. 5. Manifestasi Klinis Menurut Basuki B.Purnomo ( 2002 : 73 ) Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hiperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu : a. Gejala Obstruktif yaitu : 1)
Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
2)
Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
3)
Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4)
Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5)
Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan teras a belum puas.
9
b. Gejala Iritasi yaitu : 1)
Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2)
Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3)
Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
6. Komplikasi Menurut Basuki B.Purnomo ( 2002 : 72 ) komplikasi dari Benigna Prostat Hiperplasia adalah sebagai berikut : a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) b. Karsinoma prostat c. Hidroureter d. Hidronefrosis e. Pielonefritis f. Gagal ginjal. 7. Pemeriksaan Laboratorium Sedangkan pemeriksaan penunjang pada pasien BPH ( Benigna Prostat Hiperplasia ) menurut Basuki B.Purnomo ( 2002 : 75 ) adalah : a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum pasien. b. Pemeriksaan urin lengkap. c. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya keganasan. 8. Pemeriksaan Uroflowmetri Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara objektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
10
a. Flow rate maksimal 15 ml / dtk = non obstruktif. b. Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line. c. Flow rate maksimal 10 ml / dtk = obstruktif. 9. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik a. BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang. b. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan suprapubik. c. IVP (Pyelografi Intravena). Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis. d. Pemeriksaan Panendoskop. Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli. 10. Penatalaksanaan Medis Modalitas terapi BPH adalah : a. Observasi Yaitu pengawasan berkala pada pasien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan pasien b. Medikamentosa Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen. c. Pembedahan Indikasi pembedahan pada BPH adalah : 1)
Pasien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
2)
Pasien dengan residual urin 100 ml.
11
3)
Pasien dengan penyulit.
4)
Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5)
Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan : 1)
TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 % )
2) Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy 3) Perianal Prostatectomy 4)
Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
d. Alternatif
lain
(misalnya:
Kriyoterapi,
Hipertermia,
Termoterapi,
Terapi
Ultrasonik). 11. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang pada pasien BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) menurut Marilynn E. Doenges dkk ( 2000 : 672 ) adalah : a. Urinalisa Warna kuning, coklat gelap, merah gelapatau terang (berdarak ); penampilan keruh; pH 7 atau lebih besar ( menunjukkan infeksi ); bakteria, SDP, SDM mungkin ada secara mikroskopis. b. Kultur urine Dapat menunjukkan Stapylococcus aureus, Proteus, Klebsiella, pseudomonas, atau Escherichia coli. c. Sitologi urine Untuk mengesampingkan kanker kandung kemih. d. BUN/kreatinin Meningkatkan bila fungsi ginjal di pengaruhi.
12
e. Asam fostat serum/antigen khusus prostatic Peningkatan karena pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat (dapat mengindikasikan metastase tulang ). f. SDP Mungkin lebih dari 11.000, mengindikasikan infeksi bila pasien tidak imunosupresi. g. Penentuan kecepatan aliran urine Mengkaji derajat obstruksi kandung kemih. h. IVP dengan film pasca-berkemih Menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan abdomen otot kandung kemih. i.
Sistouretrografi berkemih Digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi kandung kemih dan uretra karena ini menggunakan bahan kontras lokal.
j.
Sistogram Mengatur
tekanan
dan
volume
dalam
kandungan
kemih
untuk
mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan dengan HPB. k. Sistouretroskopi Untuk menggambarkan derajat pemberian prostat dan perubahan dinding kandung kemih (kontraindikasi pada adanya ISK akut sehubungan dengan resiko sepsis gram negatif ). l.
Sistometri Mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
13
m. Ultrasound transrektual Mengukur untuk prostat, jumlah residu urine; melokalisasi lesi yang tak berhubungan dengan HPB. B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian
Menurut Marilynn E. Doenges dkk ( 2000 : 672 ) pengkajian pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia adalah sebagai berikut : a.
Akivitas/istirahat Merasa lemah, cepat lelah.
b.
Sirkulasi Tanda: Peninggian Tekanan Darah ( efek pembesaran ginjal ).
c.
Eleminasi Gejala: Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine; tetesan. Keragu-raguan pada berkemih awal. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; dorongan dan frekuensi berkemih. Nokturia, disuria, hematuria. Duduk untuk berkemih. ISK berulang, riwayat batu ( stasis urinaria ). Konstipasi ( protrusi prostat keadaan rektum ). Tanda: Massa padat dibawah abdomen bawah ( distensi kandung kemih ), nyeri tekan kandung kemih. Hernia inguinalis; hemoroid ( mengakibatkan peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan ).
14
d.
Makanan/cairan Gejala : Anoreksia; mual, muntah. Penurunan berat badan.
e.
Nyeri/kenyamanan Gejala: Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung; tajam, kuat (pada prostatitis akut). Nyeri punggung bawah.
f.
Keamanan Gejala: Demam.
g.
Seksualitas Gejala: Masalah
tentang
efek
kondisi/terapi
pada
kemapuan
seksual.
Takut
inkontinensia/menetes selama hubungan intim. Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi. Tanda: Pembesaran, nyeri tekan prostat. 2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA NIC-NOC dkk ( 20132016) adalah : a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik ditandai dengan inkontinensia urine b. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan distensi kandung kemih ditandai dengan keluhan nyeri ( kandung kemih/spasme rectal ), penyempitan fokus; perubahan tonus otot, meringis, perilaku distraksi, gelisah, respon otonomik.
15
c.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan atau kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis ditandai dengan ( tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnose aktual ).
d.
Ketakutan/ansietas ( uraikan tingkatan ) berhubungan dengan perubahan status kesehatan
ditandai
dengan
peningkatan
tegangan,
ketakutan,
kekuatiran,
mengekspresikan masalah tentang adanya perubahan, ketakutan akan konsekuensi spesifik. e.
Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, menyatakan masalah/ indicator nonverbal, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
16
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC – NOC NO 1
DIAGNOSA
Gangguan berhubungan
eliminasi
NOC
urine Noc : dengan
NIC Bantuan berkemih
Eliminasi urine
AKTIVITAS
1. Pertimbangkan kemampuan dalam
obstruksi anatomik ditandai Indikator :
rangka mengenal
dengan inkontinensia urine
keinginan untuk BAK
a. Pola eliminasi urine (5) b. Jumlah urine (5)
2. Lakukan pencatatan
c. Warna urine (5)
mengenai spesifikasi
d. Kejernihan urine (5)
kontinensia selama 3
e. Nyeri saat kencing (5)
hari untuk
f.
mendapatkan pola
Frekuensi berkemih (5)
g. Retensi urine (5)
pengeluaran urine 3. Waspada terhadap pasien yang tidak menunjukkan tanda dan gejala overflow dan / atau refleks inkontinensia urine. 4. Tetapkan interval untuk jadwal 17
membantu berkemih, berdasarkan pada pola pengeluaran (urine) 5. Informasikan pada pasien mengenai waktu untuk sesi eliminasi selanjutnya. 6. Lakukan pengkajian komprehensif sistem perkemihan fokus terhadap retensi (misalnya; urine output , pola berkemih, fungsi kognitif, masalah saluran perkemihan sebelumnya) 7. Berikan privasi dalam melakukan eliminasi Perawatan retensi urine
8. Gunakan sugesti dengan menggunakan
18
air mengalir atau dengan menyiram toilet 9. Stimulasi refleks kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan air dingin. 10. Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit). 2
Nyeri ( akut ) berhubungan Noc : dengan
distensi
kandung
kemih
ditandai
dengan
Manajemen nyeri Kontrol nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensi yang meliputi lokasi,
keluhan nyeri
( kandung Indikator :
karakteristik,
kemih/spasme
rectal
), a. Mengenali kapan nyeri terjadi (5)
onset/durasi, frekuensi,
fokus; b. Menggambarkan faktor penyebab (5)
kualitas, intensitas atau
penyempitan perubahan
tonus
otot, c. Menggunakan tindakan pengurangan
meringis, perilaku distraksi, gelisah, respon otonomik.
(nyeri) tanpa analgesik (5) d. Mengunakan analgesik yang
beratnya nyeri dan faktor pencetus. 2. Observasi petunjuk nonverbal mengenai 19
direkomendasikan (5)
ketidaknyamanan terutama mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan mengenai nyeri 4. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memperberat nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan disability/ ketidaknyamanan kemampuan/ kecacatan
20
dengan tepat 6. Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi fakor pencetus aktul dan potensial (misalnya; catatan perkembangan, catatan harian) 7. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat
21
prosedur 8. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 9. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat 10. Kolaborasi dengan klien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan 11. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan perepan analgesik. Terapi relaksasi
12. Dapatkan perilaku
22
yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam, menguap, pernafasan perut atau bayangan yang menenangkan 13. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien 14. Evaluasi dan dokumrntasikan respon terhadap terapi relaksasi 3
Resiko
tinggi
kekurangan
volume
terhadap Noc : cairan
Manajemen cairan Keseimbangan cairan
berhubungan dengan faktor Indikator : yang
mempengaruhi a. Berat badan stabil (5)
kebutuhan
cairan
atau b. Berat jenis urine (5)
kandung kemih yang terlalu c. Kehasusan (5) distensi secara kronis ditandai
a. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status klien b. Jaga intake / asupan yang akurat dan catat output [pasien] c. Masukan kateter urine 23
dengan
(
diterapkan; tanda
dan
tidak adanya
dapat d. Pusing (5)
d. Monitor status hidrasi
tanda-
(misalnya,
gejala-gejala
membran
mukosa lembab, denyut
membuat diagnose aktual ).
nadi
adekuat,
tekanan
dan darah
ortostatik) e. Monitor berat
perubahan badan
klien
sebelum dan sesudah dialisis f. Kaji lokasi dan luasnya edema jika ada g. Berikan
terapi
IV,
seperti yang ditentukan h. Monitor status gizi i.
Berikan cairan, dengan tepat
j.
Dukung
klien
dan
keluarga
untuk
membantu
dalam
pemberian
makanan
24
dengan baik k. Tawari makanan ringan (misalnya,
minuman
ringan
dan
buah-
buahan
segar
/
jus
buah)
25
26
BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata
a. Identitas Pasien Nama
: Tn. M
Jenis Kelamih
: Laki-laki
Umur
: 75 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Kumun Hilir
Tanggal Masuk Rumah Sakit/jam
: 24 Mei 2018/12.00 WIB
No. Register
: 12.010106
Ruangan / Kamar
: Bedah / IIIB
Tanggal Pengkajian/jam
: 25 Mei 2018/10.00 WIB
Diagnosa Medis
:Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
b. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ny. A
Hubungan dengan Pasien
: Isteri
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Kumun Hilir
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci via Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan lebih kurang 4 hari yang lalu pasien
27
mengeluh terasa sakit saat BAK, BAK menetes, pada abdomen kuadran bawah terasa tegang karena kandung kemih penuh oleh urine, keadaan umum sedang, TD= 130/90mmHg, N= 96x/menit, S= 38 0C, Pernafasan (RR)= 24x/menit. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/Paliatif
:
Pasien mengatakan lebih kurang 4 hari yang lalu pasien tiba-tiba susah untuk BAK, terasa sakit saat BAK dan urine menetes saat BAK. Pasien mengatakan nyeri bertambah berat dengan BAK dan berkurang jika tidak BAK. b. Quantity/ quality
:
Pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bisa ditahan. Pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit. Pasien tampak lemah dan sebagian aktivitas dibantu keluarga. c. Region
:
Nyeri yang dirasakan di bagian perut bawah dan menjalar ke panggul, kadangkadang menjalar ke punggung bawah. d. Severity
:
Nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, skala nyeri 6 (nyeri sedang) e. Time
:
Klien mengeluh nyeri saat BAK, klien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun masih bisa ditahan, nyeri yang dirasakan selama 5-10 menit. 4.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan pernah mengalami infeksi saluran kemih kira-kira 6 bulan yang lalu dan sudah mendapat obat dari Puskesmas, namun pasien tidak ingat nama obatnya. Keluarga mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah dirawat maupun
28
operasi. Keluarga mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun makanan. 5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan kalau dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Keluarga mengatakan orang tua pasien tidak pernah menderita penyakit seperti pasien maupun penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melitus dan jantung. Genogram
Keterangan : : laki-laki meninggal
: Laki-laki : Perempuan
: perempuan meninggal
: Pasien : Serumah
29
6. Keadaan Psikososial
a. Bahasa yang digunakan Pada saat berkomunikasi, pasien menggunakan bahasa verbal. b. Persepsi Pasien tentang penyakitnya Pasien mengatakan sedang mengalami masalah di prostat dan pasien cemas akan kesehatannya, pasien menanyakan bisakan penyakitnya disembuhakan dan apakah memang harus dioperasi. c.
Konsep diri 1) Gambaran Diri
: Pasien tidak membenci bagian tubuh yang sakit.
2) Ideal Diri
: Pasien ingin cepat sembuh dan pulang
3) Harga Diri
: Pasien tidak merasa malu dengan penyakit yang dialaminya.
4) Peran Diri
: Pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya selama mengidap penyakitnya.
5) Identitas Diri
: Pasien merasa tidak berdaya selama dirawat di Rumah Sakit.
6) Keadaan emosi Keadaan emosi pasien stabil, namun pasien terlihat cemas dengan penyakitnya. 7)
Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara Pasien memperhatikan lawan bicara.
8) Hubungan dengan keluarga Baik, keluarga sangat memperhatikan keadaan pasien, keluarga mengatakan kalau pasien cemas dengan penyakitnya karena pasien baru pertama mengalaminya. 30
9) Hubungan dengan orang lain Baik, tetangga dan kerabat pasien sering menjenguk pasien selama dirawat di rumah sakit. 10) Daya adaptasi Pasien bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. 7.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Pasien tampak lemah. b. Tanda-tanda vital Suhu
: 37,5 º C
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 90 x/ menit
Pernafasan (RR)
: 24 x/ menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher 1) Kepala dan rambut Posisi kepala anatomis, bentuk kepala pasien simetris, ubun-ubun terasa keras, kulit kepala tampak kotor, penyebaran rambut tidak merata. 2) Mata Mata pasien lengkap, simetris kiri dan kanan, tidak ada edema pada palpebra, konjungtiva anemis, sklera an ikterik (normal), pupil isokor. 3) Hidung Hidung pasien simetris kiri dan kanan, pada lubang hidung tidak ada sekret maupun darah.
31
4) Telinga Bentuk telinga pasien simetris kiri dan kanan, serumen dalam batas normal dan pasien masih bisa mendengar dengan jelas. 5) Mulut dan faring Mukosa bibir pasien lembab, keadaan gusi baik, gigi pasien tidak lengkap pada gigi grahang sebelah kiri dan kanan dan lidah pasien tampak kotor. d. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limpe, denyut nadi karotis teraba keras, posisi trakea anatomis. e. Pemeriksaan Integumen Kebersihan pasien baik, kulit tidak teraba hangat dan tidak teraba dingin, turgor kulit tidak elastis, wajah pasien terlihat pucat. f.
Pemeriksaan Thoraks 1)
Pemeriksaan paru a) Inspeksi
:
Bentuk dada normal, simetris, pengembangan paru terlihat sama kiri dan kanan dan tidak ada tanda kesulitan bernafas. b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan, getaran suara
sama
kiri
dan kanan. c) Perkusi
: Rensonan
d) Auskultasi
:
Bunyi nafas vesikuler 32
1)
Pemeriksaan Jantung a) Inspeksi
:
Tidak terlihat adanya pembesaran jantung, dada terlihat simetris b) Palpasi
:
Tidak teraba adanya pembesaran jantung. c) Perkusi
:
Terdengar redup. d) Auskultasi
:
Bunyi jantung S1 (lub) S2 (Dub) Reguler, tidak ada bunyi murmur, tidak ada bunyi gallop, tidak ada bunyi jantung tambahan. g. Pemeriksaan Abdomen 1) Inspeksi
:
Bentuk abdomen tidak simetris, bagian suprapubik terlihat lebih besar, tidak ada lesi dan bekas operasi. 2) Auskultasi
:
Peristaltik usus 8 x/menit. 3) Palpasi
:
Terdapat nyeri tekan dan distensi pada area suprapubik, tidak teraba adanya benjolan atau masa, tidak teraba adanya pembesaran limpa dan hepar. 4) Perkusi
:
Timpani h. Pemeriksaan Genetalia 1) Inspeksi
:
33
Terlihat adanya rambut pubis, penyebaran rambut pubis baik, organ genetalia eksterna terlihat lengkap dan normal. 2) Palpasi
:
Ditemukan masa, terdapat nyeri tekan di penis. i.
Pemeriksaan Musculoskeletal / Esktremitas Ekstemitas kiri dan kanan atas terlihat simetris, dan ekstremitas kanan bawah dan kiri juga terlihat simetris, tidak ada edema, varises, dan atropi otot. Kekuatan otot Kanan kiri 4
4
4
4
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah pasien adalah 4 (aktif melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal), pada tangan kanan pasien terpasang infus RL 20 tetes/ menit. j.
Pemeriksaan Neurologi 1) Tingkat kesadaran
: Compos mentis
Nilai GCS (Glasgow coma scale) : 15 Eye : 4 Motoric : 6 Verbal : 5 2) Status mental a)
Kondisi emosi
b)
Orientasi
c)
Proses berpikir
d)
Motivasi
: Keadaan emosi pasien stabil.
: Pasien dapat mengenal orang, tempat
dan waktu.
: Proses berpikir pasien tidak terganggu.
: Pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
34
e)
Bahasa
: Pasien dapat melakukan komunikasi dua arah dan
bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal. 3) Nervus Cranialis a) N I (Olfaktorius) Fungsi penciuman pasien baik. pasien dapat membedakan bau kopi dan sabun dengan jelas. b) N II (Optikus) Fungsi penglihatan pasien baik. c) N III (Okumolotorius), N IV (Troklear ), N VI ( Abdusen) Baik, pasien dapat menggerakkan mata keenam arah yaitu ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan, ke arah dalam dan ke arah luar. d) N V (Trigeminus) Baik, pasien dapat menutup gerahamnya dan dapat menggerakkan gerahamnya dengan bebas dan pasien dapat mengunyah dengan normal. e) N VII ( Fasialis) Baik, pasien dapat menggerakkan otot wajah dengan simetris, pasien dapat merasakan rasa pahit dan asin. f) N VIII (vestibulokoklearis) Baik, pasien dapat mendengar dengan baik. g) N IX, X (Glosofaringeus, Vagus) Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis. Reflek muntah dan menelan Pasien baik. h) N XI (assesorius) Baik, pasien dapat melawan tahanan yang diberikan pada leher dan bahu.
35
i) N XII ( Hipoglosus) Baik, pasien dapat menggerakkan lidah secara bebas. 4) Fungsi Motorik Cara berjalan
: Cara bejalan pasien normal
5) Fungsi Sensori a) Identifikasi sentuhan ringan
: Pasien bisa merasakan sentuhan
kapas. b) Test tajam tumpul
: Pasien bisa membedakan benda yang
tajam
dan tumpul seperti dengan tutup pena. c) Test panas dingin
: Pasien mampu merasakan benda yang
panas dan dingin. d) Membedaka dua titik
: Pasien bisa merasakan titik ke tangannya.
8. Pala Kebiasaan Sehari-Hari
No 1
2
Tabel 3.1 Pola Kebiasaan Sehari-hari Tn. M Sebelum Sakit dan Selama Sakit Pola Sebelum Masuk Selama dirawat Rumah Sakit Rumah Sakit Pola istirahat dan tidur a. Waktu tidur Jam 21.00 WIB Jam 22.00 WIB b. Waktu bangun Jam 06.00 WIB Jam 05.30 WIB c. Yang Suasana tenang Posisi yang nyaman mempermudah dan suasana tenang tidur d. Kesulitan tidur Tidak ada Mendengar suara berisik
Pola eliminasi a. Buang Air Besar ( BAB )
1 – 2 Kali / Hari
BAB teratur dengan karakter feses lunak dan tidak ada riwayat perdarahan
b.
BAB 4-5 kali / hari
Pasien terpasang kateter 450cc
Buang Air Kecil ( BAK )
36
3
Pola makan dan minum
4
Aktivitas
5
3.1.9
makan 2-3 kali / hari minum 6-7 gelas / hari Tani
Personal Higyene a. Kebiasaan Mandi b. Memakai Sabun c. Menggosok Gigi d. Mencuci Rambut e. Memakai Sampo f. Memotong Kuku
makan 2-3 kali / hari minum 5-6 gelas / hari Selama di rumah sakit pasien hanya beristirahat
2 kali / sehari Ya Ya Ya Ya Ya
Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
Hasil Pemeriksaan Penunjang Tabel 3.2 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 Mei 2018
No
Pemeriksaan
1.
Hb
2.
Leukosit
Hasil
Nilai Normal
10 gr %
L : 14 – 16 gr % P : 12-14 gr %) 5000 - 10.000 mm³
11.200 mm³
Tabel 3.3 Terapi Farmakologi
NO
NAMA
DOSIS
OBAT 1.
IVFD RL
CARA PEMBERIAN
20 tetes/menit
IV
EFEK TERAPI Menambah
SAMPING Edema
kebutuhan 37
cairan dan elektrolit
2.
Tramadol
1 ampul
Drip dalam 1
Menghilangkan Mual,
kolf cairan
nyeri akut dan
muntah,
infus
kronik yang
konstipasi,
hebat,
sedasi,
termasuk nyeri
pusing
pasca operasi
3.
Cifrofoxacin
2 x 1 gr /
IV
12 jam
Untuk
Gangguan
mengatasi
GI, reaksi
saluran nafas,
kulit,
THT, saluran
hematologi,
kemih, testis,
sakit kepala,
meningitis
reaksi anafilaktik
4.
Kateter
-
-
Mengeluarkan
Ruptur
urine yang
saluran
tertahan
kemih
9. Analisa Data Tabel 3.4 Analisa Data
No Data
Etiologi
Masalah 38
1
Data Subjektif : a.
Hipertropi Prostat
Nyeri
Pasien mengatakan sakit saat BAK
b. Pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun
Prostat menekan uretra
sakit yang dirasakan masih bisa ditahan. c.
Pasien mengatakan nyeri yang
Urine menumpuk
dirasakan di bagian perut
di kandung kemih
bawah dan menjalar ke panggul, kadang-kadang menjalar ke punggung bawah. d. Pasien mengatakan nyeri yang
Distensi kandung kemih
dirasakan sangat mengganggu aktivitas e. Nyeri dirasakan selama ± 5-10
Nyeri
menit setelah BAK Data Objektif : a. Pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit b. Skala nyeri 6 (nyeri sedang) c. Tanda Tanda Vital Suhu
: 37,5 º C
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
2
Nadi
: 90 x/ menit
Pernafasan
: 24 x/ menit
Data Subjektif :
Tidakan invasif
Resiko infeksi
a. Pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine Pasien
Uretra ruptur
bercampur dengan darah b. Pasien mengatakan saluran
Resiko infeksi
kemihnya sakit
39
Data Objektif : a. Pasien terpasang kateter b. Terdapat nyeri tekan pada penis c. Meatus ureta terlihat merah d. Leukosit :11.200 mm³ e. Hb : 10 gr % f. Terdapat darah dalam urine bag. g. Tanda Tanda Vital Suhu
: 37,5 º C
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
3
Nadi
: 90 x/ menit
Pernafasan
: 24 x/ menit
Data Subjektif :
Proses penyakit
Ansietas
a. Keluarga mengatakan kalau Pasien cemas dengan penyakitnya karena Pasien baru pertama mengalaminya. b. Pasien mengatakan kadang
Ketakutan akan akibat dan tindakan pembedahan
ragu untuk BAK c. Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari
Ansietas
penyakitnya. Data Objektif : a. Pasien terlihat cemas b. Pasien terlihat pucat c. Tanda Tanda Vital Suhu
: 37,5 º C
Tekanan Darah : 130/90 mmHg Nadi
: 90 x/ menit
Pernafasan
: 24 x/ menit
40
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih ditandai dengan pasien mengatakan sakit saat BAK, pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bisa ditahan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di bagian perut bawah dan menjalar ke panggul, kadang-kadang menjalar ke punggung bawah, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, nyeri dirasakan selama ± 5-10 menit setelah BAK, pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit, skala nyeri 6 (nyeri sedang), tanda tanda vital : Suhu : 37,5 º C, tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 90 x/ menit, pernapasan : 24 x/ menit. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: kateter ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah, pasien mengatakan saluran kemihnya sakit, terdapat nyeri tekan pada penis, meatus ureta terlihat merah. leukosit :11.200 mm³, Hb : 10 gr %, terdapat darah dalam urine bag, tanda tanda vital : Suhu : 37,5 º C, tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 90 x/ menit, pernapasan : 24 x/ menit. 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah ditandai dengan keluarga mengatakan kalau pasien cemas dengan penyakitnya karena pasien baru pertama mengalaminya, Pasien mengatakan kadang ragu untuk BAK, pasien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya, pasien terlihat cemas, pasien terlihat pucat, tanda tanda vital : Suhu : 37,5 º C, tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 90 x/ menit, pernapasan : 24 x/ menit.
41
42
43
C. Rencana Asuhan Keperawatan Tabel 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan NANDA NIC – NOC ( 2013-2016 )
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri b/d distensi kandung kemih ditandai
NOC A. NOC
Nyeri : efek yang menganngu
NIC NIC
Manajemen Nyeri
AKTIVITAS
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensi yang meliputi
dengan ditandai dengan
B. INDIKATOR
lokasi, karakteristik,
pasien mengatakan sakit
1. Ketidaknyamanan (5)
onset/durasi, frekuensi,
saat BAK, pasien
2. Gangguan eliminasi
kualitas, intensitas atau
mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan
urine (5) 3. Gangguan aktivitas fisik (5)
beratnya nyeri dan faktor pencetus. 2. Observasi petunjuk nonverbal
masih bisa ditahan, pasien
mengenai ketidaknyamanan
mengatakan nyeri yang
terutama mereka yang tidak
dirasakan di bagian perut
dapat berkomunikasi secara
bawah dan menjalar ke
efektif
panggul, kadang-kadang menjalar ke punggung bawah, pasien mengatakan nyeri yang
3. Gali pengetahuan dan kepercayaan mengenai nyeri 4. Gali bersama klien faktorfaktor yang dapat 44
dirasakan sangat
menurunkan dan
mengganggu aktivitas,
memperberat nyeri
nyeri dirasakan selama ±
5. Evaluasi pengalaman nyeri
5-10 menit setelah BAK,
dimasa lalu yang meliputi
pasien tampak meringis
riwayat nyeri kronik individu
dan memegang bagian
atau keluarga atau nyeri yang
yang sakit, skala nyeri 6
menyebabkan disability/
(nyeri sedang), tanda
ketidaknyamanan
tanda vital : Suhu : 37,5 º
kemampuan/ kecacatan
C, tekanan darah : 130/90
dengan tepat
mmHg, Nadi : 90 x/
6. Gunakan metode penilaian
menit, pernapasan : 24 x/
yang sesuai dengan tahapan
menit.
perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi fakor pencetus aktul dan potensial (misalnya; catatan perkembangan, catatan harian)
45
7. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur 8. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 9. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat 10. Kolaborasi dengan klien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan 11. Berikan individu penurun
46
nyeri yang optimal dengan perepan analgesik. 1. Terapi relaksasi
12. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam, menguap, pernafasan perut atau bayangan yang menenangkan 13. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien 14. Evaluasi dan dokumrntasikan respon terhadap terapi relaksasi
2.
Resiko infeksi
A. NOC
berhubungan dengan
Kontrol resiko : Proses
prosedur invasif: kateter
Infeksi
ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien
B. INDIKATOR
1. Mencari informasi
mengatakan sejak
terhadap kontrol
memasang kateter, urine
infeksi (5)
pasien bercampur dengan
2. Mengidentifikasi
NIC
AKTIVITAS
1. Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Instruksikan klien untuk minum antibiotik yang
47
darah, pasien mengatakan
faktor resiko infeksi
saluran kemihnya sakit,
(5)
terdapat nyeri tekan pada penis dan scrotum, meatus ureta terlihat merah. leukosit :11.200
3. Mengidentifikasi tanda- dan gejala (5)
diresepkan 4. Anjurkan istirahat 2. Perawatan selang : perkemihan
5. Tentukan indikasi untuk dingunakannya kateter urin indwelling 6. Jaga kebersihan tangan
mm³, Hb : 10 gr %,
sebelum, selama, dan setelah
terdapat darah dalam
pemasangan serta manipulasi
urine bag pasien, tanda
kateter
tanda vital : Suhu : 37,5 º
7. Pastikan penempatan kantung
C, tekanan darah : 130/90
drainase dibawah permukaan
mmHg, Nadi : 90 x/
kandung kemih
menit, pernapasan : 24 x/ menit.
8. Monitor adanya distensi kandung kemih 9. Pastikan pencabutan kateter segera yang ditunjukkan oleh kondisi klien 10. Catat karakteristik drainase urin 11. Menghindari refleks balik urine yang dapat memasukkan
48
bakteri ke kandung kemih. 12. Identifikasi adanya infeksi. 13. Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan
3
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah ditandai dengan keluarga mengatakan kalau pasien cemas dengan penyakitnya
A. NOC
Tingkat Kecemasan B. INDIKATOR
1. Tidak dapat beristirahat (5) 2. Kesulitan berkonsentrasi (5) 3. Rasa takut yang
karena pasien baru
disampaikan secara lisan
pertama mengalaminya,
(5)
pasien mengatakan kadang ragu untuk BAK, pasien mengatakan ingin
4. Peningkatan tekanan darah (5) 5. Gangguan tidaur (5)
NIC
1. Teknik Menenangkan
1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati 2. Kurangi stimuli yang menciptakan rasa takut maupun cemas 3. Berada disisi klien 4. Yakin kan keselamatan dan keamanan klien 5. Berikan waktu dan tempat untuk menyendiri jika diperlukan 6. Duduk dan bicara dengan
49
segera sembuh dari penyakitnya, pasien terlihat cemas, pasien terlihat pucat, tanda tanda
klien 7. Tawarkan cairan hangat atau susu hangat 8. Menunjukkan perhatian dan
vital : Suhu : 37,5 º C,
keinginan untuk membantu
tekanan darah : 130/90
dalam diskusi tentang subjek
mmHg, Nadi : 90 x/
sensitife.
menit, pernapasan : 24 x/ menit.
9. Definisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelaskan kesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah. 10. Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi. 11. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
50
2. Pengurangan kecemasan
12. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien 13. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat 14. Instruksikan klien untuk mengunakan teknik relaksasi
51
C. Implementasi Keperawatan Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan
No
1.
DiagnosaKepe rawatan
I
Tanggal/jam
25 mei 2018
Implementasi
Paraf
Mandiri :
Jam
1. Melakukan pengkajian nyeri
10.00wib
komprehensif yang yang meliputi lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
Jam 10.05wib
Hasil : Lokasi : suprapubik, pinggang, punggung bawah. Durasi : 4-5 menit. Skala : 6 2. Menggali bersama klien faktorfaktor yang dapat menurnkan
Jam 10.10 wib
dan memperberatkan nyeri Hasil : Klien mengatakan bahwa faktor yang dapat menurunkan intensitas nyeri adalah dengan istirahat dan yang memperberatkan nyeri adalah pada saat BAK 3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri pada klien Hasil : Klien kurang mengerti tentang penggunaan kompres hangat
Jam 10.15
pada area supra pubis pada saat 52
wib
nyeri muncul 4. Mendorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat
Jam 10.20wib
Hasil : Klien belum kompres hangat pada saat nyeri muncul 5. Evaluasi respon terhadap terapi relaksasi Hasil : Klien mampu melakukan teknik relaksasi dengan baik. 6. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk tindakan farmakologi klien Hasil : Tramadol drip infus 20 tetes/menit
2.
II
Mandiri : 25 mei 2018 Jam 10.00wib
1. Menentukan indikasi untuk dingunakannya kateter urine Hasil : Klien menggunakan kateter untuk pengeluaran urine yang tidak lancar 2. Memonitor adanya distensi kandung kemih Hasil : Terdapat distensi supra
Jam 10.05wib
abdomen 3. Memastikan penempatan kantung drainase dibawah
53
permukaan kandung kemih Hasil : Kantung drainase terletak di bawah permukaan kantung kemih. Jam 10.10 wib
4. Mencatat karakteristik drainase Hasil : Warna : merah karena bercampur darah Jumlah : 200 cc Bau : khas 5. Memonitor kerentanan terhadap infeksi Hasil :
Jam 10.15 wib
Resiko terhadap infeksi tinggi, karena masih menggunakan kateter 6. Menganjurkan klien untuk beristirahat Hasil :
Jam 10.20
Klien susah untuk istirahat
Wib
7. Mengidentifikasi adanya tanda infeksi Hasil : Belum tampak tanda-tanda infeksi Kolaborasi : 8. Menginstruksikan klien dalam pemberian obat antibiotik Hasil : Cifrofoxacin injeksi IV
3.
III
Mandiri :
54
25 mei 2018 Jam 10.00 wib
1. Mempertahankan sikap yang tenang dan hati-hati Hasil : Klien masih kurang mau untuk tenang dan tampak masih gelisah
Jam 10.05 wib
2. Mengurangi stimulasi yang menciptakan rasa takut maupun cemas Hasil : Mahasiswa mampu menjelaskan
Jam 10.10wib
dan memberikan masukan tentang penyakit klien sehingga kecemasan yang dirasakan klian sedikit teratasi. 3. Menyakinkan keselamatan dan keamanaan klien Hasil :
Jam 10.15wib
Klien masih tampak cemas dengan penyakitnya. 4. Mendorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/perasaan. Hasil :
Jam 10.20
Pasien mau mengungkapkan
wib
masalahnya pada mahasiswa 5. Duduk dan berbicara dengan klien Hasil : Klien mampu untuk di ajak
Jam 10.22 wib
bercerita sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang diraskan
55
6. Mendefinisikan masalah, Jam 10.25 wib
memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelaskan kesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah. Hasil :
Jam 10.00 wib
Klien mampu untuk menceritakan 7. Menginstruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi Hasil : Klien mau melakukan teknik nafas dalam 8. Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya. Hasil : Pasien memahami apa yang dijelaskan.
5.
I
Mandiri : 26 mei 2018
1. Melakukan pengkajian nyeri
Jam 10.00
komprehensif yang yang
wib
meliputi lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. Hasil :
Jam
Lokasi : genetalia eksterna.
10.05wib
Durasi : 4-5 menit. Skala : 4 6 2. Menggali bersama klien faktorfaktor yang dapat menurnkan
56
dan memperberatkan nyeri Jam 10.10 wib
Hasil : Klien mengatakan bahwa faktor yang dapat menurunkan intensitas nyeri adalah dengan istirahat dan yang memperberatkan nyeri adalah pada saat BAK 3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri pada klien Hasil : Klien sudah mengerti tentang penggunaan kompres hangat pada area supra pubis pada saat
Jam 10.15 wib
nyeri muncul 4. Mendorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat
jam 10.20 wib
Hasil : Klien menggunakan kompres hangat pada saat nyeri muncul 5. Evaluasi respon terhadap terapi relaksasi Hasil : Klien mampu melakukan teknik relaksasi dengan baik. 6. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk tindakan farmakologi klien Hasil : Tramadol drip infus 20 tetes/menit
6.
II
26 mei 2018
Mandiri :
57
Jam 10.00wib 1. Menentukan indikasi untuk dingunakannya kateter urine Hasil : Klien masih menggunakan kateter untuk pengeluaran urine yang tidak lancar 2. Memonitor adanya distensi kandung kemih Hasil : Masih terdapat distensi supra Jam 10.05 wib
abdomen 3. Memastikan penempatan kantung drainase dibawah permukaan kandung kemih Hasil : Kantung drainase terletak di bawah permukaan kantung kemih. 4. Mencatat karakteristik drainase Hasil :
Jam 10.10wib
Warna : merah karena bercampur darah Jumlah : 550 cc Bau : khas 5. Memonitor kerentanan terhadap infeksi Hasil :
Jam 10.15wib
Resiko terhadap infeksi tinggi, karena masih menggunakan kateter 6. Menganjurkan klien untuk beristirahat Hasil :
58
Jam 10.20
Klien susah untuk istirahat
wib
7. Mengidentifikasi adanya tanda infeksi Hasil : Belum tampak tanda-tanda infeksi Kolaborasi : 8. Menginstruksikan klien dalam pemberian obat antibiotik Hasil : Cifrofoxacin injeksi IV
III
Mandiri : 1. Mempertahankan sikap yang tenang dan hati-hati Hasil : Klien sudah bisa menerapkan sikap tenang dan hati-hati 2. Mengurangi stimulasi yang menciptakan rasa takut maupun cemas Hasil : Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan masukan tentang penyakit klien sehingga kecemasan yang dirasakan klian teratasi. 3. Menyakinkan keselamatan dan keamanaan klien Hasil : Kecemasan klien tampak berkurang 4. Duduk dan berbicara dengan klien
59
Hasil : Klien mampu untuk di ajak bercerita sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan 5. Menginstruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi Hasil : Klien mau melakukan teknik nafas dalam 9.
II
27 mei 2018 Jam 10.00wib
Mandiri : 9. Menentukan indikasi untuk dingunakannya kateter urine Hasil : Klien masih menggunakan kateter untuk pengeluaran urine yang tidak lancar 10. Memonitor adanya distensi
Jam 10.05wib
kandung kemih Hasil : Masih terdapat distensi supra abdomen 11.Memastikan penempatan kantung drainase dibawah permukaan kandung kemih
Jam 10.10 wib
Hasil : Kantung drainase terletak di bawah permukaan kantung kemih. 12.Mencatat karakteristik drainase Hasil : Warna : merah karena bercampur darah
60
Jumlah : 550 cc Bau : khas 13. Memonitor kerentanan terhadap infeksi Hasil : Resiko terhadap infeksi tinggi, karena masih menggunakan Jam 10.15wib
kateter 14. Menganjurkan klien untuk beristirahat Hasil : Klien susah untuk istirahat
Jam 10.20 wib
15. Mengidentifikasi adanya tanda infeksi Hasil : Belum tampak tanda-tanda infeksi Kolaborasi : 16.Menginstruksikan klien dalam pemberian obat antibiotik Hasil : Cifrofoxacin injeksi IV
61
D. Evaluasi Keperawatan Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan No
1.
DiagnosaKepe rawatan I
Hari/ Tanggal 25 Mei 2018 Jam 10.00 wib
Evaluasi
Paraf
Subjektif : a. Klien mengatakan masih sulit untuk BAK b. Klien masih susah untuk mengeluarkan urine c. Klien mengatakan masih nyaman untuk BAK dengan menggunakan kateter
Objektif : a. Distensipada area suprapubik sudah mulai berkurang b. Pasien terlihat menggunakan kateter Analisa : Masalah belum teratasi Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Mempertimbangkan kemampuan dalam rangka mengenal keinginan untuk BAK 2. Melakukan pencatatan mengenai spesifikasi kontinensia untuk mendapatkan pola pengeluaran urine 3. Melakukan pengkajian komprehensif system perkemihan focus terhadap retensi (misalnya; urine output, pola perkemihan, fungsi kognitif, masalah saluran perkemihan sebelumnya) 4. Menstimulasi reflex kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan air dingin 5. Menginformasikan pada klien mengenai waktu untuk sesi selanjutnya 6. Mempertahankan kateter urine II
25 Mei 2018 Jam 10.00wib
Subjektif : 15. Klien mengatakan masih sakit saat BAK 16. Klien mengatakan sakit pada alat kelamin sejak menggunakan kateter. 17. klien mengatakan sakitseperti tertusuktusuk namun sakit yang dirasakan masih bisa ditahan. 62
Objektif : a. Pasien tampak menahan rasa sakit dan memegang bagian yang sakit b. Skalanyeri 4 (nyeri sedang) c. TandaTanda Vital Suhu : 37 º C Tekanan Darah: 130/80 mmHg Nadi : 86 x/ menit Pernafasan : 22 x/ menit Analisa : Masalah belum teratasi
III
25 Mei 2018 Jam 10.00wib
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang yang meliputi lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. 2. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat menurnkan dan memperberatkan nyeri. 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri pada klien 4. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat 5. Evaluasi respon terhadap terapi relaksasi 6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk tindakan farmakologi klien. Subjektif : a. Klien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah b. Klien mengatakan saluran kemihnya sakit Objektif : a. Klien terpasang kateter b. Terdapat nyeri tekan pada penis c. Meatus ureta terlihat merah d. Leukosit :11.200 mm³ Hb : 10 gr % e. Terdapat darah dalam urine bag pasien. f. Tanda Tanda Vital Suhu : 37 º C Tekanan Darah : 130/80 mmHg 63
Nadi Pernafasan
: 86 x/ menit : 22 x/ menit
Analisa : Masalah belum teratasi
2.
I
26 Mei 2018 10.15 wib
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 17. Tentukan indikasi untuk dingunakannya kateter urine 18. Monitor adanya distensi kandung kemih 19. Pastikan penempatan kantung drainase dibawah permukaan kandung kemih 20. Catat karakteristik drainase 21. Monitor kerentanan terhadap infeksi 22. Anjurkan klien untuk beristirahat Identifikasi adanya tanda infeksi. Subjektif : 1. Klien mengatakan BAK menggunakan selang 2. Klien mengatakan masih sulit untuk BAK 3. Klien mengatakan merasa lebih nyaman untuk BAK sejak menggunakan selang 4. Klien mengatakan sejak menggunakan selang BAK nya tidak ada masalah lagi. Objektif : 1. Distensi pada area suprapubik sudah tidak ada lagi 2. Pasien terlihat menggunakan kateter 3. Dari hasil rectal toucher masih ditemukan distensi supra abdomen Analisa : Masalah Teratasi Sebagian Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Pertimbangkan kemampuan dalam rangka mengenal keinginan untuk BAK 2. Lakukan pencatatan mengenai spesifikasi kontinensia untuk mendapatkan pola pengeluaran urine 3. Lakukan pengkajian komprehensif system perkemihan focus terhadap retensi (misalnya; urine output, pola perkemihan, fungsikognitif, masalah saluran perkemihan sebelumnya) 4. Stimulasi reflex kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan air dingin 64
II
26 mei 2018 10. 15wib
5. Informasikan pada klien mengenai waktu untuk sesi selanjutnya 6. Pertahankan kateter urine Subjektif : 1. Klien mengatakan tidak sakit lagi saat BAK 2. Klien mengatakan perut bawah nya juga sudah tidak tegang lagi 3. Klien mengatakan sakit di perut bawah, pinggang dan punggung bawah sudah jauh berkurang. Objektif : 1. Pasien tampak lebih rileks daris ebelumnya 2. Skala nyeri 3 (nyeri ringan) 3. Tanda Tanda Vital Suhu : 37 º C Tekanan Darah: 130/80 mmHg Nadi : 86 x/ menit Pernafasan : 22 x/ menit Analisa : Masalah teratasi Perencanaan : Intervensi dihentikan
III
26 mei 2018 10. 15wib
Subjektif : a. Klien mengatakan darah dalam urine sudah mulai berkurang b. Klien mengatakan sakit di saluran kemihnya sudah mulai berkurang Objektif : a. Pasien terpasang kateter b. Terdapat nyeri tekan pada penis c. Terdapat darah dalam urine bag pasien, namun sudah mulai berkurang. d. Tanda Tanda Vital Suhu : 37 º C Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 86 x/ menit Pernafasan : 22 x/ menit
Analisa : Masalah teratasi Perencanaan: Intervensi dihentikan 65
3.
I
27 mei 2018 Jam 10.20 wib
Subjektif : 1. Pasien mengatakan BAK menggunakan selang 2. Pasien mengatakan tidak ragu-ragu lagi untuk BAK 3. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman untuk BAK sejak menggunakan selang 4. Pasien mengatakan sejak menggunakan selang BAK nya tidak ada masalah lagi. Objektif : 1. Distensi pada area suprapubik sudah tidak ada lagi 2. Pasien terlihat menggunakan kateter 3. Dari hasil rectal toucher masih ditemukan masa Analisa : Masalah teratasi sebagian Perencanaan : Intervensi didelegasikan ke ruangan, mahasiswa selesai dinas.
III
27 Mei 2018 Jam 10.20 wib
perawat
Subjektif : 1. Pasien mengatakan BAK menggunakan selang 2. Pasien mengatakan tidak ragu-ragu lagi untuk BAK 3. Pasien mengatakan merasa lebih nyamanuntuk BAK sejak menggunakan selang 4. Pasien mengatakan sejak menggunakan selang BAK nya tidak ada masalah lagi. Objektif : 1. Distensi pada area suprapubik sudah tidak ada lagi 2. Pasien terlihat menggunakan kateter 3. Dari hasil rectal toucher masih ditemukan masa Analisa : Masalah teratasi sebagian Perencanaan : Intervensi didelegasikan ke ruangan, mahasiswa selesai dinas.
perawat
66
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan yang penulis fokuskan pada kesenjangan-kesenjangan yang timbul antara kenyataan yang ada pada bab III dengan teori yang ada pada bab II. Berdasarkan dari proses keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia dari tanggal 25 -27 Mei 2018 di ruang inap Bedah Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten KerinciTahun 2018, penulis menemukan beberapa kesamaan antara teori dan kenyataan yang ada pada pasien. Pembahasan ini di buat berdasarkan langkah-langkah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pada pengkajian awal data dasar untuk memperoleh informasi lengkap tentang status kesehatan pasien. Pada pengumpulan data dasar ini tidak ditemukan kesulitan, karena pasien dan keluarga cukup kooperatif dalam memberikan informasi untuk mendapatkan data dasar yang memadai perlu penerapan pengetahuan, keterampilan dan komunikasi terapeutik sehingga sebelum dilakukan pengumpulan data hubungan saling percaya sudah terbina antara pasien dan keluarganya sehingga lebih mudah melakukan pengumpulan data. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti karena didukung oleh fasilitas perawatan yang memadai, pendekatan baik dengan pasien dan keluarga yang kooperatif, sangat menghargai dan mengharapkan tindakan keperawatan yang diberikan, semua ini perwujudan dari membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan keluarga.Agar mendapat data
67
yang memadai perlu penerapan pengetahuan, keterampilan dan komunikasi terapeutik yang baik, yang kemudian di aplikasikan saat melakukan pengkajian. Faktor pendukung lain dari pengumpulan data ini adalah format pengkajian data yang diperoleh dari institusi pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan kasus, sehingga diperoleh data mengenai kesehatan pasien yang lebih lengkap. Pada pengkajian teoritis menurut (Gloria M. Bulechek ddk 2013) pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia biasanya terjadi penurunan kekuatan/dorongan aliran urine; tetesan, keragu-raguan pada berkemih awal, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia, disuria, hematuria, duduk untuk berkemih, ISK berulang, riwayat batu ( stasis urinaria ). Konstipasi ( protrusi prostat keadaan rektum ). Massa padat dibawah abdomen bawah ( distensi kandung kemih ), nyeri tekan kandung kemih. Hernia inguinalis; hemoroid ( mengakibatkan peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan ), nyeri suprapubis, panggul, atau punggung( pada prostatitis akut ), nyeri punggung bawah. Pada pasien Tn.M ditemukan pasien mengeluh terasa sakit saat BAK, BAK menetes, pada abdomen kuadran bawah terasa tegang karena kandung kemih penuh oleh urin, pasien tampak cemas sedangkan pada kasus Tn.M tidak penulis temukan adanya hematuria, duduk untuk berkemih, Infeksi Saluran Kemih (ISK) berulang, riwayat batu ( stasis urinaria ), konstipasi ( protrusi prostat keadaan rektum ), Hernia inguinalis; hemoroid
(mengakibatkan
peningkatan
tekanan
abdominal
yang
memerlukan
pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan ). Hematuria penulis temukan pasca pemasangan kateter. Sedangkan untuk ISK penulis tidak menemukan adanya ISK berulang, pasien hanya mengalami ISK satu kali 68
saja. Hal ini merupakan salah satu kesenjangan antara teoritis dengan kasus, ketidaksamaan antara teoritis. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa teoritis keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hipeplasia sebagai berikut : 1. Pre operasi : a. Nyeri akut berhubungan dengan biro injuri biologi b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses bedah c. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan spasme kandung kemih. 2. Post operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan biro injuri fisik (insisisekunderpada TRUP) b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan c. Kurang pengetahuan wancana penyakit, diet dan pengobatan berhubungan dengan kurang nya paparan informasi. d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi.
Setelah melakukan pengkajian terhadap pasien Tn. M, maka penulis menumukan tiga diagnosa keperawatan: 1. Nyeri b/d distensi kandung kemih ditandai dengan pasienmengatakansakitsaat BAK, pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bias ditahan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di bagian perut bawah dan menjalar kepanggul, kadang-kadang menjalar kepunggung bawah, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, nyeri dirasakan selama ± 5-10 menit setelah BAK, pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit, skala nyeri 6 69
(nyeri sedang), tanda tanda vital : Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: kateter ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah, pasien mengatakan saluran kemihnya sakit, terdapat nyeri tekan pada penis dan scrotum, meatus uretra terlihat merah. leukosit :11.200 mm³, Hb : 10 gr %, terdapat darah dalam urine bag pasien, tanda tanda vital :Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit. Diagnosa ini penulis angkat berdasarkan data – data yang penulis temukan pada tinjauan kasus yaitu pasien mengatakan sakit saat BAK, pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bisa ditahan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dibagian perut baah dan menjalar ke panggul, yeri yang dirasakan selama 5-10 meneit setelah BAK. Tetapi ada diagnosa yang tidak penulis temukan di teoritis, namun penulis temukan pada kasus yaitu: 1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: kateter ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah, pasien mengatakan saluran kemihnya sakit, terdapat nyeri tekan pada penis dan scrotum, meatus ureta terlihat merah. leukosit :11.200 mm³, Hb : 10 gr %, terdapat darah dalam urine bag pasien, tanda tanda vital :Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit. Namun dari diagnosa yang ada, ada beberapa diagnosa yang ada di teoritis namun tidak penulis temukan pada pasien, yaitu : 1. Kurang pengetahuan wancana penyakit, diet dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi. 70
2. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi. Diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data-data yang menunjang untuk dapat menegakkan diagnose ini. 3. Kurang pengetahuan wancana penyakit, diet dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi. e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi. Diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data-data yang menjang untuk dapat menegakkan diagnose ini seperti pasien tidak tau tentang penyakitnya, pasien bingung dengan kondisi penyakitnya, pasien tampak banyak bertanya tentang penyakitnya. C. Perencanaan Setelah didapatkan diagnosa keperawatan, kemudian penulis menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Tn. M berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh. Dalam menetapkan rencana tindakan yang akan dilakukan, penulis juga mengacu pada tinjauan teoritis yang ada, dalam hal ini tidak terdapat jauh perbedaan antara rencana tindakan yang akan penulis lakukan dengan rencana tindakan yang ada ditinjauan teoritis.
D. Implementasi Setelah rencana tersusun dengan baik, selanjutnya rencana tersebut penulis terapkan dalam bentuk tindakan keperawatan dimana pelaksanaan tindakan tersebut tentu saja tidak terlepas adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan, dan tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan pendekatan yang baik serta partisipasi aktif dari pasien dalam membantu
71
pelaksanaan setiap tindakan untuk mengatasi masalah pasien, disamping itu juga ditunjang oleh perencanaan yang telah tersusun secara sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tiap-tiap rencana tersebut. Dan tidak ada kesulitan penulis saat melakukan implementasi. E. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 3 hari, yaitu dari tanggal 25-27mei 2018, pada akhir parawatan hasil dari evaluasi yang penulis dapatkan adalah: 1. Nyeri b/d distensi kandung kemih ditandai dengan pasienmengatakansakitsaat BAK, pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bias ditahan,
yang dirasakan di bagian perut bawah dan menjalar kepanggul, kadang-
kadang menjalar kepunggung bawah, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, nyeri dirasakan selama ± 5-10 menit setelah BAK, pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit, skala nyeri 6 (nyerisedang), tanda tanda vital : Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: kateter ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah, pasien mengatakan saluran kemihnya sakit, terdapat nyeri tekan pada penis dan scrotum, meatus ureta terlihat merah. leukosit :11.200 mm³, Hb : 10 gr %, terdapat darah dalam urine bag pasien,tandatanda vital :Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit. Jadi, semua evaluasi yang dicapai pada asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.M sesuai dengan kriteria hasil yang diharapakan pada teori.
72
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan terhadap pasien Benigna Prostat Hiperplasia di instalasi rawat inap Bedah Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2018, maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian Dari hasil pengkajian yang ditemukan, penulis menemukan data yang hampir sama dengan teori yang ada, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang terdapat pada teori dengan hasil pengkajian yang didapatkan. 2.
Diagnosa keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. M yaitu : a. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih ditandai dengan pasien mengatakan sakit saat BAK, pasien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk namun sakit yang dirasakan masih bisa ditahan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di bagian perut bawah dan menjalar ke panggul, kadang-kadang menjalar ke punggung bawah, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, nyeri dirasakan selama ± 5-10 menit setelah BAK, pasien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit, skalanyeri 6 (nyeri sedang), tanda tanda vital :Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit.
74
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: kateter ditandai dengan pasien terpasang kateter, pasien mengatakan sejak memasang kateter, urine pasien bercampur dengan darah, pasien mengatakan saluran kemihnya sakit, terdapat nyeri tekan pada penis, meatus ureta terlihat merah. leukosit :11.200 mm³, Hb : 10 gr %, terdapat darah dalam urine bag pasien,tanda tanda vital :Suhu : 37,5 º C, tekanan darah: 130/90 mmHg, mmHg, Nadi: 90 90 x/ menit, menit, pernapasan: 24 24 x/ menit. 3. Perencanaan Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan dengan menerapkan asuhan keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan rasionalisasi serta setiap tindakan yang mengacu mengacu pada teoritis dan sesuai dengan kondisi pasien. 4. Implementasi Dalam melakukan implementasi terhadap pasien Benigna Prostat Hiperplasia disesuaikan dengan apa yang telah direncanakan, namun tidak semua perencanaan dapat dilakukan terhadap pasien, karena harus sesuai dengan kondisi yang ada, agar tercapai hasil yang yang baik dan bermutu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 5. Evaluasi Dalam evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara tujuan dan kriteria hasil yang telah diterapkan dengan hasil tindakan keperawatan, dimana satu masalah keperawatan dapat teratasi dan tiga masalah keperawatan dapat teratasi sebagian karena hiperplasia pada prostat belum diatasi secara maksimal misalnya dengan pembedahan. B. Saran
1. Untuk Institusi Pendidikan
75
Diharapkan bagi institusi pendidikan agar dapat menyediakan buku-buku terbaru terutama bukumengenai sistem reproduksi, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami penerapan proses keperawatan dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit dan di masyarakat. 2. Untuk Rumah Sakit Diharapkan bagi rumah sakit khususnya ruang inap Bedah Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci, lebih meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan keperawatan yang baik khususnya pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia, untuk mencapai hasil keperawatan yang lebih baik.
76
77