3. SCYPHOZOA
Syphozoa berasal dari bahasa Yunani, skyphos-zoon (skyphos = mangkok, zoon = hewan), jadi Scyphozoa berati hewan yang bentuh tubuhnya menyerupai mangkok.Kelas Scyphozoa menunjukan gejala metagenesis atau pergiliran keturunan, antara fase polip dengan fase medusa. Hanya pada kelompok ini yang lebih menonjol dalam penampilan selama siklus hidupnya adalah fase medusa atau ubur-ubur, sedangkan fase polipnya berukuran kecil juga sukar dijumpai (Masjhudi dkk, 2016). A. Morfologi, Anatomi, dan Ciri Umum 1. Morfologi
Sebagian garis besar bentuk tubuh Scyphozoa dibagi atas bentuk payung dan lengan atau kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh seperti gelatin dan mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada yang seperti lonceng atau genta, seperti kubah, terompet atau juga seperti kubus dan bentuk-bentuk ini dapat dibagi menjadi empat bagian yang sama atau tetramus simetri. Ukuran atau diameter payung berkisar antara beberapa cm sampai 50cm bahkan beberapa jenis dapat mencapai 2 m, dan merupakan Coelenterata terbesar. Bentuk payung sebelah luar atau sebagai atap disebut exumbrella, sebaliknya sebelah dalam yaitu cekungannya disebut subumrella. Disekeliling tepi payung terdapat suatu bentuk lekukan-lekukan kecil seperti kurva, disebut lappet, yang disongkong oleh tentakel dan badan-badan saraf. Dari bagian tengah subumbrella, muncul suatu bagian tubuh yang posisinya menggantung, pendek dan berbentuk saluran persegi empat disebut manubrium. Pembukaan pada ujung manubrium disebut mulut yang mengandung beratus-ratus alat penghisap yang kecil-kecil (Manuputty, 1998). Lanjutan mulut ke arah dalam membentuk rongga yang dsebut rongga gastrovaskuler. Rongga ini berfungsi sebagai gaster atau lambung, disokong oleh empat jaringan lunak yang disebut septa. Bagian tepi dalam septa yang bebas mengandung jari-jari seperti tentakel atau benang dan disebut benang gastrik. Bagian tengah rongga gastrovaskuler dibagi oleh septa menjadi empat bagian yang sma sehingga terdapat emapat kantong mulut. Dari sini muncul saluran-sluran atau kanal-kanal radial yang banyak dan bercabang, terdapat disepanjang payung dan berakhir pada tepi payung membentuk lingkaran lingkaran yang disebut kanal cincin.
Sel kelamin atau gonad terdapat di kedua sisi septa, memanjang menuju masing-masing kantong mulut. Jumlah gonad delapan buah, yaitu pada setiap kantong mulut terdapat sepanjang gonad. Tentakel organ saraf terdapat disepanjang tepi payung, jumlahnya dempat atau kelipatan empat, terlentak diantara lapet atau disekeliling tepi sumbubrella. Orga saraf disebut juga rhopalia terdapat pada tepi payung atau diantara lappet. Sel-sel penyengat atau nematosis letaknay tersebar pada tentakel, lengan mulut, dan pada permukaan mulut dalam jumlah besar (Manuputty, 1988). 2. Anatomi
(Garron, 1999) Bentuk tubuh pada ubur-ubur dewasa memiliki dua bentuk yaitu medusa dan polip. Pada bentuk medusa ubur-ubur jenis ini mereka dapat berenang bebas. Sementara pada polip menempel kepada subtrat sesil. Antara polip dan medusa keduanya memiliki bentuk simetri radial. Lapisan sel unuk jenis uburubur adalah tipe bintang diplobastk yang memiliki 2 lapisan sel. Adapun binatang yang memiliki lebih dari 2 sel atau tiga, disebut hewan tripoblastik. Lapisan luar disebut ektoderm sementara bagian dalamnya disebut gastroderm, antara keduanya dipisah oleh lapisan yang disebut mesoglea. Selain bentuk tubuh (polip dan medusa) dan tipe spesies diplobastik, Scyphozoa memiliki nemotosista dalam Scyphozoa adalah sebagai alat untuk
menyuntikkan racun yang ditunjukkan kepada mangsa. Nemosista pada Scyphozoa memiliki knidosista (organel knida). Bentuknya seperti kapsul yang terdapat kait. Fungsi dari kait sebagainalat untuk menusuk. Sebagai pemantik atau pemicu daya tembaknya, ubur-ubur pada spesies ini memilii semacam rambut-rambut halus yang dijuluki knidosil. Sementara pada bagian akhir dari proses penusukan ada operkulum. Fungsi dari al at ini untuk mrnutup knida yang terbuka (Garron, 1999). 3. Ciri Umum
Menurut Manuputty (1988) karakteristik dari Scyphozoa antara lain :
Scyphozoa adalah hewan yang memiliki bentuk tubuh seperti mangkuk.
Cara hidupnya soliter.
Pada umumnya memiliki bentuk dominan berupa fase medusa.
Mengalami metagenesis.
Hidup menempel pada dasar perairan laut.
Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.
Umumnya memiliki ukuran 2-40 cm.
Reproduksi secara seksual dan aseksual.
Selalu membentuk medusa dengan jalan membentuk sekat melintang pada polipnya.
Medusa bagian atas → medusa dewasa → melepaskan diri .
B. Habitat
Scyphozoa hidupnya soliter, berenang bebas dengan bantuan kontraksi payungnya yang belerja sepeti pompa, beraturan, dan berirama (Manuputty, 1998). Scyphozoa biasa dijumpai dikawasan perairan pantai, dan berenangrenang bebas kian kemari. Adakalanya beristirahat denagn menempelkan diri pada batu-batu karang. Penyebarannya bersifat kosmopolit atau banyak ditemukan hampir disetiap daerah pantai atau laut (Masjhudi dkk, 2016). C. Klasifikasi
Kelas Scyphozoa meliputi 200 spesies dan semuanya hidup di laut. Keistimewaan dri kelas ini adlah bahwa fase polipnya telah mengalami redumenter, bila masih ada hanya merupakan ukuran kecil. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kelas Scyphozoa tidak begitu tmpak menunjukan gejala metagenesis (Masjhudi dkk, 2016).
Dari 200 spesies terbaru dapat dikelompokkan menjadi 5 ordo, yaitu :
Ordo Stauromedusae (Leucernarida)
Ordo Cubomedusa (Charibdeida)
Ordo Coronatae
Ordo Semaeostomae
Ordo Rhizostomae
D. Sistem Gerak dan Sistem Rangka Scyphozoa memiliki dua bentuk yaitu medusa dan polip. Pada fase polip
pergerakan sangat lambat. Mereka hanya bisa merayap laksana siput yang berjalan. Dan pada fase medusa, sistem pergerakannya menggunakan sel-sel otot. Sel otot menarik tubuhnya. Sistematika kerjanya (karena tubuh berbentuk cekung), maka pada permukaan akan keluar sehingga mengakibatkan adanya gaya dorong. Mesoglea pada Scyphozoa berbentuk elastis. Sehingga dengan jangka waktu dekat dapat membuat tubuhnya kembali pada bentuk yang sempurana seperti sedia kala. Dan untuk bergerak jauh mereka melakukan itu secara berulang-ulang (Garron, 1999).
E. Sistem Respirasi dan Sistem Ekskresi
Scyphozoa tidak mempunyai alat respirasi maupuan ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan dan sistem saluran gastrovaskuler sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi ataupun ekskresi. Gas-gas O2 yang terlarut didalam air akan masuk secara difusi masuk ke dalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh Scyphozoa. Sebaliknya gas-gas CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibunag secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh (Masjhudi dkk, 2016). F. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makanan pada Scyphozoa berupa gastrovaskuler. Makanan Scyphozoa berupa hewan-hewan kecil yang merupakan anggota
zooplankton. Zat lendir atau mukosa yang menutupi tubuhnya, terutama pada permukaan bawah, sangat membantu dalam hal pengumpulan hewan yang menjadi mangsanya. Setelah mangsa masuk kedalam mulut, kemudian melalui lorong manubrium selanjutnya ditampung di dalam rongga gastrovaskuler. Di dalam rongga gastrovaskuler makanan tersebut dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleeh sel-sel kelenjar. Enzim tersebut dapat mencernakan zat makanan berupa protein, karbohidrat, lemak, bahkan zat khitin. Partikel-partikel makanan yang telah dicerna akan disalurkan keseluruh cabang saluran sistem gastrovaskular. Selanjutnya sari makanan akan diserap oeh sel-sel nutritif dari lapisan gastrodermis. Sari-sari makanan tersenut akan ditampung dan diedarkan ke segala bagian tubuh oleh sel-sel pengembara atau sel-sel amoboid (Masjhudi dkk, 2016). G. Sistem Sirkulasi dan Sistem Koordianasi
Scyphozoa memiliki sistem saraf difus yang sederhana yang tersebar dan berbentuk anyaman seperti jala, bagian ini terdapat pada lapisan mesoglea (mesolamela), sistem saraf berfungsi mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem peredaran darah coelenterata merupakan sistem peredaran yang sederhana (Luisa, 2011). H. Sistem Reproduksi
(Garron, 1999) Scyphozoa mengalami metagenesis, yaitu perkembangbiakan seksual yang
diikuti
oleh
perkembangbiakan
aseksual
dalam
satu
generasi.
Spermatozoid keluar dari lubang mulut medusa jantan dan masuk ke dalam usus medusa betina untuk membuahi telurnya. Hasil pembuahannya adalah zigot
yang akan berkembang menjadi larva bersilia yang biasanya disebut planula. Tahapan :
Ada yang jantan ada yang betina.
Spermatozoid akan berenang di dalam air laut kemudian mencari dan memasuki kedalam mulut medusa, kemudian masuk kedalam enterm untuk membuahi sel telur kemudian berbentuk zigot.
Zigot yang terbentuk akan keluar dari mulut medusae ♀ dan untuk remintara didukung dengan tangannya dan disini berkembang menjadi larva yang berambut getar (planula).
Setelah terbentuk planula maka planula ini lepas dari induknya dan berenang-renang. Kemudian melekat pada suatu obyek didasar laut. Dan ditempat ini kemudian tumbuh menjadi polip baru dan berbentuk seperti trompet yang disebut Schyphistoma.
Schyphistome membagi
diri
secara
tranversal
sehingga
terbentuk
sekumpulan mas’ yang masing-masing berbentuk seperti cakram. Keadaan ini disebut phase Strobila.
Kemudian pada setiap cakram yang terbentuk akan tumbuh bertakel. Kemudian pemisahan diri dimulai pada cakram yang paling atas atau tua kemudian cakram yang dibawahnya dan sebagainya dan seterusnya.
Cakram
yang
terlepas
akan
membentuk
medusae
kecil
yang
disebut Ephyra. Secara berangsur-angsur ephyra akan tumbuh menjadi medusae dewasa (Garron, 1999). I. Peranan
Meskipun pada bagian tubuh Scyphozoa ada yang beracun, namun Sc yphozoa juga memiliki kegunaan. Antara lain fungsi atau peran Scyphozoa adalah : 1. Sebagai bahan tepung dari Scyphozoa. Tepung tersebut kemudian diolah lagi dan dijadikan bahan kosmetik. 2. Scyphozoa ternyata juga bisa dijadikan bahan untuk pembuatan makanan (di Jepang). 3. Untuk ekosistem peranannya adalah mengurangi jumlah populasi Crustasea (Nurachmad dan Sumadiyo, 1992).
1. Kelas Anthozoa
Kelas Anthozoa mencakup semua cnidaria yang menunjukkan rencana tubuh polip saja; dengan kata lain, tidak ada tahap medusa dalam siklus hidup mereka. Contoh Anthozoa termasuk anemon laut, pena laut, dan karang, dengan perkiraan jumlah 6.100 spesies yang telah teridentifikasi. A. Morfologi Anatomi dan Ciri
Anemon laut biasanya berwarna cerah dan dapat mencapai ukuran diameter 1,8 sampai 10 cm. Hewan ini biasanya berbentuk silinder dan melekat pada substrat. Mulut anemon laut dikelilingi oleh tentakel yang memegang knidosit. Mereka memiliki bukaan mulut seperti celah dan faring, yang merupakan bagian dari otot sistem pencernaan yang berfungsi untuk mencerna serta mengeluarkan makanan. Ini dapat memperpanjang sampai dua pertiga panjang tubuh sebelum membuka ke dalam rongga gastrovaskular. Rongga ini dibagi menjadi beberapa ruang oleh septa longitudinal yang disebut Mesenterium. Setiap mesenterium terdiri dari satu ektodermal dan satu lapisan sel endodermal dengan mesoglea terjepit di antara keduanya. Polip tidak membelah rongga gastrovascular sepenuhnya, rongga kecil menyatu pada pembukaan faring. Manfaat adaptif dari Mesenterium tampaknya peningkatan luas permukaan untuk penyerapan nutrisi dan pertukaran gas (Jenking and Boyce, 1979). Tubuh terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu, bagian diskus pedal, kolumna, dan bagian diskus oral (Indriwati dkk, 2017). Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar laut. Selanjutnya (Dunn, 1981) membaginya menjadi empat bagian yaitu : keping mulut; badan; pangkal dan tentakel-tentakel. Lipatan yang bundar diantara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan sca-pus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa". Hubungan antara keping kaki atau pangkal (pedal disc) dan badan disebut limbus. Dalam keadaan berkontraksi, bagian tepi otot "sphincter' yang terletak pada dasar dari kapitulum dapat berfungsi untuk membuka dan menu-tup keping mulut. Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel. Lubang mulut terletak pada daerah yang lunak yang di-sebut peristome. Tentakel yang mengandung nematokis (sel penyengat), jumlahnya bervariasi dan umumnya menutupi oral
disc, tersusun melingkar atau berderet radial. Jumlah tentakel biasanya merupakan kelipatan dari enam dan tersusun dalam dua deret lingkaran berturut-turut dimulai dari lingkaran yang paling dalam. Kelipatan yang dimaksud adalah 6 tentakel pertama (paling dalam dan paling tua), 6 bagian tentakel kedua, 12 bagian tentakel ketiga, 24 bagian tentakel ke empat dan seterusnya. Tentakel pertama biasanya ukurannya paling besar, makin besar jari-jari lingkarannya, ukurannya makin kecil. Pada umumnya anemon laut mempunyai septa yang berpasangan (Hadi dan Sumadiyo, 1992). B. Sistem Gerak dan Rangka
Sistem muskular pada Anthizoa lebih sempurna dibanding anggota kelas lainnya. Susunan muskular ditemukan baik di bagian epidermis maupun gastrodermis. Muskular di bawah epidermis hanya terbatas pada serbatu memanjang dan radial. Muskular pada gastrodermis terdiri dari serabut sirkular. Serbaut sirkular dijumpai pada bagian tentakel, diskus oral, skapus, diskus pedal. Selain itu, ditemukan susunan muskular lain yaitu otot retraktor yang menempel pada septa bagian tepi sisi dalam (Indriwati dkk, 2017). C. Sistem Sirkulasi dan Sistem Koordinasi
Susunan saraf sangat sederhana. Susunan saraf bersistem difus dan belum tampak adanya susunan saraf pusat. Susunan saraf terdiri dari pleksus epidermal dan gastrodermal yang masing-masing tersusun serabut saraf dan ganglion yang besar. Alat indra pada kelas Anthozoa belum ditemukan spesifik (Indriwati dkk, 2017). D. Sistem Pencernaan
Makanan anggota kelas Anthozoa berupa hewan invertebrata kecil dan juga ikan kecil. Makanan atau mangsa terlebih dulu dilummpuhkan dengan racun yang dihasilkan nematokist baru kemudian di tarik ke dalam mulut dengan pertolongan tentakel. Kemudian makanan di telan melalui stomodeum dan akhirnya sampai di dalam rongga gastrovaskuler. Di dalam rongga coelenteron makanan tersebut dicerna oleh enzim yang terkandung dalam getah pencernaan. Selanjutnya, makanan diserap dinding gastrodermis sedangkan bagian yang tak dimakan akan dimuntahkan (Indriwati dkk, 2017). E. Sistem Respirasi dan Ekskresi
Kelas ini tidak mempunyai alat khusus untuk membuang hasil ekskresi. Dalam hal pernafasan pertukaran gas dilakukan dengan cara difusi-osmosis secara langsung melalui permukaan tubuh. Aliran air yang timbul dalam saluran
gastrovaskuler disebabkan gerak sapu dari rambut getar berjajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskuler (Indriwati dkk, 2017). F. Sistem Reproduksi
Perkembangbiakan dilakukan dengan aseksual dan seksual. Secara aseksual, menghasilkan kuncup sedangakan secara seksual dengan bertemunya sel telur dan sperma (Indriwati dkk, 2017). Kebanyakan anthozoans menghasilkan larva planula. Pengecualian lokal adalah spesies Pachycerianthus fimbriatus (keluarga Cerianthidae), yang menghasilkan larva actinula. Planulae dapat dibagi menjadi jenis e: makan, non-makan dengan perkembangan pelagis, dan non-makan dengan demersal atau pengembangan bentik. Makan planulae berkembang dari telur yolky kecil yang melahirkan ke dalam kolom air. Planulae adalah bulat telur dan lancip ke arah anterior (aboral) (Gemmill, 1920). Planula berenang aktif, dan setidaknya orang-orang yang telah dipelajari adalah photopositive. Sebuah seberkas apikal panjang silia yang menyapu sisi ke sisi sebagai larva berenang. Kemudian dalam pengembangan, mesentaries membentuk dan menonjol ke dalam gastrocoel luas. Dalam planulae lebih maju, mesentaries cukup jelas. Metode makan dari planulae yang beragam. Beberapa partikel saringan spesies keluar dari air secara langsung (misalnya, Metridium spp.), Spesies lain menghasilkan helai lendir yang tertelan dan partikel patuh dikonsumsi (misalnya, Anthopleura xanthogrammica dan Caryophyllia smithi), dan beberapa spesies endoparasit, makan pada partikel dalam rongga gastrovascular dari hydromedusae (misalnya, Peachiaquin quecapitata). Planulae non-makan dengan perkembangan pelagis berkembang dari bebas melahirkan, telur yolky besar (500-850). Planulae ini biasanya berbentuk bulat telur bersilia yang mengecil ke arah posterior (oral) end (Widersten, 1968; Stricker, 1985). Larva mungkin pelagis selama seminggu atau lebih. Kemudian tahap planulae mengembangkan mesentaries. Planulae non-makan dengan demersal atau pengembangan bentik berkembang dari besar, telur yolky yang menumpahkan dengan mantel lendir. Mereka tetap dekat dewasa. Ini bersilia, planulae lecithotrophic kurang baik seberkas apikal dan organ apikal. Larva yang lebih tua mengembangkan mesentaries. Larva jenis ini (misalnya, Ptilosarcus gurneyi dan Halcampa decemtentaculata) berenang bebas selama kurang lebih seminggu. Mereka umumnya tetap dekat bagian bawah atau merayap di bagian bawah (Nyholm, 1949).
G. Habitat dan Peranan
Anggota kelas Anthozoa banyak dijumpai di perairan laut mulai dari daerah pantai hingga di kedalaman 99m. Terutama di daerah laut yang airnya hangat dan jernih. Namun ada juga yang melekatkan diri pada cangkang Gastropoda bahkan ada yang menguburkan diri hingga separoh tubuh (Indriwati dkk, 2017). Peranan anggota kelas Anthozoa dalam ekosistem terumbu karang adalah bahwa mereka saling melengkapi satu sama lainnya. Hal ini berarti bahwa kelompok kelas Anthozoa ini dapat bersifat persaingan terbatas atau mungkin membentuk semacam kerja sama. Perbedaan- perbedaan lingkungan yang sukar diketahui dalam faktor-faktor tersebut, seperti halnya kekeruhan air, perbedaan suhu dan terlindung atau tidaknya habitat dari kelas Anthozoa dapat menggeser keseimbangan dari keuntungan kelompok yang satu kepada kelompok yang lain (Dunn, 1981). Anemon laut menjadi tempat hidup bersama bagi 26 jenis ikan hias Anphiprion termasuk satu jenis Premas biaculeatus. Beberapa pakar mengatakan bahwa antara kedua jenis binatang ini terjalin merupakan simbiose yang bersifat mutualistik (Allen, 1974).
\\\\Klasifikasi DAFTAR RUJUKAN
Hadi, Nurachmad , Sumadiyo. 1992. Anemon Laut (Coelenterata, Aurelia Sp.), Manfaat dan Bahaya. Jurnal Oseana, Volume XVII, Nomor 4 : 167 – 175 ISSN 02161877. Hale, Garron. 1999. The Classification and Distribution of The Class Scyphozoa. Journal Biological Diversity: University of Oregon. Handoyo, Luisa Diana. 2011. Klasifikasi Scyphozoa. Jakarta. Masjhudi, Ibrohim, Indriwati, S,E, Rahayu, S,E. 2016. Keanekaragaman Hewan (Handout). Malang: Universitas Negeri Malang. Manuputty, Anna. 1988. Ubur-ubur (Scyphomedusae) dan Cara Peng olahannya. Jurnal Oseana Volume XIII Nomor 2:49-61 ISSN 0216-1877.