RHIZOPODA (En tamoeba tamoeba his hi stolyti ca dan E ntamoeba ntamoeba col col i ) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Parasitologi
Disusun Oleh:
Auliya Khoirunnisa
P17320113071
Erni Suharni
P17320113015
Hanny Septiani
P17320113039
Nisvia Wardani
P17320113073
Tofan Mutaqin
P17320113032
Tingkat 1 B
PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ―Rhizopoda‖, yang merupakan salah satu tugas dari dosen Mata Kuliah Parasitologi. Dalam menyusun makalah ini, kami telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu it u izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Ridwan Setiawan
S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Bandung Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Bandung 2. Bapak Yuliansyah selaku Dosen Parasitologi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung 3. Seluruh teman Kelas 1B yang telah memberi dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, karena masih dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis mengharapkan
saran
dan
kritikan
yang
sifatnya
membangun,
guna
penyempurnaan makalah ini.
Bandung, 02 Mei 2014
Penyusun
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar ...............................................................................................
1
Daftar Isi.........................................................................................................
2
Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ................................................................................
3
I.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
4
I.3 Tujuan..............................................................................................
4
I.4 Manfaat ............................................................................................
5
BAB II KAJIAN TEORI II.1 Definisi Rhizopoda .......................................................................
6
II.2 Klasifikasi Golongan Rhizopoda ...................................................
7
II.2.1 Entamoeba histolytica .................................................................
8
II.2.2 Entamoeba coli ............................................................................
22
BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan ...................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
27
2
BAB I
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Parasit merupakan organisme yang mengambil makanan serta mendapat perlindungan dari organisme lain dan bersifat merugikan bagi organism yang ditumpanginya (hospesnya). Salah satu contoh organisme yang merugikan adalah Rhizopoda. Contoh Rhizopoda yang bebas hidup di tanah lembab, contohnya Amoeba proteus. Contoh Rhizopoda yang hidup di air tawar adalah Difflugia. Sedangkan Rhizopoda yang hidup di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain Globigerina. Rhizopoda ada yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan atau manusia Organisme yang tergolong Rhizopoda menggunakan kaki semu atau pseupodia untuk bergerak dan menangkap mangsa misalnya Amoeba. Sedangkan
Rhizopoda
yang
terbungkus
oleh
cangkang
misalnya
Foraminifero dan Arcella. Amoeba adalah hewan bersel satu hidup bebas atau hidup sebagai parasit. Amoeba yang hidup bebas di tanah yang berair dan banyak mengandung bahan organik, contohnya: Amoeba proteus. Sedangkan contoh Amoeba yang bersifat
parasit
terdapat
dirongga mulut
seperti
Entamoeba ginggivalis dan di dalam usus manusia adalah Entamoeba histolytica. Oleh karena itu perlunya menambah wawasan tentang beberapa spesies rhizopoda khususnya spesies – spesies yang patogen terhadap manusia. Agar dapat mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh spesies – spesies Rhizopoda ini. I.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
3
1. Apa itu rhizopoda? 2. Bagaimana klasifikasi rhizopoda? 1. Bagaimana klasifikasi rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli? 2. Bagaimana morfologi rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli? 3. Bagaimana daur hidup rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli? 4. Bagaimana patogenesis pada rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli? 5. Bagaimana pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli? 6. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit yang disebabkan oleh rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli?
I.3
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah: 7. Untuk mengetahui rhizopda 8. Untuk mengetahui klasifikasi rhizopoda 9. Untuk mengetahui
klasifikasi rhizopoda spesies Entamoeba histolytica
dan Entamoeba coli 10. Untuk mengetahui morfologi rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli 11. Untuk mengetahui daur hidup rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli 12. Untuk mengetahui
patogenesis pada rhizopoda spesies Entamoeba
histolytica dan Entamoeba coli
4
13. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh rhizopoda spesies Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli 14. Untuk mengetahui
cara pencegahan dan pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli I.4
Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan memiliki manfaat bagi pembaca dan khalayak umumnya dan bermanfaat bagi penulis khususnya.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
II.1 Definisi Rhizopoda
Protozoa merupakan makhluk hidup yang menyerupai hewan.Protozoa hidup di air tawar (selokan, parit, sungai, dan waduk), air laut, permukaan tanah yang lembap, rendaman jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup lain atau di dalam jasad yang mati. Protozoa
merupakan
makhluk
hidup
bersel
satu
yang
bersifat
mikroskopis. Segala aktivitas hidup terjadi di dalam sel itu sendiri. Pada keadaan
tertentu,
kista. Protozoa
dapat
Protozoa
dapat
berkembang
membentuk
biak
dengan
dirinya cara
menjadi
aseksual
dan
seksual.Secara aseksual dilakukan dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi. Protozoa dibagi menjadi enam filum, yaitu Rhizopoda atau Sarcodina (berkaki semu), Actinopoda, Foraminifera, Flagellata atau Mastigophora (bercambuk), Ciliata (berambut getar), dan Sporozoa (penghasil spora). Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa makanan. Rhizopoda adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp. Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup di rongga usu besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Iodamoeba butschilii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana dan satu spesies yang hidup di mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua amoeba ini
6
tidak pathogen, hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali E,histolytica yang menjadi pathogen. Rhizopoda termasuk protista mirip hewan. Rhizopoda menangkap
makanannya
dengan
kaki
semu
bergerak
(pseudopodia).
dan
Tubuh
Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah. Hewan dari filum ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur.
II.2
Klasifikasi Golongan Rhizopoda
Rhizopoda dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi dari intinya, yaitu : 1. Genus Entamoeba dengan inti Entamoeba Inti Entamoeba yaitu karisom kecil terletak dibagian tengah inti (eksentris atau sentris), di sekeliling membran inti terdapat banyak granula kromatin. 2. Genus Endolimax dengan inti Endolimax Inti Endolimax yaitu kariosomnya besar, dibagian tengah inti, bentuk tidak beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik, tidak mempunyai kariosom perifer. Yang termasuk genus ini adalah spesies Endolimax nana 3. Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba Inti Iodamoeba yaitu kariosomnya besar terletak dibagian tengah inti dikelilingi butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang termasuk genus ini adalah spesies Iodamoeba butschilii. 4. Genus Dientamoeba yaitu parasit kecil hanya terdapat stadium trofozoit yang mempunyai 2 inti dientamoeba, kariosomnya dibagian tengah inti terdiri dari beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. Yang termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba fragilis.
7
Genus Entamoeba dengan Inti Entamoeba Inti Entamoeba yaitu kariosom kecil terletak pd bagian tengah inti (Eksentris atau Sentris) dikelilingi membrane inti, terdpt granula kromatin. Yang termasuk genus entamoeba yaitu : 1. Entamoeba histolytica 2. Entamoeba coli 3. Entamoeba hartmani 4. Entamoeba gynggivalis
II.2.1
Entamoeba histolytica
Ditemukan oleh Lambl pada tahun 1859, Losch 1875 membuktikan sifat pathogen, Schaudinn 1903 dapat membedakan amoeba pathogen dan Non patogen. Tersebar luas diseluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah tropis dari pada di daerah beriklim sedang. Klasifikasi
Domain: Eukaryota Filum: Amoebozoa Kelas: Archamoebae Ordo : Amoebida Genus : Entamoeba Spesies : E. histolytic Hospes
Manusia dan kera, di Cina anjing dan tikus-tikus liar merupakan sumber infeksi pada manusia. Habitat
Habitat dari Stadium tropozoit parasit (stadium yg menginfeksi jaringan = stadium histolytica), hidup dalam jaringan mukosa dan sub jaringan mukosa dari usus besar manusia.
8
Morfologi
1. Inti→ entameba di endoplasma mengandung bakteri dan sisa makanan 2. Pseudopodi→ dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar, pergerakan cepat. 3. Endoplasma→ mengandung sel darah merah. 4. Bentuk histolitika→ hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina 5. Berkembang biak : belah pasang di jaringan dan dpt merusak jaringan. 6. Bentuk minuta : esensial, ukuran 10 – 20 mikron.
7. Ektoplasma →tidak nyata, tampak bila membentuk pseudopodium 8. Pseudopodium → dibentuk perlahan shg pergerakan lambat. 9. Bentuk kista : dibentuk di rongga usus besar, uk 10 – 20 mikron, bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan inti entameba Dalam tinja : inti 1 atau 4, kadang 2 1. Endoplasma : benda kromatoid, menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen => makanan cadangan ; terdapat pada kista muda 2. Kista matang; benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi 3. Bentuk kista ini tidak patogen, merupakan bentuk infektif 4. E.histolytica tidak selalu menyebabkan ’ penyakit. 5. E.histolytica→ minuta ; komensal , berkembang biak belahpasang → kista Dalam feses ditemukan dalam bentuk: tropozoit, pre-kista, kista. Tropozoit (reproduksi: pembelahan biner)
Ukuran: 10 – 60 mikron (15-60 mikron) paling banyak antara 15-30 mikron.
9
Terdiri dari : 1. Ektoplasma : a. Kurang lebih sepertiga dari seluruh tubuh b. Warnanya jernih c. Bisa membentuk pseudopodia yang aktif; pseudopodia ini seperti jari-jari tangan (pembentukannya cepat). 2. Endoplasma : a. Terletak sebelah dalam dari ektoplasma b. Lebih padat dan banyak granula c. Sering mengandung RBC yang utuh atau telah mengalami desintegrasi d. Biasanya tak mengandung bakteria atau partikel asing. 3. Satu Nukleus : a. Letaknya eksentrik b. Pada pengecatan hematoxylin memperlihatkan nukleomembran dan dilapisi oleh granuler kromatin uniform di permukaan dalam. c. Satu karyosome terletak di bagian central dan dikelilingi oleh suatu kapsul. d. Tampak benang-benang fibril tersebar secara radiair ke bagian perifer nukleus. e. Pergerakannya progressif dengan pseudopodia. Pre-kista
1. Tak berwarna 2. Bentuknya bulat atau oval, lebih kecil daripada tropozoit akan tetapi lebih kecil daripada kista. 3. Inclusion bodies tidak ada 4. Pergerakan pseudopodia lamban 5. Tak ada pergerakan yang progressif Kista (reproduksi: metasistik amuba)
1. Bentuk
: bulat atau oval
2. Dinding
: tampak tegas
3. Ukuran
: 5-20 mikron
10
4. Sitoplasma mengandung : a. Vacuola b. Kromatoid bodi yang berbentuk sausage Kromatoid bodi tersebut akan hilang apabila kista itu menjadi matang. Kista yang immature mengandung satu inti Kista yang mature (infektif) mengandung 4 inti yang lebih kecil Baik kista yang berinti satu maupun 4 semuanya bisa keluar melalui f eses.
Kista Entamoeba histolitica
Tropozoit Entamoeba histolitica
11
Daur Hidup
Siklus
hidup
dimulai
dari
manusia
menelan
makanan/minuman
yang
terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzim usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba
12
dapat memperluas dan memperdalam lesi yang ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen. Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh manusia. Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu: Trophozoit — Prekista — Kista — Metakista —– Metakista Trophozoit. Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk eritrosit, leukosit, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk kista yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi
13
glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Kista ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses. Kista sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. kista dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh kista E. histolytica, kista akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding kista robek dan keluar amoeba ―multinucleus metacystic‖ yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut ―amoebulae‖. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan ―binary fission‖ dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam kista pada fase metacystic. Patogenesis
Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2 fase, yaitu : 1. Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat tergantung pada : a. Resistensi hostnya sendiri b. Virulensi dari strain amoeba c. Kondisi dari lumen usus/dinding usus, seperti infek atau tidaknya dinding usus d. Kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen e. Keadaan normal flora usus.. Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut proses ini dapat sampai ke
14
submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens, Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren usus,
serta
sering
menyebabkan
kematian
penderita.
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadangkadang dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek. 2. Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85 % pada lobus di ekstra. Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai berikut : a. Amebiasis hati terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan, dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam
disertai
ikterus,
hepatomegali
(diare
dan
disentri
negative), jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. Komplikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum. b. Amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma kutis.
15
c. Amebiasis paru terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan sputum. d. Amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax. e. Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik f. Rongga peritoneum dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum. g. erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang). h. Abses limpa, terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari tropozoit kolon. Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut : 1) pada lambung dapat terjadi hematemesis. 2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat menyebabkan kematian. 3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis
laboratorium
ditegakkan
dengan
menemukan
Entamoeba
histolytica bentuk histolytica dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila amoeba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologik, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau t es imunodifusi. Teknik – Teknik Pemeriksaan Laboratorium . 1.
Dari specimen yang diambil dari jaringan, akan didapatkan adanya tropozoit ( biasanya pada amoeba straint virulent yang jarang mempunyai kista ).
2.
Dari specimen yang diambil dari feses, akan didapatkan adanya tropozoit atau kista.
16
3.
Didapatkan adanya kharkot leyden Kristal, tapi sifatnya non spesifik (didapatkan jaga pada penderita asma prankitis pda sputumnya) dan pH feses biasanya asam.
4.
Pada pemeriksaan feses didapatkan adanya darah dan sel – sel nekrotis (pada disentri baksiller biasanya banyak didapatkan leukosit dalam feses).
5.
Pemeriksaan laboratorium ini perlu berulang kali ( minimal 3 kali ) pada pemeriksaan yang pertama, kemungkinan didapat kista 20%, sedangkan pada pemeriksaan ketiga, kemungkinan didapat kista 50 – 60 %, kecuali jika dilakukan metode konsentrasi, maka kemungkinannya adalah 80 %.
Macam – macam serta langkah kerja pemeriksaan laboratorium 1. Sediaan langsung tanpa pewarnaan. Sample feses yang diterima sebelum diteliti secara mikrokoskopis dahulu harus diperiksa makroskopis mengenai: warna, bau, konsistensi, terikut tidaknya lender, darah, larva, cacing dewasa atau proglottis. Teknik pemeriksaan: 1. Disediakan obyek glass yang bersih dan kering. 2. Teteskan pada bagian kiri dan kanan obyek masing – masing tetes air garam faal (jarak + 4 cm ). 3. Dengan batang pengaduk dari kayu yang bersih dan kering, diambil sedikit feses atau bagian yang berlendir lalu diusap – usapkan atau digosokkan pada tetesan – tetesan air garam tersebut. 4. Tutup, masing – masing sediaan dengan cover glass. 5. Periksa dibawah mikroskop, mula – mula dengan lensa lemah selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat. 2. Sediaan langsung dengan pewarnaan Iodium (lugol). Teknik pemeriksaan: 1. Disediakan obyek glass yang bersih dan kering 2. Teteskan pada bagian kiri dan kanan obyek masing-masing tetes air garam faal ( jarak +4cm)
17
3. Dengan batang pengaduk yang bersih dan kering, diambil sedikit feses atau bagian yang berlendir, lalu diusap-usapkan atau digosokkan pada tetesantetesan air garam tersebut. 4. Pada sediaan sebelah kiri ditambahkan 1 tetes eosin 2% dan pada yang sebelah kanan ditetskan 1 tetes jodium/lugol lalu masing-masing dicampur (jangan sampai sediaan 1 tercampur dengan sediaan 2). 5. Tutup masing-masing sediaan dengan cover glass. 6. Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan lensa lembek selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat. 3. Dibiakkan (culture). Dalam pemeriksaan dengan culture ini menggunakan media Bock dan Darbalin-Arsenic, dengan inkubsi 24-48 jam akan didapatkan hasil kista yang positif atau tropozoit yang positif. :
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica antara lain sebagai berikut: 1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air. 2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman. 3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar. 4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air. 5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing. 6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
18
7. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada penderita yang invasif berbeda dengan non-invasif. Pada penderita amebiasis non-invasif dapat diberikan paromomisin. Pada penderita amebiasis invasif terutama diberikan golongan nitroimidazol yaitu metronidazol. Obat lainnya yaitu tinidazol, seknidazol dan ornidazol. Pada penderita dengan fulmint colitis, dapat diotambahkan pemberian antibiotik spektrum luas. Setelah pemberian nitroimidazol sebaiknya diikuti dengan pemberian
paromomisin
atau
diloksanid
furoat.
Obat
amoebisid
dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: A. Obat yang bekerja pada lumen usus Merupakan obat yang tidak diabsorpsi dengan baik dalam usus, sehingga dapat membunuh stadium trofozoid dan kista yang berada dalam lumen usus. 1. Paromomisin (humatin) Merupakan antibiotic golongan aminoglikosida yang tidak diabsorbsi dalam lumen usus. Obat tersebut hanya membunuh stadium yang berada dalam lumen usus. 2. Diloksanid furoat (furamid, entamizol) Merupakan obat pilihan untuk E. histolyca yang berada dalam lumen. Efek samping yang sering ditemukan adalah kembung. 3. Iodoquinol (Iodoksin) Termasuk golongan hidroksikuinolin. Tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
19
B. Obat yang bekerja pada jaringan 1. Emetin hidroklorida Obat ini berkhasiat terhadap stadium trofozoid E. histolyca. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parental, karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari, sedangkan untuk anak di bawah 8 tahun, 10 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang sakit berat, dosis harus dikurangi. Emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 4 sampai 6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati (amebiasis hati). 2. Metronidazol (golongan nitroimidazol) Metronidazol merupakan obat pilihan untuk amebiasis koli atau abses hati ameba, karena efektif terhadap stadium trofozoid dalam dinding usus dan jaringan. Obat ini tidak membunuh stadium kista. 3. Klorokuin Merupakan amebisid jaringan yang efektif terhadap amebiasis hati. Efek samping dan toksisitasnya ringan, antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amebiasis hati. Pengobatan Herbal 1. Patikan Kebo (Euphorbia hirta)
20
Khasiat & Efek : sebagai antiradang. Berkhasiat mengatasi disentri basiler, disentri amuba, diare, gangguan pencernaan, radang usus, dan lain-lain. 2. Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Khasiat & Efek : sebagai astringent/pengelat (mengerutkan selaput lendir usus sehingga dapat mengurangi pengeluaran cairan), anti-diare, disentri, anti-radang, dan menghentikan pendarahan. 3. Sambiloto (Andrographis paniculata) Khasiat & Efek : sebagai antiradang, antibakteri, penawar racun. berkhasiat mengatasi diare, disentri basiler, radang usus, dan lain-lain. 4. Kunyit (Curcuma longa) Khasiat & efek : sebagai anti-radang, anti-bakteri, astringent/pengelat. Berkhasiat mengatasi disentri, diare, radang usus, gangguan pencernaan, dan lain-lain. 5. Krokot (Portulaca oleracea) Efek & khasiat : antiradang, menurunkan panas, antitoksik. Untuk disentri, diare akut, radang usus buntu, dan lain-lain. 6. Kulit Delima (Punica granatum) Khasiat & Efek: sebagai astingent/pengelat, anti-diare dan disentri, antibakteri. 7. Teh (Thea chinensis) Khasiat & efek : sebagai pengelat usus/astringent, anti-bakteri. Teh pekat Berkhasiat mengatasi diare, disentri, radang usus, gangguan pencernaan. Dosis : 10-15 gram kering atau 60-120 krokot segar, direbus, airnya diminum. 8. Daun sendok (Plantago major) Efek & Khasiat : sebagai antiradang, berkhasiat mengatasi diare, disentri panas, disentri basiler, gangguan pencernaan, dan lain-lain. Contoh Ramuan 1. Patikan Kebo
21
30 gram patikan kebo segar + 20 gram kunyit + gula merah secukupnya, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari, setiap kali minum 150 cc. 2. Daun Jambu Biji 30 gram daun jambu biji segar + 5 gram teh, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari, setiap kali 150 cc. 3. Sambiloto 10 gram sambiloto kering + 15 gram kulit delima kering + gula aren, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari, setiap kali 150 cc. 4. Daun Sendok 60 gram krokot segar + 30 gram daun sendok segar, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari, setiap kali 150 cc.
II.2.2
Entamoeba coli
Entamoeba coli merupakan parasit usus besar, frekuensi 10 sampai 30% di
dunia.
Lingkaran
hidup
sama
dengan
E.histolytica,
untuk Entamoeba coli tidak terdapat ekstra Intestinal. Klasifikasi
Sub Kingdom : Protozoa Filum
: Sarcomastigophora
Sub filum
: Sarcodina
Kelas
: Lobosasida
Sub kelas
: Gymnamoebiasina
Ordo
: Amoebidorida
Famili
: Endamoebidae
Genus
: Entamoeba sp.
Spesies
: Entamoeba coli
22
hanya
saja
Hospes : Manusia Morfologi
Terdiri dari 3 bentuk: 1.
Tropozoit
1. Dijumpai pada diarrhoeic stool 2. Ukuran 15 – 50 u 3. Merupakan tropozoit terbesar di lumen usus besar 4. Pseudopoda pendek dan lebar 5. Gerak lambat 6. Batas ekto&endoplasma (granuler) tidak jelas 7. Endoplasma dipadati oleh vacuola makanan dan mengandung bakteri, tidak ada RBC 8. Nukleus
:
a.
Satu buah
b.
Dinding tebal
c.
Satu karyosome besar, eksentrik
d.
Kromatin kasar, tidak sama besar, granula terletak di membran nucleus
Gambar kista Entamoeba coli 2.
Prekista
1. Tidak mengambil makanan 2. Bentuk bulat/lonjong 3. Masih banyak vacuola makanan
23
pre-kista Entamoeba coli
3.
Kista
1. Mula-mula inti 1 kemudian inti menjadi 8 2. Inti 2 merupakan massa glikogen besar 3. Ukuran 20 – 30 um 4. Terdapat vakuola glikogen 5. Terdapat chromatoid bodies seperti jarum / massa irreguler 6. Ekskistasi
: inti 8 bisa menjadi inti 4
7. Chromatoid body tidak terdapat pada kista inti 8 8. Kista matang : vakuola glikogen kecil/hilang 9. Inti kecil tapi identik
24
tropozoit Entamoeba coli Morfologi berbentuk tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit berukuran 20 – 40 µm, Ektoplasma dan endoplasmat idak memiliki batas yang jelas, pseudopodia agak membulat, gerakannya lambat dan tidak bertujuan. Dalam Endoplasma ; didapatkan adanya bakteri-bakteri, kromatin body, sel-sel tumbuh-tumbuhan, eritrosit tidak ada. Nukleus (inti) ; letak kariosome eksentrik, perifer khromatin kasar (membran inti kasar), dan terdapat halo. Bentuk kista berukuran 10 – 33 µm, berbentuk bulat, dinding jelas refraktil dan berlapis dua. Inti antara 1 – 8 dengan kariosom eksentrik. Inklusi hanya merupakan batang kromodial yang ramping rudimenter. Bentuk kista pada stadium dewasa (matur) terdapat 8 inti. Patogenesis
Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal), dan digunakan untuk diferensial diagnosis dengan Entamoeba histolytica. Entamoeba coli merupakan spesies non-patogenik. Entamoeba yang sering ada sebagai parasit komensal di saluran pencernaan manusia. Klinis, E. coli (jangan bingung dengan bakteri Escherichia coli) adalah penting dalam kedokteran karena bisa bingung selama pemeriksaan mikroskopis dari spesimen tinja diwarnai dengan Entamoeba histolytica patogenik .Sementara diferensiasi ini. Biasanya dilakukan melalui pemeriksaan visual dari kista parasit melalui mikroskop cahaya,
25
metode baru dengan menggunakan teknik biologi molekular telah dikembangkan Patologi Klinis. E.coli tidak patogen, tetapi penting dipelajari untuk membedakan dengan E.histolytic.
Daur hidup
Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosa didapat dengan menemukan bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja. Pengobatan
Karena Entamoeba coli bukan merupakan bakteri patogen (flora normal), maka tidak ada pengobatan untuk Entamoeba coli.
26
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Rhizopoda adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp. Manusia merupakan hospes enam spesies ameba yang hidup di rongga usu besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Iodamoeba butschilii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana dan satu spesies yang hidup di mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua amoeba ini tidak pathogen, hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali E.histolytica yang menjadi pathogen. Entamoeba coli dan Entamoeba histolytica adalah spesies rhizopoda yang hidup dalam usus manusia. Entamoeba histolytica bersifat parasit dan patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit pada manusia tetapi Entamoeba coli bersifat tidak patogen.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U., Darmawanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building, Jakarta. 2. Rosdiana safar. Parasitologi Kedokteran (Protozoologi, Helmintologi, Entomologi). Penerbit Yrama Widya, Bandung. 2009 3. Staf pengajar departemen parasitologi, FKUI. Parasitologi kedokteran edisi keempat. FKUI, Jakarta. 2008 4. http://www.slideshare.net/AriniUtami/entamoeba-hystolitica-entamoebacoli#
28