BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tuli mendadak ( sudden sudden hearing loss) loss) didefiniskan sebagai tuli yang terjadi secara tiba-tiba, berlangsung selama lebih dari 72 jam, biasanya terjadi pada satu teli teling nga, a, denga dengan n peny penyeba ebabny bnyaa tidak tidak dapat dapat langs langsung ung diket diketah ahui ui.. Bangu Bangun n denga dengan n penurunan pendengaran, tuli progresif dalam beberapa hari, tuli pada frekuensi rendah rendah atau atau tinggi tinggi,, atau atau perbeda perbedaan an persep persepsi si pendeng pendengara aran n termas termasuk uk dalam dalam tuli tuli menda mendada dak. k. rit riter eria ia umum umum yang yang digu digunak nakan an adal adalah ah penu penuru runa nan n
pende pendenga ngara ran n
sensor sensorine ineura urall !" dB atau atau lebih, lebih, paling paling sediki sedikitt tiga tiga frekue frekuensi nsi bertur berturutut-tur turut ut pada pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam #aktu kurang dari ! hari.$,7 %i &merika 'erikat, kejadian tuli mendadak ditemukan pada 27 per "".""" orang per tahun dengan rata-rata $$.*+ kasus baru per tahun. %istribusi %istribusi laki-laki dan perempuan hampir sama. Tuli mendadak dapat ditemukan pada semua kelompok usia, umumnya pada rentang usia +"-2" tahun, dengan puncak insidensi pada dekade keenam. nsiden tuli mendadak di poli TT- /'. 0. %jamil 1adang pada satu tahun terakhir periode &gustus 2"" sampai &gustus 2" berkisar !7 orang pasien. %iagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan audiometri. arakteristik tambahan dapat berupa ertigo, tinitus dan tidak adanya keterlibatan saraf kranialis.3,* Tuli Tuli mend mendad adak ak meru merupa paka kan n sala salah h
satu atu kasu kasuss kega kega#a #atd tdar arur urat atan an yang yang
memerlukan penanganan segera, #alaupun beberapa kepustakaan menyatakan bah#a tuli mendadak dapat pulih spontan.&ngka pemulihan pasien yang tidak mendapat pengobatan adalah !2-$+4, dalam 2 minggu setelah munculnya gejala. g ejala. 0asalah yang umum ditemukan pada kasus tuli mendadak adalah keterlambatan diagnosis, sehingga pengobatan
tertunda
yang
akhirnya
menyebabkan
kehilangan
pendengaran
permanent.5leh sebab itu, penting untuk mengenali dan mendeteksi kelainan ini sejak dini agar dapat menunjang pemulihan fungsi pendengaran dan meningkatkan kualitas hidup pasien.",
Berdas Berdasark arkan an 'tanda 'tandarr ompet ompetens ensii %okter %okter ndones ndonesia ia ('%) ('%),, kompet kompetens ensii dokter umum untuk tuli mendadak adalah 2, artinya lulusan dokter harus mampu memb membua uatt diag diagno nosi siss klin klinik ik dan dan mene menent ntuk ukan an ruju rujuka kan n yang yang pali paling ng tepa tepatt bagi bagi penanganan pasien selanjutnya. ulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali kembali dari rujukan. /eferat ini akan membahas mengenai tuli mendadak mendadak sehingga sehingga dapat ditatalaksana dengan tepat.
I.2. Rumusan Masalah
/efera /eferatt ini membaha membahass tentan tentang g defini definisi, si, etiolo etiologi, gi, inside insidensi nsi,, patogen patogenesi esis, s, diagnosis, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari Tuli 0endadak.
I.3. Tujuan Penulsan
&dapun &dapun tujuan tujuan dari dari penuli penulisan san refera referatt ini yaitu yaitu untuk untuk memaham memahamii defini definisi si,, etiologi, insidensi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan dari Tuli 0endadak.
BAB II
2
TIN!AUAN PU"TA#A 2.1.
Anat$m Telnga 2.1.1. Telnga Luar
Telinga luar atau pinna (aurikula 6 daun telinga) merupakan gabungan dari ra#an yang diliputi kulit. ulit dapat terlepas dari ra#an di ba#ahnya oleh hematoma atau pus, dan ra#an yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol) (ambar ).,2,!,+ iang telinga memiliki tulang ra#an ( pars cartilago) pada bagian lateral namun bertulang keras ( pars osseus) di sebelah medial. 'eringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang ra#an dan tulang keras ini (ambar 2). ,2
%am&ar 1. &urikula!
3
%am&ar 2. 'istem auditori periferal dapat dibagi menjadi ! bagian8 telinga luar (biru)9 telinga tengah (hijau)9 telinga dalam (merah). %an nerus estibulaokoklearis di#arnai dengan #arna kuning.+
2.1.2
Telnga Tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam sisi. %inding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. 1romontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah. 0embran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. 0embran timpani umumnya bulat. 1ada rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang terdapat korpus maleus dan inkus, meluas melampaui
batas
atas membrane
timpani,
dan
bah#a
ada
bagian
hipotimpanum yang meluas melalui batas ba#ah membrane timpani. ,2,+ 0embran timpani berbentuk oal dan tipis, tingginya sekitar 2 mm dari ape: sampai ke ba#ah, luas permukaannya sekitar 3 mm. 0embran
4
timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah dimana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. apisan fibrosa tidak terdapat di atas prosessus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrane timpani yang disebut membrane 'hrapnell menjadi lemas (flaksid) (ambar !).2,.
%am&ar 3. 0embran Timpani.
Tuba
eustakius
menghubungkan
rongga telinga
tengah dengan
nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah yang bertulang, sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. 5rigo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian ba#ahnya. Bagian bertulang ra#an berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot leator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringealis dan
5
saraf mandibularis. Tuba eustacius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. ,2,. 2.1.3
Telnga Dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai labirin. Terdiri dari labirin membrane dan labirin tulang, labirin membrane yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraseluler dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. abirin membrane dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. abirin tulang dan membrane memiliki bagian estibular dan bagian koklear. Bagian estibular (pars superior) berhubungan dengan keseimbangan, sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran (ambar +).,2,+ oklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah putaran. &ksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri ertebralis. 'erabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ ;orti (ambar b). /ongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya ! mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala estibule, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh mebran /eissner yang tipis. Bagian ba#ah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrane basilaris. 1erilimfe pada kedua skala berhubungan apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikotrema. 0embrane basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah).2,
6
%am&ar '. 1otongan a:ial dari koklea *
B A
%am&ar (. ambaran skematik dari (a) 'el rambut koklea9 (b) 5rgan korti +
2.2
)s$l$g Telnga
&da lima langkah dalam proses mendengar, yaitu hantaran udara sepanjang telinga luar sampai membrane timpani, hantaran tulang sepanjang telinga tengah sampai telinga dalam, hantaran air sampai 5rgan ;orti, hantaran saraf menuju otak dan interpretasi oleh otak. 1roses mendengar dia#ali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
7
tulang ke koklea. etaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
De*ns
Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (''=) adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, sensorineural, penyebabkan tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga. Tuli mendadak pertama kali dideskripsikan oleh %e lyen pada Tahun *++ sebagai penurunan pendengaran sensorineural !" dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam #aktu kurang dari ! hari. erusakan terutama terjadi di koklea dan biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan ke dalam keadaan keadaan darurat neurotologi. %apat disimpulkan, tuli mendadak adalah bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran sensorineural pada satu atau kedua telinga yang berlangsung secara cepat dalam periode 72 jam, dengan kriteria audiometri berupa penurunan pendengaran >!" dB sekurang kurangnya pada ! frekuensi berturut-turut, yang menunjukkan adanya abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau pusat persepsi dan pengolahan impuls pada korteks auditorik di otak.
8
?ika penyebab tuli mendadak tidak dapat diidentifikasi setelah pemeriksaan yang adekuat, disebut idiopathic sudden sensorineural hearing loss (''=).$,7,",2 2.'.
E+,em$l$g
angguan pendengaran adalah masalah umum di seluruh dunia dan bahkan lebih bermasalah di negara-negara berkembang. aporan %epartemen 5tolaringologi @niersitas Te:as melaporkan sekitar .""" kasus ''= per tahun di seluruh dunia, dengan +""" diantaranya terjadi di &merika 'erikat.
aporan lain
menunjukkan insidensi tuli mendadak berkisar -!" kasus per "".""" orang per tahun di dunia. =amun, penelitian dari ?erman telah menunjukkan kejadian tuli mendadak sebanyak $" kasus per "" """ orang per tahun. %i ndonesia, nsiden tuli mendadak di poli TT- /'. 0. %jamil 1adang pada satu tahun terakhir periode &gustus 2"" sampai &gustus 2" berkisar !7 orang pasien.*,2,! Tuli mendadak dapat mengenai semua golongan usia, #alaupun pada beberapa penelitian, hanya sedikit ditemukan pada anak-anak dan lansia. 1uncak insidensi muncul pada usia "-an, paling muda pada usia 2"-!" tahun, dengan usia rata-rata sekitar +"-+ tahun. %istribusi antara pria dan #anita terlihat hampir sama. Berdasarkan data dari beberapa penelitian, menyimpulkan bah#a sekitar !4 pria terkena tuli mendadak dibandingkan #anita. =amun pada penelitian lain didapatkan #anita lebih banyak mengalami tuli mendadak. 'ehingga diduga jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kasus ini. Arekusensi tuli bilateral adalah -24 dari keseluruhan kasus.",! 2.(.
Et$l$g
9
0ekanisme tersebut memegang peranan penting terhadap patofisiologi tuli mendadak.$,7 Beberapa faktor risiko tuli mendadak diantaranya penyakit metabolik (%iabetes), penyakit kardioaskuler %islipidemia9 hiperkolesterol, hipertrigliserida dan hiperfibrinogenemia), infeksi irus (aricelaC erpes simpleks), psikosoial ('tress), neoplasma (=euroma akustik, Cerebellopontin angle tumor ), autoimun ('indroma Dagener), kelelahan dan sebagainya3," 2.-
Pat$*s$l$g
&da beberapa teori utama yang mencoba menjelaskan penyebab tuli mendadak, yakni infeksi irus, kelainan askular, kerusakan membran intrakoklea, dan kelainan imunologi. 0eskipun sampai saat ini masih belum ditemukan bukti kuat, infeksi irus dianggap sebagai salah satu penyebab tuli mendadak. 'ebuah studi oleh Dilson (*3$) menunjukkan adanya hubungan antara infeksi irus dengan kejadian tuli mendadak. %alam studi ini, ditemukan tingkat serokonersi untuk irus herpes secara signifikan lebih tinggi pada populasi pasien tuli mendadak. 1ada studi lain, dilakukan pemeriksaan histopatologi tulang temporal dan ditemukan kerusakan pada koklea yang konsisten dengan infeksi irus. Terdapat pula temuan lain, seperti hilangnya sel rambut dan sel penyokong, atrofi membran tektoria, atrofi stria askularis, dan hilangnya sel neuron, yang berhubungan dengan mumps irus, maternal rubella, dan irus campak.,7,3 skemia koklea merupakan penyebab utama
tuli mendadak. oklea
memperoleh asupan darah dari arteri labirintin atau arteri auditia interna. 1embuluh darah ini merupakan end artery yang tidak memiliki askularisasi kolateral, sehingga jika terganggu dapat mengakibatkan kerusakan koklea. elainan yang menyebabkan iskemia koklea atau oklusi pembuluh darahEseperti trombosis atau embolus, asospasme, atau berkurangnya aliran darahEdapat mengakibatkan degenerasi luas sel ganglion stria askularis dan ligamen spiralis yang diikuti pembentukan jaringan ikat dan penulangan.7,
10
Teori kerusakan membran intrakoklea menyebutkan terdapat membran tipis yang memisahkan telinga dalam dari telinga tengah dan ada membran halus yang memisahkan ruang perilimfe dengan endolimfe dalam koklea. /obekan salah satu atau kedua membran tersebut secara teoretis dapat menyebabkan tuli sensorineural. ebocoran cairan perilimfe ke dalam telinga tengah melalui tingkap bundar dan tingkap lonjong dapat menyebabkan ketulian dengan membentuk hidrops endolimfe relatif atau menyebabkan robeknya membran intrakoklea. /obekan membran intrakoklea memungkinkan terjadinya percampuran perilimfe dan endolimfe sehingga mengubah potensial endokoklea. Teori ini diakui oleh 'immons, oodhill, dan arris, dengan pembuktian histologi yang didokumentasikan oleh ussen.7,3 'ebuah studi oleh ;hung meningkatkan
risiko
gangguan
menunjukkan bah#a anemia defisiensi besi pendengaran
sensorineural
mendadak.
1ada
penelitiannya, yang melibatkan sekitar +""" orang dengan gangguan pendengaran sensorineural mendadak dan sekitar 2.""" kontrol, ditemukan bah#a +,!4 dari kelompok dengan gangguan pendengaran, sebelumnya telah didiagnosis dengan anemia defisiensi besi, dibandingkan dengan !,"4 dari kelompok kontrol. ubungan antara gangguan pendengaran dan anemia tampaknya tertinggi padausia ++ tahun atau lebih muda.3,* Tuli sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun diperkenalkan oleh 0c;abe pada tahun *7*. 1ada kondisi ini, ditemukan adanya kehilangan pendengaran progresif. &danya aktiitas imun pada koklea mendukung konsep teori ini. angguan pendengaran pada sindrom ;ogan, '<, dan kelainan reumatik autoimun lainnya telah lama diketahui. 'ebagai pendukung lain teori ini, terdapat sebuah studi prospektif pada pasien tuli mendadak dan ditemukan beberapa kelainan
yang
berkaitan
dengan
sistem
imun
(multiple
immune-mediated
disorders).3,2 /adikal bebas dapat menyebabkan kerusakan bereaksi dengan %=&, protein, dengan rasio molekul-molekul, reseptor permukaan sel, dan memecah membran lipid. /5' yang dihasilkan oleh mitokondria menginduksi peroksidasi lipid dalam koklea 11
melalui pembentukan malondialdehid dan 4-hydroxynonenal menyebabkan apotosis sel koklea. 'elain apoptosis, /5' juga menyebabkan peradangan, dan produksi sitokin interleukin-6 (-$) dan tumor necrosis factor α (T=AF). ehadiran asoaktif peroksidasi lipid produk seperti isoprostanes berpotensi juga menyebabkan berkurangnya aliran darah koklea.
%ejala #lns
eluhan pasien pada umumnya berupa hilangnya pendengaran pada satu sisi telinga saat bangun tidur. 'ebagian besar kasus bersifat unilateral, hanya -24 kasus bilateral. ejadian hilangnya pendengaran dapat bersifat tiba-tiba, berangsur-angsur hilang secara stabil atau terjadi secara cepat dan progresif. ehilangan pendengaran bisa bersifat fluktuatif, tetapi sebagian besar bersifat stabil. Tuli mendadak ini sering disertai dengan keluhan sensasi penuh pada telinga dengan atau tanpa tinitus9 terkadang didahului oleh timbulnya tinitus.+ 'elain itu, pada 23-74 pasien dapat ditemukan gangguan estibular, seperti ertigo atau diseGuilibrium.+,$
2./
Dagn$ss
0enurut 1anduan &&5-=' (&merican Academy of Otolaryngology-Head and Neck urgery), langkah pertama diagnosis tuli mendadak adalah membedakan tuli sensorineural dan tuli konduktif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala, pemeriksaan audiometri, dan pemeriksaan penunjang lainnya. etulian atau hearing loss diklasifikasikan menjadi tuli konduktif, tuli sensorineural, atau campuran. Tuli konduktif disebabkan oleh abnormalitas telinga luar, membran timpani, rongga udara telinga tengah, atau tulang pendengaran, struktur yang menghantarkan gelombang suara ke koklea. 'ementara itu, tuli sensorineural disebabkan oleh adanya abnormalitas koklea, saraf auditorik, dan struktur lain yang mengolah impuls neural
12
ke korteks auditorik di otak. Tuli konduktif dan tuli sensorineural memerlukan penanganan yang sangat berbeda. 7,$ 1ada anamnesis ditanyakan onset dan proses terjadinya ketulian (berlangsung tiba-tiba, progresif cepat atau lambat, fluktuatif, atau stabil), persepsi subjektif pasien mengenai derajat ketulian, serta sifat ketulian (unilateral atau bilateral). 'elain itu, ditanyakan juga gejala yang menyertai seperti sensasi penuh pada telinga, tinitus, ertigo, diseGuilibrium, otalgia, otorea, nyeri kepala, keluhan neurologis, dan keluhan sistemik lainnya. /i#ayat trauma, konsumsi obat-obat ototoksik, operasi dan penyakit sebelumnya, pekerjaan dan pajanan terhadap kebisingan, serta faktor predisposisi lain yang penting juga perlu ditanyakan.7,+,$, 1ada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi saluran telinga dan membran timpani untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural. 1enyebab tuli konduktif berupa impaksi serumen, otitis media, benda asing, perforasi membran timpani, otitis eksterna yang menyebabkan edema saluran telinga, otosklerosis, trauma, dan kolesteatoma. 'ebagian besar kondisi ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan otoskopi. %i lain pihak, pemeriksaan otoskopi pada pasien tuli sensorineural hampir selalu mendapatkan hasil normal. 1emeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis juga dilakukan, terutama pada pasien dengan tuli mendadak bilateral, tuli mendadak dengan episode rekuren, dan tuli mendadak dengan defisit neurologis fokal, untuk mencari kelainan serta pen yakit penyerta lainnya.$,+,$ 'elain itu, 1emeriksaan hum test dan tes penala dilakukan untuk membantu klinisi membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri. 1ada hum test , pasien diminta bersenandung dan kemudian memberitahu apakah suara didengar lebih keras di satu telinga atau sama di keduanya. 1ada tuli konduktif, suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sakit, sebaliknya pada tuli sensorineural suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sehat.$,7 0enurut panduan &&5-=', tes penala dapat digunakan untuk konfirmasi temuan audiometri. Tes penala berupa tes Deber dan tes /inne dilakukan dengan alat 13
bantu garpu tala 2$ H atau 2 H juga melihat ada tidaknya lateralisasi ke salah satu sisi telinga. 1emeriksaan audiometri lengkap, termasuk audiometri nada murni, audiometri tutur ( speech audiometry) dan audiometri impedans (timpanometri dan pemeriksaan refleks akustik), merupakan pemeriksaan yang #ajib dilakukan dalam mendiagnosis tuli mendadak. al ini sesuai dengan salah satu kriteria defi nisi tuli mendadak menurut =%;% 2""!, yakni terdapat penurunan pendengaran >!" dB sekurang-kurangnya
pada
!
frekuensi
berturut-turut
pada
pemeriksaan
audiometri.$,$,7 1emeriksaan audiometri diperlukan untuk membuktikan ketulian dan menentukan derajat penurunan pendengaran. antaran tulang dan hantaran udara dalam audiometri nada murni membantu menentukan jenis ketulian, baik tuli konduktif, tuli sensorineural, maupun tuli campuran. &udiometri tutur dapat digunakan untuk memerifikasi hasil audiometri nada murni. Timpanometri dan pemeriksaan refleks akustik juga dapat membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural serta memberikan petunjuk tambahan untuk etiologi. Timpanometri dapat membantu dalam mengeksklusi kemungkinan adanya komponen konduktif pada pasien dengan penurunan pendengaran sangat berat.",+ 1emeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan keluhan dan ri#ayat pasien serta
kemungkinan
etiologi.
1emeriksaan
laboratorium rutin
tidak spesifik
direkomendasikan sebab jarang terbukti membantu menentukan etiologi tuli mendadak. 1emeriksaan auditory brainstem response (&B/) dapat memberikan informasi tambahan mengenai sistem auditorik, mengealuasi kemungkinan etiologi retrokoklea dan dapat digunakan untuk menetapkan ambang batas pendengaran pada pasien yang sulit diperiksa, seperti anak-anak, orang tua, dan malingerers. 1emeriksaan &B/ memiliki sensitiitas tinggi dalam mendeteksi lesi retrokoklea, tetapi terbatas hanya untuk mendeteksi estibular sch#annoma yang berukuran lebih dari cm. 'ensitiitas &B/ untuk mendeteksi estibular sch#annoma ukuran kecil sekitar 3-+249 saat ini menurun bila dibandingkan dengan akurasi diagnostik pencitraan resonansi magnetik (0/).$,+, 14
1emeriksaan 0/ merupakan baku emas diagnosis estibular sch#annoma. 1emeriksaan 0/ dengan adolinium dinilai memiliki sensitiitas tinggi dan digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan abnormalitas retrokoklea, seperti neoplasma, stroke, atau penyakit demielinisasi. 1ada pasien dengan alat pacu jantung, implan logam, dan klaustrofobia, yang menjadi kontraindikasi pemeriksaan 0/, dapat dilakukan alternatif lain berupa pemeriksaan tomografi komputer (;T 'can), pemeriksaan &B/, atau keduanya9 kedua pemeriksaan ini memiliki sensitiitas lebih rendah dibandingkan 0/ dalam mendeteksi kelainan retrokoklea.$,$
2.0
Dagn$ss Ban,ng
Ta&el 1. %iagnosis Banding Tuli 0endadak.
2.1
Penatalaksanaan
1enatalaksanaan dapat lebih fokus jika penyebab tuli mendadak diketahui. 1enatalaksanaan dapat dilakukan secara konseratif ataupun tindakan pembedahan. 1enatalaksanaan
secara
konseratif
medikamentosa,
steroid
intratimpani,
dengan
beberapa
karbogen,
dan
modalitas oksigen
meliputi hiperbarik.
15
0edikamentosa meliputi antiinflamasi, antiiral, dan asodilator. &ntiiral tidak menjadi pengobatan yang #ajib diberikan kecuali jika penyebabnya diketahui adalah irus.,3 ortikosteroid dapat diberikan secara oral maupun intratimpani. 'alah satu penelitian menyatakan bah#a terapi steroid dapat memodifikasi inflamasi kematian sel pada kejadian tuli mendadak. ortikosteroid diperkirakan memiliki efek antiinflamasi dan kemampuan dalam meningkatkan aliran darah ke koklea. 'ebuah studi /;T membandingkan penggunaan steroid dengan placebo pada tatalaksana sudden deafness didapatkan perbaikan lebih signifikan pada penggunaan steroid. !appering off kortikosteroid oral merupakan standar pengobatan sudden deafness"
Terapi kortikosteroid intratimpani direkomendasikan sebagai pengganti terapi kortikosteroid sistemik pada pasien yang tidak mengalami perbaikan dengan kortikosteroid sistemik. euntungan terapi kortikosteroid intratimpani adalah memberikan steroid konsentrasi tinggi langsung pada jaringan target (perilimfe) dengan efek samping sistemik minimal. 'ebuah studi mengenai terapi kombinasi kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan kortikosteroid intratimpani menunjukkan hasil perbaikan fungsi pendengaran secara signifikan. 'teroid intratimpani yang biasa diberikan adalah deksametason atau metilprednisolon.
pentoksifilin diberikan dengan dosis !"" mg dalam cairan infus /inger aktat selama 3 jam, tiga kali sehari selama 7 hari dilanjutkan denga pentoksifilin oral selama 7 hari. !,$ asodilator pada tuli mendadak bertujuan meningkatkan aliran darah ke koklea dan mencegah hipoksia. 'alah satu jenis asodilator adalah terapi inhalasi karbogen yaitu oksigen *4 dan karbondioksida 4. Teknik ini telah diperkenalkan sejak tahun 2""", dimana kombinasi terapi klasik dengan teknik inhalasi arbogen akan memberikan peningkatan pendengaran lebih baik pada tuli mendadak. Teknik ini lebih diindikasikan untuk tuli mendadak yang gagal dengan terapi konseratif.3,*,! itamin B kompleks (B, B$, B2), itamin ;, dan mineral serta preparat herbal adalah sebagai adjuan. ingko biloba merupakan preparat herbal gingkoflaon glikosida yang berperan sebagai asodilator sentral dan perifer. %osis gingko biloba 2"-+3" mg perhari, dapat diberikan selama 2 sampai ! bulan. Beberapa literatur juga ada yang memberikan itamin < yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap radikal bebas sehingga mencegah kerusakan koklea lebih lanjut. itamin < dapat diberikan dengan dosis 2 : $"" mg perhari selama sampai 2 bulan. 'edangkan pemberian diuretik diindikasikan untuk tuli mendadak yang dicurigai akibat ruptur membran koklea.$,7 1enatalaksaan tuli mendadak di /'@1 dr 0ohammad oesin tertera pada ampiran . <aluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap satu minggu selama satu bulan. %efinisi perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah sebagai berikut8 •
'angat baik, apabila perbaikan lebih dari !" dB pada frekuensi.
•
'embuh, apabila perbaikan ambang pendengaran kurang dari !" dB pada frekuensi 2" H, "" H, """ H, 2""" H dan di ba#ah 2 dB pada frekuensi +""" H.
•
Baik, apabila bila rerata perbaikan "-!" dB pada frekuensi.
•
Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan kurang dari " dB pada frekuensi.
18
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan di atas, dapat dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar $hearing aid%. &pabila dengan alat bantu dengar masih belum dapat berkomunikasi secara adekuat maka perlu dilakukan psikoterapi dengan tujuan agar pasien dapat menerima keadaan.7,3
2.11
Pr$gn$ss
1rognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu usia, derajat gangguan pendengaran, metode pengobatan yang digunakan, saat memulai pengobatan, ada tidaknya gejala estibular, dan faktor predisposisi lainnya. @sia lanjut, gangguan pendengaran sangat berat, dan adanya gejala estibular subjektif dikaitkan dengan rendahnya tingkat kesembuhan. @sia lanjut, hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia berkaitan dengan disfungsi mikroaskuler di koklea, yang merupakan faktor prognosis buruk.!,
19
BAB III #E"IMPULAN Tuli mendadak ( sudden hearing loss) didefiniskan sebagai tuli yang terjadi secara tiba-tiba, berlangsung selama lebih dari 72 jam, biasanya terjadi pada satu telinga, dengan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui. Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat otologi, oleh karena kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat permanen #alaupun bisa kembali normal atau mendekati normal.
20
penunjang lainnya. arakteristik tambahan dapat berupa ertigo, tinitus dan tidak adanya keterlibatan saraf kranialis. Terapi yang dilakukan antara lain pemberian kortikosteroid sistemik, kortikosteroid intratimpani, terapi oksigen hiperbarik, terapi hemodilusi, asodilator dan pemberian itamin. emudian dilakukan ealuasi fungsi pendengaran setiap satu minggu selama satu bulan.
1rognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu usia, derajat gangguan pendengaran, metode pengobatan yang digunakan, saat memulai pengobatan, ada tidaknya gejala estibular, dan faktor predisposisi lainnya. @sia lanjut, gangguan pendengaran sangat berat, dan adanya gejala estibular subjektif dikaitkan dengan rendahnya tingkat kesembuhan. @sia lanjut, hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia berkaitan dengan disfungsi mikroaskuler di koklea, yang merupakan faktor prognosis buruk.
21
DA)TAR PU"TA#A
. 0oller &/. earing mpairment. Hearing& Anatomy' (hysiology' and )isorders of !he Auditory ystem. 2nd
22
". &le:ander T, arris ?1. ncidence of sudden sensorineural hearing loss" 5tology J =eurotology. 2"! %ec 9!+(*)8 p.3$-*. . andHel 5, Ben-&ri 5, %amian %, 1riel 00, ;ohen ?, immelfarb 0. martphone-based hearing test as an aid in the initial e#aluation of unilateral sudden sensorineural hearing loss. &udiology and =eurotology. 2"! 0ay +93(+)8p2"-7. 2. 'chreiber, Benjamin <., et al. udden sensorineural hearing loss. The ancet 2""9!78 p.2"!-. !. 'alahaldin, &. ., et al. /anagement of idiopathic sudden sensorineural hearing loss&
experience in ne5ly
de#eloping atar . The international
tinnitus
journal.".29 2""+8 p$-*. +. ;ummings ;D, Alint 1D, arker &, aughey B, /ichardson 0&, /obbins T, et al. Cummings otolaryngology head and neck surgery. +th
23