Rangkaian diagram garis star delta pada motor induksi AC 3 phasa Rangkaian diagram garis star delta pada motor induksi AC 3 phasa Mungkin semua sudah tahu apa itu rangkaian star delta? Dan apa fungsi dari rangkaian star delta itu sendiri. Untuk yang belum tahu akan saya jelaskan secara singkat. Rangkaian star delta adalah rangkaian instalasi motor dengan sambungan bintang segitiga (Y∆), atau lebih dikenal dengan nama koneksi star delta. lalu apa fungsi dari koneksi motor secara star delta itu? Fungsi dari koneksi star delta adalah untuk menurunkan atau mengurangi besarnya arus start motor. Bagaimana teori atau metode koneksi star delta ini bisa menurunkan besarnya arus starting motor? sebelumnya tentu kita tahu besarnya tegangan dan arus itu berbanding terbalik. Semakin besar tegangan maka arus akan semakin kecil begitu sebaliknya semakin kecil tegangan maka arus akan semakin besar. Bagaimana itu terjadi ?untuk menjawab itu kita harus tahu dulu, hubungan antara daya ( P ), tegangan( V ) , dan arus ( I ).
Dari rumus diatas tentu kita sudah mengerti. Coba anda hitung berapa besarnya arus ( I )?, dengan daya (P) yang sama, coba anda bagi dengan tegangan(V) yang berbeda. Tentu saja hasilnya sudah bisa ditebak, dengan tegangan yang besar maka arus akan kecil, begitu juga sebaliknya. Lalu apa hubungannya rumus diatas dengan rangkaian star delta?? Pada koneksi star delta ada perbedaan antara besarnya tegangan pada koneksi star dan besarnya tegangan pada koneksi delta. Tegangan dan arus pada koneksi star delta Besarnya tegangan(V) line pada sambungan star/bintang (Y) adalah akar 3 . V fasa, dan besarnya arus line pada sambungan star/bintang sama dengan besarnya arus fasa. Sedangkan pada sambungan delta/segitiga(∆) tegangan(V) line = V fasa, dan arus(I) line = akar 3 . arus(I) fasa. Contohnya dengan tegangan fasa 220V berapa tegangan line untuk hubung star dan hubung delta? Tegangan pada sambungan star --- Vline = akar 3 . V fasa = 1.73 . 220V = 380V Tegangan pada sambungan delta--- V line = V fasa = 220V Dari hasil diatas pada hubungan star memiliki tegangan yang lebih besar dibanding tegangan pada hubungan delta. dan tentu sudah terbukti metode starting motor secara star delta dapat menurunkan besarnya arus start. Kesalahan pada koneksi star delta
Mungkin semua sudah tahu apa itu star delta beserta fungsi-fungsinya. Namun mungkin masih banyak yang belum mengerti bagaimanana melakukan instalasi/penyambungan star delta sesuai standar yang benar. Melakukan instalasi sesuai standar yang benar itu sangat penting agar kita tidak dirugikan dengan pemasangan instalasi yang salah/ngawur. Contohnya pada koneksi delta jika pada pemasangannya kita tidak berhati-hati dan tidak sesuai dengan standar tentu bisa membuat koneksi motor tersebut kehilangan salah satu fasa (phase loss). Dan apa akibatnya bila motor 3 fasa dioperasikan dengan kehilangan salah satu fasa?, tentu saja lilitan motor akan terbakar dalam waktu singkat atau jika anda beruntung mungkin akan membuat breaker atau protector(overload relay) cuma trip. Tetapi itu dengan catatan jika anda memasang atau mensetting breaker dan protector dengan standar yang benar. Tentu kita tidak ingin kedua hal tersebut terjadi dan merugikan kita. Karena itulah standarisasi SPL (single point lesson) begitu penting dan selalu terapkan di semua perusahaan. Berikut ini gambaran kesalahan pada koneksi star delta yang sering terjadi pada rangkaian dayanya.
Mungkin anda bertanya-tanya apa yang salah dengan rangkaian daya diatas? Dari Kedua rangkaian daya diatas memang tidak ada yang salah dari koneksi starnya, namun ada beberapa kesalahan di dalam koneksi deltanya. Memang dalam instalasi motor dengan sistem starting secara star delta ini, kebanyakan kesalahan terdapat dalam pemasangan pada koneksi delta. hal ini disebabkan karena pemasangan untuk hubung delta bisa dikatakan lebih rumit daripada hubung star. Pada gambar 1 rangkaian daya diatas jelas terlihat tegangan fasa R (kabel berwarna merah) dihubungkan pada terminal motor dengan label U1 dan U2, hal ini berarti tegangan fasa R hanya dihubungkan pada 1 belitan/lilitan pada motor. hal yang sama juga terlihat pada tegangan fasa S dan T. Apa yang salah dengan itu? Tentu saja sangat salah/ngawur. Sebelumnya tentu anda tahu kenapa koneksi pada motor disebut star dan delta?hal itu karena pada koneksi motor tersebut bisa dibentuk/terlihat seperti bintang ataupun segitiga. Coba anda ubah gambar 1 dan gambar 2 rangkaian daya diatas menjadi koneksi star delta secara terpisah dan sederhana tanpa memperhatikan kontaktor dan protector. Lalu lihat dengan seksama apakah gambar diatas mirip dengan rangkaian delta? jawabannya tentu saja tidak. Untuk memperjelas pemahaman anda tentang koneksi star dan koneksi delta secara benar coba anda lihat gambar dibawah berikut ini. Gambar koneksi star dan koneksi delta
Gambar diatas bisa menjadi patokan bagaimana melihat koneksi star delta yang benar dan salah. Contohnya secara sederhana begini, jika anda perhatikan gambar pada sebuah rangkaian daya star delta anda bisa melihat pada koneksi starnya apakah mirip dengan star/bintang, dan pada koneksi deltanya apakah mirip delta/segitiga seperti gambar koneksi star delta diatas. Jika itu mirip atau sama bisa dipastikan rangkaian daya itu benar. Dan juga perlu diingat jika anda ingin membalik putaran motor pada rangkaian star delta dengan membalik salah satu tegangan maka anda juga harus membalik salah satu tegangan pada satu sisi yang lain. Rangkaian daya dan rangkaian kontrol star delta yang benar
Kesimpulan dari artikel rangkaian star delta. Setelah panjang lebar penjelasan tentang star delta, kita bisa menarik kesimpulan kalau pemasangan instalasi motor itu harus sesuai standar yang benar agar tidak terjadi hasil yang tidak diinginkan seperti lilitan motor terbakar dikarenakan phase loss, hubungan singkat atau sebab-sebab lainnya. Khususnya kita harus berhati-hati pada motor yang label terminalnya sudah hilang atau motor hasil repairan/perbaikan yang mungkin sudah tidak sesuai lagi antara terminal dan lilitannya. Jadi kita harus bisa tentukan dulu mana U1U2, V1V2, dan W1W2.
Cara Membalik Arah Putaran Motor Star Delta Mungkin ini adalah artikel lanjutan dari merubah arah putaran motor listrik. Dan artikel kali ini akan membahas bagaimana cara merubah atau membalik arah putaran motor induksi listrik 3 fasa yang beroperasi dengan koneksi star delta. Untuk membalik arah putaran motor star delta sebenarnya sama saja dengan membalik putaran motor induksi 3 fasa yang beroperasi dalam koneksi delta ataupun motor induksi 3 fasa yang beroperasi dalam koneksi star, yaitu dengan membalik salah satu tegangan yang masuk ke motor. Namun dalam metode start star delta, motor 3 fasa tersebut dioperasikan dalam kedua koneksi yaitu koneksi star pada mula startnya dan setelah itu berganti dengan koneksi delta. karena hal itu akan ada 6 terminal pada motor yang didesain untuk metode start star delta. Perhatikan gambar dibawah ini. (jika gambar kurang jelas klik pada gambar untuk memperjelas)
Diagram rangkaian daya beserta koneksinya Mungkin gambar diatas sudah menjelaskan begitu banyak tentang koneksi motor secara star, delta, dan star delta. Coba perhatikan pada gambar C (koneksi star delta) diatas, jika K1 dan K3 bekerja maka motor akan beroperasi pada koneksi star dan jika K1 dan K2 yang bekerja motor akan beroperasi dalam koneksi delta. Lalu bagaimana cara membalik arah putaran motor koneksi star delta tersebut ? untuk membaliknya kita bisa membalik salah satu tegangan yang masuk ke motor, untuk membalik tegangan tersebut kita harus berhati-hati agar motor tidak kehilangan salah satu tegangan (phase loss). Untuk lebih mudahnya kita bisa membalik tegangan pada titik sumbernya untuk menghindari phase loss. Seperti pada gambar dibawah berikut ini. (jika gambar kurang jelas klik pada gambar untuk memperjelas)
Membalik arah putaran motor star delta dengan mengubah polaritas pada titik sumber tegangan Dari gambar diatas jelas terlihat kalau sumber tegangan tiga fasa RST dibalik menjadi SRT, sehingga arah putaran motor bisa berbalik. Memang arah putaran motor bisa berputar balik
namun rangkaian tersebut terlihat tidak selaras atau tidak seragam dengan rangkaianrangkaian yang lain. Oleh karena itu para mekanik biasanya lebih memilih untuk membalik tegangan pada terminal motor. Dan cara membalik putaran motor seperti inilah yang biasanya terjadi kesalahan phase loss, oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam membalik salah satu tegangan tersebut. Perhatikan gambar dibawah ini.
Membalik putaran motor star delta. mengubah polaritas tegangan yang masuk pada terminal motor Dari gambar diatas terlihat tegangan R(berwarna merah) dibalik dengan tegangan S(berwarna kuning). Coba perhatikan gambar diatas, tegangan yang dibalik tidak hanya pada satu ujung terminal belitan U1V1W1, namun juga pada ujung terminal belitan yang lain U2V2W2 dalam contoh ini (pada motor tipe lain biasanya terminal motor diberi label UVWXYZ). Yang terpenting dalam membalik rangkaian ini adalah kita harus tahu terlebih dulu, yang mana belitan U1U2, V1V2, W1W2.
Hubungan Bintang Delta pada Motor Listrik 3 Fasa PRAM
OLEH : WAHYU
Motor 3 fasa bekerja dengan 2 hubungan yaitu : a. Motor bekerja Bintang/ Star (Y) Berarti motor harus dihubungkan bintang baik secara langsung pada terminal maupun melalui rangkaian kontrol.
Gambar 1. Hubungan Bintang/ Star (Y)
b. Motor bekerja segitiga /Delta (Δ) Berarti motor harus dihubungkan segitiga baik secara langsung pada terminal maupun melalui rangkaian kontrol. Kecuali mesin-mesin yang berkapasitas tinggi diatas 10 HP, maka motor tersebut wajib bekerja segitiga (Δ) dan harus melalui rangkaian kontrol star delta baik secara mekanik, manual, plc
Gambar 2. Hubungan Delta (Δ)
Dimana bekerja awal (start) motor tersebut bekerja bintang hanya sementara, selang berapa waktu barulah motor bekerja segitiga dan motor boleh dibebani. Cara menghubungkan motor dalam hubungan bintang (Y) : 1.
Cukup mengkopelkan/ menghubungkan salah satu dari ujung-ujung kumparan phasa menjadi satu.
2.
Sedangkan yang tidak dihubungkan menjadi satu dihubungkan kesumber tegangan.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan segitiga (Δ) :
1.
Ujung pertama dari kumparan phasa I dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan phasa III
2.
Ujung pertama dari kumparan phasa II dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan phasa I
3.
Ujung pertama dari kumparan phasa III dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan phasa II.
Mengapa motor harus dihubungkan dengan Star (Y) – Delta (Δ)? 1.
Beban dengan inersia yang tinggi/ besar akan menyebabkan waktu starting motor menjadi lama untuk mencapai kecepatan nominalnya.
2.
Selama periode starting tersebut, maka pada stator dan rotor akan mengalir arus yang besar sehungga bisa terjadi pemanasan berlebih (overheating) pada motor
3.
Lebih buruk lagi menyebabkan gangguan pada sistem jala-jala sumber listriknys sehingga akan menurunkan tegangannya. hal ini akan mengganggu beban listrik lainnya.
4.
Untuk menghindari hal tersebut, suatu motor induksi seringkali di start dengan level tegangan yang lebih rendah dari tegangan nominalnya.
5.
Pengurangan tegangan starting tersebut akan membatasi dayas yang diberikan ke motor, namun demikian disis lain pengurangan tegangan ini akan berdampak memperpanjang waktu/ periode starting (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan nominalnya).
2. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa Rangkaian sederhana dengan menggunakan kontaktor magnet yaitu mengontrol sebuah motor listrik. Pengontrolan oleh kontaktor magnet menggunakan 2 rangkaian yaitu rangkaian kontrol dan rangkaian utama. Peralatan kontrol yang digunakan dalam pengoperasianya yaitu, MCB 3 fasa, TOR (Thermal Overload Relay), sakelar tekan ON/ OFF dan kontaktor. Rangkaian kontrol merupakan rangkaian yang mengendalikan/ mengoperasikan rangkaian utama, sedangkan rangkaian utama merupakan aliran hubungan ke beban (motor 3 fasa). Rangkaian utama menggunakan kontak utama (1-3-5 dan 2-4-6) dari kontaktor magnet untuk menghubungkan/ memutuskan jaringan dengan motor listrik. Karena arus yang mengalir pada rangkaian utama relaitf lebih besar daripada rangkaian kontrol, maka pada rangkaian utama dilengkapi dengan TOR (Thermal Overload Relay) atau pengaman beban lebih dari hubung singkat ataupun beban yang lebih. Pada rangkaian kontrol, arus yang mengalir relatif kecil. Rangkaian kontrol dilengkapi dengan sakelar tekan NO untuk tombol NP dan NC untuk tombol OFF. Karena menggunak open.an tombol (sakelar) tekan, maka pada tombol ON dibuat pengunci (sakelar bantu) dari kontak bantu kontaktor yang normally open.
Gambar 3. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa
2. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa Hubungan Bintang Segitiga Rangkaian daya hubungan bintangsegitiga menggunakan tiga buah kontaktor Q1, Q2, dan Q3Gambar 4. Fuse F1 berfungsi mengamankan jika terjadi hubungsingkat pada rangkaian motor. Saat motor terhubung bintang kontaktor Q1 dan Q2 posisi ON dan kontaktor Q3 OFF. Beberapa saat kemudian timer yang disetting waktu 60 detik energized, akan meng-OFF-kan Q1, sementara Q2dan Q3 posisi ON, dan motor terhubung segitiga. Pengaman beban lebih F3 (thermal overload relay) dipasangkan seri dengan kontaktor, jika terjadi beban lebih disisi beban, relay bimetal akan bekerja dan rangkaian kontrol berikut kontaktor akan OFF. Tidak setiap motor induksi bias dihubungkan bintang-segitiga, yang harus diperhatikan adalah tegangan name plate motor harus mampu diberikan tegangan sebesar tegangan jala-jala (Gambar 4), khususnya pada saat motor terhubung segitiga. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi, akibatnya belitan stator bisa terbakar karena tegangan tidak sesuai. Rangkaian kontrol bintang-segitiga (Gambar 4), dipasangkan fuse F2 untuk pengaman hubung singkat pada rangkaian kontrol.
Gambar 4. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa Hubungan Bintang Segitiga
Hubungan Bintang
Tombol S2 di-ON-kan terjadi loop tertutup pada rangkaian koil Q1 dan menjadi energizedbersamaan dengan koil Q2. Kontaktor Q1 dan Q2 energized motor terhubung bintang. Koil timer K1akan energized, selama setting waktu berjalan motor terhubung bintang.
Hubungan Segitiga Saat Q1 dan Q2 masih posisi ON dan timer K1 masih energized, sampai setting waktu berjalan motor terhubung bintang. Ketika setting waktu timer habis, kontak Normally Close K1 dengan akanOFF menyebabkan koil kontaktor Q1 OFF, bersamaan dengan itu Q3 pada posisi ON. Posisi akhir kontaktor Q2 dan Q3 posisi ON dan motor dalam hubungan segitiga. Untuk mematikan rangkaian cukup dengan meng-OFF-kan tombol tekan S1 rangkaian kontrol akan terputus dan seluruh kontaktor dalam posisi OFF dan motor akan berhenti bekerja. Kelengkapan berupa lampu-lampu indikator dapat dipasangkan, baik indikator saat rangkaian kondisi ON, maupun saat saat rangkaian kondisi OFF, caranya dengan menambahkan kontak bantu normally open yang diparalel dengan koil kontaktor dan sebuah lampu indicator.
Elevator & Eskalator Pada Perencanaan Instalasi Gedung Bertingkat Posted on Rabu, 1 Agustus 2007 by faiq
Jika kita mendirikan bangunan, bukan hanya keindahan tampak bangunan dan keserasian bangunan terhadap lingkungan yang harus kita perhatikan.
Namun juga keamanan bangunan tersebut terhadap segala bencana yang dapat diakibatkan oleh kurang diperhatikannya perencanaan instalasi yang terdapat didalam bangunan tersebut. Selain itu juga harus diusahakan kemudahan bagi penyelamatan penghuni bila terjadi bencana. Setiap rencana instalasi dari bangunan yang akan dilaksanakan harus diteliti dahulu oleh seksi Instalasi dan Perlengkapan Bangunan/TPIB (Team Penasehat Instalasi dan Perlengkapan Bangunan). Beberapa macam Instalasi yang harus diperhatikan : 1. Instalasi Pemadam Kebakaran Sistem yang bisa digunakan antara lain : * Sistem Hydrant * Sistem Sprinkler * Sistem Fire Alarm 2. Instalasi Elevator & Eskalator Didalam perencanaan instalasi Elevator dan Eskalator, yang harus diperhatikan: * Pola lalu lintas orang dan barang disekitar dan didalam gedung harus diperhatikan * Elevator penumpang, barang dan kebakaran harus terpisah * Cara penanggulangan bila terjadi keadaan darurat. 3. Instalasi Air Buangan Didalam perencanaan instalasi air buangan, yang harus diperhatikan antara lain : * Sistem jaringan air kotor dan air hujan diluar bangunan * Sistem pengelolaan air kotor * Pengolahan air kotor tidak boleh mengganggu lingkungan sekitarnya. 4. Instalasi Listrik Didalam perencanaan instalasi listrik yang harus diperhatikan adalah : * Sakelar khusus ukuran (rating) pengaman jenis pengaman dan penampang kabel * Penempatan generator genset * Sumber tenaga yang digunakan PLN, atau pembangkit tenaga listrik sendiri. 5. Instalasi Plumbing Didalam perencanaan instalasi plimbing yang harus diperhatikan adalah : * Sistem pemipaan air bersih * Sistem pemipaan air limbah * Sistem pemipaan air hujan * Sistem pemipaan air limbah. 6. Instalasi Air Codition dan Refrigeration * Apabila harus terjadi kebakaran, AHU pada lokasi kebakaran harus mati secara otomatis berbarengan dengan fire alarm bekerja * Faktor keamanan yang dipakai.
===OOO=== Dari sekian banyak instalasi gedung bertingkat yang harus diperhatikan, berikut ini akan sedikit diulas tentang instalasi alat transportasi vertikal pada gedung bertingkat. ***** ALAT TRANSPORTASI VERTIKAL
Suatu bangunan yang besar & tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara VERTIKAL. Sarana angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah :
Elevator (Lift). Eskalator Travelator / Moving walk
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke-13, tenaga manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak. Pada tahun 1850 telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak baru dalam sejarah elevator yaitu penemuan elevator yang aman pertama di Dunia oleh Elisha Graves Otis. RIWAYAT ELEVATOR/LIFT Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867. Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah era Pencakar Langit. Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared pertama yang sangat sukses. Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung” industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di Toronto. Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator. CARA KERJA ELEVATOR/LIFT Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak
serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.
Mesin Lift “Gearless” Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.
Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik. ****** RIWAYAT ESKALATOR Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator Co., yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step), dengan elevator). Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator pertama step type eskalator untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910.
Eskalator lurus dan melengkung Dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985. CARA KERJA ESKALATOR Pendaratan/Landing Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat. Landasan penopang/Truss Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.
Struktur perletakan Eskalator pada lantai gedung Lintasan Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasanlintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang.
Sistem pergerakan Eskalator
Anak tangga (individual steps) dari Eskalator
escalator-animation.swf Animasi gerak eskalator Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak tangga-anak tangga mengelilingi bagian ujung dan kemudian menggerakkannya kembali ke arah yang berbeda. Lintasan overhead berfungsi untuk memastikan bahwa roda trailer tetap berada di tempatnya saat rantai anak tangga diputar kembali. ****** RIWAYAT MOVING WALK Banyak sebutan pada alat yang satu ini, di antaranya adalah Moving Walkway, Moving Sidewalk, Moving Pavement, Walkalator, Travelator, atau Moveator. Moving Walkway adalah alat angkut perpindahan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain pada satu lantai atau pada lantai yang berbeda level dan bergerak sesuai dengan prinsip pergerakan pada eskalator. Dengan demikian, konveyor ini adalah pengembangan ide dari eskalator dan bisa dipasang pada posisi mendatar (horisontal) ataupun miring (inclined) dengan kemiringan 10 – 20 derajat.
Moving walkway (horisontal) di Bandara Internasional Port Columbus
Moving walkway (inclined) di Stasiun Metro Beadry, Montreal
Moving walk (horisontal) di Stasiun metro Bienvenue Paris berkecepatan 9 km/jam Kegunaan dari alat transportasi ini adalah berfungsi untuk membawa barang-barang bawaan yang diletakkan di dalam kereta dorong (trolley) naik atau turun dari lantai satu ke lantai lain. Biasanya terdapat di supermarket, mal, stasiun kereta ekspress, dll. Dan bila dipasang secara mendatar pada satu lantai, berfungsi untuk meringankan beban dari orang yang berjalan dengan membawa barang dan menempuh jarak yang relatif jauh. Misalnya pada terminal di bandara internasional yang luas, musium, kebun binatang, atau aquarium (water world).
Contoh gambar konveyor Moving Walkway
Elevator & Eskalator Pada Perencanaan Instalasi Gedung Bertingkat October 22nd, 2009 • Related • Filed Under
Jika kita mendirikan bangunan, bukan hanya keindahan tampak bangunan dan keserasian bangunan terhadap lingkungan yang harus kita perhatikan. Namun juga keamanan bangunan tersebut terhadap segala bencana yang dapat diakibatkan oleh kurang diperhatikannya perencanaan instalasi yang terdapat didalam bangunan tersebut. Selain itu juga harus diusahakan kemudahan bagi penyelamatan penghuni bila terjadi bencana. Setiap rencana instalasi dari bangunan yang akan dilaksanakan harus diteliti dahulu oleh seksi Instalasi dan Perlengkapan Bangunan/TPIB (Team Penasehat Instalasi dan Perlengkapan Bangunan). Beberapa macam Instalasi yang harus diperhatikan : 1. Instalasi Pemadam Kebakaran
Sistem yang bisa digunakan antara lain :
Sistem Hydrant Sistem Sprinkler Sistem Fire Alarm
1. Instalasi Elevator & Eskalator
Didalam perencanaan instalasi Elevator dan Eskalator, yang harus diperhatikan:
Pola lalu lintas orang dan barang disekitar dan didalam gedung harus diperhatikan Elevator penumpang, barang dan kebakaran harus terpisah Cara penanggulangan bila terjadi keadaan darurat.
1. Instalasi Air Buangan
Didalam perencanaan instalasi air buangan, yang harus diperhatikan antara lain :
Sistem jaringan air kotor dan air hujan diluar bangunan Sistem pengelolaan air kotor Pengolahan air kotor tidak boleh mengganggu lingkungan sekitarnya.
1. Instalasi Listrik
Didalam perencanaan instalasi listrik yang harus diperhatikan adalah :
Sakelar khusus ukuran (rating) pengaman jenis pengaman dan penampang kabel Penempatan generator genset Sumber tenaga yang digunakan PLN, atau pembangkit tenaga listrik sendiri.
1. Instalasi Plumbing
Didalam perencanaan instalasi plimbing yang harus diperhatikan adalah :
Sistem pemipaan air bersih Sistem pemipaan air limbah Sistem pemipaan air hujan Sistem pemipaan air limbah.
1. Instalasi Air Codition dan Refrigeration
Apabila harus terjadi kebakaran, AHU pada lokasi kebakaran harus mati secara otomatis berbarengan dengan fire alarm bekerja Faktor keamanan yang dipakai.
Dari sekian banyak instalasi gedung bertingkat yang harus diperhatikan, berikut ini akan sedikit diulas tentang instalasi alat transportasi vertikal pada gedung bertingkat. ALAT TRANSPORTASI VERTIKAL Suatu bangunan yang besar & tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara VERTIKAL. Sarana angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah :
Elevator (Lift). Eskalator Travelator / Moving walk
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke-13, tenaga manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak. Pada tahun 1850 telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak baru dalam sejarah elevator yaitu penemuan elevator yang aman pertama di Dunia oleh Elisha Graves Otis. RIWAYAT ELEVATOR/LIFT Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867. Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah era Pencakar Langit. Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared pertama yang sangat sukses.
Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung” industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di Toronto. Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator. CARA KERJA ELEVATOR/LIFT Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun. Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”. Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor. Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik. RIWAYAT ESKALATOR
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator Co., yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step), dengan elevator). Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator pertama step type eskalator untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910. Dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985. CARA KERJA ESKALATOR Pendaratan/Landing Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates. Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat. Landasan penopang/Truss Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja. Lintasan Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasanlintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang.
LIFT PADA GEDUNG BERTINGKAT Posted by Muhammad Taufan
I. JENIS ELEVATOR / LIFT Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator) 2. Lift Barang ( Freight elevator ) 3. Lift Pelayan ( Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil ). Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Perbedaan yang nyata pada interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem pengamanan operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter sistem pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana.
Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan kebutuhan) dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu) maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri dari dua daun pintu atau lebih) Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menjadi semakin tipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang. Jenis Elevator / lift dilihat dari penggunaannya, adalah ; 1. Passenger Elevator. 2. Observation Elevator (Panoramic Elevator, Lift Capsul).
3. Service Elevator (passenger-freight elevator). 4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran). Observation elevator adalah jenis lift penumpang yang sebagian besar pada dindingnya atau pintunya dilengkapi dengan kaca. Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat melihat kearah luar. Lift jenis ini biasanya dipasang pada pertokoan atau hotel yang memiliki pemandangan yang bagus. II. KOMPONEN UTAMA ELEVATOR Komponen utama elevator terdiri dari 2 ( dua ) bagian besar , yaitu ruang mesin ( Machine Room ) dan ruang luncur ( Hoistway ).
1. Ruang mesin ( Machine Room )
Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana diruangan tersebut terjadinya semua proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Didalam ruang mesin terdapat beberapa alat penggerak elevator. 2. Motor penggerak Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN yang sangat berperan dalam pelaksanaan kerja elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan putar antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran per menit. Dengan kapasitas tegangan motor yang disesuaikan dengan kapasitas angkut .
Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic brake ) yang berfungsi menahan motor ketika kereta telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control) . Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin ( sheave ). Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu : A. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator). B. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator). Perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yaitu : No
Perbandingan
Traction Machine
Hydrolic
1.
Pelayanan
tidak terbatas
terbatas 20 meter
2.
Pemakaian
Lebih dari 80 start /stop perjam.
Terbatas 80 start /stop perjam
3.
Kecepatan
Tidak terbatas (1000m/menit)
Terbatas (maks 90 m/menit)
Jenis Lift Dengan Traction Motor Lift yang mempergunakan tarction motor dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Jenis Tarikan Langsung (Drum Type) 2. Jenis Tarikan Gesek (Traction Drive) 1. Drum Type Elevator Cara operasi lift jenis ini seperti crane-crane pada proyek kontruksi bangunan, dengan menggulung tali baja pada tabung gulung. Pemakaian jenis lift ini pada lift penumpang tidak terlalu populer seperti pada lift traksi jenis motor pully, hal ini disebabkan adanya beberapa keterbatasan dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini hanya dipergunakan untuk lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan (home elevator) dan (lift pelayan) dumbwaiter. Adapun kelemahan tersebut, antara lain : a. Kecepatan yang dapat dicapai secara teknis terbatas ( +/- 15 m/menit) b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg). c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros ( tanpa bobot imbang ). 2. Traction Type Elevator Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua ) penggolongan, yaitu : a. Dilihat dari segi mesin penggerak , dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu : a.1 Geared Elevator a.2 Gearless Elevator b. Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua (2) jenis, yaitu : b.1 Lift traksi motor AC b.2 Lift traksi motor DC Geared elevator dengan penggerak motor AC geared biasanya dipergunakan pada lift berkecepatan rendah dan sedang. Sebaliknya Gearless elevator dengan penggerak motor DC ( AC VVVF ) dipergunakan pada lift kecepatan tinggi. Pada umumnya lift jenis traksi meletakkan motor traksi dan panel control diatas ruang luncur (hoistway), namun demikian dalam beberapa kasus
tertentu penempatan motor traksi dan panel control ada yang diletakkan samping bawah atau disamping atas ruang luncur. Untuk mengatasi masalah dimana ketinggian bangunan yang terbatas. 3. Governor Governor adalah komponen penggerak utama dalam elevator, didalam governoor ini terdapat saklar yang berfungsi untuk menonaktifkan semua rangkaian sehingga otomatisasi elevator mati dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem, pengait rem ini berfungsi untuk menghentikan kawat selling dan kawat selling ini menarik rem yang ada di kereta elevator. 4. Panel Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel ini terdapat inverter motor dan program logic control yang berfungsi untuk mengatur geraknya elevator. 5. Ruang luncur Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi berbentuk lorong vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat beberapa komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin.
6. Kereta ( Sangkar )
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail.
Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula terdapat pendeteksi beban (switch overload) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh pengguna elevator. Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor stepper akan membuka pintu secara otomatis. Ada beberapa komponen pendukung kerja elevator antara lain seperti dibawah ini : 1. Saklar pintu ( door contact ) Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam komponen pengaman elevator. 2. Kunci pintu ( door lock ) Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat dibuka dari luar
3. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down ) Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan kereta elevator terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan. 7. Saklar Pintu Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah salah satu komponen yang termasuk penting dalam pengamanan elevator, cara kerja dari saklar pintu ( door contact ) ini adalah saklar di hubungkan kabel saklar pintu ( door contact ) tiap-tiap lantai secara seri. Apabila salah satu pintu dibuka secara sengaja maka elevator tidak akan bekerja, ini dikarenakan untuk keselamatan pengguna elevator atau bagian perawatan elevator. 8. Bobot imbang ( counterweight ) Bobot imbang atau counterweight biasanya terpasang dibelakang atau disamping kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Faktor-faktor yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan faktor keseimbangan. 9. Peralatan Pengaman ( Safety Device ) Peralatan pengaman safety device pada lift meliputi a. Circuit braker Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel control lift. Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current). b. Governoor Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika governor mendeteksi terjadinya overspeed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran roda pulley governoornya). Menjepit sling governor (catching).Secara mekanik bandul
governor akan menjepit sling overnor (rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift. c. Final limit switch (upper/bagian atas) Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit switch (upper) gagal beroperasi. d. Limit switch (upper/bagian atas) Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai tertingginya. e. Emergency exit (manhole) Penumpang dapat di evakuasasi dari dalam sangkar melalui manhole ini pada saat emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti. f. Emergency light (lampu emergency) Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika terjadi pemadaman sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan 15 menit. g. Safety gear/safety wedge Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor mendeteksi terjadinya over speed. h. Limit switch (Lower/bagian bawah) Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai terendahnya. i. Final limit switch (lower/bagian bawah) Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit switch
gagal beroperasi. j. Lubang kunci pintu luar Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency. k. Door lock switch Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running).Pintu hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti. l. Interphone Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building maintenance) di ruang mesin,ruang control atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau hal emergency. m. Safety shoe Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka kembali jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini. n. Weighing Device (pendeteksi beban) Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device ini mendeteksi beban sangkar yang berlebih.jika weighing device ini aktif pintu lift akan tetap terbuka sampai dengan sangkar di kurang bebannya. o. Apron Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level. p. Buffer Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak ke arah
paling bawah, buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan). 10. Lobi lift ( Lift Hall ): a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak didepan pintu hall lift. b. Tombol Lantai (Hall button ) adalah Tombol pemanggil kereta, di hall. c. Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button), berfungsi mematikan dan menjalankan lift. d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman control atau fireman operation. e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di transom masingmasing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta. 11. Konstruksi tali baja tarik Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat baja yang cukup kuat, tetapi cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik melalui roda. Batas patah elemen kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau 190kgf/mm2 (high content carbon steel). Konstruksi tali yang khas untuk lift terdiri dari 8 pintalan yang dililitkan bersama, arah kekiri ataupun kekanan dengan inti ditengah dari serat sisal manila henep, yang jenuh mengandung minyak lumas. Tiap-tiap pintalan terdiri dari 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat dan 9 lagi diantaranya. Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar dibuat dari baja "lunak" (130 kgf7mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda puli dari besi tuang, tanpa rnenimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering disebut atau ditulis 8x19 atau 8 x 9.9.1. FC (fibre core). Inti serat sisal dapat juga diganti dengan serat sintetis. Adapun tujuannya hanya sebagai bantalan untuk mempertahankan bentuk bulat tali dan memberikan pelumasan pada elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi inti serat diberi kode FC (fibre core), untuk membedakan dengan tali yang dilengkapi inti kawat baja atau kawat besi yang diberi kode IWC
(independent wire core). Yang tersebut terakhir tidak memberikan pelumasan dan tidak digunakan untuk lift karena tidak luwes. Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis yaitu : 1. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan arah lilitan dan strand 2. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan lilitan dan stand. Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil yaitu 0.1 % hanya dibanding dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli lebih kecil sehingga lebih awet dan lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku (menendang) saat mau dipasang. Lang lay dipakai untuk instalasi lift berkecepatan tinggi diatas 300 m/menit, dan jarak lintas diatas 200 m. Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas patah lebih kecil kira-kira 10% dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali berdiameter 13 mm, untuk regular lay batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay sebesar kira-kira 5800 kgf. Tali baja kompensasi Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali baja tarik, terutama pada instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35 meter dan lift dengan berkecepatan 210 m/menit keatas. Lift dengan lintas rendah sampai 35 m dan berkecepatan dibawah 210 m/menit menggunakan rantai gelang sebagai pengimbang berat tali baja tarik.
Salah satu manfaat penggunaan kompensasi berat atas tali baja ialah menjaga hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan kereta dapat terjadi saat bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena itu overhead harus diperhitungkan tingginya untuk cukup menampung tinggi ruang aman disamping lonjakan kereta setinggi setengah langkah peredam. Setelah terjadi Ionjakan, kereta akan jatuh kembali ke posisi menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan. Kejutan semacam itu juga dapat terjadi saat pesawat pengaman bekerja yaitu kereta meluncur overspeed kebawah tiba-tiba dihentikan, sehingga bobot irnbang
melonjak keatas sesaat dan kembali ke kedudukannya menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik.
Tali kompensasi mempunyai peranan meredam peristiwa lonjakan tersebut. Untuk mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada lift berkecepatan diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai penegang tali kompensasi. Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan besarannya tali kompensasi serta duduk pada rumah yang bebas naik-turun mengikuti ayunan, yang dipandu oleh sepasang rel vertikal.
Gerakan ayunan naik-turun rumah teromol tersebut perlu diredam dengan satu atau dua buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada kendaraan bermotor) yang diikat pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta agar tidak atau hampir tidak melonjak. Posisi kereta diujung atas dimulai dari tali kendor atau kecepatan Vo = 0, saat bobot imbang membentur penyangga dan terhenti. Tahapan berikutnya tegangan puncak tali terjadi saat tali baja tarik menahan kereta yang turun kembali dari lonjakan.
Jika tali kompensasi tidak dilengkapi dengan teromol penegang yang sesuai, dan peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan saklar pemutus arus, maka kereta dapat saja meloncat sampai membentur bagian bawah lantai kamar mesin, yaitu sesaat setelah bobot imbang membentur penyangga. Peristiwa ini sering disebut oleh teknisi lapangan sebagai peristiwa "jatuh keatas".
0 comments: Poskan Komentar
Penyambungan Rangkaian Motor On Off (interlock)
klik gambar untuk memperbesar atau mendownload
Rangkaian ini dikenal juga dengan istilah DOL Starter seperti artikel yang pernah saya bahas sebelumnnya. Sebelum melihat gambar penyambungan rangkaian motor On Off ini, anda sebaiknya membaca artikel saya yang berjudul InterLock Kontaktor.. disana anda akan menemukan penjelasan apa dan bagaimana cara kerja rangkaian ini, berikut juga wiring diagramnya. Di foto gambar penyambungan rangkaian motor On Off ini, saya menggunakan tegangan 380V pada kontrol pengendalinya. Artinya, disini saya menggunakan Kontaktor 380V agar lebih efisien. Nah... bagaimanakah wiring diagramnya bila menggunakan kontaktor 220V? (cari caranya sendiri yahh.. :P). Penyambungan Rangkaian Motor Star Delta (Bintang Segitiga)
klik gambar untuk memperbesar atau mendownload
Dalam penyambungan rangkaian motor star delta ini, mungkin sedikit agak berbeda dari wiring diagram yang ada pada artikel saya sebelumnya yaitu yang berjudul
Wiring Diagram Star Delta dan Pengaplikasian Kerja NO dan NC Proteksi Motor Listrik. Tetapi tidak akan menjadi masalah, karena prinsip kerjanya tetaplah sama. Disini saya menggunakan 1 tegangan pada rangkaian pengendalinya.. yaitu 220V untuk Kontaktor dan Timer. Khusus untuk timer, saya menggunakan Omron H3CRA8, 220V, yang mempunyai range 0~30 Jam. Selamat menikmati keruwetan gambarnya.. :) Penyambungan Rangkaian Motor Forward Reverse (bolak balik)
klik gambar untuk memperbesar atau mendownload
Pada gambar diatas, secara prinsipanya sama dengan wiring diagram yang terdapat pada artikel saya sebelumnya yang berjudul Wiring Diagram Motor Bolak Balik (Forward Reverse), hanya saja disini saya memasang NC dari thermal overload langsung pada koil kontaktor, dan NC dari K1 dan K2 yang terhubung dari NO tombol masing-masing. Silahkan untuk membandingkan wiring diagramnya dengan foto gambar penyambungannya diatas Prinsip kerjanya adalah, bila tombol fwd ditekan maka motor akan berputar kekanan. Untuk memutar balik putaran motor kekiri maka perlu ditekan terlebih dahulu tombol Off, baru bisa memutar kearah sebaliknya (kiri) dengan menekan tombol rev. Dan untuk mematikannya tekan tombol Off yang sama, karena fungsi tombol Off disini untuk memutuskan kedua fungsi kerja rangkaian. Penyambungan Rangkaian Motor Off dengan Timer
klik gambar untuk memperbesar atau mendownload
Rangkaian ini belum pernah saya bahas sebelumnya, tetapi bila anda jeli untuk mempelajari artikel-artikel tentang wiring diagram saya yang ada di blog ini, maka anda pasti akan menemukan prinsip dasar kerjanya. Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah, memutus kerja rangkaian kontaktor sesuai dengan waktu yang diinginkan secara otomatis dengan timer. Pada rangkaian ini, saya juga memasang tombol off sebagai pemutus rangkaian manual. Hal tersebut semata-mata hanya untuk menjaga kalau-kalau kerja rangkaian tersebut tidak sesuai yang diharapkan atau mengalami masalah (trouble). Penyambungan Rangkaian Motor Work Interchangeably (Kerja Bergantian)
klik gambar untuk memperbesar atau mendownload
Khusus untuk foto gambar rangkaian ini, saya mengadaptasikan kerja rangkaian lampu flip-flop seperti pada artikel saya sebelumnya yang berjudul Wiring Diagram
Rangkaian Lampu Flip Flop Menggunakan TDR (Timer), dengan hanya menggunakan 2 timer saja pada kerja rangkaiannya. Rangkaian ini bisa diaplikasikan pada rangkaian kerja motor sirkulasi, atau kerja motor induksi 3 phasa yang bekerja secara terus menerus. Pada sistem kerja seperti itulah rangkaian ini sangat dibutuhkan, agar motor induksi dapat diistirahatkan kerjanya. Karena pemakaian yang terlalu lama bisa juga mengurangi umur sebuah motor induksi. Prinsip kerjanya adalah, ketika tombol On ditekan maka motor 1 akan bekerja sesuai waktu yang diinginkan. Ketika telah mencapai waktunya, maka motor 1 akan mati dan bersamaan itu juga motor 2 akan bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dan begitu telah mencapai waktunya, maka motor 2 akan mati dan motor 1 akan menyala lagi sesuai ketetapan waktunya.. begitu seterusnya. Dan untuk mematikan kerja rangkaian ini, cukup dengan menekan tombol Off. Rangkaian ini menggunakan tegangan 220V pada rangkaian pengendalinya, artinya Timer, Relay dan Kontaktor menggunakan koil bertype 220V (perhatikan pengabelan yang berwarna hijau terang). Catatan
Motor Induksi 3Ø/380V diatas 5 HP, harus dihubung star delta. (atau baca dulu penjelasan tentang name plate-nya disini) Karena penampakan gambar rangkaian diweb browser ini amat terbatas, Anda disarankan untuk mendownload gambar-gambar yang ada dan mencetaknya dengan printer berwarna agar lebih jelas mempelajarinya.
Simbol - simbol gambar listrik untuk Single Line Diagram rangkaian pengendali.
Catatan: NO dan NC yang terdapat pada gambar adalah NO NC dari semua peralatan yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu: Kontaktor, Relay, Timer dan Tripper / Over Load. Tinggal bagaimana kita menamakannya, contoh: NOK, NCT, NOR atau NC OL.
Elevator & Eskalator Pada Perencanaan Instalasi Gedung Bertingkat October 22nd, 2009 • Related • Filed Under Jika kita mendirikan bangunan, bukan hanya keindahan tampak bangunan dan keserasian bangunan terhadap lingkungan yang harus kita perhatikan. Namun juga keamanan bangunan tersebut terhadap segala bencana yang dapat diakibatkan oleh kurang diperhatikannya perencanaan instalasi yang terdapat didalam bangunan tersebut. Selain itu juga harus diusahakan kemudahan bagi penyelamatan penghuni bila terjadi bencana. Setiap rencana instalasi dari bangunan yang akan dilaksanakan harus diteliti dahulu oleh seksi Instalasi dan Perlengkapan Bangunan/TPIB (Team Penasehat Instalasi dan Perlengkapan Bangunan). Beberapa macam Instalasi yang harus diperhatikan : 1. Instalasi Pemadam Kebakaran Sistem yang bisa digunakan antara lain :
Sistem Hydrant Sistem Sprinkler Sistem Fire Alarm
1. Instalasi Elevator & Eskalator Didalam perencanaan instalasi Elevator dan Eskalator, yang harus diperhatikan:
Pola lalu lintas orang dan barang disekitar dan didalam gedung harus diperhatikan Elevator penumpang, barang dan kebakaran harus terpisah Cara penanggulangan bila terjadi keadaan darurat.
1. Instalasi Air Buangan Didalam perencanaan instalasi air buangan, yang harus diperhatikan antara lain :
Sistem jaringan air kotor dan air hujan diluar bangunan Sistem pengelolaan air kotor Pengolahan air kotor tidak boleh mengganggu lingkungan sekitarnya.
1. Instalasi Listrik Didalam perencanaan instalasi listrik yang harus diperhatikan adalah :
Sakelar khusus ukuran (rating) pengaman jenis pengaman dan penampang kabel Penempatan generator genset Sumber tenaga yang digunakan PLN, atau pembangkit tenaga listrik sendiri.
1. Instalasi Plumbing
Didalam perencanaan instalasi plimbing yang harus diperhatikan adalah :
Sistem pemipaan air bersih Sistem pemipaan air limbah Sistem pemipaan air hujan Sistem pemipaan air limbah.
1. Instalasi Air Codition dan Refrigeration
Apabila harus terjadi kebakaran, AHU pada lokasi kebakaran harus mati secara otomatis berbarengan dengan fire alarm bekerja Faktor keamanan yang dipakai.
Dari sekian banyak instalasi gedung bertingkat yang harus diperhatikan, berikut ini akan sedikit diulas tentang instalasi alat transportasi vertikal pada gedung bertingkat. ALAT TRANSPORTASI VERTIKAL Suatu bangunan yang besar & tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara VERTIKAL. Sarana angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah :
Elevator (Lift). Eskalator Travelator / Moving walk
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke-13, tenaga manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak. Pada tahun 1850 telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak baru dalam sejarah elevator yaitu penemuan elevator yang aman pertama di Dunia oleh Elisha Graves Otis. RIWAYAT ELEVATOR/LIFT Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867. Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah era Pencakar Langit. Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared pertama yang sangat sukses. Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung” industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di Toronto. Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga tercipta
peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator. CARA KERJA ELEVATOR/LIFT Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun. Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”. Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor. Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik. RIWAYAT ESKALATOR Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator Co., yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step), dengan elevator). Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator pertama step type eskalator untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910. Dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985. CARA KERJA ESKALATOR Pendaratan/Landing Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates. Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat.
Landasan penopang/Truss Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja. Lintasan Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang. Diposkan 28th January o
InterLock Kontaktor / On Off Kontaktor Tweet More Sharing Services5
Sebelumnya klik disini untuk mempelajari simbol-simbol gambar teknik listrik. Lalu perhatikan gambar dibawah ini:
Apa
yang
akan
terjadi
ketika
tombol
ditekan?
Pada gambar terlihat Kontaktor dan Relay saling terhubung, tetapi pada Relay terlebih dahulu terhubung pada NO dari Kontaktor. Ketika tombol ditekan maka arus listrik akan mengalir ke koil Kontaktor dan mengalir juga pada Relay karena NO dari Kontaktor akan berubah menjadi NC dan mengalirkan arus listrik ke koil Relay. Akan tetapi ketika tombol di lepas maka kedua peralatan tersebut (Kontaktor dan Relay) akan mati dan tidak bekerja. Kesimpulannya: semua aktivitas kerja dua peralatan itu tergantung pada kerja tombol. Perhatikan
kembali
gambar
di
bawah
ini..
Pada gambar tersebut NO dari Kontaktor saya pindahkan dan diparalelkan dengan tombol, dan Relay pun menjadi paralel dengan Kontaktor. Maka ketika tombol ditekan maka arus listrik akan menghidupkan Kontaktor, selain itu perhatikan NO dari Kontaktor.. YAHHH... NO Kontaktor menjadi NC dan mengalirkan juga arus listrik dari sumber. Maka ketika tombol dilepaspun arus listrik tetap akan mengalir pada rangkaian. Kesimpulannya: arus listrik aka tetap mengalir pada rangkaian walaupun tombol dilepas. Lalu
bagaimana
mematikan
arus
listriknya?
perhatikan
gambar
dibawah
ini
Yahhh... hanya butuh tombol pemutus NC yang terhubung sebelum arus listrik ke tombol penghubung. Karena pemutusan arus listrik sesaatpun bisa memutuskan arus listrik pada rangkaian..
Kesimpulan: Rangkaian ini disebut juga rangkaian InterLock Kontaktor atau sering juga disebut DOL Starter. Rangkaian ini adalah rangkaian dasar dari semua sistem pengendali yang sangat pasti membutuhkan sebuah rangkaian untuk menghidup- matikan kan sebuah sistem pengendali kelistrikan.
Setelah pada artikel sebelumnya di sini yang membahas mengenai peralatan listrik rumah tinggal, maka artikel kali ini akan membahas lebih detail lagi mengenai satu peralatan instalasi listrik yang digunakan, yaitu plug dan socket. Plug dan socket listrik (dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan colokan dan stop-kontak) 2 pin awalnya diciptakan oleh Harvey Hubbell dan dipatenkan pada tahun 1904. Karya Hubbell ini pun menjadi rujukan pembuatan plug dan socket setelahnya dan menjelang tahun 1915 penggunaannya semakin meluas, walaupun pada tahun-tahun 1920an peralatan rumah serta komersial masih menggunakan socket lampu jenis screw-base Edison. Kemudian plug 3 pin diciptakan oleh Albert Büttner pada tahun 1926 dan mendapatkan hak paten dari badan paten jerman (DE 370538), karyanya tersebut dikenal dengan nama "schuko". Namun ada juga pencipta plug 3 pin ini, yaitu Philip F. Labre, semasa beliau masih menuntut ilmu di Sekolah Kejuruan Milwaukee (MSOE) dan mendapatkan hak paten dari amerika serikat pada 5 Juni 1928. Siapa pun penenmunya, penemuan plug atau colokan 3 pin ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, karena memperhatikan aspek keselamatan manusia, sehingga plug atau colokan listrik jenis ini menjadi standar dihampir semua negara sampai saat ini. Jenis-Jenis Plug dan Socket Jenis-jenis plug dan socket diklasifikasikan berdasarkan tegangan dan frekuensi yang digunakan pada suatu negara, sehingga dapat dikatakan hanya ada dua jenis yang berdasarkan klasifikasi ini, yaitu: • Untuk tegangan 110-220 volt pada frekuensi 60 hz • Untuk tegangan 220-240 volt pada frekuensi 50 hz ada juga beberapa negara yang menggunakan plug dan socket untuk keduanya, lihat peta penggunaan tegangan dan frekuensi listrik di dunia dibawah ini. (klik gambar untuk melihat peta lebih besar lagi)
Sedangkan berdasarkan pengamannya plug dan socket diklasifikasikan menjadi: • Tanpa pembumian, ungrounded. Biasanya untuk plug yang 2 pin, dan menurut standar IEC merupakan class-II • Dengan pembumian, Grounded. Biasanya untuk plug yang 3 pin, dan menurut standar IEC merupakan class-I • Dengan pembumian dan sekering, Grounded and fuse. Biasanya untuk plug yang 3 pin.
Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi diatas, maka plug dan socket setiap negara dapat berbeda-beda, dan secara umum jenis dan standar dari plug dan socket adalah: 1. Jenis A
• 2 pin dengan standar NEMA 1–15 (North American 15 A/125 V ungrounded) plug jenis A juga dapat digunakan pada socket jenis B. • JISC 8303, Class II (Japanese 15 A/100 V ungrounded) merupakan standar plug dan socket di jepang yang mirip dengan plug dan socket jenis A, dan juga harus lulus uji dari MITI (Ministry of International Trade and Industry) dan JIS (Japanese Industrial Standards).
2. Jenis B
• 3 pin dengan standar NEMA 5–15 (North American 15 A/125 V grounded), merupakan plug dan
socket standar di amerika utara (Canada, Amerika Serikat dan Mexico), juga digunakan di Amerika tengah, Karibia, Colombia, Ecuador, Venezuela dan sebagian Brazil, Jepang, Taiwan dan Saudi Arabia • 3 pin dengan standar NEMA 5–20 (North American 20 A/125 V grounded), digunakan untuk instalasi rumah tanggal mulai tahun 1992, dengan slot socket model T. • JIS C 8303, Class I (Japanese 15 A/100 V grounded) 3. Jenis C • CEE 7/16 (Europlug 2.5 A/250 V ungrounded), Plug ini biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi class II (ungrounded). Plug ini adalah salah satu plug internasional yang paling banyak digunakan karena cocok dengan soket apapun yang bisa menerima kontak 4.0 – 4.8 mm dengan jarak pisah 19 mm. Plug ini bisa digunakan di semua negara-negara Eropa kecuali Inggris dan Irlandia (karena Inggris/Irlandia punya standar tersendiri). Tapi penggunaan plug ini secara umum memang terbatas untuk penggunaan aplikasi-aplikasi Class II yang memerlukan arus di bawah 2,5 A dan unpolarized.
• CEE 7/17 (German/French 16 A/250 V ungrounded), ukurannya hampir sama dengan tipe E dan F, pada plug nya dilapisi dengan karet atau plastik. Digunakan juga di korea selatan untuk peralatan listrik yang tidak dibumikan dan di italia di kategorikan dengan Italian standard CEI 23-5
• BS 4573 (UK shaver), digunakan di Inggris untuk kegunaan alat-alat cukur atau shaver yang ada di kamar mandi. Jarak antar pin 5,08 mm dengan panjang pin 15,88 mm dan telah digunakan di inggris sejak tahun 1960an.
• Soviet plug (6 A/250 V ungrounded), hampir sama dengan French type E dan CEE7/17
4. Jenis D
• BS 546 (United Kingdom, 5 A/250 V grounded), equivalent to IA6A3 (India), rated at 6A / 250V • BS 546 (United Kingdom, 15 A/250 V grounded), equivalent to IA16A3 (India) & SABS 164 (South Africa), rated at 16A / 250V 5. Jenis E
CEE 7/5 (French type E) 6. Jenis F
• CEE 7/4 (German "Schuko" 16 A/250 V grounded) • Gost 7396 (Russian 10 A/250 V grounded) 7. Jenis E/F Hybrid
CEE 7/7 (French/German 16 A/250 V grounded) 8. Jenis G
BS 1363 (British 13 A/230-240 V 50 Hz grounded and fused), equivalent to IS 401 & 411 (Ireland), MS 589 (Malaysia) and SS 145 (Singapore), SASO 2203 (Saudi Arabia) 9. Jenis H
• SI 32 (Israeli 16 A/250 V grounded) • Thai 3 pin plug TIS166-2549 (2006) 10. Jenis I
• AS/NZS 3112 (Australasian 10 A/240 V) • CPCS-CCC (Chinese 10 A/250 V)
• IRAM 2073 (Argentinian 10 A/250 V) 11. Jenis J
SEV 1011 (Swiss 10 A/250 V) 12. Jenis K
Section 107-2-D1 (Danish 13 A/250 V earthed) 13. Jenis L • CEI 23-16/VII (Italian 10 A/250 V and 16 A/250 V) • CEI 23-16/VII (Italian 10 A/250 V) • CEI 23-16/VII (Italian 16 A/250 V) 14. Jenis M BS 546 (South African 15 A/250 V) 15. Belum Mendapatkan kategori IEC 60906-1 (Brazilian 10 A and 20A /250 V) Kesimpulan: Ada 14 pola standar plug dan socket yang digunakan di seluruh dunia, baik untuk aplikasi-aplikasi Class I (grounded) maupun Class II (ungrounded), dengan rating arus berkisar 2,5 – 16 A. Standarstandar tersebut adalah standar-standar Amerika Serikat, Amerika Utara, Argentina, Australia, Daratan Eropa, Europlug, Cina, Denmark, India/Afrika Selatan, Israel, Itali, Jepang, Swiss, dan Inggris/Irlandia. Peta dibawah akan menjelaskan mengenai Negara-negara didunia dan jenis plug & socket yang digunakan
Kontrol Star Delta Motor AC 3 Phasa
Kontrol Star Delta
Apa yang anda ketahui tentang kontrol star delta? Seperti namanya, secara garis besar starter wye-delta bekerja dengan dua tahap Awalnya motor berjalan dengan rangkaian belitan wye (Y) Setelah beberapa saat, motor melepas rangkaian belita wye dan beroperasi dengan belitan delta. Jenis kontrol star-delta atau wye-delta cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan arus starting lebih rendah ketimbang saat menggunakan starter DOL.
Bagaimana kontrol dari starter wye-delta? Berikut gambaran sederhananya.
Kontrol Star Delta Motor AC 3 Phasa
Cara Kerja Kontrol Star Delta Dalam operasinya, kontaktor utama K3 dan kontaktor bintang K1 awalnya akan energized kemudian setelah beberapa waktu kontaktor bintang akan de-energized digantikan oleh kontaktor delta K2. Kontrol kapan aktifnya kontaktor-kontaktor ini diatur oleh timer K1T yang waktunya bisa diatur. Hubungan bintang dan delta akan diproteksi dari potensi aktif pada saat yang bersamaan dengan menggunakan interlok anak kontak masing-masing terhadap lawannya. Kerja rangkaian starter star-delta adalah sebagai berikut:
Kondisi OFF. Semua kontaktor belum aktif dan anak kontaknya masih di posisi normalnya. Kondisi bintang. Kontaktor Utama K3 dan bintang K1 akan aktif dengan kontaktor delta tidak aktif. Belitan motor akan terhubung bintang dengan konsumsi arus sekitar 1/3 dari arus DOL. Kondisi terbuka. Kontaktor utama masih tertutup sedangkan kontaktor delta dan bintang terbuka. Tegangan sudah ada di salah satu ujung belitan motor (misal: U1, V1, W1) sementara yang lain masih terbuka sehingga belum ada aliran arus. Motor telah berputar dan beraksi sebagai generator. Kondisi delta. Kontaktor Utama K1 dan delta K2 aktif sementara kontaktor K1 tidak aktif. Motor akan terhubung delta mendapatkan tegangan dan daya serta torsi penuh dari supply.
Hubungan bintang delta atau star-delta atau wye-delta ini memang cukup digemari sebagai pilihan aplikasi yang membutuhkan konsumsi arus yang kecil beberapa saat awal motor dihidupkan namun memiliki suatu kelemahan yang membuatnya kurang menjadi pilihan setelah adanya pengembangan reduced voltage starter yang leibh lebih baik seperti soft starter. Satu-satunya alasan pemilihan jenis starter ini adalah biaya yang lebih murah dibandingkan reduced voltage starter lainnya. Umumnya motor listrik memiliki nilai arus starting yang menakjubkan besarnya sekitar empat hingga tujuh kali dari nilai ratingnya. Rangkaian pengurangan tegangan adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah motor dapat bekerja tanpa trip dini.
Kenapa arus starting star-delta bisa lebih kecil dari DOL? Arus starting motor listrik biasanya adalah sekitar empat hingga tujuh kali lebih besar dari arus nominalnya. Kenapa? Karena motor listrik membutuhkan torsi awal yang besar agar dapat melawan inersianya dan inersia bebannya dari keadaan diam. Torsi adalah proporsional dengan kuadrat fluks. Fluks adalah perbandingan tegangan dan frekuensi. Tegangan memiliki hubungan sebanding dengan arus. Pada akhirnya, torsi besar berarti akan membutuhkan konsumsi arus yang besar juga. Nah, berikut adalah pembuktian singkat mengapa arus starting star-delta lebih kecil daripada saat DOL.
Perbandingan Arus Starting Star Delta
Kelihatan dari penurunan persamaan-persamaan di atas bahwa arus star adalah tiga kali lebih kecil dari arus deltanya (rangkaian DOL). Ini juga menandakan bahwa torsi awal saat star akan lebih kecil 1/3 daripada DOL (saat rangkaian delta). Satu dari beberapa hal yang perlu diingat sebelum memutuskan untuk memilih starter stardelta adalah pastikan bahwa pengurangan torsi karena rangkaian star saat starting masih memungkinkan beban bisa diputar oleh motor listrik. Kontrol ini kurang ekonomis untuk beban yang membutuhkan torsi awal besar dari 40% karena kita harus menggunakan frame size yang lebih besar dari seharusnya.
Mengenal peralatan instalasi listrik rumah tinggal 00:39 Dunia Listrik No comments
Anda pasti sudah mengenal peralatan listrik yang terpasang dirumah anda seperti sakelar, stop kontak, steker, sekering dan lainnya. Dan untuk anda yang awam dengan dunia listrik, artikel kali ini akan mengajak anda untuk mengenal fungsi dan jenis peralatan listrik tersebut secara umum. Pengenalan peralatan listrik instalasi listrik rumah tinggal ini akan dimulai dengan Bargainser. BARGAINSER Bargainser merupakan alat yang berfungsi sebagai pembatas daya listrik yang masuk ke rumah tinggal, sekaligus juga berfungsi sebagai pengukur jumlah daya listrik yang digunakan rumah tinggal tersebut (dalam satuan kWh). Ada berbagai batasan daya yang dikeluarkan oleh PLN untuk konsumsi rumah tinggal, yaitu 220 VA, 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA.
Pada bargainser terdapat tiga bagian utama, yaitu: - MCB atau Miniature Circuit Breaker, berfungsi untuk memutuskan aliran daya listrik secara otomatis jika daya yang dihantarkan melebihi nilai batasannya. MCB ini bersifat on/off dan dapat juga berfungsi sebagai sakelar utama dalam rumah. Jika MCB bargainser ini dalam kondisi off, maka seluruh aliran listrik dalam rumah pun terhenti. Sakelar ini biasanya dimatikan pada saat akan dilakukan perbaikan instalasi listrik dirumah. - Meter listrik atau kWh meter, alat ini berfungsi untuk mengukur besaran daya yang digunakan oleh rumah tinggal tersebut dalam satuan kWh (kilowatt hour). Pada bargainser, meter listrik berwujud deretan angka secara analog ataupun digital yang akan berubah sesuai penggunaan daya listrik. - Spin Control, merupakan alat kontrol penggunaan daya dalam rumah tinggal dan akan selalu berputar selama ada daya listrik yang digunakan. Perputaran spin control ini akan
semakain cepat jika daya listrik yang digunakan semakin besar, dan akan melambat jika daya listrik yang digunakan berkurang/sedikit. Pada kanal output Bargainser biasanya terdapat 3 kabel, yaitu kabel fasa, kabel netral dan kabel ground yang dihubungkan ketanah. Listrik dari PLN harus dihubungkan dengan bargainser terlebih dahulu sebelum masuk ke instalasi listrik rumah tinggal. PENGAMAN LISTRIK Instalasi listrik rumah tinggal pun membutuhkan pengaman yang berfungsi untuk memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi gangguan pada instalasi listrik rumah tinggal tersebut, seperti gangguan hubung singkat atau short circuit atau korsleting. Terdapat dua jenis pengaman listrik pada instalasi listrik rumah tinggal, yaitu: - Pengaman lebur biasa atau biasa disebut sekering, alat pengaman ini bekerja memutuskan rangkaian listrik dengan cara meleburkan kawat yang ditempatkan pada suatu tabung apabila kawat tersebut dialairi arus listrik dengan ukuran tertentu. - Pengaman listrik thermis, biasa disebut MCB dan merupakan alat pengaman yang akan memutuskan rangkaian listrik berdasarkan panas .
SAKELAR Sakelar atau switch merupakan komponen instalasi listrik yang berfungsi untuk menyambung atau memutus aliran listrik pada suatu pemghantar. Berdasarkan besarnya tegangan, sakelar dapat dibedakan menjadi: - sakelar bertegangan rendah. - Sakelar tegangan menengah. - Sakelar tegangan tinggi serta sangat tinggi.
Sedangkan berdasarkan tempat dan pemasangannya, sakelar dapat dibedakan menjadi : - Sakelar in-bow, sakelar yang ditanam didalam tembok. - Sakelar out-bow, sakelar yang dipasang pada permukaan tembok. Jenis sakelar berikutnya dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu: - Sakelar on-off, merupakan sakelar yang bekerja menghubungkan arus listrik jika tombolnya ditekan pada posisi on. Untuk memutuskan hubungan arus listrik, tombol sakelar harus
ditekan pada posisi off. Sakelar jenis ini biasanya digunakan untuk sakelar lampu. - Sakelar push-on, merupakan sakelar yang menghubungkan arus listrik jika tombolnya ditekan pada posisi on dan akan secara otomatis memutus arus listrik, ketika tombolnya dilepas dan kembali ke posisi off dengan sendirinya. Biasanya sakelar jenis ini digunakan untuk sakelar bel rumah. Berdasarkan jenis per-unitnya, sakelar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: - Sakelar tunggal, merupakan sakelar yang hanya mempunyai satu buah kanal input yang terhubung dengan sumber listrik, serta kanal output yang terhubung dengan beban listrik/alat listrik yang digunakan. - Sakelar majemuk, merupakan sakelar yang memiliki satu buah kanal input yang terhubung dengan sumber listrik, namun memiliki banyak kanal output yang terhubung dengan beberapa beban/alat listrik yang digunakan. Jumlah kanal output tergantung dari jumlah tombol pada sakelar tersebut.
STOP KONTAK Stop kontak, sebagian mengatakan outlet, merupakan komponen listrik yang berfungsi sebagi muara hubungan antara alat listrik dengan aliran listrik. Agar alat listrik terhubung dengan stop kontak, maka diperlukan kabel dan steker atau colokan yang nantinya akan ditancapkan pada stop kontak. Berdasarkan bentuk serta fungsinya, stop kontak dibedakan menjadi dua macam, yaitu: - Stop kontak kecil, merupakan stop kontak dengan dua lubang (kanal) yang berfungsi untuk menyalurkan listrik pada daya rendah ke alat-alat listrik melalui steker yang juga berjenis kecil. - Stop kontak besar, juga nerupakan stop kontak dengan dua kanal AC yang dilengkapi dengan lempeng logam pada sisi atas dan bawah kanal AC yang berfungsi sebagai ground.sakelar jenis ini biasanya digunakan untuk daya yang lebih besar.
Sedangkan berdasarkan tempat pemasangannya. Dikenal dua jenis stop kontak, yaitu: - Stop kontak in bow, merupakan stop kontak yang dipasang didalam tembok. - Stop kontak out bow, yang dipasang diluar tembok atau hanya diletakkan dipermukaan tembok pada saat berfungsi sebagai stop kontak portable.
STEKER Steker atau Staker atau yang kadang sering disebut colokan listrik, karena memang berupa dua buah colokan berbahan logam dan merupakan alat listrik yang yang berfungsi untuk menghubungkan alat listrik dengan aliran listrik, ditancapkan pada kanal stop kontak sehingga alat listrik tersebut dapat digunakan.
Berdasarkan fungsi dan bentuknya, steker juga memliki dua jenis, yaitu: - Steker kecil, merupakan steker yang digunakan untuk menyambung alat-alat listrik berdaya rendah, misalnya lampu atau radio kecil, dengan sumber listrik atau stop kontak. - Steker besar, merupakan steker yang digunakan untuk alat-alat listrik yang berdaya besar, misalnya lemari es, microwave, mesin cuci dan lainnya, dengan sumber listrik atau stop kontak. Steker jenis ini dilengkapi dengan lempeng logam untuk kanal ground yang berfungsi sebagai pengaman. Untuk mengetahui lebih jauh tentang PLUG dan SOCKET ini, silahkan membaca artikelnya di sini. KABEL Kabel listrik merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menghantarkan energi listrik ke sumber-sumber beban listrik atau alat-alat listrik. Untuk instalasi listrik rumah tinggal, kabel yang digunakan biasanya berjenis sebagai berikut: - NYA, kabel jenis ini merupakan kabel listrik yang berisolasi PVC dan berintikan/berisi satu kawat. Jenisnya adalah kabel udara atau tidak ditanam dalam tanah. Kabel listrik ini biasanya berwarna merah, hitam, kuning atau biru. Isolasi kawat penghantarnya hanya satu lapis, sehingga tidak cukup kuat terhadap gesekan, gencetan/tekanan atau gigitan binatang seperti tikus. Karena kelemahan pada isolasinya tersebut maka dalam pemasangannya diperlukan pelapis luar dengan menggunakan pipa conduit dari PVC atau besi.
- NYM, merupakan kabel listrik yang berisolasi PVC dan berintikan kawat lebih dari satu, ada yang 2, 3 atau 4. Jenis kabel udara dengan warna isolasi luar biasanya putih dan warna isolasi bagian dalam beragam, karena isolasi yang rangkap inilah maka kabel listrik NYM ini relative lebih kuat terhadap gesekan atau gencetan/tekanan. - NYY, kabel listrik jenis ini merupakan kabel berisolasi PVC, berintikan 2, 3 atau 4 dengan warna isolasi luarnya hitam. Jenis kabel tanah, sehingga tahan terhadap air dan gencetan atau tekanan. - NYMHYO, kabel jenis ini merupakan kabel serabut dengan dua buah inti yang terdiri dari dua warna. Kabel jenis ini biasa digunakan pada loudspeaker, sound sistem, lampu-lampu berdaya kecil sampai sedang.
Name Plate Motor 3 Phasa (umum) Tweet More Sharing Services6 Pada umumnya name plate pada motor induksi 3 phasa terdapat hal hal penting tentang klasifikasi motor itu sendiri. Tetapi hal yang paling dasar yang perlu kita ketahui adalah Tegangan (Volt), Horse Power (HP), daya (KVA), kecepatan (RPM) dan juga wiring inputnya. Dalam kesempatan ini saya hanya akan membahas tentang tegangan dan wiring input yang terdapat pada name plate-nya saja, atau bagaimana cara membaca name plate secara umum. Karena saya sering menjumpai pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hal ini.
Volts
:
380V
Motor induksi 3 phasa yang standard digunakan di Indonesia adalah motor induksi 3 phasa untuk tegangan 380V saja, dan biasanya pada salah satu bagian name plate nya tertulis "Volts : 380V". Untuk motor induksi 3 phasa yang berdaya diatas 5 HP harus dihubung dengan rangkaian kontaktor Star Delta, dan untuk motor induksi yang berkapasitas dibawah 5 HP bisa langsung dihubung Star (bintang) atau Delta (segitiga) dengan sebuah rangkaian interlock kontaktor (klik disini bagaimana cara penyambungannya). Perhatikan contoh foto name plate 380V dibawah ini..
contoh gambar name plate motor 380V
gambar ilustrasi umum gulungan motor 3 phasa Pada motor ber name plate seperti ini, saat hubung start menggunakan suplay tegangan 380V, namun masing-masing phasanya hanya menerima 220V, dan pada saat hubung delta phasanya akan menerima 380V. Maka rating motornya untuk delta adalah 380V, dan rating perphasanya (tegangan kerja)-nya adalah 380V.
Volts
:
220V/380V
Untuk motor induksi 3 phasa yang ber-name plate 220V/380V ini, tidak dapat digunakan pada rangkaian kontaktor hubung Star Delta. Motor induksi 3 phasa jenis ini menunjukkan kalau motor yang terhubung Delta (segitiga) tegangan suplaynya harus bertegangan 220 Volt 3Ø, dan kalau terhubung Star (bintang) tegangan suplaynya haruslah bertegangan 380 Volt 3Ø. Perhatikan contoh foto name plate 220/380Vdibawah ini..
contoh gambar name plate motor 220/380V
gambar pengkabelan motor 220V/380V Hal itu disebabkan rating perphasa (tegangan kerja) motor tersebut adalah 220V. Jadi motor yang mempunyai name plate 220/380V seperti foto name plate diatas, tidak bisa dihubung Star Delta dikarenakan tegangan kerjanya yang berbeda. Motor 3 phasa jenis ini, pada umumnya mempunyai daya yang kecil atau lebih kurang dibawah 10 HP yang mempunyai kisaran Arus kerja maksimal ± 7 amper. Karena itulah motor jenis ini sangat aman bila langsung dihubung Star (bintang) dengan sebuah rangkaian interlock kontaktor, pada tegangan kerja 380V 3Ø.
Volts
:
220V/380V/440V/660V
Khusus untuk motor yang mempunyai name plate seperti ini terdapat keistimewaan dalam hal gulungannya, karena terdapat 12 buah kabel input dan bisa dioperasikan pada 4 macam tegangan input yaitu 220V, 380V, 440V dan 660V. Dapat dilihat ilustrasinya pada gambar dibawah ini:
gbr. ilustrasi gulungan motor 3 phasa 12 kabel Dan sistem pengkabelan-nya pun bervariasi, seperti pada gambar dibawah ini:
gbr. pengkabelan motor 3 phasa 12 kabel Demikian saja penjelasan dari saya untuk pembahasan seputar name plate yang umum terdapat dan digunakan di Indonesia. Sebenarnya masih banyak hal yang perlu dibahas seputar name plate motor induksi 3 phasa ini. Namun sebagai pengetahuan dasar umum kelistrikan industri, saya rasa semua hal yang telah dijelaskan diatas sudahlah cukup. Terutama untuk mempelajari semua artikel saya selanjutnya di blog ini.
Panel Listrik Genset ATS – AMF July 23, 2013
Panel genset ATS -AMF Panel Genset A.M.F – A.T.S (Automatic start and stop Genset). Fungsi Dari A.M.F(Automatic Main Failure) Adalah:
Fungsi A.T.S (Automatic Transfer Switch) Adalah secara otomatis Membuka Supply listrik dari genset dan menutup suplay listrik dari PLN
membuka supply listrik dari PLN dan Menutup supply listrik dari genset secara otomatis ketika listrik dari PLN Menyala kembali
Panel Listrik LVMDP July 23, 2013
Panel Listrik LVMDP Fungsi dari low Voltage main distribution panel (LVMDP) adalah
sebagai panel penerima daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel Low voltage sub distribution (LVSDP), Menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded case Circuit Breakers.
sedangkan fungsi Low voltage sub distribution (LVSDP) adalah
mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical.
Pengenalan Sistem Instalasi Elevator (Lift)
3 Votes
Elevator Sistem Motor Traksi Desain Elevator ini menggunakan motor listrik, tali, dan counterweight bukan peralatan hidrolik. Rel panduan utama sudah terpasang pada setiap sisi kotak penumpang (box) dan sepasang tambahan rel penyeimbang terletak pada satu sisi atau di belakang. Mesin diarahkan, bersama dengan peralatan drive terkait, umumnya terletak di atas hoistway di ruang mesin penthouse. Dalam beberapa situasi terbatas, dapat terletak di sebelah hoistway pada pendaratan lebih rendah. Pengaturan yang terakhir ini disebut sebagai traksi basement.
Motor digerakan oleh listrik AC atau DC. Mesin roda gigi cacing untuk mengontrol gerakan mekanik kabin lift dengan “rolling” baja hoist tali melalui puli katrol penggerak yang melekat ke gearbox digerakkan oleh motor kecepatan tinggi. Mesin ini umumnya pilihan terbaik untuk bangunan tinggi yang menyediakan ruang bawah tanah dan penggunaan traksi overhead untuk kecepatan hingga 500 ft / menit (2,5 m / s)memungkinkan kontrol kecepatan yang akurat dari motor, untuk kenyamanan penumpang, sebuah kerekan DC motor didukung oleh AC / DC motor-generator (MG) adalah seperangkat solusi yang diinginkan dalam lalu lintas tinggi instalasi lift selama beberapa dekade . MG set juga biasanya didukung pengontrol relay dari lift, yang memiliki keuntungan tambahan elektrik mengisolasi lift dari seluruh sistem listrik sebuah bangunan, sehingga menghilangkan lonjakan daya sementara dalam pasokan listrik bangunan yang disebabkan oleh motor start dan stop (menyebabkan redup pencahayaan setiap kali lift digunakan misalnya), serta gangguan pada peralatan listrik lain yang disebabkan oleh lengkung dari kontaktor relay di sistem kontrol. Mesin traksi gearless Mesin traksi dengan roda non gigi, putaran torsi motor listrik didukung baik oleh AC atau DC. Dalam hal ini, puli katrol penggerak langsung melekat ke ujung motor. Lift traksi gearless dapat mencapai kecepatan hingga 2.000 ft / menit (10 m / s), atau bahkan lebih
tinggi. Rem listrik terpasang antara motor dan drive sheave (atau gearbox) untuk menahan lift diam di lantai. Rem ini biasanya tipe Drum eksternal dan digerakkan oleh gaya pegas dan ditahan terbuka elektrik, listrik mati akan menyebabkan rem untuk bekerja dan mencegah lift jatuh (lihat keselamatan melekat dan teknik keamanan). DC Motors yg digunakan pada Elevator
M-G Set (motor/generator)
Sebuah motor-generator (MG set atau dynamotor untuk dinamo-motor) adalah perangkat untuk mengkonversi daya listrik ke bentuk lain. Motor-generator set yang digunakan untuk mengkonversi frekuensi, tegangan, atau fase. Satu set motor generator yang dapat terdiri dari 2 motor yang berbeda yg digabungkan bersama-sama, satu unit motor-generator memiliki dua kumparan rotor dari motor dan pembangkit sekitar rotor tunggal, dan kedua kumparan berbagi bidang yang sama atau magnet.
The Silicon-Controlled Rectifier (SCR) –DC
Kecepatan motor DC dapat dikendalikan dengan menggunakan SCR di AC sirkuit seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. A dan B SCR penyearah, tegangan o / p transformator T1 dan mengaplikasikan tegangan DC berdenyut ke gulungan dinamo dan penyearah “C” memasok tegangan mirip dengan motor berliku lapangan. O / p dari SCR penyearah dapat dikendalikan dengan mengendalikan arus masuk ke gerbang SCR. Jadi, cara SCR ini dapat beroperasi pada berbagai tingkat konduksi dengan menerapkan tegangan bervariasi ke dinamo motor, cara ini dapat megendalikan kecepatan motor DC. Jika perilaku SCR untuk jangka waktu yang lama tegangan lebih diterapkan ke gulungan dinamo dan kecepatan meningkat motor. Untuk kasus berikutnya tindakan, operasi akan menjadi sebaliknya dengan yg dpt tembus.
PWM-DC
Metode Pulse Width Modulation (PWM) adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (biasanya max 10 KHz) namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC. Untuk menjalankan motor DC dengan PWN tidak dapat digunakan relay, melainkan harus digunakan rangkaian driver motor DC lainnya. Rangkaian ini yang paling sederhana berupa transistor yang disusun secara Darlington. Apabila diinginkan motor DC dapat bergerak 2 arah, maka diperlukan menyusun rangkaian H-Bridge. Selain transistor, dapat juga digunakan IC driver motor DC khusus. Anda dapat juga menggunakan modul driver motor DC yang siap pakai untuk mikrokontroler. AC Motors
Variable Voltage V V V F Inv. (V/Hz) Open/Closed Loop Vector Control Inv. Open/Closed Loop Synchronous PM Inv. Closed Loop Regen or Non-Regen
Kontrol Elevator Lift pada awalnya tidak memiliki posisi pendaratan otomatis. Lift dioperasikan oleh operator lift menggunakan kontroler motor. Kontroler ini terkandung dalam wadah silinder tentang ukuran dan bentuk wadah kue dan ini dioperasikan melalui pegangan memproyeksikan. Hal ini memungkinkan kontrol atas energi yang dipasok ke motor (terletak di bagian atas poros lift atau di samping bagian bawah poros lift) dan sebagainya memungkinkan lift yang akan akurat diposisikan – jika operator itu cukup terampil. Lebih biasanya operator harus “jogging” kontrol untuk mendapatkan lift yang cukup dekat dengan titik pendaratan dan kemudian mengarahkan penumpang keluar dan masuk untuk “melihat langkah”. Beberapa lift barang tua dikendalikan oleh switch dioperasikan dengan menarik tali yang berdekatan. Keselamatan Interlocks memastikan bahwa pintu dalam dan luar ditutup sebelum lift diperbolehkan untuk bergerak. Sebagian besar lift yang dikendalikan secara manual yang lebih tua telah dipasang dengan kontrol otomatis atau semi-otomatis. Lift otomatis mulai muncul pada awal 1930-an . Sistem elektromekanis ini menggunakan sirkuit logika relay untuk mengontrol kecepatan, posisi dan operasi pintu elevator atau kabin dari lift. Sistem Otis Autotronik dari awal 1950-an membawa sistem prediksi awal yang dapat mengantisipasi pola lalu lintas dalam bangunan untuk menyebarkan gerakan lift dengan cara yang paling efisien. Relay yang dikendalikan sistem lift tetap umum sampai tahun 1980-an, dan penggantian bertahap sistem ini dengan solid-state kontrol berbasis mikroprosesor yang sekarang menjadi standar industri lift.
HARDWIRED CIRCUITS Pada perancangan perangkat keras lift terdapat banyak komponen elektronika untuk dapat membangun sebuah sistem lift. Komponen – komponen yang dibutuhkan dalam membangun sistem lift ini dibutuhkan beberapa jenis sensor dan komponen – komponen elektronika lainnya. Berikut komponen yang digunakan pada sistem lift serta rangkaian elektronika untuk mengkontrol perangkat keras antara lain :
Kontrol Tombol Kontrol Driver Motor DC dan Motor DC Gear Kontrol Penstabil Tegangan (Regulator) Power On Reset Kontrol Alarm Sensor Limit Switch
BRAKE CONTROL Lift menggabungkan beberapa fitur keamanan untuk mencegah kabin menabrak bagian bawah shaft. Pengaman diinstal pada kabin bisa mencegah jenis kecelakaan yg terjadi ketika rem motor gagal atau tali kawat cangkang tiba2 putus Namun, desain yang melekat pada pengaman kabin dibuat untuk tidak berlaku ke arah atas. Dalam arah ke atas, rem motor diperlukan untuk menghentikan kabin ketika kondisi darurat terjadi. Dalam operasi normal, rem motor hanya berfungsi sebagai rem parkir untuk menahan kabin saat berhenti. Namun, ketika kondisi darurat terdeteksi, desain kontrol lift sistem moderen hanya mengandalkan rem motor untuk menghentikan kabin. Electrical Braking (Rem pada Motor Electric)
DC injection braking.
Plugging.
Eddy current braking.
Dynamic resistor braking.
Regenerative braking.
GOVERNOR ROPE MONITOR Tali governor pada lift disediakan dengan rem tambahan yang merupakan rem fail safe dan yang beroperasi untuk menghentikan gerakan tali governor ketika mobil lift bergerak dari pendaratan dengan pintu terbuka. Rem ini mencakup dua rahang gripper tali di ruang mesin di bawah sheave governor, yang rahang diadakan jauh dari tali governor oleh solenoid selama listrik tersedia untuk memberi energi solenoida. Bila catu daya ke solenoida terganggu, rahang yang dirilis jatuh oleh gravitasi terhadap satu sama lain untuk pegangan tali governor. Rem mobil darurat dengan demikian tersandung dan pergerakan mobil berhenti. Rem juga dapat diberikan untuk mengendalikan tali penyeimbang governor. BACK OUT OF OVER TRAVEL SWITCH Overtravel (posisi di luar jarak pengoperasian) aktif aktuasi kadang-kadang terjadi pada lift tambang. Banyak faktor dapat menyebabkan hal ini terjadi seperti perubahan suhu, overloading dari alat angkut, peregangan tali, atau berhenti darurat. Limit switches, peralatan ini dipasang pada lantai paling bawah dan paling atas. Peralatan ini untuk mencegah terjadinya over travel lift baik saat lift naik maupun saat lift turun. CABIN AND COUNTERWEIGHT BUFFER SWITCHES (Penyanggah Ruang Kabin)
gbr.penyanggah ruang kabin DOOR SAFETY SWITCH Peralatan ini dipasang terintegrasi dengan door lock device, peralatan ini bekerja secara electrical, apabila pintu dibuka maka lift tidak akan dapat difungsikan untuk jalan.
Prinsip Kerja Elektro Mekanis Magnetik (dasar NO & NC) Tweet More Sharing Services25 Sebelum mempelajari lebih dalam mengenai Time Delay Relay (Timer), Thermal Over Load Relay (Tripper Over Load), Relay Contactor (Relay), dan Magnetic Contactor (Kontaktor), Sebaiknya kita mempelajari sistem kerjanya terlebih dahulu. agar mampu memahami suatu fungsi rangkaian kerja otomatis.
Relay
dan
Kontaktor
(Relay
and
Magnetic
Contactor)
Prinsipnya kerjanya adalah rangkaian pembuat magnet untuk menggerakkan penutup dan pembuka saklar internal didalamnya. Yang membedakannya dari kedua peralatan tersebut adalah kekuatan saklar internalnya dalam menghubungkan besaran arus listrik yang melaluinya. Pemahaman sederhananya adalah bila kita memberikan arus listrik pada coil relay atau kontaktor, maka saklar internalnya juga akan terhubung. Selain itu juga ada saklar internalnya yang terputus. Hal tersebut sama persis pada kerja tombol push button, hanya berbeda pada kekuatan untuk menekan tombolnya. Klik disini untuk mempelajari Tombol Saklar internal inilah yang disebut sebagai kontak NO (Normally Open= Bila coil contactor atau relay dalam keadaan tak terhubung arus listrik, kontak internalnya dalam kondisi terbuka atau tak terhubung) dan kontak NC (Normally Close= Sebaliknya dengan Normally Open). Seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Relay dianalogikan sebagai pemutus dan penghubung seperti halnya fungsi pada tombol (Push Button) dan saklar (Switch)., yang hanya bekerja pada arus kecil 1A s/d 5A. Sedangkan Kontaktor dapat di analogikan juga sebagai sebagai Breaker untuk sirkuit pemutus dan penghubung tenaga listrik pada beban. Karena pada Kontaktor, selain terdapat kontak NO dan NC juga terdapat 3 buah kontak NO utama yang dapat menghubungkan arus listrik sesuai ukuran yang telah ditetapkan pada kontaktor tersebut. Misalnya 10A, 15A, 20A, 30A, 50Amper dan seterusnya. Seperti pada gambar dibawah ini.
gambar kontak internal pada Kontaktor
gambar kontak internal pada relay
Penyambungan
sederhana
rangkaian
kontaktor:
Perhatikan bagaimana lampu akan menyala ketika switch saklar dihubungkan ke sumber listrik. Mengapa begitu repot menggunakan kontaktor untuk menyalakan sebuah lampu bohlam? Mengapa rangkain ini menggunakan dua buah sumber listrik yang berbeda? Itulah
yang
disebut
Rangkain
Pengendali
dan
Rangkain
Utama.
Time Delay Relay (Timer) dan Thermal Over Load Relay (Tripper) Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, maka pada kedua komponen ini Timer dan Tripper juga mempunyai kontak NO dan NC. Dan yang membedakannya hanya pada kondisi pengaktifannya saja.
Kontak NO dan NC pada Timer (Time Delay Relay) akan bekerja ketika timer diberi ketetapan waktunya, ketetapan waktu ini dapat kita tentukan pada potensiometer yang terdapat pada timer itu sendiri. Misalnya ketika kita telah menetapkan 10 detik, maka kontak NO dan NC akan bekerja 10 detik setelah kita menghubungkan timer dengan sumber arus listrik. Perhatikan gambar Timer di bawah ini.
Sedikit berbeda dengan kontak NO dan NC yang terdapat di Timer, padaTripper (Thermal Over Load Relay) kontak NO dan NC nya bekerja karena mendapat daya tekan dari bimetal trip yang terdapat di dalamnya. Bimetal Trip ini akan melengkung apabila resistance wire dilewati arus lebih besar dari nominalnya dan menekan lengan kontak, sehingga kontak NC berubah menjadi kontak NO. Kegunaan
NO
dan
NC
Setelah paham bagaimana kerja kontak NO dan NC yang terdapat pada peralatan tersebut diatas, maka saya sarankan untuk mempelajari bagaimana kontak NO NC tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk sebuah rangkaian pengendali pada rangkaian utama.
Rangkaian Kontaktor Star Delta Manual Tweet More Sharing Services Artikel ini cuma posting iseng dan hanya menulis ulang dari page saya di Elektro Mekanik dengan menambahkan beberapa gambar pelengkap dan penjelasannya. Sebelumnya klik disini untuk melihat wiring diagram Star Delta automatis dengan timer (TDR) untuk perbandingan.
Prinsip kerja rangkaian star delta manual ini, sama dengan prinsip kerja rangkaian Star Delta automatis dengan timer (TDR) yang umum ditemui,. termasuk perubahan kontak NO NC nya. Yang membedakan dari rangkaian Star Delta manual ini hanyalah pada penggunaan DOL (on off) relay yang menggantikan fungsi timer. Tentu saja sistem DOL relay ini menggunakan sebuah push botton untuk mengaktifkannya, dan tombol inilah yang nanti berfungsi untuk merubah rangkaian star ke delta. Klik disini untuk melihat sistem DOL (on off) sebuah rangkaian kontaktor.
Pada gambar yang ada di Page Elektro Mekanik (klik disini untuk melihat gambar dengan menggunakan relay 11 pin), Saya menggunakan Relay 11 pin agar bisa menggunakan 3 buah NO NC untuk mengamankan rangkaian kontaktor dari hubung singkat, ketika merubah dari hubung star ke delta. Namun disini saya memodifikasinya dengan menggunakan relay 8 pin serta menambahkan sebuah pilot lamp sebagai indikator bahwa rangkaian sudah terhubung delta.
Perhatikan gambar wiring diagramnya dibawah ini..
gambar wiring diagram star delta manual 8 pin klik gambar untuk memperbesar
Cara Kerja Rangkaian
Ketika tombol 1 (ON Star) ditekan motor akan bekerja pada hubung STAR (K1 dan K2 menyala), setelah beberapa detik yang kita rasakan cukup untuk merubah ke hubung DELTA, maka kita diharuskan menekan tombol 2 (ON Delta), untuk merubah rangkaian menjadi hubung Delta (K1 dan K3 menyala, juga R1). Dan fungsi tombol Off disini adalah untuk mematikan kerja rangkaian.
Peralatan yang dibutuhkan:
1 pcs push botton 2 pcs push button 1 pcs relay 11 pin Omron MK3P-I 220V (R1) atau 3 pcs kontaktor 220v (sesuaikan dengan motor) (K1, 2 pcs overload (sesuaikan dengan kontaktor)
off on 8 pin MK2P-I K2 dan K3)
1 pcs pilot lamp (green) cable wire 1.5 mm secukupnya Box Panel
Sebagai pelengkap saya lampirkan juga foto gambar penyambungan rangkaian star delta manual ini, agar anda bisa langsung mempraktekkannya.
foto gambar penyambungan rangkaian star delta manual klik gambar untuk memperbesar
Demikian saja ulasan singkat tentang rangkaian kontaktor Star Delta manual ini. yang tentu saja memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri bila dibandingkan dengan yang automatis..
Pengasutan Motor Induksi dengan menghubungkan langsung pada saluran (Direct On Line) Pengasutan ini digunakan untuk motor-motor berdaya kecil. Pada cara ini motor dapat diasut pada tegangan saluran penuh dengan menggunakan penstart saluran yang dilengkapi dengan relai termis beban lebih. Cara ini dapat menghasilkan kopel start yang lebih besar mengingat kopel motor induksi berbanding lurus dengan kuadrat tegangan yang dikenakan. Kelemahan pengasutan cara ini adalah dapat menghasilkan arus start yang besar, karena itulah hanya digunakan untuk motor-motor yang berdaya kecil.
Gambar rangkaian pengasutan langsung pada saluaran atau Direct On Line (DOL) Rangkaian kendalinya disuplai dari tegangan 220 Volt. Pada saat tombol start S2 ditekan arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – K1. Kontaktor megnetik 1 (K1) bekerja, kontak bantu K1 (NO) menutup dan motor terhubung pada saluran. Untuk selanjutnya, arus akan mengalir melalui F2 – S1 – Kontak bantu K1 – K1. Pengasutan Motor Induksi dengan menggunakan penstart bintang/Star–delta (Y-Δ) Pada pengasutan ini selama periode start lilitan motor akan berada dalam hubungan bintang dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke hubungan lilitan delta. Dengan cara ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja dibandingkan bila motor langsung terhubung delta. Gambar berikut memperlihatkan rangkaian daya dan rangkaian kendali pengasutan star – delta.
Gambar rangkaian start motor star/bintang – delta/segitiga Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini disuplai oleh tegangan 220 Volt. Cara kerjanya : jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu timer T (NC) – kontak bantu K3 – K1. Kontaktor magnetik 1 (K1) bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang. Saat itu juga kontak bantu K1 (NC) membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup sehingga arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu K1 (NO) – K2. Kontaktor magnetik 2 (K2) bekerja dan motor terhubung pada sumber tegangan. Pada saat yang sama kontak bantu K2 (NO) menutup dan timer T bekerja. Setelah t detik kontak bantu T (NC) membuka sehingga K1 tidak dilewati arus (K1 tidak bekerja), kontak bantu T (NC) menutup, arus mengalir melalu F2 – S1 – kontak K2 (NO) – kontak bantu T (NO) – kontak bantu K1 (NC) – K3. Kontaktor magnetik K3 bekerja, motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1 digunakan untuk melepaskan motor dari sumber tegangan. Dengan pengasutan cara ini, kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja dibandingkan bila lilitan motor langsung terhubung delta. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Hubungan belitan, Tegangan, Arus Star dan Delta Bila stator dihubung star, maka : - Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar U/√3 - Sehingga arus yang mengalir ditiap belitan sebesar IY - Arus yang mengalir ditiap belitan akan sama dengan arus arus fasa IY Bila stator dihubungkan delta, maka : - Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar U - Sehingga arus yang mengalir ditiap belitan sebesar IfΔ - Arus fasa untuk belitan delta : IΔ = √3 IfΔ Bila dibandingkan,
Rangkaian Bintang/Star-Delta (Y-Δ) Motor Induksi Tiga Fasa
A. Rangkaian Starting Motor Star-Delta Untuk mengurangi besarnya arus start motor yang mendekati 7x arus nominal maka dapat dengan menggunakan metode start Star-Delta. Dengan metode ini motor awalnya diset pada asutan Star, setelah motor mencapai kecepatan 80% kecepatan maksimal, sambungan diubah ke sambungan Delta. Dengan cara ini maka torsi dapat dipertahankan sedangkan lonjakan arus start dapat ditekan. Berikut adalah gambar pengawatan dari Rangkaian Kontrol, Rangkaian Power StarDelta
Gb. Rangkaian Kendali
Gb. Rangkaian Power Star-Delta
B.
Prnsip
Kerja
Rangkaian
Fungsi dari rangkaian Star-Delta sendiri adalah untuk mengurangi arus start yaitu saat pertama kali motor di hidupkan Star delta adalah sebuah sistem starting motor yang paling banyak dipergunakan untuk starting motor listrik. Dengan menggunakan star delta starter Lonjakan arus listrik yang terlalu tinggi bisa dihindarkan. cara kerjanya adalah saat start awal motor tidak dikenakan tegangan penuh hanya 0.58 dengan cara dihubung bintang/ star. Setelah motor berputar dan arus sudah mulai turun dengan menggunakan timer arus dipindahkan menjadi segitiga/ delta sehingga tegangan dan arus yang mengalir ke motor penuh.
Star-Delta Motor Starter Posted Apr 10 2012 by jiguparmar in Motor with 24 Comments
Star-delta motor starter panel
Introduction to Star-Delta motor starter
Star-delta starter panel
Most induction motors are started directly on line, but when very large motors are started that way, they cause a disturbance of voltage on the supply lines due to large starting current surges. To limit the starting current surge, large induction motors are started at reduced voltage and then have full supply voltage reconnected when they run up to near rotated speed.
Two methods used for reduction of starting voltage are: Star delta starting and Auto transformer starting.
Working Principle of Star-Delta Starter This is the reduced voltage starting method. Voltage reduction during star-delta starting is achieved by physically reconfiguring the motor windings as illustrated in the figure below. During starting the motor windings are connected in star configuration and this reduces the voltage across each winding 3. This also reduces the torque by a factor of three.
Scheme - Working Principle of Star-Delta Starter
After a period of time the winding are reconfigured as delta and the motor runs normally. Star/Delta starters are probably the most common reduced voltage starters. They are used in an attempt to reduce the start current applied to the motor during start as a means of reducing the disturbances and interference on the electrical supply. Traditionally in many supply regions, there has been a requirement to fit a reduced voltage starter on all motors greater than 5HP (4KW). The Star/Delta (or Wye/Delta) starter is one of the lowest cost electromechanical reduced voltage starters that can be applied.
The Star/Delta starter is manufactured from three contactors, a timer and a thermal overload. The contactors are smaller than the single contactor used in a Direct on Line starter as they are controlling winding currents only. The currents through the winding are 1/root 3 (58%) of the current in the line. There are two contactors that are close during run, often referred to as the main contractor and the delta contactor. These are AC3 rated at 58% of the current rating of the motor. The third contactor is the star contactor and that only carries star current while the motor is connected in star. The current in star is one third of the current in delta, so this contactor can be AC3 rated at one third (33%) of the motor rating.
Star-delta Starter Consists following units 1. Contactors (Main, star and delta contactors) 3 No’s (For Open State Starter) or 4 No’s (Close Transient Starter). 2. Time relay (pull-in delayed) 1 No. 3. Three-pole thermal overcurrent release 1 No. 4. Fuse elements or automatic cut-outs for the main circuit 3 Nos. 5. Fuse element or automatic cut-out for the control circuit 1No.
Power Circuit of Star Delta Starter The main circuit breaker serves as the main power supply switch that supplies electricity to the power circuit. The main contactor connects the reference source voltage R, Y, B to the primary terminal of the motor U1, V1, W1. In operation, the Main Contactor (KM3) and the Star Contactor (KM1) are closed initially, and then after a period of time, the star contactor is opened, and then the delta contactor (KM2) is closed. The control of the contactors is by the timer (K1T) built into the starter. The Star and Delta are electrically interlocked and preferably mechanically interlocked as well.
Power circuit of Star-Delta starter
In effect, there are four states: The star contactor serves to initially short the secondary terminal of the motor U2, V2, W2 for the start sequence during the initial run of the motor from standstill. This provides one third of DOL current to the motor, thus reducing the high inrush current inherent with large capacity motors at startup.
Controlling the interchanging star connection and delta connection of an AC induction motor is achieved by means of a star delta or wye delta control circuit. The control circuit consists of push button switches, auxiliary contacts and a timer.
Control Circuit of Star-Delta Starter (Open Transition)
Scheme - Control Circuit of Star-Delta Starter (Open Transition)
The ON push button starts the circuit by initially energizing Star Contactor Coil (KM1) of star circuit and Timer Coil (KT) circuit. When Star Contactor Coil (KM1) energized, Star Main and Auxiliary contactor change its position from NO to NC. When Star Auxiliary Contactor (1) (which is placed on Main Contactor coil circuit ) become NO to NC it’s complete The Circuit of Main contactor Coil (KM3) so Main Contactor Coil energized and Main Contactor’s Main and Auxiliary Contactor Change its Position from NO to NC. This sequence happens in a friction of time.
After pushing the ON push button switch, the auxiliary contact of the main contactor coil (2) which is connected in parallel across the ON push button will become NO to NC, thereby providing a latch to hold the main contactor coil activated which eventually maintains the control circuit active even after releasing the ON push button switch. When Star Main Contactor (KM1) close its connect Motor connects on STAR and it’s connected in STAR until Time Delay Auxiliary contact KT (3) become NC to NO. Once the time delay is reached its specified Time, the timer’s auxiliary contacts (KT)(3) in Star Coil circuit will change its position from NC to NO and at the Same Time Auxiliary contactor (KT) in Delta Coil Circuit(4) change its Position from NO To NC so Delta coil energized and Delta Main Contactor becomes NO To NC. Now Motor terminal connection change from star to delta connection. A normally close auxiliary contact from both star and delta contactors (5&6)are also placed opposite of both star and delta contactor coils, these interlock contacts serves as safety switches to prevent simultaneous activation of both star and delta contactor coils, so that one cannot be activated without the other deactivated first. Thus, the delta contactor coil cannot be active when the star contactor coil is active, and similarly, the star contactor coil cannot also be active while the delta contactor coil is active. The control circuit above also provides two interrupting contacts to shutdown the motor. The OFF push button switch break the control circuit and the motor when necessary. The thermal overload contact is a protective device which automatically opens the STOP Control circuit in case when motor overload current is detected by the thermal overload relay, this is to prevent burning of the motor in case of excessive load beyond the rated capacity of the motor is detected by the thermal overload relay. At some point during starting it is necessary to change from a star connected winding to a delta connected winding. Power and control circuits can be arranged to this in one of two ways – open transition or closed transition.
What is Open or Closed Transition Starting 1. Open Transition Starters
Discuss mention above is called open transition switching because there is an open state between the star state and the delta state. In open transition the power is disconnected from the motor while the winding are reconfigured via external switching. When a motor is driven by the supply, either at full speed or at part speed, there is a rotating magnetic field in the stator. This field is rotating at line frequency. The flux from the stator field induces a current in the rotor and this in turn results in a rotor magnetic field. When the motor is disconnected from the supply (open transition) there is a spinning rotor within the stator and the rotor has a magnetic field. Due to the low impedance of the rotor
circuit, the time constant is quite long and the action of the spinning rotor field within the stator is that of a generator which generates voltage at a frequency determined by the speed of the rotor. When the motor is reconnected to the supply, it is reclosing onto an unsynchronized generator and this result in a very high current and torque transient. The magnitude of the transient is dependent on the phase relationship between the generated voltage and the line voltage at the point of closure can be much higher than DOL current and torque and can result in electrical and mechanical damage.
Open transition starting is the easiest to implement in terms or cost and circuitry and if the timing of the changeover is good, this method can work well. In practice though it is difficult to set the necessary timing to operate correctly and disconnection/reconnection of the supply can cause significant voltage/current transients. In open transition there are four states: 1. OFF State: All Contactors are open. 2. Star State: The Main [KM3] and the Star [KM1] contactors are closed and the delta [KM2] contactor is open. The motor is connected in star and will produce one third of DOL torque at one third of DOL current. 3. Open State: This type of operation is called open transition switching because there is an open state between the star state and the delta state. The Main contractor is closed and the Delta and Star contactors are open. There is voltage on one end of the motor windings, but the other end is open so no current can flow. The motor has a spinning rotor and behaves like a generator. 4. Delta State: The Main and the Delta contactors are closed. The Star contactor is open. The motor is connected to full line voltage and full power and torque are available
2. Closed Transition Star/Delta Starter
There is a technique to reduce the magnitude of the switching transients. This requires the use of a fourth contactor and a set of three resistors. The resistors must be sized such that considerable current is able to flow in the motor windings while they are in circuit. The auxiliary contactor and resistors are connected across the delta contactor. In operation, just before the star contactor opens, the auxiliary contactor closes resulting in current flow via the resistors into the star connection. Once the star contactor opens, current is able to flow round through the motor windings to the supply via the resistors. These resistors are then shorted by the delta contactor. If the resistance of the resistors is too high, they will not swamp the voltage generated by the motor and will serve no purpose. In closed transition the power is maintained to the motor at all time.
This is achieved by introducing resistors to take up the current flow during the winding changeover. A fourth contractor is required to place the resistor in circuit before opening the star contactor and then removing the resistors once the delta contactor is closed. These resistors need to be sized to carry the motor current. In addition to requiring more switching devices, the control circuit is more complicated due to the need to carry out resistor switching In close transition there are four states: 1. OFF State. All Contactors are open 2. Star State. The Main [KM3] and the Star [KM1] contactors are closed and the delta [KM2] contactor is open. The motor is connected in star and will produce one third of DOL torque at one third of DOL current. 3. Star Transition State. The motor is connected in star and the resistors are connected across the delta contactor via the aux [KM4] contactor. 4. Closed Transition State. The Main [KM3] contactor is closed and the Delta [KM2] and Star [KM1] contactors are open. Current flows through the motor windings and the transition resistors via KM4. 5. Delta State. The Main and the Delta contactors are closed. The transition resistors are shorted out. The Star contactor is open. The motor is connected to full line voltage and full power and torque are available.
Effect of Transient in Starter (Open Transient starter) It is Important the pause between star contactor switch off and Delta contactor switch is on correct. This is because Star contactor must be reliably disconnected before Delta contactor is activated. It is also important that the switch over pause is not too long. For 415v Star Connection voltage is effectively reduced to 58% or 240v. The equivalent of 33% that is obtained with Direct Online (DOL) starting. If Star connection has sufficient torque to run up to 75% or %80 of full load speed, then the motor can be connected in Delta mode. When connected to Delta configuration the phase voltage increases by a ratio of V3 or 173%. The phase currents increase by the same ratio. The line current increases three times its value in star connection. During transition period of switchover the motor must be free running with little deceleration. While this is happening “Coasting” it may generate a voltage of its own, and on connection to the supply this voltage can randomly add to or subtract from the applied line voltage. This is known as transient current. Only lasting a few milliseconds it causes voltage surges and spikes. Known as a changeover transient.
Size of each part of Star-Delta starter
1. Size of Over Load Relay
For a star-delta starter there is a possibility to place the overload protection in two positions, in the line or in the windings. Overload Relay in Line:
In the line is the same as just putting the overload before the motor as with a DOL starter. The rating of Overload (In Line) = FLC of Motor. Disadvantage: If the overload is set to FLC, then it is not protecting the motor while it is in delta (setting is x1.732 too high). Overload Relay in Winding:
In the windings means that the overload is placed after the point where the wiring to the contactors are split into main and delta. The overload then always measures the current inside the windings. The setting of Overload Relay (In Winding) =0.58 X FLC (line current). Disadvantage: We must use separate short circuit and overload protections. 2. Size of Main and Delta Contractor
There are two contactors that are close during run, often referred to as the main contractor and the delta contactor. These are AC3 rated at 58% of the current rating of the motor. Size of Main Contactor= IFL x 0.58 3. Size of Star Contractor
The third contactor is the star contactor and that only carries star current while the motor is connected in star. The current in star is 1/ √3= (58%) of the current in delta, so this contactor can be AC3 rated at one third (33%) of the motor rating. Size of Star Contactor= IFL x 0.33
Motor Starting Characteristics of Star-Delta Starter
Available starting current: 33% Full Load Current. Peak starting current: 1.3 to 2.6 Full Load Current. Peak starting torque: 33% Full Load Torque.
Advantages of Star-Delta starter
The operation of the star-delta method is simple and rugged It is relatively cheap compared to other reduced voltage methods. Good Torque/Current Performance. It draws 2 times starting current of the full load ampere of the motor connected
Disadvantages of Star-Delta starter 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
Low Starting Torque (Torque = (Square of Voltage) is also reduce). Break In Supply – Possible Transients Six Terminal Motor Required (Delta Connected). It requires 2 set of cables from starter to motor. . It provides only 33% starting torque and if the load connected to the subject motor requires higher starting torque at the time of starting than very heavy transients and stresses are produced while changing from star to delta connections, and because of these transients and stresses many electrical and mechanical break-down occurs. . In this method of starting initially motor is connected in star and then after change over the motor is connected in delta. The delta of motor is formed in starter and not on motor terminals. . High transmission and current peaks: When starting up pumps and fans for example, the load torque is low at the beginning of the start and increases with the square of the speed. When reaching approx. 80-85 % of the motor rated speed the load torque is equal to the motor torque and the acceleration ceases. To reach the rated speed, a switch over to delta position is necessary, and this will very often result in high transmission and current peaks. In some cases the current peak can reach a value that is even bigger than for a D.O.L start. . Applications with a load torque higher than 50 % of the motor rated torque will not be able to start using the start-delta starter. . Low Starting Torque: The star-delta (wye-delta) starting method controls whether the lead connections from the motor are configured in a star or delta electrical connection. The initial connection should be in the star pattern that results in a reduction of the line voltage by a factor of 1/√3 (57.7%) to the motor and the current is reduced to 1/3 of the current at full voltage, but the starting torque is also reduced 1/3 to 1/5 of the DOL starting torque. . The transition from star to delta transition usually occurs once nominal speed is reached, but is sometimes performed as low as 50% of nominal speed which make transient Sparks.
Features of star-delta starting 1. For low- to high-power three-phase motors. 2. Reduced starting current 3. Six connection cables
4. Reduced starting torque 5. Current peak on changeover from star to delta 6. Mechanical load on changeover from star to delta
Application of Star-Delta Starter The star-delta method is usually only applied to low to medium voltage and light starting Torque motors. The received starting current is about 30 % of the starting current during direct on line start and the starting torque is reduced to about 25 % of the torque available at a D.O.L start. This starting method only works when the application is light loaded during the start. If the motor is too heavily loaded, there will not be enough torque to accelerate the motor up to speed before switching over to the delta position.
Saklar dan Tombol | Switch and Push Button Tweet More Sharing Services4 Berbagai macam saklar (zakelar, swtch) listrik dan elektronik yang umum digunakan berikut simbolnya ditampilkan dalam daftar berikut. Secara mendasar semua saklar melakukan kontak nyala | padam (on | off) dalam berbagai cara berbeda, tapi tiap saklar melakukan tugas sama, yakni membuka dan menutup sirkuit listrik.
Beberapa saklar yang melakukan kontak berbeda, dinamakan sesuai dengan bentuk, fungsi, dan atau cara operasinya.Misal, tombol atau kancing-tekan (push button) adalah saklar yang beroperasi dengan cara ditekan, dan bisa melakukan dua fungsi berbeda, yakni menutup sirkuit bila ditekan, atau justeru membuka sirkuit bila ditekan. Jika tekanan dilepaskan atau terjadi tekanan berikutnya, maka akan menormalkan kembali tombol ke posisi semula dan sirkuit kembali ke status semula.
simbol saklar (zakelar, switch) dan tombol-tekan (push button) tipe umum.]
SPST (single-pole single-throw) swith Saklar kutub-tunggal lemparan-tunggal. SPST rocker switch Saklar sederhana dan paling umum digunakan, untuk mengubah status dari padam (off) ke nyala (on), dimana bila ditekan ke satu arah, saklar memutus sambungan sehingga sirkuit membuka, dan bila ditekan ke arah sebaliknya, saklar mengubungkan sambungan sehingga sirkuit menutup.Banyak digunakan pada berbagai perangkat listrik dan elektronik, terutama sebagai saklar daya (power switch) atau saklar nyala | padam utama (main on | off switch). Contohnya adalah seperti yang digunakan sebagai saklar catu daya (power supply) komputer., dan juga tipe saklar yang digunakan di dinding rumah.
SPST toggle switch Saklar SPST sederhana dan juga umum digunakan, untuk mengubah status dari padam (off) ke nyala (on), dimana bila ditekan ke satu arah, saklar memutus sambungan sehingga sirkuit membuka, dan bila ditekan ke arah sebaliknya, saklar mengubungkan sambungan sehingga sirkuit menutup. Kelebihan saklar ini adalah pengoperasiannya menggunakan tungkai (lever), shg bisa diperpanjang atau diperjauh jarak jamahnya.
SPST key switch Saklar ini hadir dalam berbagai bentuk. Berfungsi untuk melakukan pengamanan terbatas (limited security). Contohnya adalah seperti yang digunakan sebagai saklar kunci kontak sepedamotor dan mobil.
SPST DIP (dual in-line package) switch Saklar ini umumnya digunakan pada PCB (printed circuit board) | papan rangkaian tercetak elektronik, untuk meilih berbagai konfigurasi operasi. Contohnya adalah seperti yang digunakan pada PCB komputer.
PTM (push to make) switch | NOPB (normaly-open push-button)
PTB (push to-break) switch) | NCPB (normaly-close push-button)
Saklar tekan, tombol atau kancing-tekan (push button) adalah saklar yang beroperasi dengan cara ditekan, dan jenis berbeda melakukan dua fungsi berbeda, dimana,
PTM (push to make) switch | NOPB (normaly-open push-button) adalah tombol menutup sirkuit bila ditekan, dan PTB (push to-break) switch) | NCPB (normaly-close push-button) adalah tombol yang membuka sirkuit bila ditekan. Jika tekanan dilepaskan atau terjadi tekanan berikutnya, maka akan menormalkan kembali tombol ke posisi semula dan sirkuit kembali ke status semula. Contoh tombol PTM | NOPB adalah seperti yang digunakan sebagai tombol klakson sepedamotor dan mobil. Contoh tombol PTB | NCPB adalah seperti yang digunakan sebagai tombol penyala lampu penerangan-dalam pada pintu kulkas dan pintu mobil, dimana lampu padam bila pintu ditutup dan sebaliknya menyala bila pintu dibuka..
SPDT (single-pole double-throw) switch | SPSS (single-pole selector switch) Saklar kutub-tunggal lemparan-ganda.Umumnya digunakan sebagai saklar pemilih (selector) dua sirkuit, atau sebagai pengganti pasangan dua saklar SPST untuk efisiensi. com = common | shared contact point, atau titik kontak umum | bersama.
SPDT rocker switch
SPDT toggle switch
SPDT slide switch
SPDT micro switch Saklar mikro bisa sangat kecil. Biasanya dipasang pada suatu lengan yang ketika tertekan karena dipegang membuat klik saklar sehingga sirkuit menutup. Saklar ini meski sangat kecil tapi sangat berguna dalam berbagai perangkat listrik dan elektronik, antara lain sebagai saklar keselamatan (safety switch) yang menghindarkan dan mencegah peguna dari sengatan listrik yang tak perlu terjadi dan menahan arus listrik terus-menerus mengalir ketika tak diperlukan. Ketika saklar mikro membuka dengan
sendirinya sirkuit listrik pun terputus.
DPST (doube-pole single-throw) switch Saklar kutub-ganda lemparan-tunggal. Digunakan untuk memutus atau menghubungkan sambung dua jalur kelistrikan sekaligus. Biasanya satu kutub untuk listrik positiv dan satu kutub untuk listrik negativ.
DPST rocker switch
DPDT (double-pole double-throw) switch | DPSS (double-pole selector switch) Saklar kutub-ganda lemparan-ganda.Umumnya digunakan sebagai saklar pemilih (selector) dua sirkuit, atau sebagai pengganti pasangan dua saklar SPDT atau sebagai pengganti pasangan dua saklar DPST untuk efisiensi.
DPDT slide switch Saklar
geser
kutub-ganda
lemparan-ganda.
Contoh saklar geser DPDT adalah seperti yang digunakan sebagai saklar pemilih lampu belok (turn lampu, sign lamp) sepedamotor.
TPST (triple-pole single-throw) switch Saklar kutub-tiga lemparan-tunggal. Digunakan untuk memutus atau menghubungkan sambung tiga jalur kelistrikan sekaligus.
MPST (multi-pole single-throw) switch | push-button Saklar | tombol kutub-rangkap. Digunakan untuk memutus atau menghubungkan sambung beberapa jalur kelistrikan sekaligus.
______________________________
RCP relay dan Phase Failure Relay Tweet More Sharing Services2
RCP
relay
&
Phase
Failure
Relay
RCP relay dan Phase Failure Relay ini berfungsi untuk memonitoring tegangan listrik jatuh, urutan fasa dan asimetri keteradaan tiga satuan gelombang. RCP relay ini akan beroperasi pada tegangan jatuh dan kebalikan gelombang, yang sangat penting untuk proteksi kerja motor induksi.
RCP relay
Phase Failure Relay
Sebenarnya RCP relay dan Phase Failure Relay ini sama fungsinya seperti thermal overload dan alat alat proteksi motor lainnya, yaitu memutus rangkaian pengendali dari suatu sistem kerja motor listrik.
dalam gambar diatas RCP relay dan Phase Failure Relay mempunyai kontak NO dan NC, sama seperti yang terdapat pada thermal overload.
TDR Time Delay Relay / Timer Tweet More Sharing Services5 TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay penunda batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis.
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan lain-lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay waktu tertentu. Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik. Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor. Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian outputnya sebagai kontak NO atau NC. Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relay timernya.
Thermal Over Load Relay Tweet More Sharing Services3 Fungsi dari Overload relays adalah untuk proteksi motor listrik dari beban lebih. Seperti halnya sekring (fuse) pengaman beban lebih ada yang bekerja cepat dan ada yang lambat. Sebab waktu motor start arus dapat mencapai 6 kali nominal, sehingga apabila digunakan pengaman yang bekerja cepat, maka pengamannya akan putus setiap motor dijalankan.
Overload relay yang berdasarkan pemutus bimetal akan bekerja sesuai dengan arus yang mengalir, semakin tinggi kenaikan temperatur yang menyebabkan terjadinya pembengkokan , maka akan terjadi pemutusan arus, sehingga motor akan berhenti. Jenis pemutus bimetal ada jenis satu phasa dan ada jenis tiga phasa, tiap phasa terdiri atas bimetal yang terpisah
tetapi saling terhubung, berguna untuk memutuskan semua phasa apabila terjadi kelebihan beban. Pemutus bimetal satu phasa biasa digunakan untuk pengaman beban lebih pada motor berdaya kecil. Mekanisme kerja Over load relay: apabila resistance wire dilewati arus lebih besar dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung ke kiri dan membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak pada bagian bawah terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan lepas, dan membuat kontak NO (97-98) akan terhubung.
gambar kegagalan 1 phasa akibat arus lebih dari arus nominal pada Thermal Overload Relay
Selama bimetal trip itu masih panas, maka dibagian bawah akan tetap terbawa ke kiri, sehingga kontak – kontaknya belum dapat dikembalikan ke kondisi semula walaupun reset buttonnya ditekan, apabila bimetal sudah dingin barulah kontaknya dapat kembali lurus dan kontaknya baru dapat di hubungkan kembali dengan menekan reset button.
Chapter 1.3. Full-voltage single-phase motors Diagram ini adalah untuk kendali motor satu fase. Rangkaian ini menggunakan kontaktor, relay overload, satu blok kontak bantu, satu PB start (NO), satu PB Stop (NC), dan power supply.
Chapter 1.4. Star Delta Open Transition 3-phase Motors Diagram berikut merupakan kendali motor 3-fase hubungan star-bintang. Rangkaina ini menggunakan tiga buah kontaktor, relay overload, satu kontak blok tambahan, satu PB Start (NO) dan satu PB Stop (NC), Timer ON delay on 0-20 detik dan power supply.
Chapter 5. Motor Control Circuit Interlocking (sebagai proteksi) pada bab sebelumnya, membuat motor on selama tombol ditekan. Jika kita ingin motor terus on dengan sekali tekan kita harus mengubah rangkaian dengan menambahkan rangkaian latch (pengunci). Rangkaian ini sering digunakan dalam dunia industri :
Jika tombol forward ditekan, maka M1 akan on, dan akan tetap on. Demikian juga jika tombol reverse ditekan maka M2 akan on, dan akan tetap on. Kontak close dari M1 dan M2 mencegah koil M1 dan M2 menjadi on bersamaan. Iini sering disbut sebagai seal contact (kontak pengaman) atau latch (pengunci). Bagaimana untuk menghentikan motor, rangkaian harus kita ubah sebagai berikut:
Rangakain diatas masih ada persolan. Bagaimana menghentikan motor yang sedang berjalan. Maka ditambahlah push button stop (NC) pada bagian belakang rangkaianr. Dengan menekan push button stop maka rangkaian latch akan di putuskan. Untuk rangkaian yang menjalankan motor lebih dari satu, biasanya ditambah lagi sebuah tombol emergency. Jadi jika terjadi sesuatu yang membahayakan dengan menekan PB Emergency (push lock) maka semua proses akan dihentikan. Secara logika rangkaian di atas sudah cukup baik. Tetapi kita harus mempertimbangkan aspek lain dari rangkaian tersbut disesuikan dengan kondisi lapangan. Misalnya perubahan beban mekanis, seperti kipas yang besar, dimana saat tombol stop ditekan, motor akan tetap berjalan selama beberapa saat sebelum berhenti total. Akan imbul masalah jika operator akan menjalankan motor dalam arah sebaliknya tanpa menunggu kipas angin berhenti berputar karena inertia motor akan berjuang melawan arah putaran sebelumnya. Beban bagi besar bagi motor dan akan menjadi cepat panas. Oleh karena itu perlu penambahan sistem delay, untuk memberi waktu motor berhenti. Sehingga penekanan tombol untuk menjalankan motor pada arah sebaliknya secara mendadak dapat dicegah dengan adanya rangkaian waktu tunda (off delay). Sebagai berikut:
Jika motor berjalan forward, baik M1 dan TD1 akan on. Kontak TD1 (NC) antara kabel 8 dan 5 akan open. Ketika tombol stop ditekan, TD1 kehilangan catu (off) maka kontak TD1 tetap open dalam selang waktu tertentu sebelum kembali ke kondisi normalnya (NC). Setelah kontak TD1 menjadi NC maka penekanan tombol reverse baru dapat membuat on M2 (reverse). Jadi timer memberikan selang waktu untuk motor berhenti dulu baru bisa di start kembali. Jika teliti, maka kita dapat melihat bawhwa TD1 dan TD2 saling interlock. Oleh karenanya kita dapat menghilangkan kontak M1 dan M2 dan menggantikannya dengan kontak TD1 dan TD2. Setiap
waktu tunda relay akan melayani tujuan ganda: mencegah kontaktor lainnya dari energi saat motor sedang berjalan, dan mencegah kontaktor yang sama dari energi sampai waktu yang ditentukan setelah motor dimatikan. Maka kita dapat menyederhanakan rangkaian menjadi sebagai berikut :
Wiring Diagram Motor Bolak Balik (Forward Reverse Three Phase Motor) Tweet More Sharing Services10 Motor Bolak Balik ini adalah salah satu kerja motor induksi 3 phasa yang sering digunakan pada mesin mesin produksi oleh banyak kalangan industri, baik industri kecil maupun industri besar. Secara spesifik penggunaannya tidaklah terlalu penting, karena mesin mesin produksi terus mengalami perkembangan dari segi pemanfaatan dan kontruksi mesinnya itu sendiri. Namun secara prinsipalnya adalah sama, yaitu membolak balikkan arah putaran motor induksi dengan tombol tombol atau rangkaian interlock tertentu.
Baiklah.. langsung saja saya jelaskan prinsip sederhana dari rangkaian Motor induksi 3 phasa Bolak Balik atau Forward Reverse, melalui bahasa gambar agar mudah mempelajarinya. Coba lihat gambar di bawah ini
Dalam gambar diatas dijelaskan:
gambar A: arah putaran motor ke arah kanan bila urutan phasa input R-S-T masuk dalam rangkaian Breaker dan Kontaktor ke motor. gambar B: arak putaran motor ke arah kiri bila urutan phasa input yang masuk dalam rangkaian dan ke motor adalah kebalikannya, yaitu T-S-R
Klik disini untuk mengetahui secara teoritis bagaimana arah putaran motor menjadi bolak balik sesuai dengan urutan phasa input. Lalu perhatikan gambar berikut dibawah ini.
Dalam gambar diatas dijelaskan
gambar A: Saya sudah menambahkan thermal overload dan 2 kontaktor dalam rangkaian, yaitu K1 dan K2. Dalam gambar A ini K1 dalam posisi NC atau sedang dalam kondisi ON, dan K2 dalam posisi Off. Lihatlah bagaimana urutan phasa input
R-S-T masuk dalam rangkaian, sehingga putaran motor menjadi kearah kanan.
gambar B: Dalam gambar B ini urutan phasa input yang masuk dalam rangkaian
T-S-R bila K2 dalam posisi NC atau ON, dan K1 dalam posisi Off. Dan membuat arah putaran motor menjadi adalah kebalikannya, yaitu kearah kiri. Dalam penggambaran realnya atau Rangkaian Utamanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
urutan phasa input motor R-S-T
urutan phasa input motor T-S-R
Pada gambar A dibawah ini adalah wiring untuk menghidup matikan K1 dan K2 satu persatu. Artinya adalah: bila tombol hijau ditekan, maka K1 akan bekerja dan berhenti bila tombol dilepas. Begitu juga K2 bila tombol merah ditekan dan dilepas. Bisakah Anda bayangkan bila tombol tombolnya ditekan bersamaan ?? iya... pada rangkaian utamanya akan terjadi korsleting 3 phasa!! Lalu bagaimana kelanjutannya..?? Lihat gambar B !!
klik gambar untuk memperbesar
Untuk membuat kerja K1 dan K2 secara bergantian, kita bisa memanfaatkan NC pada masing masing kontaktor seperti pada gambar B. NC dari K1 dipasang seri pada jalur input koil K2, begitu juga sebaliknya, NC dari K2 dipasang seri pada jalur input koil K1. Lalu lihat gambar C dan D !! bila tombol hijau ditekan, maka K1 akan bekerja dan NC dari K1 akan menjadi NO yang menyebabkan tombol merah atau K2 tidak akan bisa berfungsi karena jalur inputnya terputus selama K1 masih bekerja. Begitu juga sebaliknya yang terjadi bila tombol merah ditekan setelah K1 tidak bekerja. Sebagi finalisasi wiring rangkaian Forward Reverse ini, kita harus memasang juga sistem Proteksi Motor untuk mengamankan motor dari beban lebih dengan menggunakan NC dari Thermal Overload yang telah terpasang sebelumnya, seperti pada gambar berikut dibawah ini
Dan saya sertakan juga wiring rangkaian Forward Reverse ini dengan sistem interlock untuk fungsi kerja motor lain yang mungkin Anda butuhkan.
Demikian saja pembahasan tentang Wiring Motor Bolak Balik (Forward Reverse) ini. Klik disini bila ingin melihat foto gambar penyambungan rangkaian kontaktornya. ‘
Wiring Diagram Star Delta / Bintang Segitiga Tweet More Sharing Services20 Coba perhatikan lagi gambar hubung star delta yang telah saya perjelas dari gambar artikel sebelumnya di bawah ini:
gbr. wiring star dan delta Rangkaian star delta ini diawali dengan hubung star terlebih dahulu, setelah itu baru terhubung delta. Penggambarannya sebagai berikut:
gbr. wiring rangkaian utama star delta Penjelasan: Untuk syarat syarat motor induksi 3 phasa yang bisa dihubung Star Delta bisa baca disini
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa wiring star delta menggunakan 3 buah kontaktor utama yang terdiri dari K1 (input utama) K2 (hubung star) dan K3 (hubung delta). Dan semua itu disebut juga dibahas
Rangkaian Utama, pada
yang pemahaman dasarnya telah artikel sebelumnya.
Pada gambar, ketika K1 dan K2 aktif atau berubah menjadi NC maka hubungan yang terjadi pada motor menjadi hubung star, dan ketika K2 menjadi NO maka K3 pada saat yang bersamaan menjadi NC. Dan perubahan ini menyebabkan rangkaian pada motor menjadi hubung delta. Bagaimana kita membuat K1, K2 dan K3 bekerja secara otomatis merubah hubung motor menjadi star delta? Perhatikan gambar dibawah ini:
gbr. wiring diagram star delta Gambar diatas adalah gambar wiring diagram star delta yang merupakan perpaduan antara interlock kontaktor dan fungsi NO dan NC dari timer. Perhatikan sekali lagi gambar di bawah ini, yang merupakan penjelasan dari gambar diatas.
gbr. penjelasan wiring diagram star delta
Pada kotak yang berwarna
pink adalah wiring diagram dari interlock kontaktor, dan kotak
yang berwarna hijau adalah kerja dan fungsi dari NO dan NC pada timer. Ketika tombol ON ditekan maka K1 akan bekerja, begitu juga T dan K2 (hubung star). Dalam hal ini K2 akan langsung bekerja karena terhubung pada NC dari T, disaat bersamaan T akan bekerja
dan menghitung satuan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya (± 3~8 detik, tergantung besar kecilnya arus asut dari motor induksi yang digunakan). Dimana setelah habis ketapan waktunya maka NCnya akan berubah menjadi NO begitu juga sebaliknya. Perubahan inilah yang dimanfaatkan untuk menghidupkan K3 (hubung delta). Dan wiring diagram tersebut dikenal juga sebagai Rangkaian
Pengendali.
Sebagai finalisasi wiring diagram star delta ini, maka saya tambahkan NC pada K2 dan K3 yang saling bertautan pada masing masing kontaktornya. Arus listrik akan mengalir terlebih dahulu pada NC K3 sebelum masuk koil K2, begitu juga sebaliknya. Hal ini semata-mata untuk menghindari terjadinya kedua kontaktor itu bekerja secara bersamaan bila terjadi hubung singkat, yang bisa menyebabkan kerusakan pada Rangkaian Utamanya, seperti pada gambar dibawah ini.
gbr. wiring rangkaian pengendali star delta Cukup itu saja penjelasan dari saya tentang wiring diagram star delta ini. Semoga penjelasan ini menjadi gerbang pembuka untuk mempelajari dan membuat wiring diagram rangkaian otomatis lainnya termasuk dasar pemograman PLC. Klik disini untuk mempelajari penerapan sistem proteksi motor listrik pada rangkaian pengendali Star Delta. Atau disini bila ingin langsung mengetahui gambar penyambungan rangkaian Star Deltanya.
Apa itu PLC dan prinsip kerja PLC (seri belajar PLC) October 15th, 2012
Musbikhin
Sebuah PLC berisi CPU (central processing unit) atau otak dari plc yang berisi sebuah aplikasi program, modul interface input dan output yang terhubung secara langsung ke field I/O devices dan lebih lengkapnya PLC dapat diartikan sebuah alat kontrol yang bekerja berdasarkan pada pemrograman dan eksekusi instruksi logika. PLC mempunyai fungsi internal seperti timer, counter dan shift register. PLC beroperasi dengan cara memeriksa input dari sebuah proses guna mengetahui statusnya kemudian sinyal input ini diproses berdasarkan instruksi logika yang telah diprogram dalam memori. Dan sebagai hasilnya adalah berupa sinyal output. Sinyal output inilah yang dipakai untuk mengendalikan peralatan atau mesin. Antarmuka (interface) yang terpasang di PLC memungkinkan PLC dihubungkan secara langsung ke actuator atau transducer tanpa memerlukan relay. Struktur PLC dapat dibagi ke dalam empat komponen utama : 1.
Antarmuka ( interface ) input
2.
Antarmuka ( interface ) output
3.
Prosessing Unit ( CPU- Central Prosessing Unit )
4.
Unit memori
Arus informasinya dalam PLC akan mengikuti jalur yang sederhana seperti dibawah ini : 1.
CPU akan membaca “ unit memori “
2.
Memeriksa status “ Antarmuka input “
3.
Memperbaharui status “ CPU “
4.
Memperbaharui status “ Antarmuka output “
Sedangkan prinsip kerja plc dapat diuraikan sebagai berikut : PLC merupakan peralatan elektronik yang dibangun dari mikroprosesor untuk memonitor keadaan dariperalatan input untuk kemudian di analisa sesuai dengan kebutuhan perencanan ( programmer) untuk mengontrol keadaan output. Sinyal input diberikan kedalam input card. Ada 2 jenis input card, yaitu : 1. Analog input card 2. Digital input card Setiap input mempunyai alamat tertentu sehingga untuk mendeteksinya mikroprosesor memanggil berdasarkan alamatnya. Banyaknya input yang dapat diproses tergantung jenis PLC- nya. Sinyal output dikluarkan PLC sesuai dengan program yang dibuat oleh pemakai berdasarkan analisa keadan input. Ada 2 jenis output card, yaitu : 1. analog output card 2. digital output card
setiap ouput card mempunyai alamat tertentu dan diproses oleh mikroprosesor menurut alamatnya. Banyaknya output tergantung jenis PLC- nya. Pada PLC juga dipersiapkan internal input dan output untuk proses dalam PLC sesuai dengan kebutuhan program. Dimana internal input dan output ini hanya sebagai flag dalam proses. Di dalam PLC juga dipersiapkan timer yang dapat dibuat dalam konfigurasi on delai , off delai, on timer, off timer dan lain- lain sesuai dengan programnya. Untuk memproses timer tersebut, PLC memanggil berdasarkan alamatnya. Untuk melaksanakan sebagai kontrol system, PLC ini didukung oleh perangkat lunak yang merupakan bagian peting dari PLC. Program PLC biasanyaterdiri dari 2 jenis yaitu ladder diagram dan instruksi dasar diagram, setiap PLC mempunyai perbedaan dalam penulisan program.
Peran PLC dalam sistem kontrol (Seri Belajar PLC) October 14th, 2012
Musbikhin
Dalam industry otomasi, PLC merupakan inti dari sebuah sistem kontrol. Dengan sebuah program aplikasi kontrol yang disimpan dalam sebuah memori plc yang selanjutnya dieksekusi, plc dapat secara konstan memonitor tiap state sistem melalui signal dari perangkat input. Dan akan diproses lebih lanjut seperti dioutputkan pada perangkat output. PLC banyak dipakai seperti untuk kontrol tugas sederhana dan berulang-ulang sampai dengan tugas yang rumit yang saling berhubungan dengan controller yang lain atau terhubung dengan sebuah komputer melalui jaringan komunikasi. Perangkat Input (device input) Kecerdasan sebuah sistem otomasi juga sangat bergantung pada kemampuan PLC untuk membaca berbagai macam signal baik dari sensor otomatis atau perangkat input manual (Seperti push button, keypad, toggle switch). Atau dengan kata lain untuk mendeteksi suatu benda, memonitor suatu pergerakan, mengecek tekanan atau level cairan dan banyak yang lain, plc akan memproses signal dari suatu perangkat sensor tertentu seperti proximity switch,
limit switch, photoelectric sensor,level sensordan sejenisnya. Tipe dari signal input plc yaitu logik on/off atau tipe analog. Sinyal input dihubungkan ke plc melalui berbagai jenis modul input plc.
Perangkat Output (device output) Suatu sistem otomatis tidak lengkap jika tanpa dilengkapi perangkat/device output. Beberapa device output yang paling umum adalah motor, solenoida, indikaor relay, buzzer dll. Melalui aktivasi motor dan selenoida plc dapat mengontrol sistem yang sederhanan seperti pick and Place sampai dengan sistem yang kompleks seperti servo positioning system.
Perangkat output lainnya seperti pilot lamp, buzzers dan alarm yang hanya dimaksudkan untuk memberitahukan suatu indikator. Seperti interfacing sinyal input, sinyal dari perangkat output yang dihubungkan ke plc melalui berbagai modul output plc.
PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) Pengertian Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam . Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah : sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O dijital maupun analog . Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut : 1. Programmable menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya. 2. Logic menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya. 3. Controller menunjukkan kemampuan dalam menghasilkan output yang diinginkan.
mengontrol
dan
mengatur
proses
sehingga
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.
Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak. Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi secara umum dan secara khusus. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut: 1. Sekuensial Control PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat. 2. Monitoring Plant PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator. Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC ( Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membent uk benda kerja, moulding dan sebagainya. Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Bahasa pemograman PLC
Terdapat lima tipe bahasa pemrograman yang bisa dipakai untuk memprogram PLC, meski tidak semuanya di-support oleh suatu PLC, yaitu antara lain : 1. Bahasa pemrograman Ladder Diagram (LD) 2. Bahasa pemrograman Instruction List (IL)/Statement List (SL)
3. Bahasa pemrograman Sequential Function Chart (SFC)/Grafcet 4. Bahasa pemrograman Function Block Diagram (FBD) 5. Bahasa pemrograman tingkat tinggi (high-level), contohnya Visual Basic Penulis akan membahas bahasa pemrograman PLC yang paling populer digunakan dan paling mudah dipahami, yaitu Ladder Diagram, dengan menggunakan contoh rangkaianInterlock. Ladder Diagram mudah dipahami karena menggunakan pendekatan grafis, yaitu menggunakan simbolsimbol komponen elektromagnetik-mekanik relay (coil dan contact), blok-blok fungsi (function block), seperti timer, counter, trigger, kondisional, serta blok fungsi yang didefinisikan sendiri oleh programmer. Selain itu, karena Ladder Diagram menggunakan pendekatan grafis, maka programmer menjadi lebih mudah untuk melakukan troubleshooting pada program yang akan dijalankan pada PLC.
Pemanfaatan Programmable Logic Controller (PLC) dalam Dunia Industri Perkembangan industri dewasa ini, khususnya dunia industri di negara kita, berjalan amat pesat seiring dengan meluasnya jenis produk-produk industri, mulai dari apa yang digolongkan sebagai industri hulu sampai dengan industri hilir. Kompleksitas pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku, yang berproses baik secara fisika maupun secara kimia, telah memacu manusia untuk selalu meningkatkan dan memperbaiki unjuk kerja sistem yang mendukung proses tersebut, agar semakin produktif dan efisien. Salah satu yang menjadi perhatian utama dalam hal ini ialah penggunaan sistem pengendalian proses industri (sistem kontrol industri). Dalam era industri modern, sistem kontrol proses industri biasanya merujuk pada otomatisasi sistem kontrol yang digunakan. Sistem kontrol industri dimana peranan manusia masih amat dominan (misalnya dalam merespon besaran-besaran proses yang diukur oleh sistem kontrol tersebut dengan serangkaian langkah berupa pengaturan panel dan saklar-saklar yang relevan) telah banyak digeser dan digantikan oleh sistem kontrol otomatis. Sebabnya jelas mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas industri itu sendiri, misalnya faktor human error dan tingkat keunggulan yang ditawarkan sistem kontrol tersebut. Salah satu sistem kontrol yang amat luas pemakaiannya ialah Programmable Logic Controller (PLC). Penerapannya meliputi berbagai jenis industri mulai dari industri rokok, otomotif, petrokimia, kertas, bahkan sampai pada industri tambang, misalnya pada pengendalian turbin gas dan unit industri lanjutan hasil pertambangan. Kemudahan transisi dari sistem kontrol sebelumnya (misalnya dari sistem kontrol berbasis relay mekanis) dan kemudahan trouble-shooting dalam konfigurasi sistem merupakan dua faktor utama yang mendorong populernya PLC ini. Artikel ini mecoba memberikan gambaran ringkas tentang PLC ini dari sudut pandang piranti penyusunnya. Apakah Sebenarnya PLC itu? NEMA (The National electrical Manufacturers Association) mendefinisikan PLC sebagai piranti elektronika digital yang menggunakan memori yang bisa diprogram sebagai penyimpan internal dari sekumpulan instruksi dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi tertentu, seperti logika, sekuensial, pewaktuan, perhitungan, dan aritmetika, untuk mengendalikan berbagai jenis mesin ataupun proses melalui modul I/O digital dan atau analog.
PLC merupakan sistem yang dapat memanipulasi, mengeksekusi, dan atau memonitor keadaan proses pada laju yang amat cepat, dengan dasar data yang bisa diprogram dalam sistem berbasis mikroprosesor integral. PLC menerima masukan dan menghasilkan keluaran sinyal-sinyal listrik untuk mengendalikan suatu sistem. Dengan demikian besaran-besaran fisika dan kimia yang dikendalikan, sebelum diolah oleh PLC, akan diubah menjadi sinyal listrik baik analog maupun digital,yang merupakan data dasarnya.. Karakter proses yang dikendalikan oleh PLC sendiri merupakan proses yang sifatnya bertahap, yakni proses itu berjalan urut untuk mencapai kondisi akhir yang diharapkan. Dengan kata lain proses itu terdiri beberapa subproses, dimana subproses tertentu akan berjalan sesudah subproses sebelumnya terjadi. Istilah umum yang digunakan untuk proses yang berwatak demikian ialah proses sekuensial (sequential process). Sebagai perbandingan, sistem kontrol yang populer selain PLC, misalnya Distributed Control System (DCS), mampu menangani proses-proses yang bersifat sekuensial dan juga kontinyu (continuous process) serta mencakup loop kendali yang relatif banyak. Piranti Penyususnan PLC PLC yang diproduksi oleh berbagai perusahaan sistem kontrol terkemuka saat ini biasanya mempunyai ciri-ciri sendiri yang menawarkan keunggulan sistemnya, baik dari segi aplikasi (perangkat tambahan) maupun modul utama sistemnya. Meskipun demikian pada umumnya setiap PLC (sebagaimana komputer pribadi Anda yang cenderung mengalami standarisasi dan kompatibel satu sama lain) mengandung empat bagian (piranti) berikut ini: 1. Modul Catu daya. 2. Modul CPU. 3. Modul Perangkat Lunak. 4. Modul I/O.
Modul Catu Daya (Power Supply: PS) PS memberikan tegangan DC ke berbagai modul PLC lainnya selain modul tambahan dengan kemampuan arus total sekitar 20A sampai 50A, yang sama dengan battery lithium integral (yang digunakan sebagai memory backup). Seandainya PS ini gagal atau tegangan bolak balik masukannya turun dari nilai spesifiknya, isi memori akan tetap terjaga. PLC buatan Triconex, USA, yakni Trisen TS3000 bahkan mempunyai double power supply yang berarti apabila satu PS-nya gagal, PS kedua otomatis akan mengambil alih fungsi catu daya sistem. Modul CPU Modul CPU yang disebut juga modul kontroler atau prosesor terdiri dari dua bagian: 1. Prosesor berfungsi: o
mengoperasikan dan mengkomunikasikan modul-modul PLC melalui bus-bus serial atau paralel yang ada.
o
Mengeksekusi program kontrol.
2. Memori, yang berfungsi: o
Menyimpan informasi digital yang bisa diubah dan berbentuk tabel data, register citra, atau RLL (Relay Ladder Logic), yang merupakan program pengendali proses.
Pada PLC tertentu kadang kita jumpai pula beberapa prosesor sekaligus dalam satu modul, yang ditujukan untuk mendukung keandalan sistem. Beberapa prosesor tersebut bekerja sama dengan suatu prosedur tertentu untuk meningkatkan kinerja pengendalian. Contoh PLC jenis ini ialah Trisen TS3000 mempunyai tiga buah prosesor dengan sistem yang disebut Tripple Redundancy Modular. Kapasitas memori pada PLC juga bervariasi. Trisen TS3000, misalnya, mempunyai memori 384 Kbyte (SRAM) untuk program pengguna dan 256 Kbyte (EPROM) untuk sistem operasinya. Simatic S5 buatan Siemens mempunyai memori EPROM 16Kbyte dan RAM 8 Kbyte. PLC FA-3S Series mempunyai memori total sekitar 16 Kbyte. Kapasitas memori ini tergantung penggunaannya dan seberapa jauh Anda sebagai mengoptimalisasikan ruang memori PLC yang Anda miliki, yang berarti pula tergantung seberapa banyak lokasi yang diperlukan program kontrol untuk mengendalikan plant tertentu. Program kontrol untuk pengaliran bahan bakar dalam turbin gas tentu membutuhkan lokasi memori yang lebih banyak dibandingkan dengan program kontrol untuk menggerakkan putaran mekanik robot pemasang bodi mobil pada industri otomotif. Suatu modul memori tambahan bisa juga diberikan ke sistem utama apabila kebutuhan memori memang meningkat. Modul Program Perangkat Lunak PLC mengenal berbagai macam perangkat lunak, termasuk State Language, SFC, dan bahkan C. Yang paling populer digunakan ialah RLL (Relay Ladder Logic). Semua bahasa pemrograman tersebut dibuat berdasarkan proses sekuensial yang terjadi dalam plant (sistem yang dikendalikan). Semua instruksi dalam program akan dieksekusi oleh modul CPU, dan penulisan program itu bisa dilakukan pada keadan on line maupun off line. Jadi PLC dapat bisa ditulisi program kontrol pada saat ia mengendalikan proses tanpa mengganggu pengendalian yang sedang dilakukan. Eksekusi perangkat lunak tidak akan mempengaruhi operasi I/O yang tengah berlangsung. Modul I/O Modul I/O merupakan modul masukan dan modul keluaran yang bertugas mengatur hubungan PLC dengan piranti eksternal atau periferal yang bisa berupa suatu komputer host, saklar-saklar, unit penggerak motor, dan berbagai macam sumber sinyal yang terdapat dalam plant. 1. Modul masukan Modul masukan berfungsi untuk menerima sinyal dari unit pengindera periferal, dan memberikan pengaturan sinyal, terminasi, isolasi, maupun indikator keadaan sinyal masukan. Sinyal-sinyal dari piranti periferal akan di-scan dan keadaannya akan dikomunikasikan melalui modul antarmuka dalam PLC. Beberapa jenis modul masukan di antaranya: o
Tegangan masukan DC (110, 220, 14, 24, 48, 15-30V) atau arus C(4-20mA).
o
Tegangan AC ((110, 240, 24, 48V) atau arus AC (4-20mA).
o
Masukan TTL (3-15V).
o
Masukan analog (12 bit).
o
Masukan word (16-bit/paralel).
o
Masukan termokopel.
o
Detektor suhu resistansi (RTD).
o
Relay arus tinggi.
o o
Relay arus rendah.
o
Masukan latching (24VDC/110VAC).
o
Masukan terisolasi (24VDC/85-132VAC).
o
Masukan cerdas (mengandung mikroprosesor).
o
Masukan pemosisian (positioning).
o
Masukan PID (proporsional, turunan, dan integral).
o
Pulsa kecepatan tinggi.
o
Dll.
2. Modul keluaran Modul keluaran mengaktivasi berbagai macam piranti seperti aktuator hidrolik, pneumatik, solenoid, starter motor, dan tampilan status titik-titik periferal yang terhubung dalam sistem. Fungsi modul keluaran lainnya mencakup conditioning, terminasi dan juga pengisolasian sinyal-sinyal yang ada. Proses aktivasi itu tentu saja dilakukan dengan pengiriman sinyal-sinyal diskret dan analog yang relevan, berdasarkan watak PLC sendiri yang merupakan piranti digital. Beberapa modul keluaran yang lazim saat ini di antaranya: o
Tegangan DC (24, 48, 110V) atau arus DC (4-20mA)
o
Tegangan AC (110, 240V) atau arus AC (4-20mA).
o
Keluaran analog (12-bit).
o
Keluaran word (16-bit/paralel)
o
Keluaran cerdas.
o
Keluaran ASCII.
o
Port komunikasi ganda.
Dengan berbagai modul di atas PLC bekerja mengendalikan berbagai plant yang kita miliki. Mengingat sinyal-sinyal yang ditanganinya bervariasi dan merupakan informasi yang memerlukan pemrosesan saat itu juga, maka sistem yang kita miliki tentu memiliki perangkat pendukung yang
mampu mengolah secara real time dan bersifat multi tasking,. Anda bayangkan bahwa pada suatu unit pembangkit tenaga listrik misalnya, PLC Anda harus bekerja 24 jam untuk mengukur suhu buang dan kecepatan turbin, dan kemudian mengatur bukaan katup yang menentukan aliran bahan bakar berdasarkan informasi suhu buang dan kecepatan di atas., agar didapatkan putaran generator yang diinginkan! Pada saat yang sama sistem pelumasan turbin dan sistem alarm harus bekerja baik baik di bawah pengendalian PLC! Suatu piranti sistem operasi dan komunikasi data yang andal tentu harus kita gunakan. Teknologi cabling, pemanfaatan serat optik, sistem operasi berbasis real time dan multi tasking semacam Unix, dan fasilitas ekspansi yang memadai untuk jaringan komputer merupakan hal yang lazim dalam instalasi PLC saat ini.
PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) Pengertian Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam [2]. Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O dijital maupun analog [3]. Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut : 1. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya. 2. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya. 3. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan. PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan
dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau mengOFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak. Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi secara umum dan secara khusus [4]. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut: 1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat. 2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator. Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya. Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Keuntungan dan Kerugian PLC [2][5] Dalam industri-industri yang ada sekarang ini, kehadiran PLC sangat dibutuhkan terutama untuk menggantikan sistem wiring atau pengkabelan yang sebelumnya masih digunakan dalam mengendalikan suatu sistem. Dengan menggunakan PLC akan diperoleh banyak keuntungan diantaranya adalah sebagai berikut:
Fleksibel Pada masa lalu, tiap perangkat elektronik yang berbeda dikendalikan dengan pengendalinya masing-masing. Misal sepuluh mesin membutuhkan sepuluh pengendali,
tetapi kini hanya dengan satu PLC kesepuluh mesin tersebut dapat dijalankan dengan programnya masing-masing.
Perubahan dan pengkoreksian kesalahan sistem lebih mudah Bila salah satu sistem akan diubah atau dikoreksi maka pengubahannya hanya dilakukan pada program yang terdapat di komputer, dalam waktu yang relatif singkat, setelah itu didownload ke PLC-nya. Apabila tidak menggunakan PLC, misalnya relay maka perubahannya dilakukan dengan cara mengubah pengkabelannya. Cara ini tentunya memakan waktu yang lama.
Jumlah kontak yang banyak Jumlah kontak yang dimiliki oleh PLC pada masing-masing coil lebih banyak daripada kontak yang dimiliki oleh sebuah relay.
Harganya lebih murah PLC mampu menyederhanakan banyak pengkabelan dibandingkan dengan sebuah relay. Maka harga dari sebuah PLC lebih murah dibandingkan dengan harga beberapa buah relay yang mampu melakukan pengkabelan dengan jumlah yang sama dengan sebuah PLC. PLC mencakup relay, timers, counters, sequencers, dan berbagai fungsi lainnya.
Pilot running PLC yang terprogram dapat dijalankan dan dievaluasi terlebih dahulu di kantor atau laboratorium. Programnya dapat ditulis, diuji, diobserbvasi dan dimodifikasi bila memang dibutuhkan dan hal ini menghemat waktu bila dibandingkan dengan sistem relay konvensional yang diuji dengan hasil terbaik di pabrik.
Observasi visual Selama program dijalankan, operasi pada PLC dapat dilihat pada layar CRT. Kesalahan dari operasinya pun dapat diamati bila terjadi.
Kecepatan operasi Kecepatan operasi PLC lebih cepat dibandingkan dengan relay. Kecepatan PLC ditentukan dengan waktu scannya dalam satuan millisecond.
Metode Pemrograman Ladder atau Boolean
Pemrograman PLC dapat dinyatakan dengan pemrograman ladder bagi teknisi, atau aljabar Boolean bagi programmer yang bekerja di sistem kontrol digital atau Boolean.
Sifatnya tahan uji Solid state device lebih tahan uji dibandingkan dengan relay dan timers mekanik atau elektrik. PLC merupakan solid state device sehingga bersifat lebih tahan uji.
Menyederhanakan komponen-komponen sistem kontrol Dalam PLC juga terdapat counter, relay dan komponen-komponen lainnya, sehingga tidak membutuhkan komponen-komponen tersebut sebagai tambahan. Penggunaan relay membutuhkan counter, timer ataupun komponen-komponen lainnya sebagai peralatan tambahan.
Dokumentasi Printout dari PLC dapat langsung diperoleh dan tidak perlu melihat blueprint circuitnya. Tidak seperti relay yang printout sirkuitnya tidak dapat diperoleh.
Keamanan Pengubahan pada PLC tidak dapat dilakukan kecuali PLC tidak dikunci dan diprogram. Jadi tidak ada orang yang tidak berkepentingan dapat mengubah program PLC selama PLC tersebut dikunci.
Dapat melakukan pengubahan dengan pemrograman ulang Karena PLC dapat diprogram ulang secara cepat, proses produksi yang bercampur dapat diselesaikan. Misal bagian B akan dijalankan tetapi bagian A masih dalam proses, maka proses pada bagian B dapat diprogram ulang dalam satuan detik.
Penambahan rangkaian lebih cepat Pengguna dapat menambah rangkaian pengendali sewaktu-waktu dengan cepat, tanpa memerlukan tenaga dan biaya yang besar seperti pada pengendali konvensional.
Selain keuntungan yang telah disebutkan di atas maka ada kerugian yang dimiliki oleh PLC, yaitu:
Teknologi yang masih baru Pengubahan sistem kontrol lama yang menggunakan ladder atau relay ke konsep komputer PLC merupakan hal yang sulit bagi sebagian orang
Buruk untuk aplikasi program yang tetap Beberapa aplikasi merupakan aplikasi dengan satu fungsi. Sedangkan PLC dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus. Pada aplikasi dengan satu fungsi jarang sekali dilakukan perubahan bahkan tidak sama sekali, sehingga penggunaan PLC pada aplikasi dengan satu fungsi akan memboroskan (biaya).
Pertimbangan lingkungan Dalam suatu pemrosesan, lingkungan mungkin mengalami pemanasan yang tinggi, vibrasi yang kontak langsung dengan alat-alat elektronik di dalam PLC dan hal ini bila terjadi terus menerus, mengganggu kinerja PLC sehingga tidak berfungsi optimal.
Operasi dengan rangkaian yang tetap Jika rangkaian pada sebuah operasi tidak diubah maka penggunaan PLC lebih mahal dibanding dengan peralatan kontrol lainnya. PLC akan menjadi lebih efektif bila program pada proses tersebut di-upgrade secara periodik.
Bagian-Bagian PLC Sistem PLC terdiri dari lima bagian pokok, yaitu: Central processing unit (CPU). Bagian ini merupakan otak atau jantung PLC, karena bagian ini merupakan bagian yang melakukan operasi / pemrosesan program yang tersimpan dalam PLC. Disamping itu CPU juga melakukan pengawasan atas semua operasional kerja PLC, transfer informasi melalui internal bus antara PLC, memory dan unit I/O. Bagian CPU ini antara lain adalah : Power Supply, power supply mengubah suplai masukan listrik menjadi suplai listrik yang sesuai dengan CPU dan seluruh komputer. Alterable Memory, terdiri dari banyak bagian, intinya bagian ini berupa chip yang isinya di letakkan pada chip RAM (Random Access Memory), tetapi isinya dapat diubah dan dihapus oleh pengguna / pemrogram. Bila tidak ada supplai listrik ke CPU maka isinya akan hilang, oleh sebab itu bagian ini disebut bersifat volatile, tetapi ada juga bagian yang tidak bersifat volatile. Fixed Memory, berisi program yang sudah diset oleh pembuat PLC, dibuat dalam bentuk chip khusus yang dinamakan ROM (Read Only Memory), dan
tidak dapat diubah atau dihapus selama operasi CPU, karena itu bagian ini sering dinamakan memori non-volatile yang tidak akan terhapus isinya walaupun tidak ada listrik yang masuk ke dalam CPU. Selain itu dapat juga ditambahkan modul EEPROM atau Electrically Erasable Programmable Read Only Memory yang ditujukan untuk back up program utama RAM prosesor sehingga prosesor dapat diprogram untuk meload program EEPROM ke RAM jika program di RAM hilang atau rusak [6]. Processor, adalah bagian yang mengontrol supaya informasi tetap jalan dari bagian yang satu ke bagian yang lain, bagian ini berisi rangkaian clock, sehingga masing-masing transfer informasi ke tempat lain tepat sampai pada waktunya Battery Backup, umumnya CPU memiliki bagian ini. Bagian ini berfungsi menjaga agar tidak ada kehilangan program yang telah dimasukkan ke dalam RAM PLC jika catu daya ke PLC tiba-tiba terputus. Programmer / monitor (PM). Pemrograman dilakukan melalui keyboard sehingga alat ini dinamakan Programmer. Dengan adanya Monitor maka dapat dilihat apa yang diketik atau proses yang sedang dijalankan oleh PLC. Bentuk PM ini ada yang besar seperti PC, ada juga yang berukuran kecil yaitu hand -eld programmer dengan jendela tampilan yang kecil, dan ada juga yang berbentuk laptop. PM dihubungkan dengan CPU melalui kabel. Setelah CPU selesai diprogram maka PM tidak dipergunakan lagi untuk operasi proses PLC, sehingga bagian ini hanya dibutuhkan satu buah untuk banyak CPU. … (deleted)…
Modul input / output (I/O).Input merupakan bagian yang menerima sinyal elektrik dari sensor atau komponen lain dan sinyal itu dialirkan ke PLC untuk diproses. Ada banyak jenis modul input yang dapat dipilih dan jenisnya tergantung dari input yang akan digunakan. Jika input adalah limit switches dan pushbutton dapat dipilih kartu input DC. Modul input analog adalah kartu input khusus yang menggunakan ADC (Analog to Digital Conversion) dimana kartu ini digunakan untuk input yang berupa variable seperti temperatur, kecepatan, tekanan dan posisi. Pada umumnya ada 8-32 input point setiap modul inputnya. Setiap point akan ditandai sebagai alamat yang unik oleh prosesor.Output adalah bagian PLC yang menyalurkan sinyal elektrik hasil pemrosesan PLC ke peralatan output. Besaran informasi / sinyal elektrik itu dinyatakan dengan tegangan listrik antara 5 – 15 volt DC dengan informasi diluar sistem tegangan yang bervariasi antara 24 – 240 volt DC mapun AC. Kartu output biasanya mempunyai 6-32 output point dalam sebuah single module. Kartu output analog adalah tipe khusus dari modul output yang menggunakan DAC (Digital to Analog Conversion). Modul output analog dapat mengambil nilai dalam 12 bit dan mengubahnya ke dalam signal analog. Biasanya signal ini 0-10 volts DC atau 420 mA. Signal Analog biasanya digunakan pada peralatan seperti motor yang mengoperasikan katup dan pneumatic position control devices.Bila dibutuhkan, suatu sistem elektronik dapat ditambahkan untuk menghubungkan modul ini ke tempat yang jauh. Proses operasi sebenarnya di bawah kendali PLC mungkin saja jaraknya jauh, dapat saja ribuan meter. Printer. Alat ini memungkinkan program pada CPU dapat di printout atau
dicetak. Informasi yang mungkin dicetak adalah diagram ladder, status register, status dan daftar dari kondisi-kondisi yang sedang dijalankan, timing diagram dari kontak, timing diagram dari register, dan lain-lain. The Program Recorder / Player. Alat ini digunakan untuk menyimpan program dalam CPU. Pada PLC yang lama digunakan tape, sistem floopy disk. Sekarang ini PLC semakin berkembang dengan adanya hard disk yang digunakan untuk pemrograman dan perekaman. Program yang telah direkam ini nantinya akan direkam kembali ke dalam CPU apabila program aslinya hilang atau mengalami kesalahan.
Untuk operasi yang besar, kemungkinan lain adalah menghubungkan CPU dengan komputer utama (master computer) yang biasanya digunakan pada pabrik besar atau proses yang mengkoodinasi banyak Sistem PLC .
Konsep Perancangan Sistem Kendali dengan PLC [7][8] Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-pendekatan sistematis dengan prosedure sebagai berikut : 1. Rancangan Sistem Kendali Dalam tahapan ini si perancang harus menentukan terlebih dahulu sistem apa yang akan dikendalikan dan proses bagaimana yang akan ditempuh. Sistem yang dikendalikan dapat berupa peralatan mesin ataupun proses yang terintegrasi yang sering secara umum disebut dengan controlled system. 2. Penentuan I/O Pada tahap ini semua piranti masukan dan keluaran eksternal yang akan dihubungkan PLC harus ditentukan. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor, valve dan lain-lain sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoid katup elektromagnetik dan lain-lain. 3. Perancangan Program (Program Design) Setelah ditentukan input dan output maka dilanjutkan dengan proses merancang program dalam bentuk ladder diagram dengan mengikuti aturan dan urutan operasi sistem kendali. 4. Pemrograman (Programming)
5. Menjalankan Sistem (Run The System) Pada tahapan ini perlu dideteksi adanya kesalahan-kesalahan satu persatu (debug), dan menguji secara cermat sampai kita memastikan bahwa sistem aman untuk dijalankan.
elain fungsi yang telah diceritakan sebelumnya … PLC di pakai juga untuk Emergency Shutdown System (ESD) karena responnya yang cepat dibandingkan DCS …. berikut adalah jenis PLC Programming berdasarkan IEC-61131-3 .. ada lima bahasa pemrograman yang diakui oleh standar ini.. - Ladder Diagram (LD) - Function Block Diagram (FBD) - Instruction List (IL) - Structure Text (ST) - Sequential Function Chart (SFC) yang paling sering dipakai adalah LD … tapi saya lebih senang kalo pake FBD. Memang tergantung background lah … kalo orang listrik lebih familiar dengan LD … karena rancangan PLC dari awal adalah menggantikan sistem konvensional relay yang buanyak banget wiring nya …. Sedangkan kalo anak kuliahan biasanya lebih senang FBD karena biasanya sudah familiar dengan Sistem Digital (Diagram Block AND, OR, dll) Manufacturer atau pembuat PLC diantaranya sebagai berikut:
Allen Bradley (www.ab.com) -> Nama2 PLC nya: Control Logix, PLC-5, SLC, Flex Logix, dll. sedangkan software yang dipakai adalah RSLogix dan RSLinx. http://www.ab.com/programmablecontrol/ Schneider Electric (http://www.telemecanique.com/en/functions_discovery/function_5_11.htm) -> Modicon Quantum, Compact, Momentum, Micro, Premium, dll. Software yang di pakai adalah Concept buat Modicon Quantum, dan ada lagi yang lain .. lupa namanya euy … nanti kalo ketemu saya update lagi .. ;) Siemens -> S7-400, S7-300, S5 (sudah tidak diproduksi lagi .. cuman masih banyak yang pakai .. dan masih ada stock). Software yang dipakai Step7 (S7-400 dan S7-300) dan Step5 (buat S5, masih under DOS tampilannya) Mitsubishi GE Fanuc dll
Apa itu SCADA? Jun 29 Posted by Amar
SCADA atau Supervisory Control and Data Acquition adalah sebuah sistem yang dirancang untuk sebuah pengendalian dan pengambilan data dalam pengawasan (Operator/Manusia). biasanya SCADA digunakan untuk pengendalian suatu proses pada industri. SCADA merupakan sistem yang terdiri dari banyak komponen penyusunnya. Dalam
1. 2. 3. 4. 5. 6.
aplikasinya,
Subsistem
penyusun
SCADA
terdiri
dari:
HMI (Human Machine Interface) MTU (Master Terminal Unit) RTU (Remote Terminal Unit) PLC atau Device Lainnya Sistem Komunikasi (Antar MTU dan RTU) Data Acquisition
Berikut merupakan gambaran umum arsitektur SCADA. Klik pada gambar untuk ukuran penuh.
HMI Adalah subsistem dari SCADA yang berfungsi menampilkan data dari hasil pengukuran di RTU ataupun menampilkan proses yang sedang terjadi pada keseluruhan sistem. HMI merupakan sebuah software pada computer berbasis grafis yang berfungsi untuk mempermudah pengawasan (Supervisory) kepada sang operator. HMI mengubah data-data dan angka kedalam animasi, grafik/trend, dan bentuk yang mudah diterjemahkan oleh sang operator. MTU atau Master Terminal Unit merupakan sebuah sistem komputer(bisa komputer bisa PLC ataubahkan microcontroller) yang bertugas memberikan data kepada HMI dari RTU. di lain sisi MTU ini juga bertugas mengambil data dari tiap-tiap RTU (jika RTU lebih dari 1) untuk diterjemahkan dan di berikan ke HMI. sistem pengambilan data dari tiap-tiap RTU
disebut “Polling”. terkadang MTU dan HMI dapat dijadikan 1 bagian, ketika MTU menggunakan komputer yang sama dengan HMI. RTU atau Remote Terminal Unit adalah subsistem SCADA yang berfungsi sebagai terminalterminal (semacam stasiun data) dari hasil pengukuran, pengendalian, pemantauan status dan lain-lain. RTU juga berfungsi menerjemahkan, mengkonversi, menghitung sinyal dari transducer seperti pengukuran arus listrik , Flow, Static Pressure, Differensial Pressure, temperatur, dan lain-lain. dari hasil pengukuran tersebut hal yang dilakukan RTU adalah melakukan kendali(jika merupakan sistem kendali) kemudian mentransmit data ke MTU atau langsung mentransmit ke MTU jika sistem di RTU bukan untuk pengendalian (Controlling). RTU juga dapat berfungsi sebagai pengatur set point yang dikirimkan dari HMI/MTU ke RTU tersebut. PLC atau Programmable Logic Controller adalah sebuah controller logic yang dapat diProgram sesuai kebutuhan kita. PLC pada sistem SCADA biasanya di tempatkan pada RTU, jadi PLC merupakan subsistem dari RTU. PLC ini bertugas melakukan pengolahan/pengambilan data dari transducer/sensor transmitter yang juga memungkinkan untuk melakukan pengendalian pada sistem di RTU tersebut misal digunakan untuk pengaturan bukaan Valve. Sistem Komunikasi, merupakan sebuah cara untuk mengkomunikasikan data dari RTU ke MTU. pada RTU yang terletak jauh dari pusat control (MTU) maka sistem komunikasi biasanya menggunakan Radio. pada industri tertentu ada yang lebih memilih menggunakan GSM Radio yang biasanya untuk RTU yang sangat jauh tidak terjangkau dengan radio biasa atau bisa menggunakan radio biasa namun harus menggunakan beberapa repeater agar radio pada RTU dapat berkomunikasi dengan Radio pada MTU.
Belajar Dasar SCADA 13:37 Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik 2Komentar
Apa manfaat SCADA bagi Anda?SCADA bukanlah teknologi khusus, tapi lebih merupakan sebuah aplikasi. Kepanjangan SCADA adalah Supervisory Control And Data Acquisition, semua aplikasi yang mendapatkan data-data suatu sistem di lapangan dengan tujuan untuk pengontrolan sistem merupakan sebuah Aplikasi SCADA! Seperti telah dibahas pada artikel lainnya di sini. Ada dua elemen dalam Aplikasi SCADA, yaitu: 1. Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikontrol - bisa berupa power plant, sistem pengairan, jaringan komputer, sistem lampu trafik lalu-lintas atau apa saja; 2. Sebuah jaringan peralatan ‘cerdas’ dengan antarmuka ke sistem melalui sensor dan luaran kontrol. Dengan jaringan ini, yang merupakan sistem SCADA, membolehkan Anda melakukan pemantauan dan pengontrolan komponenkomponen sistem tersebut. Anda dapat membangun sistem SCADA menggunakan berbagai macam teknologi maupun protokol yang berbeda-beda. DIMANAKAH SCADA DIGUNAKAN? Anda dapat menggunakan SCADA untuk mengatur berbagai macam peralatan. Biasanya, SCADA digunakan untuk melakukan proses industri yang kompleks secara otomatis, menggantikan tenaga manusia (bisa karena dianggap berbahaya atau tidak praktis konsekuensi logis adalah PHK), dan biasanya merupakan proses-proses yang melibatkan faktor-faktor kontrol yang lebih banyak, faktor-faktor kontrol gerakan-cepat yang lebih banyak, dan lain sebagainya, dimana pengontrolan oleh manusia menjadi tidak nyaman lagi. Sebagai contoh, SCADA digunakan di seluruh dunia misalnya untuk… • Penghasil, transmisi dan distribusi listrik: SCADA digunakan untuk mendeteksi besarnya arus dan tegangan, pemantauan operasional circuit breaker, dan untuk mematikan/menghidupkan the power grid; • Penampungan dan distribusi air: SCADA digunakan untuk pemantauan dan pengaturan laju aliran air, tinggi reservoir, tekanan pipa dan berbagai macam faktor lainnya; • Bangunan, fasilitas dan lingkungan: Manajer fasilitas menggunakan SCADA untuk mengontrol HVAC, unit-unit pendingin, penerangan, dan sistem keamanan. • Produksi: Sistem SCADA mengatur inventori komponen-komponen, mengatur otomasi alat atau robot, memantau proses dan kontrol kualitas. • Transportasi KA listrik: menggunakan SCADA bisa dilakukan pemantauan dan pengontrolan distribusi listrik, otomasi sinyal trafik KA, melacak dan menemukan lokasi KA, mengontrol palang KA dan lain sebagainya. • Lampu lalu-lintas: SCADA memantau lampu lalu-lintas, mengontrol laju trafik, dan mendeteksi sinyals-sinyal yang salah. Dan, tentunya, masih banyak lagi aplikasi-aplikasi potensial untuk sistem SCADA. SCADA saat ini digunakan hampir di seluruh proyek-proyek industri dan infrastruktur umum. Intinya SCADA dapat digunakan dalam aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kemudahan
dalam pemantauan sekaligus juga pengontrolan, dengan berbagai macam media antarmuka dan komunikasi yang tersedia saat ini (misalnya, Komputer, PDA, Touch Screen, TCP/IP, wireless dan lain sebagainya). NGAPAIN JUGA PAKE SCADA? Coba sekarang pikirkan tanggung-jawab atau tugas Anda di perusahaan, berkaitan dengan segala macam operasi dan parameter-parameter yang akhirnya mempengaruhi hasil produksi: • Apakah peralatan Anda membutuhkan Catu Daya, suhu yang terkontrol, kelembaban lingkungan yang stabil dan tidak pernah mati? • Apakah Anda perlu tahu - secara real time - status dari berbagai macam komponen dan peralatan dalam sebuah sistem kompleks yang besar? • Apakah Anda perlu tahu bagaimana perubahan masukan mempengaruhi luaran? • Peralatan apa saja yang perlu Anda kontrol - secara real time - dari jarak jauh? • Apakah Anda perlu tahu dimanakah terjadinya kesalahan/kerusakan dalam sistem sehingga mempengaruhi proses? PEMANTAUAN DAN PENGONTROLAN SECARA REAL-TIME MENINGKATKAN EFISIENSI DAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN Tanyakan beberapa poin tersebut sebelumnya, saya yakin Anda akan bisa memperkirakan dimanakah Anda bisa mengaplikasikan SCADA. Bisa jadi Anda akan berkata lagi “Terus ngapain? So What?”. Apa yang sebenarnya ingin Anda ketahui adalah hasil secara nyata yang bagaimanakah yang bisa Anda harapkan dengan mengaplikasikan SCADA? Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan dengan Sistem SCADA: • Mengakses pengukuran kuantitatif dari proses-proses yang penting, secara langsung saat itu maupun sepanjang waktu. • Mendeteksi dan memperbaiki kesalahan secara cepat. • Mengukur dan memantau trend sepanjang waktu. • Menemukan dan menghilangkan kemacetan (bottleneck) dan pemborosan (inefisiensi). • Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan staf-staf terlatih yang lebih sedikit.
Intinya, sebuah sistem SCADA memberikan Anda keleluasaan mengatur maupuan mengkonfigurasi sistem. Anda bisa menempatkan sensor dan kontrol di setiap titik kritis di dalam proses yang Anda tangani (seiring dengan teknologi SCADA yang semakin baik, Anda bisa menempatkan lebih banyak sensor di banyak tempat). Semakin banyak hal yang bisa dipantau, semakin detil operasi yang bisa Anda lihat, dan semuanya bekerja secara real-time. Tidak peduli sekompleks apapun proses yang Anda tangani, Anda bisa melihat operasi proses dalam skala besar maupun kecil, dan Anda setidaknya bisa melakukan penelusuran jika terjadi kesalahan dan sekaligus meningkatkan efisiensi. Dengan SCADA, Anda bisa melakukan banyak hal, dengan ongkos lebih murah dan, tentunya, akan meningkatkan
keuntungan!
Contoh Arsitektur SCADA Bagaimana SCADA bekerja? Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi , yaitu: 1. Akuisisi Data, 2. Komunikasi data jaringan, 3. Peyajian data, dan 4. Kontrol (proses) Fungsi-fungsi tersebut didukung sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen SCADA, yaitu: 1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relai kontrol yang langsung berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol; 2. RTUs (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit “komputer” kecil (mini), maksudnya sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah langsung ke peralatan di lapangan; 3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit - MTU). Kalo yang ini merupakan komputer yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. Unit master ini menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi pengguna, dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan (dari sensor) yang diterima; 4. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit master SCADA dengan RTU-RTU di lapangan. SISTEM SCADA PALING SEDERHANA DI DUNIA! Sistem SCADA yang paling sederhana yang mungkin bisa dijumpai di dunia adalah sebuah rangkaian tunggal yang memberitahu Anda sebuah kejadian (event). Bayangkan sebuah pabrik yang memproduksi pernak-pernik, setiap kali produk pernak-pernik berhasil dibuat, akan mengaktifkan sebuah saklar yang terhubungkan ke lampu atau alarm untuk memberitahukan bahwa ada satu pernak-pernik yang berhasil dibuat. Tentunya, SCADA bisa melakukan lebih dari sekedar hal sederhana tersebut. Tetapi prinsipnya sama saja, Sebuah sistem SCADA skala-penuh mampu memantau dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar dan kompleks. AKUISISI DATA Pada kenyataannya, Anda membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak dan kompleks dari sekedar sebuah mesin yang menghasilkan sebuah produk (seperti contoh sebelumnya).
Anda mungkin membutuhkan pemantauan terhadap ratusan hingga ribuan sensor yang tersebar di seluruh area pabrik. Beberapa sensor digunakan untuk pengukuran terhadap masukan (misalnya, laju air ke reservoir), dan beberapa sensor digunakan untuk pengukuran terhadap luaran (tekanan, massa jenis, densitas dan lain sebagainya). Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana yang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut sebagai masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk mengetahui apakah sebuah alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF), konveyornya sudah jalan (ON) atau belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan lain sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa digunakan untuk mendeteksi perubahan secara kontinu pada, misalnya, tegangan, arus, densitas cairan, suhu, dan lain sebagainya. Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang didefinisikan sebelumnya, baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, Anda ingin mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di bawah atau diatas batasan tersebut, maka akan memicu alarm (baik lampu dan/atau bunyi-nya). Terdapat empat alarm batas untuk sensor analog: Major Under, Minor Under, Minor Over, dan Major Over Alarm. KOMUNIKASI DATA Dari contoh sederhana pabrik pernak-pernik, yang dimaksud ‘jaringan’ pada kasus tersebut adalah sekedar kabel yang menghubungkan saklar dengan panel lampu. Kenyataannya, seringkali Anda ingin memantau berbagai macam parameter yang berasal dari berbagai macam sensor di lapangan (pabrik), dengan demikian Anda membutuhkan sebuah jaringan komunikasi untuk melakukannya. Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem atau jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus mengekspos data-data penting di Internet. Komunikasi SCADA diatur melalui suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan protokol khusus yang sesuai dengan produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada beberapa standar protokol yang ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah kecocokan komuninkasi lagi. Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang sederhana, alatalat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan protokol komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani antara sensor dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master SCADA, selain itu RTU juga menerima perintah dalam format protokol dan memberikan sinyal listrik yang sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.
Gambar Contoh Jaringan pada Sistem SCADA
PENYAJIAN DATA Untuk kasus pabrik pernak-pernik kita, satu-satunya tampilan adalah sebuah lampu yang akan menyala saat saklar diaktifkan. Ya, tentu saja kenyataannya bisa puluhan hingga ratusan lampu, bayangkan siapa yang akan Anda minta untuk mengawasi lampu-lampu tersebut, emangnya lampu hiasan? Bukan khan? Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan HMI-nya (Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui website. Bahkan saat ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang TouchScreen. Perhatikan contoh-contoh gambar dan penjelasan pada STUDI KASUS. Gambar Contoh akses SCADA melalui website KONTROL Sayangnya, dalam contoh pabrik pernak-pernik kita tidak ada elemen kontrol. Baiklah, kita tambahkan sebuah kontrol. Misalnya, sekarang operator juga memiliki tombol pada panel kontrol. Saat dia klik pada tombol tersebut, maka saklar di pabrik juga akan ON. Okey, jika kemudian Anda tambahkan semua kontrol pabrik ke dalam sistem SCADA melalui HMI-nya, maka Anda mendapatkan sebuah kontrol melalui komputer secara penuh, bahkan menggunakan SCADA yang canggih (hampir semua produk perangkat lunak SCADA saat ini sudah canggih-canggih) bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan campur tangan manusia. Tentu saja, Anda masih bisa secara manual mengontrolnya dari stasion master. Tentunya, dengan bantuan SCADA, proses bisa lebih efisien, efektif dan meningkatkan profit perusahaan. Bagaimana mengevaluasi Sistem dan Perangkat Keras SCADA? Okey, sekarang persoalannya adalah petunjuk bagaimana memilih dan memilah sistem SCADA yang baik. Apalagi sistem SCADA akan Anda gunakan hingga 10 sampai 15 tahun yang akan datang, tentunya Anda harus mencari produk-produk yang terkenal reputasinya. Namun hal ini akan berdampak pada investasi yang harus dilakukan, sebuah produk dengan reputasi handal dan terkenal tentu harganya jauh lebih mahal dibandingkan produk-produk SCADA baru yang saat ini mulai banyak bermunculan. Ada beberapa hal penting yang perlu Anda perhatikan, antara lain: • Anda bisa menghabiskan masa depan pabrik dengan ongkos berlebih yang tidak perlu; • Kadangkala setelah menghabiskan dana yang sangat besar, akhirnya Anda hanya mendapatkan sebuah sistem yang kurang atau bahkan tidak memenuhi apa yang diinginkan; • Atau barangkali saat ini sistem betul-betul memenuhi kebutuhan, tetapi tidak untuk pengembangan masa depan. Catatan singkat mengenai Sensor dan Jaringan Sensor dan relai kontrol merupakan komponen yang penting. Tentu saja, ada beberapa sensor yang lebih baik daripada lainnya, namun tersedianya datasheet untuk sebuah sensor akan membantu Anda mengenali lebih detil dari sensor yang bersangkutan, sehingga Anda bisa
memilih mana yang terbaik. Sebuah jaringan (LAN/WAN) berbasis TCP/IP merupakan jaringan yang mudah digunakan, dan jika pabrik Anda belum semuanya memiliki jaringan, transisi ke jaringan LAN bisa jadi merupakan tujuan jangka panjang perusahaan. Namun Anda tidak perlu langsung menerapkan jaringan LAN semuanya untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan SCADA. Sistem SCADA yang baik akan mendukung jaringan lama Anda dan jaringan LAN, sehingga Anda bisa melakukan transisi secara bertahap. Berikut saya sampaikan beberapa petunjuk (dari pengalaman dan beberapa rujukan dari online maupun offline) dalam membangun sistem SCADA terutama masalah pemilihan RTU dan MTU. Apa yang perlu Anda perhatikan dalam memilih SCADA RTU SCADA RTU Anda harus mampu berkomunikasi dengan segala macam peralatan yang di pabrik dan bisa bertahan terhadap berbagai macam kondisi industri (panas, dingin, tekanan dan lain sebagainya). Berikut ceklis untuk pemilihan RTU yang berkualitas: • Kapasitas yang cukup untuk mendukung berbagai macam peralatan di pabrik (dalam cakupan SCADA yang diinginkan), tetapi tidak lebih dari yang dibutuhkan. Jangan sampai Anda membeli RTU dengan kapasitas yang berlebih sedemikian hingga akhirnya tidak akan pernah digunakan, ini adalah pemborosan. • Konstruksi yang tahan banting dan kemampuan bertahan terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim. Sudah jelas khan? Kalo tidak tahan banting dan tidak bisa bertahan buat apa pasang RTU tersebut? Bisa jadi hasil pengukuran menjadi tidak akurat dan alat jebol. • Catu daya yang aman dan berlimpah. Sistem SCADA seringkali harus bekerja penuh 24 jam setiap hari. Seharusnya digunakan RTU yang mendukung penggunaan daya dari baterei, idealnya, ada dua sumber catu daya (listrik dan baterei). • Port komunikasi yang cukup. Koneksi jaringan sama pentingnya seperti catu daya. Port serial kedua atau modem internal bisa menjaga agar RTU tetap online walaupun jaringan saat itu sedang rusak atau gagal. Selain itu, RTU dengan port komunikasi beragam dapat mendukung strategi migrasi LAN. • Memori nonvolatile (NVRAM) untuk menyimpan firmware. NVRAM dapat menyimpan data walaupun catu daya dimatikan. Firmware baru (hasil modifikasi dan lain sebagainya) dapat diunduh ke penyimpan NVRAM melalui jaringan, sehingga kemampuan RTU akan selalu up-to-date (terbaharui) tanpa harus mengunjungi lokasi RTU yang bersangkutan. • Kontrol cerdas. Sistem SCADA yang canggih saat ini bisa melakukan kontrol dengan sendirinya sesuai dengan program atau pengaturan yang dimasukkan, terutama tanggapan terhadap berbagai macam masukan sensor-sensor. Ini jelas tidak perlu untuk semua aplikasi, namun menawarkan kemudahan operasional. • Jam waktu-nyata (real-time clock). untuk pencetakan tanggal/waktu pada laporan secara tepat dan akurat; • Pewaktu watchdog yang memastikan RTU bisa start-ulang setelah terjadinya kegagalan daya (power failure).
Tipikal arsitetur RTU Apa yang perlu Anda perhatikan dalam memilih SCADA MTU SCADA master atau MTU harus mampu menampilkan berbagai informasi dalam bentuk yang familiar bagi pengguna atau operator-nya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan SCADA MTU: • Fleksibel, tanggapan terhadap sensor bisa diprogram. Cari sistem yang menyediakan perangkat yang mudah untuk memprogram soft alarm (laporan kejadian yang kompleks yang merupakan kombinasi antara masukan sensor dan pernyataan tanggal/jam) dan soft control (tanggapan terhadap sensor yang bisa diprogram). • Bekerja penuh 24/7, peringatan melalui SMS (pager) dan pemberitahuan email secara otomatis. Anda tidak perlu mempekerjakan orang untuk mengamati papan pemantauan 24 jam sehari. Jika peralatan membutuhkan campur tangan manusia, maka secara otomatis sistem akan mengirimkan peringatan melalui SMS atau email ke penanggung-jawab yang bersangkutan. • Tampilan informasi secara detil. Tentunya Anda ingin sebuah sistem yang menampilkan dalam bahasa harian Anda (Inggris, Indonesia, dll) yang jelas dan sederhana, dengan penjelasan yang lengkap terhadap aktivitas yang sedang terjadi dan bagaimana Anda seharusnya menangani atau menanggapinya. • Tapis untuk alarm mengganggu (tidak perlu). Alarm-alarm yang mengganggu akan membuat para staff menjadi tidak peka lagi terhadap pelaporan alarm, dan mereka mulai percaya bahwa semua alarm merupakan alarm menganggu. Akhirnya mereka akan berhenti menanggapi semua alarm termasuk alarm yang kritis (alarm yang benar-benar harus mendapatkan perhatian). Gunakan SCADA yang dapat menapis dan memilah-milah alarmalarm mana yang mengganggu dan yang kritis. • Kemampuan pengembangan kedepan. Sebuah sistem SCADA merupakan investasi jangka panjang (10 hingga 15 tahun). Sehingga Anda perlu memastikan kemampuan SCADA untuk pengembangan dalam jangka waktu 15 tahun kedepan. • Pencadangan yang beragam. Sistem SCADA yang baik mendukung berbagai macam pencadangan master, di beberapa lokasi. Jika master SCADA utama gagal, master yang kedua dalam jaringan akan mengambil alih secara otomatis, tanpa adanya interupsi fungsi pemantauan dan pengontrolan. • Mendukung berbagai macam tipe protokol dan peralatan. Jika jaman dulu SCADA hanya dbuat untuk protokol-protokol tertentu yang tertutup. Solusi vendor tunggal bukan merupakn ide yang bagus - seringkali vendor tidak lagi menyediakan dukungan untuk produk-produk mereka. Dukungan terhadap berbagai macam protokol yang terbuka akan mengamankan
sistem SCADA Anda dari keusangan yang tak-terencana.