99
84
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas teladan di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian. Hal itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. "Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Berdasarkan kurikulum 2006 yang berlaku sekarang (KTSP) dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 162) mengemukakan bahwa " PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SLTP, SLTA, sampai Perguruan tinggi. Pada jenjang SD / MI mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen memuat materi Perilaku, Teladan, Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada SD / MI, peserta didik diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab dan domokratis serta warga dunia yang cinta damai".
Dari penjelasan diatas dapat diharapkan supaya mata pelajaran pendidikan agama kristen dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat. mata pelajaran pendidikan agama kristen disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. atas dasar tersebut, tujuaan utama pembelajaran pendidikan agama kristen diharapkan agar siswa mengenal konsep-konsep berperilaku baik sesuai agamanya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, harapan selanjutnya adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan rohani dan jasmani. pada akhirnya siswa dapat memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai rohani dan jasmani dan kemanusiaan yang ada di lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kesan yang terjadi pada mata pelajaran pendidikan agama kristen dianggap kurang menarik bagi kebanyakan siswa, mata pelajaran ini dianggap membosankan dan hanya seputar menceritakan kejadian-kejadian kurang realistis secara manusia tanpa adanya interaksi antar siswa dengan guru. hal ini sesuai dengan pendapat slameto (2010 : 54-60) yang mengatakan bahwa "kualitas pendidikan yang masih rendah menjadi kendala dalam rangka pembangunan di indonesia. rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar siswa. faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana prasarana serta lingkungan belajar siswa". sesuai dengan observasi peneliti di tempat peneliti mengajar yang telah dilakukan peneliti dikelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun, peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar siswa, motivasi/minat belajar siswa yang rendah, banyaknya siswa yang tidak suka pelajaran pendidikan agama kristen yang dominan menghapal dan tidak masuk akal. hal ini ditunjukkan dari jumlah siswa yang diperoleh masing-masing siswa dalam pembelajaran pendidikan agama kristen dari siswa yang berjumlah 18 orang yang menyukai pelajaran pendidikan agama kristen hanya 10 orang atau berkisar 56% yang berarti 44% (8 orang) dari 18 orang memiliki motivasi negatif /tidak menyukai terhadap pelajaran pendidikan agama kristen. Keadaan tersebut dianggap wajar, karena guru masih menggunakan metode belajar yang tidak variatif dan pembelajaran berpusat pada guru. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dekat dengan kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik, dan variatif, mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai.
Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran, interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan motivasi belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang diketahui.
Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta didik, karena memberi motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan penting dalam proses pembelajaran. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologis. Disamping itu anak juga memiliki sikap-sikap, motivasi-motivasi, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu tugas guru adalah menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Melalui pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa maju bila semua warga negaranya berpendidikan, serta memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator untuk mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran Negara serta mengukur besarnya peranan setiap warga Negara dalam kegiatan-kegiatan membangun.
Berdasarkan paparan di atas di lihat dari pentingnya dalam hal pendidikan maka peneliti mengambil judul "Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen materi Konsep Keterbatasan Manusia kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015".
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
Rendahnya Prestasi/Hasil Belajar Siswa
Minat Belajar Siswa rendah
Motivasi belajar siswa rendah
Pembelajaran yang berpusat pada guru
Siswa hanya menerima informasi dari guru
Metode pembelajaran tidak bervariasi
Ketersediaan Media / alat peraga yang minim
BATASAN MASALAH
Dengan luasnya ruang lingkup masalah yang teridentifikasi serta keterbatasan kemampuan untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada " Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model kerja kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015".
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah pembelajaran metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015?".
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan metode kerja kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Dengan dilaksanakan PTK maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar dalam memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi pada siswa serta hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Dengan dilaksanakan PTK akan sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, mampu berfikir kreatif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistim pembelajaran.
Bagi perpustakaan
Memberikan penambahan reverensi di perpustakaan sekolah. Sehingga referensi buku diperpustakaan meningkat. Akan menambah pengetahuan di perpustakaan sekolah.
Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan agama kristen dan tujuan pendidikan Nasional.
1.7. Sistimatika Penulisan
Untuk memperjelas dan memperdalam pembahasan, maka penelitian tindakan kelasi (PTK) ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
BAB I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II, merupakan bagian kajian pustaka yang di dalamnya dibahas mengenai variabel I dalam hal ini mengenai metode kerja kelompok. variabel II yaitu motivasi belajar siswa dan variabel III yaitu hasil belajar siswa pada Pendidikan Agama Kristen. Adapun bentuk pembahasan tiap variabel secara umum yaitu membahas pengertian, dasar, jenis-jenis, manfaat-manfaat, serta hubungan dan proses anatara variabel I dan variabel lainnya.
BAB III, merupakan rancangan penelitian yang terdiri dari desain dan model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan terakhir adalah teknik analisis data yang akan dipakai. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis memakai metode penelitian kualitatif, dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
BAB IV, merupakan hasil dan pembahasan yang diuraikan mulai dari hasil penelitian dari pengelolaan tindakan kelas dalam hal ini dengan metode kerja kelompok terhadap minat belajar siswa sekolah dasar kelas IV, serta pembahasan dan ulasan-ulasan lainnya yang berkaitan dengan variabel-variabel.
BAB V, merupakan kesimpulan dan saran yang diuraikan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas V dengan metode kerja kelompok.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan dalam aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli berikut tentang pengertian belajar. Winkel (Sukasno, 2002:10) menyatakan bahwa "belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas". Pendapat ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hamalik (2003:28) sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sesorang melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skill), ataupun dalam tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2009:22) menyatakan bahwa: "Belajar boleh dikatakan juga proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori".
Dari pengertian belajar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan prilaku pada seseorang (peserta didik) dan perubahan prilaku tersebut relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Perubahan ini terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.
2.2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang meyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diintegrasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Mc. Donald (dalam Sardiman, 2009:73) mengungkapkan bahwa "motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan". Lebih lanjut Sardiman (2009:74) mengungkapkan bahwa "motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu".
Menurut Hamzah (2011: 9) mengemukakan bahwa :
Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku /aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: (a) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
2.3. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dimana motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas diharapkan dapat dicapai siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Menurut Sardiman (2009: 86) bahwa "Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan".
Lebih lanjut, Brophy (dalam Syafitri,2011:2) mengungkapkan bahwa:
Motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situation specific state. Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http: //repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
McCombs (dalam syafitri, 2011:2) mengungkapkan bahwa :
Motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.
(diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf )
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran / pendidikan yang diikuti.
2.4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) kerja kelompok; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Menurut Purwadinata (dalam Sudjana, 2001:7) mengungkapkan bahwa " metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud" Morris (dalam Sudjana, 2001:8) mengemukakan bahwa metode adalah " A mean or manner of procedure ; specially a regular and systematic way of accomplishing anything …. Method emphasized procedures according to adetailed, logically ordered plan". Sedangkan menurut kamus besar Indonesia, "Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan" (Muliono, dkk, 1990:580-581).
Menurut Sudjana (2005:76) mengungkapkan bahwa: "Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran". Sedangkan Sutikno (2009:88) menyatakan bahwa "Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan".
Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
2.5. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok adalah salah satu dalam belajar mengajar, dimana siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau beberapa kelompok. Kerja kelompok diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa satu kelas dibagi atas beberapa kelompok kelompok kecil, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Metode kerja kelompok dapat dipakai untuk bermacam – macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung beberapa faktor, misalnya tujuan yang akan dicapai, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di kelas yang terbatas sehingga harus dibuat beberapa kelompok. Menurut Mudjiono (1991:61) mengemukakan: "Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan tugas - tugas berlajar secara bersama – sama".
Menurut Joesafira (2005) Mengemukakan bahwa:
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar - mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.
(Diunduh dari http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-kelompok.html pada tanggal 5 Februari 2014)
Lebih lanjut Syaiful Sagala (2009:216) mengemukakan bahwa: "metode kerja kelompok adalah siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub kelompok, metode kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan disekolah".
Dari pengertian metode kerja kelompok tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.
2.6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Kerja Kelompok
Roestiyah (2008:19-20) berpendapat bahwa:
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut :(1)Menjelaskan tugas kepada siswa, (2) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok, (3) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, (4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut, (5)Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu member saran/ pertanyaan, (6) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.
Menurut Soedjana (2001:161) mengungkapkan bahwa :
Penggunaan teknik kerja kelompok ditandai dengan : (1) tersusunnya pembagian tugas kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang akan dilakukan oleh para peserta didik, (2) adanya aturan –aturan atau prosedur pelaksanaan tugas, (3) peserta didik diorganisasi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksankan tugas, (4) tersedianya fasilitas, alat, waktu, dan daya dukung lainnya, dan (5) adanya kerjasama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di antara peserta didik dalam kelompok.
Ulih Bukit Karo-Karo (Hidayat, 2009: 18) menyebutkan bahwa jalannya pengajaran metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:
Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.
Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan.
Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.
Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.
Berdasarkan pendapat ahli diatas yang menjadi langkah-langkah metode kerja kelompok adalah:
Mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok (4-5 orang) harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan jenis kelamin, siswa yang heterogen dari segi kemampuan.
Memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan secara bersama-sama serta adanya ketua dan sekretaris kelompok.
Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.
Salah Satu Kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.
2.7. Kelebihan dan Kelemahan Metode kerja Kelompok
Roestiyah(1998:1) menyebutkan beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok. Keuntungan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut :
Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, dimana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok adalah :
Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kemampuannya kurang.
Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda – beda pula.
Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
Lebih lanjut Rosdiana (2008:12) mengemukakan beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok sebagai berikut:
Keuntungan pembelajaran kelompok yaitu : (1) Dapat memberikan kesempatan untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai kasus atau masalah, (2)Dapat memungkinkan guru untuk lebih mempertahankan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya, (3) Siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran dan berpartisipasi dalam diskusi, (4)Dapat memberikan kesempatan mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana membantu kelompok mencapai tujuan bersama.
Disamping keuntungan penggunaan metode kerja kelompok dalam satu pembelajaran, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain : (1) Kerja kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu dan cakap, (2) Kerja kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda pula, (3) Keberhasilan kerja kelompok tergantung kemampuan memimpin atau bekerja sendiri.
Dari pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan kelebihan dari metode kerja kelompok yaitu (1) Dapat memupuk rasa kerja sama dengan teman-temannya, (2) melatih keberanian untuk berkomunikasi dengan teman sekelas maupun di luar lingkungan sekolah, (3) Suatu tugas yang banyak dapat terselesaikan dengan cepat, (4) Adanya persaingan yang sehat, (5) Melatih dan menanamkan rasa tenggang rasa dan tanggung jawab, (6) Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas, (7) Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri. Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok yaitu : (1) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin ditonjolkan/egois, (2) Bagi yang keberaniannya kurang akan merasa rendah dan tergantung kepada orang lain, (3) Bila tidak ada kerja sama antar anggota maka akan ada hambatan dalam mengerjakan tugas, (4) Adanya dominasi oleh seseorang.
2.8. Pendidikan Agama Kristen (PAK)
2.8.1. Hakekat Pembelajaran PAK
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang yang sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda untuk mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan pemahaman, tingkat kemampuan serta daya kreativitas masing-masing.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen bukanlah "standar moral" Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara akrab karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan berkarya dalam hidup mereka. Dia adalah Sahabat dalam Kehidupan Anak-anak. Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.
Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion = injil), yang disajikan dalam dua aspek, aspek ALLAH TRITUNGGAL (ALLAH BAPA, ANAK, DAN ROH KUDUS) dan KARYANYA, dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI. Secara holistik, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik, terutama dalam pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih spesifik dan mendalam diajarkan di dalam gereja.
Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada kehidupan manusia (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada kehidupan manusia, dan iman Kristen berfungsi sebagai cahaya yang menerangi tiap sudut kehidupan manusia. Pembahasan materi sebagai wahana untuk mencapai kompetensi, dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu manusia sebagai ciptaan Allah, selanjutnya keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik, setelah itu barulah dunia secara keseluruhan dengan berbagai dinamikanya.
2.8.2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar
Tujuan PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya.
Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami dan menghayatinya.
Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik.
2.8.3. Fungsi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar
Fungsi PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari
2.8.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar
Ruang lingkup Pengajaran PAK tidak hanya menjadi alat atau sarana yang sangat efektif bagi iman Kristen, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman siswa gereja di masa yang akan datang. Ada beberapa alasan, yaitu:
Pertama, pengajaran Pendidikan Agama Kristen mempertemukan kehidupan manusia dalam hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang adalah Firman Yonahes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman dan firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah". Dalam Injil Yohanes 1:14, dikatakan bahwa : "Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah melihat kemulianNya" Karena perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang hidup, melalui pelajaran Agama Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus, dan tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan Yesus secara terang-terangan, akhirnya mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis Ibrani mengatakan "Sebab firman Allah hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita"
II Timoitus 4: 2
Ibrani 4 : 12
Apabila Firman Tuhan diajarkan dengan setia, penuh tanggung jawab, dan dengan teladan, Allah akan memakainya untuk mempengaruhi pikiran dan hati orang yang memerlukan Yesus.
Kedua, Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama. Pengajaran Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas, secara formal dan tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas yang akhirnya dapat membimbing kepada keputusan untuk menerima Kristus. Mavis L. Anderson, (1993) dalam hubungannya dengan mendidik atau mengajar, mengatakan :" Kata mendidik berarti "memimpin atau membimbing pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang menuju kepada kecakapan", pada jalan yang harus ditempuhnya, mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya memberikan pengetahuan teori sebanyak-banyaknya ke dalam hati murid-murid yang belum bersedia dengan satu pengharapan bahwa kelak pada akhir perjalanan yang jauh ini, murid akan tiba pada tujuan yang benar. Hal ini berarti membimbing dan melatih kehidupan itu dibawah pemeliharaan Roh Allah, sehingga langkah demi langkah, ia dipimpin kepada saat dimana ia menerima Dia yang adalah "jalan dan kebenaran dan Hidup" (Yohanes 14:6)" Penulis Kitab Perjanjian Baru menyebutkan "KOINONIA" yang berarti persekutuan Kristen yang terbaik. Koinonia itu meliputi keramahan, dan sekali-kali makan bersama. Semua itu memberikan kesan yang lebih mendalam daripada bersekutu saja. Secara harafiah kata itu berarti "kebersamaan". Anak-anak Tuhan yang terlibat dalam pelajaran agama Kristen dapat saling membagi pengalaman hidup, memperhatikan yang susah, turut senang dengan mereka yang mendapatkan berkat, menguatkan yang putus asa, dan saling mendoakan. Persekutuan semacam ini sering menjadi saluran berkat, anugrah Allah bekerja melalui hati mereka yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus secara 1. 1. 1. Mavis L. Anderson, Pola Mengajar Sekolah Minggu, Yayasan Kalam hidup, Bandung, 1993, Hlm. 89,90 pribadi.
Ketiga, Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk Penginjilan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri dari siswa yang umurnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu program pengajaran Agama Kristen tersusun sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan siswa. Dalam penyampaian materipun disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan demikian gereja dan sekolah dapat membuat program yang dapat memberikan tugas penginjilan secara logis dan efektif.
Keempat, Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling utama dari semua pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang (siswa) kedalam hubungan yang benar dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. Tujuan Penulis injil yang keempat , yaitu Yohanes, mengatakan : Supaya kami percaya bahwa Yesuslah Messias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil seperti ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya terhalang (Mark 10:20). Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen pasti ada semacam pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa atau orang-orang percaya yang sesat atau hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Dan orang-orang atau siswa yang sudah diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai hasil dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dalam hal ini Mavis L. Anderson (1993), menegaskan "perjalanan itu baru dimulai dan pendidikan harus dilanjutkan untuk membimbing murid-murid kepada kepenuhan di dalam Kristus".
2.8.5. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
Untuk melengkapi tujuan Pengajaran Agama Kristen dan Penginjilan di sekolah, yang merupakan usaha "Pemuridan" dan sekaligus "Penginjilan", obyek Pendidikan Agama Kristen disekolah sebagaimana ditulis oleh Dr. E.G Homringhausen dan Dr. I.H Enklaar, di bawah ini akan menambah wacana dalam memahami tujuan Pengajaran Agama Kristen di sekolah tersebut, yaitu : Pendidikan Agama Kristen menjadikan murid-murid menghargai dirinya sendiri. Pengajaran Agama Kristen membuat mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Melalui Pengajaran Agama Kristen, diharapkan mereka dapat belajar menghargai dunia ini. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat membedakan nilai-nilai yang baik dan yang jahat. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dengan filsafat hidup Kristen. Supaya mereka dapat menjadi orang yang dapat dipercaya. Supaya mereka belajar bekerja sama dan tolong menolong. Supaya mereka selalu mengajar kebenaran. Supaya mereka bersikap positif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, dan terhadap perkembangan-perkembangan sejarah umum.
Dengan pelajaran Agama Kristen, supaya mereka suka turut merayakan hari-hari raya Kristen dalam persekutuan Kristen. Ada beberapa sifat yang ditunjukkan dalam pengajaran Agama Kristen, sehingga sangat efektif dalam mencapai tujuan akhir dari Pendidikan atau Pengajaran Kristen, seperti yang dikemukakan oleh Harry M. Piland, yaitu :
Pertama, pengajaran yang "dijelmakan". Dijelmakan adalah istilah theologia abstrak, tetapi istilah itu mengatakan apa yang perlu dikatakan mengenai pengajaran Alkitab atau Pengajaran Agama kristen. Arti sebenarnya adalah bahwa firman itu menjadi daging dalam kehidupan guru-guru Agama Kristen dan dalam kehidupan anggota-anggota dalam kelas.
Kedua, mengajar dengan teladan. Sebagai guru Agung, sebagian besar apa yang diajarkan kepada murid-muridNya, diajarkan-Nya melalui contoh atau teladan. Ia merupakan teladan yang hidup mengenai apa yang ia inginkan agar dipelajari pengikutNya. Satu contoh, ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai kepemimpinan, Ia mulai pelayananNya dengan mempersiapkan sebuah kain, seember air dan kemudian mencuci kaki murid-murid yang memanggilNya "Guru". Dengan kata lain di dalam Yesus mengajar, Ia selalu memberi contoh atau teladan terlebih dahulu. Dalam Kitab Ulangan 6:1-9, adalah suatu keharusan mengajar dengan disertai teladan atau contoh.1 Pengajarannya harus "dipraktekan" dalam kehidupan konkret, yang dapat dilihat, "dibaca' dan ditiru atau dicontoh. "Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada TANGANMU dan haruslah itu menjadi lambang DIDAHIMU, dan haruslah engkau menuliskannya pada TIANG PINTU RUMAHMU dan pada PINTU GERBANGMU (ulangan 6:8-10). Perhatikan empat kata kunci dalam Pengajaran Kristen. Semua menunjuk kepada realitas, kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan yang harus diajarkan atau disampaikan kepada orang lain. Dalam Pengajaran, teladan lebih berharga dari sekedar perkataan.
Ketiga, pengajaran yang berpusat pada kehidupan. Dalam hal ini Iris V. Cully, (1995) mengemukakan : "Metode-metode pengajaran kristen harus berpusat pada kehidupan. Istilah "berpusat pada kehidupan" sama halnya dengan "berpusat pada pengalaman". Pengalaman Yuliana, Alam Semesta dan Sejarah, Buletin Evangelion, Edisi 50, tahun 1998 masa kini. Hasilnya adalah suatu minat yang kuat tentang saat ini dan rencana-rencana yang jelas bagi masa depan, namun hanya memiliki pandangan yang terpecah-pecah mengenai masa lampau. Kini pandangan "pandangan berpusat pada kehidupan" memperoleh makna yang lebih dalam melalui pemahaman-pemahaman para ahli dan filsafat teologi eksistensialis. Eksistensi-lah, dan bukan keberadaan yang abstrak, yang dianggap penting. Eksistensi terdiri dari suatu totalitas, bukan dari dalam keberadaannya sendiri, melainkan dari hubungan dengan orang lain, benda-benda" .
2.9. Konsep Keterbatasan Manusia
KETERBATASAN MANUSIA
Bahan Alkitab: Tawarikh 15:7
Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia. Manusia mampu membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja ada kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia tetap memiliki keterbatasan.
a. Memahami keterbatasan manusia
Ketika Allah menciptakan dunia beserta isinya, manusia diciptakan secara sempurna oleh Tuhan sebagai makhluk yang mulia. Manusia dilengkapi dengan akal budi dan pikiran yang sempurna. Namun, dalam perjalanan hidup selanjutnya, manusia tidak mampu menjalani perintah yang telah diberikan oleh Tuhan, akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Dosa tidak hanya menjadi pelanggaran terhadap perintah Tuhan, tetapi juga merupakan sikap pemberontakan manusia terhadap otoritas Allah. Sebagai penerima mandat Allah, manusia tidak mampu menjalankan seluruh perintah Allah, sehingga tetap berada dalam keterbatasannya.
b. Menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan
Pemahaman akan keterbatasan manusia membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa ia terbatas. Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia tidak akan menyadari dirinya yang sesungguhnya. Manusia harus berada pada sebuah pemikiran bahwa ia hanyalah manusia terbatas yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Kelemahan dan kekurangan yang dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alas an bagi manusia untuk berkarya dalam dunia ini.
Allah masih memiliki rencana indah bagi setiap manusia, meskipun kita memiliki keterbatasan. Manusia mempunyai potensi untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesame, dan ciptaanNya. Alkitab tidak mengakhiri kesaksianNya dan meninggalkan manusia dalam kegelapan dan tidak berpengharapan. Alkitab menyaksikan bahwa ada perdamaian dengan Allah. Allah tetap mengasihi manusia, asalkan mau memperbaiki dan menyadari setiap keterbatasannya.
Bahan Alkitab: Keluaran 14:15-31
Kebesaran Allah adalah ungkapan yang menjelaskan kemuliaan, keagungan, kehormatan dsb untuk menggambarkan keadaan Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan kebesaran manusia atau sesuatu yang besar didunia ini. Keterbatasan manusia adalah Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia.
Dalam keseluruhan isi Alkitab, Allah telah membuktikan segala karyaNya. Kebesaran Allah dapat kita lihat melalui:
Penciptaan dunia yang sangat sempurna. Dengan menyaksikan keindahan alam yang sempurna, kita mengakui kekuasaan Allah yang begitu besar.
Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya. Manusia diciptakan dengan sangat mulia dan Allah menjadikan manusia sebagai kawan sekerjanya untuk mengolah alam ciptaanNya.
Allah menyediakan pengampunan bagi manusia sejak jatuh ke dalam dosa hingga saat iniallah mengampuni manusia, meskipun ia telah jatuh ke dalam dosa.
Gambar 2.1 Perilaku berdoa sebelum memulai pelajaran supaya di berkati Tuhan
Karya Allah yang besar dan agung tidak sampai disini saja. Ketika manusia terus berbuat dosa dan dunia tidak mampu diselamatkan oleh siapapun, Allah menyediakan keselamatan melalui Yesus Kristus. Inilah kebesaran Allah yang sangat luar biasa. Mampukah kita menandinginya?
Keterbatasan berarti keadaan terbatas yang dimiliki oleh manusia. Dalam menghadapi keterbatasan yang dimiliki, manusia seharusnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah bahwa Allah mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk menghadapi keterbatasan yang dimiliki.
2.10. Kerangka Konseptual
Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana prasarana serta lingkungan belajar siswa. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran pendidikan agama Kristen yang dekat dengan kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik,dan variatif, mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai.
Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran, interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan minat belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang diketahui. Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi.
Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran dengan dengan metode kerja kelompok sangat mendukung peningkatan motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan dalam kerja kelompok tersebut terjalin hubungan antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Sehingga dengan interaksi yang terjadi motivasi belajar siswa pun terbangun yang pada tujuannya peningkatan hasil belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen materi Konsep Keterbatasan Manusia di kelas IV SD.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun yang berjumlah 18 orang. Objek penelitian ini adalah tindakan sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan Agustus sampai Oktober 2014.
3.4. Defenisi Variabel
Untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda serta untuk menciptakan kesamaan pengertian variabel-variabel maka penulis perlu merumuskan defenisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut
Metode kerja kelompok.
Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.
Motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
c) Hasil Belajar
Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan post tes setiap akhir pelaksanaan Siklus I dan Siklus II.
3.5. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini mengadopsi dari desain penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suhrsimi Arikunto 2006:97-99) "bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat langkah yang merupakan satu siklus atau putaran yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Gambar 3.1. Desain Penelitian
3.6. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap dengan pertimbangan bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang, peneliti (guru) berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian, dalam waktu yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya. Tahap-tahap metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah: 1. Tahap persiapan dan tahap perencanaan tindakan, 2. Tahap pelaksanaan tindakan, 3. Tahap pengamatan /observasi, 4. Tahap analisis dan refleksi, 5. Tahap perencanaan tindakan lanjutan.
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus ke II. Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan dan pada siklus II dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Hasil refleksi I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi II nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pembelajaran selanjutnya. Pelaku tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan berkolaborasi dengan wali kelas IV serta kerja sama dengan kepala sekolah. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah:
Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Mempersiapkan tes (soal)
Mempersiapkan lembar observasi
Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
Mengadakan apersepsi, pembagian kelompok dan pembagian LKS
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia.
Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok presentasi
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok.
Menyimpulkan pelajaran.
Memberikan tugas.
3. Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi materi Konsep Keterbatasan Manusia. secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok
4. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan observasi di dalam kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa. Jika masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, maka peneliti harus merencanakan tahap tindakan tindakan kedua pada silklus ke II.
Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Mempersiapkan tes (soal)
Mempersiapkan lembar observasi
Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
Mengadakan apersepsi dan membagikan LKS pada kelompok siswa
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia..
Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS
Menugaskan beberapa kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok presentasi
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok.
Menyimpulkan pelajaran.
Memberikan tugas.
3. Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi Konsep Keterbatasan Manusia. secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas segera menganalisa pelaksanaan PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Apabila pada siklus ke- II hasil belajar siswa dan motivasi siswa telah mencapai sasaran sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II. Akan tetapi, apabila pelaksanaan siklus II belum diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya yang bertujuan untuk menvalidasi hasil penelitian.
3.7. Istrumen dan Sumber Data
3.7.1 Instrumen Penelitian
Rencana Pembelajaran
RPP yang disediakan guru sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode kerja kelompok.
Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Pengumpulan data melalui tes dilakukan dengan tes awal (pre test) untuk memperoleh data awal dan tes diakhir pembelajaran (post tes) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru. Observer dalam penilitian ini adalah peneliti dan teman sejawat peneliti 1 orang. Observasi siswa dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, sedangkan observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui pengelolaan guru terhadap pembelajaran metode kerja kelompok yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.7.2. Sumber data
Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil dari observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dari hasil tes prakek. Pengambilan data dalam penelitian ini berdasarkan data proses dan hasil pembelajaran.
3.8. . Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
3.8.1. Teknik Pengolahan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian in adalah teknik pengolahan data kuantitatif, dilakukan saat pelaksanaan refleksi dari setiap siklus perolehannya berdasarkan setiap tindakan. Pengolahan data ini dilakukan setelah data terkumpul yang diperoleh dari seluruh instrumen penelitian hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, test praktek dan data hasil dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Langkah selanjutnya pengolahan data yang dilakukan melalui tiga langkah, yaitu : a. Reduksi data
Dalam tahap ini penelitian melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk menyerderhanakan, abstrak, transformasi data kasar yang diperoleh menjadi informasi hasil tindakan.
b. Paparan data
Penelitian mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk paparan naratif dan representative grafik.
c. Penyimpulan
Penelitia berusaha menarik kesimpulan dan melakuakn verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya yang mungkin ada, alur kausalitas dan fenomena, dan proposisi. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorosasikan, kemudian di sajiakan, dimaknai, disimpulakan dan terakhir periksa keabsahannya.
3.8.2. Analisis Data Penelitian
Data-data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan
analisis guna memecahkan masalah penelitian berasal dari :
Hasil wawancara antara peneliti, observer, dan siswa.
Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses pembelajaran dalam tindakan penelitian. Informasi ini diperoleh dari peneliti sebagai guru melalui proses observasi dan observer melalui observasinya pada setiap tindakan pembelajaran selama penelitian berlangsung
Berdasarkan itu pula maka data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sumber data yang berasal dari :
Siswa: melalui perubahan sikap dan hasil belajar
Guru: catatan dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan refleksi dari setiap kegiatan.
Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan analisis. Dari analisis data tersebut kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap rencana berikutnya. Analisis data biasanya dilakukan pada tahap akhir penelitian tindakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, namun demikian untuk kepentingan tertentu analisis datapun dapat dilaksanakan beriringan dengan pengolahan data di setiap selesainya satu tahap tindakan pembelajaran. Secara umum kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam proses penelitian ini adalah:
Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada siklus penelitian yang sudah dilaksanakan.
Membandingkan jumlah siswa yang sudah belajar dan belum tuntas.
Menganalisis perubahan perilaku siswa dari seluruh format observasi dan catatan guru setelah dua siklus pembelajaran dilaksanakan.
Menganalisis hasil test awal keterampilan dasar terhadap minat dan hasil belajar siklus I dan Siklus II.
Pengelolaan motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar siswa dilakukan dalam lima langkah sebagai berikut :
Merekap perubahan tingkat motivasi belajar siswa.
Menghitung secara secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang mengalami perubahan.
Menentukan peningkatan motivasi belajar siswa
Motivasi Belajar = Skor yang diperoleh siswaskor maksimal x 100%
Menentukan kriteria tingkat motivasi belajar siswa.
Dalam menentukan ini digunakan kriteria menurut Aqib Zainal ( 2006:54) yang dilakukan terhadap tes hasil belajaar siswa yaitu sebagai berikut:
0-59 % : Tingkat motivasi belajar siswa rendah
60-79% : Tingkat motivasi belajar siswa sedang
80-100% : Tingkat motivasi belajar siswa tinggi
Nilai Pada setiap indikator
Sangat baik : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Hal ini dapat dilihat dari beberapa persen tingkat keberhasilan yang dicapai dari perubahan motivasi dan hasil belajar siswa. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa telah mencapai ketuntasan 65% atau nilai 65. Ketuntasan itu dihitung dengan menggunakan rumus:
DS = Skor yang diperoleh siswaskor maksimal x 100%
DS = Daya serap
Kriteria :
DS < 65% siswa belum tuntas dalam belajar
DS 65% siswa telah tuntas dalam belajar.
Untuk menghitung persentase peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa secara kumulitatif mulai dari pre tes (tes awal), pos tes pada siklus I sampai pada post tes pada siklus II yaitu dengan cara:
p = x 100%
Keterangan:
p = Hasil Pengamatan
f = Jumlah seluruh aspek yang diamati
n = Banyak aspek yang diamati
3.9. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan belajar siswa dalam siklus I dan siklus ke II dalam % menurut Nurkanca dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel.3.1 Indikator Keberhasilan
Tingkat Keberhasilan
Arti
85 % - 100% dari jumlah setiap indikator
75 % - 84 % dari jumlah setiap indikator
61 % - 74 % dari jumlah setiap indikator
0 % - 65 % dari jumlah setiap indikator
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini, tolok ukurnya adalah sistem belajar tuntas yaitu pencapaian nilai KKM 65. Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah mencapai nilai 65 maka dikatakan berhasil tuntas dan secara klasikal apabila sebanyak 80% siswa telah mencapai nilai 65 maka dikatakan tuntas secara klasikal.
Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar
Secara perseorangan jumlah persentase (%) siswa yang skor naik semakin meningkat antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II. Sebaliknya jumlah persentase (%) skor siswa yang turun semakin menurun atau sedikit antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II.
Secara klasikal dengan membandingkan persentase (%) ketuntasan klasikal antara observasi awal, siklus I dan siklus II dengan kriteria persentase semakin besar atau meningkat dari observasi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.
3.10. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2014 yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Rencana Pelaksanaan PTK
No
Uraian
Agustus
September
Oktober
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1.
Persiapan Penelitian
2.
Perencanaan
3.
Pertemuan 1
Siklus I
Pertemuan 2
Siklus I
Tes Siklus I
4.
Pertemuan 3
Siklus II
Pertemuan 4
Siklus 4
Tes Siklus II
5.
Pengolahan Data
6.
Penyusunan Laporan
3.11. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang harus dibuktikan secara empiris. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama Kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Tempat Penelitian
4.1.1. Profil Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba, sebuah sekolah yang termasuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun. Sekolah tersebut beralamat di Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.
SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba merupakan Sekolah Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang memadai agar dapat meningkatkan kinerja semua guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional.
4.1.2. Visi dan Misi
4.1.2.1 Visi :
Unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan.
4.1.2.2 Misi :
Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan ajaran agama;
Menanamkan sikap dan perilaku sopan santun, toleransi, dan saling menghormati seluruh warga sekolah sebagai cermin dari luhurnya budi pekerti dan akhlak mulia;
Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan suasana yang kondusif, melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM;
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan minat, bakat dan potensi peserta didik;
Membina kemandirian peserta didik melalui keegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan;
Menghasilkan peserta didik yang berprestasi bidang akademik dan non akademik di tingkat kota, provinsi dan nasional;
Mewujudkan budaya tertib administrasi, waktu, dan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah;
Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan dan pelatihan secara formal dan non formal;
Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait, berlandaskan manajemen berbasis sekolah, akuntabel, transparan dan parsitipatif;
Meningkatkan tata kelola lingkungan sekolah yang asri melalui pemeliharaan yang berkesinambungan sehingga terwujud sekolah adiwiyata;
4.1.2.3. Tujuan :
Tujuan sekolah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan dasar sebagai berikut; "meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut".
a. Tujuan Jangka Panjang :
Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan guna meningkatkan kepribadian yang baik penuh keimanan dan ketaqwaan, serta berahlak mulia.
Mengembangkan budaya senyum, salam sapa, sopan dan santun serta saling menghormati dan menghargai antar semua warga sekolah.
Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif pada semua mata pelajaran.
Membina prestasi akademik dan non akademik melalui kegiatan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan efisien.
Membudayakan semangat yang inovatif, kreatif dan kritis dalam proses pembelajaran dengan berbasis karakter bangsa.
Menyelenggarakan kegiatan sosial yang menjadi bagian dari pendidikan karakter bangsa.
Meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis.
Meningkatkan layanan informasi dan teknologi dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi.
Menciptakan kondisi lingkungan yang asri, hijau, bersih, indah, aman, nyaman tertata rapi dan tertib.
Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan.
Memenuhi pengelolaan pendidikan yang transparan, akuntabel, efektif dan partisipatif.
Memanfaatkan dan memelihara fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran berbasis TIK.
b. Tujuan Jangka Pendek :
Peserta didik melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
Peserta didik menguasai keterampilan komputer program windows dan internet
Peserta didik berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik.
Peserta didik memiliki perilaku sesuai dengan Pendidikan karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Memiliki Perpustakaan yang representatif dengan pelayanan yang optimal.
Memiliki Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, dan Laboratorium Komputer yang representatif.
Memiliki Ruang Keterampilan dan Ruang Kesenian yang representatif.
Penataan lingkungan sekolah yang hijau, bersih, indah, aman, nyaman dan tertib.
Memiliki sarana sanitasi representatif, agar lingkungan belajar menjadi sehat dan nyaman.
Masyarakat dan pemerintah percaya atas produk dan bentuk-bentuk pelayanan sekolah.
4.1.3. Data Siswa dan Guru
Dalam lingkungan SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba terdapat variasi kehidupan masyarakat. Rata-rata latar belakang para siswa yang bersekolah di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba sebagian besar berasal dari kalangan masyarakat petani dan mempunyai agama yang berbeda-beda. Siswa siswi SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba pada tahun ajaran 2014/2015, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa
SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kelas I
23
10
33
Kelas II
10
14
24
Kelas III
17
20
37
Kelas IV
10
8
18
Kelas V
20
10
30
Kelas VI
22
16
38
Jumlah
102
78
180
Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015
Secara diagram dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 4.1 Data Siswa SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015
Sedangkan data guru yang bertugas di Negeri No.091367 Simpang Kinalang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Guru
SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015
No
Nama Guru
Jabatan
Gol.
Keterangan
1
Rohaman Purba, S.Pd
Kepala Sekolah
IVa
PNS
2
Marianna Lingga
Guru Kelas I
IVa
PNS
3
Restinauli Saragih
Guru Kelas II
IVa
PNS
4
Rosdiana Damanik
Guru Kelas III
IVa
PNS
5
Adevitry Sinaga
Guru Kelas IV
HONOR
6
Adevitry Sinaga
Guru Kelas V
IIIc
PNS
7
Sortalina Sitanggang
Guru Kelas VI
IIId
PNS
8
Bertauli Purba
Guru Agama Protestan
IIId
PNS
9
Lermi Haloho
Guru Agama Katolik
IIIc
PNS
10
Nurmawati Situmorang, S.Ag
Guru Agama Katolik
IIIc
PNS
11
Rudi M. Sipayung
Guru B.Ingris/ PJOK
-
HONOR
Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015
4.2. Sebelum Tindakan Kelas (Pra Siklus)
Peneliti telah melakukan observasi di SDN No.091367 Simpang Kinalang dan bekerja sama dengan guru / wali kelas IV (Adevitry Sinaga). Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Adevitry Sinaga, sebanyak 18. Pada pelaksanaan pra siklus ini peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru kelas IV bertindak sebagai pengajar. Pada tanggal 24 Juli 2014 diadakan test awal Pada materi Berdoa pada siswa kelas IV. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Hasil tes kemampuan awal dijadikan pedoman untuk mengetahui keadaan siswa sebelum diberi tindakan dan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar terhadap Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SDN No.091367 Simpang Kinalang setelah diterapkan Metode Kerja Kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Hasil observasi kegiatan siswa sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah siswa yang memiliki motivasi dan hasil belajar pada pra siklus adalah 11,11 % atau 2 siswa dari 18 siswa yang masuk dan jumlah siswa yang belum memiliki minat 89, 89 % atau 16 siswa dari 18 siswa yang masuk.. Dengan data tersebut peneliti dan guru kelas menyimpulkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran pendidikan agama kristen pada pra siklus di kelas IV masih rendah. Yang dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Awal
No
Nomor Kode Siswa
Indikator Motivasi
JLH
%
1
2
3
4
5
6
7
1
001
1
1
0
1
1
1
1
6
21
2
002
1
1
1
1
1
1
1
7
25
3
003
1
0
1
0
1
1
2
6
21
4
004
1
1
0
2
2
2
2
10
36
5
005
1
1
0
2
1
2
0
7
25
6
006
3
2
2
3
2
3
2
17
70
7
007
1
0
0
2
2
2
2
9
32
8
008
1
1
0
1
1
1
1
6
21
9
009
1
1
0
1
1
2
2
8
29
10
010
3
3
2
3
2
2
3
18
75
11
011
2
0
1
1
1
1
2
8
29
12
012
3
0
0
2
2
0
2
9
32
13
013
2
1
3
2
3
1
2
14
50
14
014
2
0
0
2
1
2
2
9
32
15
015
1
1
0
2
2
1
1
8
29
16
016
2
0
2
2
1
2
1
10
36
17
017
3
0
2
0
2
0
2
9
32
18
018
3
0
1
2
0
3
1
10
36
Dari tabel diatas terlihat siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi tidak ada, siswa yang mempunyai motivasi sedang 2 orang, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah 16 orang, secara umum motivasi belajar siswa rendah. Hal tersebut Persentase tigkat motivasi belajar siswa tahap awal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal
NO
Nilai Tingkat Motivasi
Jumlah Siswa
Persentase
1
Tinggi
0
0
2
Sedang
2
11,11
3
Rendah
16
89,89
Kondisi ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 4.2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal
Dan pencapaian indikator motivasi belajar sangat rendah. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 4.5
Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Pada Tahap Awal
No
Indikator
Persentase
Keterangan
1
Tekun menghadapi tugas
41
Rendah
2
Ulet menghadapi kesulitan
15
Rendah
3
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
16
Rendah
4
Lebih senang bekerja sama
41
Rendah
5
Dapat mempertahankan pendapatnya
36
Rendah
6
Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran
34
Rendah
7
Senang mencari dan memecahkan masalah
41
Rendah
Ketercapaian indikator Motivasi tahap awal ini dapat juga dlihat dalam bentuk diagram seperti berikut:
Perilaku Belajar (%)No Item Indikator
Perilaku Belajar (%)
No Item Indikator
Gambar 4.3. Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa
Tahap Awal
Dari hasil observasi pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas IV pada umumnya masih rendah. Dimana pada indikator tekun menghadapi tugas mencapai 41%, ulet menghadapi kesulitan mencapai 15%, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah mencapai 16%, lebih senang bekerja sama mencapai 41%, dapat mempertahankan pendapatnya mencapai 36%, tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran mencapai 34%, senang mencari dan memecahkan masalah mencapai 41%.
Dari rincian tersebut dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa masih rendah karena siswa belum mencapai kriteria motivasi belajar siswa secara maksimal.
. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
1. Tes Awal
Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami materi yang akan disajikan, sehingga peneliti dapat menyesuaikan bobot materi yang akan disampaikan kepada siswa. Tes yang digunakan berbentuk isian sebanyak 3 soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Daftar Nilai Tes Awal Siswa
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes
Kategori
1
001
6.00
Cukup
2
002
4.00
Kurang
3
003
8.00
Baik
4
004
4.00
Kurang
5
005
4.00
Kurang
6
006
4.00
Kurang
7
007
4.00
Kurang
8
008
4.00
Kurang
9
009
4.00
Kurang
10
010
9.00
Sangat Baik
11
011
5.00
Kurang
12
012
4.00
Kurang
13
013
6.00
Cukup
14
014
4.00
Kurang
15
015
4.00
Kurang
16
016
4.00
Kurang
17
017
9.00
Sangat Baik
18
018
5.00
Kurang
Jumlah
92.00
Rata-rata
5.00
Sangat Baik
2 Orang
11,11 %
Baik
1 Orang
5 %
Cukup
2 Orang
11,11 %
Kurang
13 Orang
72,22 %
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4
Kurang Sekali : < 4
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 11,11 % menunjukkan nilai kategori sangat baik, 5 % termasuk kategori baik, 11,11 % termasuk kategori cukup, dan sebanyak 72,22 % termasuk kategori kurang.
2. Pembentukan Kelompok
Belajar Kelompok belajar ini dibentuk untuk mengkondisikan siswa dalam suatu kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut yang hasilnya dikemukakan oleh siswa yang ditunjuk oleh guru dan semua anggota kelompok mengerjakan tugas pada lembar kerja yang telah disediakan. Kelompok belajar yang dibentuk terdiri dari 4 kelompok dari 18 orang siswa, sehingga masing-masing kelompok belajar berjumlah 4 dan atau 5 orang. Pembagian kelompok belajar dipilih secara adil dan merata berdasarkan kemampuan belajar maupun jenis kelamin, agar terjalin dinamika kegiatan pembelajaran yang lebih baik dan terkesan tidak berat sebelah, yaitu ada kelompok belajar yang kuat dan ada kelompok belajar yang lemah. Metode kerja kelompok yang digunakan adalah metode kerja kelompok.
3. Pembuatan Rencana Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan disajikan pada pelaksanaan penelitian. Rencana pembelajaran ini dituangkan ke dalam skenario pembelajaran dengan rumusan tujuan yang sistematis dan terencana.
Secara garis besar, langkah-langkah penyusunan skenario pembelajaran ini adalah: 1) Merumuskan tujuan yang merupakan tolak ukur peningkatan motivasi dan hasil belajar yang seperti apa yang akan diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dengan menggunakan kata-kata operasionalnya; 2) Menentukan metode pembelajaran dengan tepat, sehingga memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. 3) Menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sistematis untuk memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran; 4) Menentukan alat peraga sebagai media pembelajaran untuk lebih mempermudah siswa dalam memahami bahan materi pelajaran; 5) Menyusun Lembar Kerja Siswa sebagai alat untuk mendorong siswa dalam kegiatan belajar yang aktif; 6) Merumuskan alat evaluasi, sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk soal-soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Kegiatan siklus pertama dalam penelitian, tindakan dan observasi pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen melalui metode kerja kelompok dengan pokok bahasan Konsep Keterbatasan Manusia. Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa kelas IV di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun dengan siswa sebanyak 18 orang.
Kegiatan awal, yang dilakukan peneliti adalah mengajar dengan topik bahasan Konsep Keterbatasan Manusia. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan siswa berdoa terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai apersepsi guru menanyakan kepada siswa apakah diantara mereka ada yang tahu tentang Konsep Keterbatasan Manusia. Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan berkata kalau mereka tahu tentang Konsep Keterbatasan Manusia. Setelah mendapat respon dari siswa kemudian guru menceritakan sedikit tentang Konsep Keterbatasan Manusia.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. Dari penjelasan ini, diharapkan siswa dapat cepat dan mudah mengerti disamping memahami bahan materi yang disajikan. Selanjutnya situasi kelas diubah dari kegiatan klasikal kepada kelompok belajar. Karena pembentukan kelompok ini telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti langsung menyuruh mereka untuk duduk bersama kelompok belajarnya masing-masing. Langkah berikutnya guru membagikan lembar kerja untuk setiap siswa serta memberikan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu memperhatikan arahan dan petunjuk dari guru. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas, guru menunjuk kelompok siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan alasan yang logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok atau anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi balik terhadap tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju ke depan kelas. Semua anggota kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah kepada anggota kelompok terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa melaksanakan kelompok belajar adalah membimbing siswa dalam kelompoknya. Bimbingan diberikan untuk mengarahkan siswa agar mereka bisa meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak takut berbicara atau mengemukakan pendapat di depan kelas. Pada kesempatan yang sama, peneliti dibantu oleh rekan guru yang lain mengamati aktivitas siswa dalam berkelompok, bekerja sama, saling membantu antar teman, dan cara menyelesaikan masalah. Hal yang diutamakan dalam kriteria penilaian adalah bagaimana siswa mampu berinteraksi baik di dalam kelompok masing-masing maupun di depan kelas.
Hasil yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Siklus I Pertemuan I
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
No
Nomor Kode Siswa
Indikator Motivasi
JLH
%
1
2
3
4
5
6
7
1
001
2
4
2
2
3
3
3
19
68
2
002
3
3
3
4
3
3
4
23
82
3
003
2
2
2
1
2
2
4
15
54
4
004
3
3
2
4
3
3
3
21
75
5
005
2
2
2
3
2
3
3
17
61
6
006
2
3
3
3
3
4
4
22
79
7
007
3
3
3
3
4
4
3
23
82
8
008
2
2
4
2
2
3
3
18
64
9
009
4
3
4
3
3
3
2
22
79
10
010
3
2
2
3
3
2
4
19
68
11
011
2
3
3
2
3
4
3
20
71
12
012
3
1
2
2
3
1
3
15
54
13
013
3
3
2
3
2
3
3
19
68
14
014
3
2
2
3
3
3
2
18
64
15
015
2
2
3
3
4
2
2
18
64
16
016
2
2
2
3
3
3
3
18
64
17
017
3
2
3
1
2
2
3
16
57
18
018
2
3
3
4
2
3
2
19
68
Siklus I Pertemuan II
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
No
Nomor Kode Siswa
Indikator Motivasi
JLH
%
1
2
3
4
5
6
7
1
001
3
4
3
3
4
4
4
25
89
2
002
3
2
3
4
3
3
4
22
79
3
003
2
3
2
1
2
3
4
17
61
4
004
3
3
2
4
3
4
3
22
79
5
005
2
3
2
3
2
3
3
18
64
6
006
2
3
3
3
3
3
4
21
75
7
007
3
3
3
3
4
4
3
23
82
8
008
2
2
4
2
2
3
4
19
68
9
009
4
3
4
3
3
4
3
24
86
10
010
3
3
2
3
3
2
4
20
71
11
011
3
4
3
2
3
4
4
23
82
12
012
3
2
3
4
3
3
4
22
79
13
013
3
3
2
3
2
3
3
19
68
14
014
3
3
3
3
4
4
4
24
86
15
015
3
4
3
3
4
4
4
25
89
16
016
4
2
3
3
3
4
3
22
79
17
017
3
3
3
1
3
3
3
19
68
18
018
4
2
3
4
2
4
3
22
79
Dari tabel diatas terlihat secara umum motivasi belajar siswa meningkat dari awal ke pertemuan I dan pertemuan II pada siklus I. Persentase motivasi belajar siswa pada siklus I (Pertemuan I dan Pertemuan II) telah meningkat dari motivasi tahap awal I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. 9
Rekapitulasi Persentase Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
(Pertemuan I dan II)
No
Nomor Kode Siswa
Siklus I
Keterangan
Pert I (%)
Pert II (%)
1
001
68
89
Meningkat
2
002
82
79
Menurun
3
003
54
61
Meningkat
4
004
75
79
Meningkat
5
005
61
64
Meningkat
6
006
79
75
Menurun
7
007
82
82
Tetap
8
008
64
68
Meningkat
9
009
79
86
Meningkat
10
010
68
71
Meningkat
11
011
71
82
Meningkat
12
012
54
79
Meningkat
13
013
68
68
Tetap
14
014
64
86
Meningkat
15
015
64
89
Meningkat
16
016
64
79
Meningkat
17
017
57
68
Meningkat
18
018
68
79
Meningkat
Dari tabel diatas secara individu motivasi belajar siswa dari siklus I pertemuan I ke pertemuan II secara umum meningkat. Dimana motivasi belajar siswa yang meningkat ada 26 orang atau 77,2%; motivasi belajar siswa yang tetap ada 3 orang atau 11,4%; motivasi belajar siswa yang menurun ada 1 orang atau 11,4%.
Tabel 4.10 Tingkat Motivasi Belajar Siklus I
(Pertemuan I dan Pertemuan II)
NO
Nilai Tingkat Motivasi
Siklus I
Keterangan
Pert I
Pert II
Jlh
%
Jlh
%
1
Tinggi
3
8,6
10
28,6
Meningkat
2
Sedang
28
80,0
25
71,4
Menurun
3
Rendah
4
11,4
0
0,0
Menurun
Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok meningkatkan motivasi belajar siswa.. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 4.11 Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus I
(Pertemuan I dan Pertemuan II)
No
Indikator
Siklus I
Ket
Pert I (%)
Pert II (%)
1
Tekun menghadapi tugas
64
74
Meningkat
2
Ulet menghadapi kesulitan
65
76
Meningkat
3
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
68
76
Meningkat
4
Lebih senang bekerja sama
65
70
Meningkat
5
Dapat mempertahankan pendapatnya
70
73
Meningkat
6
Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran
72
81
Meningkat
7
Senang mencari dan memecahkan masalah
69
83
Meningkat
Gambar .4.4
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I
Perilaku Belajar (%)
Perilaku Belajar (%)
No Item Indikator
No Item Indikator
Keterangan:
Kategori motivasi tinggi
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru, berani mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu bekerjasama dengan baik di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan ide-ide dalam bentuk tulisan, dalam hal ini kemampuan siswa dalam menjawab soal tes tertulis.
Kategori motivasi sedang
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu untuk bertanya dan menyampaikan gagasan.
Kategori motivasi kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat pasif, tidak pernah bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu bekerjasama dalam kelompok bahkan cenderung mengganggu teman kelompoknya.
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut: Siswa yang mempunyai motivasi tinggi berjumlah 3 orang atau 8,6 %, siswa yang mempunyai motivasi sedang berjumlah 26 orang atau 80 %, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah berjumlah 2 orang atau 11,4 %.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku-buku pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang diperoleh pada tes akhir ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 12
Daftar Nilai Tes Akhir Siswa Siklus I
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes
1
001
7.00
2
002
5.00
3
003
9.00
4
004
6.00
5
005
5.00
6
006
6.00
7
007
8.00
8
008
5.00
9
009
5.00
10
010
6.00
11
011
6.00
12
012
5.00
13
013
5.00
14
014
5.00
15
015
5.00
16
016
6.00
17
017
7.00
18
018
8.00
Jumlah
216.00
Rata-rata
6.17
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai 5 ada 8 orang 44,45%. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 5 orang 27,78 %. Siswa yang mendapat nilai 7 ada 2 orang 11,11 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 2 orang 11,11%. Dan siswa yang mendapat niali 9 ada 1 orang 5,6%.
Tabel 4. 13
Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Siswa Siklus I
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes awal
Nilai tes akhir
Keterangan
1
001
6.00
7.00
Meningkat
2
002
4.00
5.00
Meningkat
3
003
8.00
9.00
Meningkat
4
004
5.00
6.00
Meningkat
5
005
4.00
5.00
Meningkat
6
006
4.00
6.00
Meningkat
7
007
7.00
8.00
Meningkat
8
008
4.00
5.00
Meningkat
9
009
3.00
5.00
Meningkat
10
010
5.00
6.00
Meningkat
11
011
4.00
6.00
Meningkat
12
012
4.00
5.00
Meningkat
13
013
3.00
5.00
Meningkat
14
014
4.00
5.00
Meningkat
15
015
4.00
5.00
Meningkat
16
016
5.00
6.00
Meningkat
17
017
4.00
7.00
Meningkat
18
018
5.00
8.00
Meningkat
Jumlah
167.00
216.00
Rata-rata
4.70
6.17
Keterangan :
Sangat Baik : 8.5 - 10
Baik :7.5 – 8.4
Cukup :5.5 – 7.4
Kurang : 4.0 – 5.4
Kurang Sekali : < 4
Dari tabel di atas ada peningkatan yang cukup baik dari data sebelumnya (tes awal) yaitu nilai kategori sangat baik meningkat dari 2,9% menjadi 5,71% dan kategori baik meningkat dari 2,9% menjadi 8,57%, kategori cukup meningkat dari 17,1 % menjadi 48,57%, dan kategori kurang menurun dari 71,4% menjadi 37,14%, serta kategori kurang sekali menurun dari 5,7 % menjadi 0 %.
c. Analisis, Refleksi, dan Revisi Pembelajaran
Analisis
Berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama diperoleh data hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut :
.
Tabel 4.14
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan Tes Akhir pada Siklus I
No.
Nilai Tes
Tes Awal
Tes Akhir
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
3
2
5,71
0
0
2
4
19
54,29
0
0
3
5
6
17,14
13
37,15
4
6
4
11,43
10
28,57
5
7
2
5,71
7
20,00
6
8
1
2,86
3
8,57
7
9
1
2,86
2
5,71
35
100,00
35
100,00
Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir yakni nilai rata-rata siswa menunjukkan yang termasuk kategori sangat baik meningkat 2,86% menjadi 5,71%, dan siswa memperoleh angka nilai baik meningkat dari 2,86% menjadi 8,57% serta siswa memperoleh angka nilai cukup meningkat dari 17,14% menjadi 48,57% sedangkan siswa memperoleh angka nilai kurangdan sangat kurang menurun dari 77,14% menjadi 37,15%.
Data yang diperoleh peneliti dari hasil pengamatan di atas pada tindakan pertama dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok pada mata pelajaran pendidikan agama kristen. Meningkatnya motivasi belajar siswa sejalan dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4. 15
Daftar Nilai Motivasi Siswa dengan Hasil Tes Akhir pada Siklus I
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Tingkat Motivasi Belajar
Nilai tes akhir
Siklus I Pert I
Siklus I Pert II
Rata-Rata
1
001
68
89
79
7.00
2
002
82
79
81
8.00
3
003
54
61
58
5.00
4
004
75
79
77
7.00
5
005
61
64
63
5.00
6
006
79
75
77
7.00
7
007
82
82
82
8.00
8
008
64
68
66
5.00
9
009
79
86
83
9.00
10
010
68
71
70
7.00
11
011
71
82
77
7.00
12
012
54
79
67
5.00
13
013
68
68
68
5.00
14
014
64
86
75
7.00
15
015
64
89
77
7.00
16
016
64
79
72
7.00
17
017
57
68
63
5.00
18
018
68
79
74
8.00
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa yang mempunyai motivasi tinggi mendapatkan nilai tes yang tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi rendah.
Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap tindakan pertama menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran pendidikan agama kristen dengan materi Konsep keterbatasan manusia melalui penerapan metode kerja kelompok belum sepenuhnya memenuhi harapan. Dilihat dari penguasaan materi, siswa masih kurang, khususnya dalam mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Aspek yang berhubungan dengan aktifitas belajar siswa masih harus diperbaiki, khususnya pada aspek keaktifan serta motivasi belajar siswa. Kerjasama dalam kelompok masih belum kompak, setiap anggota kurang bertanggung jawab pada tugasnya dan lebih mengandalkan kemampuan teman lainnya. Mereka masih belum menyadari bahwa keberhasilan setiap anggota kelompok merupakan keberhasilan kelompoknya. Sedangkan hal yang masih dirasakan kurang dari guru adalah dalam memberikan penjelasan lebih mendominasi, jarang memberi kesempatan bertanya jawab dengan siswa.
Revisi Pembelajaaran
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan seperti yang tergambar seperti di atas, peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran dengan cara memberikan penjelasan kembali secara lebih jelas. Selain itu, disarankan kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi terutama rajin membaca buku-buku pelajaran yang dapat menunjang prestasinya. Selanjutnya guru diharuskan memberikan bimbingan secara khusus dan bila perlu dilaksanakan tutor sebaya yaitu perbaikan belajar dengan bantuan siswa lainnya yang telah pandai. Sedangkan dalam memperbaiki aktifitas belajar secara kelompok, guru harus bisa mengatur jalannya tugas kelompok dan mengarahkannya secara benar dengan cara melibatkan semua siswa secara aktif, terutama dalam hal motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang yang masih kurang aktif, diberi kepercayaan untuk memimpin dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan
Tes Awal
Pada tindakan siklus II ini kembali diadakan tes awal seperti yang dilakukan pada tindakan siklus pertama. Topik bahasan yang dipelajari pada tindakan ini mengenai jenis-jenis teknologi produksi, tranportasi dan komunikasi . Tes awal yang digunakan berbentuk uraian sebanyak lima soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Daftar Nilai Tes Awal Siswa Siklus II
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes
1
001
7.00
2
002
5.00
3
003
7.00
4
004
6.00
5
005
4.00
6
006
5.00
7
007
6.00
8
008
4.00
9
009
4.00
10
010
6.00
11
011
5.00
12
012
4.00
13
013
4.00
14
014
5.00
15
015
5.00
16
016
6.00
17
017
6.00
18
018
6.00
Jumlah
186.00
Rata-rata
5.31
Dari tabel di atas, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 16,67% (3 orang) termasuk kategori baik, 67,14% (12 orang) termasuk kategori cukup, 16,67% % (3 orang) termasuk kategori kurang.
2. Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk memupuk peningkatan kebersamaan dan komunikasi yang baik antar siswa serta untuk menciptakan kondisi belajar yang baik, untuk pembentukan kelompok belajar pada siklus kedua ini agak diubah komposisi anggota kelompoknya. Namun hal ini tidak mengurangi ketentuan yang telah ditetapkan yaitu siswa tetap dipilih secara adil dan merata berdasarkan kemampuan belajar dan jenis kelaminnya, sehingga tidak ada kesenjangan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang. Sedangkan untuk jumlah kelompok masih tetap sama seperti kelompok belajar pada siklus pertama , yaitu 4 kelompok.
3. Pembuatan Rencana Pembelajaran
Dalam rencana pembelajaran pada siklus kedua ini dususun sama seperti pada siklus pertama, begitupun dengan langkah-langkah pembelajarannya. Perbedaannya hanya terletak pada sub pokok bahasan yang akan dipelajari, yang pada siklus kedua ini tentang materi "contoh keterbatasan manusia".
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Kegiatan awal, yang dilakukan adalah mengajar dengan topik bahasan jenis-jenis contoh keterbatasan manusia. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan siswa berdoa terlebih dahulu, lalu mengecek kehadiran siswa. Sebagai apersepsi guru menanyakan kepada siswa tentang materi sebelumnya, apakah mereka masih ingat dan paham tentang contoh keterbatasan manusia. Sebagian siswa menjawab pertanyaan guru dan berkata kalau mereka masih paham tentang contoh keterbatasan manusia. Setelah mendapat respon dari siswa kemudian guru mengulang sedikit tentang materi contoh keterbatasan manusia.
Kegiatan inti, diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran contoh keterbatasan manusia, siswa mendengarkan dan memperhatikan alat peraga yang dibuat guru sambil membuka buku paket masing-masing. Dari penjelasan ini, diharapkan siswa dapat cepat dan mudah mengerti disamping memahami bahan materi yang disajikan. Lalu guru melakukan Tanya jawab dengan siswa agar mereka semakin paham dan dengan tujuan mengasah kemampuan berkomunikasi siswa. Selanjutnya situasi kelas diubah dari kegiatan klasikal kepada kelompok belajar. Karena pembentukan kelompok ini telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti langsung menyuruh mereka untuk duduk bersama kelompok belajarnya masing-masing. Langkah berikutnya guru membagikan lembar kerja siswa untuk setiap siswa, kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan dan didiskusikan oloeh masing-masing kelompok dengan terlebih dahulu memperhatikan petunjuk dan arahan dari guru. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas, guru menunjuk kelompok tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan alasan yang logis. Anggota kelompok yang ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok atau anggota kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi balik terhadap tanggapan kelompok lain. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penilaian terhadap kelompok yang jawabannya paling bagus. Guru meminta siswa yang menjadi anggota kelompok terbaik untuk maju ke depan kelas. Semua anggota kelompok yang lain berdiri dan memberikan aplaus meriah kepada anggota kelompok terbaik. Kegiatan peneliti selama siswa melaksanakan kelompok belajar adalah membimbing siswa dalam kelompoknya. Bimbingan diberikan untuk mengarahkan siswa agar mereka bisa meningkatkan motivasi belajarnya dan tidak takut berbicara atau mengemukakan pendapat di depan kelas. Pada kesempatan yang sama, peneliti dibantu oleh rekan guru yang lain mengamati aktifitas siswa dalam berkelompok, bekerja sama, saling membantu antar teman, dan cara menyelesaikan masalah. Hal yang diutamakan dalam kriteria penilaian adalah bagaimana siswa mampu berinteraksi dengan baik di dalam kelompok masing- masing maupun di depan kelas. Hasil yang diperoleh dari penilaian aktifitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Siklus II Pertemuan I
Tabel 4.17
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan I
No
Nomor Kode Siswa
Indikator Motivasi
JLH
%
1
2
3
4
5
6
7
1
001
3
3
4
3
3
4
4
24
86
2
002
2
3
3
1
2
3
3
17
61
3
003
2
4
3
2
2
3
3
19
68
4
004
3
3
4
2
3
4
4
23
82
5
005
4
3
3
4
4
3
3
24
86
6
006
3
3
4
3
3
4
4
24
86
7
007
3
3
3
3
3
3
3
21
75
8
008
4
3
3
4
4
3
3
24
86
9
009
2
4
3
2
2
3
3
19
68
10
010
3
3
4
3
3
4
4
24
86
11
011
2
4
3
2
2
3
3
19
68
12
012
4
2
3
3
4
3
3
22
79
13
013
3
4
4
3
3
4
4
25
89
14
014
4
2
3
4
4
3
3
23
82
15
015
2
2
4
2
2
4
4
20
71
16
016
4
3
2
3
4
3
3
22
79
17
017
4
4
4
3
4
4
4
27
96
18
018
4
3
3
3
4
3
3
23
82
Siklus II Pertemuan II
Tabel 4.18
Hasil Observasi Motivasi Siswa pada Siklus II Pertemuan II
No
Nomor Kode Siswa
Indikator Motivasi
JLH
%
1
2
3
4
5
6
7
1
001
3
4
4
3
4
4
4
26
93
2
002
3
3
4
4
3
3
4
24
86
3
003
3
3
4
1
2
3
4
20
71
4
004
3
4
2
4
3
3
3
22
79
5
005
2
3
4
3
2
3
3
20
71
6
006
2
4
4
3
3
3
4
23
82
7
007
3
3
4
3
4
4
3
24
86
8
008
2
3
3
2
2
3
4
19
68
9
009
4
4
4
3
3
4
3
25
89
10
010
3
3
4
3
3
2
4
22
79
11
011
3
4
3
2
3
4
3
22
79
12
012
3
2
3
4
3
3
4
22
79
13
013
3
4
4
3
2
3
3
22
79
14
014
4
3
3
3
4
4
4
25
89
15
015
3
4
3
3
4
4
4
25
89
16
016
4
2
4
3
4
4
3
24
86
17
017
4
3
4
3
4
3
4
25
89
18
018
4
3
4
4
2
4
3
24
86
Tabel 4.19
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II ( Pertemuan I dan II)
No
Tingkat Motivasi
Ket
Nilai
Siklus II Pertemuan I
Siklus II Pertemuan II
Jlh
%
Jlh
%
1
Tinggi
3
16.67
10
65,7
Meningkat
2
Sedang
12
67,67
8
34,3
Menurun
3
Rendah
3
16.67
0
0
Menurun
Dan pencapaian indikator motivasi belajar dengan metode kerja kelompok meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 4.20
Ketercapaian Indikator Motivasi Siklus II
(Pertemuan I dan Pertemuan II)
No
Indikator
Siklus II
Ket
Pert I (%)
Pert II (%)
1
Tekun menghadapi tugas
77
82
Meningkat
2
Ulet menghadapi kesulitan
79
84
Meningkat
3
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
83
88
Meningkat
4
Lebih senang bekerja sama
71
77
Meningkat
5
Dapat mempertahankan pendapatnya
76
80
Meningkat
6
Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran
83
84
Meningkat
7
Senang mencari dan memecahkan masalah
85
88
Meningkat
Gambar .4.5
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II (Pertemuan I dan II)
No Item IndikatorPerilaku Belajar (%)
No Item Indikator
Perilaku Belajar (%)
Keterangan:
a. Kategori Baik
Selama pembelajaran siswa bersifat aktif, sering bertanya kepada guru, berani mengemukakan pendapat atau jawaban di dalam kelas, mampu bekerjasama dengan baik di dalam kelompok dan mampu mengekspresikan ide-ide dalam bentuk tulisan, dalam hal ini kemampuan siswa dalam menjawab soal tes tertulis.
b. Kategori Sedang atau Cukup
Selama pembelajaran berlangsung siswa masih ragu-ragu atau malu untuk bertanya dan menyampaikan gagasan.
c. Kategori Kurang
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya bersifat pasif, tidak pernah bertanya dan menyampaikan gagasan, tidak mampu bekerjasama dalam kelompok bahkan cenderung mengganggu teman kelompoknya.
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi berjumlah 15 orang atau 85,72%, siswa yang mempunyai motivasi sedang ada 3 orang atau 14,28%.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan seluruh materi yang telah disajikan dan mengingatkan kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku- buku pelajaran di rumah. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang harus dikerjakan oleh setiap siswa secara individu untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah disajikan. Hasil nilai yang diperoleh pada tes akhir ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.21
Hasil Nilai Tes Akhir Setelah Tindakan Siklus II
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes
1
001
8.00
2
002
6.00
3
003
9.00
4
004
8.00
5
005
8.00
6
006
8.00
7
007
9.00
8
008
7.00
9
009
7.00
10
010
8.00
11
011
6.00
12
012
5.00
13
013
7.00
14
014
8.00
15
015
7.00
16
016
8.00
17
017
8.00
18
018
9.00
Jumlah
135.00
Rata-rata
7,56
Dari tabel di atas diperoleh data sebagai berikut, siswa yang mendapat nilai 5 ada 1 orang 5 %. Siswa yang mendapat nilai 6 ada 2 orang 11,11%. Siswa yang mendapat nilai 7 ada 4 orang 20 %. Siswa yang mendapat nilai 8 ada 8 orang 44,45%. Dan siswa yang mendapat niali 9 ada 3 orang 16,16%.
Tabel 4.22
Daftar Perbandingan Nilai Tes Awal dan Nilai Tes Akhir Siklus II
Nomor Urut
Nomor Kode Siswa
Nilai tes awal
Nilai tes akhir
Keterangan
1
001
7.00
8.00
Meningkat
2
002
5.00
6.00
Meningkat
3
003
7.00
9.00
Meningkat
4
004
6.00
8.00
Meningkat
5
005
4.00
8.00
Meningkat
6
006
5.00
8.00
Meningkat
7
007
6.00
9.00
Meningkat
8
008
4.00
7.00
Meningkat
9
009
4.00
7.00
Meningkat
10
010
6.00
8.00
Meningkat
11
011
5.00
6.00
Meningkat
12
012
4.00
5.00
Meningkat
13
013
4.00
7.00
Meningkat
14
014
5.00
8.00
Meningkat
15
015
5.00
7.00
Meningkat
16
016
6.00
8.00
Meningkat
17
017
6.00
8.00
Meningkat
18
018
6.00
9.00
Meningkat
Jumlah
89.00
135.00
Meningkat
Rata-rata
4.90
7,56
Meningkat
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
a. Analisis dan Refleksi
1) Analisis
Berdasarkan hasil analisis pada siklus kedua diperoleh data pada tabel berikut:
Tabel 4. 23
Klasifikasi Nilai Tes Awal dan tes Akhir Tindakan Siklus II
No.
Nilai Tes
Pertemuan I
Pertemuan II
Ket
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
4
0
0 %
0
0
Menurun
2
5
1
5%
0
0
Menurun
3
6
2
11,11%.
1
5%
Meningkat
4
7
4
20%
2
11,11%.
Meningkat
5
8
8
44,45%
10
55,56%
Meningkat
6
9
3
16,16%
5
25%
Meningkat
18
100,00
18
Dari tabel di atas, diperoleh data hasil tindakan yang menunjukkan meningkatnya prestasi belajar dengan menerapkan metode kerja kelompok. Ada peningkatan yang cukup jelas dari hasil masing- masing siswa, pada kategori baik sekali diperoleh hasil 16,16% menjadi 25%, kemudian 42,86% termasuk kategori baik dari 8,58% berarti ada peningkatan sebesar 34,28%. Kemudian 37,15% nilai kategori cukup yang tetap 37,14%. Sedangkan untuk kategori nilai kurang ada 5,7% yang sebelumnya mencapai angka 54,29%. Berarti untuk kategori terakhir ini ada pengurangan yang cukup besar ke arah yang lebih baik yakni sebesar 48,57%. Meski belum menyeluruh, tetapi hal ini membuktikan bahwa metode kerja kelompok pada pembelajaran pendidikan agama kristen mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa menjadi lebih baik Hal ini sejalan dengan peningkatan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan tabel berikut :
Tabel 4. 24
Klasifikasi Nilai Tingkat Motivasi pada Siklus II
No
Tingkat Motivasi
Ket
Nilai
Siklus II Pertemuan I
Siklus II Pertemuan II
Jlh
%
Jlh
%
1
Tinggi
18
51,4
23
65,7
Meningkat
2
Sedang
17
48,6
12
34,3
Menurun
3
Rendah
0
0
0
0
Tetap
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di atas pada tindakan siklus kedua dapat penulis simpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan agama kristen melalui penerapan metode kerja kelompok meningkat tajam. Hal ini dapat dilihat dengan: 1. 51,4% menjadi 65,7% tingkat motivasi siswa tinggi, hal tersebut dapat berarti bahwa siswa terlibat langsung dan secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh antusias, 2. 48,6% menjadi 34,3% siswa tingkat motivasi siswa sedang yang bermakna siswa termotivasi belajar lebih baik oleh metode kerja kelompok yang diterapkan, serta 3. Siswa berani untuk bertanya jawab dan mengeluarkan pendapat di depan kelas.
2) Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap tindakan siklus kedua, diperoleh kesimpulan bahwa dari keseluruhan tindakan yang telah dilakukan peneliti melalui penerapan metode kerja kelompok terbukti ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya, pada materi pembelajaran pendidikan agama kristen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel perbandingan di bawah ini.
Tabel 4. 25
Perbandingan Persentase Tingkat Motivasi Siswa
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
No
Tingkat Motivasi
Keterangan
Nilai
Awal
Siklus I
Siklus II
Pert I
Pert II
Pert I
Pert II
1
Tinggi
0
8,6
28,6
51,4
65,7
Meningkat
2
Sedang
2,86
80,0
71,4
48,6
34,3
Menurun
3
Rendah
97,14
11,4
0,0
0
0
Menurun
Dari tabel diatas dapat disimpulkan ketuntasan motivasi belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu 65,7 % maka tujuan penelitian ini telah tercapai.
Tabel 4. 26
Perbandingan Perolehan Nilai Tes Awal dan Tes Akhir
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
No Urut
Nomor Kode Siswa
Siklus I
Siklus II
Tes Awal
Tes Akhir
Tes Awal
Tes Akhir
1
001
6.00
7.00
7.00
8.00
2
002
4.00
5.00
5.00
6.00
3
003
8.00
9.00
7.00
9.00
4
004
5.00
6.00
6.00
8.00
5
005
4.00
5.00
4.00
8.00
6
006
4.00
6.00
5.00
8.00
7
007
7.00
8.00
6.00
9.00
8
008
4.00
5.00
4.00
7.00
9
009
3.00
5.00
4.00
7.00
10
010
5.00
6.00
6.00
8.00
11
011
4.00
6.00
5.00
6.00
12
012
4.00
5.00
4.00
5.00
13
013
3.00
5.00
4.00
7.00
14
014
4.00
5.00
5.00
8.00
15
015
4.00
5.00
5.00
7.00
16
016
5.00
6.00
6.00
8.00
17
017
4.00
7.00
6.00
8.00
18
018
5.00
8.00
6.00
9.00
Jumlah
167.00
216.00
167.00
251.00
Rata-rata
4.70
6.17
4.70
7,17
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat kearah yang lebih baik. Pada siklus pertama rata-rata nilai akhir tes siswa adalah 6,17. pada siklus kedua rata-rata nilai akhir tes siswa adalah 7,17 dengan demikian terbukti metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang sejalan dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Hal ini terlihat dalam pencapaian indikator yang cenderung meningkat seperti tabel dan diagram berikut:
Tabel 4.27
Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Motivasi Belajar Siswa
No
Indikator
Awal
Siklus I
Siklus II
Ket
Pert I (%)
Pert II (%)
Pert I (%)
Pert II (%)
1
Tekun menghadapi tugas
41
64
74
77
82
Meningkat
2
Ulet menghadapi kesulitan
15
65
76
79
84
Meningkat
3
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
16
68
76
83
88
Meningkat
4
Lebih senang bekerja sama
41
65
70
71
77
Meningkat
5
Dapat mempertahankan pendapatnya
36
70
73
76
80
Meningkat
6
Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran
34
72
81
83
84
Meningkat
7
Senang mencari dan memecahkan masalah
41
69
83
85
88
Meningkat
Gambar 4.6
Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa
Perilaku Belajar (%)
Perilaku Belajar (%)
No Item Indikator
No Item Indikator
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa dalam setiap siklus semakin meningkat ke arah yang lebih baik. Jadi penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran pendidikan agama kristen kelas IV di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun telah berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa yang berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
4.2.3. Pelaksanaan dan Observasi Kegiatan Guru
Peneliti dalam melaksanakan tindakan di observasi oleh teman sejawat setiap melaksanakan tindakan (Lampiran ). Hasil observasi guru (peneliti) dapat dilihat pada tabel beriktut :
Tabel 4.28
Hasil Observasi Kegiatan Guru Peneliti
No
Aspek Yang diamati
Skor
Siklus I
Siklus I
Pert I
Pert II
Pert I
Pert II
1
Keterampilan membuka pelajaran
4
4
4
4
2
Keterampilan menyajikan materi
4
4
4
4
3
Ketepatan penggunaan metode pembelajaran kerja kelompok
4
4
4
4
4
Pemanfaatan media pembelajaran
4
4
4
4
5
Kemampuan mengelola kelas
4
4
4
4
6
Memberikan kesempatan kepada siswa
3
3
3
3
7
Efisiensi penggunaan waktu
4
4
4
4
8
Keterampilan menutup pelajaran
4
4
4
4
Jumlah Skor
31
31
31
31
Persentase Skor
96,8
96,8
96,8
96,8
Dari tabel diatas peneliti peneliti mampu melaksanakan rencana penelitian dan mengelola kelas pembelajaran dengan baik serta mempersiapkan diri sebelum masuk ke ruangan kelas dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Dan masalah yang terjadi adalah guru membatasi kesempatan siswa berinteraksi sewaktu pemaparan kerja kelompok karena keterbatasan waktu sehingga hanya perwakilan tiap kelompok saja yang diberikan kesempatan mengomentari pekerjaan siswa lainnya.
4.3. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen melalui Penggunaan Metode Kerja Kelompok
Pada pelaksanaan tindakan siklus I pembelajaran berjalan dengan baik, kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup. Tetapi dalam siklus ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi, hal ini disebabkan kerena belajar dengan menggunakan metode kerja kelompok adalah sesuatu yang baru bagi siswa dan membutuhkan waktu untuk memahami dan membiasakannya. Akibat dari ketidakterbiasaan ini dapat dilihat dari masih ada sebagian siswa yang tidak aktif dalam kerja kelompoknya sehingga nilai yang didapat pada akhir kegiatan belajar mengajar minim. Pada tindakan siklus II pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan baik dari segi kualitas kinerja guru maupun respon siswa dalam mengikuti pelajaran. Peningkatan yang sangat berarti pada palaksanaan pembelajaran ini terjadi karena siswa sudah tidak asing lagi dengan metode kerja kelompok. Pada pelaksanaan siklus II ini suasana kelas menjadi hidup, siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok serta berani untuk mengemukakan pendapat didalam kelas.
2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Pada keadaan awal sebelum peneliti menggunakan metode kerja kelompok, motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun hanya 5,7 %. Yaitu dari 18 siswa hanya 2 orang siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus I Pertemuan I dan II, motivasi belajar siswa meningkat. Yaitu pada Siklus I pertemuan I siswa bermotivasi tinggi 8,6%, sedang 80% dan rendah 11,4%, sedangkan pada pertemuan kedua siswa bemotivasi tinggi 28,6% tejadi peningkatan tajam dari sebelumnya, sedang 71,4% dan rendah tidak ada. Berarti ada peningkatan sebesar 77,14% dari kondisi awal. Pada siklus ini guru menggunakan metode kerja kelompok pada pembelajaran pendidikan agama kristen tentang keterbatasan manusia. Dengan menggunakan metode ini para siswa diajak untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Para siswa sudah berani untuk mengemukakan pendapatnya dan bertanya jawab dengan guru, selain itu juga mereka berinteraksi dengan sesama kelompoknya untuk bekerjasama mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah mengadakan post tes, nilai rata-rata yang di dapat oleh siswa adalah 66. Namun dalam siklus ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, sebagian siswa masih belum berani untuk mengeluarkan pendapat dan pasif dalam diskusi kelompok sehingga tidak termotivasi. Pada siklus II materi yang disampaikan adalah tentang contoh keterbatasan manusia. Tingkat motivasi belajar siswa meningkat, yaitu dari 35 siswa, sebanyak 23 orang atau 65,7% siswa bermotivasi tinggi dan 12 orang atau 34,3% bermotivasi sedang dengan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaaan diskusi kelompok pada siklus II siswa terlihat lebih aktif dan termotivasi. Suasana belajar menjadi lebih hidup, siswa sudah tidak ragu-ragu lagi bertanya jawab dengan guru serta mengeluarkan pendapat di dalam kelas. Hal ini disebabkan siswa senang dengan cara belajar menggunakan metode kerja kelompok, sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap nilai rata-rata yang didapat para siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu 86. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengguanaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Di dalam proses belajar mengajar sudah pasti terjadi interaksi yang didasari motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang diharapkan tercipta pada saat pembelajaran adalah motivasi yang mendukung proses belajar mengajar. Pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak menyenangi pelajaran pendidikan agama kristen. Dilain pihak pengetahuan tentang pendidikan agama Kristen sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran pendidikan agama kristen diberikan disemua jenjang pendidikan. Siswa lebih cenderung pasif ketika mengikuti pelajaran pendidikan agama kristen, karena biasanya guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Hal ini pun terjadi di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kabupaten Simalungun. Salah satu upaya agar pembelajaran IPS menjadi hidup adalah dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif di dalam kelas. Metode kerja kelompok dipilih dalam penelitian ini karena dapat memotivasi belajar siswa sehingga saat pembelajaran siswa tidak hanya duduk pasif.
Kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh setelah melakukan dua siklus adalah sebagai berikut:
Pada saat proses Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok suasana kelas menjadi lebih hidup, siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas, siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, serta berani untuk berbicara di depan kelas.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode kerja dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak positif terhadap nilai akhir yang diperoleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II melalui pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelaajran dan hasil belajar siswa, maka diperoleh data bahwa semua siswa menyukai cara belajar dan termotivasi untuk belajar dengan menggunakan metode kerja kelompok dengan alasan proses pembelajarannya menyenangkan serta tidak membuat jenuh.
5.2. SARAN
Mengingat penelitian diatas memberikan hasil positif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa maka tindakan kelas sebagaimana dilakukan didalam penelitian ini disarankan untuk diterapkan olah para guru disekolah dasar, tak terbatas pada kelas IV saja. Selain itu akan sangat bermanfaat apabila perluasan penelitian ini dilakukan untuk mata pelajaran selain pendidikan agama kristen.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara
Hidayat. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
LAI. (2008). Alkitab Terjemahan Baru Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia: Jakarta..
(National Training: Laboratorium, Bethel, Mane). Learning Pyramid http://www.eurekapendidikan.com/2014/02/metode-diskusi-buzz group.html.
http://pepak.sabda.org/25/nov/2004/anak_metode_mengajar_yesus
http://guruagamakristen.blogspot.com/2014/11/makalah-hubungan-perjanjian-lama-dengan.html
https://www.academia.edu/10064581/dasar_dan_tujuan_Pendidikan_Agama_Kristen.
https://www.academia.edu/8458235/makalah_teori_pembelajaran_faktor -faktor_yang_memengaruhi_belajar journal.um.ac.id/index.php/jph/article/viewFile/4150/798
https://www.academia.edu/10365909/Macam-macam_Diskusi_1 (Diakses Pada tanggal 15 Januari 2014)
Mudjiono. 1991. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Rosda Karya
Muliono,dkk. 1990.Kamus Bahasa Indonesia . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Joesafira, 2010. Metode Kerja Kelompok. (Online) dalam http:/ /delsajoesafira .blogspot.com/ 2010/05/metode-kerja-kelompok.html diunduh pada tanggal 5 Februari 2014.
Roestiyah, NK. 1998.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta
Roestiyah, NK. 2008.Strategi Belajar dan Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta
Rosdiana. 2008. Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 9 Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. (Online) dalam http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/meningkatkan-prestasi-belajar.html, diunduh tanggal 10 Maret 2014
Slameto. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman A.M. 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajawali Pres.
Sudjana.2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
Sudjana, Nana. 2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo
Sukasno. 2002. Pembelajaran yang efektif. Jakarta: PT RajaGrfindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Sutikno. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Syafitri, Rizky, 2011. Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMP Muhammadiyah 1 Medan. Repository USU, (Online) dalam http: //repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf diunduh pada tanggal 5 Februari 2014
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Syafaruddin, Nasution Irwan. (2005) . Manajemen Pembelajaran. Quantum Teaching: Jakarta.
Tirtarahardja Umar,La Sulo S. L. (2008). Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Penyusun KTSP Lengkap; Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta:Pustaka Yustisia.
Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Yacob, Sylvia. (2011) . Diktat Matakuliah: Pendidikan Agama Kristen Anak. Sekolah Tinggi Teologi Palu: Palu.
.
Lampiran 1-1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Pertama Siklus I
Sekolah : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester : IV (Empat) / Ganjil
Standar Kompetensi :
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar :
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada kemahakuasaan Allah.
Indikator :
Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia sebagai ciptaan Allah.
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mendaftarkan kelebihan yang ada pada dirinya.
Siswa dapat mendaftarkan kekurangan yang ada pada dirinya.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Konsep Keterbatasan Manusia.
C. METODE PEMBELAJARAN
Metode Kerja Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru.
Mengingat kuasa kepada kehidupan sehari-hari manusia.
Memotivasi Siswa bahwa Manusia memiliki keterbatasan yang menyatakan harus tunduk pada Allah.
Kegiatan Inti (29 menit)
Memandu siswa supaya membentuk 4 kelompok dengan ketentuan kelompok pertama 4 orang, kelompok kedua 4 orang, kelompok ketiga 5 orang, kelompok ke-empat 5 orang dan masing-masing menentukan ketua dan sekretaris kelompoknya..
Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang kelebihan dan kelemahan yang ada pada masing-masing anggota kelompoknya.
Guru menyuruh tiap kelompok mendata kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota kelompoknya yang dipandu oleh ketua dan sekretaris kelompok dan menuliskan lembar kerja kelompok.
Guru berkeliling mengawasi siswa yang diskusi dalam bekerja kelompok.
Guru menyuruh salah satu kelompok supaya memaparkan hasil kerja kelompok mereka dan mempersilahkan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapannya dan mengumpulkan Lembar kerja masing-masing kelompok
Guru menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan.
Penutup (3 menit)
Guru merangkum materi pembelajaran.
Guru memberikan PR rumah tentang kelebihan dan kelemahan Raja Daud dengan membaca Alkitab.
E. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Alkitab.
Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.
F. PENILAIAN
Teknik Instrumen: Tes Lisan
Bentuk Instrumen: Uraian
Contoh Instrumen:
Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?
Mengapa rupa manusia berbeda satu sama lain?
Mengapa manusia yang kembar sekalipun berbeda perilakunya?
Adakah kelebihan /kelemahan masing-masing temanmu?
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN No.091367
Simpang Kinalang
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
Peneliti
Guru Mapel PAK
BERTAULI PURBA
NIP.19681028 198712 2 001
Lampiran 1-2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Kedua Siklus I
Sekolah : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester : IV (Empat) / Ganjil
Standar Kompetensi :
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar :
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada kemahakuasaan Allah.
Indikator :
Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia sebagai ciptaan Allah.
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat membandingkan keberadaan dirinya dengan makhluk lain.
Siswa dapat menjelaskan makna keterbatasan yang ada pada dirinya.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Konsep Keterbatasan Manusia.
C. METODE PEMBELAJARAN
Kerja Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru dan mengumpulkan PR siswa.
Guru memberikan keterangan tentang PR siswa bahwa kekurangan dan kelebihan bias saling menguntungkan.
Kegiatan Inti (23 menit)
Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang kelebihan dan kelemahan yang ada pada ciptaan Tuhan yang selain manusia.
Guru menyuruh siswa membuat perbandingan kelebihan dan kelemahan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain. Dan menuliskan dalam lembar kerja.
Guru mengawasi kerja kelompok siswa
Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai membuat perbandingan dan mempersilahkan kepada kelompok lain memberikan komentar tentang presentasi kelompok tersebut.
Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil kerja siswa.
Guru menjelaskan kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain.
Penutup (9 menit)
Guru merangkum materi pembelajaran.
Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan PR.
Guru memberikan Tes Akhir Siklus I
E. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Alkitab.
Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.
F. PENILAIAN
Teknik Instrumen: Tes Tulisan
Bentuk Instrumen: Uraian
Contoh Instrumen:
a. Kenapa manusia diciptakan berbeda dengan yang lainnya?
b. Siapakah lebih tinggi manusia dengan malaikat Allah?
c. Samakah kedudukan semua manusia di bumi ini?
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN No.091367
Simpang Kinalang
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
Peneliti
Guru Mapel PAK
BERTAULI PURBA
NIP.19681028 198712 2 001
Lampiran 1-3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Ketiga Siklus II
Sekolah : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester : IV (Empat) / Ganjil
Standar Kompetensi :
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang menyebabkan manusia dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar :
Siswa mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada kemahakuasaan Allah.
Indikator :
Mensyukuri keterbatasan yang ada pada dirinnya sebagai siswa dan sebagai manusia sebagai ciptaan Allah.
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat membuktikan keterbatasan yang ada pada diri manusia.
Siswa dapat mengisi kekurangan kita dengan kelebihan yang ada pada diri kita.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Konsep Keterbatasan Manusia.
C. METODE PEMBELAJARAN
Kerja Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru
dan mengumpulkan PR siswa.
Memberi motivasi kepada siswa tentang manfaatnya perbedaan antara sesame ciptaan Tuhan.
Kegiatan Inti (29 menit)
Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok pertemuan sebelumnya.
Guru membagikan Lembar kerja siswa yang berisikan pertanyaan tentang pengertian keterbatasan pada manusia, dan menemukan kelemahan dan kelebihan yang dimiliki para Nabi masing-masing dua nabi tapi dipakai luar biasa.
Guru menyuruh siswa antar kelompok untuk saling bertanya dan memperbandingkan kelebihan dan kelemahan Nabi Daud, Nabi Salomo, Nabi Musa dan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki keterbatasan.
Guru mengawasi diskusi kerja kelompok siswa
Guru menyuruh salah satu kelompok yang sudah selesai mempresentasikan hasil kerjanya
Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan dan kritikan terhadapan presentasi kelompok tersebut dibawah pengawasan guru.
Guru menjelaskan tujuan Allah menciptakan manusia memiliki keterbatasan.
Penutup (3 menit)
Guru merangkum materi pembelajaran.
Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk mengumpulkan klipping tentang bencana alam dan berita dukacita.
E. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Alkitab.
Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.
F. PENILAIAN
Teknik Instrumen: Tes Lisan
Bentuk Instrumen: Uraian
Contoh Instrumen:
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN No.091367
Simpang Kinalang
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
Peneliti
Guru Mapel PAK
BERTAULI PURBA
NIP.19681028 198712 2 001
Lampiran 1-4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Ke-empat Siklus II
Sekolah : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen.
Kelas / Semester : IV (Empat) / Ganjil
Standar Kompetensi :
Menyebutkan wujud tindakan manusia yang dapat menunjukkan pemahaman dan pengakuan keberadaan Allah dan Manusia serta menjelaskan kemahakuasaan Allah yang menyebabkan manusia itu dapat bergantung sepenuhnya pada Allah.
Kompetensi Dasar :
Siswa mampu mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada kemahakuasaan Allah.
Indikator :
Mendaftarkan contoh-contoh nyata keterbatasan manusia dalam hidupnya.
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x35 Menit)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mendaftarkan hal-hal di luar kemampuan manusia.
Siswa dapat mempertanyakan asal keselamatan yang ada pada manusia.
Siswa dapat mengoreksi kelemahannya sebagai siswa.
Siswa dapat menjelaskan asal keselamatan yang ada pada manusia.
Siswa dapat meyakini asal keselamatan yang ada pada manusia.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Contoh-contoh keterbatasan.
C. METODE PEMBELAJARAN
Metode kerja Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pendahuluan (3 menit)
Menyapa Siswa, dan mengarahkan siswa untuk sebelum memulai pembelajaran supaya berdoa bersama dipimpin oleh guru
Memberi motivasi kepada siswa tentang Manusia membutuhkan Allah.
Kegiatan Inti (29 menit)
Dengan bimbingan guru, siswa dalam kelompok menyusun klipping dengan teratur.
Guru menjelaskan bahwa hal-hal di luar kemampuan manusia harus dihadapi dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Siswa dalam kelompok membaca kitab Injil, khususnya Yohanes 3:16.
Guru menceritakan secara singkat kehidupan manusia.
Dengan bimbingan guru, siswa dalam kelompok masing-masing menyimpulkan cerita guru.
Guru menjelaskan makna kedatangan Yesus ke dunia ini.
Penutup (3 menit)
Guru merangkum materi pembelajaran.
Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk mewawancarai dan bertanya bertanya kepada 6 orang dewasa dilingkungannya tentang contoh-contoh nyata keterbatasan manusia dalam hidupnya.
Guru membagikan Soal Tes Akhir Siklus II
E. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Alkitab.
Buku PAK kelas 4, Mitra, Medan, 2006.
Buku PAK kelas 4, BMI, Bandung, 2006.
Buku PAK kelas 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.
F. PENILAIAN
Teknik Instrumen: Tes Lisan
Bentuk Instrumen: Uraian
Contoh Instrumen:
a. Kepada siapakah kita bersyukur?
b. Siapakah Tuhan Yesus sebenarnya?
c. Apakah tujuan Yesus datang ke dunia ini?
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN No.091367
Simpang Kinalang
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
Peneliti
Guru Mapel PAK
BERTAULI PURBA
NIP.19681028 198712 2 001
Lampiran 2-1
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR SISWA
Indikator
Item Observasi
1. Kuatnya kemauan untuk berbuat
Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa aktif bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami
2. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu
Siswa memanfaatkan waktu yang ada untuk berdiskusi tentang pelajaran dengan teman maupun dengan guru.
3. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain
5. Siswa aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan tugas di kelas.
4. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
Siswa aktif berdiskusi dengan teman- temen dalam menyelesaikan tugas.
Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
5. Ulet dalam menghadapi kesulitan
Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu di kelas
Siswa tidak malu apabila mengalami kegagalan dan mampu untuk bangkit lagi menjadi lebih baik
6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa
Dalam mengerjakan soal atau mengerjakan tugas di kelas, siswa dapat mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari
Siswa menunjukkan kepedulian terhadap teman-temannya yang belum berhasil
7. Lebih senang bekerja mandiri
Siswa berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan kemempuannya.
Siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu di kelas saat pelajaran
8. Dapat mempertahankan pendapatnya
Siswa berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi kelas
Siswa mampu mempertahankan pendapatnya beserta alasannya di hadapan teman yang lainnya.
Lembar 2-2
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR SISWA
Pertemuan :
Siklus :
Hari / Tanggal :
Petunjuk :
Isilah lembar observasi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dalam setiap mengamati kegiatan belajar siswa. Berilah skor antara 1 sampai dengan 5 pada kolom yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan siswa.
Kelompok:
No
Deskripsi Pengamatan
Nomor Anggota kelompok
1
2
3
4
5
1
Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, apabila dalam dua jam pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama 60 s/d 70 menit.
Nilai 4 = baik, apabila dalam dua jam pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama 50 s/d 60 menit
Nilai 3 = cukup, apabila dalam dua jam pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama 40 s/d 50 menit
Nilai 2 = kurang, apabila dalam dua jam pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama 30 s/d 40 menit.
Nilai 1 = kurang sekali, apabila dalam dua jam pelajaran (70 menit) siswa aktif dan memperhatikan selama kurang dari 30 menit
2
Siswa aktif bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam mengikuti pelajaran siswa bertanya pada guru dan murid lebih dari lima kali.
Nilai 4 = baik, jika dalam mengikuti pelajaran siswa mau bertanya pada guru atau teman 3 s/d 5 pertanyaan
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam mengikuti pelajaran siswa bertanya pada guru atau teman dua atau tiga pertanyaan
Nilai 2 = kurang, jika dalam mengikuti pelajaran siswa hanya bertanya satu kali saja.
Nilai 1 = kurang sekali, jika dalam mengikuti pelajaran siswa sama sekali tidak mengajukan pertanyaan apapun
3
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika diberikan tugas mengumpulkannya lebih awal dibandingkan waktu yang telah ditentukan
Nilai 4 = baik, jika diberikan tugas siswa dalam mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Nilai 3 = cukup baik, jika diberikan tugas waktu mengumpulkan tugasnya molor maksimal 5 menit. Nilai 2 = kurang, jika diberikan tugas waktu mengumpulkan tugasnya molor maksimal 8 menit Nilai 1 = kurang sekali, jika diberikan tugas waktu mengumpulkan tugasnya molor lebih dari 8 menit
4
Siswa memanfaatkan waktu yang ada untuk berdiskusi tentang pelajaran dengan teman maupun dengan guru
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam pelajaran siswa diberikan waktu untuk diskusi dengan guru atau siswa lain, siswa tersebut mau bertanya dengan guru maupun siswa lainnya secara berulang-ulang.
Nilai 4 = baik, jika dalam pelajaran siswa diberikan waktu untuk diskusi dengan guru atau siswa lain, siswa tersebut hanya mau bertanya pada guru saja atau siswa lainnya saja secara berulang-ulang.
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam pelajaran siswa diberikan waktu untuk diskusi, siswa hanya bertanya sesekali saja.
Nilai 2 = kurang, jika dalam pelajaran siswa diberikan waktu untuk diskusi, siswa hanya membaca-baca buku saja.
Nilai 1 = kurang sekali,jika dalam pelajaran siswa diberikan waktu untuk diskusi, siswa hanya rame sendiri atau bermaian sendiri maupun dengan teman
5
Siswa aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan tugas di kelas
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam pelajaran siswa diberi tugas, siswa mengerjakannya dengan membaca bermacam-macam buku, bahkan meminjam di perpustakaan sampai menemukan jawaban yang dicari.
Nilai 4 = baik, jika dalam pelajaran siswa diberi tugas, siswa mengerjakan dengan membaca buku sendiri maupun bertukar dengan teman sampai memperoleh jawabannya.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan tugas hanya membaca buku yang siswa punya saja. Nilai 2 = kurang, siswa dalam mengerjakan tugas hanya mengandalkan ingatan saja sesekali sambil membuka buku yang ada.
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam mengerjakan tugas dikerjakan dengan asal-asalan tidak membuka buku apapun
6
Siswa aktif berdiskusi dengan teman-temen dalam menyelesaikan tugas.
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika siswa dalam berdiskusi aktif bertanya, berpendapat, dan menulis hasil dari diskusi.
Nilai 4 = baik, jika siswa dalam berdiskusi hanya aktif berpendapat dan menulis saja atau aktif bertanya dan berpendapat saja atau aktif bertanya dan menulis saja. (aktif dalam 2 item antara, bertanya, berpendapat dan menulis)
Nilai 3 = cukup baik, jika diswa dalam berdiskusi hanya aktif bertanya saja, berpendapat saja atau menulis saja
Nilai 2 = kurang, jika siswa dalam berdiskusi hanya mendengarkan saja
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa dalam berdiskusi hanya main sediri atau ngobrol sendiri
7
Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa dalam mengerjakantugas tekun dalam arti siswa sebelum menyelesaikan soal tersebut dan dianggap benar siswa belum mau mengerjakan hal atau pekerjaan lain.
Nilai 4 = baik, siswa dalam mengerjakan tugas tekun dalam arti siswa sebelum menyelesaikan soal yang diberikan siswa belum mau mengerjakan hal lain namun siswa dalam mengerjakan tugas sesekali bertanya sama teman.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan tugas tekun dalam arti siswa sebelum menyelesaikan soal yang diberikan siswa belum mau mengerjakan hal lain namun siswa dalam mengerjakan tugas berusaha menyelesaikan dengan cepat tanpa meneliti terlebih dahulu.
Nilai 2 = kurang, siswa dalam mengerjakan tugas dari guru, siswa sesekali diselingi ngobrol dengan teman atau melakukan hal yang tidak berkaitan dengan tugas yang ia kerjakan namun tugasnya masih dapat terselesaikan.
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam mengerjakan tugas terlalu banyak bermain atau ngobrol sehingga tugas tidak selesai pada waktu yang telah ditentukan
8
Siswa tidak malu apabila mengalami kegagalan dan mampu untuk bangkit lagi menjadi lebih baik
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika siswa saat disuruh mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa tidak malu walaupun diejek teman dan selanjutnya berani untuk maju ke depan lagi.
Nilai 4 = baik, jika siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa tidak malu walaupun diejek teman dan berusaha mencari jawan yang benar di belakang.
Nilai 3 = cukup baik, jika siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa tidak malu namun enggan mencari jawaban yang benar di belakang
Nilai 2 = kurang, jika siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas dan salah, siswa minder dan enggan jika suatu saat diminta maju lagi
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas, siswa enggan untuk maju ke depan karena takut.
9
Siswa berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa dalam mengerjakan tugas individu mengerjakan sesuai kemampuannya tanpa buka buku ataupun bertanya kepa teman lain, dan mengulangi jawaban secara berulang ulang setelah yakin baru dikumpulkan.
Nilai 4 = baik, siswa dalam mengerjakan tugas individu mengerjakan sesuai kemampuannya tanpa buka buku atau bertanya, tanpa mengulang jawaban kembali.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dalam mengerjakan tugas individu mengerjakan sesuai kemampuannya namun sesekali (kurang dari 3 kali) bertanya kepada teman lain.
Nilai 2 = kurang, siswa dalam mengerjakan tugas individu mengerjakan sesuai kemampuannya namun sering bertanya pada teman lain (bertnya lebih dari 3 kali)
Nilai 1 = kurang sekali, siswa dalam mengerjakan tugas individu sering bertanya pada teman lain dan bahkan membuka buku secara sembunyi sembunyi
10
Siswa percaya diri dalam melakukan sesuatu di kelas saat pelajaran
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, sering maju kedepan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan tanpa di minta oleh guru. (dalam satu kali pertemuan maju ke depan lebih dari 3 kali)
Nilai 4 = baik, sering maju ke depan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan tanpa diminta oleh guru. (dalam satu kali pertemuan maju ke depan 2 s/d 3 kali)
Nilai 3 = cukup baik, maju ke depan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan apabila diminta oleh guru
Nilai 2 = kurang, maju ke depan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan apabila diminta oleh guru dan ditemani oleh teman yang lain saat maju ke depan
Nilai 1 = kurang sekali, enggan maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal maupun menjawab pertanyaan sama sekali
11
Siswa berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi kelas
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, siswa tanpa disuruh berani menyampaikan banyak pendapat dalam diskusi kelas beserta alasan-alasan yang menguatkan pendapatnya. Nilai 4 = baik, siswa tanpa disuruh berani menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas beserta alasan-alasan yang menguatkan pendapatnya.
Nilai 3 = cukup baik, siswa dengan disuruh berani menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas beserta alasan yang menguatkan pendapatnya.
Nilai 2 = kurang, siswa dengan disuruh berkali-kali baru berani menyampaikan pendapatnya di depan kelas
Nilai 1 = kurang sekali, siswa sama sekali tidak berani menyampaikan pendapat di forum diskusi kelas walaupun sudah disuruh berkali-kali
12
Siswa mampu mempertahankan pendapatnya beserta alasannya di hadapan teman yang lainnya
Keterangan:
Nilai 5 = baik sekali, jika dalam berdiskusi siswa mampu mempertahankan pendapatnya dengan alasan alasan yang bisa diterima oleh anggota diskusi hingga pendapat tersebut dipakai dan diterima.
Nilai 4 = baik, jika dalam berdiskusi siswa mampu memberikan beberapa (banyak) pendapat sehingga salah satu pendapat yang disampaikan dapat diterima oleh anggota kelompok yang lain.
Nilai 3 = cukup baik, jika dalam berdiskusi siswa menyampaikan pendapat, namun ditolak oleh anggota lain namun masih berusaha menyampaikan pendapat yang lain walaupun bnelum tentu diterima. Nilai 2 = kurang, jika siswa dalam berdiskusi menyampaikan pendapat dan ditolak, enggan untuk berpendapat lagi dan cenderung diam hanya mendengarkan saja
Nilai 1 = kurang sekali, jika siswa dalam berdiskusi menyampaikan pendapat namun ditolak sehingga menimbulkan kemarahan, tidak mau ikut berdiskusi lagi
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 2-3
Angket Motivasi Siswa
Petunjuk Pengisian
Identitas Siswa
a. Nama Siswa :…………………………….. b. Kelas / No Absen :……………………………..
Mohon anda menjawab dengan sejujurnya.
Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Silahkan anda member jawaban dengan cara member tanda cek ( ) pada tempat yang telah disediakan.
Ada lima pilihan jawaban yang masing-masing maknanya sebagai berikut:
SS : Pernyataan sangat setuju jika pernyataan benar-benar sesuai dengan apa yang dirasakan.
S :Pernyataan setuju jika pernyataan cenderung sesuai tetapi belum sepenuhnya setuju dengan apa yang dirasakan.
TS : Pernyataan tidak setuju jika pernyataan cenderung tidak sesuai tetapi belum sepenuhnya tidak setuju.
STS : Pernyataan sangat tidak setuju jika pernyataan benar- benar tidak sesuai dengan yang dirasakan
B. Pernyataan Angket
No
Peryataan
Jawaban
SS
S
TS
STS
1
Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas sebaik mungkin
2
Saya aktif memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran
3
Saya jarang bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami
4
Saya enggan, kurang antusias mengikuti pelajaran
5
Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu
6
Saya selalu mengulang kembali pelajaran yang diberikan oleh guru di rumah
7
Saya sering bermain atau ngobrol di kelas setelah tugas saya selesai kerjakan
8
Saya belajar IPA hanya waktu jam pelajaran IPA saja
9
Saya aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan tugas di kelas.
10
Saya lebih senang melihat pemutaran video pembelajaran dibandingkan dengan mengobrol dengan teman sebangku
11
Saya lebih senang menonton TV daripada memutar VCD tentang pelajaran
12
Saya lebih senang bermain di waktu istirahat disbanding membaca buku di perpustakaan
13
Saya memperhatikan dengan baik VCD pembelajaran yang di putar di depan kelas
14
Saya tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
15
Saya tidak suka berdiskusi dengan teman- teman dalam menyelesaikan tugas.
16
Saya selalu ingin cepat selesai dalam mengerjakan tugas tanpa meneliti terlebih dahulu
17
Jika dalam mengerjakan soal jawaban saya salah, saya selalu berusaha mencari jawaban yang benar dengan cara membaca buku atau bertanya
18
Jika ulangan saya memperoleh nilai kurang bagus, saya akan belajar lebih giat lagi agar di ulangan berikutnya mendapatkan nilai yang bagus
19
Saya selalu puas dengan berapapun nilai yang saya peroleh
20
Saya mau meminjamkan buku yang saya punya dengan teman sebangku
21
Saya akan memberikan motivasi kepada teman yang takut pada materi pelajaran tertentu
22
Saya enggan membantu teman-teman yang belum berhasil
23
Saya senang jika melihat teman saya tidak bisa mengerjakan soal
24
Saya berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan saya
25
Mengerjakan soal bersama teman lebih menyenangkan darai pada mengerjakan sendiri
26
Saya lebih senang mengerjakan tugas kelompok disbanding mengerjakan soal individu
27
Dalam kelompok saya lebih senang menjadi ketua kelompok
28
Saya selalu mempertahankan pendapat saya di kelompok dengan mengutarakan alas an yang jelas
29
Saya sering tidak percaya diri saat mempertahankan pendapat saya di hadapan teman yang lainnya
30
Saya mudah menyerah jika mempunyai pendapat tapi tidak disetujui oleh anggota kelompok yang lain
Lampiran 2-4
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus I Pertemuan I
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist ( ) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan catatan bila diperlukan.
NO
Aspek yang diamati/ Indikator
Penilaian
Catatan
1
2
3
4
1
Keterampilan membuka pelajaran
2
Keterampilan menyajikan materi
3
Ketepatan penggunaan model pembelajaran kerja kelompok
4
Pemanfaatan media pembelajaran
5
Kemampuan mengelola kelas
6
Memberikan kesempatan kepada siswa
7
Efisiensi penggunaan waktu
8
Keterampilan menutup pelajaran
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014 Pengamat / Observer,
Adevitry Sinaga
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus I Pertemuan II
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist ( ) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan catatan bila diperlukan.
NO
Aspek yang diamati/ Indikator
Penilaian
Catatan
1
2
3
4
1
Keterampilan membuka pelajaran
2
Keterampilan menyajikan materi
3
Ketepatan penggunaan model pembelajaran kerja kelompok
4
Pemanfaatan media pembelajaran
5
Kemampuan mengelola kelas
6
Memberikan kesempatan kepada siswa
7
Efisiensi penggunaan waktu
8
Keterampilan menutup pelajaran
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014 Pengamat / Observer,
Adevitry Sinaga
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus II Pertemuan I
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist ( ) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan catatan bila diperlukan.
NO
Aspek yang diamati/ Indikator
Penilaian
Catatan
1
2
3
4
1
Keterampilan membuka pelajaran
2
Keterampilan menyajikan materi
3
Ketepatan penggunaan model pembelajaran kerja kelompok
4
Pemanfaatan media pembelajaran
5
Kemampuan mengelola kelas
6
Memberikan kesempatan kepada siswa
7
Efisiensi penggunaan waktu
8
Keterampilan menutup pelajaran
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014 Pengamat / Observer,
Adevitry Sinaga
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGELOLA KELAS YANG PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE KERJA KELOMPOK
Sekolah : SD Negeri 091367 Simpang Kinalang
Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen
Pokok Bahasan : Konsep Keterbatasan Manusia
Kelas : IV
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan Ke : Siklus II Pertemuan II
Hari/ Tanggal : September 2014
Pentunjuk :
Berikan tanda ceklist ( ) pada kotak yang sesuai menurut anda dan berikan catatan bila diperlukan.
NO
Aspek yang diamati/ Indikator
Penilaian
Catatan
1
2
3
4
1
Keterampilan membuka pelajaran
2
Keterampilan menyajikan materi
3
Ketepatan penggunaan model pembelajaran kerja kelompok
4
Pemanfaatan media pembelajaran
5
Kemampuan mengelola kelas
6
Memberikan kesempatan kepada siswa
7
Efisiensi penggunaan waktu
8
Keterampilan menutup pelajaran
Keterangan :
4 : Sangat Baik 3 : Baik
2 : Cukup 1 : Kurang
Simpang Kinalang, 2014 Pengamat / Observer,
Adevitry Sinaga
Lampiran 3
DAFTAR NAMA SISWA KELAS IV SDN NO.091367 SIMPANG KINALANG KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NO.
NAMA
JENIS KELAMIN
1
AGAVE JHON PAUL DAMANIK
L
2
BENEDIKTUS PURBA
L
3
CRISIEN IVAN HARIANDO PURBA
L
4
CRYSTINA DAMANIK
P
5
DERFINA NATALIA SIREGAR
P
6
DHIMAS RAMDANI SARAGIH
L
7
EANLINA DESWANI GIRSANG
P
8
EMI GUSTRIAMI SIREGAR
P
9
JAFRIANDO D DAMANIK
L
10
JUNI AMRI HALOHO
L
11
OCHA PRIMALIA TONDANG
P
12
RAPIDO KRISTIAN MANURUNG
L
13
RAPINDO NAPITUPULU
L
14
RIAMA ASTRI SIMAMORA
P
15
RICO CRISTOVEL SITOHANG
L
16
SHERLY MARIANI SIJABAT
P
17
TRI FEBRIANI SIPAYUNG
P
18
YONDO SOLIDEO HALOHO
L
Lampiran 4
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Hal : Izin Melaksanakan Penelitian
KepadaYth :KepalaSekolah
SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Kecamatan Purba Kab.Simalungun
Di
Tempat
Saya yang bertandatangandibawahini :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Dengan ini bermohon kepada Bapak untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan dari bulan September sampai Oktober Tahun 2014.
Adapun judul Penelitian saya adalah Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.
Demikianlah Surat Permohonan ini saya ajukan kiranya Bapak dapat mengizinkannya. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Pemohon
BERTAULI PURBA
NIP. 19681028 1987122001
SURAT PEMBERITAHUAN AKAN MELAKSANAKAN
PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV pada Materi Konsep Keterbatasan Manusia dari Bulan September sampai Oktober 2014.
Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat diginakan sebagaimana mestinya.
Simpang Kinalang, Agustus 2014
DisetujuiOleh Peneliti
Kepala Sekolah
ROHAMAN PURBA, S.Pd BERTAULI PURBA
NIP.19601025 198304 1 002 NIP. 19681028 1987122001
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN
SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor : 422/ /SD-Disdik / 2014
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Dengan ini memberikan izin melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV kepada :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Judul Penelitian : Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Kepala Sekolah,
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN
SURAT PENUGASAN
Nomor : 422/ /SD-Disdik / 2014
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Menerangkan bahwa
Nama : ADEVITRY SINAGA
Jabatan : Guru Kelas IV
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Nama : Lermi Haloho
NIP : 19670523 1990072001
Pangkat/Gol : Penata / IIIc
Jabatan : Guru Muda / Guru PAK Katolik
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Untuk melaksanakan kegiatan sebagai Guru Observer atas Penelitian Tindakan Kelas atas nama :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Demikianlah Surat Penugasan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan sebaik mungkin.
Simpang Kinalang, Agustus 2014
Kepala Sekolah,
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN
SURAT KETERANGAN
TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor : 422/ / SD- Disdik/ 2014
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Menerangkan bahwa :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Telah melaksanakan PenelitianTindakan Kelas (PTK) di Kelas IV materi Konsep Keterbatasan Manusia dari bulan September sampai dengan Oktober 2014.
Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya..
Simpang Kinalang, 2014
Kepala Sekolah,
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI No. 091367 SIMPANG KINALANG
KECAMATAN PURBA KAB. SIMALUNGUN
SURAT PERNYATAAN PERPUSTAKAAN
Nomor : 422/ /SD-Disdik/ 2014
Saya yang bertandatangandibawahini :
Nama : ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP : 19601025 198304 1 002
Pangkat/Gol : Pembina / IVa
Jabatan : Guru Madya / Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul :
"Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015".
Yang disusun oleh :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Telah disimpan dan di jadikan refrensi di Perpustakaan SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang dengan Nomor Register :
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Simpang Kinalang, 2014
Kepala Sekolah,
ROHAMAN PURBA, S.Pd
NIP.19601025 198304 1 002
DAFTAR HADIR PELAKSANAAN
SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN
Judul Penelitian : Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hasil Karya :
Nama : BERTAULI PURBA
NIP : 19681028 1987122001
Pangkat/ Gol : Penata Tk. I / III d
Jabatan : Guru Muda / Guru Mata Pelajaran PAK
Unit Kerja : SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
Padahari :
Bertempat : Ruang Guru SD Negeri No. 091367 Simpang Kinalang
DaftarHadirPeserta seminar
No
NAMA/ NIP
Jabatan
Instansi
TandaTangan
Simpang Kinalang, 2014
DisetujuiOleh KKG
Kepala Sekolah
ROHAMAN PURBA, S.Pd ROSDIANA DAMANIK
NIP.19601025 198304 1 002 NIP. 19641127 1986042002