BADAN BA DAN PELA PELAKSANA KSANA KEGIATAN USAHA USAHA HULU MINYAK MINYAK DAN GAS BUMI (BPMIGAS)
PEDOMAN PEDOMAN TATA KERJA
Nomor : 041/PTK/I/2011
TENTANG:
PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
JAKARTA TAHUN 2011
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman i
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
UMUM 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Ruang Lingkup 1.4. Dasar Hukum dan Referensi Hukum 1.5. Prinsip Dasar Pelaksanaan Pemeliharaan Fasilitas Produksi 1.6. Prinsip Pemeliharaan Fasilitas Produksi 1.7. Pengertian dan Istilah INTEGRITAS FASILITAS 2.1. Landasan dan Tujuan 2.2. Persyaratan Minimum 2.3. Pengelolaan Data dan Dokumen 2.4. Penilaian Kinerja 2.5. Tahapan Program Integritas Fasilitas KETERSEDIAAN DAN KEANDAL AN PERALATAN 3.1. Tujuan 3.2. Persyaratan Minimum 3.3. Kerangka Umum Kerja Pemeliharaan 3.4. Pengelolaan Data dan Dokumen PENENTUAN STRATEGI PEMELIHARAAN 4.1. Analisis Fungsional 4.2. Analisis Tingkat Kekritisan 4.3. Derajat Kekritisan (Criticality Ranking) 4.4. Data Strategi Pemeliharaan 4.5. Benchmarking 4.6. Manajemen Perubahan
1 1 1 3 3 4 5 6 12 12 13 14 16 18 19 19 19 20 24 26 26 26 26 27 28 29
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
5.
Halaman ii
PROSEDUR KEGIATA N PEMELIHARAAN 5.1. Prosedur Kegiatan Pemeliharaan 5.2. Penentuan Jenis Kegiatan Pemeliharaan 5.3. Perencanaan dan Penjadwalan 5.4. Kegiatan Pemeliharaan 5.5. Penyelesaian Kegiatan Pemeliharaan 6. ORGANISASI DAN KOMPETENSI 6.1. Organisasi 6.2. Kompetensi 7. STRATEGI PEMELIHARAAN UNTUK FASILITAS BARU 7.1. Kondisi Laik Operasi 7.2. Pertimbangan Umum Perencanaan Fasilitas 7.3. Pertimbangan Aspek Pemeliharaan dalam Perencanaan Fasilitas 7.4. Kegiatan Pemeliharaan Pada Tahap Awal Pengoperasian Fasilitas 8. MANAJEMEN MATERIAL 8.1. Maksud dan Ruang Lingkup 8.2. Persyaratan Minimum 8.3. Peluang Efisiensi Pengadaan Barang dan Jasa Pemeliharaan 8.4. Strategi Manajemen Material Pemeliharaan 8.5. Perencanaan dan Kontrol Ketersediaan Barang 9. DECOMMISSIONING 9.1. Decommissioning 9.2. Abandonment 10. PELAPORAN DAN AUDIT 10.1. Pelaporan 10.2. Audit
30 30 31 31 32 33 35 35 36 38 38 38 38 39 40 40 40 41 42 43 44 44 45 46 46 47
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman iii
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Formulasi Lampiran 2 Klasifi kasi Tingkat Peralatan Lampi ran 3 Conto h Diagram Alir Manajemen Pemeliharaan Lampi ran 4 Siklu s Hidup Peralatan dan Tipik al Pemelih araan Keandalan Lampiran 5 Contoh Program Kerja Studi RAM Lampiran 6 Contoh Flowchart Identi fikasi Resiko (Hazard Identif ication) Lampi ran 7 Metod a Pengembangan Strategi Pemelih araan
PEDOMAN PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 1 dari 47
1. UMUM
1.1. 1.1. Latar Belakang Minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam strategis yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional dan merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh sebab itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat. Untuk memberikan landasan hukum bagi penataan atas penyelenggaraan dan pengelolaan pengusahaan minyak dan gas bumi, serta langkah-langkah pembaruannya, maka telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Peraturan Pemerintah Nomor 42 42 Tahun Tahun 2002 tentang Badan Badan Pelaksana Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Minyak dan gas bumi sebagai salah satu produk yang mempunyai nilai strategis perlu dijaga ketersediaannya secara berkesinambungan, oleh karenanya pemeliharaan fasilitas produksi minyak dan gas bumi perlu dikelola secara baik dan tepat. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka BPMIGAS bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) menyiapkan Pedoman Tata Kerja (PTK) Pemeliharaan Fasilitas Produksi dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 1.2. 1.2. Maksu Maksu d dan Tujuan 1.2.1. Pedoman Tata Kerja ini dimaksudkan untuk: 1. Menjadi panduan untuk memberikan keseragaman pengertian dan tata cara pelaksanaan teknis dan administratif yang terintegrasi dalam melakukan kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Produksi.
PEDOMAN PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
2.
1.2.2.
Halaman 2 dari 47
Menjadi acuan bagi semua pedoman baik berupa pedoman tata kerja maupun pedoman umum mengenai pelaksanaan Pemeliharaan Fasilitas Produksi yang dikelola oleh Kontraktor KKS dan/atau Pemeliharaan Fasilitas Produksi lain yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku termasuk dalam kegiatan usaha hulu Migas. 3. Memberikan arahan serta petunjuk teknis untuk penyusunan strategi dan pelaksanaan Pemeliharaan Fasilitas Produksi yang dikelola oleh Kontraktor KKS, termasuk penyedia jasa Pemeliharaan Fasilitas Produksi. Menjadi acuan dasar bagi setiap Kontraktor KKS untuk penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Pemeliharaan Fasilitas Produksi. Tujuan penyusunan Pedoman Tata Kerja ini adalah : 1. Memberikan acuan dalam menetapkan persyaratan minimum Pemeliharaan Fasilitas Produksi guna menjamin pencapaian target tingkat produksi, serta pemenuhan dipatuhinya ketentuan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) dengan biaya yang optimum. Reliability), Ketersediaan 2. Menjamin Keandalan (Reliability), ( Availability) Availability) dan Kemampurawatan (Maintainability) Maintainability) Fasilitas Produksi yang optimum. 3. Memberikan acuan dalam menyusun indikator kinerja atau KPI (Key (Key Performance Indicator ) pelaksanaan Pemeliharan Fasilitas Produksi. 4. Memberikan panduan dalam upaya penghematan, baik terkait Pemeliharaan Fasilitas Produksi maupun pengoperasiannya.
PEDOMAN PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 3 dari 47
1.3. 1.3. Ruang Lin gku p 1.3.1. Lingkup Pemberlakuan Pedoman Tata Kerja ini berlaku untuk: 1. Fasilitas Produksi yang berstatus masih beroperasi, termasuk yang berstatus idle, idle, standby, standby, cadangan. 2. Fasilitas Produksi berstatus decommissioning 3. Fasilitas Produksi yang dikelola dan dikendalikan oleh Kontraktor KKS, baik merupakan aset Kontraktor KKS maupun disewa dari pihak lain. 4. Fasilitas Produksi yang masih dalam tahap perancangan atau tahap konstruksi utamanya terutama berkaitan dengan aspek Keandalan, Ketersediaan dan Kemampurawatan. 1.3.2. Lingkup Pengaturan Pedoman Tata Kerja ini mencakup pengaturan tentang: 1. Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan Kontraktor KKS dalam melakukan Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi. 2. Persyaratan minimum serta tata cara pelaksanaan teknis dan administrasi kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi oleh Kontraktor KKS maupun sub-kontraktor penyedia jasa yang ditunjuk. 1.4. 1.4. Dasar Dasar Huku Huku m dan Referensi Referensi Huku m 1.4.1. Dasar Hukum : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 2001 tentang tentang Minyak dan Gas Bumi. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 4. Kontrak Kerja Sama
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
1.4.2.
Halaman 4 dari 47
Referensi Hukum : 1. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 06P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan, dan Teknik yang dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
1.5. Prinsip Dasar Pelaksanaan Pemelih araan Fasilitas Produksi 1.5.1. Menjaga kesinambungan produksi Minyak dan Gas Bumi, dimana segala aktivitas pemeliharaan yang dilaksanakan adalah untuk merawat dan menjaga semua peralatan fasilitas produksi beroperasi dengan baik. 1.5.2. Mematuhi ketentuan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. 1.5.3. Menjaga agar tingkat Integritas Fasilitas dalam kondisi baik. 1.5.4. Memaksimumkan Keandalan (Reliability) dan Ketersediaan ( Availability) peralatan sesuai dengan kebutuhan operasi. 1.5.5. Menerapkan strategi pemeliharaan secara berkesinambungan sejak tahap konseptual saat Fasilitas Produksi dirancang. 1.5.6. Melakukan pencegahan dan identifikasi masalah yang akan timbul secara dini. 1.5.7. Melakukan pengukuran dan mendorong peningkatan kinerja untuk perbaikan yang berkelanjutan dengan menerapkan metode Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). (* keterangan dimasukkan dalam lampiran) PLAN rioritas DO tindakan terukur
ACTION analisa /evaluasi CHECK endataan
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 5 dari 47
1.6. Prinsip Pemeliharaan Fasilitas Produk si 1.6.1. Mengelola sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien dengan menerapkan teknologi sesuai dengan tujuan Pemeliharaan. 1.6.2. Memelihara sistem pencatatan untuk merunut pelaksanaan aktivitas pemeliharaan, kerusakan dan pemanfaatan peralatan fasilitas produksi. 1.6.3. Memiliki dan menerapkan Strategi Pemeliharaan terdiri dari beberapa elemen seperti tercantum di bawah ini: 1. Corrective Maintenance a. Melakukan perbaikan terhadap peralatan/fasilitas yang mengalami kerusakan. b. Melakukan perbaikan terhadap perlatan/fasilitas yang mengalami penyimpangan di luar toleransi. c. Melakukan perbaikan berkala setelah beroperasi sesuai dengan jumlah jam jalan (running hours) yang dipersyaratkan atau menurut perhitungan, misalnya overhaul peralatan putar 2. Preventive Maintenance a. Melaksanakan kegiatan pencegahan kerusakan atau penyimpangan, termasuk antara lain menginspeksi, mengukur, memeriksa, dan menganalisis b. Menggunakan catatan frekuensi kerusakan untuk menyusun prioritas pelaksanaan pemeliharaan. 3. Predictive Maintenance a. Mendeteksi peralatan/fasilitas yang mengalami keausan (wearness) atau kelelahan (fatigue) yang berpotensi mengakibatkan kerusakan. b. Mencatat semua data kerusakan dan/atau kegiatan pencegahan untuk menganalisis kecenderungan (trend), misalnya suhu pelumas, getaran dan tingkat korosi.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
1.6.4. 1.6.5.
1.6.6.
Halaman 6 dari 47
Meningkatkan keahlian para pelaksana tugas pemeliharaan (misalnya teknisi dan inspektur). Menyusun analisis keekonomian dalam upaya meningkatkan Integritas, Keandalan, Ketersediaan dan Kemampurawatan. Menetapkan target pemeliharaan sebagai tolok ukur pencapaian keberhasilan dengan parameter antara lain: Waktu Jeda (Down Time), Penggunaan Material, Penggunaan Tenaga Kerja, Penggunaan Energi, TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), K3LL (Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lindung Lingkungan).
1.7. Pengertian dan Istil ah 1.7.1. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) adalah badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi, sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan yang didirikan berdasarkan PP Nomor 42 Tahun 2002. 1.7.2. Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi. 1.7.3. Minyak Bumi, Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Kontrak Kerja Sama (KKS), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 22 Tahun 2001. 1.7.4. Maintenance (pemeliharaan) adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mempertahankan, merawat dan memperbaiki peralatan agar memiliki tingkat kesiapan dan kehandalan untuk melakukan fungsi yang diperlukan sesuai dengan target, dengan memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan, aturan pemerintah dan perusahaan yang berlaku. 1.7.5. Fungsi Pemeliharaan adalah fungsi yang bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan memonitor kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Produksi.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 7 dari 47
Fasilitas Produksi adalah semua fasilitas yang digunakan untuk kegiatan produksi mulai dari kepala sumur sampai ke titik serah dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang dioperasikan oleh Kontraktor KKS. 1.7.7. Facility integrity (integritas fasilitas) adalah kondisi/kemampuan fasilitas/ peralatan yang laik operasi dan sesuai dengan fungsi serta spesifikasi teknis yang ditentukan untuk menjaga keutuhan fasilitas. 1.7.8. Reliability (keandalan) adalah kemampuan suatu peralatan untuk mampu beroperasi sesuai dengan kebutuhan untuk jangka waktu yang ditentukan. 1.7.9. Avail abi lity (ketersediaan) adalah kemampuan suatu alat berada dalam keadaan dapat berfungsi sesuai peruntukannya pada kondisi operasi yang ditetapkan pada saat tertentu atau selama selang waktu tertentu. 1.7.10. Standar kinerja (performance standard) adalah referensi ukuran tingkat kesuksesan pencapaian suatu aktivitas atau operasi fasilitas/ peralatan. (Maintainability) 1.7.11. Kemampurawatan adalah kemampuan suatu peralatan untuk dapat dilakukan Pemeliharaan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang berlaku. 1.7.12. Peralatan vital adalah peralatan yang apabila tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan berdampak terhadap kehilangan produksi dan/atau berdampak kepada keselamatan dan lingkungan. 1.7.13. Peralatan kritikal keselamatan (safety critical equipment) adalah setiap peralatan vital yang jika mengalami kegagalan operasi akan mempunyai potensi konsekuensi yang serius terhadap kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan. Peralatan yang termasuk dalam kategori safety critical adalah yang memiliki fungsi untuk mencegah, atau mendeteksi, atau mengontrol/ mengurangi resiko/ bahaya, atau evakuasi orang dari bahaya. 1.7.6.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 8 dari 47
1.7.14. Peralatan kritikal produksi (production critical equipment) adalah peralatan yang apabila tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan berpotensi kehilangan produksi. 1.7.15. Downtime Terjadwal (scheduled downtime) adalah jumlah waktu untuk suatu peralatan tidak dioperasikan untuk suatu aktivitas maintenance terjadwal yang telah di tentukan waktu pelaksanaannya. 1.7.16. Downtime Tidak Terjadwal (unscheduled downtime) adalah jumlah waktu suatu peralatan tidak dapat beroperasi karena suatu sebab tanpa direncanakan. 1.7.17. Suku cadang operasi (operating spare) adalah material suplai yang dipakai untuk aktivitas maintenance, serta operasi secara umum termasuk material habis-pakai (consumable) yang digunakan untuk mendukung jalannya operasi. 1.7.18. Suku Cadang Kritikal (Critical Spare Parts) adalah suku cadang yang diperlukan dalam melakukan kegiatan Pemeliharaan untuk menjamin kelangsungan produksi dan/atau pemenuhan terhadap ketentuan K3LL. 1.7.19. Suku Cadang Wajib (Insurance Spare Parts) adalah suku cadang diperlukan dalam kegiatan Pemeliharaan yang harus ada setiap saat dan berdampak langsung terhadap kelangsungan produksi Minyak dan Gas Bumi. 1.7.20. Sistem Kontrol Kegiatan (Control of Work - CoW) adalah sistem perijinan kerja untuk mengidentifikasi kondisi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan, termasuk hal – hal yang akan membahayakan pelaksanaan kegiatan dan untuk menentukan semua langkah pencegahan dan peralatan keselamatan kerja yang digunakan, dan pemeriksaan lapangan sebelum serah terima pekerjaan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 9 dari 47
1.7.21. Maintenance Management System (MMS) adalah sistem administratif dan teknik yang dirancang untuk membantu manajemen dan operasional dalam mengambil keputusan untuk pelaksanaan maintenance fasilitas dan peralatan yang efektif dan efisien. 1.7.22. Tukar Guling (Exchange) adalah pertukaran bagian peralatan dalam Fasilitas Produksi yang bertujuan untuk mengurangi waktu jeda dan mengoptimumkan biaya operasi. 1.7.23. Corrective Maintenance adalah pekerjaan maintenance yang dilakukan setelah kerusakan terjadi untuk mengembalikan kemampuan fungsi peralatan. 1.7.24. Perbaikan Kerusakan (Breakdown Maintenance) adalah pekerjaan perbaikan yang dilakukan setelah kerusakan terjadi untuk mengembalikan kemampuan fungsi peralatan 1.7.25. Preventive Maintenance adalah pekerjaan maintenance yang dilakukan berdasarkan jadwal waktu tertentu untuk mencegah terjadinya kerusakan atau penurunan kemampuan peralatan. 1.7.26. Predictive Maintenance adalah pekerjaan maintenance yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan rutin data kondisi/operasi peralatan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya kerusakan. 1.7.27. Program Pemeliharaan Terpadu (Integrated Maintenance Program) adalah metoda optimisasi sumber daya manusia dalam implementasi pemeliharaan peralatan di suatu lokasi dengan mengintegrasikan semua pelaksanaannya dalam satu waktu secara massal atau bersamaan. 1.7.28. Risk Based Inspectio n (RBI) adalah suatu metodologi yang digunakan dalam menentukan pelaksanaan inspeksi untuk mencapai suatu tingkat keandalan tertentu yang didasarkan pada suatu standar kriteria resiko.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 10 dari 47
1.7.29. An ali si s Beban Kerj a (Work Load Analysis) adalah analisis dari kegiatan Pemeliharaan yang terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan yang meliputi jumlah kegiatan maupun sumberdaya digunakan. 1.7.30. Kompetensi adalah tingkat kemampuan dan kualitas pekerja agar dapat efektif dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tuntutan deskripsi posisi kerja. 1.7.31. Mothballing adalah prosedur yang meliputi isolasi, pembersihan dan perlindungan yang dilakukan terhadap peralatan yang telah tidak dipakai lagi dan dibiarkan tetap berada ditempatnya, agar berada dalam kondisi aman. 1.7.32. Gagal Operasi (Shut Down) adalah terhentinya operasi atau aktivitas di suatu fasilitas produksi. 1.7.33. Campaign Maintenance adalah metode optimisasi sumber daya manusia dalam implementasi maintenance peralatan yang tidak memerlukan total shutdown di suatu lokasi dengan mengintegrasikan semua pelaksanaannya dalam satu waktu secara masal atau bersamaan. 1.7.34. Prosedur Kegiatan Pemeliharaan adalah tata cara yang diterapkan dan mengikuti pola / metoda tertentu dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan 1.7.35. Historical record adalah sistem pencatatan mengenai sejarah perawatan yang meliputi hasil analisis, evaluasi dan koreksi yang dapat mengidentifikasi tingkat keandalan dan ketersediaan dari peralatan tersebut secara individual.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 11 dari 47
1.7.36. Maintenance Audit ialah kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dari sistem manajemen pemeliharaan serta membuktikan apakah sistem tersebut telah diterapkan secara efektif. Tujuan audit adalah untuk menentukan apakah program sedang / sudah berjalan secara aktif dan telah sesuai dengan kebutuhan, mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan membuat rekomendasi untuk peningkatannya. Tim Audit harus melakukan audit lengkap dari seluruh program manajemen pemeliharaan setiap tahunnya untuk meyakinkan kesesuaian dengan Pedoman Tata Kerja (PTK) standar industri yang ada, kebijakan perusahaan, dan untuk memastikan apakah sasaran telah dicapai atau upaya perbaikan sedang dijalankan. 1.7.37. MTBF (Mean Time Between Failure) adalah waktu rata-rata antar kegagalan peralatan. 1.7.38. MTTR (Mean Time To Repair ) adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengembalikan peralatan yang rusak/gagal menjadi mampu dioperasikan kembali 1.7.39. Kegagalan (Failure) adalah kondisi peralatan yang menyimpang dari paramater normal yang ditetapkan sesuai kondisi operasi. 1.7.40. Moda Kegagalan (Failure Mode) adalah moda atau dampak dari kegagalan yang teramati. 1.7.41. An ali si s Moda dan Peng aru h Kegag alan/Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), suatu prosedur untuk menganalisis bagaimana suatu sistem gagal dalam fungsinya (moda gagal) dan menentukan dampak yang ditimbulkan baik secara sendiri maupun sebagai sistem. Analisis selalu dilakukan dari tingkatan terendah ke tertinggi didalam suatu sistem (bottom up). 1.7.42. Tingkat Kegagalan (Failure Rate) adalah jumlah kegagalan yang dialami suatu alat per satuan waktu.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 12 dari 47
2. INTEGRITAS FASILITAS
Program Pemeliharaan yang terintegrasi untuk Fasilitas Produksi mencakup implementasi tahap perencanaan, tahap pengoperasian, dan tahap berakhirnya masa pakai. 2.1. Landasan dan Tujuan 2.1.1. Pelaksanaan Proses untuk menjamin integritas fasilitas produksi harus berlandaskan pada: 1. Ketentuan dan standar yang berlaku, yaitu: a. Undang-undang atau peraturan yang berlaku di Indonesia b. Standar industri atau aplikasi terbaik (best practice) dalam industri. c. Standar ketentuan Integritas Fasilitas yang berlaku di perusahaan KKKS. 2. Batas desain atau batas aman operasi (safe operating limit), yang didefinisikan melalui suatu proses penilaian dan analisis risiko (risk assessment) serta manajemen perubahan (management of change) sepanjang siklus umur (life-cycle) dari fasilitas produksi. 3. Program Pemeliharaan, yang dimaksudkan untuk menjaga agar kinerja peralatan/fasilitas sesuai dengan desain awal atau batas kebutuhan (fitness for service) yang sesuai dengan peraturan dan/atau standar yang diakui. 2.1.2. Implementasi Integritas Fasilitas bertujuan untuk: 1. Memastikan pemilihan material, peralatan, struktur dan fasilitas dilakukan sesuai kebutuhan untuk menghindari atau mengurangi jumlah dan tingkat keparahan (severity) terjadinya kebocoran atau terlepasnya material hidrokarbon atau zat berbahaya (hazardous material) ke lingkungan. 2. Menjaga keutuhan struktur fasilitas sepanjang umur operasi.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
3. 4.
5. 6.
7. 8. 9.
Halaman 13 dari 47
Mencegah terjadinya kecelakaan karena kegagalan sistem dan peralatan. Menjaga kemampuan produksi dari Fasilitas Produksi sesuai dengan kapasitas yang direncanakan. Meminimalkan Unscheduled Down Time Memperpanjang MTBF (Mean Time Between Failure) dan mempersingkat MTTR (Mean Time To Repair ) Memperpanjang umur peralatan. Meningkatkan kemampuan SDM. Meningkatkan efektivitas biaya pemeliharaan
-
+
Cost
Benefit
Technical Capability
Reliability
Operation Capability
2.2. Persyaratan Minimum Integritas Fasilitas Produksi harus memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut: 2.2.1. Memiliki data tentang program pemeliharaan dan implementasinya, yang harus dapat diidentifikasi, dipantau dan diaudit. Data tersebut meliputi: 1. Batas aman pengoperasian peralatan/fasilitas, termasuk struktur dan sumur. 2. Laporan hasil pelaksanaan program, berikut hasil analisisnya. 3. Data desain dan gambar fasilitas. 4. Data lain menyangkut inspeksi, perawatan, perbaikan, penilaian (assessment), analisis risiko
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
Halaman 14 dari 47
dan pengelolaan dokumen manajemen perubahan, termasuk proses pengadaan. Memiliki program penerapan proses evaluasi potensi bahaya serta penilaian risk assessment. Program tersebut meliputi: 1. Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya terbesar. terhadap Fasilitas Produksi serta aktivitas pencegahannya. 2. Identifikasi risiko operasi 3. Penentuan langkah pencegahan bahaya dan risiko operasi. 4. Pemutakhiran penilaian dan analisis risiko yang dilakukan secara periodik atau bila terjadi perubahan. 5. Memastikan bahwa proses penilaian dan analisis risiko dilakukan oleh pihak yang kompeten. Membuat skala prioritas pelaksanaan pemeliharaan sesuai derajat kekritisan peralatan atas dasar analisis risiko. Menerapkan strategi pemeliharaan secara berkesinambungan yang meliputi juga tahap konseptual atau perancangan suatu Fasilitas Produksi baru dan kegiatan modifikasi Fasilitas Produksi. Memiliki kebijakan Integritas Fasilitas dari Fasilitas Produksi berupa dokumen yang disahkan oleh pejabat yang berwenang di Kontraktor KKS. Menerapkan Risk Based Inspection sebagai alternatif untuk melakukan aktivitas pemeliharaan peralatan statik dengan biaya yang efektif dan efisien.
2.3. Pengelolaan Data dan Doku men Setiap data dan dokumen yang terkait dengan program Integritas Fasilitas harus disimpan dalam suatu sistem manajemen data yang dapat diperiksa dan diakses setiap saat. Kegiatan pengelolaan data dan dokumen harus memuat sekurang-kurangnya informasi sebagai berikut :
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
2.3.1. 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4. 2.3.5. 2.3.6. 2.3.7. 2.3.8.
2.3.9.
2.3.10. 2.3.11. 2.3.12. 2.3.13.
2.3.14.
Halaman 15 dari 47
Inventarisasi aset dari Fasilitas Produksi. Registrasi data peralatan yang dimiliki, terutama Peralatan Kritikal Keselamatan . Data desain dan gambar, data pabrikan (manufacturer data) Data parameter operasi, setting point, kapasitas produksi dan data operasi lainnya. Dokumen strategi pemeliharaan dan program pelaksanaannya Data kompetensi pekerja, struktur organisasi, serta fungsi dan wewenang Dokumen pelaksanaan Pemeliharaan setiap peralatan termasuk analisisnya Data Fasilitas Produksi: 1. Kapasitas terpasang 2. Kapasitas desain 3. Anggaran dan realisasi biaya untuk kegiatan pemeliharaan 4. Dampak terhadap lingkungan (environmental impact) Data Kegagalan Peralatan: 1. Moda Kegagalan dan Tingkat Kegagalan 2. Pengurangan (Reduksi) Kapasitas 3. Interval / frekuensi Pemeliharaan 4. MTBF 5. MTTR Data peralatan (Equipment Data Sheet) dan/atau Manufacture Data Sheet Data Manual Instruction Peralatan Dokumen program Integritas Fasilitas dan implementasinya. Dokumen terkait prosedur pelaksanaan inspeksi, perawatan dan perbaikan setiap peralatan, termasuk kinerja minimum (minimum performance) yang harus dipenuhi. Data hasil kegiatan pemeliharaan (inspeksi, perawatan, perbaikan) serta analisisnya.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 16 dari 47
2.3.15. Data hasil kajian risiko terhadap peralatan/fasilitas untuk menentukan tingkat kekritisan. 2.3.16. Data suku cadang (spare parts) termasuk status kesiapan pemakaian. 2.3.17. Data batas aman pengoperasian fasilitas termasuk struktur (platform) dan sumur. 2.3.18. Data manajemen perubahan. 2.3.19. Data audit teknis termasuk rekomendasi dan tindak lanjut kegiatan pemeliharaan. 2.4. Penilaian Kinerja 2.4.1. Penilaian kinerja dalam pengelolaan dan implementasi dari Integritas Fasilitas dilakukan dengan menggunakan Key Performance Indicator (KPI). 2.4.2. KPI awal digunakan sebagai acuan awal (base line) untuk sistem Pemeliharaan yang meliputi Keselamatan Kerja, Administrasi, Efektivitas Pemeliharaan, Biaya Pemeliharaan. 2.4.3. Pemantauan KPI dilaksanakan secara rutin untuk memastikan bahwa perbaikan dan perubahan yang sesuai dapat dilakukan terhadap tujuan sejalan dengan umur fasilitas. 2.4.4. KPI sebagaimana dimaksud pada butir 2.4.1. di atas, sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai: 1. Tingkat aktivitas dan tingkat pencapaian terhadap rencana yang menunjukkan leading status atau lagging status. 2. Jumlah pekerjaan pemeliharaan yang terencana dan tingkat pencapaiannya dibandingkan dengan total pemeliharaan. 3. Jumlah pekerjaan rencana inspeksi dan tingkat pencapaiannya. 4. Aspek Keselamatan Kerja, antara lain: a. Insiden yang mengakibatkan kehilangan produksi (Lost Time Incidents) b. Audit Keselamatan Kerja (Safety Audit)
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman 17 dari 47
Aspek Administrasi, antara lain: a. Perintah Kerja (Work Order ) Pemeliharaan terjadwal harian b. Perbandingan realisasi terhadap anggaran c. Back Log Pekerjaan per satuan waktu (misalnya: bulan) d. Maintenance Planning Ratio (MPR = [Preventive Work Orders + Predictive Work Orders] ÷ Corrective Work Orders) Aspek Efektivitas Pemeliharaan, antara lain: a. Equipment Down Time Caused by Break Down b. Importance of Breakdown Repair c. Equipment Availability d. System Availability Reliability / Maintainability, antara lain : a. MTBF (Mean Time Between Failure) b. MTTR (Mean Time To Repair ) c. MTBR (Mean Time Between Repair = MTBF – MTTR) d. OEE (Overall Equipment Effectiveness = Availability x Efficiency x Quality) Aspek Biaya Pemeliharaan, antara lain : a. Biaya Pemeliharaan b. Inventory Turnover Rate c. Perbandingan realisasi terhadap anggaran Aspek TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), antara lain : a. Tenaga kerja b. Material (spare parts) c. Peralatan penunjang kerja
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 18 dari 47
2.5. Tahapan Progr am Integri tas Fasil itas Tahapan program Integritas Fasilitas ini sekurang-kurangnya meliputi aktivitas sebagai berikut: Aktivitas Evaluasi potensi bahaya dan penilaian risiko
-
Pembuatan Perencanaan Manajemen Risiko
-
Implementasi Rencana Manajemen Risiko
Proses Pembelajaran dan Improvement
- -
Identifikasi potensi bahaya Pelaksanaan penilaian risiko (risk assessment) Penilaian tingkat kritikalitas peralatan Identifikasi dan deskripsi safe operating l imit Menetapkan prosedur dan practices Identifikasi kompetensi yang diperlukan Membuat rencana kerja manajemen risiko Integritas Peralatan Menetapkan corrosion management plan Implementasi Rencana Manajemen Risiko Pelaksanaan manajemen perubahan
- Investigasi - Penilaian kinerja menggunakan KPI - Audit & peer review
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 19 dari 47
3. KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN PERALATAN
3.1. Tujuan Ketersediaan dan Keandalan peralatan harus selalu ditingkatkan atau dipertahankan dengan tujuan untuk mendapatkan peralatan yang andal sehingga dapat mencapai kapasitas terpasang dengan biaya operasi optimal, dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan. 3.2. Persyaratan Minimum Dalam hal Ketersediaan dan Keandalan Peralatan, setiap Kontraktor KKS harus sekurang-kurangnya : 3.2.1. Memiliki strategi pemeliharaan yang memuat penjelasan program kerja untuk meningkatkan/mempertahankan Ketersediaan dan Keandalan peralatan. 3.2.2. Mempunyai program pekerjaan pemeliharaan yang spesifik untuk setiap jenis peralatan yang dimiliki. 3.2.3. Memiliki kontrol pekerjaan atas pekerjaan–pekerjaan pemeliharaan yang teridentifikasi 3.2.4. Memiliki mekanisme kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan 3.2.5. Melakukan eksekusi atas pekerjaan pemeliharaan. 3.2.6. Membandingkan hasil dari pekerjaan pemeliharaan tersebut dengan tujuan dan target dari pemeliharaan 3.2.7. Memiliki strategi untuk meminimumkan unscheduled downtime dengan mengoptimumkan kegiatan Pemeliharaan pada saat planned shutdown atau integrated shutdown plan. 3.2.8. Memiliki sistem identifikasi kegagalan peralatan atau kegiatan pemeliharaan yang berpotensi menyebabkan kehilangan produksi.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 20 dari 47
3.2.9.
Memiliki dokumentasi semua data yang terkait dengan kegiatan pemeliharaan sesuai dengan strategi yang dimiliki. 3.2.10. Memiliki peralatan untuk Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance 3.2.11. Memiliki personel yang berkemampuan untuk melakukan analisis preventif dan prediktif 3.2.12. Memiliki sistem pelaporan Ketersediaan dan Keandalan, terutama untuk peralatan berputar (rotating equipment) yang vital. 3.3. Kerangk a Umum Kerja Pemelih araan Strategi Pemeliharaan disusun berdasarkan Kerangka Umum Kerja Pemeliharaan yang sekurang-kurangnya terdiri dari elemen-elemen berikut: 3.3.1. Struktur Organisasi dan Kepemimpinan 1. Terdapat struktur organisasi dan kepemimpinan yang jelas untuk Fungsi Pemeliharaan, dimana tiap posisi atau jabatan dalam struktur tersebut memiliki uraian tugas dan tanggung jawab yang lengkap. 2. Pimpinan tertinggi yang membawahi Fungsi Pemeliharaan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan proses dan prosedur pemeliharaan yang komprehensif, menentukan kompetensi yang tepat untuk mengisi jabatan pada struktur Fungsi Pemeliharaan, dan menetapkan target yang jelas dan terukur. 3.3.2. Ketersediaan dan Keandalan Peralatan 1. Setiap peralatan harus dilengkapi dengan target Ketersediaan dan Keandalan yang ditetapkan secara sistematis agar dicapai tingkat produksi optimum. 2. Setiap peralatan harus memiliki Program Pemeliharaan yang dapat mendukung target Ketersediaan dan Keandalan. 3. Setiap peralatan harus memiliki catatan historis (historical record).
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
3.3.3.
Halaman 21 dari 47
Manajemen Pelaksanaan 1. Menetapkan program kerja untuk pemeliharaan peralatan/fasilitas 2. Membuat proses perencanaan dan penjadwalan yang terintegrasi untuk memastikan penggunaan sumber daya dan ketepatan jadwal pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan skala prioritas yang mencakup : a. Corrective Maintenance - Unscheduled b. Corrective Maintenance - Scheduled c. Preventive Maintenance d. Predictive Maintenance 3. Melakukan kegiatan pemeliharaan yang pro-aktif dengan membuat skala prioritas harian yang meliputi : a. Identifikasi tugas-tugas b. Jumlah pekerjaan c. Alokasi personel d. Ketersediaan peralatan kerja e. Ketersediaan material f. Alokasi material suku cadang (spare parts) baik yang consumable maupun capital g. Prioritas peralatan yang paling kritikal dan penting h. Komplikasi risiko i. Pertimbangan keamanan dan keselamatan j. Isu-isu lingkungan 4. Membuat perencanaan biaya pemeliharaan secara menyeluruh.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
3.3.4.
3.3.5.
3.3.6.
3.3.7.
Halaman 22 dari 47
Strategi Manajemen Material a. Memiliki sistem kontrol material dan evaluasi yang efektif dan efisien yang menjamin kelancaran operasi. b. Memiliki kriteria critical spare parts untuk peralatan utama yang ditentukan melalui Teknik Analisis Risiko Keandalan terhadap operasi. c. Pengadaan material dan pemilihan pemasok mengacu pada aturan BPMIGAS dan aturan tiap Kontraktor KKS. Manajemen Perubahan Setiap KKKS wajib memiliki sistem manajemen untuk memastikan setiap perubahan yang menyangkut proses, peralatan sistem keselamatan, dokumen engineering tercatat dalam suatu sistem yang dapat diperiksa dan diakses setiap saat. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan yang Berkelanjutan (Continuous Improvement) 1. Penilaian kinerja harus dapat mengidentifikasi tingkat pencapaian target yang telah ditentukan untuk dijadikan acuan dalam mengoptimumkan dan meningkatkan kinerja Fasilitas Produksi. 2. Setiap kegiatan yang telah mencapai target kinerja yang ditentukan, akan dikaji ulang untuk dijadikan sebagai bahan peningkatan yang berkelanjutan. 3. Memiliki sistem yang dapat memastikan bahwa analisis dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil inspeksi dan pemeliharaan peralatan vital, dan hasilnya digunakan sebagai bahan masukan untuk proses peningkatan yang berkelanjutan. Sistem, Prosedur dan Proses Utama Sistem, prosedur dan proses utama yang disarankan dalam kerangka umum kerja pemeliharaan: 1. Maintenance Management System (MMS) 2. Perencanaan dan penjadwalan (planning and scheduling)
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Halaman 23 dari 47
Generic Strategy untuk tiap jenis peralatan Rencana kerja pemeliharaan yang khusus untuk tiap jenis peralatan (Equipment Specific Plan) Program Pemeliharaan terpadu (integrated program) Strategi Pemeliharaan untuk proyek baru Integrated shutdown planning Manajemen suku cadang (spare parts management) Condition Monitoring dan pengumpulan data proses (plant operation) Analisis data dan Root Cause Analysis / Cause Tree Analysis. Program Pemeliharaan oleh operator (maintenance by operator ) Quality Assurance Program Penempatan dan optimisasi pekerja Deskripsi peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan target dari tiap posisi Knowledge sharing dan lesson learned
Untuk menjalankan sistem, prosedur dan proses utama tersebut di atas, Kontraktor KKS harus melakukan halhal sebagai berikut: 1. Menyusun program pemeliharaan yang pro-aktif untuk meminimumkan potensi kerusakan yang ditimbulkan dari pekerjaan pemeliharaan. 2. Melaksanakan pemeliharaan yang efektif dan efisien; dengan cara perencanaan, penjadwalan, keterlibatan aktif operator produksi, dan pelaksanaan manajemen material yang efektif. 3. Melakukan optimasi tenaga kerja; dengan cara menganalisis kebutuhan organisasi dan mengatasi kekurangannya melalui program pelatihan dan pengelolaan informasi dan pengetahuan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
4.
5.
Halaman 24 dari 47
Meningkatkan kinerja dengan menerapkan Key Performance Indicators (KPI) sebagai salah satu acuan untuk pencapaian target produksi. Mengidentifikasi pengalaman Fasilitas Produksi lain sebagai acuan pembanding (benchmark) yang digunakan sebagai pembelajaran bersama untuk memperbaiki kinerja fasilitas tersebut.
3.4. Pengelolaan Data dan Doku men Setiap data dan dokumen yang terkait dengan program pemeliharaan harus disimpan dalam suatu sistem manajemen data yang dapat diperiksa dan diakses setiap saat. Dokumen yang terkait dengan program pemeliharaan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai: 3.4.1. Inventarisasi aset dari Fasilitas Produksi. 3.4.2. Registrasi data peralatan yang dimiliki, terutama Peralatan Kritikal Keselamatan . 3.4.3. Data desain dan gambar, data pabrikan (manufacturer data) 3.4.4. Dokumen strategi pemeliharaan dan program implementasinya. 3.4.5. Dokumen khusus untuk pelaksanaan emeliharaan setiap peralatan termasuk analisisnya 3.4.6. Data Fasilitas Produksi: 1. Kapasitas terpasang 2. Kapasitas desain 3. Anggaran dan realisasi biaya untuk kegiatan pemeliharaan 3.4.7. Data Kegagalan Peralatan 1. Moda Kegagalan dan Tingkat Kegagalan 2. Pengurangan (Reduksi) Kapasitas 3. Interval / frekuensi Pemeliharaan 4. MTBF 5. MTTR 6. Dampak terhadap lingkungan (environmental impact)
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
3.4.8. 3.4.9. 3.4.10. 3.4.11. 3.4.12. 3.4.13.
3.4.14. 3.4.15. 3.4.16. 3.4.17. 3.4.18.
Halaman 25 dari 47
Data kompetensi pekerja, struktur organisasi, serta fungsi dan wewenang Data hasil kajian risiko terhadap fasilitas/peralatan untuk menentukan tingkat kekritisan. Data penilaian terhadap peralatan/fasilitas untuk menentukan tingkat kekritisan. Data peralatan (Equipment Data Sheet) dan/atau Manufacture Data Sheet Data Manual Instruction Peralatan Dokumen terkait prosedur pelaksanaan pemeliharaan (inspeksi, perawatan dan perbaikan) setiap peralatan, termasuk kinerja minimum (minimum performance) yang harus dipenuhi. Data hasil kegiatan pemeliharaan (inspeksi, perawatan, perbaikan) serta analisisnya. Data suku cadang (spare parts) termasuk status kesiapan pemakaian. Data batas aman pengoperasian fasilitas termasuk struktur (platform) dan sumur. Dokumen manajemen perubahan. Data audit teknis termasuk rekomendasi dan tindak lanjut kegiatan pemeliharaan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 26 dari 47
4. PENENTUAN STRATEGI PEMELIHARAAN
Dalam menentukan aktivitas pemeliharaan, KKKS perlu mengetahui fungsi dan kondisi peralatan fasilitas produksi yang akan menentukan tingkat efektivitas dari kegiatan pemeliharaan, oleh sebab itu diperlukan penentuan tata kelola berdasarkan parameter berikut : 4.1. Analisi s Fungsio nal Analisis Fungsional berupa kajian fungsi peralatan, dalam hal kesesuaian antara: 1. Kapasitas desain awal terhadap kapasitas aktual 2. Kapasitas operasi yang diperlukan terhadap kapasitas aktual 4.2. Analisi s Tingkat Kekriti san Analisis Tingkat Kekritisan berupa kajian untuk pengelompokan risiko dari peralatan fasilitas produksi jika mengalami kegagalan fungsi berdasarkan faktor – faktor di bawah ini berdasarkan : 1. Kecelakaan Kerja dan Pencemaran Lingkungan 2. Penurunan Produksi karena Down Time 3. Penurunan Kualitas Produksi 4. Ketiadaan Fasilitas/Peralatan cadangan (Redundancies) 4.3. Derajat Kekri tisan (Criticality Ranking) Penentuan Derajat kekritisan minimum mempunyai 3 tingkat, yaitu : 4.3.1. Kekritisan Tinggi 1. Prioritas Tinggi 2. Wajib diterapkan Integritas Fasilitas 3. Disarankan untuk menerapkan Program Sistem Keandalan, yang mencakup metodologi RAM (Reliability Availability Maintainability)
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
4.3.2.
4.3.3.
Halaman 27 dari 47
Kekritisan Sedang 1. Prioritas Sedang 2. Sebaiknya diterapkan Integritas Fasilitas 3. Sebaiknya diterapkan program generik database berdasarkan Jenis Kegagalan dan Efek-nya yang mencakup FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Kekritisan Rendah 1. Prioritas Rendah 2. Disarankan diterapkan Integritas Fasilitas.
4.4. Data Strategi Pemeliharaan Berdasarkan keluaran dari derajat kekritisan perlu dilakukan strategi pemeliharaan yang sesuai untuk Sistem Manajemen Pemeliharaan. 4.4.1. Data-data yang diperlukan dalam sistem manajemen pemeliharaan tersebut adalah: 1. Data peralatan/fasilitas 2. Data kejadian kegagalan 3. Data kecenderungan (trend) dari kegagalan 4. Data kerusakan / penyimpangan peralatan 5. Data inspeksi 6. Data aktivitas preventive maintenance (jadwal dan frekuensi) 7. Data kebutuhan material 8. Data personel/ teknisi yang diperlukan 9. Data jumlah jam jalan (running hours). 10. Data historis (historical record) 4.4.2. Data–data dalam sistem manajemen pemeliharaan dalam butir 4.4.1. akan dievaluasi dan dianalisis untuk menentukan koreksi yang perlu dilakukan terhadap strategi pemeliharaan tersebut berikut penerapannya. Proses ini akan terus berkelanjutan dan dimonitor melalui KPI yang dipantau secara berkala.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 28 dari 47
4.5. Benchmarking 4.5.1. Benchmarking merupakan suatu usaha untuk menemukan suatu aplikasi terbaik (best practice) dalam industri yang menuju kepada suatu prestasi terbaik. 4.5.2. Prosedur benchmarking untuk pemeliharaan: 1. Identifikasi terhadap organisasi dan/atau tim pemeliharaan yang akan dilakukan benchmark. 2. Identifikasi terhadap kinerja organisasi atau tim yang akan dilakukan benchmark. 3. Identifikasi contoh prestasi terbaik dari suatu organisasi pemeliharaan, dimanapun berada dalam suatu lingkup sektor industri yang sama, yang dapat digunakan sebagai suatu standar perbandingan. 4. Hasil identifikasi dari benchmark tersebut dapat digunakan untuk menentukan tingkat prestasi terhadap sistem manajemen pemeliharaan. 5. Identifikasi dari pelaksanaan, struktur dan sistem manajemen pemeliharaan yang dapat memberikan standar perbandingan. 6. Menggunakan benchmark yang telah teridentifikasi untuk memberikan suatu observasi hasil dari standar perbandingan untuk kendala kinerja (performance gap) dengan alasan–alasan tertentu yang menyebabkan kegagalan, dari suatu sistem dan struktur organisasi dari manajemen pemeliharaan. 7. Melaksanakan dari temuan–temuan yang telah teridentifikasi untuk mendapatkan suatu langkah– langkah perbaikan berkelanjutan dari suatu sistem dan struktur organisasi dari manajemen pemeliharaan. 4.5.3. Beberapa tingkatan pelaksanaan benchmarking secara generik: 1. Perencanaan a. Identifikasi apa yg akan dilakukan benchmark b. Identifikasi perusahaan pembanding
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
2.
3.
4.
5.
Halaman 29 dari 47
c. Menentukan metodologi pengumpulan data d. Pengumpulan data Analisis a. Penentuan kendala kinerja (performance gap) saat ini Proyeksi Future Performance Levels Integrasi a. Mengkomunikasikan dan mengakui atas temuan benchmark b. Menetapkan target pencapaian. Tindak Lanjut a. Membuat rencana tindak lanjut b. Pelaksanaan tindak lanjut dan memantau kemajuan c. Rekalibrasi benchmark Kematangan (Maturity) a. Kepemimpinan untuk pelaksanaan hasil– hasil benchmarking. b. Penerapan dan pelaksanaan secara integral.
4.6. Manajemen Perubahan 4.6.1. Perubahan pada peralatan/fasilitas meliputi perubahan parameter operasi, konstruksi dan sistem kontrol peralatan/fasilitas. 4.6.2. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap peralatan/fasilitas harus dievaluasi terlebih dahulu berdasarkan konsep - konsep manajemen perubahan yang meliputi: 1. Alasan perubahan 2. Analisis risiko dan kelayakan 3. Batasan waktu 4. Persetujuan perubahan oleh manajemen 5. Komunikasi perubahan pada semua pihak 6. Kualifikasi personel 7. Dokumentasi perubahan
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 30 dari 47
5. PROSEDUR KEGIATAN PEMELIHARAAN
5.1. Prosedu r Kegiatan Pemelih araan Dalam menetapkan suatu Prosedur Kegiatan Pemeliharaan, Kontraktor KKS harus : 5.1.1. Melakukan peninjauan secara berkala terhadap Prosedur Kegiatan Pemeliharaan tersebut untuk memastikan bahwa program pemeliharaan dilaksanakan dengan efektif dan berkelanjutan. 5.1.2. Mengevaluasi efektivitas Prosedur Kegiatan Pemeliharaan tersebut, untuk mengetahui kinerja dan permasalahan peralatan agar Keandalan dari Peralatan tersebut dapat terjamin. 5.1.3. Mempertimbangkan hal–hal seperti misalnya: perintah kerja (work order ), pendefinisian tugas (define work), jenis dan volume pekerjaan, lamanya pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan material, kebutuhan peralatan, kategori SDM yang diperlukan, kebutuhan dokumen gambar PFD/P&ID, shop drawing, instruction manual, kebutuhan alat transportasi dan alat angkut, kebutuhan akan konsultan spesialis, agar efektivitas pelaksanaan prosedur pemeliharaan dapat ditingkatkan 5.1.4. Melakukan klasifikasi derajat kekritisan dari peralatan / aset yang ada pada fasilitas produksi misalnya: Kekritisan tinggi, Kekritisan sedang dan Kekritisan rendah. 5.1.5. Melakukan klasifikasi terhadap pengadaaan sesuai prioritas kebutuhan material dan suku cadang, yang berkaitan dengan jumlah, harga, waktu pengadaan (lead time), dan ketersediaan lokal.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 31 dari 47
5.2. Penentu an Jenis Kegiatan Pemeliharaan 5.2.1. Penentuan jenis Kegiatan Pemeliharaan terhadap suatu peralatan harus dilakukan melalui proses penilaian yang komprehensif dan terdokumentasi yang ditetapkan oleh masing-masing Kontraktor KKS. 5.2.2. Jenis Pemeliharaan yang dapat digunakan oleh Kontraktor KKS adalah: 1. Corrective Maintenance 2. Preventive Maintenance 3. Predictive Maintenance 5.2.3. Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan keandalan dari fasilitas, masing-masing Kontraktor KKS dapat menyesuaikan jenis pemeliharaannya sebagai bagian dari peningkatan yang berkelanjutan. 5.3. Perencanaan dan Penjadwalan 5.3.1. Dalam melakukan Perencanaan dan Penjadwalan Pemeliharaan, Kontraktor KKS harus : 5.3.2. Memiliki perencanaan untuk program Pemeliharaan dan dijadikan sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam Work Program and Budget (WP&B). 5.3.3. Melakukan analisis pembobotan beban kerja (work load analysis), sesuai dengan kebutuhan dan target produksi, baik pada fasilitas yang telah beroperasi maupun untuk fasilitas baru. 5.3.4. Melakukan Analisis Derajat Kekritisan untuk semua peralatan dan menerapkan skala prioritas 5.3.5. Menerapkan proses dan prosedur perencanaan terintegrasi untuk pelaksanaan program pemeliharaan, untuk meminimumkan kehilangan produksi dan risiko biaya tinggi. 5.3.6. Audit Pemeliharaan (Maintenance Audit) untuk rencana dan jadwal pemeliharaan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 32 dari 47
5.4. Kegiatan Pemeliharaan 5.4.1. Kegiatan Pemeliharaan dilakukan secara efektif dan efisien serta aman bagi personel pelaksananya termasuk peralatan Fasilitas Produksi. 5.4.2. Pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan mengacu pada hal-hal sebagai berikut : 1. Penerapan metode Time Based Approach dan/atau Risk Based Approach (RBA) sebagai alternatif tambahan disesuaikan dengan regulasi dan kebijakan (policy) dari masing-masing Kontraktor KKS. 2. Program Pemeliharaan yang terkait dengan peralatan kritikal keselamatan (safety critical equipment) telah teridentifikasi secara baik. 3. Setiap kegiatan yang tercakup dalam program pemeliharaan harus dilaksanakan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Ijin Kerja (Work Permit). 4. Pekerjaan pemeliharaan harus dilaksanakan oleh personel yang kompeten dan dapat menangani pekerjaan yang diberikan. Apabila kegiatan pemeliharaan diserahkan kepada pihak ketiga, ketentuan tersebut juga berlaku bagi perusahaan penyedia jasa pemeliharaan. 5. Tugas dan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam butir 5.4.2. Nomor 4, ditentukan berdasarkan PTK ini dan peraturan lain yang berlaku. 6. Koordinasi dan komunikasi dengan fungsi–fungsi pendukung seperti logistik, pengadaan, dan operasi harus dituangkan secara jelas dalam lembar kerja koordinasi kegiatan pemeliharaan. 7. Kegiatan Pemeliharaan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah kerja (Work Order ) yang dihasilkan dari Sistem Manajemen Pemeliharaan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
5.4.3.
5.4.4.
5.4.5.
Halaman 33 dari 47
Sistem Manajemen Pemeliharaan harus mempunyai prosedur baku yang mengatur perintah kerja beserta perubahannya. Prosedur serah terima kerja pada saat pergantian regu kerja harus dilaksanakan dengan jelas dan terinci untuk menjaga kesinambungan pekerjaan, serta keselamatan pekerja dan fasilitas. Personel penilai pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan harus berbeda dari personel pelaksana pemeliharaan.
5.5. Penyelesaian Kegiatan Pemeliharaan 5.5.1. Setelah kegiatan pemeliharaan diselesaikan, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara spesifik terhadap Fasilitas Produksi oleh personel yang kompeten untuk memastikan keselamatan peralatan Fasilitas Produksi 5.5.2. Setelah kegiatan pemeriksaan diselesaikan, maka Fasilitas tersebut harus dikembalikan kepada fungsi yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian Fasilitas Produksi melalui proses serah terima yang terdokumentasi 5.5.3. Dalam hal kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di tempat penyedia jasa (di luar lokasi Kontraktor KKS), maka setelah pekerjaan selesai dilaksanakan Kontraktor KKS harus melaksanakan pengujian peralatan di tempat penyedia jasa sebelum dikirimkan dan dipasang di lapangan. Hal ini untuk meminimumkan risiko kehilangan waktu karena pengulangan pekerjaan akibat ketidak sesuaian kinerja peralatan dengan sasaran. 5.5.4. Contoh dari kegiatan pemeriksaan misalnya tear down inspection, 5.5.5. Contoh dari kegiatan pengujian antara lain performance test setelah overhaul, performance test untuk unit baru sebagai cadangan, performance test untuk unit baru sebagai pengganti.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
5.5.6.
Halaman 34 dari 47
Dalam hal kegiatan pemeriksaan dan pengujian peralatan vital, Kontraktor KKS harus memberitahukan kepada fungsi terkait di BPMIGAS sebelum dilaksanakan. Kegiatan pemeriksaan dan pengujian peralatan vital tersebut akan disaksikan oleh petugas dari BPMIGAS apabila diperlukan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 35 dari 47
6. ORGANISASI DAN KOMPETENSI
6.1. Organisasi 6.1.1. Setiap Kontraktor KKS harus memiliki struktur organisasi dan kepemimpinan yang jelas untuk Fungsi Pemeliharaan, dimana tiap posisi atau jabatan dalam struktur tersebut memiliki uraian tugas dan tanggung jawab yang lengkap. 6.1.2. Fungsi Pemeliharaan bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan dan memantau kegiatan pemeliharaan. 6.1.3. Pimpinan tertinggi yang membawahi Fungsi Pemeliharaan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan proses dan prosedur pemeliharaan yang komprehensif, menentukan kompetensi yang tepat untuk mengisi jabatan pada struktur Fungsi Pemeliharaan, dan menetapkan target yang jelas dan terukur. 6.1.4. Akuntabilitas dari Fungsi Pemeliharaan dapat dipastikan dengan cara : 1. Memiliki suatu proses, prosedur / program pelaksanaan 2. Memiliki sistem untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko terhadap pelaksanaan program pemeliharaan. 6.1.5. Persyaratan Minimum Organisasi 1. Setiap posisi dalam struktur organisasi harus disertai dengan deskripsi uraian tugas dan tanggung jawab serta profil kompetensi yang diperlukan. 2. Setiap Kontraktor KKS mempunyai suatu fungsi yang bertanggung jawab atas penilaian dan proses verifikasi (pengujian) risiko teknis yang berpotensi menjadi bahaya maupun kehilangan produksi, serta bertanggung jawab atas kontrol terhadap standar dan praktek pelaksanaan
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 36 dari 47
kegiatan pemeliharaan termasuk kompetensi personel yang melaksanakan pekerjaan. 6.2. Kompetensi 6.2.1. Kompetensi merupakan kombinasi dari kualifikasi, pemahaman, pengalaman, ketrampilan dan kualitas lainnya (attitude dan aptitude) yang secara bersamaan mampu memberikan hasil kerja yang terbaik dan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang diminta. 6.2.2. Kompetensi Fungsi Pemeliharaan, sekurang-kurangnya mencakup : 1. Penguasaan dan Pengetahuan tentang Work Permit System 2. Kemampuan melakukan Task-based Risk Assessment (TRA) 3. Pengetahuan mengenai penjadwalan dan skala prioritas 4. Pemahaman penilaian tentang bahaya dan potensi bahaya 5. Penguasaan prosedur manajemen perubahan 6. Pemahaman mengenai planning dan scheduling 7. Pemahaman Mechanical Integrity program seperti Inspeksi and Corrosion Management 8. Penguasaan Protective Systems dan proses testing 9. Penguasaan Operational Surveillance untuk peralatan, termasuk inspeksi dengan check list 10. Kemampuan mengenali proses degradasi (degradation) dan pelaporannya untuk mendapatkan bantuan dari spesialis 11. Kemampuan untuk melakukan Root Cause Analysis atau Cause Tree Analysis. 12. Pengetahuan mengenai manajemen risiko 13. Pemahaman tentang tanggap darurat (emergency response) 14. Pengetahuan standar yang relevan.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
6.2.3. 6.2.4.
6.2.5.
Halaman 37 dari 47
Kompetensi personel pemeliharaan disesuaikan dengan posisi dan jabatannya. Personel pemeliharaan sekurang-kurangnya mendapat pelatihan dan kemudian dinilai serta diverifikasi pada aspek-aspek, antara lain: 1. Pengetahuan K3LL 2. Penguasaan prosedur pelaksanaan pemeliharaan 3. Kemampuan melakukan identifikasi dan menemukan kerusakan 4. Penguasaan prosedur pemeliharaan untuk aktivitas restorasi sesuai target kinerja. 5. Penguasaan prosedur pengembalian peralatan ke operasi setelah pemeliharaan. 6. Penguasaan prosedur pengamatan, uji kinerja dan kondisi peralatan. Setiap penyelia (supervisor ) sekurang-kurangnya harus mendapat pelatihan sebagaimana dalam butir 6.2.4. ditambah kemampuan manajerial dan kepemimpinan serta kemampuan menganalisis efek K3LL dan integritas fasilitas secara menyeluruh.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 38 dari 47
7. STRATEGI PEMELIHARAAN UNTUK FASILITAS BARU
7.1. Kond isi Laik Operasi 7.1.1. Fasilitas dan peralatan yang dinyatakan dalam kondisi laik operasi jika fasilitas dan peralatan tersebut dalam kondisi layak operasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 7.1.2. Setiap fasilitas dan peralatan baru yang diserahterimakan kepada fungsi yang bertanggung jawab atas kegiatan operasi, harus: 1. Dalam kondisi yang laik operasi sesuai dengan desain yang telah disetujui, 2. Dilengkapi dengan dokumen penyerahan yang cukup menurut regulasi/ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan yang dikeluarkan oleh BPMIGAS dan masing-masing Kontraktor KKS. 7.2. Pertimb angan Umum Perencanaan Fasili tas Dalam melakukan Perencanaan Fasilitas Produksi harus dipastikan bahwa pengoperasian dan Pemeliharaan Fasilitas Produksi tersebut dapat dilaksanakan secara optimum serta meminimumkan dampak yang tidak diinginkan terhadap produksi, K3LL, dan juga biaya-biaya lainnya tanpa mengesampingkan ketentuan yang diatur dalam peraturan lain yang berlaku. 7.3. Pertimbangan Aspek Pemeliharaan Dalam Perencanaan Fasilitas 7.3.1. Dalam proses perencanaan suatu proyek Fasilitas Produksi, harus diperhatikan aspek-aspek pemeliharaan sebagai berikut: 1. Target Ketersediaan 2. Tingkat Keandalan peralatan 3. Jenis Pemeliharaan yang dipilih saat operasi 4. Jumlah dan kualifikasi pekerja
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
7.3.2.
Halaman 39 dari 47
5. Kemampuan modularity/ interchange/ compatibility, termasuk terhadap fasilitas yang sudah beroperasi 6. Target kondisi dan kinerja 7. Fasilitas untuk pengetesan dan pemeliharaan 8. Kemudahan pelaksanaan pemeliharaan 9. Ketersediaan suku cadang, termasuk two (2) year spare parts 10. Dokumen, data dari semua peralatan dan spesifikasinya Dalam hal melaksanakan butir-butir di atas, fungsi pemeliharaan wajib dilibatkan dalam proses perencanaan misalnya dalam bentuk memberikan masukan atas kelayakan desain.
7.4. Kegiatan Pemeliharaan Pada Tahap Awal Pengoperasian Fasilitas Untuk menjamin agar aspek pemeliharaan terlaksana dengan baik pada tahap awal pengoperasian fasilitas, maka pada saat serah terima (hand over ) atau awal pengoperasian Fasilitas Produksi harus diperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut: 7.4.1. Operation & Maintenance Manual 7.4.2. Catalogue Book 7.4.3. Warranty Document 7.4.4. SOP termasuk Safety Manual 7.4.5. Troubleshooting Manual 7.4.6. Recommended Spare Part List dan ketersediaannya termasuk two (2) year spare parts 7.4.7. Fault Isolation Manual 7.4.8. As Built Drawing 7.4.9. Quality Control Document 7.4.10. Dokumentasi desain yang sudah disetujui 7.4.11. Specification Document 7.4.12. Tools (software, hardware) 7.4.13. Keterlibatan personel pengoperasian dan pemeliharaan pada saat commisioning 7.4.14. Pelatihan untuk personel pengoperasian dan pemeliharaan
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 40 dari 47
8. MANAJEMEN MATERIAL
8.1. Maksud dan Ruang Lingku p 8.1.1. Manajemen Material dimaksudkan untuk mempertahankan Ketersediaan material yang diperlukan guna melaksanakan kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Produksi pada tingkat kebutuhan dan biaya yang ditentukan. 8.1.2. Ruang lingkup Manajemen Material meliputi sistem administrasi, pembelian, pergudangan, pengiriman, distribusi dan pengawasan material, yang dilaksanakan oleh fungsi yang bertanggung jawab terhadap Manajemen Material tersebut. 8.2. Persyaratan Minimum Dalam hal Manajemen Material, setiap Kontraktor KKS sekurang-kurangnya harus memenuhi persyararatan minimum sebagai berikut: 8.2.1. Memiliki kebijakan dan prosedur yang mengatur manajemen material. 8.2.2. Memiliki sistem penilaian jenis dan jumlah suku cadang yang harus tersedia dan sesuai spesifikasi serta tepat waktu dengan keperluan melalui proses optimisasi biaya sesuai dengan program pemeliharaan yang ditetapkan. 8.2.3. Memiliki kriteria suku cadang critical untuk peralatan vital yang ditentukan melalui teknik analisis risiko terhadap operasi. 8.2.4. Menerapkan Quality Assurance terhadap material dan penyedia barang.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
8.2.5.
Halaman 41 dari 47
Memiliki penulisan spesifikasi peralatan atau suku cadang untuk memudahkan semua Kontraktor KKS berkomunikasi dan memaksimalkan efektivitas pengadaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan standar yang diakui secara nasional maupun internasional, ataupun kesetaraannya (contoh: SNI, ISO, ANSI, ASME, API, ASTM, IEEE, DIN, BS, NEN, FEM, JIS, dll.).
8.3. Peluang Efisi ensi Pengadaan Barang dan Jasa Pemeliharaan 8.3.1. Dalam menentukan tingkat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan pemeliharaan dan biaya yang diperlukan, Kontraktor KKS harus memperhatikan halhal sebagai berikut: 1. Kualitas material. 2. Kuantitas dan tingkat ketersediaan material dengan mempertimbangkan waktu pengiriman. 3. Kualifikasi dan kapabilitas penyedia barang. 4. Fleksibilitas fasilitas penyimpanan. 5. Kinerja peralatan. 6. Peralatan yang vital. 7. Jumlah produksi minyak dan gas yang terkait. 8. Ketersediaan pekerja dengan keahlian yang sesuai. 8.3.2. Untuk memperoleh biaya optimum dari total biaya kepemilikan, para Kontraktor KKKS dapat menggunakan suku cadang asli atau OEM (Original Equipment Manufacturer ), atau suku cadang non-OEM yang memiliki kualitas dan fungsi yang dapat dipertanggungjawabkan. 8.3.3. Beberapa metode pengadaan yang dapat membantu efisiensi biaya dan penyelenggaraannya dimungkinkan diterapkan oleh Kontraktor KKS dengan mengacu tata cara pengadaan barang dan jasa yang berlaku, serta peraturan yang berlaku.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
8.3.4.
8.3.5.
Halaman 42 dari 47
Dengan tetap memperhatikan semua ketentuan yang berlaku, kerjasama beberapa Kontraktor KKS dapat dilakukan untuk mendapatkan efisiensi dalam hal biaya dan waktu penyediaan material atau peralatan dengan melakukan: 1. Stock material bersama 2. Unit cadangan bersama 3. Penyimpanan bersama Transfer material (peralatan maupun suku cadang) antar Kontraktor KKS dapat dilakukan untuk mendapatkan efisiensi dalam hal waktu penyediaan material atau peralatan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Transfer material ini dapat juga dipakai untuk meningkatkan kembali nilai guna operasi dari material yang akan dilakukan abandonment oleh Kontraktor KKS sehingga dapat digunakan oleh pihak lain.
8.4. Strategi Manajemen Material Pemeliharaan Keberhasilan manajemen material ditentukan antara lain oleh: 8.4.1. Menetapkan kriteria material yang bersifat stock dan non-stock berdasarkan analisis derajat kekritisan peralatan. 8.4.2. Melaksanakan program pelayanan pergudangan secara baik (misalnya dalam hal mengirimkan material secara cepat ke fungsi pemeliharaan). 8.4.3. Melaksanakan standarisasi sistem penyimpanan suku cadang dengan efektif. 8.4.4. Desain tata letak gudang yang menunjang kinerja sistem penyimpanan. 8.4.5. Sistem pendistribusian yang baik dengan mempertimbangkan : 1. Fleksibilitas lokasi penyimpanan 2. Mempertimbangkan minimum stock level 8.4.6. Kualitas material dan ketersediaannya.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 43 dari 47
8.5. Perencanaan dan Kon tro l Ketersedi aan Barang Kontraktor KKS harus membuat sistem perencanaan dan kontrol terhadap ketersediaan barang yang meliputi antara lain: 8.5.1. Perencanaan material yang bersifat stock dan yang non stock 8.5.2. Interaksi yang baik antara fungsi pemeliharaan, produksi dan pembelian/pengadaan. 8.5.3. Mengklasifikasikan penyimpanan material ke dalam: 1. Critical parts item 2. Repair parts 3. Material yang bersifat untuk pemeliharaan rutin (consumable).
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 44 dari 47
9. DECOMMISSIONING
9.1. Decommissioning 9.1.1. Decommissioning adalah kegiatan atau proses untuk penghentian pengoperasian peralatan atau sistem atau fasilitas produksi dalam jangka waktu tak tentu, tanpa menghilangkan kemampuannya untuk dapat dioperasikan kembali. 9.1.2. Pedoman bagi setiap Kontraktor KKS dalam melaksanakan Decommissioning adalah sebagai berikut : 1. Memastikan bahwa peralatan atau bagian Fasilitas Produksi yang tidak diperlukan lagi telah diisolasi secara aman. 2. Melakukan asset registrasi dan penamaan (tagging) 3. Melakukan analisis keekonomian dalam mengambil keputusan untuk tetap mengoperasikan peralatan/ fasilitas yang mungkin tidak diperlukan lagi atau melakukan decommissioning terhadap peralatan/ fasilitas tersebut. 4. Memisahkan peralatan/fasilitas yang sudah dilakukan decommissioning dari operasi aktif, dengan berdasarkan pada analisis risiko (bila perlu oleh pihak ketiga) dimana mencakup rencana pemeliharaan yang akan dilakukan. 5. Proses decommissioning harus dimulai dengan menentukan batas-batas peralatan yang akan dilakukan decommissioning secara jelas. Proses tersebut antara lain penentuan bagian mana yang akan dilakukan proses decommissioning, kemungkinan diperlukan penilaian (assesment) kondisi peralatan, dan kemungkinan dilakukan shutdown pada waktu pelaksanaannya.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 45 dari 47
6.
9.1.3.
Peralatan/fasilitas yang sudah dikategorikan sebagai decommissioning, sesuai dengan ketentuan di atas, harus dilakukan preservasi dan kemudian pemeliharaan pada tingkat minimum. Hal ini untuk menjaga Fasilitas produksi tersebut dari proses penuaan dan pengkaratan serta menjaga kemungkinan pemakaian kembali di masa mendatang. 7. Setiap peralatan/fasilitas yang akan dilakukan proses decommissioning harus telah dibersihkan dan tidak mengandung zat hidrokarbon ataupun zat berbahaya lainnya. 8. Perlunya diberikan tanda dan peringatan yang jelas dan mudah terlihat untuk menunjukkan batas-batas peralatan/fasilitas yang tidak diperlukan lagi. 9. Semua pekerjaan yang terkait harus memiliki dokumen dan mengikuti proses manajemen perubahan yang berlaku. Apabila peralatan/fasilitas produksi yang telah dilakukan decommissioning akan dioperasikan kembali (recommissioning) maka Kontraktor KKS harus melengkapi persyaratan teknis dan sertifikasi ulang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9.2. Abandonment 9.2.1. Abandonment adalah kegiatan/proses untuk menghentikan pengoperasian sistem peralatan/fasilitas produksi secara permanen serta menghilangkan kemampuannya untuk dioperasikan kembali. 9.2.2. Abandonment meliputi kegiatan pembongkaran, pemindahan dan penyimpanan. 9.2.3. Pelaksanaan abandonment diatur dalam sebuah peraturan atau ketentuan yang terpisah mengenai teknis pelaksanaan Abandonment and Site Restoration.
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
10.
Halaman 46 dari 47
PELAPORAN DAN AUDIT
10.1.Pelaporan 10.1.1. Kontraktor KKS harus membuat laporan kegiatan pemeliharaan untuk fasilitas produksi secara berkala kepada fungsi yang menangani kegiatan pemeliharaan di BPMIGAS, sesuai dengan format yang telah ditetapkan. 10.1.2. Adapun pelaporan terdiri dari diantaranya: 1. Laporan rutin: a. Laporan Pemeliharaan bulanan yang berisi pelaksanaan pemeliharaan 1 bulan terakhir dan rencana pemeliharaan 3 bulan kedepan b. Laporan Rencana Pemeliharaan Tahunan c. Laporan Pelaksanaan pemeliharaan tahun terakhir d. Laporan Penilaian Kinerja bulanan, satu bulan terakhir dan rencana target untuk bulan berikutnya. 2. Laporan non rutin: a. Usulan shutdown terencana (planned shutdown) b. Laporan realisasi shutdown terencana c. Laporan shutdown tidak terencana (unplanned shutdown) 10.1.3. Dalam setiap laporan yang dikirimkan oleh Kontraktor KKS kepada BPMIGAS harus dituliskan personel penghubung (contact person) untuk komunikasi dan koordinasi. 10.1.4. Format dan tata waktu penyampaian laporan, akan diatur dengan ketentuan terpisah
PEDOMAN TATA K ERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Halaman 47 dari 47
10.2.Aud it 10.2.1. Kontraktor KKS harus melakukan audit terhadap pemeliharaan Fasilitas Produksi secara berkala untuk memastikan keefektifan program pemeliharaan Fasilitas Produksi. 10.2.2. BPMIGAS berwenang memeriksa hasil audit tersebut atau melaksanakan audit tersendiri/bersama dengan Kontraktor KKS. 10.2.3. Hasil temuan audit harus ditindaklanjuti dan didokumentasikan.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 1 Formulasi 1.
Ketersediaan (Availability)
adalah kemampuan suatu alat berada dalam keadaan dapat berfungsi sesuai peruntukannya pada kondisi operasi yang ditetapkan pada saat tertentu atau selama selang waktu tertentu
Availabi lity = Up Time [Mean Time Betw een Fail ure=MTBF] Total Time[Up Time+ MTTR + Logistic Time] atau persentase waktu dimana suatu alat tersedia untuk dimanfaatkan sesuai fungsinya bilamana dibutuhkan
2.
Moda Kegagalan (Failure Mode)
adalah moda atau dampak dari kegagalan yang teramati. Di dalam model yang rinci, suatu alat dapat memiliki beberapa moda kegagalan, seperti misalnya: gagal berfungsi sebagaimana dibutuhkan, terdapat kebocoran luar, dll. Suatu model dengan tuntutan yang tinggi dalam suatu sistem adalah termasuk moda kegagalan yang umum terjadi, yaitu: CRT General critical failure resulting in 100% production loss. (CRT Kegagalan kritikal yang bersifat umum dan menyebabkan kehilangan produksi 100%) DEG Degraded equipment performance, resulting in partial production loss whilst waiting for repair and 100% loss during repair . •
•
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
(DEG Kinerja peralatan yang menurun, sebagai akibat kehilangan produksi secara parsial selama menunggu waktu untuk perbaikan dan kehilangan 100% selama perbaikan) INC Incipient failure. Equipment failure which did not result in immediate production loss. The failure was found during other repair/scheduled maintenance activities. 100% loss during repair . (INC Kegagalan peralatan yang tidak menyebabkan kehilangan produksi seketika. Kegagalan ditemukan selama perbaikan lainnya / aktivitas pemeliharaan terjadwal. Kehilangan 100% selama perbaikan)
•
3.
Tingkat Kegagalan (Failure Rate)
Jumlah kegagalan yang dialami suatu alat per satuan waktu. Parameter ini digunakan untuk mengetahui: Tingkat kegagalan yang teramati, sebagaimana diperhitungkan di dalam contoh; Tingkat kegagalan yang diperkirakan, sebagaimana disimpulkan dari contoh yang diinformasikan; Tingkat kegagalan yang diekstrapolasi, diproyeksikan pada tingkatan lainnya. •
•
•
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
4.
Keandalan (Reliability)
Kemampuan suatu peralatan untuk mampu beroperasi sesuai dengan kebutuhan untuk jangka waktu yang ditentukan atau probabilitas suatu alat dapat berfungsi sesuai peruntukannya pada kondisi yang ditetapkan selama selang waktu tertentu. Catatan: Keandalan juga digunakan untuk menyatakan probabilitas keberhasilan atau rasio keberhasilan Persyaratan Keandalan. Reliability Block Diagram (RBD) harus digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi syarat keandalan. RBD menggambarkan pabrik secara grafis dengan mengungkapkan kaitan komponen satu dengan lainnya dalam hal kemampuan memenuhi fungsi peruntukannya. Keandalan umumnya dinyatakan secara kuantitatif dalam besaran MTBF sebagaimana formulasi berikut: R (t) = e
(-t/MTBF)
dimana MTBF adalah waktu rata-rata antara kegagalan = __1_______
Failure rate =
1 . Tingkat Kegagalan
(untuk tingkat kegagalan yang tidak berubah)
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
5.
Kemampurawatan (Maintainability)
Kemampuan suatu peralatan untuk dapat dilakukan Pemeliharaan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang berlaku atau probabilitas dimana tindakan pemeliharaan dilakukan untuk suatu alat pada kondisi operasi yang ditetapkan, dan dapat dilakukan didalam selang waktu tertentu. Pemeliharaan dilakukan didalam kondisi tertentu dengan menggunakan prosedur maupun sumber daya yang ditetapkan Persyaratan Kemampurawatan: Kemampurawatan umumnya dinyatakan secara kuantitatif dalam besaran MTTR dimana didefinisikan sebagai waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengembalikan kemampuan suatu peralatan kepada kondisi semula yang tertentu. Data peralatan yang ada harus dapat ditelusuri untuk mendapatkan rasio MTBR /MTTR yang layak terkait dengan informasi. Data umumnya diperoleh dari sumber-sumber berikut: 1). Data historis yang tercatat di kertas 2). Sistem Komputerisasi Manajemen Pemeliharaan 3). Asesmen engineering dari peralatan / pabrik yang ada
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
6.
Waktu Rata-Rata Kegagalan (Mean Time Between Failure, MTBF)
Waktu rata-rata antar kegagalan suatu alat dapat dianggap sebagai waktu rata-rata antara gagal beroperasi dengan saat bisa diperbaiki, dengan kata lain disebut sebagai : M T B F = Total waktu operasi Jumlah kegagalan
7.
Waktu Rata-Rata Perbaikan (Mean Time To Repair, MTTR)
Adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengembalikan peralatan yang rusak/gagal menjadi mampu dioperasikan kembali M T T R = Total waktu perbaikan Jumlah kegagalan
8.
Diagram Keandalan (Reliability Block Diagram)
Adalah penggambaran secara grafis keberadaan suatu sistem atau pabrik. RBD menggambarkan peranan tiaptiap komponen yang terkait satu dengan lainnya dalam bentuk kemampuan pabrik memenuhi fungsi peruntukannya.
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 2 Klasifikasi Tingkat Peralatan
Production Pabrik Facili ty / Plant
Sub KOMP
SYSTEM 1
System
SYSTEM 2
SYSTEM 3
Equipment
Parts
Sub KOMP System
Equipment
Parts
Sub Pabrik
Equipment
Parts
System
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 3 Contoh Diagram Al ir Manajemen Pemeliharaan
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 4 Siklus Hidup Peralatan (Bath Tub Curve) dan Tipikal Pemeliharaan Keandalan
Repair Focus ed
Reliability Focused effort Will Stretch this Lif e cycle
QUALITATIVE
As set Condi tio n Monitoring
Corrective Maintenance
Primarily Experience Based
1 to 2 years
Reliability & Risk Focused
QUANTITATIVE
Plant Condition Monitoring Primarily Reliability
TIME SPAN (years)
(Conto h Untuk Siklus Hidu p 20 tahun)
(Stretching over 20 years)
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 5 Contoh Program Kerja Studi RAM No 01
Keterangan STUDY mengenai Reliability, Availability and Maintainability (RAM)
Revisi 0
Tanggal 31/08/2009
A. Lin gk up kerja 1. Kita akan melakukan availability dari suatu proses utama dari pemrosesan Hydrocarbon dengan melakukan simulasi dari Reliability Block Diagram. 2. Studi RAM ini mencakup analisis FMEA, yang akan menemukan identifikasi dari moda kegagalan yang spesifik beserta efek-efeknya dari setiap komponenkomponen yang kritikal dalam sebuah system. 3. Temuan – temuan dari FMEA tersebut akan dijadikan masukan untuk studi RAM yang terdiri dari diantaranya tersebut dibawah ini : Dalam melakukan analisis, suatu fasilitas produksi akan diasumsikan memiliki ketersediaan 100% sesuai dengan kapasitas design. Setiap system akan dianalisis dengan menggunakan FMEA untuk menguji derajat kekritisannya terhadap ketersediaan dari proses dari pengolahan hidrokarbon. PFDs, P&IDs dan list peralatan akan digunakan untuk mendefinisikan suatu sistem atau unit peralatan. Asumsi – asumsi MTTR akan di validasi oleh pemilik fasilitas produksi. Data tingkat kegagalan (failure rate) dan data repair harus didapatkan dari sumber - sumber yang terpercaya contohnya, OREDA Reliability Block Diagrams (RBD) disusun dan dikembangkan untuk peralatan fasilitas produksi yang •
•
•
•
•
•
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
•
kritis, berdasarkan konfigurasi proses yang berpengaruh dengan ketersediaan yang kompleks. Diperlukannya sebuah peralatan software dalam studi RAM untuk membangun dan mengkuantifikasikan reliability block diagrams.
4. Sebagai hasilnya studi RAM akan memunculkan penyebab utama dari ketidaktersediaan (unavailability) dan proposal perbaikan untuk peralatan dan sistem beserta konfigurasi yang sesuai. B. Data – data masukan dari fasiltas produksi 1. P&IDs 2. PFDs 3. List peralatan fasilitas produksi 4. Informasi dari vendor atau supplier yang terkait untuk peralatan – peralatan utama dan sistem. 5. Data – data mengenai Reliability (failure rate, MTTR) C. Data – data masuk an dari pih ak lain atau acuan lain 1. Data – data generik tingkat kegagalan dan MTTR 2. Ketentuan atau standar yang berlaku D. Hasil pencapaian Tercantum dalam laporan dari studi RAM
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 6 Contoh Flowchart Identifikasi Resiko (Hazard Identification)
PEDOMAN TATA KERJA PEMELIHARAAN FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
LAMPIRAN 7 Metoda Pengembangan Strategi Pemeliharaan
CONSEQUENCE DESCRIPTION CRITICALLY
EXTREME HIGH
HIGH
MEDIUM
HEALTH / SAFETY IMPACT
FINANCIAL IMPACT
ENVIRONMENTAL IMPACT
QUALITY IMPACT
S‐1
F‐1
E‐1
Q ‐1
Life threatening risk to personnel / Fatality perceived from an accident or occupational ill
‐ Mill wide outage ‐ Production Loss exceeding 200 Tons ‐ > US$ 200,000 financial
Major spillage or leakage / Direct significant damage / High exceedance statutory limits or reportable quantity
Causes product to not meet minimum quality specification
S‐2
F‐2
E‐2
Significant risk to personnel / major injury or health effects / single to multiple LTI / Safety system integrity severely impaired
‐ Machine outage
Spillage or leakage / Extended exceedance of statutory limits up to reportable quantity
exceeding 16 Hours ‐ Production loss exceeding 112 Tons ‐ Greater than US$ 100,000 financial impact
S‐3
F‐3
E‐3
Minimal perceived hazzard to personnel (minor)
‐ Machine Outage
Limited release occurring over a variative time period / repeated exceedance statutory limits / One time limited release which does not exceed statutory
greater than 8 hours ‐ Production loss exceeding 56 Tons ‐ Greater than US$ 50,000 financial impact