ANALISIS KINERJA CRUSHING PLANT DALAM UPAYA PENIGKATAN TARGET PRODUKSI PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Strata Satu (TTA-400) Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2017/ 2018
Oleh :
Syahrial Apriandy 100.701.130.21
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1438 H / 2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robi, yang telah memberikan rahmat taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini dengan baik. Proposal tugas akhir ini dibuat untuk memperoleh izin penelitian dari PT. Batu Sarana Persada yang bertempat di Kabupaten Bogor dalam memenuhi kegiatan Tugas Akhir. Dalam proposal ini, penulis berencana mengajukan judul “ Analisis Kinerja Crushing Plant Dalam Upaya Penigkatan Target Produksi”. Semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan segenap direksi dan karyawan PT. Batu Sarana Persada untuk memberikan izin bagi pelaksanaan kegiatan tugas akhir ini. Penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang
telah
membantu
dalam
penyusunan
proposal
ini
sehingga
dapat
terselesaikan dengan baik. Wassallammu’alikum Wr. Wb.
Bandung,
November 2017
Penulis
2
PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA – 400)
I.
JUDUL Dalam rencana tugas akhir ini, penulis akan mengambil judul : Analisis “
Kinerja Crushing Plant Dalam Upaya Penigkatan Target Produksi "
II.
LATAR BELAKANG Pertambangan
merupakan
kegiatan
pencarian
bahan
galian
yang
berkaitan dengan proses pengolahan, pemanfaatan dan penjualan endapan bahan galian yang berada di dalam bumi maupun di permukaan berupa batuan ataupun material yang berharga kemudian dapat di manfaatkan secara ekonomi, seiring dengan makin pesatnya kebutuhan konsumen terhadap pembangunan maka makin naik terhadap pembangunan seperti pembuatan jalan raya, gedung – gedung bertingkat, perumahan dan keperluan pembangunan lainnya, dan tentu dalam hal ini akan terjadi peningkatan permintaan tentang bahan – bahan tambang seperti tambang andesit serta tanah galian yang nantinya di proses kembali menjadi batu slipt maupun abu batu. Salah satu perusaan tambang andesit yang berperan memenuhi kebutuhan tersebut yaitu PT. Batu Sarana Persada. Seiring meningkatnya kegitan pembangunan nasional, maka kebutuhan split akan meningkat, maka dari itu perusahaan tambang andesit harus mampu meningkatkan produk guna memenuhi kebutuhan material tersebut dengan metode yang optimum. Hal ini dilakukan guna menekan biaya produksi, sehingga profit
yang
didapatkan
semakin
besar.
Salah
satunya
dengan
terus
mengoptimalkan unit pengolahan bahan galian sebagai bagian dari rangkaian aktivitas pertambangan. Dalam tambang kuari, unit pengolahan ini dikenal dengan crushing plant . Crushing plant ini identik dengan penggunaan alat – alat yang saling berkesinambungan dalam suatu sistem kerja. Oleh karena itu, penting dilakukan analisis dalam upaya terus mengoptimalkan kinerja crushing plant . Dengan optimumnya kinerja, maka akan mempengaruhi peningkatan produksi.
3
III.
MAKSUD DAN TUJUAN
3.1
Maksud Maksud dari proposal tugas akhir ini adalah melakukan penelitian
mengenai pengaruh analisis kinerja crushing plant dalam upaya penigkatan target produksi. 3.2
Tujuan
1.
Mengetahui produksi unit crushing plant .
2.
Mengetahui hambatan atau permasalahan yang dihadapi unit crushing plant.
3.
IV.
Mengupayakan peningkatan produksi pada unit crushing plant.
BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah pada proposal tugas akhir ini adalah
pembahasan mencakup unit crushing plant , berdasarkan efisiensi kerja dan pengoptimalan alat.
V.
METODELOGI PENELITIAN Berikut adalah teknik pengumpulan data dan metodologi penelitian yang
dibagi beberapa tahap, seperti berikut : 1.
Studi Literatur Mempelajari teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dibahas melalui literatur yang berkaitan dengan crushing plant.
2.
Observasi Pengamatan langsung dilapangan terhadap permasalahan yang akan dibahas berupa kondisi lapangan, efisiensi kerja, dan proses produksi unit crushing plant .
3.
Pengambilan dan pengumpulan data Pengambilan dan pengukuran langsung dilapangan (data primer), serta pengumpulan data dari laporan perusahaan dan spesifikasi alat (data sekunder).
4.
Pengolahan data Kegiatan pengolahan data primer dan sekunder, dan dilakukannya konsultasi dengan pembimbing lapangan. Pada tahap ini, hasil pengolahan
4
data dilakukan simulasi terhadap unit crushing plant, sehingga didapatkan verifikasi dari data lapangan. 5.
Pembahasan dan kesimpulan Data hasil verifikasi kemudian dibahas dan dianalisis, sehingga diharapkan tercapainya tujuan penelitian dan diambil kesimpulan atas permasalahan.
Gambar 5.1 Metode Penelitian
5
VI.
LANDASAN TEORI
6.1
Andesit Andesit merupakan salah satu jenis batuan beku ekstrusif sebagai hasil
dari intrusi magma yang proses pendinginannya tergolong cepat. Dalam industri pertambangan, andesit termasuk ke dalam jenis bahan galian batuan. Maksud dari jenis ini yaitu bahan galian yang pemanfaatannya atas semua bagian batuan baik langsung digunakan maupun diolah terlebih dahulu tanpa melalui proses ekstraksi. Umumnya
andesit
ditemukan
pada
aliran
lava
stratovolcanoes, dengan
penyebarannya dapat mencapai beberapa kilometer. Andesit terbentuk pada temperatur 900oC - 1.100oC. Ciri – ciri andesit ini umumnya berwarna kelabu dengan mineral berbutir halus yang hanya dapat dilihat menggunakan alat bantu. Miner al penyusun andesit umumnya berupa plagioklas, feldspar, dan silika. Komposisi mineral penyusun andesit sama halnya dengan diorit, hanya saja butiran mineralnya lebih kasar dikarenakan terbentuk secara intrusif. Andesit umumnya digunakan sebagai bahan baku konstruksi, seperti pondasi, perkerasan jalan, beton dan lain sebagainya. Hal tersebut didasarkan pada sifat andesit yang masif. Selain sebagain bahan baku konstruksi, andesit berbentuk lembaran bias digunakan sebagai batu tempel.
6.2
Quarry Kuari atau quarry merupakan tambang terbuka dengan endapan berupa
bahan galian batuan atau mineral non-logam. Tambang kuari dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk loose/broken materials ataupun dalam bentuk dimensional stones. Pada tambang kuari, hampir seluruh material galian bernilai ekonomis, sehingga sangat jarang menghasilkan material pengotor. Berdasarkan letak endapan yang digali, tambang kuari dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 6.2.1 S ide Hill Type Quarr y Side Hill Type Quarry adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk penambangan batuan yang letaknya dilereng buki atau endapannya berbentuk bukit (Gambar 6.1). Ketebalan tanah penutup pada tipe ini relatif tipis jika dibandingkan open pit, dikarenakan intensitas pengendapan yang
6
kecil dan cenderung tererosi ke bagian samping lereng. Tahap pembangunannya dengan cara membuka free face ke bagian samping bukit.
Sumber : bgs.ac.uk
Gambar 6.1 Contoh S ide Hi ll Type Quarry
Berdasarkan jalan masuk (access road ) ke tempat kerja, sistem ini dibedakan menjadi dua, yaitu jalan masuk spiral, jalan masuk langsung. 6.2.2
Pi t Type Quarry Pit type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk
menambang endapan di daerah relatif datar, sehingga proses penggaliannya mengarah ke bawah dan menghasilkan cekungan. Berdasarkan jalan masuknya, terbagi atas tiga, yaitu jalan masuk spiral, jalan masuk langsung, dan jalan masuk zig-zag.
6.3
Pengolahan Bahan Galian Pengolahan bahan galian merupakan suatu proses dalam industri
pertambangan yang meliputi proses pemisahan konsentrat dari pengotornya berdasarkan perbedaan sifat fisik, tanpa merubah karakteristik kimiawi dan fisiknya. Selain itu, tujuan dari proses ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar akan bahan galian yang dihasilkan, serta mengurangi ongkos angkut dan proses lanjutan. Proses pengolahan bahan galian secara umum dapat dibagi berdasarkan empat bagian, diantaranya yaitu : 1.
Kominusi
2.
Sizing
7
3.
Konsentrasi
4.
Dewatering
6.3.1
Kominusi Kominusi adalah proses pengecilan ukuran material agar dihasilkan
fragmen yang lebih kecil. Proses mereduksi ukuran material dilakukan melalui dua kegiatan, yaitu crushing (peremukan) dan grinding (penggilingan). Pada proses crushing gaya yang dominan adalah compressive strength, sedangkan proses grinding (penggilingan) gaya yang dominan adalah impact , abrasion dan shear stress. Kominusi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1.
Primary crushing umpan yang dimasukkan berkisar 1500 mm, biasanya merupakan hasil tambang (Run of Mine). Alat yang umum digunakan adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher .
2.
Secondary crushing , umpan yang dimasukkan berkisar 150 mm , biasanya berasal dari produk primary crushing . Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher , Hammer Crusher , dan Roll crusher .
3.
Fine crushing , umpan yang dimasukkan merupakan produk dari secondary crushing . Dengan ukuran umpan berkisar 25,4 mm. Alat yang digunakan adalah Ball Mill. Proses peremukan atau pengecilan ukuran butir batuan harus dilakukan
secara bertahap karena keterbatasan kemampuan alat untuk mereduksi batuan berukuran besar sampai menjadi butiran – butiran kecil seperti yang dikehendaki. 6.3.2 S izing Sizing
atau
penyeragaman
ukuran
merupakan
proses
untuk
mengelompokan material berdasarkan besar butir yang sama. Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk proses ini, diantaranya lab sizing, dan screening. Perbedaan antara lab sizing dan screening terletak pada skala penggunaanya. Untuk lab sizing, umumnya berukuran relatif kecil, karena digunakan untuk kebutuhan pengujian saja. Sedangkan screening penggunanya lebih pada proses produksi, sehingga ukurannya relatif besar dan ditempatkan pada jalur unit pengolahan.
8
6.3.3 Konsentrasi Proses ini bertujuan untuk memisahkan konsentrat dari pengotornya, berdasarkan sifat fisik material. Sifat fisik t ersebut terbagi atas beberapa macam, diantaranya : 1.
Konsentrasi Gravitasi Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan berat jenis dalam media fluida, dimana prinsipnya memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan antara konsentrat dan pengotor. Contoh dari alat ini adalah shaking table, dan humprey spiral.
2.
Konsentrasi Elektrostatik Didasarkan pada sifat kelistrikan dari material antra sifat konduktor dan non-konduktor. Contoh dari alat ini adalah electrostatic separator.
3.
Konsentrasi Magnetik Didasarkan pada sifat kemagnetan material, yang dimana terbagi atas ferromagnetic, paramagnetic, dan diamagnetic. Contoh dari alat ini adalah magnetic separator.
4.
Konsentrasi Sifat Permukaan Sifat permukaan yang dimaksud adalah “suka air” (hidrofilik) dan “tidak suka air” (hidrofobik). Pada proses ini biasanya ditambahkan reagen kimia untuk menciptakan gelembung udara, sehingga material hidrofilik dapat terbawa ke atas oleh gelembung. Konsentrasi seperti ini biasa digunakan pada material yang sangat halus. Contoh dari alat ini yaitu mechanical flotation.
6.3.4
Dewatering Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dari konsentrat yang
sudah dilakukan konsentrasi, khususnya menggunakan fluida atau cairan. Tahapan dewatering secara umum terbagi atas tiga macam, yaitu : 1.
Thickening Proses pemisahan padatan dengan cairan berdasarkan kecepatan pengendapan. Padatan ini nantinya akan mengendap dalam bentuk lumpur atau pulp.
2.
Filtrasi Setelah lumpur terbentuk, maka padatan dan cairan dapat dipisahkan dengan cara diberi media penyaring atau filter. Filter memiliki ukuran
9
tertentu, sehingga berfungsi hanya meloloskan cairan, sehingga padatan tetap tertahan. 3.
Drying Apabila padatan hasil filtrasi sudah dihasilkan, maka dilakukan penguapan atas seluruh kandungan air yang masih tertinggal.
6.4
C rus hing P lant Tahap penghancuran (crushing) adalah salah satu proses dari bagian hasil
penambangan yang berupa andesit yang di olah menjadi bahan produk untuk di pasarkan, yang lebih dikenal dari produk ini adalah bahan konstruksi. Dari alat-alat penghancuran ini biasanya memakai alat jaw crusher , hopper , feeder, belt conveyer , screening , 6.4.1
Hopper Hopper merupakan suatu alat untuk menampung material sebelum
material dimasukan kedalam peremuk batuan (crusher). Biasanya hopper dibuat dari plat baja yang dibentuk sehingga dapat menampung material yang akan diproses. Dengan material yang ditampung lebih dahulu di dalam hopper , maka pemberian umpan pada crusher dapat diatur secara kontinyu oleh feeder. P engangkut material agar material yang ditumpahkan oleh truck dapat tertampung semuanya kedalam hopper .
6.4.2 Feeder Feeder adalah suatu alat yang berfungsi untuk memberikan umpan (feed) kepada jaw crusher secara teratur dan kontinyu. Penggunaan feeder pada dasarnya disesuaikan dengan anjuran yang diberikan pabrik penghasil feeder itu sendiri, agar hasil yang diperoleh bias semaksimal mungkin. 6.4.3
Jaw Crusher Jaw crusher adalah alat peremuk tingkat pertama (primary crusher) yang
memberikan batuan yang berasal dari tambang. Pada prinsipnya jaw crusher terdiri dari dua buah bidang peremuk crusher face yang berbentuk rahang (jaw) yang umumnya terbuat dari plat baja berhadap-hadapan membentuk sudut kecil dibagian bawah, salah satu diantaranya static tetap bertahap pada kerangka yang disebut fixed jaw, sedangkan yang satu lagi dapat mendekat dan menjauh terhadap fixed jaw yang disebut swing jaw.
10
Gaya peremuk dari alat jaw crusher didapat dari tekanan swing jaw terhadap fixed jaw pada batuan yang akan pecah bila gaya tekan pada jaw tersebut lebih besar dari pada batas elastis batuan yang akan diremukan SingleTonggle type : swing jaw di tahan sebelah atas pada occentris bearing dari as yang berputar. Dalam menghitung produksi dari jaw crusher , digunakan persamaan sebagai berikut : /ℎ =
/ ℎ ℎ
Jaw crusher memiliki rasio reduksi yang besar sehingga tahapan yang dibutuhkan untuk menghancurkan partikel dengan ukuran besar lebih sedikit. Keunggulan blake jaw crusher dibandingkan dengan gyratory ialah capital dan maintenance cost lebih rendah, tetapi seperti gyratory , jaw crusher dapat digunakan untuk menghancurkan batu berukuran besar. 6.4.4
Cone Crusher Cone crusher adalah suatu alat untuk mengecilkan ukuran batuan atau
material karena untuk menambah daerah penghalusan (fine crushing zone) dan memperbesar tempat pengeluaran yang nantinya diharapkan gaya yang bekerja terhadap material jadi lebih besar, sehingga jumlah dan kapasitas cone menjadi lebih besar pula. Persen kapasitas tumpah alat cone crusher dapat dihitung dari jumlah produksi, dengan persamaan sebagai berikut : % ℎ =
ℎ
6.4.5 Screen Screen adalah suatu alat pengayakan yang permukaannya memiliki celahcelah atau lubang-lubang yang banyak, dimana tingkat efisiensinya ditentukan berdasarkan kesempurnaan proses pemisahan material yang diinginkan di atas permukaan screen tersebut. =
6.4.6
ℎ ℎ
Conveyor atau Bucket Elevator Conveyor atau Bucket Elevator adalah suatu perangkat transportasi yang
berguna untuk memindahkan material ke suatu tempat pengolahan berikutnya
11
yang bermaksud untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan pengolahan. Di perusahaan dalam rangkaian pengolahan untuk batu andesit memakai alat conveyor untuk mendistribusikan batu andesit yang sudah melalui proses pengecilan ukuran dari Jaw Crusher untuk di proses di alat cone crusher . Menurut buku “ Belt Conveyor For Bulk Material” Untuk menghitung besar produktivitas belt conveyor digunakan persamaan sebagai berikut:
Q (Produksi) = W (Ton/m) x V (m/det) x 3600
Keterangan : Q
= Kapasitas Conveyor (ton/jam)
W
= Berat material dalam panjang 1 m (ton)
V
= Kecepatan Belt (m/det)
Dasar Pemilihan Alat Pada Cr us hing P lant
6.5
Terdapat beberapa pertimbangan yang mempengaruhi pemilihat alat pereduksi, yaitu : 1. Ukuran umpan 2. Kekerasan material 3. Sifat material 4. Kapasitas 5. Keseragaman material 6. Kemampuan wet grinding 6.5.1
Faktor Yang Mempengaruhi Unit Peremukan Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan alat
crushing , yaitu : 1. Kuat Tekan Batuan Ketahanan
batuan
dipengaruhi
oleh
brittleness
( kerapuhan)
dari
kandungan mineralnya. Tekstur mineral yang sangat halus umumnya lebih tahan dibandingkan tekstur mineral kasar. 2. Ukuran Material Umpan Ukuran material umpan untuk mencapai produk yang baik pada permukaan adalah kurang dari 85% ukuran bukaan alat crushing .
12
3. Reduction Ratio-80 Merupakan perbandingan ukuran ayakan yang dapat meloloskan 80% berat umpan kumulatif dengan ukuran dari ayakan yang dapat meloloskan 80% berat produk kumulatif. Nilai redusction ratio yang baik pada proses peremukan untuk primary crushing adalah 4-7, untuk secondary crushing adalah 14-20 dan untuk tertiery crushing adalah 50-100. 4. Arah Resultan Gaya Untuk
terjadinya suatu peremukan, maka arah resultan gaya terakhir
mengarah ke atas berarti peremukan tidak terjadi melainkan material hanya akan meloncat-loncat ke atas. 5. Energi Peremukan Energi yang dibutuhkan alat peremuk tergantung dari beberapa faktor antara lain ukuran umpan, ukuran produk, kapasitas mesin peremuk, bentuk material, prosentase dari waktu berhenti alat peremuk pada suatu proses peremukan. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk meremuk berkisar antara 0,3-1,5 KWh jam/ton. 6. Kapasitas Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk setiap jam, berat jenis umpan dan besar pengaturan dari alat peremuk.
6.6
Ketersediaan Alat Mekanis Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis
tersebut,
misalnya
kesediaan
fisik
dan
efektivitas
penggunaannya
yang
menyatakan apakah jam kerja alat tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. 1.
Mechanical Availability (MA) Adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. =
+
× 100%
dimana : W = jumlah jam kerja alat tanpa mengalami kerusakan R = jumlah jam perbaikan
13
2.
Physical Availability (PA) Kondisi yang menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang sedang digunakan. Umumnya keadaan fisik selalu lebih besar daripada kesediaan mekanis. =
+ ++
× 100%
dimana : S
= Jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami kerusakan
W+R+S
= Seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk dioperasikan
3.
Use of Availability Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat dapat digunakan. =
+
× 100%
dimana : UA = Memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. 4.
Efective Utilization (EU) Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. =
5.
++
× 100%
Efektifitas Penggunaan Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa dicapai. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menjaga umur alat.
=
X.
× 100%
JADWAL KEGIATAN TUGAS AKHIR Jadwal kegiatan tugas akhir di PT. Tomo and Son dilakukan pada tanggal
17 Juli – Agustus 2017. Adapun tahapan kegiatan tugas akhir dapat dijelaskan dengan matriks sebagai berikut:
14
No 1
Tabel 4 Matriks Kegiatan Tugas Akhir Waktu Pelaksanaan Nama Kegiatan Juli Agustus 4 1 Orientasi Laboratorium
2 3 4 5
Pengamatan dan Pengambilan data Evaluasi Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan
Ket :
: Kegiatan yang tidak dilakukan : Kegiatan yang dilakukan : Daftar minggu pada bulan
XI.
PESERTA TUGAS AKHIR Adapun data peserta kegiatan tugas akhir di Laboratorium PT Tomo and
Son ini adalah sebagai berikut : 1.
XII.
Nama
: Satria Ega Putra
NPM
: 100.701.13.045
Jurusan
: Teknik Pertambangan
Universitas
: Universitas Islam Bandung (UNISBA)
Telepon
: +6285703305792
e-mail
:
[email protected]
Permohonan Fasilitas Untuk mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan tugas akhir ini,
maka penulis mengharapkan sekiranya dari pihak perusahaan menyediakan fasilitas berupa: 1)
XIII.
Tempat tinggal selama kegiatan berlangsung.
PENUTUP Demikian proposal ini kami ajukan, besar harapan kami akan bantuan
semua pihak di PT. Tomo and Son demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan tugas akhir yang akan saya laksanakan.
15
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, Novriany dan M. Fachry. 2011. A nalis is K ompos is i B atubara “
Mutur endah terhadap Pembentukan S lagg ing dan Fouling pada Boiler . Universitas Hasanuddin. ”
Anriani, dkk. A nalis is Perbanding an K ualitas B atubara TE - 67 di Front “
Penambangan dan Stockpile di Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (PERSERO), tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan . Universitas ”
Sriwijaya. Muchijidin. 206. Peng endalian Mutu Dalam Indus tri B atu B ara . ITB Bandung. “
”
Murni. 2012. A s h Fus ion Temperatur (A FT) . Teknik Kimia PNUP. “
”
Permadi, Rendy. A nalis is B atubara dalam Penentuan K ualitas B atubara “
untuk Pembakaran Bahan Baku Semen PT Indosemen Tunggal Tbk Cirebon . Univeritas Islam Bandung. ”
16
Alat dan Bahan :
ASTM
ISO
Alat A s h Fus ion Temperature
Ash Furnace
Cetakan Ash Fusion Temp
Mortar
Tile
Larutan Dextrin
1. Kamera Dslr 2. Cetakan cone 3. Kaca Arloji 4. Larutan Dextrin 5. Tile 6. Sampel RR dan ACRIS Prosedur Pengujian A s h Fus ion Temperature (AFT) : 1. Mula – mula sampel dimasukan ke Ash Frunace untuk menghasilkan sampel abu.
17
2. Sampel Abu di gerus kembali ke mortar lalu di ayak. 3. Sampel di letakkan di kaca arloji untuk ditambahkan larutan Dextrin agar sampel dapat di bentuk. 4. Sampel di cetak di cetakan cone lalu di padatkan. 5. Sampel di keluarkan dari cetakan lalu di letakan di Tile. 6. Di bawah sampel di beri sedikit Dextrin menggunakan alat pembantu agar sampel dapat melekat pada Tile. 7. Pada alat Furnace atur suhu.
18