PREPARATION FOR DOCKING TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PERMESINAN KAPAL III
OLEH:
ERVINDA SETYO PUTRANTO ACHWAN SATYA KURNIAWAN MUKHAMMAD RIZQI MUBAROQ HAYI WIDARTO MOCHAMAD ARIE EKO S.
4211100020 4211100026 421110004O 4211100047 4211100049
JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
Dalam proses perbaikan kapal, terdapat istilah docking. Docking adalah segala jenis perbaikan yang dilakukan di atas dok. Mengingat kapal adalah suatu produk yang sangat padat teknologi, maka dibutuhkan persiapan yang sangat matang sebelum dilakukannya docking. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya (cost) dan mempercepat waktu docking agar kapal dapat segera digunakan kembali sesuai fungsinya. Berikut ini beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum kapal naik dok :
1. PERSIAPAN DOCKING LIST Sebelum kegiatan docking dilakukan, Fleet Superintendent (Surveyor dari pihak perusahaan pelayaran) harus menyiapkan beberapa dokumen yang diperlukan untuk menyusun Docking List. Ia juga bertanggungjawab untuk merencanakan dan mengeksekusi kapal selama berada di galangan, koordinasi teknis, mutu pekerjaan, dan keberterimaan terhadap pekerjaan docking yang dilaksanakan. Beberapa kandungan dari Docking List dan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Catatan Perbaikan Berisi tentang record perbaikan yang pernah dialami oleh kapal, baik docking sebelumnya maupun perbaikan yang dilakukan oleh ABK sendiri ketika kapal beroperasi. b. Persiapan Keselamatan dan Keamanan Kapal Selama Dry Docking Contoh dari persiapan ini yakni mengosongkan dan membersihkan (cleaning) tangki-tangki, terutama tangki yang memuat bahan kimia. Hal ini bertujuan agar survey dan perbaikan dapat dilakukan dengan baik. c. Persyaratan Kelas Periodik Pihak pelayaran sebaiknya memperhatikan jadwal survey periodik sebuah kapal. Sehingga kapal melakukan docking hanya pada periode yang mewajibkan docking, seperti ketika Survey Antara dan Survey Pembaruan Kelas. Kecuali untuk kapal yang berpenumpang lebih dari 12 orang, diwajibkan naik dok di setiap survey tahunan. d. Laporan-Laporan dari Engine dan Perawatan Merupakan Laporan khusus yang berisi perawatan, kerusakan, perbaikan yang terjadi pada mesin mulai dari engine dalam kondisi baru. Laporaan tersebut harus ada dalam Docking List, dan berguna sebagai acuan survey pada mesin. e. Laporan-Laporan dari Fleet Supevisor
2. PERSIAPAN PEMBUATAN SOW (SCOPE OF WORK) SOW adalah daftar pekerjaan dan perbaikan yang dibuat oleh perusahaan pelayaran dan diserahkan kepada pihak galangan. a. Waktu Pembuatan Persiapan dalam membuat SOW dilakukan tepat setelah kapal meninggalkan galangan ketika perbaikan sebelumnya. Nahkoda kapal, Mualim 1, dan KKM (Kepala Kamar Mesin) harus memasukkan daftar perbaikan baru secara sistematis dan teratur untuk update List yang dimiliki Fleet Supervisor (Surveyor dari pihak perusahaan pelayaran). b. Teknis Pembuatan SOW dibuat buat berdasarkan daftar perbaikan yang tercatat. Lalu daftar tersebut dievaluasi secara periodik dan bisa dihapus dari daftar bila sudah dilaksanakan. Kemudian spesifikasi baru dari sebuah equipment yang telah diperbaiki harus lengkap dan diterima oleh
Maintenance Department setidaknya 6 bulan sebelum docking dilaksanakan. Jadi, daftar itulah yang akan dibuat dasar pembuatan SOW. c. Tambahan Sebelum pelaksanaan docking, Fleet Supervisor memeriksa kapal (dalam aspek keselamatan dan keamanan) dan mempersiapkan laporan inspeksi yang merupakan perbandingan kondisi kapal dibandingkan dengan SOW. Hasil perbandingan tersebut akan didiskusikan dengan pihak galangan. Prosedur ini diperlukan untuk menghindari adanya pekerjaan tambahan yang baru teridentifikasi saat kapal sudah di galangan. Pekerjaan tambahan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya biaya dan keterlambatan selesainya docking. Hal tersebut sebisa mungkin harus dihindari.
3. PERSIAPAN Bila SOW telah selesai, SOW tersebut dapat ditawarkan pada galangan-galangan yang bersedia mengerjakan atau dengan kata lain ditenderkan. Namun bila ada kerusakan atau permasalahan operasional yang bersifat darurat maka prosedur ini bisa ditiadakan dengan cara langsung menunjuk galangan yang langsung bisa menangani kerusakan dan permasalahan tersebut. Dari proses sebelumnya telah ditentukan SOW dari kapal yang akan melakukan docking. Dari SOW tersebut, owner akan membuka proses tender kepada pihak pihak dock yang dipilih. Setiap dock akan mengajukan penawaran, dan owner akan memilih dock yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta berdasarkan rekomendasi dari owner surveyor. Proses ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Jika kapal mengalamo masalah operasional yang cukup berat atau darurat, proses di atas dapat diringkas.
4. REKOMENDASI DARI BADAN KLASIFIKASI, dll
Gambar : Macam macam kelas
Sebelum dilakukan docking, surveyor dari kelas (BKI, NK, GL dsb) akan menginspeksi kapal. Dari hasil inspeksi, surveyor kelas akan membuat rekomendasi perbaikan yang kemudian diserahkan kepada pihak kapal. Rekomendasi tersebut juga harus dimasukkan ke dalam SOW dan nantinya juga turut diserahkan kepada pihak dock
5. DOKUMENTASI
Gambar : Ukuran utama kapal
SOW dikirimkan kepada pihak dock sebelum kapal datang. SOW yang dikirimkan juga disertai informasi informasi lain yang relevan untuk keperluan proses docking. Informasi teresebut mencakup Informasi Kapal Ukuran utama kapal Gambar lines plan Gambar general arrangement Gambar tangki tangki Gambar shell expansion Sertifikat Informasi pekerjaan swakelola Merupakan informasi pekerjaan / perbaikan yang dilakukan oleh pihak kapal sendiri. Segala perbaikan di dek didokumentasikan oleh Mualim I dan perbaikan di kamar mesin oleh KKM. Informasi ini nantinya akan membantu pihak dock agar lebih efisien saat proses docking.
Gambar : Swakelola sebuah kapal dalam kamar mesin
Prosedur Keselamatan Gas freeing pada tangki dan kompartemen kosong yang tertutup dan jarang dibuka Docking plan
Gambar : 3D manual Yacht Docking Plan
Dengan disertakannya prosedur keselamatn akan meningkatkan faktor safety para pekerja yang akan melakukan docking. Jika prosedur keselamatan tidak dapat dilakukan daat kapal masih dalam keadaan berlayar, pihak dock akan memeberikan bantuan saat kapal tiba di dock.
6. PENENTUAN GALANGAN Pemilihan galangan perbaikan, berikut kriterianya : a) Material : Membutuhkan material yang lebih sedikit karena memperbaiki dan memelihara sesuatu yang sudah ada. Volume material berimbas kepada sistem dan manajemen pembelian, arus keluar masuk material, termasuk penyimpanannya. b) Pemakaian Lahan : Waktu pemakaian lahan galangan untuk peletakan kapal boat lebih singkat untuk tiap kapal karena pekerjaan reparasi memakan waktu lebih pendek. Tergantung ukuran kapal boat yang diproduksi dan volume pekerjaan reparasi. Perlu diingat, pekerjaan di atas garis air bisa dilakukan terapung, pekerjaan di bawah garis air harus dikerjakan di dok (apapun jenis doknya). c) Volume Pekerjaan : Volume pekerjaan dan waktu pengerjaan reparasi per kapal boat bisa relatif sedikit namun galangan bisa menangani jumlah kapal boat yang banyak dalam satu kurun waktu. Tergantung ukuran kapal boat, dan ukuran lahan galangan. d) Lingkungan Dampak terhadap lingkungan lebih perlu diantisipasi karena galangan akan menangani kapal boat yang sudah jadi dan beroperasi dengan kondisi awal yang diluar kontrol galangan. Pekerjaan reparasi bisa datang mendadak karena permasalahan teknis pada kapal boat (kerusakan teknis atau kerusakan akibat kecelakaan). Waktu yang diperlukan untuk perencanaan pekerjaan bisa sangat pendek kalau kapal tersebut diharapkan bisa beroperasi kembali dalam waktu yang singkat. e) Metodologi Reparasi kapal mempunyai metode yang berbeda dengan produksi. Reparasi biasanya berkaitan dengan pekerjaan bongkar dan pasang. Bongkar mempunyai teknik tersendiri karena proses bongkar tidak boleh menyebabkan masalah baru. Urutan pekerjaan harus menyesuaikan dengan kondisi kapal boat yang akan dikerjakan. Metodologi pengerjaan produksi belum tentu bisa diterapkan di pengerjaan reparasi dan sebaliknya. f) Sumber Daya Manusia
Keahlian dan pengetahuan harus sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan reparasi. Biasanya orang yang sudah biasa dan berpengalaman dalam pekerjaan produksi belum tentu bisa mengerjakan pekerjaan reparasi dan sebaliknya.
7. PEMBERITAHUAN KEPADA BADAN KLASIFIKASI DAN SYAHBANDAR Persiapan untuk kapal naik dok oleh pihak pemilik kapal, surveyor dan pihak dock I. PIHAK KAPAL. a. PERENCANAAN: 1) Merencanakan kapal naik dock. 2) Merencanakan docking list dan repair list. 3) Merencanakan muatan untuk naik dock. 4) Merencanakan surat menyurat untuk ke kantor pusat. 5) Merencanakan spare part untuk naik dock. b. PERSIAPAN: 1) Menyiapkan drawing kapal. 2) Menyiapkan docking list dan repair list. 3) Menyiapkan trim yg dikehendaki. 4) Menyiapkan peralatan dan spare part yg ada di kapal. II. PIHAK PEMILIK KAPAL: a. PERENCANAAN: 1) Merencanakan kapal untuk naik dock. 2) Merencanakan tender harga dan tender dock. 3) Merencanakan peralatan dan spare part untuk dock. 4) Merencanakan dana untuk dock. 5) Merencanakan schedule kapal operasi. b. PERSIAPAN: 1) Menyiapkan tender harga dana atender dock. 2) Menyiapkan surat kepada dock yang ikut tender. 3) Menyiapkan surat kepada instansi yg terkait. 4) Menyiapkan instruksi ke kapal. 5) Menyiapkan schedule kapal operasi. 6) Menyiapkan dana untuk dock. III. PIHAK DOCK. a. PERENCANAAN: 1) Merencanakan ikut tender. 2) Merencanakan dock space 3) Merencanakan SDM. 4) Merencanakan peralatan dan spare part. 5) Merencanakan fasilitas dock. b. PERSIAPAN: 1) Menyiapkan ikut tender harga dan dock. 2) Menyiapkan peralatan2 dan spare part. 3) Menyiapkan SDM yang dibutuhkan. 4) Menyiapkan fasilitas dock. 5) Menyiapkan surat ke instansi terkait.
8. PEMBERITAHUAN OLEH NAHKODA Sebelum berakhirnya sertifikat kapal, dalam hubungannya dengan modifikasi dan perbaikan yang mempengaruhi validitas sertifikat, Nakhoda kapal setelah berdiskusi dengan Senior Fleet Supervisor harus memberitahukan pada lembaga yang mengeluarkan sertifikat. Sertifikat kapal berguna untuk memberikan jaminan daripada asuransi, setiap riwayat survey tahunan ataupun survey pertengahan dan bahkan survey spesial, menginfokan kondisi daripada kapal itu sendiri sebelum masuk ke dock reparasi, dan perusahaan dock tidak bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan pada bagian yang bukan dikerjakannya diluar repair list, ataupun bagian akibat daripada reparasi perusahaan dock sebelumnya yang nantinya mempengaruhi kondisi dari bagian lain yang ternyata masuk dalam repair list.
9. PERSIAPAN UNTUK PERBAIKAN & DOCKING DI GALANGAN Sebelum docking, Nakhoda, KKM dan Mualim I harus memastikan bahwa semua persiapan sudah diselesaikan, persiapan tersebut meliputi: 9.1. Ballasting dan trimming ke kondisi yang diinginkan. Tangki-tangki ballast harus dikosongkan minimal hanya ada sedikit air dalam ballast hanya untuk mengatur supaya stabilitas posisi kapal dapat ditentukan. Perbedaan sarat haluan dan sarat buritan tidak boleh terlalu besar, kemiringan melintang kapal pun harus diusahan nol. Semua ini dilakukan untuk memudahkan proses docking kapal pada dudukan dock yang sudah ada.
9.2. Menguras dan melakukan gas-freeing pada tangki minyak yang akan dilaksanakan perbaikan. Adalah proses menghilangkan gas-gas yang berbahaya yang terkandung pada tangki-tangki seperti H2S sebelum dilakukan proses perbaikan kapal. Proses ini bertujuan supaya pada saat pengecekan pertama (first man entry) tidak terjadi kecelakaan kerja, meski demikian personel yang ditugaskan wajib memakai perlengkapan keselamatan lengkap seperti Chemical resistant coverall, Breathing apparatus, Safety shoes dan Helm safety. Sedangkan untuk meninimalisir kecelakaan kerja pada manusia maka perlu diterapkan peraturan yang sesuai, yaitu: a) Prosedur alat keselamatan (ISM CODE 16) Selalu diperlihara dalam keadaan minimal sesuai standar untuk lulus dalam “safety equipment survey”. Dipelihara dan pemeliharaannya perlu dilakukan dengan jarak waktu yang ditentukan perusahaan
Dicoba satu kali seminggu terhadap perlengkapan-perlenkapan khusus bahwa alat-alat tersebut siap untuk dipakai. Pemeliharaan juga harus mengikuti “manufacturer’s instruction manuals”. harus ada satu file di anjungan mengenai cara kerja semua alat “LSA & FFA” di kapal. Chief officer adalah orang yang bertanggung jawab saat proses pelaksanaan gas freeing ini dan wajib diikuti oleh seluruh ABK di dek untuk menjalankan tindakan keselamatan. Selama operasi gas freeing hanya personel yang terlibat langsung dalam operasi ini saja yang diperbolehkan berada di dek utama. b) Prosedur gas freeing Untuk kapal oil tanker beradasarkan ISGOTT (International Safety Guide for Oil tankers and Terminals) yang mengelurakan cold work permit mengenai perjijinan melakukan kerja deck yang dapat menimbulkan adanya bahaya kebakaran, harus diterapkan saat gas freeing juga. Sedangkan proses gas freeing yaitu: 1. Tanki dikeringkan dari muatan minyak, semua suction valve didalam cargo tank harus ditutup dan pipa cargo dialiri air laut dengan kecepatan sedang. 2. Stern lines harus ikut dibilas. 3. Air bilasan yang berminyak harus ditampung di sludge tank jangan dibuang dilaut. 4. Setelah saluran pipa minyak, semua suction valve didalam tanki harus ditutup rapat. 5. Membersihkan pipa heating coil dengan dorongan uap. 6. Kemudian gas ejector dioperasikan pada setiap cargo tank secara bergantian masing masing selama ± 2 jam tergantung besar kecilnya cargo tank, selama itu tutup tanki tidak boleh dibuka. Jika tangki yang dihubungkan oleh sistem ventilasi umum, masing-masing tangki harus diisolasi untuk mencegah transfer gas ke atau dari tank lain . Saat proses freeing gas ini untuk gas yang telah dikeluarkan harus di cegah supaya tidak masuk ke ruang akomodasi dengan cara mengubah arah haluan kapal sesuai arah angin yang menjauhi ruang akomodasi. Apabila proses freeing gasnya menggunakan blower maka yang digunakan adalah blower fan portable. Blower portable yang digunakan juga hanya yang berjenis system hidrolik atau pnumatis, untuk mencegah terjadinya percikan api saat gas besentuhan dengan impeller yang bergesakan dengan cashingnya. Dan apabila proses ini berlangsung saat kapal lego jangkar , mungkin perlu menghentikan sementara pengoperasian selama periode tenang atau tidak ada angin, dan akan dilanjutkan kalau sudah ada angin lagi. 7. Setelah itu kandungan gas didalam tanki diukur dengan explosimeter. Selesai pengukuran pada tangki kargo minyak dan didapat konfirmasi bebas dari uap ledakan hidrokarbon (kurang dari 1% HC LEL), gas beracun , kontaminan dan kandungan oksigen diukur pada 21% , bila sudah maka tutup tanki dapat dibuka. 8. Setelah itu dipasang blower / kipas angin pada setiap tanki untuk memasukan udara ± 2 jam. 9. Bila kandungan gas tanki sudah pada batas aman bagi orang / perkerja masuk tanki diberikan, gas free certificate bagi tanki yang bersangkutan.
9.3. Mengamankan barang-barang berharga Banyaknya aktifitas yang akan dilakukan saat perbaikan dikapal memungkinkan akan terjadi pencurian pada kapal, walaupun pada perusahaan dock perbaikan itu sudah terdapat sistem keamanan berupa tenaga kerja ataupun alat. Menurunkan barang-barang yang tidak dipelukan dalam proses perbaikan kapal, misalnya drum dan barang lainnya yang mudah bergeser. 9.4. Mengamankan hand-tools di kamar mesin dan di deck. Hand tools disini adalah peralatan yang digunakan dalam pelayaran untuk perawatan ataupun perbaikan yang dilakukan ABK. Hand tools dikawatirkan akan membuat pekerjaan dari reparasi kapal terganggu. 9.5. Konfirmasi mengenai suku cadang yang di pesan oleh Perusahaan telah berada ditempat dan dapat secepatnya tersedia setelah kapal berada di galangan. Proses ini sangat berpengaruh dalam proses berbaikan nantinya di dock, semua kebutuhuna repair list (RL) yang sudah ditentukan harus di konfirmasikan lagi kepada perusahaan dock itu sendiri. Sebelum konfirmasi ada beberapa tugas untuk di lakukan yaitu pembelian barang, yaitu dilakukan oleh: a. Owner Membeli semua kebutuhan dan suku cadang untuk perbaikan, semua kebutuhan dan suku cadang itu di konfirmasikan kepada pihak perusahaan dock. Keuntungan: Harga yang diterima owner biasanya lebih murah dalam pembelian spare part dan material. Kerugian: Harus dilakukan oleh pihak owner sendiri, pihak dock hanya menyediakan tempat. Keterlambatan dari produsen spare part akan menambah biaya pada proses docking kapal. Maka yang akan dirugikan adalah pihak owner. Menambah biaya transport material atupun sparepart. b. Perusahaan dock repair. Membeli semua kebutuhan dan suku cadang untuk perbaikan, semua kebutuhan dan suku cadang itu sesuai dari komposisi sifat dan kimawi dari material yang dibutuhkan owner. Keuntungan: Pihak owner tidak perlu repot dalam proses pembelian. Kerugian dalam pembelian ditanggung perusahaan dock. Kerugian: Harga yang diterima owner lebih mahal dalam pembelian spare part dan material. 9.6. Persiapan-persiapan lain yang penting untuk mempercepat perbaikan dan menghindari keterlambatan dan penambahan hari di galangan. Penyusunan pekerjaan reparasi tambahan bila ada, data-data penunjang Daftar reparasi tahap awal Informasi dari crew kapal Dari semua itu akan ditambahkan beberapa persiapan yaitu: Penambahan / pengurangan pekerjaan sesuai dengan ketentuan class / surveyor.
Penambahan volume pekerjaan yang besar dapat terjadi apabila ada pekerjaan diluar repair list awal yang apabila tidak diperbaiki akan mempengaruhi system yang lainnya ataupun tidak sesuai dengan ketentuan. Maka akan menimbulkan biaya tambahan, waktu docking tambahan. Semua itu berdasarkan dari keputusan owner apabila dari awal memang hanya berdasarkan dana. Akan terjadi perubahan schedule penambahan alokasi dana 9.7. Dokumen serah terima kapal dari owner ke pihak galangan. Dokumen diserahkan kepada galangan dengan semua ketentuan yang telah disepakati mulai dari repair list,sertifikat kapal (yang dibutuhkan), ukuran utama kapal, gambar docking plan, gambar rencana garis, gambar rencana umum, gambar tangki-tangki, gambar bukaan kulit, sertifikat-sertifikat kapal, yang selanjutnya akan dilakukan proses masuk docking. 10. PENGAWASAN, TES FUNGSIONAL DAN PENGUJIAN – OWNER SURVEYOR Selama kapal menjalani proses repair, maka owner serveyor menjadi pihak yang berfungsi mengawasi repairing. Dari pemilik kapal sendiri pastinya ingin semua pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan yang ada di docking list. Sehingga perlu diadakan pengawasan. Maka apabila pada waktu repair ada yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka owner surveyor segera memberitahu bahwa hal ini belum sesuai. Sebab apabila proses repair yang seharusnya misal satu hari selesai , karena salah, maka bisa menjadi dua hari atau lebih. Dan hal ini berdampak pada biaya sewa lahan dari galangan yang cenderung mahal. Owner surveyor dalam melakukan tugasnya harus menyesuaikan dengan regulasi dari yang disyaratkan oleh BKI 11. PENGONTROLAN Owner Surveyor dibantu oleh tim harus selalu melakukan pengawasan pada semua pekerjaan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan selama berlangsungnya docking. Pengawasan harus meliputi kualitas sesuai dengan spesifikasi dan jadwal penyelesaiannya. Segera setelah pekerjaan selesai, hasil pekerjaan harus diinspeksi untuk disetujui atau ditolak. Owner Surveyor, dibantu oleh tim, harus mengkonfirmasikan semua pekerjaan termasuk pekerjaan tambahan yang telah dikerjakan dan diselesaikan sesuai dengan: Spesifikasi perbaikan Persetujuan pekerjaan tambahan Spesifikasi atas kebutuhan kualitas yang telah disetujui. Jadwal dan rencana kemajuan kerja yang telah disetujui 12. PENGETESAN AKHIR Ketika semua pekerjaan dan perbaikan dan juga pengawasan telah dijalankan, maka sebagai finalisasi atau tahap akhir yaitu pengujian akhir. Semua sistem ataupun komponen yang telah direpair atau dibangun baru akan ditest ulang apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. Owner surveyor akan bekerja sama dengan nahkoda dan juga galangan untuk pengujian akhir ini. Nahkoda akan mengoperasikan semua sistem dan juga komponen yang direpair, atau lebih mudahnya mengoperasikan kapal. Kemudian nahkoda akan mengetes dan apabila dalam kapal masih terdapat kesalahan atau pun missing repair , maka nahkoda akan melaporkan ke owner surveyor bahwa pada bagian ini masih terdapat kesalahan. Maka owner surveyor akan langsung menkoordinir ke pihak galangan bahwa pada bagian ini masih terdapat kegagalan sistem. Maka pihak galangan akan memperbaiki ulang sistem yang gagal ataupun komponen tersebut, karena masih menjadi tanggungan atau garansi dari galangan.