USULAN USULAN PROGRA PROGRAM M KR KREAT EATIVIT IVITAS AS MAH MAHASIS ASISWA WA
JUDUL JUDUL PROGRA PROGRAM M APLIKA APLIKASI SI CITRA CITRA SATELIT SATELIT M ULTI SPEKTRAL UNTUK MENGAN MENGANALI ALISIS SIS KON KONDISI DISI LAHAN LAHAN MANGROVE BERDASARKAN TING TINGKA KAT T KEKR KEKRIT ITISA ISANN NNYA YA DI KA KAWA WASAN SAN PESIS PESISIR IR SURA SURABA BAYA YA
BIDANG BIDANG KEGIATAN: KEGIATAN: PKMP
Diusulkan oleh : 1. 2. 3. 4. 5.
M Irsy rsyad Dira Diraq qP Alde Aldeaa Noor Noor Alin Alinaa Alifa ifahNoraini ini Dio Diony nysiu siuss Bryan Bryan S. Lino Garda
3509 3509 100 100 033 033 3509 3509 100 100 005 005 3509 100 044 3509 3509 100 100 063 063 3511 100 033
(Ang (Angkatan atan 2009) 009) (Ang (Angka kata tan n 2009 2009)) (Angkatan tan 2009) (Ang (Angka katan tan 2009 2009)) (Angkatan 2011)
INSTITU INSTITUT T TEKNOL TEKNOLOGI OGI SEPULUH SEPULUH NOPEMB NOPEMBER ER SURABAYA 2013
i
ii
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ekosistem pesisir merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi, ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada di belakang ekosistem ini (Bengen, 2002). Ekosistem pesisir di Kota Surabaya yang memiliki potensi besar bagi pembangunan adalah Pantai Timur Surabaya (PAMURBAYA) dan Pantai Utara Surabaya (PANTURA). Berdasarkan data yang diperoleh dari Ecoton, p tahun 2002 luas hutan mangrove Pantai Timur Surabaya sekitar 3200 Ha. Namun karena berbagai aktivitas di sekitar ekosistem mangrove, pada tahun 2008 luasnya menurun menjadi 1180 Ha. Perbedaan ini muncul akibat adanya sedimentasi (pengendapan material dari daratan) yang menumpuk dan menambah daratan. Tanah ini dimanfaatkan warga sebagai daerah tambak dan pemukiman. Padahal kondisi daerah delta dengan tanah aluvial yang sangat kuat dipengaruhi oleh sistem tanah ini merupakan habitat yang baik bagi terbentuknya ekosistem mangrove. Namun masyarakat cenderung memanfaatkan lahannya secara pribadi. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan fungsi mangrove. Tambak yang semakin besar dibandingkan dengan daerah mangrove di pantai maupun sungai dapat meningkatkan abrasi yang mungkin terjadi saat air pasang. Selain itu, fragmentasi lahan mangrove menjadi bagian - bagian petak tambak juga dapat mempengaruhi fauna yang berasosiasi dengan mangrove tersebut. Evaluasi dan analisa keadaan lahan mangrove perlu dilakukan untuk mengetahui luasan dan sebaran lahan mangrove. Penelitian dilakukan dengan menggunakan citra satelit yang memiliki resolusi spasial tinggi, sehingga dapat diketahui kondisi lingkungan dan penggunaan lahan (land use) di wilayah pesisir Surabaya secara luas dan mendukung dilaksanakannya analisa secara akurat. Hal ini dapat menjadi data dalam proses perencanaan pengembangan wilayah berbasis lingkungan yang ideal sesuai keadaan geografis wilayah tertentu di Surabaya.
2
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sebaran dan luasan lahan mangrove di kawasan pesisir Surabaya ? 2. Bagaimanakah kondisi lahan mangrove berdasarkan tingkat kekritisannya di kawasan pesisir Surabaya ?
C. TUJUAN
Analisa kesesuaian lahan mangrove di kawasan pesisir Surabayabertujuan untuk : 1. Mengetahui sebaran dan luasan lahan mangrove di kawasan pesisir Surabaya. 2. Menganalisa kondisi lahan mangrove berdasarkan tingkat kekritisannya di kawasan pesisir Surabaya.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari kegiatan yang dilakukan menghasilkan produk berupa: 1. Peta sebaran lahan mangrove di Kawasan Pesisir Surabaya. 2. Artikel ilmiah tentang analisa kondisi lahan mangrove di kawasan pesisir Surabaya.
E. KEGUNAAN
Kegunaan dari program penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran dan luasan lahan mangrove di kawasan pesisir Surabaya sehingga dapat menjadi bahan rujukan dalam merancang suatu kebijakan proses perencanaan pengembangan wilayah berbasis lingkungan yang ideal sesuai keadaan geografis wilayah di pesisir Surabaya.
F. TINJAUAN PUSTAKA F.1 Fungsi dan Ruang lingkup mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa portugis mangue dan bahasa inggris grove. Dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk
3
menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan dalam bahasa inggris kata mangrove menggambarkan komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut (macnae,1974). Hutan mangrove di jawa banyak yang telah mengalami kerusakan atau telah hilang sama sekali karena aktivitas manusia termasuk di surabaya. Menurut soegiarto (1982) manfaat hutan mangrove adalah : a. Sebagai pelindung pantai b. Sebagai pengendali banjir c. Sebagai pengendali bahan pencemar, dan d. Sebagai sumber energi atau bahan organik bagi lingkungan sekitarnya
F.2 Citra Landsat
Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, sekarang ini masih beroperasi pada orbit polar, membawa sensor TM (Thematic Mapper ), yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak ( visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m (Lillesand, T.M., dan R.W.Keifer. 1994) Pada Tabel 1 berikut dijelaskan karakteristik masing-masing Band atau saluran pada citra Landsat. Tabel 1. Band pada Landsat-TM dan kegunaannya (Lillesand dan Kiefer, 1997) Band
Panjang
Kegunaan
gelombang
1
0.45 – 0.52
Tembus terhadap tubuh air, dapat untuk pemetaan air, pantai, pemetaan tanah, pemetaan tumbuhan, pemetaan kehutanan dan mengidentifikasi budidaya manusia.
2
0.52 – 0.60
Untuk pengukuran nilai pantul hijau pucuk tumbuhan
4
dan penafsiran aktifitasnya, juga untuk pengamatan kenampakan budidaya manusia. 3
0.63 – 0.69
Dibuat untuk melihat daerah yang menyerap klorofil, yang
dapat
digunakannuntuk membantu dalam
pemisahan spesies tanaman juga untuk pengamatan budidaya manusia. 4
0.76 – 0.90
Untuk membedakan jenis tumbuhan aktifitas dan kandungan biomas untuk membatasi tubuh air dan pemisahan kelembaban tanah
5
1.55 – 1.75
Menunjukkan kandungan kelembaban tumbuhan dan kelembaban tanah, juga untuk membedakan salju dan awan
6
10.4 – 12.5
Untuk menganallisis tegakan tumbuhan, pemisahan kelembaban tanah dan pemetaan panas.
7
2.08 – 2.35
Berguna untuk pengenalan terhadap mineral dan jenis batuan, juga sensitif terhadap kelembaban tumbuhan
Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM, antara lain pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal.
F.3 Citra ASTER
Sensor Advanced
Spaceborne
Thermal
Emission
and
Reflection
Radiometer (ASTER) merupakan sensor dari Satelite Terra oleh kerja sama JAPAN-USA dan merupakan peningkatan dari sensor yang dipasang pada satelit
generasi sebelumnya, JERS-.1. Tujuan pembuatan sensor ini adalah
untuk memecahkan persoalan yang menyangkut SDA dan Lingkungan. Adapun karakteristik sekilas mengenai citra ASTER adalah sebagai berikut :
5
a. Observasi pada 3 VNIR, 6 SWIR, 5 TIR bands atau bekerja dengan 14 bands atau dapat merekam data citra
permukaan bumi dari panjang
gelombang daerah visible (sinar tampak) ke daerah thermal infrared b. Stereoskopik data dapat diperoleh dengan single orbit. c. Resolusi spasial citra ASTER adalah 15m untuk VNIR, 30m untuk SWIR, dan 90 m untuk TIR. d. Sensor optik dengan resolusi geometric dan radiometric yang tinggi pada semua frekuensi channel. Sensor pada ASTER terdiri atas 3 bagian yaitu : a. VNIR merupakan high performance dan high resolution optical instrument yang digunakan untukmendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bumi dengan range dari level visible hinggainfrared (520 ± 860 μm) dengan 3 band, dimana band nomor 3 dari VNIR inimerupakan nadir dan backward looking data, sehingga kombinasi data ini dapat digunakanuntuk mendapatkan citra stereoscopic. Selain itu data ini dapat dihasilkan pula Digital Elevation Model (DEM) dengan mengaplikasikan data ini. b. SWIR merupakan high resolution optical instrument dengan 6 bands yang digunakanuntuk mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bumi dengan short wavelength infrared range (1.6 ± 2.43 μm). Penggunaan radiometer ini diterapkan untuk identifikasi jenis batu dan mineral, serta untuk monitoring bencana alamsepertimonitoringgunungberapi yang masih aktif. c. TIR adalah high accuracy instrument untuk observasi thermal infrared radiation (800 ± 1200 μm) dari permukaan bumi dengan mengguna-kan 5 bands. Band ini digunakan untuk monitoring jenis tanah dan batuan di permukaan bumi. Ukuran citra adalah 60 km dengan ground resolution 90m.
F.4 Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendra Wijaya (2005) dalam kondisi mangrove pantai timur Surabaya dan dampaknya terhadap lingkungan hidup adalah semakin menurunnya luas hutan mangrove di Kawasan Pantai Timur Surabaya baik dalam luas, panjang maupun jenis vegetasinya disebabkan oleh beberapa factor diantaranya reklamasi lahan mangrove
6
menjadi areal pertambakan dan pemukiman. Selain itu, faktor yang lain adalah adanya penumpukan sampah dan penebangan liar oleh masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan hasil tangkapan laut sebesar 66% - 69% yang jauh berbeda dengan perkiraan hasil tangkapan lima tahun sebelumnya. Menurut Hart ono (2004 ) dala m Susilo (2000), “Penginderaan jauh untuk vegetasi mangrove didasarkan atas dua sifat penting yaitu bahwa mangrove mempunyai zat hijau daun ( klorofil ) dan mangrove tumbuh dipesisir. Dua hal ini akan menjadi pertimbangan penting didalam mendeteksi mangrove melalui satelit. Sifat optik klorofil sangat khas yaitu bahwa klorofil menyerap spektrum sinar merah dan memantulkan dengan kuat spektrum infra merah. Beberapa aspek lingkungan mangrove yang dapat dipelajari dengan menggunakan penginderaan jauh adalah spesies mangrove dan identifikasi zonasi, perubahan tata guna lahan mangrove, keberadaan mangrove dan distribusinya, serta lingkungan fisik mangrove ” . Sedangkan dalam penelitian Frida Sidik dan Denny Wijaya Kusuma menyebutkan bahwa luasan mangrove dapat diketahui dengan kelas tertentu melalui pendekatan remote sensing. Teknik ini dapat digunakan dalam monitoring pertumbuhan mangrove dengan menilai jumlah perkembangan luasan mangrove dengan kerapatan sangat rapat dari tahun ke tahun.
G. Metode Pelaksanaan G.1. Lokasi Penelitian
Kota Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang terletak di koordinat 7°16′S 112°43′E dan merupakan pusat bisnis, industri, perdagangan dan pendidikan di wilayah Indonesia Timur.
Luas Kota Surabaya sekitar
333.063 km2. Surabaya memiliki garis pesisir sepanjang 47,4 km yang membentang dari kawasan Pelabuhan Tanjung Perak sampai kawasan Timur Sidoarjo. Wilayah pesisir Surabaya melewati 12 kecamatan dan 24 kelurahan. Wilayah pesisir Surabaya dengan luas hutan mangrove terbesar terletak di Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo (420 ha) sedangkan yang terkecil terletak di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran (1,93 ha).
7
G.2 Metode Penentuan Tingkat Kekritisan Lahan Mangrove
Adapun kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk penentuan tingkat kekritisan lahan mangrove adalah sebagai berikut: 1. Kriteria-kriteria penentuan tingkat kekritisan lahan mangrove dengan teknologi GIS dan inderaja: a. Jenis penggunaan lahan, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, b. Kerapatan tajuk, dimana berdasarkan nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) c. Ketahanan tanah terhadap abrasi, yang dapat diperoleh dari peta land system dan data GIS lainnya. 2. Kriteria-kriteria penentuan tingkat kekritisan lahan mangrove dengan cara survey langsung di lapangan (teristris): a. Tipe penutupan dan penggunaan lahan, yang dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori. b. Jumlah pohon per hektar. c. Jumlah permudaan per hektar. d. Lebar jalur hijau mangrove. e. Tingkat abrasi.
G.3 Data dan Peralatan G.3.1 Data
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah: a. Citra satelit ASTER. b. Citra LANDSAT. c. Peta Rupa Bumi Indonesia Kota Surabaya skala 1 : 25.000 dan skala 1 : 15.000 G.3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Hardware a. Laptop b. Printer
8
c. GPS Handheld 2. Software Dalam penelitian ini software yang dibutuhkan adalah: a. Arc GIS versi 10.0 b. Autocad Land Desktop 2009 c. ENVI versi 4.6.1 d. Microsof Office Word dan Excel 2007/2010
G.4 Tahapan Penelitian
Secara garis besar, tahapan penelitian dapat dilihat Pada Gambar 1. Identifikasi awal Pengumpulan Pengolahan data Analisis Gambar 1. Tahapan penelitian
Penjelasan diagram alir : 1. Identifikasi awal
Tahapan
ini meliputi studi literatur dalam mengidentifikasi lahan
mangrove ditinjau dari tingkat kekritisannya beserta ekosistem yang terdapat pada kawasan pesisir Surabaya
beserta cara mengolah data citra satelit
terutama dalam fungsinya untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi vegetasi dan lingkunganya. 2. Pengumpulan data
Untuk lebih mudah dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, akan dijalin kerja sama dengan Pemerintah daerah Kota Surabaya. Dalam penelitian ini data-data yang dapat diperoleh dari Pemerintah Kota Surabaya antara lain peta penggunaan lahan ( land use), peta topografi, peta pesisir, ekologi, dan data curah hujan dan kelembaban yang ada di
9
Surabaya. Sedangkan untuk data citra ssatelit dapat diperoleh dari instansi tertentu seperti LAPAN. 3. Pengolahan Data
Data Citra Digitasi Vektor Peta
Cropping Citra
Koreksi Radiometrik
Tidak
Koreksi Geometrik
Nilai RMS<1 Ya Inter retasi Citra Data Penunjan Pen amatan La an an
Analisa Tingkat Kekritisan Lahan Mangrove
Gambar 2. Tahapan pengolahan data
Keterangan : a.
Data citra Kanal yang digunakan yaitu semua kanal satelit ASTER dan Landsat.
b.
Cropping Citra Cropping/pemotongan citra pada wilayah yang spesifik, dalam hal ini wilayah pesisir Surabaya.
c.
Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik dilakukan untuk menghilangkan efek hamburan atmosfer yang memengaruhi tingakt radiasi spectral dari objek yang
10
dipantulkan ke sensor, setelah itu cropping/pemotongan citra pada wilayah yang spesifik, dalam hal ini wilayah pesisir Surabaya. d.
Koreksi Geometrik Koreksi geometri dilakukan dengan menempatkan Ground Control Point pada titik-titik tertentu untuk menghilangkan kesalahan koordinat geografis citra yang diakibatkan oleh baik pergerakan maupun posisi sensor/satelit ketika melakukan penyiaman. Koreksi Geometri dilakukan dengan mengusahakan agar nilai Root Mean Square kurang dari 1.
e.
Data penunjang Data penunjang yang digunakan adalah peta penggunaan lahan ( land use), peta topografi, peta pesisir, ekologi, dan data curah hujan dan kelembaban yang ada di Surabaya.
f.
Interpretasi citra Interpretasi citra dilakukan berdasarkan unsur – unsur parameter dan formula indeks vegetasi mangrove. Dari interpretasi citra satelit tersebut, kita bisa melakukan identifikasi penggunaan lahan yang ada.
g.
Pengamatan Lapangan Pengamatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan sistem poligon
dan
pengkodean
legenda
peta.
Jika
ada
kesalahan
kenampakan maka legenda disesuaikan dengan hasil yang ada di lapangan. h.
Data pengamatan lapangan Dari pengamatan lapangan, akan didapatkan data baru tentang luasan lahan mangrove. Data kemudian dibandingkan apakah sesuai dengan hasil interpretasi dari citra Aster . Jika hasil interpretasi citra belum berkesesuaian dengan data hasil pengamatan lapangan, maka perlu dilakukan perbaikan dengan menambahkan hasil data dari pengamatan lapangan.
i.
Analisis Pada tahapan ini dilakukan analisis dari hasil identifikasi perubahan luasan lahan mangrove dan tingkat kekritisannya sehingga dapat
11
diperoleh gambaran kondisi lahan manggrove di Kota Surabaya. Sistem penilaian tingkat kekritisan lahan Mangrove di Surabaya dengan citra satelit, berdasarkan standart penilaian kementrian kehutanan, seperti pada tabel 2. Tabel 2. Kriteria Kekritisan Hutan Mangrove. (Sumber: Departemen Kehutanan) No.
Kriteria
Bobot
Skor Penilain
a. 3 : Hutan b. 2 : Tambak Tumpangsari, Jenis perkebunan 1 Penggunaan 45 c. 1 : Permukiman, industri, tambak Lahan (JPL) non-tumpangsari, sawah, tanah kosong a. 3 : Kerapatan tajuk lebat (70% 100% atau 0,43 ≤ NDVI ≤ 1,00 ) Kerapatan Tajuk b. 2 : Kerapatan tajuk sedang (50%2 35 (Kt) 69% atau 0,33 ≤ NDVI ≤ 0,42 ) c. 1 :Kerapatan tajuk jarang (70%100% atau -1,0 ≤ NDVI ≤ 0,32 ) a. 3 : Jenis tanah tidak peka erosi (tekstur lempung) Ketahanan b. 2 : Jenis tanah peka erosi (tekstur 3 Tanah terhadap 20 campuran) Abrasi (Kta) c. 1 : Jenis tanah sangat peka erosi (tekstur pasir) Berdasarkan Tabel di atas, total nilai skoring (TNS1) dihitung dengan rumus sebagai berikut: TNS1 = (Jpl x 45) + (Kt x 35) + (Kta x 20) Dari total nilai skoring (TNS1), selanjutnya dapat ditentukan tingkat kekritisan lahanmangrove sebagai berikut: 1.
Nilai 100 – 166 : rusak berat
2.
Nilai 167 – 233 : rusak
3.
Nilai 234 – 300 : tidak rusak
H. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan penelitian ini diperkirakan selesai selama lima bulan. Adapun rencana jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel.3 berikut: Tabel 3. Jadwal Kegiatan
12
Bulan N
Kegiatan
o
I
II
III
IV
V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Penyusunan Laporan Akhir
I. RANCANGAN BIAYA
Berikut ini, adalah rencana anggaran biaya yang untuk melaksanakan penelitian tersebut. Tabel 4. Rancangan Biaya
No
Kategori Alat
1
dan
Kuantitas
Harga
Total
Bahan
Habis Pakai
Citra ASTER
1
Rp
4,500,000
Rp
4,500,000
Citra Landsat
1
Rp
1,500,000
Rp
1,500,000
Peta RBI
2
Rp
400,000
Rp
800,000
Rp
600,000
Peta penutup lahan, topografi, dan pesisir
3
Rp
200,000
Kertas 1 Rim
2
Rp
40,000
Rp
80,000
Tinta Printer
4
Rp
50,000
Rp
200,000
Penggadaan proposal
100
Rp
200
Rp
20,000
Penjilidan proposal
5
Rp
5,000
Rp
25,000
Penggandaan laporan
200
Rp
200
Rp
40,000
Penjilidan laporan
5
Rp
5,000
Rp
25,000
Pulsa Telepon
5
Rp
100,000
Rp
500,000
Pulsa internet
5
Rp
100,000
Rp
500,000
13
2
Biaya Lain
Poster
3
Rp
100,000
Rp
300,000
Biaya transportasi
100
Rp
10,000
Rp
1,000,000
Sewa GPS Handheld
3
Rp
500,000
Rp
1,500,000
Partisipasi Seminar
1
Rp
800,000
Rp
800,000
Rp
12,390,000
Total
J. DAFTAR PUSTAKA
Fanani, z. 1992. Pengantar Interpretasi Data Penginderaan Jauh. Fakultas kehutanan universitas gadjah mada. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Lillesand, T. M. dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Diterjemahkan oleh Dulbari et al. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Lo, C. P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta : Universitas Indonesia. Purwadhi. S.H. 2001. Intepretasi Citra Digital. Jakarta : Grasindo Wijaya, S.W. 2005. Aplikasi Penginderaan Jauh dengan Citra Satelit Quickbird untuk Pemetaan Mangrove di Pulau Karimun jawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor http://www.dephut.go.id/files/l1_4_p03_04.pdf , diakses pada tanggal 12 Oktober pukl 18:44 BBWI. http://lh.surabaya.go.id/profile%20kehati/2011/6.%20BAB%20III%203.%20ekosi stem.pdf ,diakses pada tanggal 12 Oktober pukl 18:44 BBWI. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/RLPS/mangrove.htm,
diakses
pada
tanggal 12 Oktober pukl 18:44 BBWI. http://www.scribd.com/doc/77084436/Karakteristik-Citra-Aster-Jadi,
diakses
pada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 18.00 BBWI. http://bhianrangga.files.wordpress.com/2012/02/makalah-pemanfaatan-citra penginderaan-jauh_bhian-rangga-jr_k5410012.pdf, diakses pada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 18.15 BBWI.
14
15