PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
KAJIAN ARSITEKTUR PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA DI KABUPATEN BADUNG, BALI
BIDANG KEGIATAN : PKM - PENELITIAN
DiusulkanOleh : I Kadek Putra Sastrawan
14.62.221.008 14.62.221.008 / 2014 (Ketua)
I Made Gede Budi Wiranata
14.62.221.005 14.62.221.005 / 2014 (Anggota)
Ni Putu Ayu Parmini Cynta Cynta Dewi
16.62.121.028 / 2016 (Anggota) (Anggota)
UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR 2017
i
HALAMAN PENGESAHAN PENGESAHAN PKM PENELITIAN 1. JudulKegiatan
Kajian Arsitektur Pura Taman Ayun Sebagai Ba gian Dari Warisan Budaya Dunia
:
2.Bidang Kegiatan 3.Ketua PelaksanaKegiatan
: PKM-Penelitian :
a. Nama Lengkap b. NIM c. Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Alamat Rumah dan No Tel./HP f. Alamat email 4. AnggotaPelaksanaanKegiatan/Penulis 5. DosenPendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIK c. Alamat d. HP
: I Kadek Putra Sastrawan : 14. 62. 221. 008 : Teknik Arsitektur : UniversitasWarmadewa Denpasar : Jl. Werkudara Gg. Tapak Bela No. 1, Br. Pempatan, Munggu, Mengwi Badung :
[email protected] : 3 Orang : ……………… : ……………… : ……………… : ………………
Kota,Tanggal-Bulan-Tahun Menyetujui, Wakil Dekan III BidangKemahasiswaan
(…………………………..) NIP/NIK.
KetuaPelaksanaKegiatan,
(…………………………..) NIM. Wakil RektorIII BidangKemahasiswaan
DosenPendamping,
(…………………………..) NID.
(…………………………..) NIP/NIK.
i
ii
JudulKegiatan
: Kajian Arsitektur Pura Taman Ayun Sebagai Bagian Dari Warisan Budaya Dunia di Kabupaten Badung, Bali Bidangkegiatan : PKM-P KetuaPelaksana : I Kadek Putra Sastrawan NIM : 14. 62. 221. 008 Jumlahanggota : 3 Orang Anggota1 : I Made Gede Budi Wiranata Anggota2 : Ni Putu Ayu Parmini Cynta Dewi Dosen pendamping : ................................................ .............................. Perguruan Tinggi :Universitas Warmadewa Fakultas/Program Studi :Teknik/Teknik Arsitektur Alamat Surel (email) : ................................................ .............................. Proposal BiayaKegiatan : Rp 15.000.000,00 PersetujuanBiayaKegiatan : Rp 15.000.000,00 NO KRITERIA Bobot Skor NILAI (Bobot x Skor) 1 Kreativitas : 15 Gagasan (Orisinalitas, unikdanbermanfaat) PerumusanMasalah (fokusdanatraktif) 15 TinjauanPustaka (state of the art) 10 2 KesesuaianKemutahiranMetodePenelitian 20 3
4 5
Potensi Program : KontribusiPerkembanganIlmudanTeknologi PotensiPublikasiArtikelIlmiah/HKI Kemanfaatan PenjadwalanKegiatandanPersonalia Lengkap, Jelas, Waktu, danPersonalianyasesuai PenyusunanAnggaranBiaya : Lengkap, Rinci, WajardanJelasPeruntukannya Total
15 10 5 5 5 100%
Keterangan : Skor 1, 2, 3, 5, 6, 7 (1 = Buruk; 2 = Sangatkurang; 3 = Kurang; 5 = Cukup; 6 = Baik; 7 = Sangatbaik); Nilai=Bobot x Skor KomentarPenilai ......................................................................................................................................... .......... Kota,tanggal-bulan-tahun Penilai,
ii (NamaLengkap)
iii
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii RINGKASAN ................................................... ............................................................................. iv BAB 1. PENDAHULUAN .................................................. ........................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................... 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 2 1.4 Kegunaan ..................................................................................................................................... 2 1.5 Luaran .......................................................................................................................................... 3 BAB 2. TNJAUAN PUSTAKA ....................................................Error! Bookmark not defined. 2.1 Tinjauan umum Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia……………………………...2 2.2 Tinjauan Arsitektur Kolonial Belanda di kota Singaraja………………………………...2 2.3 Tipologi bangunan Kolonial Belanda di kota Singaraja…………………………………2 2.4 Karakteristik bangunan Kolonial Belanda di kota Singaraja.............................................2 BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................................................ 10 BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................................................ 11 4.1 Anggaran Biaya ........................................................................................................................ 11 4.2 Jadwal Kegiatan ........................................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12 LAMPIRAN .................................................................................................................................. 13 Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota .......................................................................................... 13 Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ..................................................................................... 17 Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ......................................... 18 Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulis PKM-P...................................................................... 19
iii
iv
RINGKASAN
Kata Kunci : (Maksimal 3 kata kunci)
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata terfavorit dunia. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegaranya yang cukup tinggi. Berdasarkan data kunjungan wisman pada tahun 2016 menunjukkan angka 3.278.598 orang. Hal tersebut membuktikan bahwa Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik. Ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Bali disebabkan oleh kekayaan alam dan budaya Bali yang sangat melimpah. Bahkan beberapa tempat wisata di Bali merupakan bagian dari Warisan Dunia, salah satunya adalah Pura Selain memiliki fungsi religius sebagai tempat persembahyangan oleh umat Hindu yang merupakan agama mayoritas di Bali, keberadaan pura juga menjadi daya tarik wisata. Struktur bangunan, sejarah, nilai religius melalui bentuk upacara ritual yang diselenggarakan di pura tersebut merupakan hal yang menarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Hal ini terlihat dari berkembangnya pengelolaan pura sebagai daya tarik wisata budaya di Bali. Beberapa pengelolaan pura yang popular sebagai daya tarik wisata di antaranya adalah Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Goa Gajah, Pura Tirtha Empul, Pura Besakih, Pura Taman Ayun, dan lain-lain. Keberadaan pura-pura ini senantiasa ramai dikunjungi oleh wisatawan karena masing-masing memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri. Namun perlu digaris bawahi bahwa prinsi p pengelolaan daya tarik wisata pura di Bali adalah mengutamakan kesucian atau kesakralan dari kawasan suci pura itu sendiri. Pura Taman Ayun merupakan salah satu pengembangan daya tarik wisata budaya yang terletak di Desa Mengwi, Badung Tengah. Pura ini adalah warisan budaya Bali, yang memiliki arti sejarah penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kolam yang mengelilingi pura tidak hanya berfungsi estetika, namun berperan penting sebagai sumber irigasi bagi subak-subak yang berada di sekitarnya. Ini tidak terlepas dari adanya filosofi Tri Hita Karana (keharmonisan hubungan antara manusia dengan penciptan ya, manusia dengan sesamanya serta manusia dengan lingkungannya) yang melandasi sistem pengairan subak. Filosofi inilah yang mendasari UNESCO dalam menetapkan Lanskap Budaya Bali sebagai warisan budaya dunia, di mana Pura Taman Ayun merupakan salah satu 4 bagiannya. Penetapan tersebut terhitung sejak tanggal 29 Juni 2012, melalui sidang UNESCO di Saint Petersburg, Rusia. Kompleks Pura dibagi menjadi 4 halaman yang berbeda, yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Halaman Pertama disebut dengan Jaba yang bisa dicapai hanya dengan melewati satu-satunya jembatan kolam dan Pintu gerbang. Begitu masuk di sana ada tugu kecil untuk menjaga pintu masuk dan di sebelah kanannya terdapat bangunan luas (wantilan) dimana serin g diadakan
2
sabungan ayam saat ada upacara. Di halaman ini, juga te rdapat tugu air mancur yang mengarah ke 9 arah mata angin. Sambil menuju ke halaman berikutnya, di sebelah kanan jalan terdapat sebuah komplek pura kecil dengan nama Pura Luhuring Purnama. Areal ke tiga atau Halaman ke dua, posisinya lebih tinggi dari halaman pertama untuk masuk ke halaman ini, pengunjung harus melewati pintu gerbang kedua. Begitu masuk, pandangan akan tertuju pada sebuah bangunan aling-aling Bale Pengubengan yang dihiasi dengan relief menggambarkan Dewata Nawa Sanga, (9 Dewa penjaga arah mata angin). Di sebelah timur halaman ini ada satu pura kecil disebut Pura Dalem Bekak, sedangkan di pojok sebelah barat terdapat sebuah Balai Kulkul menjulang tinggi. Areal ke empat atau halaman terakhir adalah yang tertinggi dan yang paling suci. Pintu gelung yang paling tengah akan dibuka di saat ada upacara, tempat ke luar masuknya arca dan peralatan upacara lainnya. Sedangkan Gerbang yang di kiri kanannya adalah untuk keluar masuk kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Halaman ini terdapat beberapa meru menjulang tinggi dengan berbagai ukuran dan bentuk Tiga halaman dari Pura ini melambangkan tiga tingkat kosmologi dunia, dari yg paling bawah adalah tempat / dunianya manusia, ke tingkat yang lebih suci yaitu tempat bersemayamnya para dewata, serta yang terakhir melambangkan Sorga tempat berstananya Tuhan Yang Maha Esa. Seperti dikisahkan dalam cerita kuno Adhiparwa , keseluruhan kompleks pura menggambarkan Gunung Mahameru yang mengapung di tengah lautan susu. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan Kajian Arsitektur Pura Taman Ayun Sebagai Bagian Dari Warisan Budaya Dunia di Kabupaten Badung, Bali, sebagai berikut : 1. Jenis ornament apa saja yang terdapat di Pura Taman Ayun? 2. Ada berapa jenis bahan yang digunaan pada banguann yang terdapat di Pura Taman Ayun? 3. Bagaimana cara mempertahankan keaslian dari bangunan di Pura Taman Ayun? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun mengenai arisitektur yang digunakan pada bangunan Pura Taman Ayun 1.4 Kegunaan Adapun kegunaan dari penilitan ini yaitu: 1.
Meningkatkan wawasan tentang arsitektur Pura Taman Ayun
3
2.
Meningkatkan jumlah kunjungan dengan memberikan pengetahuan yang menarik bagi pengunjung
1.5 Luaran Luaran dari kegiatan ini berupa artikel tentang penelitian kawasan Heritage untuk menambah wawasan tentang arsitektur Pura Taman Ayun
BAB 2. TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia Arsitektur Kolonial Belanda umumnya disesuaikan dengan peranan dan kedudukan Belanda di daerah koloninya, sebagai penguasa dalam segala hal. Langgam yang terdapat pada arsitektur kolonial Belanda tetap memuat ideide dari Eropa, tetapi pada perkembangannya disesuaikan dengan bahan dan iklim yang ada di Indonesia, bahkan terdapat pula gaya percampuran antara arsitektur Belanda dengan tradisional (Syarifudin 2007, 48-50). Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh occidental (barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk kebudayaan. Hal tersebut antara lain da pat dilihat dalam bentuk kota dan bangunan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa para pengelola kota dan arsitek Belanda, tidak sedikit yang menerapkan konsep lokal atau tradisional di dalam merencanakan dan mengembangkan kota, permukiman, dan bangunan bangunan (Sumalyo 1993, 3). Arsitektur kolonial lahir dan berkembang sesuai dengan masa-masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam waktu yang lama yaitu kurang lebih 350 tahun, terjadi perkembangan dan perubahan bentuk dari arsitektur kolonial ini. Dimulai sekitar abad ke-16 sampai dengan sekitar tahun 1960- an. Pembabakan tersebut dapat dibagi tiga, yaitu sebagai berikut. (1) Abad ke16 sampai tahun 1800-an. Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Hindia Belanda, di bawah kekuasaan VOC. Pada periode ini, arsitektur kolonial Belanda kehilangan orientasinya dan tidak mempunyai suatu bentuk orientasi yang jelas, yang lebih buruk lagi bangunan yang ada tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim tropis basah di Indonesia. (2) Tahun 1800-an sampai tahun 1902, waktu itu Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari tangan VOC, sehingga Belanda pada saat itu mulai mengambil bentuk yang megah, dan bangunan dengan gaya megah ini dipinjam dari gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya agak berlainan dengan gaya arsitektur nasional Belanda pada waktu itu. Gaya ini sering disebut dengan gaya empire states. Bangunan ini sebenarnya tidak cocok dengan budaya Indonesia. (3) Tahun 1920-an, periode ini ditandai dengan makin banyaknya masyarakat Eropa, terutama Belanda yang tinggal di Indonesia. Hal ini mempengaruhi bentuk arsitektur bangunan yang berorientasi pada induknya di Belanda (Hardinoto, 1996. 129-130)
4
2.2 Tinjauan Arsitektur Kolonial Belanda di kota Singaraja Keberadaan pengaruh budaya barat khususnya seni bangunan sudah dimulai akhir abad XIX. Sesudah tahun 1882 yaitu sejak mulainya Kota Singaraja ditetapkan sebagai ibu kota keresidenan Bali dan Lombok, sejak itu pemerintahan Belanda berangsur -rangsur mendirikan kantor-kantor administrasi di kota Singaraja. Disamping kantor pemerintahan, pada tahun 1875 di Singaraja mulai didirikan gedung sekolah dasar pertama di Bali (PPPKD,1978 :114), rumah tinggal, Gereja dan lain-lain. Arsitektur colonial ini bias dijumpai di lingkungan desa Sukasada, Liligundi, Jalan Ngurah Rai, Jalan Gajah Mada, Pelabuhan Buleleng, Jalan Surapati dan Jalan Pahlawan. Geliat arsitektur colonial di kota singaraja seakan mengusung citra berkelanjutan yang digayuti kenangan masa silam. Tentu lebih bijak sekiranya masyarakat turut berperan memahami, menjaga dan enghargai keberadaan arsitektur peninggalan bersejarah yang selain masih bias digunakan secara fungsional, juga kental dengan makna dan nilai historis.
Arsitektur Kolonial Belanda ini berupaya menyesuaikan diri dengan iklim tropis di Bali, seperti terlihat pada elemen-lemen bangunan yaitu pada plafon yang umumnya sangat tinggi, kemiringan atap yang curam, beberapa memiliki konsul tritisan, penggunaan daun jendela krepyak kayu untuk membantu sirkulasi udara, system ventilasi atau oculus dan lorong yang berfungsi sebagai isolasi panas, adanya elemen-elemen arsitektur berciri gaya klasik Eropa, seperti order ionic, doric, porch, pilaster, architrave, gable,tympanum, pelengkung parabola pada dinding. Eelemen arsitektur ini juga dipadukan dengan ram hiasan ukiran Bali seperti stilir dedaunan (patra samblung). Bentuk massa bangunan induk (umumnya simetris), bangunan ini tidak menyatu dengan bangunan servis, namun dibuatkan koridor penghubung dengan bangunan servis. Pada tiap dinding bangunan rata-rata memiliki ketebalan sekitar 30 cm, dengan kedudukan kusen pintu dan jendela yang tinggi(ambang kusen atas antara 2,30-2,60 meter dari permukaan lantai). 2.3 Tipologi bangunan Kolonial Belanda di kota Singaraja
Kontak pertama Belanda dengan Bali dimulai sekitar abad ke-16, saat Gelgel menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Utusan Belanda meminta iz in kepada Raja Dalem Sagening untuk mendirikan basis dagangnya di Kuta. Di samping tujuan dagang, pemerintah Belanda mulai melakukan rongrongan politik dan memperkuat pengaruhnya di Bali. Pada tahun 1882, pemerintah Belanda secara berangsurangsur menguasai politik di Bali dan mulai menempatkan pegawai pemerintahannya disetiap kerajaan di Bali (Agung 1984, 8). Kondisi tersebut bisa dikatakan bahwa masa penjajahan di Bali sangat singkat bila dibandingkan dengan masa penjajahan di Indonesia pada umumnya. Kajian tentang arsitektur kolonial, terutama di Singaraja, Secara umum, bangunan arsitektur kolonial di Bali lebih banyak ditemukan di Kota Singaraja. Hal ini disebabkan karena pusat pemerintahan
5
dahulu berada di kota ini, sebelum dipindahkan ke Denpasar. Peninggalan ini pada umumnya juga tidak terlalu besar dan lebih banyak berfungsi sebagai rumah tinggal, rumah dinas, dan beberapa sarana pendukung lain. Tipologi arsitektur kolonial Belanda di kota-kota besar jumlahnya cukup banyak, antara lain gedung-gedung umum, sarana pemerintahan, bangunan militer, rumah tempat tinggal, sarana peribadatan, monumen, dan pertamanan (Soekiman 1982, 664-665). Berdasarkan pengamatan di lapangan, tipologi tinggalan kolonial Belanda yang ada di Singaraja dapat dijelaskan sebagai berikut. meliputi bangunan sarana pemerintahan, pendidikan dan rumah tinggal diantaranya Perpustakaan IKIP Singaraja, kantor Bupati, rumah tinggal warga di jalan pahlawan singaraja. Perpustakaan STKIP Singaraja awalnya merupakan gedung pengadilan, didirikan pada tahun 1922, terletak di Jalan Pahlawan, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng. Kantor bupati pada awalnya berfungsi sebagai Kantor Gubernur Sunda Kecil yang didirikan sekitar awal abad ke-19 Masehi. Saat ini digunakan sebagai Kantor Bupati Buleleng. Bangunan ini memil iki luas 746,81 m 2, berada di Jalan Pahlawan, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng. Bangunan ini berbentuk persegi panjang dan menghadap ke utara, serta memiliki struktur tiang bulat. Bagian depan bangunan ini berupa serambi/lobi dan dilengkapi dengan pilar sebanyak dua buah. Bagian tengah ber upa ruangan kerja yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian timur dan bagian barat. Bagian belakang bangunan ini berupa aula dengan ruang kerja berada di sisi timur. Pada dindingdinding bangunan bagian atas terdapat celah-celah sebagai ventilasi dan sirkulasi udara. Selain itu bangunan ini dibuat dengan arsitektur terbuka untuk memaksimalkan pencahayaan yang masuk dan juga sirkulasi udara.
Gambar 2.1 Perpustakaan STKIP Singaraja Sumber : http//dokumentasiBPCB.org.id.
Kantor bupati pada awalnya berfungsi sebagai Kantor Gubernur Sunda Kecil yang didirikan sekitar awal abad ke-19 Masehi. Saat ini digunakan sebagai Kantor Bupati Buleleng. Bangunan ini memiliki luas 746,81 m 2, berada di Jalan Pahlawan, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng. Bangunan ini berbentuk persegi panjang dan menghadap ke utara, serta memiliki struktur tiang bulat. Bagian depan bangunan ini berupa serambi/ lobi dan dilengkapi dengan pilar sebanyak dua buah. Bagian tengah berupa ruangan kerja yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian timur dan bagian barat. Bagian belakang bangunan ini berupa aula dengan ruang kerja berada di sisi timur. Pada dinding-dinding bangunan bagian atas
6
terdapat celah-celah sebagai ventilasi dan sirkulasi udara. Selain itu bangunan ini dibuat dengan arsitektur terbuka untuk memaksimalkan pencahayaan yang masuk dan juga sirkulasi udara.
Gambar 2.2 Kantor Bupati Buleleng Sumber : http//dokumentasiBPCB.org.id.
Rumah Bapak Ida Bagus Citarasa merupakan bangunan bergaya landhuis, terletak di Jalan Pahlawan no. 9, Buleleng. Bangunan ini menghadap ke selatan dengan luas lahan 11 are. Denah bangunan berbentuk persegi panjang dengan pembagian bangunan terdiri dari halaman rumah depan, bagian tengah, dan halaman belakang. Bangunan induk memiliki ukuran panjang 37 meter dan lebar 6,40 meter. Bagian pondasi ditinggikan dengan ukuran 60 cm dari permukaan tanah. Dinding bangunan berupa batu yang diplester dan dicat putih. Atap bangunan berbentuk limas. Pada bagian timur, terdapat pintu terbuka dan tidak memiliki daun pintu. Lantai bangunan menggunakan semen. Pencahayaan pada rumah ini menggunakan empat buah jendela berukuran besar di bagian depan dan empat buah jendela di bagian belakang rumah. Terdapat lubang angin di atas jendela yang berbentuk kolom kecil untuk sirkulasi udara.
Gambar 2.3 Rumah Bapak Ida Bagus Citarasa Sumber : http//dokumentasiBPCB.org.id
2.4 Karakteristik bangunan Kolonial Belanda di kota Singaraja Karakteristik bangunan kolonial yang ada di Singaraja dapat dili hat melalui fasadenya.Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan (Krier 1988, 72- 78). Fasade menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun, mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa dalam memberikan kemungkinan dan kreativitas. Fasade berasal dari kata facade atau facies yang merupakan sinonim dari kata face atau wajah dan appearance atau penampilan. Oleh karena itu, wajah sebuah bangunan atau fasade adalah bagian depan yang menghadap ke jalan. Komponen fasade meliputi pintu masuk, zona lantai dasar, jendela dan pintu masuk
7
bangunan, atap, serta ornamen lainnya. Pintu masuk merupakan fasade bagian terluar yang langsung ditemui ketika mengamati arsitektur sebuah bangunan. Tinggalan Kolonial Belanda di Singaraja umumnya tidak memiliki pintu gerbang, hal ini dikarenakan arsitektur kolonial di Singaraja merupakan kantor pemeri ntahan dan rumah tinggal dengan ukuran relatif kecil bila dibandingkan dengan arsitektur kolonial di daerah lain, seperti di Jawa dan Sumatra. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa arsitektur kolonial di Singaraja terdapat space berupa halaman terbuka antara jalan dengan bangunan inti. Zona lantai dasar pada bangunan kolonial di Singaraja umumnya ditinggikan 10-100 cm dari permukaan tanah sekitarnya. Penggunaan tegel berwarna abu-abu umum digunakan sebagai bahan lantai. Karakteristik pintu dan jendela pada arsitektur kolonial Belanda di Singaraja umumnya tinggi dan lebar. Arsitek Belanda mengadaptasi iklim tropis di Indonesia, termasuk di Singaraja, dengan pemakaian jendela dalam jumlah banyak untuk memanfaatkan pencahayaan alami. Bentuk pintu dan jendela umumnya berupa kupu tarung atau daun pintu ganda. Pada bagian atas pintu dan jendela terdapat ram dari kaca yang dibingkai kayu, yang berfungsi untuk memaksimalkan pencahayaan sinar matahari. Bagian atap pada arsitektur kolonial Belanda sebagian besar berbentuk limas dengan menggunakan genteng atau seng sebagai bahan penyusunnya. Kemiringan atap dibuat tajam sehingga langsung mengalirkan air hujan yang jatuh. Rumah tinggal umumnya menggunakan kanopi pada atap di bagian serambinya. Beberapa ornamen lain yang ada pada arsitektur kolonial Belanda di Singaraja berupa ventilasi udara, ram, menara, dan pilar. Ornamen-ornamen ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari arsite ktur. Sebagai contoh, ventilasi udara, selain berfungsi sebagai hiasan, juga berfungsi untuk sirkulasi udara. Pilar pilar pada arsitektur ini umumnya bergaya Romawi, yang selain berfungsi untuk menopang bangunan, juga berfungsi sebagai penghias bangunan. Beberapa gaya arsitektur yang berkembang di Singaraja antara lain art deco, landhuis, dan gothic. Walaupun arsitektur yang berkembang di Singaraja merupakan gaya Eropa, sentuhan langgam tradisional masih terlihat dan menggunakan bahan dari wilayah sekitarnya. Struktur bangunan Kolonial Belanda di Singaraja pada dasarnya menggunakan bahan pondasi batu kali, pada tiang kolomnya hanya menggunakan bata yang tersusun tidur dengan dua buah bata pasangan zig-zag tanpa besi atau begel seperti bangunan sekarang pada umumnya, perekat pada dinding susunan bata menggunakan putih telur yang dicampur dengan batu kapur yang telah di haluskan.
8
9
10
BAB 3. METODE PENELITIAN
11
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 AnggaranBiaya 4.2 JadwalKegiatan
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12
13
LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata KetuadanAnggota
BiodataKetuaPelaksana A. IdentitasDiri
1
Nama Lengkap
Kadek Karuna Wira Adnyana
2
JenisKelamin
Laki-laki
3
Program Studi
Teknik Arsitektur
4
NIM
14.62.221.018
5
Tempat danTanggal Lahir
Patemon, 9 - 06 - 1995
6
E-mail
[email protected]
7 NomorTelepon/HP B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
081 338 652 774
SD SD Negeri Patemon
SMP 1 SMP Negeri Seririt
Jurusan
SMA 1 SMK Negeri 3 Singaraja Gambar Bangunan
Tahun Masuk-Lulus 2001-2006 2007-2010 C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Or al Presentation) No.
Nama PertemuanIlmiah Seminar
/
JudulArtikelIlmiah
2011-2013
WaktudanTempat
1 2 D.Penghargaandalam 10 tahunTerakhir (daripemerintah, asosiasiatauinstitusilainnya) No.
JenisPenghargaan
1
Piagam, Tropi
2
Piagam
Institusi Pemberi Tahun Pen har aan Politeknik Negeri 2015 Bali Universitas 2016, 2017 Udayana
Semua data yang sayaisikandantercantumdalam biodata iniadalahbenardandapatdipertanggungjawabkansecarahukum. Apabila di kemudianhariternyatadijumpaiketidaksesuaiandengankenyataan, sayasanggupmenerimasanksi. Demikian biodata inisayabuatdengansebenarnyauntukmemenuhi salah satupersyaratandalampengajuanHibahPKM-P. Kota, tanggal-bulan-tahun Pengusul,
(………………………….) 13
14
BiodataAnggotaPelaksana A. IdentitasDiri
1
Nama Lengkap
I Putu Ryan Aryadita
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
Program Studi
Teknik Arsitektur
4
NIM
14.62.221.003
5
Tempat danTanggal Lahir
6
E-mail
7 Nomor Telepon/HP B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
SMA
Nama Institusi Jurusan TahunMasuk-Lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Or al Presentation) No.
Nama PertemuanIlmiah Seminar
/
JudulArtikelIlmiah
WaktudanTempat
1 2 D.Penghargaandalam 10 tahunTerakhir (daripemerintah, asosiasiatauinstitusilainnya) No.
JenisPenghargaan
InstitusiPemberiPenghargaan
Tahun
1 2
Semua data yang sayaisikandantercantumdalam biodata iniadalahbenardandapatdipertanggungjawabkansecarahukum. Apabila di kemudianhariternyatadijumpaiketidaksesuaiandengankenyataan, sayasanggupmenerimasanksi. Demikian biodata inisayabuatdengansebenarnyauntukmemenuhi salah satupersyaratandalampengajuanHibahPKM-P. Kota, tanggal-bulan-tahun Pengusul,
(…………………………..)
14
15
BiodataAnggotaPelaksana A. IdentitasDiri
1
Nama Lengkap
2
JenisKelamin
3
Program Studi
4
NIM
5
TempatdanTanggalLahir
6
E-mail
Teknik Arsitektur
7 NomorTelepon/HP B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
SMA
Nama Institusi Jurusan TahunMasuk-Lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Or al Presentation) No.
Nama PertemuanIlmiah Seminar
/
JudulArtikelIlmiah
WaktudanTempat
1 2 D.Penghargaandalam 10 tahunTerakhir (daripemerintah, asosiasiatauinstitusilainnya) No.
JenisPenghargaan
InstitusiPemberiPenghargaan
Tahun
1 2
Semua data yang sayaisikandantercantumdalam biodata iniadalahbenardandapatdipertanggungjawabkansecarahukum. Apabila di kemudianhariternyatadijumpaiketidaksesuaiandengankenyataan, sayasanggupmenerimasanksi. Demikian biodata inisayabuatdengansebenarnyauntukmemenuhi salah satupersyaratandalampengajuanHibahPKM-P. Kota, tanggal-bulan-tahun Pengusul,
(…………………………..)
15
16
BiodataDosenPembimbing A. IdentitasDiri
1
Nama Lengkap
2
JenisKelamin
3
Program Studi
4
NIDN
5
TempatdanTanggalLahir
6
E-mail
7 NomorTelepon/HP B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
SMA
Nama Institusi Jurusan TahunMasuk-Lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Or al Presentation) No.
Nama PertemuanIlmiah Seminar
/
JudulArtikelIlmiah
WaktudanTempat
1 2 D.Penghargaandalam 10 tahunTerakhir (daripemerintah, asosiasiatauinstitusilainnya) No.
JenisPenghargaan
InstitusiPemberiPenghargaan
Tahun
1 2
Semua data yang sayaisikandantercantumdalam biodata iniadalahbenardandapatdipertanggungjawabkansecarahukum. Apabila di kemudianhariternyatadijumpaiketidaksesuaiandengankenyataan, sayasanggupmenerimasanksi. Demikian biodata inisayabuatdengansebenarnyauntukmemenuhi salah satupersyaratandalampengajuanHibahPKM-P. Kota, tanggal-bulan-tahun Pembimbing,
(…………………………..) NIDN……………………. 16
17
Lampiran 2. JustifikasiAnggaranKegiatan
17
18
Lampiran 3. SusunanOrganisasi Tim PenelitidanPembagianTugas
18
Lampiran 4. Surat PernyataanSumberTulis PKM-P SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN PKM-P Saya yang menandatangani Surat Pernyataanini: - Nama : - NIM : 1) Menyatakanbahwa PKM-P yang sayatuliskanbersamaanggotatimlainnyabenarbersumberdarikegiatan yang telahdilakukan: - TugasKonservasiArsitekturyang telahdilakukanolehketuabesertaanggotakelompokbukanolehpihaklain. - Topik ……………………… 2) Naskahinibelumpernahditerbitkan/dipublikasikandalambentukprosidingmaupunjurnalsebelum nya. Demikian Surat Pernyataaninidibuatdenganpenuhkesadarantanpapaksaanpihakmanapun juga untukdapatdigunakansebagaimanamestinya.
Kota, tanggal-bulan-tahun
Yang Menyatakan,
Mengetahui/Menyetujui, KetuaJurusanArsitektur,
(……………………………) NIM:
(………………………………) NIP: