BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Guna mengatasi terkait ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana prasarana kerja. Pada akhir tahun pertama kehidupan,manusia memperoleh banyak pengalaman
dalam
perkembangan
personal
dan
sosial.
Manusia
bisa
membedakan antara keluarga dengan orang lain, dia belajar berkomunikasi dan meniru keterampilan dan dia bisa berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memperoleh
pengalaman
perasaan
cinta
pertamanya
dengan
ibunya.
Keamampuan personal-sosial seorang anak tidak sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Dan pada tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting dalam perkembangan bicara anak. Landasan untuk perkembangan bahasa terletak pada masa kehidupan ini. Bicara merupakan keterampilan mental-motorik. Berbicara tidak hanya merupakan koordinasi kumpulan otot-otot yang membentuk suara, melainkan juga mempunyai aspek mental intelrktual, yaitu kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Perkembangan motorik juga turut berperan pada pertumbuhan anak, karena merupakan perkembangan kontrol kontrol pergerakan badan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Kontrol pergerakan ini muncul dari perkembangan refleks-refleks yang dimulai sejak lahir. Anak menjadi tidak berdaya sampai perkembangan ini muncul. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Antrometri pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita? 2. Bagaimana Perkembangan Peranan Sosial pada Per tumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita?
1
3. Bagaimana Perkembangan Motorik pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita? 4. Bagaimana Perkembangan Bahasa pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Antrometri pada Pertumbuhan Pert umbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Peranan Sosial pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Motorik pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Bahasa pada Pe rtumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita.
2
3. Bagaimana Perkembangan Motorik pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita? 4. Bagaimana Perkembangan Bahasa pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Antrometri pada Pertumbuhan Pert umbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Peranan Sosial pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Motorik pada Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita. 4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Bahasa pada Pe rtumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Pertumbuhan dan perkembangan perkembangan neonatus bayi dan balita 1. Antropometri
a.
Antropometri Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut Stevenson (1989) antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Salah satu pembatas kinerja tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana prasarana kerja. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang peran utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja. Antropometri dapat dibagi menjadi: 1) Antripometri Statis Antropometri
statis
merupakan
ukuran
tubuh
dan
karakteristik tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar, Contoh: Tinggi Badan, Lebar bahu 2) Antropometri Dinamis Antropometri
dinamis
karakteristik
tubuh
adalah
dalam
ukuran
keadaan
tubuh
atau
bergerak,
atau
memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi
3
saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan. Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki. b. Data Antopometri Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri dapat membedakan satu dengan yang lainnya, maka dalam perancangan yang digunakan data antropometri terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu (Wignjosoebroto, 2003): 1) Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau maksimum). Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan di rancang tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang akan memakainya.Contohnya: Ketinggian kontrol maksimum digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain. 2) Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih mahal tetapi memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya: Kursi kemudi yang bisa di atur majumundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya. 3) Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata rata para pemakainya. Prinsip ini hanya di gunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi dari pada untungnya, ini berarti hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut.
4
Kenyataan menunjukan bahwa terdapat perbedaan atribut/ukuran fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi data antropometri, yaitu : a) Umur b) Jenis kelamin c) Ras dan suku bangsa d) Jenis pekerjaan
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor- seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis selain itu juga harus didapatkan data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasika pada data perorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, maka akan semakin kelihatan betapa besar variansinya antara tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun segmennya. c. Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003): Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dll. 1) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment , perkakas dan sebagainya
5
2) Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan sebagainya. 3) Perancangan lingkungan kerja fisik Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan produk tersebut. Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek ( short term) maupun jangka panjang (long term). d. Prinsip Perancangan Produk Atau Fasilitas Dengan Ukuran Rata-Rata Data Antropometri Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justr u sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rencana tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa
6
sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut (Nurmianto, 2003): 1)
Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut
2)
Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis.
3)
Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “segmentasi pasar” seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
4)
Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel)ataukah ukuran rata-rata.
5)
Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
6)
Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.
Aplikasikan
data
tersebut
dan
tambahkan
faktor
kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain. Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai data antopometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
7
2. Personal sosial
a. Perkembangan personal Pada awal kehidupannya, mula-mula seorang anak masih bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan semakin meningkatnya kemampuan melakukan gerakan motorik dan berbicara, anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal. Orangtua harus melatih usaha kemadirian anak, mula-mula dalam hal pemenuhan kebutuhan anak sehari-hari, seperti makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian dan lain-lain. Selanjutnya, kemampuannya ditingkatkan dalam hal kebersihan, kesehatan, dan kerapihan. Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang dikelompokan sebagai kebiasaan (habit), kepribadian, watak, dan emosi. Semuanya mengalami perubahan perkembangan. 1) Kebiasaan (habit) Kebiasaan dibagi menjadi kebiasaan makan, tidur, kontrol sfirngter dan berpakaian. a) Memberi makan ( feeding) dan makan (eating) Saat lahir, terdapat suatu reaksi berantai mencarimenghisap-menelan (seek, suck, swallow), tetapi pada umur empat minggu reaksi ini menjadi sebuah rutinitas. Pada umur 28 minggu, bayi bisa mengunyah dan mengeksplorasi segala sesuatu ke dalam mulutnya. Pada 40 minggu, bayi bisa menggigit, mengunyah, dan menelan. Pada hari ulang tahun pertama, bayi bisa makan sendiri sepotong kue ulang tahun dan ditelan dengan secangkir susu yang dipegang dengan kedua tangan. Pada umur 18 bulan, anak bisa makan sendiri dengan sendok, walaupun sering terbalik. Pada umur 3 tahun, anak bisa makan dengan baik dengan menggunakan sendok dan garpu, dan mungkin dengan menggunakan pisau untuk memotong makanan. Bila ada
8
kebiasaan menggunakan sumpit, anak dapat menggunakan sumpit mulai umur 3 tahun. b) Tidur Tidur adalah suatu tingkah laku yang dapat berubah dan berkembang. Pada saat lahir, bayi akan tidur jika kenyang. Pada umur 4 minggu, bayi terbangun tanpa menangis. Sekitar 35% bayi berumur 28 minggu tidak terus menerus selama 6 jam saat malam. Pada pagi hari, kebanyakan bayi bermain dengan diamdiam dan mempuyai waktu terjaga pada siang hari saat mereka ingin berpartisipasi pada aktivitas keluarga. Pada 40 minggu, 72% bayi tidur sepanjang malam. Kebanyakan terbangun lebih awal dan bermain sendiri, tetapi 18% bangun terlambat, pada 1518 bulan, tudur malam menjadi sebuah ritual dan waktu yang nyaman, tetapi masalah tidur mulai muncul. Kebanyak anak tidur sepanjang malam, tetapi beberapa terbangun dan membutuhkan belaian. Sekitar 20% anak-anak yang berumur 15-18 bulan terbnagun pada malam hari. Pada usia 2-6 bulan, bayi membutuhkan tidur total kirakira 14-16 jam/hari, sekitar 9-10 jam terkonsentrasi pada malam hari, sekitar 70% bayi tertidur selama 6-8 jam terus menerus ketika usia 6 bulan. Umur 2 tahun adalah suatu tahap perkembangan mobilitas yang meningkat. Pada umur 2,5-3 tahun, ritual sebelum tidur, penting untuk keberhasilan tidur. c) Kontrol Sfingter Fungsi ekskresi adalah suatu gabungan kompleks antara reaksi volunter dan involunter dan dipengaruhi oleh kondisi sosial. Pada saat lahir, buang air kecil dan besar merupakan aktifitas refleks. Secara bertahap, mekanisme involunter berubah menjadi mekanisme kontrol volunter, yaitu suatu kontrol yang tidak hanya karena pembelajaran dan kebiasaan melainkan mengalami perkembangan. Perubahan fisik dan tingkah laku
9
ekskresi terjadi sebagai perubahan pada frekuensi, waktu, postur, persepsi dan perilaku. Pencapaian kontrol buang air besar dan kecil tidak stimulan, tetapi proses perkembangannya sama. (1) Kontrol buang air besar (bawel control).
Pada saat lahir,
pengosongan kolon gerakan usus. Pada umur 16 minggu, buang air besar biasanya berlansung setelah makan. Pada umur 18 bulan, anak meminta pot. Munculnya dua pola: anak dengan evakuasi teratur (reguler) setelah makan dan anak dengan evakuasi tidak teratur (ireguler). Anak dengan evakuasi
tidak
teratur,
dalam
perkembangannya,
kemungkinan mengalami suatu keterlambatan perkembangan. Pada umur 2 tahun, anak sudah bisa membedakan antar fungsi buang air besar dan kecil. Pada umur 2,5 tahun, anak sudah mampu menyampaikan keinginan untuk pergi ke toilet. (2) Kontrol uang air kecil (bladder control). Meskipun pola buang air kecil meniru pola buang air besar, proses maturasinya memerlukan waktu yang lebih lama. Pada saat lahir, aktivitas buang air kecil merupakan suatu refleks. Setelah berumur 4 bulan, bayi akan menangis bila popoknya basah. Anak kadang-kadang bisa bilang pada saat kencing, mengikuti peningkatan ketrampilan bahasanya. Pada umur 18 bulan, anak mampu membedakan buang air besar atau buang air kecil. Kebanyakan popok anak akan basah di malam hari karena pada tahap ini relaksasi lebih dominan daripada kontraksi. Kontrol kencing pada siang hari dapat di capai pada umur sekitar 2 tahun. Anak juga sudah mampu membedakan fungsi buang air besar dan kecil secara bahasa maupun jasmani. Pada umur 2,5-3 tahun, anak jarang mengompol di siang hari, tetapi kebanyakan anak masih mengompol pada malam hari. Pada umur 4 tahun, anak tidak lagi mengompol baik pada siang maupun malam hari.
10
d) Berpakaian Pada umur 28 minggu, tidak menyukai segala sesuatu yang ditaruh di atas kepalanya. Pada ulang tahun pertama, sudah mengetahui bahwa topinya terletak di kepala. Pada umur 18 bulan, anak bisa melepas celana, kaos kaki, sepatu, dan bisa membuka-menutup resleting dan kancing baju yang besar. Pada umur 3 tahun, anak mulai berpakaian dan suka mencoba berpakaian sendiri. Pada umur 4 tahun, anak senang memakai pakaian dan merasa nyaman memakai pakaian. Pada umur 5 tahun kebanyakan anak bisa memakai dan melepas pakaian sendiri, kecuali pakaian yang memakai tali, kancing kecil, dan kancing di belakang. Pada umur 6 tahun, berpakaian menjadi kebiasaan perorangan, bebrapa anak sangat tertarik dengan pakaiannya dan yang lainnya tidak. Bebrerapa anak perempuan tertarik dengan gaya rambut, pada umur 7 tahun anak memilih berpakaian sendiri. 2) Kepribadian (personality) Kepribadian adalah apek pada seseorang yang unik untuk setiap individu, dan berbeda sejak lahir. Kepribadian empunyai struktur yang menarik untuk suatu keadaan yang menyenangkan dari insting dasar. Freud menjelaskan insting dasar tersebut berdasarkan fase psikoseksual dan Erickson menjelaskan berdasarkan fase psikososial (tabel 4.1). Selain itu terdapat teori-teori biologis, yaitu tipe kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau etnik tertentu yang diwariskan. Para ahli mempercayai bahwa kepribadian dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. Contoh, teori “pembelajaran” menunjukan bahwa suatu pola tingkah laku dapat merupakan hasil dari tibdakan memperkuat tingkah laku tersebut. jika ini benar, tindakan memperkuat tingkah laku tersbut (mungkin dari lingkungan) bisa
11
mengubah subjek tertentu, dan dapat diterapkan sebagai terapi praktis untuk memperoleh perubahan pada tingkah laku. 3) Watak (temperament) Definisi yang tepat untuk watak masih kontroversial, tetapi umumnya watak emncerminkan karekteristik gaya emosional anak dan respons tingkah laku terhadap berbagai situasi. Ini ditentukan oleh faktor genetik dan di modifikasi oleh lingkungan. Terdapat 9 sifat yang menentukan apakah anak akan mempunyai watak “mudah (eazy)”, “sulit (dificult)”, atau “lambat untuk menjadi hangat (slowto-warm-up)”: a) Tingkat aktifitas, proporsi dari periode aktifitas ke periode tanpa aktifitas b) Kemampuan adaptasi untuk berubah c) Suasana hati (mood) positif atau negatif d) Intensitas respons emosional e) Irama fungsi biologik f) Persistensi terhadap lingkungan g) Kemampuan mengalihkan perhatian h) Pendekatan dalam melawan / menolak situasi baru i) Batas stimulasi yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah respons. Anak yang “mudah” yaitu : secara umum anak tampak gembira, memiliki fungsi biologis yang ritmis, dan menerima terhadap pengalaman baru. Anak yang “sulit” adalah lebih lekas marah, sulit dibuat senang, memiliki ritme biologis yang teratur, dan lebih kuat dalam mengekpresikan emosi. Sedangkan anak yang lambat dalam beraptasi terhadap orang atau situasi yang baru. 4) Emosi Emosi adalah perubahan dalam arousal level, yang ditandai dengan perubahan fisiologi, seperti denyut jantung atau frekuensi nafas. Perubahan ini menyebabakan peningkatan kemampuan
12
mandiri, dan bersosialisasi yaitu perasaan mengerti terhadap orang lain, serta belajar menunggu untuk keadaan menyenagkan. Pada anak autis dan anak cemas-depresi tidak mudah mengenali emosi pada ekspresi wajahnya dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Beberapa emosi yang mengalami perkembangan adalah menangis, tersenyum dan tertawa, cemas, rasa iri, marah, dan menyenangkan. a) Menanangis Bayi baru lahir kira-kira menangis dua jam perhari. Bayi yang rawat gabung dengan ibunya lebih sedikit menangis, dibandingkan bayi yang dirawat terpisah di ruang perawatan. Menangis adalah respons terhadap lapar atau nyeri atau faktor provokasi lain, seperti temperatur dan tanpa pakaian. Pada umur 24 minggu, bayi akan menangis bila frustasi atau ada suara keras. Pada umur 36 minggu, bayi dapat membedakan antara ibu dan orang lain, sehingga bayi akan menangis bila dipegang oleh orang lain tetapi berhenti menangis bila dipegang ibunya. Pada umur 1 tahun, respons menangis bayi terhadap keadaan bahaya sudah berkurang. Pada umur 4 tahun, anak akan menunjukkan tangisan sebagai suatu metode efektif untuk memperoleh apa yang diinginkan, atau menangis sebagai suatu metode efektif untuk memperoleh apa yang dia inginkan, atau menangis sebagai respon terhadap ketidakmampuan (frustasi), teguran, luka fisik, atau hal yang menakutkan. Anak umur 6-7 tahun sudah mencoba menyembunyikan tangisannya. Pada umur 8 tahun, anak akan berlinang air mata sebagai pengganti menangis, yang biasanya disebabkan oleh kekecewaan terhadap seseorang. Pada umur 9 tahun, anak menangis jika menyaksikan film sedih tetapi anak sering memcoba untuk tidak menangis bila terluka atau kecewa. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hal menangis, kecuali anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Pada umur
13
dibawah 5 tahun, tangisan laki-laki lebuh banyak dari pada perempuan. b) Tersenyum dan tertawa. Terdapat 3 tahap tersenyum, yaitu : (1) Senyum refleks. Neonatus berespon terhadap suara halus, perubahan cahaya, atau pola visual yang baru dengan menaikan sedikit sudut mulut. Hal ini mungkin merupakan sesuatu yang muncul secara spontan dari midbrain atau suatu respon secara biologik senyum ini umumnya terlihat saat bayi mengantuk dan saat tidur. REM ( Rapid Eye Movement ). Pada
umur
tiga
minggu,
suara
dengan
nada
tinggi
menimbulkan senyum nyata saat bayi terjaga. (2) Senyum sosial.senyum sosial adalah senyum yang terjadi selama periode 6-10 minggu dan biasanya di provokasi oleh wajah seseorang khususnya jika terjadi kontak mata. Senyum sosial dipengaruhi oleh faktor genetik dan maturasi sistem saraf pusat. Senyum sosial terjadi lebih lambat pada bayi prematur. Bayi buta mempunyai senyum refleks pada periode neonatus, tetapi mereka akan mengalami keterlambatan pada perkembangan senyum sosial. (3) Senyum diskriminasi. Tahap ketiga ini kira-kira dimulai pada umur 6 bulan. Awalnya bayi tersenyum pada wajah seseorang. Selanjutnya senyum bayi sudah membedakan antara pengasuh dengan orang lain. Pada umur 9 -10 bulan bayi akan tersenyum dan tertawa pada stimuli visual seperti ciluk ba, dan umur 1 tahun anak tersenyum dan tertawa kecil pada benda mati. Pada umur 16 bulan, aka tertawa keras bila mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas. Antara umur 1836 bulan tersenyum dan tertawa adalah suatu reaksi motorik, tetapi pada umur 3 tahun tertawa adalah reaksi verbal, dan anak mulai bermain dengan kata-kata. Pada umur 4-5 tahun
14
anak sudah mempunyai humor dalam bermain khayalan, dan senang dengan komedi atau film kartun di televisi. Umur 7 tahun anak mempunyai humor yang lebih rumit, melucu, mengulang sajak dan sering bermain dengan kata-kata. Pada umur 8 tahun senang pada cerita-cerita lucu dan tertawa sendiri. c) Ketakutan dan cemas Ketegangan ditandai oleh perubahan fisiologi pada denyut jantung, tekanan darah, pelepasan glikogen, kedalam aliran darah dari hati, dan pelepasan sel darah merah dari limfa. Ketakutran mempunyai suatu pola perkembangan. Neonatus dan bayi muda peka terhadap stimuli sensori yang tak terduga dan keras. Ketakutan terhadap suara keras 3% pada anak berumur 12 tahun. Pada umur 24 minggu, muncul ketakutan terhadap sesuatu yang tidak dikenal dan kecemasan terhadap kehadiran orang asing. Pada umur 32 minggu, bayi sangat ketakutan jika sosok yang tadinya sudah familiar tiba-tiba menjadi berbeda, seperti ibunya tiba-tiba memakai kacamata. Dari umur 40 minggu, Bayi menjadi sangat cemas ketika berjumpa dengan orang asing yang berpenampilan tidak biasa. Pada umur 15-22 bulan, anak ketakutan bila di tinggal ibunya atau mendengar dan melihat benda yang tidak biasa, seperti mesin pemotong rumput. Pada umur 2 tahun, anak mempunyai beberapa ketakutan, diantaranya ketakutan terhadap binatang, air, objek bergerak, ketakuatan yang berasal dari apa yang didengar atau dilihat, serta ketakutan personal seperti ditinggal ibu. pada umur 4 tahun, ketakitan akan gelap adalah ketakutan yang paling nyata, disamping ketakutan imajinatif lainnya, seperti ketakutan akan nenek sihir, hantu dan makhluk buas yang dibayangkan saat tidur. Pada umur 5-6 ta hun, anak mempunyai beberapa ketakutan seperti ketakutan terhadap gelap, gunter, serangga, biantang besar atau ketakutan atas
15
keselamatan atau kehilangan. Misal, ketakutan kehilangan ketika anak pertama masuk sekolah. Pada umur 8-9 tahun beberapa ketakutan mulai menghilang, teteapi digantikan oleh ketakutan yang lebih mendalam, seperti ketakutan akan prestasi sekolah, kematian, dan bencana alam. Ketakutan dipengaruhi oleh beberapa hal, anatara lain: (1) Jenis kelamin, wanita mempunyai ketakutan yang lebih dari laki-laki; (2) Ketergantungan, anak prasekola dengan ketergantungan yang tinggi, mempunyai ketakutan dan kecemasan yang lebih besar dari pada anak yang mandiri; (3) Maturnitas, remaja yang mengalami maturnitas dini atau terlambat lebih cemas dari pada mereka yang mengalami maturnitas normal. d) Rasa iri Rasa iri biasanya muncul pertama kali saat kelahiran saudara kandung, karena orangtua tampak lebih memanjakan adiknya. Sebelum umur 2 tahun anak mungkin possessive tetapi jarang menunjukan rasa iri. Anak umur 2-3 tahun susah bisa menunjukan rasa iri, pada saat anak berumur 5 tahun biasanya memperlihatkan rasa iri kepada saudara kandung yang lebih muda. Pada umur 7 tahun, anak mempunyai rasa iri yang tinggi. Misal, anak menunjukan rasa iri terhadap saudaranya, atau sering kali anak perempuan merasa iri bila ayahnya memberi perhatian lebih kepada ibunya. e) Marar (anger ) dan menyerang (aggresion) Bayi belum memperlihatkan marah dan menyerang sampai akhir tahun pertama. Amarah mungki ditunjukan ketika anak merasa frustasi saat gagal memasang mainan. Tindakan menyerang sering muncul pada tahun kedua dan ketiga. Umumnya anak menjerit, menendang dan kadang-kadang
16
menggigit serta marah meledak-ledak. Tindakan menyerah pertama ditunjukan kepada orang dewasa khususnya pengasuh, tetapi selanjutnya tindakan menyerang ditunjukan kepada anak lain. Pada umur 15 bulan, anak memperlihatkan agresivitas terhadap mainan dan ingin merampas. Pada usia 2 tahun, keagresivitas mulai berkurang. Setelah berumur 3 tahun, anak menjadi agresif secara fisik dan verbal kepada orang lain (‘ini punyaku’, ‘saya ingin’). Secara bertahap, agresif fisikberkurang dan agresif verbal bertambah (‘saya pukul kamu’). Sampai umur 6-7 tahun, khususnya anak laki-laki menjadi agresif secara fisik saat bermain dengan teman sekolah. Agresif fisik juga disertai ancaman verbal. Pada umur 8-9 tahun, agresif fisik menjadi kegemaran meskipun masih menjadi bagian dari permainan kasar laki-laki. Beberapa yang faktor yang mempengaruhi agesif, antara lain adalah: (1) Jenis kelamin, secara fisik laki-laki lebih agresif dari pada perempuan pada semua umur; (2) Tingkah
laku
orangtua, orangtua
yang
keras
ketiks
memberikan hukuman akan membuat anak lebih agresif; (3) Kelas sosial, anak umur prasekolah dan umur sekolah dari golongan sosial ekonomi rendah lebih agresif daripada mereka yang berasal dari golongan sosial ekonomi tinggi; (4) Kultur, beberapa kelompok etnik secara tradisi tidak agresif seperti Pygmi di Afrika Tengah dan Araphes di New Genia, sedangkan yang lainnya merupakan kelompok agresif tinggi seperti Il Tribe di Uganda dan Mundugumor di New Genia; (5) Pembelajaran tentang agresif, anak belajar dari orangtua, guru atau televisi. (6) Faktor lain-lain, anak dengan IQ rendah dan dengan beberapa
kekurangan
17
(Sindrom
Asperger)
menunjukan
kecenderungan agresif. Pengalaman dengan minum minuman beralkohol menyebabkan perilaku agresif pada remaja. b. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan bertambahnya usia anak, perlu dikembangkan pergaulan yang lebih luas. Anak perlu berkawan dan perlu diajarkan aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan lain-lain. Proses sensori yaitu proses untuk berinteraksi dengan lingkungan dipengaruhi oleh kebutuhan sosial bayi. Bayi mempunyai kemampuan diskriminasi lebih besar terhadap suara sosial ( social voice) yaitu suarasuara yang mempunyai makna, daripada simulus yang bukan sosial (kegaduhan sosial). Terhadap dua teori primer perkembangan sosial, yaitu model epigenetik (epigeneic model ) dan model jejaring sosial ( social network model ). Dalam model epigenetik, hubungan ibu-anak sianggap sangat penting. Jika hubungan tersebut negatif, maka hubungan dengan orang lain akan buruk. Jika hubungan tersebut positif, hubungan yang lain juga baik. Model jejaring sosial mengakui bahwa hubungan ibu-anak relatif penting, tetapi juga mengakui bahwa ada kemampuan hubungan lain untuk mengimbangi tidak-ada atau buruknya hubungan ibu-anak. Kedekatan atau ikatan bayi pada orang dewasa adalah subjek menuju fase-fase perkembangan yaitu: 1) Tahap-tahap pendekatan (attachment ) Saat keterampilan perseptif visual dan auditori mulai matur, umumnya terjadi suatu fenomena; seperti suara dan wajah iu secara bertahap dibedakan oleh bayi. Bayi bisa membedakan suara ibunya dengan orang lain. Selanjutnya, berkembang kesukaan untuk mencari wajah ibunya. Namun, bayi tidak pasif dalam observasi tersebut, melainkan bereaksi dengan senyum, menangis serta berupaya menyentuh. Ketika bereaksi ini, secara fisiologi terjadi peningkatan
18
denyut jantung dan dilatasi pupil. Ibunya juga bereaksi pada bayi. Selanjutnya, mulai terjadi proses dua arah dan reaksi sosial bayi yang pertama. Kontak erat dini ini dan interaksi antara ibu dan bayi kemudian meningkatkan rasa cinta di antara keduanya. Pada umur 6 bulan, kedekatan yang erat tersebut memasuki suatu fase selektif dan berkembang di antara bayi dan ibu. Untuk belajar membedakan antara orang lain dan ibunya, bayi mengembangkan suatu kedekatan pada ibunya dan tidak suka dipisahkan dari ibunya serta bersikap waspada terhadap orang lain. Ikatan (bonding ) seorang bayi pada orang dewasa pertamanya merupakan salah satu contoh yang baik mengenai tingkah laku sosial yang membutuhkan patisipasi kedua pihak. Tahap ini hanya akan dicapai jika anak bergerak dan tertarik pada lingkungan, anak belajar berbicara dan menjadi lebih sadar terhadap yang lain, termasuk binatang peliharaan. Ketika suatu kedekatan kuat terbentuk, perkembangan personal-sosial dan bahasa meningkat. Sebelum kedekatan sosial terbetuk, anak membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan untuk mengerti aturan permainan. Perkembangan sosial terlambat sering terlihat pada keterlambatan bahasa anak. 2) Kedekatan sosial Kedekatan sosial dibagi menjadi dua, yaitu kedekatan sosial dengan
anak
dan
kedekatan
sosial
dengan
orang
dewasa.
Karakteristik kedua kedekatan tersebut tumpang tindih, tetapi terdapat bukti yang menunjukan bahwa keduanya berbeda. a) Kedekatan sosial antara anak-anak Anak-anak baik lai-laki maupun perempuan, yang beberapa tahun lebih tua dari adiknya, mempunyai suatu pola protektif yang ditunjukan pada anak yang lebih muda. Pada umumunya anak-anak akan lebih mudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Pada umur satu tahun, anak mempunyai pengganti terhadap penolakan atau ketertarikan
19
pada kehadiran anak lain, melalui objek yang ada kaitannya (misal, mainan). Pada umur 2 tahun, sudah terjadi pertukaran sosial yaitu anak meniru perilaku anak lain atau menetapkan pola “ give-and-take”. Pada umur 3-4 tahun, terdapat interaksi antara anak-anak dengan cara berbicara, bermain, atau menangis. Pada umur 4-6 tahun, anak mempuyai pergaulan sosial dan mulai berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Mulai umur 6 tahun, interaksi sosial kelompok meningkat. b) Kedekatan sosial pada orang dewasa Anak-anak berumur 14-24 bulan mempunyai kedekatan berbeda terhadap orang dewasa dan terhadap anak-anak lain. Mereka juga mempunyai tingkah laku yang berbeda terhadap ibunya dan kepada orang dewasa lain, kadang-kadang anak dapat berinteraksi melalui senyuman, kata-kata, atau sentuhan. Mereka mungkin berespons lebih besar terhadap anak lain daripada terhadap orang dewasa lain. Dunia orang dewasa dengan anakanak tumpang tindih dan orangtua berperan terhadap hubungan anak dengan kelompoknya, dengan cara memeberi kesempatan kepada mereka untuk bertemu anak-anak lain, memilihkan sekolah, atau dengan bermain bersama anak tetangga. 3) Kedekatan dengan benda mati Kedekatan dengan benda mati, seperti mainan yang enak dipeluk, adalah suatu tahap perkembangan yang penting yang mencerminkan transisi antara realitas internal dan eksternal. Pada umur 3 tahun, anak mempunyai kedekatan terhadap suatu objek adalah hal yang biasa pada anak-anak yang berpikir untuk mandiri. Mengisap ibu jari atau mengisap benda lain merupakan kedekatan terhadap benda mati, dan pada umur ini mungkin mempunyai fungsi substitusi . c. Milestone Perkembangan Personal-Sosial Milestone
perkembangan
personal-sosial
lebih
bervariasi
daripada perkembangan motorik dan kognitif, karena perkembangan
20
personal-sosial lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pengasuh). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya orangtua dan lingkungan sosial. Keterlambatan membalas senyuman mungkin menunjukan masalah kasih sayang dan juga berhubungan dengan ganguan visual dan kognitif. Kalau tidak ada hubungan sosial, mungkin
anak
mengalami
autis
kalau
disertai
keterlambatan
perkembangan bahasa dan tingkah laku stereotipi. 3. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot.kontrol pergerakan ini muncul dari perkembangan refleks-refleks yang dimulai sejak lahir. Anak menjadi tidak berdaya sampai perkembangan ini muncul. Kontrol postur dipengaruhi oleh gravitasi. Perkembangan motorik pada bayi terjadi secara sefalokaudal dan prokimodistal.pergerakan pertama dimulai pada kepala, bahu, badan dan pinggul. Proses ini sejalan dengan proses mielinasi pada susunan saraf pusat dan saraf perifer. Kontrol kepala merupakan kontrol kepala dan merupakan tahap perkembangan paling penting. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar; meliputi perkembangan gerakan kepala, badan anggota badan, keseimbangan, dan pergerakan. Perkembangan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang akurat, dan kemmapuan intelek nonverbal. Pada saat lahir, adaptasi gerakan berperan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Gerakan janin akan membantu dalam memposisikan janin pada saat berada di dalam kandungan, tetapi setelah lahir gerakangerakan tersebut memerankan peran baru. Gerakan tungkai maju-mundur
21
menjadi refleks melangkah. Fleksi jari tangan dan jari kaki menjadi gerakan genggaman palmar dan plantar bayi baru lahir. Pergerakan sejak lahir sampai usia 6-9 minggu adalah menggeliat dengan amplitudo dan kecepatan ringan sampai sedang. Gerakan menggeliat berkembang menjadi gerakan gelisah, gerakan kecil pada leher, badan, dan anggota gerak pada bayi sadar. Gerakan gelisah menetap sampai umur 20 minggu. Terdapat lima prinsip penting perkembangan motorik, antara lain. a. Perkembangan motorik tergantung maturasi saraf dan otot. Pada saat lahir, refleks lebih dulu muncul daripada gerakan volunter. Refleks tersebut berguna untuk mempertahankan hidup, seperti refleks mengisap, menelan, berkedip, trefleks tendon patela, dan knee jerk .
Sebelum
atau
otak
kecil
yang
berfungsi
mengontrol
keseimbangan, berkembang pesat pada satu tahun. Otak besar atau serebri, khususnya lobus frontal, berfungsi mengontrol gerak keseimbangan. b. Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap matang (sistem saraf dan otot berkembang dengan baik). c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi. d. Perkembangan motorik mengikuti arah hukum perkembangan. Arah perkembangan
anak
berlangsung
secara
sefalokaudal
dan
proksimodistal, yakni perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke akticitas yang spesifik. e. Pola perkembangan motorik dapat ditentukan. Anak akan belar duduk sebelum belajar berjalan dan tidak mungkin arahnya dibalik. f. Kecepatan perkembangan motorik berbeda untuk setiap individu. Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama, tetapi umur untuk mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap individu. Contoh, umur mencapai anak untuk bisa duduk sendiri, berbeda-beda untuk setiap anak. a. Milestone Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor)
22
Perkembangan
motorik
kasar
merupakan
aspek
perkembangan lokomosi (gerakan) dan postur (posisi tubuh). Kira-kira pada umur 6 bulan, refleks primitif secara progresif ditekan dan semakin menghilang. Selanjutnya, refleks ini dihambat oleh jalur kortikal yang lebih tinggi, sehingga muncul gerakan-gerakan yang bertujuan. Munculnya perkembangan grakan
yang
bertujuan
dapat
diperkirakan.
Rangkaian
perkembangan tersebut sejalan dengan menghilangnya refleks primitif
yang
digantikan
oleh
refleks
postural
sebagai
perlindungan bagi bayi. Menetapnya refleks primitif menunjukan adanya gangguan perkembangan susunan saraf pusat. Pada awal abad ke-20, gesell, seorang peneliti dalam bidang perkembangan anak, mengemukakan bahwa keahlian spesifik atau milestone dapat digunakan untuk menandai kemajuan
perkembangan
perkembangan itu perkembangan
anak.
terjadi
anak,
bisa
dengan
Umur juga
ketika
membantu
menentukan
milestone diagnosis
apakah
anak
mengalami keterlambatan keterampilan motorik sesuai umurnya. (Tabel3.2) Akan tetapi, milestone perkembangan tersebut dapat terjadi pada umur yang berbeda-beda. Milestone tersebut mencerminkan
rata-rata
umur
anak
dapat
menyelesaikan
keterampilan tersebut. Beberapa penelitian mengenai milestone perkembangan telah dilakukan dalam sampel populasi yang besar, diantaranya oleh gesell dkk., 1940, yang dilakukan pada bayi-bayi di Amerika Utara; selanjutnya diperbaharui oleh Caputev dkk, 1985. WHO juga telah melakukan penelitian melalui Multicentre Growth Reference Study Group pada tahun 2005, dengan mengambil sampel dari Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman, dan Amerika Serikat. Dalam diskusinya,
23
dinyatakan bahwa umur milestone didasarkan pada umur ratarata. Tabel 3.2 Kemampuan
motorik
Umur rata-rata (bulan)
Red flag (bulan)
3,6
6-8
4,8
9
5,3
6
6,3
8-10
kasar Berguling dari telungkup ke terlentang Berguling dari terlentang ke terlungkup Duduk disokong Duduk tanpa disokong 6,7 Merayap 7,5 Duduk
dari
posisi
berbaring 7,8
12
8,1
12
Merangkak Berdiri berpegangan dari posisi duduk 8,8 Berjalan pegangan meja (merambat) 11,7
15-18
Jalan tanpa berpegangan 14,3 Jalan ke belakang 14,8 Berlari
24
21-24
Prechtl (1984) menyatakan bahwa, pada umur 2 bulan pertama kehidupan, gerakan bayi didominasi oleh gerakan menggeliat. Pada suatu rangkaian perubahan, bayi mengalami kemajuan pada penggerakan kepala minimal sampai mengangkat kepala dan dada pada umur 4 bulan. Pada saat bayi baru lahir, bayi tidak mempunyai kontrol kepala. Sendisendi berada dalam posisi fleksi. Pada posisi terlentang, bayi tidur dengan posisi tungkai fleksi.gerakan menendang secara bertahap bertambah kuat. Pada umur 2 bulan, pada posisi tengkurap, bayi dapat mengangkat kepala (45º) dan dada. Pada posisi terlentang bayi mampu menoleh sendiri ke sisi kanan/kiri. Secara bertahap bahu, pinggul dan tungkai bergerak berurutan . kepala tegak saat didudukan rata-rata dicapai pada umur 2 bulan. Pada umur 3 bulan, tonus dan kekuatan meluas kebahu dan lengan atas, sehingga bayi dapat mengangkat kepala dan badan bagian atas lebih tinggi dengan ditopang oleh siku. Sebelum umur 3 bulan, kepala jatuh kebelakang (head drop) saat kedua lengan ditarik dari terlentang ke posisi duduk, tetapi setelah umur 3 bulan hal itu tidak terjadi lagi karena otot-otot leher sudah mampu menompang kepala. Pada umur 3 bulan, seluruh lengan bergerak saat dirangsang dengan stimulus. Pada umur yang lebih tua, akan terlihat gerakan simetris pada kedua lengan. Pada umur ini juga, bayi mulai bermain dengan jari-jemarinya. Pada umur 4 bulan, pada posisi tengkurap, bayi mampu mengangkat kepala setinggi 90º. Pada posisi duduk, kepala sudah tegak dengan kontrol kepala dengan baik, kepala mampu bergerak ke segala arah dan mata terfiksasi dan fokus ke semua arah. Pada posisi tengkurap kekuatan menyebar ke badan bawah selanjutnya bayi dapat menompang dengan lengan lurus. Pada umur 3-4 bulan bayi sudah mampu tengkurap dan tengadah sendiri. Rata-rata pada umur 4 bulan asimetric tonic neck reflex menghilang. Kira-kira pada umur 5 bulan, kekuatan menyebar ke bokong. Bersamaan dengan menghilangnya refleks primitif, terpacu perkembangan kemampuan duduk. Pada umur 5 bulan bayi bisa duduk dengan disokong. Bila bayi
25
dipegang berdiri tegak dengan telapak kaki menyentuh permukaan keras, tungkai dapat menahan berat tubuh meskipun minimal. Pada umur 6 bulan, bila didudukkan dilantai, bayi bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk. Bayi mampu berguling sebagai aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling dari posisi tengkurap dari pada berguling dari posisi terlentang. Jika bayi tidak bisa mengangkat kepala, bayio tidak akan bisa berguling. Pada umur 7 bulan, bayi mampu bergerak sendiri dari posisi ber baring ke posisi duduk. Dengan menyebarnya kekuatan tonus dan kekuatan otot ke arah kaudal, bayi mengembangkan kemampuan tuntuk tegak diatas kedua tangan dan lutut (sikap quadruped). Jika dipegang, bayi mampu menahan berat badannya pada kedua kakinya sambil melompat-lompat. Pada umur 8 bulan, muncullah pergerajkan bolak-balik dan bayi mulai merangkak. 82% bayi melalui tahap merangkak. Selanjutnya, dengan bertambah kuatnya otot-otot badan bagian bawah, bokong, dan otot tungkai atas yang ditunjang kekuatan otot lengan dan bahu, bayi mulai berdiri dari posisi duduk atau posisi merangkak. Pada umur 9 bualn, anak pertama kali melangkah dengan berpegangan dan menyusuri meja. Pada awalnya, anak perpegangan dengan kedua tangannya, selanjutnya bayi hanya berpegangan dengan satu tangan. Pada umur ini, bayi juga telah mampu duduk sendiri dari posisi berbaring. Pada umur 10 bulan, kebanyakan bayi merangkak dengan gerakan lengan dan tungkai bergantian; lengan bergerak sesaat mendahului tungkai. Pada umur 11 bulan, bayi bisa berdiri tanpa dibantu dan melangkah satu sampai dua langkah. Pada umur 12 bulan, bayi mulai dapat melangkah tanpa berpegangan. Rentang umur anak untuk bisa berjalan sendiri bervariasi. Dari suatu penelitian di inggris, anak bisa berjalan pada rentang usia antara 12-14 bulan. Pada umur 14 bulan, anak muali bisa berjalan mundur.
26
Umur 15 bualn merupakan puncak perkembangan motorik kasar dini, yakni saat anak mulai berlari. Berlari tidak hanay berjalan cepat. Saat berlari, satu tungkai ke depan dan tungkai yang lain merentang ke belakang, dan sesaat berada diudara dengan kedua kakai melayang serta langkah merentang sangat lebar. Kebanyakan anak berjalan dengan gaya jalan dewasa dan berlari dengan lengkap sebelum akhir tahun ke 3. Bi;la anak bberjalan dengan ujung jari (menjinjit) menetap, kemungkinan disertai pula keterlambatan perkembangan lainnya, khususnya bicara dan bahasa. Pada umur 18 bulan, anak bisa berdiri dengan satu kaki. Pada umur 1920 bulan, anak bisa loncat dengan satu kaki. Pada umur 2 tahun, anak mampu meloncat dengan kedua kaki dengan lengan berputar ke belakang. Anak muali bisa menggerak-gerakan anggota gerak dengan gerakan dibawah lengan dengan tubuh relatif kaku. Pada umur 2-3 tahun, anak bisa jalan naik tangga sendiri, bisa bermain dan menendang bola kecil. Pada umur 3 tahun anak mampu meloncat dengan kedua kaki dan lengan mengayun ke depan. Anak juga telah mampu berdiri seaat pada satu kaki, pada ujung jari kedua kaki (menjinjit) dan berjalan pada garis lurus. PadA umur 3,5 tahun, kebanyakan anak bisa melompat-lompat (hopping) dengan satu kakinya untuk 3-6 lompatan. Jumlah langkah dan kecepatan lompatan meningkat sesuai umur. Anak mampu memutar tubuhnya dengan menggerak-gerakan anggota gerak. Pada umur 4 tahyn, anak bisa berjalan mengikuti lingkaran, dan bisa menjaga keseimbangan dengan satu kaki berada didepan kaki lain mengikuti lingkaran, dan bisa menjaga keseimbangan dengan satu kaki berada didepan kaki lain untuk waktu 8-10 detik. Pada umur 4 tahun, gerakan menangkap diantisipasi dengan lengan terbuka dengan sedikit fleksi pada siku dan kaki bersama-sama. Pada umur 5-6 tahun, anak-anak mampu memainkan lompat tali (skipping) yang merupakan variasi yang kompleks dari melompat-lompat.
27
Umur 6 tahun, anak bisa menjaga keseimbangan pada satu tungkai dan satu kaki pada ujung jari, menangkap bola, melakukan gerakan-gerakan kedepan kearah bola dengan satu kaki, lengan membengkok untuk menangkap bola dengan kedua tangan. Red Flag adalah batasan umur pencapaian tahap perkembangan anak yang mengkhawatirkan, batas umur ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya kelainan pada anak. b. Milestone Perkembangan Motorik Halus ( Fine Motor ) Keterampilan motorik halus merupakan koordinasi halus pada otot-otot kecil yang memainkan suatu peran utama. Variasi perkembangan motorik halus mencerminkan kemauan dan kesempatan individu untuk belajar. Perkembangan motorik halus pertama yang dengan mudah dapat dikenali dan merupakan perkembangan sangat penting adalah kemampuan mengepalkan tangan. Pada umur 2 bulan, kepalan bayi mulai berkurang, jari jari bisa terbuka secara spontan. Pada umur 3 bulan, bayi dapat menggapai mainan yang digerakan dan dapat menggapai kearah objek yang tiba-tiba dijauhkan dari pandangannya. Oada umur 34 bulan, bayi sudah bisa menempatkan tangannya kebagian tengah tubuhnya, memainkan jari-jemari, serta memasukan tangan kemulutnya. Pada umur 5 bulan, bayi bisa memegang sebuah objek dan membawanya ke arah garis tengah tubuhnya. Pada umur 6 bulan bayi mampu memindahkan objek melewati garis tengah tubuhnya dan mampu memindahkan objek dari tangan satu ketangan lainnya, mampu meraih dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai gerakan simultan pada tangan yang lainnya, mampu memasukan balok kedalam gelas tapi tidak bisa mengambil kembali. Pada umur 8 bulan, bayi mampu mengambil
kubus
yang
diberikan
kepadanya,
selanjutnya
memindahkan benda yang dipegangnya ketangan yang lainnya.
28
Pada umur 9 bulan, bila sebuah kubus ditempatkan di bawah gelas, bayi mampu menemukannya dengan mengangkat gelas tersebut. pada umur 10-12 bulan bayi mampu mengambil kubus dari dalam gelas, mampu menggenggam erat pensil dan mengulurkan lengan atau mencondongkan badan untuk meraih mainan yang diinginkan. Scala capute menyatakan bahwa anak rata-rata bisa memegang krayon yang besar dan membuat coretan pada umur 12 bulan. Pada umur 14 bulan anak mampu menempatkan satu kubus diatas kubus yang lain. Pada umur 15 bulan anak bisa mencoret-coret. Pada umur 18 bulan anak mampu memasukan 10 kubus kedalam gelas. Pada umur 24 bulan anak dapat memegang pensil dan menirukan sebuah coretan. Pada umur 30 bulan anak bisa menggambar coretan horizontal dan vertikal yang spesifik. Pada umur 3 tahun, anak mampu menumpuk 8 buah kubus, mampu menggambar sebuah lingkaran dan mulai menggambargambar manusia. Pada umur 4 tahun, anak mampu membuat gambar sebuah persegi. Pada umur 5 tahun anak mampu membuat gambar sebuah segitiga dan juga mampu membuat tangga 6 kubus. Pada umur 7 tahun anak mampu menggambar belah ketupat vertikal. Pada umur 9 tahun, anak dapat menggambar silinder. Pada umur 12 tahun, anak dapat menggambar kubus 3 dimensi. 4. Perkembangan bahasa
a. Defisini 1) Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan sukarela dan secara sosial disetujui bersama, dengan menggunakan symbol-simbol tertentu untuk menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain. 2) Bicara adalah bentuk bahasa yang digunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
29
3) Bahasa reseftif adalah kemampuan untuk mengerti, termasuk keterampilan
visual
(reading) sign
language
comprehension
(auditory) listening comprehension. 4) Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk memproduksi symbol komunikasi, luaran inij dapat berupa visual (writing, sign ) atau auditory (speech) b. Perkembangan bahasa normal Pengkhususan hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai sejak didalam kandungan, tetapi bagian ini baru berfungsi secara sempurna setelah beberapa tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pada anak yang mengalami kerusakan pada area bahasa di otak, maka fungsi berbahasa masih dapat diambil aluh oleh bagian otak yang lain, asalkan terjadi pada tahap plastisitas perkembangan otak yang tinggi. Kemampuan
berbahasa
merupakan
indikator
seluruh
perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kelainan pada sistem lainnya, seperti kemampuan kognitif, sensori motor psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar dan melihat pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia disekitarnya. Mereka harus belajar mengekpresikan diri, membagi pengalaman dengan orang lain, dan mengemukakan keinginannya. Pengetahuan yang luas tentang perkembangan bahasa yang normal pda anak adalah mutlak apabila kita mencari / meneliti keterlambatan bahasa atau berbicara. Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama kali muncul adalah suara yang paling mudah, yaitu suara bibir (dinyatakan dalam huruf m, p, b, f, v, o). berikutnya yang erdengar adalah suara sederhana yang dihasilkan oleh lidah dan gusi (d, g, n). ketika anak mulai menguasai kontak lidah sampai palatum
30
(g, k, n, g,), sering mereka bingung membedakan d dengan g serta t dengan k tertama bila keduanya muncul dalam satu kata (misalnya dagu diucapkan dadu atau gagu). Jenis duplikasi fonedik ini sering terjadi pada umur 2 tahun dan dapat terjadi pada umur 3 tahun. anak umur 2tahun mungki menghilangkan suara pada akhir kata ; anak mulai 3 tahyn dapat terpeleset pada bunyi ditengah kata, dengan anak umur 4-5 tahun dapat mengalami kesulitan dengan kata yang lebih kompleks. Kesealahan artikulasi dapat terjadi sampai batas umr 7 tahun. Anak umur 4 tahun aalah penerima bahasa yang baik, walaupun masih banyak kesalahan artikulasi, tetapi ucapannya cukup dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks, fonetik, dan simantik. Kemampuan berbahasa menjadi 4 bidang, yaitu fonologi, tata bahasa, smantika, pragmantika. 1) fonologi adalah kemampuan untuk memproduksi dan membedkan bunyi yang spesifik pada bahasa. 2)
tata bahasa adalah aturan-aturan pada bahasa tertentu.
3) smantika adalah belajar arti kata termasuk tentang pembendaharaan kata-kata dan jumlah kata-kata yang diketahui anak. 4) pragmantika
berhubungan dengan
kemampuan
nanak dengan
bahasanya untuk berinteraksi dengan orang lain. c. Tahapan perkembangan bahsa 1) Reflektive vocalization Pada bayi baru lahir, dengan cara sendiri, bayi akan “berbicara”. Pada umur ini, bayi masih belum mampu membedakan berbagai macsm stimuli dari luar serta belum mampu beraksi secara spesifik terhadap stimuli yang berbeda-beda, sehingga bayi hanya bisa menangis terhadap stimuli yang diterimanya. Pada akhir minggu kedua atau ketiga, pengamat at au ibu yang jeli sudah dapat membedakan arti tangisan bayi. Bayi sudah mulai bisa memberikan reaksi yang dapat berbeda terhadap stimuli yang
31
diterimanya, sudah ada rasa tertarik terhadap wajah dan orang sekitarnya. 2) Babbling Bayi sudah mulai menunjukan reaksi terhadap suara yang dibuatnya. Bayi menyenangi suara yang dibuatnya dan juga menghibur dirinya dengan suara. Pada umur 6 bulan, bayi sudah memberikan reaksi kalau dipanggil namanya akan menoleh kea rah sumber suara. 3) Lalling Perkembangan pendengaran dan bahasa sama pada anak yang tuli dan anak yang tidak tuli. Karena masih bersifat reflektif. Setelah tahapan babbling, akan terjadi perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dan tidak tuli. Mulai dari tahapan lalling, pendengaran bunyi mempunyai peran penting. Lalling adalah pengulangan suara atau kombinasi suara yang didengar seperti “mama”. 4) Echolalia Anak sudah mulai bisa meniru suara yang dibuat oleh orang lain dan suara yang sering didengarnya. Anak sudah siap untuk menirukan segala macam suara. Mereka akan memilih suara mana yang mudah untuk ditiru dan yang tidak mudah ditiru. 5) Ruespeech Rata-rata anak sudah mulai bisa berbicara, ada anak yang lambat dan ada anak yang cepat berbicara. Yang dimaksud berbicara adalah anak dengan sengaja menggunakan pola bunyi konfensional (katakata) yang merupakan respons terhadap situasi tertentu dari lingkangannya. d. Hal-hal penting dalam proses belajar berbicara 1) Persiapan fisik untuk berbicara Kemampuan berbicara tergantung pada maturnitas organ-organ tubuh yang terkait dengan kemampuan berbicara. Produksi suara
32
akan timbul bila telah terjadi maturitas pada organ-organ bantu bicara dan saraf yang terkait. Pendengaran yang baik merupakan salah satu syarat yang penting agar anak dapat berbicara. 2) Kesiapan mental untuk bicara Kesiapan mental untuk berbicara tergantung pada maturitas otak. Biasanya, kesiapan mental tercapai antara umur 12 dan 18 bulan. 3)
Model yang baik untuk ditiru Agar anak dapat mengucapkan kata dengan benar dan mampu menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang benar, anak harus mempunyai model bicara yang baik.
4) Kesempatan untuk berpraktik Anak harus diberi kesempatan mempraktikan kemampuannya berbicara. Orang tua harus melakukan interaksi denang anak kapan saja, dengan cara mengajaknya bercakap-cakap sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan anak berkomunikasi. 5) Motivasi Motivasi bicara harus ditumbuhkan, orang tua belajar mengerti kata-kata yang diucapkan anak atau tanda atau sinyal yang diberikan oleh anak. 6) Bimbingan Membimbing anak berbicara, diperlukan model yang baik, katakata yang benar dan jelas serta diucapkan perlahan-lahan, serta bimbingan. Kalau salah, segera dibetulkan.
33
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Peranan sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang dikelompokkan sebagai kebiasaan, kepribadian,watak,dan emosi. Perkembangan motorik mencerminkan mielinisasi pada traktus kortikospinal, piramidal dan kontrikobulbar. Keterampilam motorik dibagi 2 yaitu : motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan perkembangan lokomosi (gerak) dan postur (posisi tubuh).dan keterampilan motorik halus adalah koordinasi halus pada otot-otot kecil, karena otot-otot kecil ini memaninkan suatu peran utama untuk koordinasi halus. Terdapat berbagai tahapan anak bicara, mulai dari reflective vocalization sampai dengan true speech. Agar anak lancar berbicara diperlukan persiapan fisik,maturitas mental, model yang baik untuk dituruti, kesempatan berpraktik,motivasi, dan bimbingan.
34