BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Filsafat merupakan ilmu yang sangat luas cakupan dan keberadaannya. Dalam pendidikan, dikenal pula filsafat pendidikan. Melalui filsafat pendidikan tersebut, pelaksanaan sistem pendidikan dan permasalahannya dikaji melalui pandangan filsafat. Keberadaan filsafat dalam pendidikan sangat diperlukan, demi keberlangsungan pendidikan sendiri. Manfaatnya juga berdampak positif bagi pelaksanaan pendidikan. Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah perenialisme. Berdasar pada teori Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquina, filsafat yang lahir pada abad-20 ini memiliki pandangan yang berbeda dengan filsafat pendidikan yang lainnya. Masing-masing filsafat pendidikan memang memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan corak dan ajaran filsafat yang mendasarinya. Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluur yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keapaan masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebuoayaan dan pendidikan zaman sekarang. Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme mcmandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses
1
mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) in terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan. Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri yang cukup berat timbulah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu asas yang komprehensif perenialisme dalam makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil-hasilnya.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perenialisme Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan regresif yaitu menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat, teruji agar nilai-nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan. Perenialisme berasal dari kata perennial yang artinya abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya Perenialisme berarti everlasting, tahan lama atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar yang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga. Aliran ini mengikuti paham realisme yang sejalan dengan aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didisain untuk menumbuhkan kecerdasan. Siswa seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi intelektual sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar plato dan aristoteles dan kemudian dari Thomas Aquinas. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
3
Menurut Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
B. Prinsip-prinsip Pendidikan Perenialisme 1. Manusia adalah Hewan Rasional Secara umum, kalangan perenialisme menganggap manusia memiliki kesamaan dengan dunia hewan. Hal yang membuat berbeda adalah manusia mempunyai kecerdasan rasional yang dapat menggunakan nalarnya untuk mengontrol apa yang diinginkan dan dilakukannya. Aristoteles mengemukakan bahwa manusia adalah hewan rasional, kalangan
perenial
menerima
hal
ini.
Kalangan
perenialis
amat
mengutamakan pada pendidikan sisi rasional manusia. Hutchins menuliskan bahwa “adalah suatu hal esensial untuk menjadi manusia dan suatu hal esensial pula belajar mempergunakan akal pikiran.” Setelah seseorang mengembangkan akal pikirnya, ia akan dapat menggunakan nalarnya untuk mengontrol nafsu dan syahwatnya. 2. Hakikat (Watak) Dasar Manusia secara Universal Tidak Berubah; Oleh karena itu Pendidikan Harus Sama untuk Setiap Orang. Pendidikan adalah sama dengan hidup diharapkan bisa mencapai suatu kebijakan dan kebajikan. Pendidikan harus sama bagi setiap orang, dimanapun kapanpun berada. Begitu pula dengan tujuan pendidikan. Hal ini dikemukakan oleh Hutchins dalam bukunya. Tujuan sebuah sistem pendidikan adalah sama dalam setiap kurun dan setiap masyarakat dimana sistem tadi berada, yaitu mengembangkan manusia sebagai manusia.
4
3. Pengetahuan secara Universal Tidak Berubah; Karena Itu, Ada Materi Kajian Dasar Tertentu yang Harus Diajarkan pada Semua Orang. Pengetahuan mengenai hal dasar yang abadi dan esensial akan membekali manusia dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan semacam ini juga akan membantu orang memahami satu sama lain dan akan membekali manusia untuk lebih baik dalam berkomunikasi dan membangun tatanan sosial. 4. Karya Besar Masa Lampau adalah Gudang Pengetahuan dan Kebijaksanaan yang Telah Teruji Waktu dan Relevan dengan Masa Sekarang. Kalangan perenialis menekankan perlunya subjek didik secara langsung bergumul dengan hasil karya pemikir besar daripada dengan bahan yang sudah matang dan termuat dalam buku teks. Subjek didik diharapkan mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran tokoh-tokoh besar yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya yang memberikan sumbangan keilmuan yang besar. Dengan demikian subjek didik akan mempunyai dua keuntungan dalam belajar yaitu a.
Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar.
b.
Mereka akan memikirkan peristiwa penting dan karya-karya para tokoh tersebut untuk diri sendiri dan sebagai reverensi zaman sekarang.
5
5. Pengalaman Pendidikan adalah (lebih dari) Sebuah Persiapan untuk Hidup. Sekolah bukan merupakan miniatur dari masyarakat yang lebih luas seperti pandangan progresif. Pada dasarnya, sekolah adalah tatanan artifisial dimana intelek yang belum matang berkenalan dengan capaiancapaian terbaik manusia dan warisan sosial budaya. Kehidupan manusia dalam pengertian utuhnya, senyatanya hanya akan bisa dijalani setelah aspek rasional manusia dikembangkan. Pendidikan itulah yang merupakan suatu persiapan untuk hidup.
C. Pendidikan Menurut Pandangan Perenialisme Di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai dimensi kehidupan manusia (krisis multi dimensi) terutama di dalam pendidikan. Kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan yang ditimbulkan akibat terjadinya krisis diberbagai dimensi kehidupan manusia (dalam pendidikan khusunya) tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan
dalam
prilaku
pendidik.
Sehingga
untuk
mengatasi
dan
mengembalikan keadaan krisis yang terjadi sekarang ini, maka perenialisme memberikan suatu jalan keluar, yaitu berupa kembali kepada (back to) kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan sekarang harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan masa lampau yang ideal serta telah teruji dan tangguh. Dengan kata lain bahwa Perenialisme memiliki pandangan yang bertolak (anti) terhadap modernistik yang telah menjauh dari tradisi (kebiasaan-kebiasaan yang telah teruji ketangguhannya) dan terlalu mengedepankan logika dan rasio modernistik dari pada sumber pengetahuan lainnya serta terlalu memandang sesuatu berdasarkan materi (materialistik). Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keapaan (apa yang ada, apa yang terjadi serta apa yang
6
menjadi tujuan) pada masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik berupa teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.Maka dapat dikatakan bahwa perenialisme memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern atau modernistik) ini terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kebudayaan pada masa lampau. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang mendasarkan pada kesatuan bukan
mencerai-beraikan,
menemukan
persamaan-persamaan
bukan
membanding-bandingkan, memahami isi bukan melihat luar atas berbagai aliran dan pemikiran. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa perenialisme merupakan filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan. Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri yang cukup berat timbulah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif Perenialisme dalam makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil-hasilnya.
D. Penerapan Filsafat Perenialisme Perennialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi, atau perennial. Tujuan pendidikan adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah. Kaum perenealis juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakekat
7
manusia pada dasarnya tetap tidak berubah selama berabad-abad. Jadi, gagasangagasan besar terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan-permasalahan di setiap zaman. Lebih jauh lagi, filsafat perennialis menekankan kemampuan berpikir rasional manusia; filsafat itu merupakan pengolahan intelektual yang membuat manusia menjadi benar-benar manusia dan membedakan mereka dari binatang. Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus. Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai peranan sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham. Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan
8
sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.
E. Pandangan Perenialisme dalam Pendidikan Teori atau konsep pendidikan perenialisme dilatarbelakangi oleh filsafatfilsafat Plato sebagai Bapak Idealisme Klasik, filsafat Aristoteles sebagai Bapak Realisme Klasik, dan filsafat. 1. Plato(427-347 SM) Plato
hidup
pada
zaman
kebudayaan
yang
sarat
dengan
ketidakpastian, yaitu fisafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral menurut sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral dan kebenaran, tergantung pada masingmasing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah karena telah ada pada diri manusia sejak dari asalnya. Menurut Plato,dunia idea, yang bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Manusia menemukan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral dengan menggunakan akal atau ratio. Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normatif dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat adil sejahtera. Manusia yang terbaik adalah manusia yang hidup atas dasar prinsip idea mutlak yaitu suatu prinsip mutlak yang menjadi sumber realitas semesta dan hakikat kebenaran abadi yang transcendental yang membimbing manusia untuk menemukan kriteria moral, politik, dan social serta keadilan. Ide mutlak adalah Tuhan.
2. Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya
9
disebut filsafat realisme. Ia mengajarkan cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih dekat pada alam kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan social. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat mencapainya. Ia menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan
kesadaran
menurut
aturan
moral.
Aristoteles
juga
menganggap kebahagiaan sebagai tujuan dari pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat, totalitas. Aspek-aspek jasmaniah, emosi, dan intelek sama dikembangkan, walaupun ia mengakui bahwa kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikir.
3. ThomasAquinas Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuankemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata. Menurut J. Maritain, norma fundamental pendidikan adalah: a. Cinta kebenaran. b. Cinta kebaikan dan keadilan. c. Kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi. d. Cinta kerjasama
Kaum perenialis juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia pada dasarnya tetap tidak berubah selam berabad-abad. Jadi, gagasan-gagasan besar terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan
10
permasalahan di setiap zaman. Selain itu, filsafat perenialis menekankan kemampuan-kemampuan berpikir rasional manusia sehingga membedakan mereka dengan binatang-binatang lain.
F. Pandangan Perenialisme dan penerapannya di Bidang Pendidikan Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus. Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai penman sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham. Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan
11
lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau. Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan yakni: 1. Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lamp au yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar. 2. Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karyakarya tokoh tersebut untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang. Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karyakarya buahpikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana pemikiran para ahli tersebut dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat perenialisme tersebut. Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. ladi akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan berhitung anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain. Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tug as pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
12
Adapun mengenai hakikat pendidikan tinggi ini, Robert Hutchkins mengutarakan lebih lanjut, bahwa kalau pada abad pertengahan filsafat teologis, sekarang seharusnya bersendikan filsafat metafisika. Filsafat ini pada dasarnya adalah cinta intelektual dari Tuhan. Di samping itu, dikatakan pula bahwa karena kedudukan sendi-sendi tersebut penting maka perguruan tinggi tidak seyogyanya bersifat utilistis. Dari ungkapan yang diutarakan oleh Robert Hutchkins di atas mengenai hakikat pendidikan tinggi itu, jelaslah bahwa pendidikan tinggi sekarang ini hendaklah berdasarkan pada filsafat metafisika yaitu filsafat yang berdasarkan cinta intelektual dari Tuhan. Kemudian Robert Hutchkins mengatakan bahwa oleh karena manusia itu pada hakikatnya sama, maka perlulah dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang, ini disebut pendidikan umum (general education). Melalui kurikulum yang satu serta proses belajar yang mungkin perlu disesuaikan dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu itu terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.
G. Pandangan mengenai Belajar Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme adalah : 1. Mental Disiplin sebagai Teori Belajar Penganut perenialisme sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpikir (mental discipline) adalah salah satu kewajiban tertinggi dari belajar, atau keutamaan dalam proses belajar (yang tertinggi). Karena itu teori dan program pendidikan pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir. 2. Rasionalitas sebagai Asas Belajar Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan ; otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan ialah membantu manusia untuk menjadi dirinya sendiri, be him-self, sebagai essential-self yang membedakannya daripada makhluk- makhluk lain. Fungsi belajar harus
13
diabdikan bagi tujuan ini, yaitu aktualitas manusia sebagai makhluk rasional yang dengan itu bersifat merdeka. 3. Learning to Reason (Belajar Untuk Berpikir) Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi. 4. Belajar sebagai Persiapan Hidup Bagi Thomisme, belajar untuk berpikir dan belajar untuk persiapan hidup (dalam masyarakat) adalah dua langkah pada jalan yang sama, yakni menuju kesempurnaan hidup, kehidupan duniawi menuju kehidupan syurgawi. 5. Learning Through Teaching (belajar melalui Pengajaran) Adler membedakan antara learning by instruction dan learning by discovery, penyelidikan tanpa bantuan guru. Dan sebenarnya learning by instruction adalah dasar dan menuju learning by discovery, sebagai self education. Menurut perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self discovery ; dan ia melakukan moral authority atas murid-muridnya, karena ia adalah seorang professional yang qualified dan superior dibandingkan muridnya. H. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Perenialisme 1. Kelebihan aliran perenialisme a.
Pendidikan ditekankan pada kebenaran absolut yang bersifat universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan keindahan Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad 14
pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. b.
Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling significant yang diciptakan oleh manusia. Contohnya, seorang guru bahasa Inggris mengharuskan siswanya untuk membaca Moby Dick nya Melville atau drama-drama Shakespeare.
2. Kelemahan aliran perenialisme a. Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut
mereka
perubahan
banyak
menimbulkan
kekacauan,
ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. b. Fokus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.
15
BAB III PENUTUP
Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebuoayaan dan pendidikan zaman sekarang. Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme mcmandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) in terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan.Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri yang cukup berat timbulah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif Perenialisme dalam makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasilhasilnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Chaedar Alwasilah. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Imam Barnadib. 1997. Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: ANDI OFFSET. M. Djumransjah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing Nasrun.
2010.
Pendidikan
Menurut
Pandangan
Perenialisme.
http://sentangperkasa.yolasite.com/blog/pendidikan-menurut pandangan perenialisme/10okt2011. Dunduh pada tanggal 11 oktober 2011 Wulan Ghisya. 2009. Aliran Pendidikan Perenialisme. http://wulanghisya. blogspot. com/ 2009/01/aliran-pendidikan-perenialisme.html. Diunduh pada tanggal 11 oktober 2011. Kukuh
Sila
Utama.
2009.
Aliran
Perernialisme
dalam
Pendidikan.
http://kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/aliran-perenialismedalam-pendidikan/. Diunduh pada tanggal 11 oktober 2011. Zahra
Zahida.
2009.
ALIRAN
PERENIALISME, ESENSIALISME, DAN
REKONSTRUKSIONISME
DALAM PENDIDIKAN. http://zahra-
zahida.blogspot.com/2009/12/tugas-fils-pendidikan-profmuhari.html/11 okt2011. Diunduh pada tanggal 11 oktober 2011.
17