BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program pendidikan di Universitas Negeri Malang dikembangkan bertolak dari perangkat kemampuan yang diperkirakan dipersyaratkan bagi pelaksanaan tugas-tugas lulusan yang telah ditetapkan dan bermuara pada penguasaan perangkat kemampuan akademik dan professional oleh para lulusan setelah mengikuti sejumlah pengalaman belajar. Pembentukan kemampuan akademik, professional, dan vokasi program pendidikan memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metodologi penyampaiannya. Pembentukan kemampuan akademik, profesional, dan vokasi program pendidikan memerlukan pengalaman lapangan yang bertahap secara sistematis. Guna mendapatkan pengalaman tersebut maka Jurusan Teknik Elektro UM menetapkan mata kuliah Praktik Industri sebagai matakuliah yang wajib ditempuh baik oleh mahasiswa Program Diploma maupun Program Sarjana. Praktik Industri sebagai mata kuliah wajib memiliki bobot 4 sks/16 JS. Praktik Industri termasuk dalam kelompok mata kuliah Program Pengalaman Lapangan Nonkependidikan, adalah kegiatan belajar mahasiswa yang dilakukan pada perusahaan atau industri secara terbimbing dan terpadu dalam keahlian sesuai dengan bidang studi, sebagai wahana pembentukan kemampuan akademik (profesi). Jangka waktu pelaksanaan Praktik Industri berkisar antara 8 sampai dengan 10 minggu (400 s.d 500 jam kerja). Praktik Industri dilakukan baik secara
1
individu maupun berkelompok yang dibimbing oleh satu orang Dosen Pembimbing dari Jurusan dan satu orang Pembimbing Lapangan dari pihak Perusahaan / Institutusi / Industri. Melalui Praktik Industri mahasiswa diharapkan mampu melihat, mengamati, memahami dan menganalisis proses produksi serta kegiatan operasional lain yang dilakukan oleh Perusahaan / Institusi / Industri tempat melaksanakan Praktik Industri. Dengan melakukan pengamatan sekaligus melaksanakan kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa juga mampu menemukan masalah-masalah pada dunia industri atau dunia kerja untuk dijadikan sebagai topik Skirpsi atau Tugas Akhir. Instalasi tenaga listrik terdiri dari suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Keandalan dari sistem tenaga listrik khususnya sistem transmisi akan sangat ditentukan oleh bagaimana sistem tersebut dikelola, apalagi sistem transmisi melintasi daerah terbuka sehingga sangat rawan terhadap gangguan baik gangguan berasal dari kondisi internal transmisi maupun yang berasal dari gangguan eksternal seperti gangguan alam, gangguan binatang, tumbuh tumbuhan maupun yang berasal dari aktifitas manusia. Manajemen pengawasan transmisi ditujukan agar transmisi dapat diawasi dengan metode yang tepat, dievaluasi kondisinya secara akurat dan selanjutnya bila diperlukan tindak lanjut bisa dilaksanakan dengan cepat dan tepat. Dengan demikian diharapkan kondisi transmisi akan selalu dalam kondisi yang andal sehingga kelancaran penyaluran tenaga listrik ke konsumen dapat lebih terjamin.
2
Konduktor merupakan bagian yang sangat penting. Klem menghubungkan peralatan satu dengan yang lain yang melewati konduktor sebagai transisi arus dan tegangan. Apabila suhu di klem sangat panas, maka akan merusak peralatan dan mendapat kerugian yang sangat banyak yang berdampak buruk bagi semua.
B. Tujuan Praktik Industri Tujuan Praktik Industri di Gardu Induk PIER, sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi nyata dari suatu industri. 2. Melatih kemampuan komunikasi, sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan kerja. 3. Meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam bidang Teknik Elektro. 4. Mahasiswa dapat berlatih menjadi tenaga kerja yang menjunjung tinggi integritas, komitmen, disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang telah diberikan.
C. Manfaat Praktik Industri Pelaksanaan kegiatan Praktik Industri ini dapat memberikan manfaat yang diperoleh dari tempat praktik industri di Gardu Induk PIER antara lain : 1. Bagi Mahasiswa Manfaat Praktek Industri bagi mahasiswa antara lain : a. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan.
3
b. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat dari tempat industri. c. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh pada dunia industri. d. Dapat meningkatkan integritas, kualitas, keterampilan, dan kreativitas diri. 2. Bagi Gardu Induk PIER Manfaat Praktik Industri bagi Gardu Induk PIER antara lain : a. Membantu instansi dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang ada di Gardu Induk PIER. b. Sebagai ajang publikasi akan eksistensi industri Gardu Induk PIER terhadap kalangan masyarakat khususnya mahasiswa. 3. Bagi Universitas Negeri Malang Manfaat Praktik Industri bagi Universitas Negeri Malang antara lain : a. Menjalin hubungan yang baik antara Universitas Negeri Malang dengan perusahaan atau instansi yang digunakan untuk Praktik Industri; b. Membentuk tenaga kerja terampil, profesional, jujur, ulet, dan berpengalaman dalam menjalankan tugas dan kewajiban di dunia kerja; c. Memperkenalkan Universitas Negeri Malang (UM), khususnya Jurusan Teknik Elektro kepada masyarakat.
4
D. Metodologi Penyusunan Laporan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan praktik industri ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Wawancara Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang jalannya proses perbaikan dan hal – hal yang harus dilakukan selama proses perbaikan dan dilakukan secara langsung dari pembimbing industri di Gardu Induk PIER. 2. Observasi Pengamatan langsung dilapangan mengenai proses perbaikan di Gardu Induk PIER. 3. Metode Literatur Metode Literatur digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang dapat mendukung proses pembuatan laporan dengan cara membaca buku literatur yang ada di Gardu Induk PIER dan bangku kuliah. 4. Study Pustaka Mencari dan mendata semua bahan yang diperlukan untuk pembuatan laporan seperti buku dan lampiran.
E. Waktu dan Tempat Praktik Industri Waktu pelaksananaan Praktik Industri dilaksanakan pada tanggal 19 Mei – 19 Juli 2014 atau tepatnya selama 9 minggu. Pelaksanaan praktik industri
5
bertempat di Gardu Induk PIER, Jalan Rembang Industri V No 5, Pasuruan – Jawa Timur. Praktik Industri dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Kegiatan Umum yang meliputi orientasi perusahaan, pengenalan manajemen perusahaan dan perencanaan kegiatan khusus; (2) Kegiatan Khusus, yaitu melaksanakan praktek atau melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang yang relevan dengan program studi, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada industri tempat Praktik Industri; (3) Menyusun laporan; dan (4) Ujian.
F. Sistematika Penyusunan Penyusunan laporan Praktik Industri ini, dibagi menjadi beberapa bab dan sub bab seperti dijelaskan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN meliputi : Latar Belakang, Tujuan Praktik Industri, Manfaat Praktik Industri, Metodologi Penyusunan Laporan, Waktu dan Tempat Praktik Industri, dan Sistematika Penyusunan Laporan.
BAB II
KEGIATAN UMUM meliputi : Identitas Perusahaan, Struktur Organisasi, Management Produksi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Industri, dan Menejemen Perusahaan.
BAB III
KEGIATAN KHUSUS meliputi : Kegiatan khusus mencakup pekerjaan yang dilaksanakan di industry Gardu Induk PIER.
BAB IV
PENUTUP meliputi : Kesimpulan dan Saran.
6
BAB II KEGIATAN UMUM A. Identitas Perusahaan PT PLN (Persero) P3B JB (Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali) merupakan salah satu unit PT PLN (Persero) yang ditetapkan sesuai dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 278.K/DIR/2008 tentang Organisasi PT PLN (persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali dan Perubahan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 259.K/DIR/2009 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 278.K/DIR/2008 yang berkedudukan di Jakarta dengan data sebagai berikut : Alamat
: Cinere 16514 – Jakarta Selatan
Telephone
: 021-7542646, 7543566
Facsimile
: 021-7542477
Kode Pos
: 159 CNR
Website
: http//konduktor.pln-jawa-bali.co.id
PT PLN (Persero) APP (Area Pelaksana Pemeliharaan) Probolinggo merupakan salah satu unit pelaksana di PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali yang mempunyai tugas utama melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan tenaga listrik dengan data sebagai berikut: Alamat
: Jalan HOS Cokroaminoto 947 – Probolinggo
Telephone
: 0335 – 424933
Facsimile
: 0335 – 421643
7
Kode Pos
: 67213
e-mail
:
[email protected]
APP Probolinggo mempunyai 21 gardu induk dibawah naungannya. APP Probolinggo mempunyai 2 bascame yaitu Bascame Probolinggo dan Bascame Jember. Pada Bascame Probolinggo mempunyai 14 Gardu Induk, salah satunya Gardu Induk PIER, yang beralamat di Jalan Rembang Industri V No 5 – Pasuruan
Gardu Induk disebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung dalam satu kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung untuk keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubah tegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjadi tenaga listrik menjadi tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan sebaliknya mengubah tegangan menengah atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Dengan kata lain, Gardu Induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
8
B. Struktur Organisasi Pada sebuah instansi perusahaan pasti memerlukan sebuah organisasi untuk mempermudah jalannya program yang dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan dari instansi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi mempemudah seseorang untuk mengetahuinya. Gambar 2.1 merupakan struktur organisasi dari Gardu Induk PIER sebagai berikut,
Gambar 2.1 Strukur Organisasi Gardu Induk Pier (Sumber : Data Gardu Induk Pier, 2013)
Pada gamabr 2.1 dapat di jabarkan mengenai tugas dan wewenang dari petugas JARGI PIER yaitu sebagai berikut : 1.1 Kondisi Normal Kondisi normal adalah suatu kondisi dimana peralatan utama, peralatan bantu dan peralatan pendukung dapat dioperasikan sesuai batas-batas 9
pengusahaan dan keamanan. Tugas petugas JARGI pada keadaan normal sebagai berikut: a.
Memeriksa seluruh peralatan gardu induk secara visual dan dituangkan dalam Form Checklist inspeksi CBM Level satu
b.
Memastikan kesiapan instalasi gardu induk dan menginformasikan kepada Dispatcher apabila terjadi perubahan status
1.2 Kondisi Gangguan Kondisi gangguan adalah suatu kondisi berubahnya status dan atau fungsi peralatan karena pengaruh alam dan atau peralatan itu sendiri yang mengakibatkan kondisi menjadi tidak semestinya. Tugas dari petugas JARGI pada saat kondisi gangguan adalah sebagai berikut: a.
Mereset bunyi sirene /horn/klaxon.
b.
Mengamati secara menyeluruh perubahan status dan atau fungsi pada panel kontrol dan indikasi pada panel proteksi.
c.
Mencatat jam kejadian, announciator pada panel kontrol dan indikator rele yang bekerja pada panel proteksi ke dalam lembar catatan gangguan, kemudian direset.
d.
Melaksanakan SOP gardu induk yang berlaku.
e.
Melaporkan gangguan (perubahan status PMT, Announciator dan indikasi rele) kepada Dispatcher Region dan Manager APP.
f.
Melaksanakan instruksi (dicatat) dari Dispatcher Region
10
1.3 Kondisi Emergency Kondisi darurat / emergency adalah kejadian musibah berupa pendudukan / huru-hara, kebakaran, bencana alam (banjir, gempa) yang dapat membahayakan jiwa manusia dan kerusakan peralatan instalasi listrik aset PLN. Tugas dari petugas JARGI pada saat kondisi darurat sebagai berikut: a.
Membebaskan peralatan yang terganggu dari tegangan dan melakukan tindakan pengamanan darurat (jika memungkinkan).
b.
Melaporkan kepada Dispatcher Region, Supervisor JARGI, Menejer APP.
c.
Melakukan evakuasi (meninggalkan tempat) untuk menyelamatkan diri.
1.4 Kondisi Pemeliharaan Serangkaian tindakan atau proses kegiatan, meliputi: a.
Predictive Maintenance adalah kegiatan mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagai mana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan,
b.
Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya.
c.
Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja
11
menurun, dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. d.
Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat. Tugas dari petugas JARGI pada saat pemeliharaan adalah sebagai berikut: Pembebasan Tegangan -
Memastikan persetujuan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan berkoordinasi dengan Supervisor JARGI, Dispatcher Region .
-
Memeriksa urutan manuver pada Buku Prosedur Pelaksanan Pemeliharaan Peralatan yang telah diisi.
-
Menandatangani Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan/Buku Biru (Manuver Pembebasan Tegangan Instalasi Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi).
-
Bersama-sama dengan Dispatcher melaksanakan eksekusi manuver pembebasan tegangan sesuai SOP yang berlaku.
-
Merubah posisi switch Lokal / Remote SCADA atau Supervisory / Remote atau On / Off) di panel kontrol pada posisi Lokal / Remote / Off.
-
Memeriksa tegangan pada panel kontrol.
-
Menutup PMS Tanah sebagai pengamanan.
12
-
Memasang taging di panel kontrol bersama Pengawas Manuver.
-
Mengikuti serah terima pembebasan tegangan antara Pengawas Manuver (PM) dan Pengawas Pekerjaan (PP).
Pelaksana Pemeliharaan -
Mengikuti pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Supervisor GI/GITET.
Pemberian Tegangan -
Mengikuti serah terima pekerjaan selesai dari Pengawas Pekerjaan (PP) kepada Pengawas Manuver (PM).
-
Menandatangani Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan/Buku Biru (Manuver Pemberian Tegangan Instalasi Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi).
-
Membuka PMS Tanah.
-
Melepas taging di panel kontrol bersama Pengawas Manuver.
-
Merubah posisi switch Lokal / Remote SCADA atau Supervisory / Remote atau On / Off di panel kontrol pada posisi Remote / Supervisory / On.
-
Bersama-sama dengan Dispatcher melaksanakan eksekusi manuver pemberian tegangan sesuai SOP yang berlaku.
13
1.5 Kondisi Anomali Adalah kondisi dimana peralatan gardu induk tidak dapat dioperasikan secara normal. Tugas petugas JARGI pada saat kondisi anomali sebagai berikut: a. Memastikan dan melaporkan kondisi peralatan anomali ke Supervisor JARGI, Asisten Manajer HAR APP, dan Mnajer APP. b. Melaporkan ke Dispatcher anomali peralatan yang berpengaruh pada operasi sistem.
1.6 Kondisi Derating Adalah kondisi dimana peralatan Gardu Induk mengalami penurunan kemampuan. Tugas dari petugas JARGI pada saat kondisi derating sebagai berikut: a.
Melaporkan penurunan kondisi peralatan ke Supervisor JARGI, Assisten Manajer HAR APP, dan Manajer APP.
b. Atas persetujuan Supervisor JARGI/Manajer APP, petugas JARGI dapat mendeklarasikan batasan kemampuan peralatan derating. C. Manajemen Produksi 1. Single Line Gardu Induk PIER Single line diagram gardu induk adalah bagan kutub tunggal yang menjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara sederhana sehingga memudahkan mengetahui kondisi dan fungsi dari setiap bagian peralatan instalasi yang terpasang, untuk operasi maupun pemeliharaan (lampiran 1). Single line Gardu Induk PIER mempunyai 2 busbar. Busbar atau rel adalah titik pertemuan /
14
hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. 2. Circuit Breaker (CB / PMT) Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat, yang ditunjukkan pada gambar 2.2,
Gambar 2.2 Circuit Breaker GI PIER (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:46) Bagian-bagian yang penting pada keterangan gambar : 1. Pengerak mekanis 2. Chamber bagian atas 3. Chamber bagian bawah 4. Support 5. Box kontrol tekanan SF-6 15
6. Marshaling KiosK a. Batasan operasi PMT 1. PMT 150 kV bay Penghantar PIER arah Gondang Wetan : AEG – S1-170F3
Breaking capasity 40 kA
Arus nominal 3150 A
Tekanan gas SF-6 7 Bar
Setting tek. alarm 5.5 Bar
Setting tekanan trip 5,3 Bar
Tekanan pegas untuk mekanik
2. PMT 150 kV bay Penghantar PIER arah Bangil : SIEMENS – 3AQ1 EE
Breaking capasity 40 kA
Arus nominal 2000 A
Tekanan gas SF-6 .6,5 Bar
Setting tek. alarm 5.5 Bar
Setting tekanan trip 5,3 Bar
Tekanan udara hidrolik untuk mekanik
3. PMT 150 kV bay Penghantar PIER arah Purwosari : SIEMENS – 3AQ1 EE
Breaking capasity 40 kA
Arus nominal 2000 A
Tekanan gas SF-6 .6,5 Bar 16
Setting tek. alarm 5.5 Bar
Setting tekanan trip 5,3 Bar
Tekanan udara hidrolik untuk mekanik
4. PMT 150 kV bay Kopel : AEG – S1-170F1
Breaking capasity 100 kA
Arus nominal 3150 A
Tekanan gas SF-6 7 Bar
Setting tek. alarm 5.5 Bar
Setting tekanan trip 5,3 Bar
Tekanan pegas untuk mekanik
5. PMT 150 kV bay Trafo 1 SIEMENS 3AQ1 EG
Breaking capasity 40 kA
Arus nominal 1250 A
Tekanan gas SF-6 .6,5 Bar
Setting tek. alarm 5.5 Bar
Setting tekanan trip 5,3 Bar
Tekanan udara hidrolik untuk mekanik
6. PMT 20 kV incoming Trafo 1
Breaking Capasity : 25 kA
I nominal : 2500 A
17
b. Pengoperasian PMT 150 kV
Gambar 2.3 Kontrol Box PMT (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:48) Kontrol box PMT pada gambar 2.3 : 1. Selector switch Lokal/remote 2. Tombol Closing (masuk) 3. Tombol Opening (keluar) Operasi keluar/masuk PMT dapat dilakukan dengan 3 cara :
Secara remote scada oleh DISPATCHER Region –2. Operasi Keluar/masuk PMT secara remote dari panel kontrol dengan
memutar sakelar CONTROL SWITCH ( lihat bab-3 peng-operasian PMT ). Operasi Keluar/Masuk PMT secara rmanual di box PMT dengan ketentuan sbb :
Pilih posisi sakelar remote/lokal (2) pada posisi lokal.
Tekan tombol Closing warna Hijau (3) untuk pemasukkan PMT dan tombol Opening warna merah (4) untuk pembukaan PMT. Dalam kondisi maintenance posisi switch Remote/Lokal diposisikan
Lokal.
18
c. Pengamatan PMT Pemeriksaan visual PMT secara rutin meliputi, kondisi bushing, tekanan SF-6, kontak-kontak terminasi. Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatan lain. 3. Disconnecting switch (DS / PMS) Disconnecting switch atau pemisah (PMS) suatu peralatan sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau penutupan PMS ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa beban.
Gambar 2.4 PMS (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) Dengan data teknik sebagai berikut:
Merk : SIEMENS
Type : 3DP 2283 – 4TA
I nominal : 2000 A
19
I thermal : 40 KA
Gambar 2.5 Kontrol Box PMS (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER, 2014:49) a. Cara pengoperasian secara lokal : 1. Menutup PMS : Catatan : PMT kondisi lepas (keluar). a. Switch “Remote / Local” dirubah dari posisi “Remote” ke “Local”. b. Tombol “Close” warna “Merah” ditekan, maka motor berputar dan PMS manjadi menutup ( // ). c. Switch “Remote / Local” dikembalikan ke posisi “Remote”. 2. Membuka PMS : Catatan : PMT kondisi lepas (keluar). a. Switch remote / lokal dirubah dari posisi “Remote” ke “Local”. b. Tombol “Open” warna “Putih” ditekan, maka motor berputar dan
PMS menjadi membuka ( // ). c. Switch “Remote / Local” dikembalikan ke posisi “Remote”.
Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan tinggi. Ada dua macam fungsi PMS, yaitu:
20
a. Pemisah Peralatan, berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban. b. Pemisah Tanah ( Pisau Pentanahan / Pembumian), berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja pada peralatan instalasi. 4. Potential Transformer (PT / Trafo Tenaga) Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur / meter dan relai.
Gambar 2.6 Potensial Transformer (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:51) Data Teknik : Merk
:ARTECHE
Type
: DFG - 170
Secondary Voltage
: 110 / √3 21
Ratio
: 1000 / 5 A
BIL
: 170 KV
5. Trafo Daya Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, yang di gambarkan pada Gambar 2.10 merupakan bentuk dari trafo daya Gardu Induk PIER dengan kapasitas 150 kV / 500 MWatt
Gambar 2.7 Trafo Daya GI Pier 150 kV – 20 kV (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk Pier, 2012 : 50) Data teknik : 1. Merk : XIAN 2. Kapasitas : 50 MVA
6. Lightning Arrester Surge Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow current, yang digambarkan pada gambar 2.8. Sebuah arrester
22
harus mampu bertindak sebagai insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
Gambar 2.8 Lightning Arrester (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) Data Teknik : Merk
: SIEMENS
Type Standart
: 3EP2 150 2PZ : IEC
Classification : 2 Rated Voltage : 150 KV 7. Current Transformer (CT / Trafo Arus) Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
23
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi, sepertti pada gambar 2.9 merupakan bentuk dari trafo arus (Current Transformer ) Gardu Induk Pier. Dimana setiap masing-masing trafo memiliki rasio yang berbeda – beda.
Gambar 2.9 Current Transformer (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) Data teknik : Merk
: ARTECHE
Type
: CTG – 170
Ratio
: 200 – 400 – 800 / 5 A
Standart
: IEC 185
8. Capasitive Voltage Transformer (CVT) CVT merupakan bagian dari PT (Potensial Transformer/ Trafo Tegangan) yang memeliki kapasitor. Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor
24
ditransformasikan mengunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder. Bentuk CVT ditunjukkan pada gambar 2.10,
Gambar 2.10 CVT (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) 9. Sistem Catu Daya Panel AC / DC adalah suatu peralatan listrik berupa lemari pembagi dimana didalamnya terpasang MCB-MCB, NFB atau fuse-fuse sebagai pembagi beban dan sekaligus sebagai pengaman dari instalasi yang terpasang pada suatu gardu induk . Beban dari masing-masing lokasi berbeda-beda baik jarak, jenis beban maupun kapasitasnya, sehingga perlu pengaman yang selektip sehingga gangguan di salah satu lokasi tidak mengganggu instalasi lain. 10. Battery Suatu Gardu Induk memerlukan adanya sumber DC untuk menggerakkan peralatan kontrol, relay pengaman, motor penggerak PMT , PMS dan sebagainya. Untuk itu sebagai sarananya maka di pasanglah ACCU BATTERY. Battery adalah suatu alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah dari hasil
25
proses kimia. Battery ini harus selalu terjaga kapasitasnya (harus selalu penuh) , maka battery setiap saat secara terus menerus harus terhubung dengan rectifier. Karena sangat pentingnya battery ini , maka perlu diperiksa kondisi air (elektrolitnya), kebersihan dan Berat Jenisnya (BJ).
Gambar 2.11 Battery 48 Unit 1 (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:55 ) Fungsi dari Battery 48 V Unit 1 adalah power supply peralatan komunikasi RTU. Data teknik : Merk
: NIFE
Type
: SBL 59-2
Kapasitas
: 59 AH
Jumlah sel
: 40 sel
Gambar 2.12 Battery 48 Unit 2 (Sumber Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:55 )
26
Fungsi dari Battery 48 V Unit 2 adalah power supply peralatan komunikasi PLC. Data teknik : Merk
:YUASA
Type
: QSC 200 C-40
Kapasitas : 200 AH Jumlah sel : 40 sel
Gambar 2.13 Battery 110 V Proteksi (Sumber: Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:55) Fungsi dari Battery 110 V adalah power supply peralatan kontrol, proteksi dan indikasi. Data teknik : Merk
:NIFE
Type
: SCM 211
Kapasitas
: 211 AH
Jumlah sel
: 90 sel
11. Rectifier Rectifier adalah suatu alat listrik untuk mengubah arus bolak - balik (AC) menjadi arus searah (DC) sesuai kapasitas yang dikehendaki (Kapasitas Battery). Fungsi dari rectifier adalah sebagai charger battery 110 Volt dan 48 Volt.
27
Gambar 2.14 Rectifier GI Pier (Sumber: Buku Kuning GI Pier, 2014: 54) Rectifier ini harus selalu tersambung ke Battery untuk menjaga kapasitasnya agar tetap penuh. Oleh karena itu rectifier tidak boleh padam / mati ( Suber AC 3 ph ), untuk itu maka pengecekan Tegangan DC harus secara rutin dan periodik, jangan sampai MCB – sumber AC 3 phasa lepas. 12. Trafo PS (Pemakaian Sendiri) Trafo PS adalah suatu alat listrik untuk menurunkan tegangan tinggi (biasanya 20 kV ) menjadi tegangan rendah ( 220/380 Volt ). Trafo PS ini berguna sebagai sumber AC 3 phase – 220/380 Volt untuk kebutuhan listrik di suatu Gardu Induk misalnya : untuk penerangan, AC-AC, Rectifier dan peralatan lain yang memerlukan tenaga listrik. Jumlah trafo distribusi di gardu induk idealnya adlah dua unit sehingga pada saat pemeliharaan trafo PS maka gardu induk tsb tidak kehilangan daya AC karena trafonya dipadamkan. Kapasitas trafo PS tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh gardu induk tersebut tapi rata-rata diantara kapasitas 100 – 500 kVA, bahkan ada trafo yang khusus digunakan untuk pemasok kompressor baik phenuematik maupun hidrolik.
28
Gambar 2.15 Trafo PS GI PIER (Sumber: Data Gardu Induk PIER, 2014) 13. NGR (Neutral Grounding Resistor) NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah.
Gambar 2.16 NGR GI PIER (Sumber : Buku Kuning Gardu Induk PIER,2014:54)
29
D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di GI PIER 1. Kelengkapan K3 1.1 APD (Alat Pelindung Diri) a. Pakaian kerja
l. Sarung tana tahan asam
b. Rompi pengawas
m. Sepatu tahan tegangan (20 kV)
c. Topi helm merah
n. Sepatu tahan tegangan (150
d. Topi helm kuning
kV)
e. Topi helm putih untuk tamu
o. Sepatu tahan pukul / benturan
f. Kacamata tahan sialu
p. Sepatu panjat
g. Masker anti racun
q. Sepatu tahan air
h. Sabuk pengaman
r. Jas hujan
i. Sabuk pengaman (full body
s. Penutup mata mesin gerinda
harnest)
t. Kaca mata alas
j. Sarung tangan kulit
u. Kacamata tahan elektrolit
k. Sarung tangan tahan tegangan
v. Masker pelindung zat asam
a.
Alat Pengaman Kerja Tester tegangan 20 kV
b. Stick grounding local 150 kV -
Alat Pendukung
a.
Kotak P3K beserta isinya
b.
Rantai pengaman
c.
Bendera segitiga (merah, hijau)
d.
Lemari K3
30
e.
Rambu-rambu (tagging)
f.
SOP kebakaran
g.
SOP keamanan
h.
Denah penempatan APAR
i.
Denah evakuasi
1.2 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) a.
Drum berisi pasir
b. Sekop c.
Ember
d. Karung goni e.
Pengait dari bamboo
2. Maneuver -
Urutan maneuver harus dilakukan dengan benar.
-
Sebelum melakukan maneuver harus terlebih dahulu di awali dengan membuat rencana maneuver (digambar dan dicatat) yang harus diperiksa dengan teliti sebelum di gunakan sebagai panduan.
-
Harus di ingat, bahwa jika terjadi kesalahan maneuver dapat mengakibatkan gangguan listrik, kerusakan alat dan sangat mungkin kecelakaan dari manusia / petugas maneuver.
-
Dalam maneuver pemberian tegangan , yang pertama harus di lakukan adalah membebaskan peralatan dari pentanahan yaitu melepas pentanahan local dan membuka PMS tanah, kemudian menutup PMS rel dan PMS
31
Line, selanjutnya PMT di tutup dan peralatan bertegangan /energize (check tegangan) -
Maneuver pembebasan tegangan ,yang pertama harus dilakukan adalah membuka PMT , membuka PMS Rel dan PMS Line serta menutup PMS Tanah jika di perlukan (check tegangan sebelum menutup PMS tanah).
3. K3 pada saat Pemeliharaan a. Pemeliharaan harus ada 3 pengawas, yaitu Pengawas Pekerjaan, Pengawas K3, dan Pengawas Maneuver. b. Sebelum pemeliharaan siapkan APD. c. Pada pemeliharaan diberi batas. d. Yang tidak dipelihara diberi bendera artinya, tidak boleh di kerjakan (daerah bertegangan) dan pada daerah yang akan di pelihara di beri bendera hijau, artinya boleh dikerjakan (daerah tidak bertegangan). e. Tugas Pengawas Maneuver: -
Mengawasi pelaksana maneuver
-
Mengawasi pemasangan dan pelepasan tagging di panel control serta rambu pengaman / gembok di switchyard.
-
Mengawasi pemasangan dan pelepasan system pentanahan.
-
Menjelaskan bersama Pengawas K3 kepada Pengawas Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan daerah aman dan tidak aman untuk dikerjakan.
f. Tugas Pengawas K3 -
Memeriksa kondisi personil sebelum bekerja.
-
Mengawasi kondisi/ tempat-tempat yang berbahaya.
32
-
Mengawasi pemasangan dan pelepasan tagging, gembok, dan rambu pengaman.
-
Mengawasi tingkah laku / sikap personil yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
-
Mengawasi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja.
g. Tugas pengawas pekerjaan -
Memimpin koordinasi rencana pelaksanaan maneuver dengan Pengawas K3 dan Pengawas Maneuver
-
Memimpin briefing rencana pelaksanaan pekerjaan dan pembagian tugas pengawas K3 yang ditutup dengan doa bersama.
-
Mengawasi pemasangan dan pelepasan pentanahan localMengawasi pemasangan dan pelepasan tagging, gembok, dan rambu pengaman.
-
Menjelaskan metode pekerjaan
-
Menunjuk personil pelaksana pekerjaan sebagai pelaksana, pengaman, instalasi Gardu Induk Listrik untuk memasang dan melepas tagging, gembok, dan rambu pengaman di switchyard
-
Memimpin evaluasi pelaksanaan pekerjaan dan melaksanakan doa penutup.
E. Manajemen Perusahaan 1. 5S 1. 5S adalah suatu system Management Tata Kelola Tempat Kerja (Workplace Management) yang dilakukan dalam rangka mengelola tempat kerja. 33
2. 5S adalah upaya untuk mengkondisikan tempat kerja agar menjadi aman, bersih, hijau, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman dan tidak tergangg agar tujuan / sasaran perusahanan dapat ercapai. 3. 5S merupakan singkatan dari bahasa Jepang, yaitu: Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke kemudian diterjemahakan dalam bahasa Indonesia menjadi 5P (Pemilahan, Penataan, Pembersihan, Pemantapan, dan Pembiasaan) atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin).
Seiri / Pemilahan /
Adalah kegiatan memisahkan peralatan dan perlengkapan
Ringkas
kerja yag benar-benar diperlukan dan kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja
Seiton/ Penataan/
Adalah kegiatan menata letak tempat kerja, peralatan, dan
Rapi
perlengkapan kerja dengan rapi sehingga memudahkan untuk mencari, menemukan, mengembalikan dan siap pada saat diperlukan.
Seiso / Pembersihan
Adalah kegiatan untuk membersihkan tempat kerja,
/ Resik
perlengkapan, dan peralatan kerja dari debu dan kotoran yang melekat secara teratur agar kondisi tempat kerja, peralatan, dan perlengkapan kerja selalu dalamkeadaan bersih dan terhindar dari kerusakan, degradasi, dan abnormality
34
Seiketsu/
adalah kegiatan memelihara tempat kerja, perlengkapan
Pemantapan /
dan peralatan kerja secara teratur agar tidak terdapat lagi
Rawat
barang yang tidak diperlukan di area kerja, tidak terjadi ketidak teraturan di tempat kerja dan tidak terdapat kotoran serta berusaha menjaga dan mempertahankan kondisi optimal.
2. Briefing Jum’at Briefing Jum’at merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan di Gardu Induk PIER. Disamping itu, briefing merupakan tempat untuk menjalin silaturahmi antara atasan dengan bawahannya. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan management perusahaan. Briefing sebagai alat komunikasi antara atasan dengan bawahan setiap mingunya. Bila ada keluh kesah, inovasi terbaru untuk terciptanya kepedulian atar sesama penghuni dari Gardu Induk Pier guna mendapatkan kekompakan yang bagus. Hal yang dilaporkan pada briefing:
Kebersihan Di laporankan oleh pihak kebersihan (cleaning service)
Menara SUTT Dilaporakan oleh Mandor Line
Keamanan Oleh petugas keamanan yaitu satpam
Laporan Srintami Oleh operator gardu induk
Inovasi untuk kenyamanan di gardu induk 35
Semua turut berpartisipasi, menyumbangkan aspirasinya bila ada kekurangan, contohnya saran untuk penggantian kain lap cuci tangan, penataan pot pada luar ruangan (lapangan), saran agar lebih kompak lagi. 3. Penataan Taman Penataan taman digunakan untuk memperindah, mengasrikan, dan menghijaukan lahan yang tersedia di Gardu Induk dengan memanfaatkan lahan yang ada. Apabila gardu induk ada tamannya, diharapkan penghuni (karyawan) serta tamu ynag mengunjungi Gardu Induk PIER akan merasa betah, nyaman, dan asri. 4. Pemberian Tanda Pemberian tanda / batas pada tempat digunakan untuk menghindari kekosongan/ kekeliruan penempatan barang. Bila ada tanda memudahkan kita untuk menata kembali, serta menghetahui dengan cepat letak posisinya asalnya. Disamping itu, pemberian tanda merupakan aplikasi dari bentuk 5S. Agar semua tertata dengan rapi, indah, serta sedap dipandang mata. 5. Jalur Evakuasi Jalur evakuasi digunakan untuk mempermudah kita dalam melaksanakan evakuasi pada saat keadaaan darurat untuk berkumpul dengan cepat di tempat Assembly Point (tempat berkumpul dalam keadaan darurat).
36
BAB III KEGIATAN KHUSUS PERBAIKAN KLEM DAN KONDUKTOR PANAS CVT ARAH PMS LINE A. Definisi Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur / meter dan relai. Fungsi dari trafo tegangan yaitu :
Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih aman, akurat dan teliti.
Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan dibagian primer.
Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua jenis yaitu
Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT). Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan kebelitan sekundernya.
Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT), trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor 37
ditransformasikan mengunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder.
Gambar 3.1 CVT (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014 )
1. Bagian-bagian dari CVT (Capasitive Voltage Transformer)
Dielectric -
Minyak Isolasi Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan sebagai media dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri.
-
Kertas-plastik film (paper-polypropylane film) Berfungsi sebagai media dieletric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri bersama-sama minyak isolasi. 38
Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider) Berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo tegangan menjadi yang lebih rendah.
Electromagnetic Circuit Berfungsi sebagai penyesuai tegangan menengah ( medium voltage choke) untuk mengatur/menyesuaikan agar tidak terjadi pergeseran fasa antara tegangan masukan (Vi) dengan tegangan keluaran (Vo) pada frekuensi dasar.
Trafo Tegangan Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik dari tegangan menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke tegangan rendah yang akan digunakan pada rangkaian proteksi dan pengukuran.
Expansion Chamber Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan (dehydrating breather) untuk menyerap udara lembab pada kompartemen yang timbul akibat perubahan temperatur. Hal ini mencegah penurunan kualitas minyak isolasi.
Terminal Primer Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi terhubung pada sistim pentanahan (grounding).
Struktur Mekanikal Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo tegangan.
39
Terdiri dari : -
Pondasi
-
Struktur penopang CVT
-
Isolator penyangga (porselen/polyester). Tempat kedudukan kapasitor dan berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi.
Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.
B. Inspeksi Sebelum Perbaikan Thermovision Thermovision digunakan untuk melihat hot spot pada instalasi listrik, dengan Infrared thermovision dapat dilihat losses yang terjadi di jaringan. Tujuan dari foto thermovision adalah sebagai petunjuk penginderaan noktah panas (hot spot) pada instalasi listrik. Semakin tinggi suhu hotspot yang terjadi maka semakin besar losses yang terjadi. Losses dapat diakibatkan oleh sambungan yang kurang baik. Pemeriksaan dengan thermovision pada CVT digunakan untuk melihat titik-titik sambungan pada CVT. Thermovisi dilakukan pada: Konduktor dan klem CVT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu antara konduktor dan klem CVT. Isolator dan housing CVT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan / hotspot di dalam CVT. Thermovisi dilakukan setiap 3 bulan, kecuali untuk CVT 500 kV dilakukan setiap 2 minggu.
40
Thermovisi klem, body, isolator, housing dan konduktor Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil thermography VT fasa R,S, dan T. Berdasarkan InternationaI Electrical Testing Association (NETA) Maintenance Testing Specifications (NETA MTS-1997) interpretasi hasil thermovisi dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3.1 Evaluasi dan Rekomendasi Thermovisi No ∆T Rekomendasi (perbedaan suhu antar fasa) 1. 1 oC – 3oC Dimungkinkan ada ketidaknormalan, perlu investigasi lanjut o o 2. 4 C – 15 C Mengindikasikan adanya defesiensi, perlu dijadwalkan perbaikan. o 3. >16 C Ketidaknormalan Mayor, perlu dilakukan perbaikan/penggantian segera (Sumber : Buku Pedoman Trafo Tegangan,2014:46 )
Informasi umum Thermovision Flir i50 a. Instruksi kerja ini dilakasakan dalam keadaan bertegangan, berbeban maupun tidak berbeban b. Alat ini membangkitkan energy radio frekuensi sehingga dapat mempengaruhi frekuensi komunikasi, maka wajib memahami isi dari buku manual alat. c. Jangan menggunakan sinar laser langsung ke mata karena akan menimbulkan iritasi. d. Jangan membongkar baterai atau memodifikasi, karena baterai asli telah dilengkapi dengan pengaman terhadap hubung singkat dan pemanasan yang berlebihan.
41
e. Jangan melanjutkan penginderaan noktah panas jika diketahui kapasitas baterai sudah rendah, maka segera diganti dengan baterai yang sudah baik kapasitasnya. Gunakan baterai yang sudah kecil kapasitasnya jika alat akan disimpan dengan baterai terpasang. f. Jangan menggunakan kamera ini pada kondisi sinar matahari dlaam kondisi penuh tanpa dilengkapi dengan pelindung lensa. Seperti digunakan untuk mengukur panas matahari langsung dalam waktu yang lama sebab akan merusak keakuratan kamera menyebabkan rusaknya alat pendeteksi di dalam kamera. g. Hindari pantulan sinar/cahaya dari objek yang akan diukur. h. Hindari pemakaian kamera dalam kondisi hujan karena hasil pengukuran tidak optimal da dapat merusak alat thermovision. i. Jangan menggunakan kamera pada daerah atau ruangan dengan temperature diatas 500C sebab akan merusak alat termovision. j. Buanglah baterai bekas sesuai penempatan jangan dibakar pada api. k. Jangan menggunakan thinner atau cairan lain yang sama pada kamera, kabel, dan peralatan bantu (accessories) yang lain.
Pada gambar 3.2 merupakan hasil dari thermovision dari CVT. Pada gambar 3.2 tersebut menunjukkan suhu ynag sangat panas pada klem CVT arah PMS Line fasa S.suhu yang ditunjukkan adalah sebesar 121.20. Untuk mengetahui apakah harus di perbaiki, maka harus melalui beberapa prosedur.
42
Gambar 3.2 Hasil Foto Thermo CVT (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) Dengan menggunakan software dari Flir system, dapat mengetahui lebih jelas dari gambar foto yang di ambil. 1. Klik menu start<
43
2. Akan muncul tampilan seperti dibawah ini.
3. Tampilan awal masuk program.
44
4. Pilih organize << sesuai dengan file yang telah anda simpan << double klik.
5. Gambar akan muncul pada layar monitor,
45
6. Klik Analyse >> kemudian pilih dan klik bagian mana yang akan dicari tau berapa suhunya
7. Kemudian akan muncul berapa suhu yang telah dipilih dan akan dianalisis.
46
Dari gambar 3.2, dapat dihitung dengan menggunakan rumus =
keterangan:
×( − )
a = AmpMax yang dicapai b = arus c = suhu sefasa pada klem d = suhu sefasa pada konduktor e = selisih suhu klem dan konduktor sefasa (0C)
Gambar 3.3 Hasil perhitungan thermovision CVT (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014) Dari hasil thermovision tersebut, maka Supervisior dapat mengambil tindakan untuk melakukan perbaikan terhadp klem karena selisih suhu antara suhu
47
klem dan suhu konduktor mencapai 82, harus dibuatka LKS (Lembar Ketidak Sesuaian). LKS ini digunakan untuk mengajukan perbaikan bila ada peralatan yang harus di perbaiki. (Lampiran) kemudian dikirm ke APP untuk menindak lanjuti perbaikan. Pada flowchart yang ditunjukkan pada gambar 3.4 menunjukkan urutan dari prosedur Thermovision.
Gambar 3.4 Flowchart thermovision (Sumber : Buku Thermovision Flir i50, 2012:6)
Perbaikan ini dilakukan karena suhu pada klem dan konduktor mencapai 1200 C. klem dan konduktor merupakan sebuah jamperan untuk menghubungkan
48
peralatan satu dengan yang lainnya. pada klem CVT arah PMS Line T/L Gondang Wetan 1 suhu yang sangat panas pada klem. C.
Perbaikan Perbaikan klem panas, karena suhu pada kelm mencapai ketidak normalan. Klem menjadi panas dipengahuru beberapa faktor, yaitu: 1. Panas 2. Kendor 3. Kotor Sebelum melakukan perbaikan, hal yang harus dilakukan yaitu pelaksanaan maneuver dilakukan oleh Pengawas Manuever. Pada T/L Bay Gondang Wetan 1 masuk pada Bus Bar A, oleh karena itu, sebelum melakukan perbaikan,busbar A di pindah ke Bus B. Berikut merupakan urutan maneuver sebelum melakukan perbaikan: a. Pemutusan beban (PMT/CB) yang melewati T/L Gondang Wetan 1 oleh APB dengan cara koordinasi dari Pengawas Manuver dan APB; b. Pelepasan PMS BUS A oleh petugas JARGI; c. pelepasan PMS Line oleh petugas JARGI; d. pemasukan PMS Ground.
Setelah semua kegiatan maneuver selesai, pengawas K3 melakukan briefing untuk menjelaskan bagian apa yang harus dikerjakan sesuai dengan tugasnya. Berikut merupakan tugas dari masing-masing pengawas pada perbaikan klem panas:
49
Pengawas Pekerjaan a.
Memeriksa semua peralatan kerja sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
b. Melakukan koordinasi dengan supervisior Gardu Induk dalam proses pemadaman dan penormalan selama pekerjaan berlangsung c.
Merencanakan langkah-langkah / tahapan yang akan di kerjakan
d. Pengarahan atau breifing kepada semua personil
Pengawas K3 a.
Periksa semua peralatan K3 yang digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
b.
Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi pada proses pekerjaan daerah bahaya dan cara mengatasinya
c.
Menanyakan kesiapan kondisi personil
d.
Mengawasi selama berlangsungnya pekerjaan serta tidak boleh meninggalkan tempat
Pengawas Maneuver: a. Mengawasi pelaksana maneuver b. Mengawasi pemasangan dan pelepasan tagging di panel control serta rambu pengaman / gembok di switchyard. c. Mengawasi pemasangan dan pelepasan system pentanahan. d. Menjelaskan bersama Pengawas K3 kepada Pengawas Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan daerah aman dan tidak aman untuk dikerjakan. e. Memimpin doa sebelum dan sesudah pekerjaan
50
Langkah- langkah pelaksanaan perbaikan klem panas a.
Persiapan (dokumen, personil, dan peralatan kerja/ K3)
b.
Taligate Session (Pengarahan) dan berdoa sebelum bekerja
c.
Pengawas pekerjaan berkoordinasi dengan Supervisor Gardu Induk untuk melakukan maneuver pada line yang akan diperbaiki dan dilanjutkan pemasangan grounding lokal
d.
Pemasangan Area Safety / rantai pembatas daerah aman pada lokasi pekerjaan
e.
Linesman pertama memanjat menggunakan lanyard dengan membawa snatch block, webbing sling. Linesman kedua mengikuti dengan membawa ujung Handline untuk transportasi peralatan
f.
Mengaitkan hook lanyard pada besi siku serandang dalam kondisi aman dan nyaman.
g.
Naikkan voltage Detector
h.
Memastikan penghantar atau konduktor yang akan dikerjakan dalam kondisi bebas tegangan dengan menggunakan Voltage Detector
i.
Naikkan peralatan kerja dan K3 (Gounding lokal) dengan menggunakan handline
j.
Pemasangan Grounding Lokal pada dua arah konduktor yang akan diperbaiki
k.
Pastikan kondisi string isolator secara visual dalam kondisi aman (tidak keropos)
51
l.
Sebagai pengaman pada linesman, pasang Come Along pada konduktor dan kaitkan dengan chain hoist / takel rantai pada beam, tarik konduktor sampai posisi chain hoist tegang.
m. Uji clam jumper konduktor dengan alat uji tahanan kontak untuk mengetahui nilai kerapatan kontak (sebagai referensi) n.
Pelaksanaan perbaikan clam jumper
o.
Uji clam jumper conductor dengan alat uji tahanan kontak untuk mengetahui nilai kerapan kontak baik (<50 mikto Ohm – Standar : VDE)
p.
Turunkan peralatan kerja dan lepas grounding lokal
q.
Linesman pertama dn kedua turun dengan membawa handline , snatch block serta webbing sling.
Sebelum dilakukan perbaikan, terlebih dahulu memasang rambu K3 di tempat perbaikan. Tujuan dari pemasangan rambu adalah untuk mengetahui daerah mana yang harus dikerjakan supaya petugas tidak ada yang teledor, yang ditunjukkan pada gambar 3.5
Gambar 3.5 Bentuk dari Rambu K3 saat Perbaikan (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014)
52
Sebelum klem pada CVT arah PMS Line fasa S di perbaiki, hal yang pertama dilakukkan adalah menguji tahanan kontak pada CVT arah PMS Line fasa S. Pengujian tahanan kontak pada CVT menggunakan alat yang bernama “Vanguard ATO600” yang ditunjukkan pada gambar 3.6,
Gambar 3.6 Alat Uji Tahanan Kontak Vanguard ATO600 (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014)
Hasil dari pengujian tahanan kontak dari CVT arah PSM Line fasa S sebelum perbaikan adalah sebesar 586.3 µ Ω. Dapat ditunjukkan pada gambar 3.6,
Gambar 3.7 Hasil Pengujian Tahanan Kontak sebelum Perbaikan (Sumber : Data GI PIER, 2014)
Hasil pengujian tersebut sudah melampaui standart batas peralatan hasil pengujian tahanan kontak. Standart yang sesui dengan PLN untuk peralatan yaitu sebesar 50 µΩ. Dengan demikian klem dan konduktor harus segera diganti. Ukuran tembaga dari konduktor pun harus sesuai dengan sebelumnya, karena 53
digunakan untuk menghantarkan arus yang dilewati harus sama dengan sebelumnya. Setelah semua selesai diperbaiki, CVT diuji tahanan kontaknya kembali guna mengetahui apakah sudah sesuai dengan standart yang diberikan oleh PLN. Ditunjukkan pada gambar 3.8
Gambar 3.8 Hasil Pengujian Tahanan Kontak setelah Perbaikan (Sumber : Data Gardu Induk PIER,2014) Setelah perbaikan, tahanan kontak yang dihasilkan adalah sebesar 24.4 µ Ω (yang ditunjukkan pada gambar 3.7) dan sudah sesuai dengan standart yang diberikan oleh PLN, maka dengan ini perbaikan klem dan konduktor sudah sempurna dan dapat dilakukan penormalan kembali. Penormalan dilakukan oleh petugas manuever, pengawas maneuver melakukan hubungan kembali dengan APB untuk menginformasikan bahwasannya sudah dapat dilakukan kembali. Pelaksanaan maneuver untuk penormalan yaitu kebalikan saat pembebasan. Hal yang pertama harus dilakukan yaitu: 1.
Pelepasan PMS Ground
2.
PMS Line masuk
3.
PMS Bus A masuk
4.
PMT/ CB masuk, masuknya PMT dilakukan oleh APB dengan cara komunikasi anatar petugas maneuver dan APB. 54
Setelah maneuver selesai dilakukan briefing kembali menegaskan bahwa kegiatan yang dilakuakan sudah lancar dan tidak ada kendala. Untuk mengetahui bahwa klem dan konduktor suhunya tidak panas, lakukan foto thermo guna mengetahui suhu setelah perbaiakan. Dan suhu menunjukan 38.20 C. oleh karena itu suhu sudah kembali normal. Dapat ditunjukkan pada gambar
Gambar 3.9 Hasil Thermovision setelah perbaikan (Sumber : Data Gardu Induk PIER, 2014)
Perbaikan klem panas (hot spot) merupakan perbaikan yang harus dilakukan karena besarnya arus yang terlalu besar yang melewati klem dan konduktor. Bila arus yang terlalu besar tersebut akan mengakibatkan gangguan yang cukup hebat akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan dan mengakibatkan suhu pada klem dan konduktor sangat tinggi.
55
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktik industri dengan ”Perbaikan Klem dan Konduktor Panas CVT Arah PMS Line Fasa S”adalah sebagai berikut: 1. CVT adalah trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan mengunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder. 2. Thermovision untuk mengetahui bagaimana panas atau suhu pada peralatan. Dengan adanya data dari thermo tersebut, petugas JARGI dapat menegtahui secara lebih lanjut apa saja yang harus dilakukan. 3. Pada CVT sebelum dan setelah diperbaiki klemnya, harus diuj tahanan kontaknya terlebih dahulu. Tahanan kontak sangat berpengaruh terhadap kinerja dari peralatan tersebut. Nilai tahanan yang baik sesuai dengan standar PLN adalah sebesar <50 µ Ω. B. Saran Berdasarkan kegiatan praktik industri di Gardu Induk PIER antara lain: 1. Pelaksanaan praktikan di lapangan hendaknya dilakukan secara maksimal, sehingga bila ada permasalahan atau halyang tidak mengerti sehingga praktikan dapat tambahan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut.
56
1. Management yang telah diatur dan dilaksanakan dengan baik oleh para pegawai gardu Induk, sebaiknya ditingkatkan dan tetap terjaga. 2. Pengetahuan praktikan masih perlu untuk ditingkatkan lagi. Praktikan diharapkan dapat terus meningkatkan minat dan ketrampilan di bidang elektronika instrumentasi industri dengan membaca referensi dan standarstandar yang diterapkan di Industri untuk dapat menunjang keterampilan. 3. Pelaksanaan praktik industri di lapangan hendaknya dilakukan secara maksimal, dengan cara praktikan harus lebih aktif bekerja dan bertanya kepada pembimbing praktik di industri ketika ada permasalahan atau hal yang tidak dimengerti sehingga praktikan mendapat tambahan pengetahuan dan wawasan yang dapat menunjang bagi studi praktikan. 4. Sikap bekerja dan tingkat kedisiplinan harus terus ditingkatkan lagi. Kemudian diharapkan praktikan bisa terus menjalankan kebiasaan (habit) baik yang selama ini berusaha dikembangkan pada kehidupan sehari-hari. 5. Praktikan diharapkan untuk terus dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dalam bekerja. Sehingga dapat bekerja dalam tim maupun secara individu. Serta, mampu untuk menyampaikan ide-ide dengan baik. 6. Hendaknya pihak Universitas Negeri Malang lebih meningkatkan kerjasamanya dengan perusahaan-perusahaan yang ada, sehingga pada masa mendatang kesempatan untuk praktik industri maupun kesempatan kerja dari mahasiswa lebih besar
57
DAFTAR PUSTAKA
PIER.2012. Petunjuk Penggunaan Thermovision Flir i50. Pasuruan: GI PIER PIER.2014.Buku Kuning Petunjuk Pengoperasian Peralatan GI PIER. Pasuruan: PT PLN P3B-JB PLN.2014. Petunjuk AC-DC Suplay.______: PT PLN P3BJB PLN.2014. Petunjuk Ligthning Arrester.______:PT PLN P3BJB PLN.2014. Petunjuk Pemisah.______: PT PLN P3BJB PLN.2014. Petunjuk Pemutus Tenaga. .______: PT PLN P3BJB PLN. 2014. Petunjuk Transformator Tenaga.______: PT PLN P3BJB PLN. 2014. Petunjuk Transformator Arus. .______: PT PLN P3BJB PLN. 2014. Petunjuk Trafo Tegangan. .______: PT PLN P3BJB
58
LAMPIRAN – LAMPIRAN
59