Peran SIMRS dalam Manajemen dan Audit Mutu.
Oleh: dr. Berlian T.P. Siagian, MPH, PhD. Managing Partner, PT. Dinamika Cipta Widya, Jakarta
Pendahuluan
Pasien yang kritis selalu bertanya, apakah saya sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik dari sejumlah uang yang telah saya bayarkan? Perusahaan asuransi kesehatan dan perusahaan JPKM akan lebih kritis lagi, untuk peningkatan biaya pelayanan tertentu apakah pemegang polis sudah mendapatkan nilai tambah pelayanan yang seimbang? Semuanya pertanyaan logis. Akan tetapi di pasar pelayanan kesehatan saat ini pertanyaan itu masih sulit sekali dijawab, baik oleh pihak rumah sakit, dokter, perawat, maupun oleh perusahaan perusahaan asuransi. Dokter praktek selalu mengatakan bahwa: “Saya telah memberikan pelayanan kesehatan sebatas maksimal kemampuan dan pengetahuan saya”, sebagai cerminan mutu pelayanan. Demikian pula pekerja kesehatan yang lain. Akan tetapi sesuai dengan hukum besi manajemen, “You can not manage something you can not measure”, anda tidak dapat mengelola sesuatu yang anda tidak dapat ukur. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dihadapkan pada banyaknya pengukuran yang kwantitatip maupun sulitnya pengukuran hal-hal yang kwalitatip yang harus dilakukan agar tidak memberikan opini atas mutu pelayanan kesehatan secara keliru. Apakah seseorang penderita penyakit typhus yang dirawat inap mendapatkan mutu pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang dirawat jalan? Seterusnya, apakah seseorang penderita penyakit typhus yang dirawat inap empat hari mendapatkan mutu pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang dirawat inap tujuh hari? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak! Jadi pengukuran mutu kemudian menjadi kurang atau tidak pasti. Dalam upaya meningkatkan kepastian dan ketepatan pengukuran mutu pelayanan Structure ture-kesehatan Donabedian mengusulkan model klasik pendekatan dimensi Struc Process-Outcome . Didalam model ini pengukuran mutu pelayanan rumah sakit dilakukan mulai dari struktur organisasi, permodalan, fasilitas, dimensi proses yang mencakup volume pelayanan, cakupan pelayanan, biaya pelayanan, kinerja keuangan, kepuasan pelanggan dan efektifitas pelayanan yang dicerminkan dalam “output” dan “outcome”, keluaran dan dampak. Perkembangan manajemen mutu pelayanan kesehatan selanjutnya menghasilkan berbagai protap (prosedur tatalaksana pelayanan), misalnya protab diabetes, protap fraktur pinggul, protap pneumonia, protap kamar bedah, b edah, dan seterusnya. Mutu pelayanan ditentukan atas tingkat kepatuhan rumah sakit pada protap baku tersebut. Hanya atas dasar benchmarking terhadap berbagai protap tersebut baru dapat disimpulkan apakah rumah sakit belum memenuhi, memenuhi, atau melampaui standard baku mutu pelayanan kesehatan.
1
Kerumitan pengukuran dan interpretasi mutu pelayanan kesehatan menjadi semakin nyata, demikian pula audit yang dilakukan pihak lain, baik secara formal maupun secara adhoc sangat memerlukan akses yang cepat kepada data pelayanan untuk kemudian dapat dilakukan analisa secara obyektif.
Manajemen Mutu
Manajemen mutu adalah upaya untuk mencapai suatu standard pelayanan yang sesuai dengan definisi praktek kedokteran yang baik dan benar menurut komunitas kedokteran professional. Manajemen mutu digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Pada awalnya pasien dan pihak yang berkepentingan akan pulihnya kesehatan pasien sudah senang apabila pasien sembuh. Dengan berkembangnya konsep cost effectiveness analysis, maka banyak pihak yang berkepentingan mulai mempertanyakan biaya pengobatan dan pelayanan, lama pengobatan, efek samping, sampai kepuasan pasien, bahkan kenikmatan (comfort) selama dalam pelayanan. Indikator mutu pelayanan kesehatan yang sederhana seperti case survival rate, lama hari perawatan, biaya perawatan, sampai rasio manfaat atas biaya dari berbagai pilihan pengobatan dan pelayanan telah lama dikenal tetapi jarang digunakan oleh rumah sakit saat ini, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat. Kenyataan juga menceritakan bahwa indikator sederhana tidak dapat digunakan sendiri-sendiri lagi. Mutu pelayanan kesehatan menjadi semakin tergantung pada berbagai parameter yang makin lama makin semakin rumit. Produktifitas pelayanan kesehatan tidak dapat hanya diukur dengan jumlah konsultasi, jumlah hari perawatan. Produktifitas seharusnya dapat dilihat dari keberhasilan rumah sakit dan seluruh jajaran menyembuhkan dan/atau meringankan gejala sakit. Produktifitas rumah sakit dapat juga dicerminkan dari perasaan penderita bahwa mereka telah diperhatikan dan upaya terbaik dalam batas kemampuan manusia dan teknologi telah diupayakan untuk meringankan penderitaan mereka. Produktifitas juga diukur dari kemampuan jajaran rumah sakit mempertahankan martabat penderita dan keluarganya. Hal ini akan tercermin dalam respons positip apabila dilakukan survai kepuasan konsumen atas mutu pelayanan. Mutu fasilitas tidak dapat dicampuradukkan dengan mutu pelayanan. Pelayanan kasus diabetes mellitus tidak dapat dicampuradukkan dengan mutu pelayanan patah tulang pinggul. Semua bidang keakhlian kedokteran saat ini telah menetapkan pedoman tatalaksana kasus secara detail dengan mana kinerja pelayanan pasien diukur sangat detail dan spesifik. Penambahan prosedur tetap / standard operating procedure / protap semakin lama semakin banyak. Mutu pelayanan kesehatanpun semakin lama semakin dituntut memenuhi ukuran mutu pelayanan secara detail dan sangat spesifik.
2
Pengukuran mutu dapat dilakukan dengan analisa data pelayanan, tetapi banyak pengamatan mutu tidak dapat dilakukan hanya dengan analisa data pelayanan. Penilaian mutu pelayanan harus pula dilakukan dengan melakukan survai kepuasan pasien, dan survai pekerja kesehatan menurut kelompok-kelompoknya dan melakukan analisa dan uji statistik atas data yang dikumpulkan tersebut.
Struktur dan Proses dalam Manajemen Mutu
Kompleksitas manajemen mutu yang menyangkut dimensi struktur dan proses mencakup persyaratan kelayakan usaha dan kemampuan mempertahankan kelangsungan usaha. Jelas perlu terlihat sejauh mana rumah sakit memonitor kesehatan usahanya berdasarkan kemampuan mempertahankan kelayakan usaha dan kelangsungan usahanya. Apakah ada masalah dalam likuiditas, solvabilitas, kemampuan keuangan, kemampuan mendapatkan pinjaman uang untuk perluasan usaha, kinerja keuangan, kemampuan bersaing dan bertahan, dan selalu meremajakan kemampuan fasilitas. Bagaimana komposisi dan kekompakan para pemegang saham? Bagaimana kekompakan dan kebersamaan para dokter? Bagaiman budaya kerja di rumah sakit? Bagaimana tingkat kepuasan pekerja di rumah sakit? Bagaimana hasil audit akuntan publik? Apakah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa manajemen menghalalkan segala cara? Apakah ada tanda-tanda bahaya moral (moral hazard ) dalam praktek kedokteran dalam manajemen? Apakah komite etik kedokteran dirumah sakit efektif? Apakah dokter praktek taat pada GMP dan bersedia hasil kerjanya juga dapat diperiksa oleh dokter lain (Azas auditabilitas dan akuntabilitas). Beberapa indikator struktur dan proses yang dapat disajikan dengan mudah adalah: Jenis rumah sakit, jumlah tempat tidur dan kelas-kelas yang tersedia, ? ? Administrator dan tim dokter, penuh waktu atau paruh waktu, ? Unit Pelaksana Fungsional yang ada, Tenaga Perawat menurut kwalifikasi, penuh waktu atau paruh waktu. ? ? Tenaga Penunjang Medik lain menurut kwalifikasi, penuh waktu atau paruh waktu, Lokasi, cara menghubungi, kemudahan komunikasi, ? ? Statistik pemakaian seperti statistik kunjungan, kunjungan IGD, kelahiran, Hari perawatan rata-rata, ? Waktu tunggu rata-rata untuk tindakan elektif, dan lain-lain. ?
Aksesibilitas
Mutu pelayanan juga dapat dinilai dari aksesibilitas rumah sakit. Apabila uang bukan masalah yang utama, maka mutu pelayanan lebih dijelaskan oleh situasi apakah penderita mengalami kesulitan untuk membuat perjanjian kunjungan. Apakah perjanjian yang telah dibuat (booking ) dapat ditepati? Berapa lama waktu tunggu sebelum dilayani. Seandainya akan dilakukan tindakan pembedahan, apakah harus menunggu beberapa waktu atau
3
dapat dilakukan secara cepat. Salah satu keluhan pada National Health System di Inggeris adalah lamanya waktu tunggu bila harus menjalani tindakan bedah elektif. Apakah rumah sakit mudah dicapai? Apakah fasilitas parkir memadai? Semua ini adalah indikator mutu pelayanan yang harus diperhatikan. Dari dimensi proses pelayanan dapat diukur mutu menurut kemudahan memperoleh pelayanan. Apakah ada waktu tunggu yang panjang untuk pelayanan? Apakah audit menemukan ada pasien yang kadapatan memberikan tip kepada perawat agar urutan antriannya dalam memperoleh pelayanan didahulukan? Apakah ada hambatan-hambatan untuk memperoleh pelayanan dan apa bentuk hambatan tersebut? Apakah rasio jumlah pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah tenaga dan jumlah modal telah mencerminkan produktifitas?
Kebersihan, Ketenteraman, Keteraturan Dan Kenyamanan
Rumah sakit adalah tempat dimana penderita mengharapkan kesembuhan gejala sakit, keringanan penderitaan, dan kalau harus meninggal dunia, meninggal dunia dengan tenang dan penuh harga diri. Kondisi rumah sakit yang menunjukkan bahwa unsur dasar kepuasan dan kenyamanan yaitu kebersihan, ketenteraman, dan keteraturan rumah sakit terpenuhi akan meningkatkan penilaian konsumen atas mutu pelayanan. Apakah yang dapat ditunjukkan rumah sakit secara empiris kepada calon konsumen bila kebetulan membaca informasi tentang rumah sakit? Apakah yang harus dibuat agar (calon) pelanggan memperoleh kesan baik sebelum datang, kesan baik sewaktu tiba, kesan baik sesudah pulang, dan kesan baik selama dalam masa pemulihan? Kebersihan, ketenteraman, keteraturan dan kenyamanan adalah unsur terpenting!
Catatan Medik
Awal dari terselenggaranya manajemen mutu di rumah sakit adalah dari praktek kedokteran yang baik dan benar (Good Medical Practice = GMP). Pemeriksaan selalu diakhiri dengan penegakan diagnosa kerja yang baik. Kesimpulan didukung oleh data dan fikiran yang masuk akal. Catatan medik transparan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan yang mengisinya mempertanggungjawabkan sepenuhnya bahwa catatan medik yang telah dibuatnya mencerminkan keadaan penderita yang sesungguhnya. Catatan medik yang baik akan dapat mengungkapkan berbagai indikator proses maupun indikator outcome. Berapa lama baru dilayani, pola penyakit yang dilayani, lama hari perawatan rata-rata, infeksi sekunder, komplikasi perawatan, program rehabilitasi, semua ini membutuhkan proses pencatatan pelayanan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menghasilkan
4
laporan skala terbatas dan yang dipublikasi secara luas maupun yang ditargetkan kepada audience tertentu.
Audit Mutu
Mengingat banyaknya kepentingan yang berbenturan di rumah sakit, maka data pelayanan harus terjamin kerahasiannya. (“tampered proof”). Catatan tidak boleh dirubah atau dihilangkan oleh siapapapun. Sarana SIMRS modern telah memungkinkan pemantauan jejak pemakai data secara digital. Tinggal mau menggunakan fasilitas tersebut atau tidak. Bila catatan medik diubah, atau diremajakan, SIMRS dapat menunjukkan catatan otentik (tampered proof ) kapan perubahan itu terjadi, dan dilakukan oleh siapa? Demikian pula dengan mudah dapat dilihat hubungan diagnosa dengan pemeriksaan, hubungan diagnosa dengan pengobatan yang diberikan, pemakaian antibiotika yang berlebihan, pemborosan pemekaian roboransia. Ciri lain dari SIMRS modern adalah tersedianya fasilitas uji proses pelayanan kesehatan yang lebih mudah dan lebih cepat. Uji proses dilakukan dilakukan dengan mengacu pada suatu benchmark tertentu. Hasil pengujian mutu ini harus dapat pula disajikan secara dinamis pada publikasi rumah sakit terutama pada publikasi yang berada di web site. Hal ini akan memudahkan berbagai pihak yang berminat menggunakan jasa pelayanan menilai secara obyektif mutu pelayanan di rumah sakit. Khususnya bagi perusahaan asuransi kesehatan atau jaminan pelayanan kesehatan kemudahan menilai kemampuan dan mutu pelayanan rumah sakit dan mengkomunikasikannya dengan berbagai pihak pihak yang berkepentingan akan memudahkan pemasaran jasa pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit. Parameter audit mutu seperti ALOS, CFR, insidensi infeksi nosokomial tetap harus dapat disajikan dengan cepat setiap saat.
Peran Komputerisasi SIMRS Dalam Audit Mutu
Prinsip pertama audit mutu adalah memeriksa apakah indikator mutu menurut struktur, proses dan output dapat diperoleh secara lengkap dan waktu yang singkat. Manajemen mutu di rumah sakit dapat saja dilakukan tanpa komputerisasi, asal ada SIMRS yang efektif. Akan tetapi pelayanan kesehatan yang makin luas dan rumit meningkatkan kompleksitas indikator mutu menurut deret ukur. Oleh karena itu sejalan dengan makin luas dan rumitnya manajemen mutu, komputerisasi SIMRS semakin dituntut. Jadi SIMRS secara manual dapat dijalankan selama proses pelayanan masih sederhana, sistim pembayaran langsung, dan tuntutan pihak ketiga dan pihak pemerintah atas audit mutu terbatas. Akan tetapi dengan semakin meningkat dan meluasnya pelayanan
5
kesehatan, penyajian dan penggunaan indikator mutu pelayanan harus tepat waktu. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain daripada melakukan komputerisasi SIMRS. Komputerisasi akan mempercepat pengolahan data dan uji statistik. Komputerisasi akan memungkinkan penyajian uji benchmark pelayanan kesehatan dan publikasi hasilnya secara cepat di web untuk mendukung upaya meningkatkan citra rumah sakit. Kemampuan menyajikan hasil berbagai indikator struktur, proses dan mutu secara dinamis dan membuat informasi tersebut tersedia, mudah dibaca, dan dapat digunakan berbagai pihak yang berkepentingan akan memudah proses pelayanan dan menaikkan angka akreditasi rumah sakit.
Meningkatkan Nilai Tambah Melalui Proses Audit Mutu Pelayanan
Apakah rumah sakit dapat memperole h nilai tambah dari meningkatnya kecepatan dan ketepatan pengolahan data dan audit mutu pelayanan? Secara ideal ya, akan tetapi dalam proses perkembangannya audit mutu pelayanan di rumah sakit tidak selalu diterima dengan baik karena audit mutu mempertanyaakan segala hal mengenai struktur, proses dan output / outcome. Kata mempertanyakan bukanlah kata yang populer dilingkungan tatanan manajemen yang sudah mapan (well entrenched ). Pertanyaan selalu dapat diartikan sebagai sikap kurang percaya bahwa tingkat produktifitas dan mutu masih dibawah batas optimal dan harus ditingkatkan. Temuan audit mutu selalu menganjurkan perubahan menuju perbaikan. Sungguhpun perubahan menuju perbaikan ini meningkatkan nilai tambah dan kepuasan pelanggan, perubahan ini tidak selalu popular dikalangan dokter dan pekerja kesehatan. Sebagai bagian dari manajemen yang lebih luas, perubahan yang menuju perbaikan mutu pelayanan sangat dinantikan. Hanya dengan perubahan yang meningkatkan nilai tambah ini saja investasi dalam proses aud it mutu dan SIMRS dapat dipertanggungjawabkan (justified). Publikasi berbagai indikator struktur, proses dan output dan hasil audit mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit akan membantu manajemen rumah sakit melakukan benchmark dengan standard tertentu. Apabila dalam benchmark tersebut rumah sakit berada dalam posisi yang lebih baik favourable), ( maka manajemen rumah sakit akan mempunyai posisi tawar yang lebih baik ketika berhubungan dengan Penjamin Pihak Ketiga maupun ketiga berhubungan dengan Badan Akreditasi yang opininya diakui oleh dunia usaha (misalnya sertifikasi ISO 9002) dalam menentukan mutu rumah sakit .
Penutup
Catatan medik yang baik adalah bahan utama auditabilitas mutu pelayanan. Catatan medik dalam konteks SIMRS juga menjadi dasar akuntabilitas penyelengga ra pelayanan. Tanpa catatan medik yang baik dan mudah dianalisa, maka upaya meningkatkan manajemen mutu dan audit mutu pelayanan adalah impian.
6
Hanya dengan auditabilitas catatan medik maka upaya peningkatan mutu dengan membuat penyelenggara pelayanan kesehatan accountable untuk setiap pelayanan, diagnostic, tindakan, follow up, dan upaya pemulihan kesehatan dapat dilakukan. Upaya peningkatan mutu pelayanan hanya dengan mengandalkan rekrutmen medikus praktikus terkenal atau populer tanpa auditabilitas catatan medik dan akuntabilitas tindakan penyelenggara pelayanan hanya merupakan sebuah ilusi. Jadi auditabilitas catatan medik dan akuntabilitas tindakan setiap penyelenggara pelayanan sebagai upaya menegakkan pelayanan kesehatan bermutu dalam konteks SIMRS adalah hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Komputerisasi SIMRS akan memudahkan dan mempercepat terselengaranya manajemen mutu dan audit mutu pelayanan yang bernilai tambah. Paramater mutu global seperti ALOS, insidensi infeksi nosokomial, insidensi ESO, indeks pemakaian antibiotika, hubungan diagnosa kerja dengan pemeriksaan, resep, tindakan tetap harus tersedia disamping indikator non-medis dan kenyamanan penderita selama dalam proses pelayanan dan perawatan.
7
Lampiran
1
.
Contoh
Format
Layanan
Professional
Jenis
Pelayanan
Unit Khusus Fasilitas atau Pelayanan
Tempat Tidur
General medical and surgical care (adult)
376
General medical and surgical care (pediatric)
49
Obstetric care
22
Medical/surgical intensive care
26
Cardiac intensive care
14
Neonatal intensive care
8
Neonatal intermediate care
12
Pediatric intensive care
8
Burn care
6
Other special care
11
Other intensive care
8
Rehabilitation care
23
Alcohol/drug abuse or dependency inpatient care
18
Psychiatric care
26
Skilled nursing care
20
Intermediate nursing care
55
Acute long term care
23
Other long-term care
10
Other care
6
8
Radiologi / Kedokteran Nuklir / Imaging ?
Radiation therapy
?
Computed-tomography (CT) scanner
?
Diagnostic radioisotope facility
?
Magnetic resonance imaging (MRI)
?
Positron emission tomography (PET)
?
Single photon emission computerized tomography (SPECT)
?
Ultrasound
Layanan Lain (alphabetical order) ?
Adult day care program
?
Alcohol/drug abuse or dependency outpatient services
?
Ambulance Services
?
Angioplasty
?
Arthritis treatment center
?
Assisted living services
?
Auxiliary services
?
Birthing room / LDR room / LDRP room
?
Breast cancer screening / mammograms
?
Cardiac catheterization laboratory
?
Case Management
?
Certified trauma cen ter
?
Child wellness program
?
Chiropractic services
?
Community outreach
?
Complementary medicine services
?
Crisis prevention
?
Dental services
?
Emergency department
?
Enabling services
9
?
End of Life services
?
Enrollment Assistance services
?
Extracorporeal shock-wave lithotripter (ESWL)
?
Fitness center
?
Freestanding outpatient center
?
Geriatric services
?
Health Fair
?
Health information center
?
Health screenings
?
Hemodialysis
?
HIV/AIDS services
?
Home health services
?
Hospice
?
Hospital-base outpatient care center / services
?
Meals on wheels
?
Nutrition programs
?
Occupational health services
?
Oncology services
?
Open-heart surgery
?
Outpatient surgery
?
Pain Management Program
?
Palliative Care Program
?
Patient education center
?
Patient representative services
?
Physical rehabilitation outpatient services
?
Primary care department
?
Psychiatric child / adolescent services
?
Psychiatric consultation / liaison services
?
Psychiatric education services
10
?
Psychiatric emergency services
?
Psychiatric geriatric services
?
Psychiatric outpatient services
?
Psychiatric partial hospitalization program
?
Reproductive health
?
Retirement housing
?
Sleep Center
?
Social work services
?
Sports medicine
?
Support groups
?
Teen outreach services
?
Tobacco Treatment/Cessation Program
?
Transplant services
?
Transportation to health facilities
?
Urgent care center
?
Volunteer services department
?
Women's health center services
Perijinan ?
Accreditation by Joint Organizations (JCAHO)
dan Commission
Akreditasi on
Accreditation
of
Health
Care
?
Cancer program approved by American College of Surgeons
?
Residency training approval by Accreditation Council for Graduate Medical Education
?
Hospital-Controlled professional nursing school reported by National League for Nursing
?
Accreditation by Commission on Accreditation of Rehabilitation Facilities (CARF)
?
Member of Council of Teaching Hospitals of the Association of American Medical Colleges (COTH)
?
Blue Cross contracting or participating
11
?
Medicare certification by the U.S. Department of Health and Human Services
?
Accreditation by American Osteopathic Association
?
Internship approved by American Osteopathic Association
?
Residency approved by American Osteopathic Association
?
Registered Osteopathic Hospital (member of AOHA)
?
Registered Osteopathic Hospital (non-member of AOHA)
?
Catholic church operated
?
Member of Federation of American Health Care Systems
Tenaga Keperawatan
Full Time Registered Nurses (RNs): Part-time Registered Nurses (RNs): Full-time Licensed Practical Nurses (LPNs): Part-time Licensed Practical Nurses (LPNs):
78 114 104 66
Ringkasan Statistik Pemakaian
Total Admissions: Inpatient surgical operations: Total Births: Total Nursing Home Admissions: Emergency Room Visits: Total Outpatient Visits: Outpatient surgical operations:
19,282 6,427 6,570 1,187 38,564 153,486 6,724
12
Lampiran 2 . Contoh Format Pelayanan Rawat Inap Beberapa indikator pelayanan rawat inap yang dapat disajikan dengan mudah adalah: Trend jumlah penderita, case mix, medical-surgical mix dalam tiga tahun terakhir ? Top 10 asal penderita menurut kode pos ? Top 20 diagnostik (diagnostic reference groups) menurut jumlah, ALOS, Biaya ? rata-rata) Ciri diagnostik yang jumlahnya melebihi 10 kasus bulan ini menurut jumlah, ? ALOS, Biaya rata-rata. Statistik kunjungan menurut jenis pelayanan (penyakit dalam, kebidanan, anak, ? bedah, neurologi, dan sebagainya)
Contoh Trend Pemakaian (Data diambil dari Medicare Provider Analysis and Review (MedPAR) file) menurut tahun fiskal
FY 1997
FY 1998
FY 1999
Medicare Discharges
8,002
8,213
8,324
Case Mix Index
1.2974
1.3657
1.4376
Percentage Medical
67.9%
64.1%
68.2%
Percentage Surgical
32.1%
35.9%
31.8%
Contoh Asal Penderita (Data diambil dari Hospital Market Service Area File pada tahun fiskal yang berakhir tanggal 12/31/2001) Kode Pos
Admisi
Hari Perawatan
Tagihan
40220
976
6,053
$11,305,089
40207
973
5,844
$11,241,820
40218
647
4,028
$7,524,058
- - - dst. Untuk 10 Kode Pos dengan admis i tertinggi - - -
Kode Pos Lainnya
5,462
35,193
$69,427,788
Totals
11,521
73,590
$142,027,632
Contoh Statistik Top 20 DRGs (Data diambil dari Medicare Provider Analysis and Review (MedPAR) untuk tahun fiskal s/d 9/30/2000)
13
Number Average Average Average Twenty most frequent Average Medicare Length Reimbursed Cost Diagnosis Related Groups Charges Inpatients of Stay (Note 1) (Note 2) 127 - Heart Failure and Shock
437
7.1
$6,944
$3,695
$2,539
462 – Rehabilitation
426
17.2
$12,332 $8,768
$5,856
- - - dst. Untuk Top 20 DRGs (mewakili sekitar 50% penderita) - - -
All Other DRGs
4,237
6.9
$10,302 $5,501
$6,854
TOTALS
8,324
8.1
$9,952
$5,345
$5,713
Note 1 - Average reimbursement is the amount paid to the provider and/or patient by Medicare for the services reported on the bill. This amount does not include capital pass-thru amount, indirect medical education amount (IME), or kidney acquisition amount. In addition, it excludes amounts paid by or on behalf of the patient. Reimbursement for patients covered under Medicare HMOs is not included. Note 2 - Costs are calculated for each patient on the basis of ratios of costs to charges for routine services and ancillary areas. These are presented in another report: (Part 2- Financial Statistics / Routine Service Costs / Ratio of Costs to Charges).
14
Lampiran 2 . Beberapa Parameter Mutu Pelayanan ALOS
Average Length of Stay
ESO
Insidensi Obat
HAI
Hospital Acquired Infection
Jumlah penderita rawat inap yang tertular infeksi baru setelah penderita tersebut dirawat inap dalam satu perioda dibagi jumlah jumlah pasien yang keluar dari rawat inap selama perioda tersebut (tahun)
Indeks AB
Indeks Antibiotika
Jumlah pasien yang mendapatkan resep antibiotika dibandingkan jumlah seluruh pasien yang mendapatkan resep
CFR
Case Fatality Rate
Jumlah penderita yang dilayani dan berakhir dengan kematian dalam satu perioda per 1000 orang penderita yang keluar dari rawat inap selama perioda tersebut (tahun)
MMR
Maternal Mortality Rate
Jumlah ibu yang meninggal sewaktu melahirkan dari 10.000 kejadian ibu mengahiri kehamilan cukup bulan
Efek
Jumlah hari perawatan dalam satu perioda dibagi jumlah pasien yang keluar dari rawat inap selama perioda tersebut (tahun)
Samping Jumlah penderita yang mengalami gejala efek samping pada pemberian obat tertentu dengan dosis terapeutik selama satu perioda dibagi jumlah penderita yang menerima obat tersebut
hubungan diagnosa kerja dengan pemeriksaan, resep, tindakan tetap harus tersedia disamping indikator non-medis dan kenyamanan penderita selama dalam proses pelayanan dan perawatan.
15