PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS SUPERIOR DASAR TEORI
Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah : A. Goniometer
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yaitu gonia yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan pengukuransudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia.Ketika
menggunakan
universal
goniometer,
fisioterapis
dapat
mengukur
denganmenempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dandistal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendiyang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputijaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali data-datayang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada, kemampuanfungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian dilanjutkandengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi kulit.Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan lunakdan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri. Pengukuranantropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh juga dilakukan.Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuatfisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkaninformasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakanaktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasifuntuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end feel . Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasaruntuk : 1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi 2. Menegakkan diagnosis 3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi
4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi 5. Memodifikasi intervensi 6. Memotovasi subjek 7. Mengetahui
efektifitas
suatu
tehnik
terapeutik
khusus
seperti
latihan-latihan,
obatobatan,dan prosedur pembedahan. 8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi.
M oti on (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS) B. R ange Of Mo ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untukmengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM adatiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 – 180 derajat,yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat.Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada padaposisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam posisianatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara medial(internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROMdimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini adalahyang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923 dantelah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy ofOrthopaedic Surgeons, Surgeons, dan American Medical Association.Dua Association.Dua sistem pencatatan yang lainnya lainn ya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur padaposisi anatomis, ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360derajat juga diukur pada posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajatdan berge rak menuju 0 derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat danbergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengertidibandingkan sistem pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebutjarang digunakan. C. End Feel
Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapasendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasangerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi danjaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa,yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorangyang
melakukan
pemeriksaan
pada
akhir
ROM
pasif
tersebut
dinamakan
end
feel .
Untukmengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihandan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untukmerasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel danabnormal end feel.
Tabel 1 End feel normal (fisiologis)
E ndfeel Soft
Firm
Jaringan Penjepitanjaringanlunak
Reganganotot
Contoh Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian posteriorbetisdanbadianposteriorpaha)
Fleksi hip dengan knee lurus (regangan otothamstring) Ekstensi metakarpophalangeal (regangankapsulanterior)
jari-jari
Regangankapsulsendi Supinasi lengan (regangan ligamen palmar radioulnar dari inferiorradioulnar joint,membraninteroseus,serabutobliq) Reganganligamen Ekstensielbow(benturanantaraolecranon ulnadanfosaolecranonhumerus) Hard
Benturantulang
Tabel 2 End feel abnormal (patologi)
E ndfeel Soft
Firm
Terjadi pada sendi yang biasanya memiliki firm atau hard end feel , terasaempuk. Terjadi pada sendi yang biasanya
Contoh Oedemajaringanlunak
synovitis Peningkatantonosotot
memiliki soft atauhardendfeel Pemendekanotot,kapsul,ligamen Hard Empty
Adanyaserpihantulangatauterasa benturantulang. Bukan end feel sebenarnyakarena nyeri mencegah tercapainyaakhir ROM. Terasa tidak adatahanan kecuali respon proteksi daripasien atauadanyaototspasme.
Chondromalasia Osteoarthritis Dislokasi Myositisossifikansdanfraktur Inflamasisendiakut Bursitis Abses Fraktur Phycogenicdisorder
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan ROM regio shoulder 2. Pemeriksaan ROM regio elbow 3. Pemeriksaan ROM regio wrist & hand
SASARAN BELAJAR
Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada ekstremitas atas sertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus:
1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS
2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi 3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi 4. Membantu menentukan tindakan terapi 5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi 6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar a. Anatomi dasar b. Fisiologi dasar 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign a. Komunikasi b. Informed consent
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Universal Goniometer
Gambar 1. Ragam Goniometer 2. Formulir Hasil Pengukuran 3. Alat tulis
PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan alat a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan. b. Menyiapkan goniometer c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS 2. Persiapan terapis a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan. c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih. 3. Persiapan pasien a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa. b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan.
4. Pelaksanaan pemeriksaan a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan. b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien. c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah). d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan. e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien.
f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi. g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan. h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur. i.
Meletakkan goniometer : 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
j.
Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM.
k. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut: 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmentubuh yang bergerak. l.
Membaca
besaran
LGS
mendokumentasikannyadengan
pada notasi
posisi
LGS
International
maksimal
Standard
dan
Orthopedic
Measurement (ISOM).
PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR
DASAR TEORI
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian
depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Parameter nilai ROM normal untuk ektremitas inferior adalah : 1. Hip Joint o
a. Fleksi
: 0 – 120
b. Ekstensi
: 5 – 20
c. Abduksi
: 0 – 40
d. Adduksi
: 0 – 25
o o o
e. Internal rotasi (knee 90 )
o
: 0 – 45
o
: 0 – 45
f.
Eksternl rotasi (knee 90 )
o o o
g. Internal rotasi (knee ekstensi) : 0 – 35
o
h. Eksternal rotasi (knee ekstensi): 0 – 45 2. Knee Joint o
a. Fleksi
: 0 – 135 +
b. Ekstensi
:0
o
3. Ankle and Foot o
a. Dorsofleksi
: 0 – 15
b. Plantarfleksi
: 0 – 55
c. Inversi
: 0 – 20
d. Eversi
: 0 – 10
e. Fleksi MTP
: 0 – 40
f.
o o o o o
Ekstensi MTP : 0 – 65
o
g. Fleksi IP
: 0 – 60
h. Ekstensi IP
:0
o
TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan pengukuran ROM untuk ekstremitas inferiorsertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mahasiswamampu mempersiapkan alat dan klien untuk pengukuran ROM ektremitas
inferior. 2. Mahasiswa mampu memberikan instruksi dan melakukan pengukuran ROM 3. Mampu membaca hasil pengukuran ROM, menuliskan hasil menggunakan teknik ISOM,
serta mengintrepretasikannya.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar (otot, sendi,saraf)
b. Biomekanik c. Keterampilan menggunakan Goniometer 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan sensorik a. Komunikasi b. Informed consent MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Daftar panduan CSL 2. Status penderita, alat tulis 3. Goniometer 4. Audio-visual
DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan
Waktu
1. Pengantar 2.
Bermain
jawab
5 menit peran
tanya
20 menit
Deskripsi
Pengantar 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Instruktur memberikan contoh bagaimana cara melakukan setiap pengukuran ROM. Satu orang sebagai pemeriksa dan satu sebagai klien. Mahasiswa menyimak dan mengamati. 3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan instruktur memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang penting. 4. Mahasiswa dapat menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti
menanggapinya.
dan
instruktur
3. Praktek bermain peran
60 menit
dengan umpan balik
1. Mahasiswa dibagi berpasangan-pasangan 2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai pemeriksa dan satu orang sebagai klien 3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan check list 4. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali.
4. Curah pendapat/ diskusi
15 menit
1. Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasa mudah , apa
yang
sulit.
Menanyakan
bagaimana
perasaan mahasiswa yang berperan sebagai klien.
Apa
yang
dapat
dilakukan
oleh
pemeriksa agar klien merasa lebih nyaman 2. Instruktur menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti. Total waktu
100 menit
PENUNTUN PRAKTEK PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR NO
LANGKAH/PROSEDUR PEMERIKSAAN Pengukuran ROM Hip Joint
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2
Memposisikan klien dengan posisi tidur
3 4 5 6
ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan abduksi ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan adduksi
o
7
8
9
ROM internal rotasi dengan knee 90 : memposisikan klien tidur terlentang, o memfleksikan sendi hip dan knee 90 , meletakkan goniometer di tuberositas tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi o ROM eksternal rotasi dengan knee 90 : memposisikan klien tidur terlentang, o memfleksikan sendi hip dan knee 90 , meletakkan goniometer di tuberositas tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi
10
ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi
11
Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya Pengukuran ROM Knee Joint
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2
Memposisikan klien dengan posisi tidur
3
4 5
ROM fleksi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi ROM ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer d i epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya Pengukuran ROM Ankle and Foot
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2
Memposisikan klien dengan posisi tidur atau duduk
3
4
5
ROM dorsofleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan dorsofleksi ROM plantarfleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan plantarfleksi ROM inversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut o fleksi 90 , meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan inversi
6
7
8
9
10 11
ROM eversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut o fleksi 90 , meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan eversi ROM fleksi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah fleksi MTP ROM ekstensi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah ekstensi MTP ROM fleksi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah fleksi IP ROM ekstensi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah ekstensi IP Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya
PEMERIKSAAN ROM VERTEBRA DASAR TEORI
Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah : A. Goniometer
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur dengan menempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dan distal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendi yang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi. Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali
data-data yang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada, kemampuan fungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian dilanjutkan dengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi kulit. Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan lunak dan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri. Pengukuran antropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh juga dilakukan. Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuat fisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkan informasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakan aktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasif untuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end-feel . Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasar untuk : 1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi 2. Menegakkan diagnosis 3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi 4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi 5. Memodifikasi intervensi 6. Memotovasi subjek 7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan, obatobatan, dan prosedur pembedahan. 8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi.
B. Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS)
ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untuk mengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM ada tiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 – 180 derajat, yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat. Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada pada posisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam
posisi anatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara medial (internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROM dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923 dan telah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy of Orthopaedic Surgeons, dan American Medical Association. Dua sistem pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur pada po sisi anatomis, ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360 derajat juga diukur pada posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengerti dibandingkan sistem pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebut jarang digunakan.
C. End Feel
Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi dan jaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa, yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorang yang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel . Untuk mengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihan dan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untuk merasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel dan abnormal end feel.
Tabel 1 End feel normal (fisiologis)
E ndfeel Soft
Firm
Jaringan Penjepitanjaringanlunak
Reganganotot
Contoh Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian posteriorbetisdanbadianposteriorpaha)
Fleksi hip dengan knee lurus(regangan otothamstring)
Ekstensi metakarpophalangeal (regangankapsulanterior)
jari-jari
Regangankapsulsendi Supinasi lengan (regangan ligamen palmar radioulnardari inferiorradioulnar joint,membraninteroseus,serabutobliq) Reganganligamen Ekstensielbow(benturanantaraolecranon ulnadanfosaolecranonhumerus) Hard
Benturantulang
Tabel 2 End feel abnormal (patologi)
E ndfeel Soft
Firm
Terjadipadasendi yang biasanya memiliki firm atauhard end feel , terasaempuk. Terjadipadasendi yang biasanya memiliki soft atauhardendfeel
Contoh Oedemajaringanlunak
synovitis Peningkatantonosotot Pemendekanotot,kapsul,ligamen
Hard Empty
Adanyaserpihantulangatauterasa benturantulang. Bukan end feel sebenarnyakarena nyerimencegahtercapainyaakhir ROM. Terasatidakadatahanan kecualiresponproteksidaripasien atauadanyaototspasme.
Chondromalasia Osteoarthritis Dislokasi Myositisossifikansdanfraktur Inflamasisendiakut Bursitis Abses Fraktur Phycogenicdisorder
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan ROM regio cervical 2. Pemeriksaan ROM regio lumbar
SASARAN BELAJAR
Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada ekstremitas atas serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus:
1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS 2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi 3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi 4. Membantu menentukan tindakan terapi 5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi 6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar a. Anatomi dasar b. Fisiologi dasar 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign a. Komunikasi
b. Informed consent MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Universal Goniometer
Gambar 1. Ragam Goniometer 2. Formulir Hasil Pengukuran 3. Alat tulis
PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan alat a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan. b. Menyiapkan goniometer c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS 2. Persiapan terapis d. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran e. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan. f. Memakai pakaian yang bersih dan rapih. 3. Persiapan pasien c. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa. d. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan
4. Pelaksanaan pemeriksaan a.
Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan.
b.
Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien.
c.
Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah).
d.
Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.
e.
Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien.
f.
Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi.
g.
Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan.
h.
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
i.
Meletakkan goniometer : 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal a.
Membaca
besaran
LGS
pada
posisi
awal
pengukuran
dan
mendokumentasikannya dengan notasi ISOM. b.
Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:
4) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 5) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 6) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak.
a. Membaca
besaran
LGS
mendokumentasikannya
pada
dengan
posisi notasi
LGS
maksimal
International
Standard
Orthopedic Measurement (ISOM). PROSES PENGUKURAN RANGE OF MOTION (ROM) VERTEBRA
NO.
LANGKAH / PROSEDUR PEMERIKSAAN
CERVICAL Fleksi Cervical
1
Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus
3
Ukur ROM fleksi cervical ILUSTRASI GAMBAR
EkstensiCervical
1
Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus
3
Ukur ROM ekstensi cervical ILUSTRASI GAMBAR
dan
Rotasi Cervical
1
Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala (centre of the top of head )
3
Ukur ROM rotasi cervikal dengan orientasi moving arm pada hidung ILUSTRASI GAMBAR
Lateral fleksi cervical
1.
Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis processus spinosus C7
3
Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada protuberaatia occipital external (POE) dari os.occipital ILUSTRASI GAMBAR
TRUNK / LUMBAR SPINE Fleksi trunk
1.
Subjekdalamposisiberdiri
tegak
posisi
anatomis,
posisi
tangan
menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1
3
Arahkan subjek untuk membungkuk maiksimal (fleksi vertebra)
4.
Ukur ROM fleksi trunk dengan dengan membandingkan posisi awal dan akhir ILUSTRASI GAMBAR
Hyperekstensi trunk
1
Subjekdalamposisiberdiri menggantung, bahu rileks.
tegak
posisi
anatomis,
posisi
tangan
2
Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1
3
Arahkan subjek untuk ekstensi vertebra maksimal
ILUSTRASI GAMBAR
Lateral fleksi trunk
1
Subjekdalamposisiberdiri
tegak
posisi
anatomis,
posisi
tangan
menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis processus spinosus S1
3
Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada processus spinosus c7 ILUSTRASI GAMBAR
Rotasi Trunk
1
Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala 2
(centre of the top of head )
3
Ukur ROM rotasi trunk dengan orientasi moving arm pada hidung ILUSTRASI GAMBAR