Pengertian Pengertian Eksplorasi
Secara umum pengertian eksplorasi adalah mengetahui, mencari dan menilai suatu endapan mineral. Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai letak, sifat-sifat, bentuk, cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari endapan bahan galian. Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun realm yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, sedangkan istilah eksplorasi geologi adalah mencari tahu tentang keadaan suatu objek geologi yang umumnya berupa cebakan mineral. Koesoemadinata (1995) mengibaratkan eksplorasi dengan sebuah per buruan. Seorang ahli geologi atau seorang ahli eksplorasi dipersamakan dengan pemburu. Pemburu tersebutharus dapat memperhatikan model binatang yang diburu, habitat di mana buruan itu hidup, petunjuk-petunjuk atau jejak-jejak yang ditinggalkannya, kelemahan dan kekuatan dari binatang tersebut, senjata yang ampuh untuk merobohkannya, serta strategi untuk dapat sampai mendekati sasaran dalam jarak tembak. Tujuan dari eksplorasi adalah untuk menemukan serta mendapatkan sejumlah maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu seminimal mungkin (to find and acquire a maximum number of new economic mineral deposits within a minimum cost and in a minimum time (Baily, time (Baily, 1968 dalam Koesoemadinata 1995). Konsep Eksplorasi
Koesoemadinata (1995) menyebutkan bahwa untuk melakukan eksplorasi atau pencarian suatu cebakan, seseorang yang bekerja di bidang eksplorasi ini harus mempunyai bayangan tentang apa yang akan dicari, di daerah mana akan dicari serta metoda dan sistem apa yang efektif digunakan, dengan kata lain harus memiliki konsep. Konsep ini akan digunakan sebagai dasar suatu sistem pencarian. Terakhir adalah menentukan metoda untuk melacak, sehingga secara singkat konsep eksplorasi akan merumuskan strategi dan taktik serta program kegiatan eksplorasi. Dalam melakukan eksplorasi, ada 2 (dua) macam pendekatan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan modern/ scientific. scientific. Pendekatan tradisional meliputi prospeksi (pelacakan/penyisiran langsung terhadap obyek yang dicari) dan eksplorasi (mencari tahu akan kelanjutan suatu singkapan dari obyek (endapan) yang dicari secara lateral maupun ke dalam).Pendekatan modern/ scientific merupakan scientific merupakan eksplorasi geologi yang merupakan pencarian suatu objek geologi (endapan) secara ilmiah dan berencana. Metoda/teknik eksplorasi tidak dapat digunakan tanpa suatu konsep eksplorasi. Konsep eksplorasi menentukan sasaran eksplorasi sehingga pemakaian metoda dan teknik ekplorasi dapat tepat guna, efektif dan efisien. Dari persamaan pengertian antara eksplorasi dengan perburuan tersebut,maka dapat dikatakan bahwa eksplorasi geologi adalah pencarian suatu obyek geologi (dalam hal ini adalah endapan bahan galian) secara il miah dan berencana yang mencakup: 1.Model geologi dari endapan yang dicari atau dari lingkungan geologinya dimana endapan bahan galian itu biasanya berada 2.Strategi untuk pencarian itu 3.Pemilihan metoda yang akan dipakai, dan 4.Pertimbangan ekonomis.
Sebagai suatu aktifitas ekonomi, perencanaan suatu eksplorasi harus memenuhi t iga prinsip utama, yaitu : 1.Efektif , yaitu penggunaan metoda atau peralatan harus sesuai dengan sasaran eksplorasi. 2.Efisien, yaitu dari sisi waktu dan biaya dapat dilakukan secara efi sien. 3.Manfaat biaya(Cost-benefit ), yaitu eksplorasi ini harus memiliki nilai manfaat baik bagiperusahaan maupun bagi masyarakat sekitar (community development ).
Bahan Galian dan SNI Klasifikasi Sumberdaya/Cadangan
Berdasarkan draft Peraturan Pemerintah tentang Konservasi Bahan Galian, pasal 2a, yang dimaksud dengan bahan galian adalah unsur kimia, mineral, batuan dan bijih, termasuk batubara, gambut, bitumen padat, air tanah,panas bumi, mineral radioaktif yang terjadi secara alamiah dan mempunyai nilai ekonomis. Dan pasal 2b menyebutkan yang dimaksud dengan eksplorasi penyelidikan geologi adalah untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukan-nya penambangan. Jadi, eksplorasi mineral bertujuan untuk mendapatkan dan mengetahui kualitas dan kuantitas cebakan mineral sampai tingkat kepastian yang paling tinggi (Indarto dkk., 1999). Tingkat kepastian kualitas dan kuantitas sumberdaya mineral atau disebut juga Tingkat Keyakinan Geologi dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 13-4726-1998) tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan, yaitu (dari terendah s ampai tertinggi): (a) Sumberdaya Mineral Hipotetik, (b) Sumberdaya Mineral Tereka, (c) Sum berdaya Mineral Terunjuk, (d) Sumberdaya Mineral Terukur, (e) Cadangan Terkira, dan (f) Cadangan Terbukti. Tingkat Keyakinan Geologi ditentukan oleh tahapan e ksplorasi yang telah dilakukan, penerapan metoda, sumberdaya manusia dan peralatan yang digunakan. Konsep dan pentahapan eksplorasi bersifat dinamis, sesuai dengan data awal yang dimiliki,perkembangan metoda, teori dan pemodelan geologi empiris. Secara umum,tahapantahapan dalam eksplorasi mineral adalah sebagai berikut: Eksplorasi Pendahuluan, Eksplorasi Lanjutan, dan Eksplorasi Rinciyang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya . Kriteria Geologi dalam Eksplorasi Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai indikasi kuat akan terdapatnya mineral. Kriteria geologi meliputi kriteria stratigrafi, litologi, struktur, magmatogenik, geomorfologi, paleogeografi, paleoklimat, dan historis. Perencanaan eksplorasi hanya bisa dilakukan jika diketahui beberapa hal te rlebih dahulu, yaitu : 1.Apa yang dicari (formulasi obyektif serta spesifikasinya) 2.Dimana harus dicarinya (pada lingkungan geologi yang bagaimana) 3.Bagaimana cara mencarinya (strategi pentahapan serta metoda yang dipakai).
Dalam pencarian deposit mineral adalah tidak mungkin untuk memeriksa secara detail setiapluas daerah. Di suatu daerah yang terdapat indikasi kuat adanya sumberdaya mineral, maka dapat dilakukan pembatasan daerah prospek dengan memanfaatkan kriteria geologi. Menurut Kuzvart and Bohmer (1986), kriteria geologi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dugaan adanya keberadaan sumberdaya mineral yang ekonomis.
Beberapa kriteria geologi tersebut adalah kriteria stratigrafi, litologi, struktur, magmatogenik, metamorfogenik, geomorfologi, paleogeografi, iklim purba, dan sejarah geologi. 1.Kriteria stratigrafi Kriteria stratigrafi digunakan jika suatu endapan mineral ditemukan dalam lapisan stratigrafi. Tugas utama dalam tahap prospeksi yaitu menentukan secara stratigrafi kedudukan endapan mineral, seperti determinasi singkapan dan menentukan luas horison (singkapan horison diikuti sepanjang strike dan dip), kemudian dipetakan secara detail. Kriteria stratigrafi penting artinya untuk mencari endapan sedimen dan endapan hipogene yang berasosiasi dengan lapisan sedimen, seperti batubara, bijih tembaga s edimen, uranium,bauksit, endapan placer , lempung, karbonat dan garam. 2.Kriteria litologi Kriteria litologi terbagi menjadi dua, pada endapan primer dan pada endapan sekunder. Pada endapan primer, dilihat secara genetik (dari komposisi endapan mineral yang terbentuk). Pada endapan sekunder, contohnya seperti endapan placer , litologi batuan sangat penting karena variasi litologi awal yang tererosi akan mempengaruhi produk/akumulasi mineral berat yang terbentuk. 3.Kriteria struktur Struktur pada kerak bumi sering merupakan faktor pengontrol dalam formasi endapan mineral (seperti perlipatan yang diiringi dengan intrusi). Smirnov (1957) dalam Kuzvart and Bohmer (1986)membagi struktur mineralisasi menjadi 6 grup, yaitu : 1.Struktur konkordan dari lapisanbatuan 2.Endapan mineral yang berasosiasi dengan sesar 3.Endapan mineral dalam zona stress akibat tektonik 4.Endapan mineral pada kontak dengan batuan beku 5.Endapan mineral dalam kombinasi struktur 6.Endapan mineral dalam intrus
4.Kriteria magmatogenik
Kriteria magmatogenik terbagi menjadi : 1.Hubungan antara deposit dengan komposisi magma 2.Hubungan antara deposit dengan diferensiasi magma dan kristalisasi 3.Hubungan antara endapan/deposit dengan alterasi batuan 4.Hubungan antara deposit dengan ukuran butir batuan.
5.Kriteria geomorfologi Kriteria geomorfologi memiliki peranan yang penting pula, sebagai contoh dalam prospeksi endapan placer /letakan. 6.Kriteria paleogeografi Kriteria paleogeografi dapat diterapkan pada eksplorasi endapan placer, nikel laterit dan sebagainya. Sebagai contoh untuk mengetahui perkembangan lembah.
7.Kriteria paleoklimat Kriteria paleoklimat diterapkan pada endapan mineral yang mengalami pengkayaan akibat pelapukan. Contoh, kaolin yang merupakan hasil lapukan batuan feldspatik, dan timah sekunder di P. Bangka. 8.Kriteria historis Kriteria sejarah meliputi laporan tambang tua, peta terdahulu, bekas-bekas penambangan, dan nama-nama/sebutan masyarakat lokal untuk endapan mineral tersebut. Petunjuk ke arah bijih
Kata bijih (ore) pada awalnya hanya terbatas untuk mendefinisikan material yang dapat mengandung logam yang bernilai ekonomis. Suatu endapan bijih yang ekonomis sering disebut sebagai tubuh bijih (orebody). Kedua istilah ini (bijih dan tubuh bijih) sering memberikan kerancuan, meskipun masih tetap digunakan oleh ahli geologi (ekonomi). Mineral bijih dapat diartikan sebagai suatu minera l yang dapat diekstraksi menjadi logam. Mineral industri telah didefinisikan sebagai suatu batuan, mineral atau bahan alam yang lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi, selain mineral bijih, minyak bumi dan batupermata. Sehingga yang termasuk dalam kategori ini misalnya asbes, barit, atau oksida atau ikatan kimia yang lain yang dihasilkan dari mineral yang dapat digunakan untuk industri (pengguna). Ini termasuk granit, pasi r, kerikil, batugamping yang dapat digunakan untuk bahan konstruksi (yang sering disebut sebagai a gregat bahan bangunan), begitu juga mineral-mineral yang memiliki sifat kimia dan fisika yang khusus, seperti florit, fosfat, kaolinit dan perlit. Mineral industri sering disebut sebagai mineral bukan logam (non-metallics).
Sekarang ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam industri pertambangan. Menurut Taylor (1989) dalam Evans (1993) mendefinisi kan bijih sebagai batuan yang diharapkan dapat ditambang dan darinya suatu logam yang bernilai dapat diekstraksi. Bijih juga didefinisikan sebagai suatu agregat mineral dalam bentuk padat yang terbentuk secara alamiah, yang dengan keinginan ekonomis suatu bahan ternilai dapat diekstraksi melalui suatu perlakuan. Bahan lain yang dapat diperoleh pada eksploitasi mineral bijih adalah mineral pengotor (gangue), yang kadang-kadang bisa mempunyai nilai ekonomis, misalnya pada eksploitasi logam emas pada endapan epitermal dan urat kuarsa yang kadar emasnya rendah dapat dipergunakan sebagai bahan baku perhiasan ( gemstone). Untuk mengetahui dan menilai ekonomis tidaknya suatu cebakan mineral perlu dilakukan penyelidikan lapangan atau eksplorasi geologi. Eksplorasi ini dilakukan secara bertahap dari penyelidikan yangbersifat umum atau sepintas sampai terperinci (detail). Berbagai tahap eksplorasi yang dilakukan bergantung kepada jenis dan sifat cebakan yang diselidiki (Sudrajat, 1982). Darijanto (1992) menyebutkan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mencari adalah asosiasi batuan, dimana setiap jenis batuan akan memberikan lingkungan pengendapan unsur/endapan bahan galian tertentu, seperti : Pada batuan asam, mineral-mineral sulfida yang ada umumnya mengandug logamlogam berharga seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), seng ( Zn), air raksa (Hg), emas
(Au), perak (Ag). Selain itu terdapat pula mineral-mineral oksida seperti timah (Sn) dan mineral-mineral hidroksida seperti alumunium (Al). Batuan intermediet umumnya mengandung emas (Au) dan perak (Ag). Batuan basa atau ultra basa akan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk intan, nikel (Ni), kobalt (Co), platina (Pt), kromit (Cr) serta beberapa jenis batupermata seperti garnet dan lain-lain. Pada batuan metamorf (malihan) memungkinkan ditemukan endapan marmer, asbes, batupermata dan lain-lain. Batuan sedimen dapat menghasilkan asosiasi dengan karbonat (CaCO3 ataupun MnCO3),sedangkan pada endapan aluvial dapat memberikan endapan bijih yang relatif tahan terhadap perlapukan seperti timah (kasiterit/SnO2), emas (Au dalam bentuk nugget), perak (Ag), pasir besi (Fe). Sedangkan untuk endapan laut dapat dijumpai antara lain nodul nikel atau Ca/Gips. Korelasi fenomena geologi Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, korelasi gejala-gejala geologi yang terdapat didaerah penyelidikan merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan petunjuk petunjuk daerah yang mengalami mineralisasi (Darijanto, 1992).Fenomena geologi yang ada di alam perlu dicermati untuk mengetahui gejala geologi yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral sehingga kita dapat melokalisir daerah yang mempunyai indikasi kuat akan terdapatnya mineral tertentu. Korelasi ini didasarkan atas : 1.Tipe batuan, yaitu : a.Korelasi outcrops(singkapan) atau float b.Korelasi litologis c.Korelasi paleontologis d.Korelasi vegetasi e.Korelasi topografis 2.Struktur geologi, yaitu : a.perlipatan (folding) b.Patahan/sesar (fault) 1.Tipe batuan a.Korelasi outcrops Dari pemetaan singkapan atau float dapat dibuat gambaran penyebaran mineralisasi endapan. Dari penggambaran tersebut, kemudian dapat diduga/diinterpretasi letak atau dimensi badan bijih yang sebenarnya. Kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan, yaitu : Karena kemungkinan outcrops tertutup oleh overburden, maka kontinuitas terganggu. Kemungkinan terdapatnya patahan-patahan yang mengganggu. b.Korelasi litologis Korelasi berdasarkan sifat-sifat batuan yang sama dapat memberikan gambaran mengenai jenis serta dimensi batuan. Sifat-sifat tersebut adalah : Tipe batuan (berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf) Kandungan mineral Tekstur, warna dan bentuk struktur-struktur batuan primer Urutan stratigrafis Tebal/lebar singkapan
Penentuan urutan stratigrafis dapat ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu : 1.Pengenalan urutan stratigrafi yang sama terhadap suatu formasi pada t empattempat yang berbeda namun dapat dikorelasikan. Dalam keadaan normal, maka lapisan yang berada di atas selalu lebih muda. 2.Pengenalan suatu lapisan tertentu yang penyebarannya luas dan memiliki selang umur yang pendek, serta mudah dikenal yang dapat dipakai sebagai suatu marker bed (keybed). c.Korelasi paleontologis Cara ini dalam keadaan tertentu dapat sangat membantu terutama pada daerah yang memiliki litologi berupa batuan sedimen yang mengandung fosil. Dalam hal ini keterdapatan fossil index sangat penting. d.Korelasi vegetasi Korelasi vegetasi dilihat dari adanya tumbuhan tertentu yang bersifat sangat selektif dalam pertumbuhannya terhadap lingkungan, seperti : Kondisi air (dangkal/dalam) Tipe tanah (kandungan mineral, pelapukan, dll). e.Korelasi topografis Batuan yang bersifat resisten terhadap pelapukan/erosi umumnya memiliki topografi yang lebih menonjol dibanding batuan yang mudah lapuk/lunak. Cara ini banyak dipakai dalam penyelidikan-penyelidikan pendahuluan dalam eksplorasi, tetapi tidak terlalu reliableuntuk penentuan kontinuitas suatu formasi. 2.Struktur Geologi Cara korelasi ini didasarkan atas penyelidikan terhadap struktur geologi yang ada seperti lipatan, patahan, kekar, dan lain-lain. Pada korelasi ini, hal yang sangat penting ialahkepastian akan adanya struktur tersebut sebelum dikorelasi. Hal ini memerlukan penguasaan yang baik atas tanda-tanda yang ada di lapangan dan harus berdasarkan fakta bukan berdasarkan interpretasi.
Pemodelan Endapan dan Model Eksplorasi Pengertian pemodelan Terminologi ’model’telah banyak didefinisikan, salah satunya berupa suatu idealisasi fungsional dari suatu kondisi real untuk menganalisis suatu masalah (Evans, 1993). Model cebakan bijih dikembangkan berdasarkan observasi dan penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium terhadapcebakan-cebakan bijih yang sudah ditemukan.Jadi, Model endapan mineral adalah penggambaran informasi yang diatur secara sistematik tentang sifat-sifat penting suatu kelompok endapan mineral (Cok dan Singer, 1986 dalam Mosier dan Bliss,1992). Jenis pemodelan endapan Dalam pemodelan endapan mineral terdapat dua jenis model yang sering dibahas, yaitu model empiris yang didasarkan atas pemerian endapan dan model genetik yang menjelaskan endapan atas dasar proses-proses geologi. Model genetik membahas sifat-sifat endapan yang dihubungkan dengan beberapa konsep dasar, mungkin lebih bersifat sub yektif, tetapi dapat lebih berguna sebagaimana dapat menduga endapan yang belum tersedia pada basis data deskriptif. Model lain yang berguna pada evaluasi ekonomi awal adalah suatu model kadar tonase bijih.
Penerapan suatu model endapan tertentu akan tergantung kepada kualitas data yang dimiliki (basis data). Berikut penjelasan lebih lanjut dari model geologi, model empiris, model genetik (konseptual), model eksplorasi dan model cadangan dari endapan mineral. a).Model Geologi Regional Model geologi regional adalah lingkungan geologi dimana proses -proses geologi yang membentuk obyek geologi berlangsung serta faktor-faktor pengendalinya yang menyebabkan obyek geologi tersebut terbentuk pada tempat dan waktu tertentu (skala regional). Unsur-unsur model geologi regional : Batuan sumber atau asosiasi batuan yang berhubungan erat dengan obyek geologi yang dimaksud (endapan mineral) Proses geologi yang membentuk obyek geologi Waktu pembentukan obyek geologi b).Model Geologi Lokal Model geologi lokal merupakan lingkungan geologi lokal dimana proses -proses geologi yang membentuk obyek geologi (endapan mineral) berlangsung serta faktor-faktor pengendalinya yang menyebabkan obyek geologi tersebut di tempat dan pada waktu tertentu (berskala lokal). Meliputi : Bentuk tubuh dan dimensi endapan mineral (obyek geologi) Posisi obyek geologi terhadap struktur geologi batuan induknya (host rock) Sifat geologi dan mineralogi obyek geologi (endapan) Sifat fisika-kimia obyek geologi (endapan) c).Model Empiris Model empiris adalah model geologi yang berdasarkan karakteristik endapan-endapan mineral yang diketahui, mengandung data, tapi tidak diinterpretasi (Babcock, 1984). Jenis endapan tertentu terdapat pada tatanan geologi tertentu, yang seharusnya dijumpai pada tatanan geologi yang sama di tempat lain (Walshe, 1984).Model empiris endapan, dikarakterisasi oleh : Lingkungan tektonik Batuan induk (host rock) Mineralisasi Tipe dan zonasi alterasi hidrotermal Penyebaran dalam waktu dan ruang Ukuran dan kadar endapanModel empiris dapat dijadikan model pembanding dalam menjalaskan model genetik endapan suatu daerah. d).Model Genetik (Model Konseptual) Model genetik adalah model konseptual analisis komponen-komponen utama endapan bijih, dan menjelaskan hubungan komponen-komponen tersebut (Babcock, 1984). Model genetik ini dikembangkan dari model empiris (model geologi) yang berdasarkan pada proses pembentuk endapan mineral tersebut. Komponen-komponen genetik utama, antara lain : Batuan induk (host rock) dan umurnya Mineralisasi dan alterasi hidrotermal Sifat fisika-kimia dan komposisi fluida pembawa biji Sekuen paragenesa Geometri endapan (bentuk dan dimensi) Kontrol struktur, dsb.
e).Model Cadangan Model cadangan adalah cara dan sistematika estimasi cadangan suatu endapan mineral berdasarkan metoda penaksiran yang sesuai, tergantung pada kompleksitas geometri dan penyebaran kadar. Output-nya adalah cadangan endapan (probable atau proven reserve). Model cadangan ini dapat dilakukan secara komputerisasi (model komputer): Model Blok Teratur (Regular Block Model); cebakan dibagi dalam blok-blok dengan dimensi tertentu. Tiap blok memiliki atribut jenis batuan, alterasi, mineralisasi, kadar, kode topografi, dsb. Gridded Seam Model; pemodelan untuk batubara atau cebakan yang berlapis, yang dibagi dalam sel-sel yang teratur (dimensi tertentu).Metoda-metoda penaksiran : Penaksiran manual (cross section) Metoda poligon Metoda segitiga Metoda Jarak Terbalik (Inverse Distance Method) Metoda geostatistik dan Kriging g).Model Kadar dan Tonase Dari beberapa model deskriptif (empiris) yang diketahui ukuran dan kadarnya, dapat dikembangkan ”Model Kadar dan Tonase”. Estimasi tonase dan kadar dilakukan pada COG (cut of grade) yang paling rendah. Model kadar dan tonase ini biasanya dibuat dalam format grafik untuk memudahkan dalam pembacaan data dan membandingkan jenis endapan yang satu dengan yang lainnya (Cox dan Singer, 1986 dalam Mosier dan Bliss, 1992).
Program Eksplorasi Tahapan eksplorasi Pentahapan dalam eksplorasi mutlak dilakukan untuk meminimalkan kerugian/resiko kegagalan karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam eksplorasi harus dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk mengurangi resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan mineral tersebut. Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiatan eksplorasi adalah : Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda. Eksplorasi dapat dibagi menjadi sejumlah tahap yang saling berhubungan dan teratur. Tahap-tahap penting di dalam industri pertambangan suatu endapan bijih meliputi: (a) Eksplorasi mineral : untuk menemukan tubuh bijih; (b) Studi kelayakan : untuk menentukan apakah secara komersial memenuhi; (c) Pengembangan tambang : membangun seluruh infrastruktur pada lokasi tambang; (d) Penambangan : ekstraksi bijih dari lapisan pembawa bijih;
(e) Pengolahan mineral : penghancuran dan penggilingan bijih, pemisahan mineral bijih dari mineral penyerta/pengotor,pemisahan bijih menjadi konsentrat, seperti pada konsentrat tembaga; (f) Pemisahan logam : pengambilan logam dari konsentrat mineral; (g) Pemurnian : memurnikan logam dari logam ikutannya; (h) Pemasaran : pengiriman produk tambang (konsentrat logam, jika tidakdipisahkan atau dimurnikan di lokasi tambang) ke pembeli. Khusus kegiatan eksplorasi, beberapa tahapan harus dilakukan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1
TAHAPAN EKSPLORASI
STUDI PENDAHULUAN
SURVEI TINJAU
Daerah Prospeksi
PROSPEKS
Daerah Sasaran
EKSPLORASI UMUM
Daerah Target
EKSPLORASI RINCI
STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study)
Gambar 3.1 Tahapan Eksplorasi.
Tujuan dari eksplorasiadalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyacebakan mineral bijih primer pada suatu daerah. Pemilihan daerah prospekdidasarkan pada kajian data sekunder, interpretasi model-model genetikgeologi dan mineralisasi. Tahap pendahuluan ini dapat dibagimenjadi dua tahap, yaitu survei tinjau dan prospeksi. Bab IV. Program Eksplorasi survei tinjau bertujuan untuk mendapatkan data geologi tinjau dan indikasi mineralisasi. Pada tahap ini dilakukan pemetaan geologi dan geokimia regional. Prospeksi bertujuan untuk mendelineasi daerah anomali dan daerah pengaruh mineralis. 1. Studi pendahuluan. Pada studi pendahuluan yang dilakukan persiapan lapangan sebel um menuju ke tempat yang akan diselidiki. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data-data yang dapat berupa literatur keadaan geologi regional maupun lokal daerah yang ingin di eksplorasi, studi citra landsat / foto udara, data laboratorium yang mendukung, eksplorasi geofisika maupun eksplorasi geokimia. 2. Survei tinjau. Tahap survei tinjau mulai dilakukan pembuatan peta geologi berskala kecil ( 1 : 100.000 – 1: 200.000), selain itu terkadang dilakukan pula pengambilan sampel stream sediment dan survei aeromagnetic/airborne radiometric D ata yang didapat pada survei tinjau masih bersifat umum, hasil yang didapat digunakan untuk menentukan daerah tertentu yang dianggap memiliki prospek. 3. Prospeksi. Tahap prospeksi membutuhkan pembuatan peta geologi daerah prospek yang lebih terperinci, peta yang diperlukan berskala (1: 50.000 – 1 : 25.000). Pada tahap ini akan dikumpulkan data mengenai keadaan dan jenis batuan, struktur, stratigrafi (dilakukan MS sepanjang lintasan tertentu) dan pengumpulan sampel lapangan yang dilakukan secara lebih sistematik.Di tahap ini juga umumnya dilakukan land atau aero magnetic/radioactivity, survei seismik dan survei gravitasi, juga pengambilan sampel stream sediment.Seluruh data di tahap ini akan digunakan untuk menentukan daerah sasaran. 4. Eksplorasi umum. Tahap eksplorasi umum dilakukan pada peta berskala 1 : 10.000 – 1 : 5.000. Pemetaan yang dilakukan ditunjang pula dengan pekerjaan pembuatan paritan (trench), pembuatan sumur uji (test pit), pengukuran geofisika detail, pengambilan sampel geokimia detail (soil samplingdan hidrokimia) serta pemborandangkal. Data yang diharapkandalam tahap eksplorasi ini adalah mengetahui penyebaran lateral dan vertikal secara umum endapan mineral, juga kualitas dan kuantitasnya . 5. Eksplorasi rinci/detail. Eksplorasi rinci dilakukan pada peta dengan skala 1 : 2.000 – 1: 200. Pada tahap ini jugadilakukan pula pemetaan geologi detail bawah permukaan (studi struktur geologi tubuh deposit) juga programpemboran dan pengambilan sampel yang terperinci dan sistematis untuk estimasi cadangan terukur dan perencanaan penambangan
https://kupdf.com/download/eksplorasi-sumberdayamineral_59c201c308bbc52b1168705f_pdf