Pengertian Bahasa Alay Alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku remaja di Indonesia. Alay merupakan singkatan dari “anak layangan” atau “anak lebay” Kata ‘Alay’ bisa diartikan sebagai Anak layangan, Anak lebay, Anak kelayapan, dan lain sebagainya. Dimana anak-anak tersebut sering didefinisikan sebagai anak-anak yang berkelakuan ‘tidak biasa’ atau dapat dikatakan berlebihan. Anak -anak -anak ini ingin diketahui statusnya diantara teman-teman sejawatnya, mereka ingin selalu memperlihatkan ke-eksis-an atau kenarsisan mereka dalam segala hal. Misalnya dalam hal berpakaian, bertingkah laku, serta berbahasa (baik lisan maupun tulis). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa bahasa alay adalah bahasa yang digunakan oleh anak-anak alay.
Menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik, Universitas Padjajaran, bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa ‘diakronik’. Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah se buah fenomena sosial. Ia hidup dan berkembang karena fenomena sosial tertentu.
4.
Karasteristik Bahasa Alay
Seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain: a.Pemakaian huruf besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat, contohnya: “kaMu Lagi nGapaiN?” b.Penggunaan angka angka sebagai pengganti huruf, contohnya: “k4mu L49i n94p4in?”
c.Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat, contohnya: “amue agie ngapaein?” d.Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat, contohnya: “xmoe agie ngaps?” e.Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat, contohnya: “k@mu L@g! nG@p@!n?”
Contoh-contoh tersebut masih sangat sedikit, itu artinya masih banyak lagi variasi-variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan dijelaskan secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau teknik penulisan si pembuat kalimat.
Awal Mula Bahasa ALAY Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) at au pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari yang dimaksud. Pengertian Bahasa Alay “ALAY” merupakan istilah yang sedang populer di kalangan anak muda, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Tahukah anda arti “Alay”? Dari beberapa sumber, kata alay merupakan singkatan dari Anak LAYangan yang dapat diartikan bahwa orang yang dibilang “Alay” merupakan “ORANG KAMPUNGAN” yang disimbolkan dengan anak / orang kampung yang hobinya main la yangan Contoh kata-kata Alay:
Coba lihat beberap kata Alay berikut ini dan dari sana mungkin dari anda tahu apakah anda
termasuk orang alay atau tidak ? Rumah : Humz, Hozz, Uz Aja : Ja, Ajj Yang : Iank/Iang, Eank/Eang Boleh : Leh Baru : Ru Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz, Yua, Ea, eeaaaa Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug Nih : Niyh, Niech, Nieyh Tuh : Tuwh, Tuch Deh : Dech, Deyh Belum : Lom, Lum,lomz Cape : Cppe, Cpeg habis: abizzz Kan : Khan, Kant, Kanz Manis : Maniezt, Manies Cakep : Ckeppz Keren : Krenz, Krent, Kyeent Kurang : Krang, Krank,ckalank Tau : Taw, Tawh, Tw Ciri-ciri dari bangsa Alay atau lebay: 1. Sok narsis dalam segala hal ( kalo foto biasanya mulutnya di gembungin/di monyongin, mukanya kadang di kerutin ) dll. 2. Tongkrongannya di pinggir pinggir jalan (yang wanita godain pria, yang pria godain wanita yang lagi lewat, dan kalau ada hal yg menarik langsung disorakin) intinya kampungan dan berlebihan 3. Kalo lagi ngumpul bawa handshet buat dengerin lagu lewat handphone (suka pamer tidak jelas dan sok asik). Terus sok telpon-telponan dan SMS-SMSan.. kondisi terparah, biasanya suka nunjukin SMS dari wanita/pria ke temannya biar dibilang kalau paarnya perhatian sama dia.. 4. Sok bergaya EMO/PUNK/ dsb tapi ditanya sejarahnya EMO tidak tahu. 5. Sok pingin ‘gaul’ mengikutin tren yang sekarang tapi terlalu LEBAY (berlebihan). 6. Dimana mana ada acara yg namanya ‘putu putu narziz’ (Foto-foto narsis). 7. Nama di Facebook panjang banget, contoh: Namakupanjangbanget Biarkeliatangaul Bangetdehhaha, atau biasanya namanya di kasih strip: -Namaku Alay Banget Ya8. Suka ngirim bulbo tidak jelas di YM, FS atau FB : ”akko onlenndh dcnniih” ato “ayokk perang cummendh cmma saiia,” dan lain-lain. 9. Nama Facebook mengagung – agungkan diri sendiri, seperti : pRinceSs cuTez,sHa luccU,tIkka cAntieqq,etc. 10. Kata /singkatan selalu diakhiri huruf z/s (cth : nama adalah talitra,dbuat jadi : talz. nama adalah niken,dibuat jadi qens..dsb!)
Ciri-ciri tersebut bisa semakin banyak tergantung penilaian dari pribadi masing-masing tentang “Alay”. Bahasa Alay tidak memiliki batasan yang membuat bahasa alay tidak dapat didefinisi, tetapi dapat kita tarik kesimpulan bahwa ALAY itu merupakan ungkapan cemo’ohan dan utnuk menggambarkan segala sesuatu yang berlebihan. Nah apakah kita termaksuk didalamnya kategori manusia Alay atau tidak. Atau tanpa disadari kita sudah masuk ke ranah kaum Alay dengan bahasa yang digunakan. Hanya orang lain yang menilai
kita lebay apa tidak? DAMPAK BAHASA ALAY Dampak positifnya :
Dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih creative. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi, tepat, media dan komunikan yang tepat juga. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa Alay itu adalah seni. Dengan mengkombinasikan antara huruf dan angka, setidaknya membuat orang lain untuk lebih mencermati bahwa kombinasi itu bisa di baca. Atau mungkin juga bisa jadi sebuah simbol atau kode rahasia. Dampak negatifnya
Penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerj aan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay. Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, l aporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi. Maka sebaiknya bahasabahasa Alay digunakan pada tempat, situasi dan forum yang tepat. Bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata -kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Pengaruh bahasa alay terhadap Bahasa Indonesia.
Para ABG yang gemar bertutur Alay dalam tulisannya sudah jelas merongrong keutuhan Bahasa Indonesia. Bila dalam satu kalimat ada kata-kata gue dan lo mungkin gak terlalu mengganggu sebuah makna. Tapi pada saat sebuah kalimat dan semua kata-kata yang ada dalam kalimat itu disingkat dan dibubuhi angka sebagai huruf, artinya menjadi kabur dan banyak tafsiran. Dalam Alay memang gak ada singkatan baku, kita bebas menyingkat kata sendiri dan membiarkan pembaca menafsirkannya dengan panduan kata sebelum dan sesudahnya. Apabila kegemaran ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia. Tidak berbeda dengan bahasa lisan artis dan pejabat kita yang mau bergaya dan sok berpendidikan dengan sisipan bahasa asing. Untuk di perhatikan. Bahasa Alay tidaklah salah, semua bahasa digunakan sebagai alat untuk bermokunikasi. Termasuk bahasa Alay dan bahasa daerah. Namun bahasa daerah bukan dikategori bahasa Alay meskipun terkadang terderang aneh, karena bahasa daerah merupakan bahasa yang telah membudaya dari leluhur dan seharusnya dilestarikan. Tetapi untuk tetap
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ada baiknya kita mengetahui kapan, dimana dan pada saat apa semua bahasa-bahasa itu digunakan. Ketika kita berkumpul dengan komunitas yang berkomunikasi dengan bahasa Alay maka tidak ada salahnya. Begitu pula menggunakan bahasa daerah. Untuk penggunaan bahasa Indonesia sendiri, menurut sa ya penggunaanya harus lebih ditekankan dan dipelajari lebih dalam. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa pemersatu seluruh elemen masyarakat, daerah, suku adat-istiadat, semua disatukan oleh bahasa Indonesia. Maka sudah seharusnya, kita harus bisa menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara satu sama lain, bahkan masih banyak orang Indonesia yang tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia. Ini sungguh memalukan. Salahudin Wahid di opini Kompas hari ini tentang Bangga Berbahasa Indonesia mengutip Djojok Soepardjo bahwa tonggak medernisasi di J epang bukan hanya Restorasi Meiji 1868, tapi juga kekuatan pada budaya dan kecintaan pada bahasa Jepang yang membuat restorasi berjalan mantap. Karena itu, meski hancur pada Perang Dunia II mereka bangkit dalam 10 tahun, dan tiap tahun mencatat perkembangan ekonomi di atas 10 persen. Ini semua karena kekuatan mencintai bahasa Jepang juga menjadi kekuatan menghadapi modernisasi Namun, semua itu pasti ada zaman-zamannya misalkan dulu heboh dengan bahasa gaul namun dengan sendirinya berangsur-angsur hilang dan bahasa Alay bukan tidak mungkin akan hilang juga dari peredarannya dan yang perlu ditunggu adalah bahasa apa Lagi yang akan muncul?
Alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku remaja di Indonesia.[1] "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan"atau "anak lebay".[1] Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan.[2] Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan (lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian.[1] Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perila ku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup.[1] Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbic ara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.[1] Di Filipina terdapat fenomena yang mirip, sering disebut sebagai Jejemon.[1]
Alay merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakterisitik unik di mana penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa bersosial isasi dengannya. Biasanya para Alayers (panggilan para Alay) mempunyai trend busana tersendiri yang dapat menyebar cepat layaknya wabah virus dikalangan para Alayers yang lain, sehingga menciptakan satu keseragaman bentuk yang sedikit tidak lazim. [butuh rujukan] Namun juga memiliki aturan huruf tersendiri, yaitu para alayers hanya diperbolehkan memakai 13 abjad huruf saja . Sisanya angka dan simbol
http://id.wikipedia.org/wiki/Alay
https://www.facebook.com/ilmupengetahuanfape/posts/364395583628573
http://www.kamusmania.com/kamus-campuran/5-bahasa-alay
http://sanysetiawan.blogspot.com/2013/02/makalah-bahasa-alay.html