PENGERTIAN TENTANG ARSITEKTUR
Asal kata “ARSITEKTUR” adalah “ARCHITEKTON” dari bahasa Yunani Purba yang berarti “AHLI BANGUNAN” BANGUNAN ” atau “TUKANG TEMBOK AHLI”. Pada jaman dahulu hasil karya mereka dipandang sebagai hasil SENI. Sehingga arsitektur berarti pula SENI BANGUNAN. Jaman sekarang adalah jaman dimana perkembangan masyarakat sudah sangat pesat dan perhatian manusia terhadap sesamanya semakin meluas, maka pengertian ARSITEKTUR pun sangat meluas pula. Dahulu yang asalnya terbatas kepada sekelompok bangunan saja, maka kini telah menjadi suatu konsep yang menyeluruh. Perkembangan ini membawa penilaian pula bahwa ARSITEKTUR itu tidak lagi hanya sebagai seni saja tetapi juga sebagai ILMU. ARSITEKTUR tidak lagi terikat hanya pada fisik bangunan, tetapi juga kepada lingkungan dan alam dimana bangunan itu berdiri; harus diperhitungkan pula hubungan-hubungan antara: 1. hubungan dengan manusia 2. hubungan dengan ruangan hidupnya 3. hubungan dengan pertimbangan fisiologis 4. hubungan dengan iklim 5. hubungan dengan keindahan dan sebagainya ARSITEKTUR tidak lagi terbatas kepada penciptaan suatu bentuk bangunan yang megah, tetapi sekarang dapat pula meliputi pembangunan perumahan rakyat, bahkan sampai kepada pembangunan sebuah kota yang baru.
Meluasnya bidang arsitektur ini merubah pula
pengertian seorang Arsitek, yang dulunya tidak lain adalah “TUKANG TEMBOK”, jaman sekarang mungkin menjadi pencipta kota, seseorang manajer pembangunan ataupun ahli konstruksi bangunan. Pendapat lain mengatakan bahwa arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan, atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok ranah keteknikan, ranah seni, atau ranah sosial. Arsitektur tidak dapat hanya diartikan sebagai produk, tetapi juga suatu proses. Arsitektur hadir dalam realitas sehari-hari. Arsitektur adalah ruang fisik untuk aktivitas manusia, yang memungkinkan pergerakan manusia dari suatu ruang ke ruang lainnya., yang menciptakan tekanan antara ruang dalam bangunan dan ruang luar. Namun, bentuk arsitektur juga ada karena persepsi dan imanjinasi manusia.
Arsitektur bangunan berurusan dengan pembuatan wadah untuk menampung kegiatan manusia. Pada umumnya, ini berarti menciptakan ruang yang ideal untuk suatu kegiatan manusia. Dengan demikian, arsitektur bangunan ialah susunan ruang-ruang yang dirancang untuk kegiatan tertentu yang diintegrasikan dengan harmonis ke dalam sebuah komposisi. Sejak jaman dahulu kala sampai sekarang, para ahli bangunan telah menentukan 3 faktor utama sebagai syarat untuk membuat bangunan dengan arsitektur yang baik: pertama, bangunan itu harus fungsional, enak dipakai, dan memenuhi persyaratan sehingga tidak menyulitkan pemakainya; k edua, bangunan itu harus kuat sehingga orang yang memakainya merasa aman, ini disebut faktor struktural; ketiga, bangunan itu harus indah (estetis). Dari sudut pandang asal mulanya, juga terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai asal usul Arsitektur. Pendapat pertama mengatakan bahwa arsitektur terbentuk pada saat manusia berhasil mewujudkan kehadiran Tuhan di dunia. Atas dasar anggapan tersebut, objek arsitektural pertama di dunia bentukan/konstruksi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Pendapat kedua mengatakan bahwa arsitektur terbentuk pada saat manusia sadar akan kehadirannya di dunia dan mulai terarah pada lingkungannya. Atas dasar hal tersebut, objek arsitektural yang pertama ada di dunia adalah bentukan-bentukan yang berfungsi sebagai hunian/tempat tinggal primitif ( primitive hut ). Arsitektur adalah sebuah proses transformasi dari akumulasi pelaku kegiatan”civitas” dan kegiatan “aktivitas”-nya ke dalam suatu hamparan lahan setelah melalui rangkaian kajian yang panjang dan rumit melalui beberapa batasan yang tidak dapat dilampaui seperti peraturan, pendanaan, dan lainnya, serta kriteria yang berkaitan dengan kenyamanan, keindahan, keamanan/kekuatan, fungsional, dan lain sebagainya (Salain, 2006). Tuntuan civitas dan perkembangan aktivitas melahirkan fungsi-fungsi baru yang sangat serakah mengadopsi berbagai produk IPTEK. Karya-karya arsitektur yang awalnya berfungsi sebagai wadah kegiatan selanjutnya juga dapat menjadi identitas suatu wilayah, tanda dari jaman, ataupun cermin dari peradaban yang dilatar belakangi oleh konsep pemikiran reformasi, eksplorasi, interventori, rekoveri, dan lainnya yang melahirkan tema-tema arsitektur yang mendunia “universal”. Dengan demikian ranah arsitektur bukanlah karya seni belaka, akan tetapi juga keilmuan, teknologi, bisnis, industri, mode, politik, sosial, filsafat, serta budaya.
PENGERTIAN BUDAYA
Budaya, pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) iartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata Budi dan Daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya adalah unsur jasmani manusia. Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, cultuur berarti sama dengan culture. Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Dengan demikian, kata budaya ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam Bahasa Indonesia. Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Beberapa contoh sebagai berikut. 1. Herskovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. 2. selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta manusia. 3. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya. 4. J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan (wujud ideal), aktivitas (tindakan), dan artefak (karya). Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi akal dan budi daya. Dengan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil interaksi binatang dengan alam sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaan saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah.
Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah mahkluk berbudaya. Kebudayaaan adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Dengan kebudayaannya, manusia mampu menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah dunia. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat disebut sistem sosial, yang terdiri dari ativitas-aktivitas manusia berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lainnya dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola tertentu yang berdasarkan adat-istiadat kelakuan. Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia adalah keseluruhan total dari hasil fisik aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat. Tampaknya perubahan sosial lah yang dominan dan menjadi arah dari perubahan suatu budaya sebagaimana dikatakan Ogburn (dalam Soerjono, 1990:36). Disebutkannya bahwa perubahan sosial meliputi unsu-unsur kebudayaan materiil dan imateriil dengan menekankan pada pengaruh besar kebudayaan materiil. Hanya saja dalam mengikuti suatu perubahan, manusia cenderung melakukan adaptasi. Otto Soemarsono (1997:48) mengatakan perubahan terhadap lingkungan baik yang terjadi dengan cepat atau lambat orang akan berusaha mengadaptasikan dirinya terhadap perubahan itu, kendatipun ada kalanya orang tidak berhasil mengadaptasi perbahan itu sehingga menghasilkan sifat (perilaku) yang tidak sesuai dengan lingkungan. Dengan kata lain, jika lingkungan (habitat) mengalami perubahan, maka langsung maupun tidak langsung kan mempengaruhi perilaku penghuninya, baik itu manusia maupun binatang. Pengertian lain bahwa manusia menciptakan budaya dan kemudian kebudayaan memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan paling sedikit mempunyai tiga kategori yaitu: 1.
Berupa wadah bagi suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan.
2.
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas manusia yang berpola, menciptakan suatu sistem sosial bagi masyarakat yang bersangkutan.
3.
Berupa wadah untuk menghasilkan benda-benda pakai dan karya seni, berbentuk nyata sebagai objek riil, seperti lukisan, patung, kerajinan, benda pakai, senjata, serta bangunan rumah (Koentjaraningrat, 1974).
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP ARSITEKTUR
Pemahaman akan kesadaran berbudaya yang dianut manusia dimana pun ia berada, selalu menjadi suatu dasar terjadinya lingkungan buatan yaitu karya arsitektur yang tumbuh berkelompok menjadi sekelompok sosok membentuk suatu kawasan perkotaan. Dengan demikian karya arsitektur merupakan hasil karya yang didasari oleh latar belakang budaya dari si pembuat maupun si pemilik hasil karya tersebut. Sehingga latar belakang budaya ini sangat kental menjiwai karya arsitektur yang dibuat oleh manusia untuk manusia tersebut. Sinclair Gauldie mengisahkan ketika keterampilan manusia di bidang pembangunan mulai meningkat, maka
mereka mulai mengubah karya bukan sekedar memenuhi peran
kegunaan fisiknya semata, namun sekaligus sebagai unsur budaya (Gauldie, 1969). Sebagaimana juga puisi dan seni lukis yang telah mendahuluinya, karya arsitektur dijadikan media untuk berkomunikasi lewat bahasa perlambang dalam ungkapan bentuk, ruang, bahan, dan konstruksi. Bagi A.T. Mann, seorang arsitek yang menekuni secara khusus Arsitektur Suci, arsitektur merupakan mutiara yang menyimpan wujud tradisi suci di dalamnya (Mann, 1993). Suatu karya arsitektur hampir selalu, secara disadari ataupun tidak, mencerminkan ciri budaya dari kelompok manusia yang terlibat di dalam proses penciptaannya. Sekurangkurangnya akan tercermin di situ tata nilai yang mereka anut. Dengan demikian apabila kita secara cermat mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun kita pasti dapat mengenali ciri budaya masyarakat tersebut. Namun, untuk dapat mengenalinya dengan benar-benar baik kita akan perlu mengenali kondisi lain dan masyarakat tersebut. Dalam proses pembentukan kebudayaan ini arsitek dapat turut berperan. Untuk ini pertama-tama perlu ditegaskan sikap dasar peran arsitek yaitu mengikuti arus kebudayaan atau menciptakan arus kebudayaan. Kalau kita tengok lagi asal mulanya, maka arsitektur dan lingkungan binaan (built environment ) ditujukan untuk mewadahi kegiatan, memberikan perlindungan manusia dan harta miliknya terhadap manusia lain, binatang, dan kekuatan supernatural.
Arsitektur
dimaksudkan
sebagai
pencerminan
hasil
budaya
bangsa,
penunjukkan identitas sosial, perwujudan status, dan sebagainya. Jadi arsitektur bukan hanya bentuk saja. Kalau seseorang dapat menerima bahwa arsitektur sebagai wadah kegiatan., tidaklah sukar untuk mengerti anggapan pada
arsitektur adalah produk dari kebudayaan. Selama
diikuti dengan pengertian bahwa arsitektur adalah bagian dari kebudayaan (dan saling mempengaruhi) kita akan lebih mudah mengamati kejadian-kejadian di masyarakat.
Perkembangan arsitektur dan lingkungannya (baca: kota) juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosio-budaya, bukan hanya sekedar oleh faktor iklim, teknologi, bahan bangunan, dan ekonomi. Kesemua faktor ini menghasilkan suatu bentuk bangunan. Bangunan bukan hanya skedar sebagai objek atau suatu bentuk struktur saja, melainkan sebagai suatu institusi, dasar suatu budaya. Budaya ini dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu sebagai way of life sekelompok manusia, sebagai sistem simbol, dan sebagai strategi untuk menyelamatkan lingkungan dan sumber alam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Made & Sumintardja, Djauhari. Arsitektur. Bandung: Yayasan LPMB, 1997. Budihardjo, Eko. Arsitek dan Arsitektur Indonesia Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta: Andi, 1997. Budihardjo, Eko. Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: Alumni, 1991. Budihardjo, Eko. Percikan
Pemikiran
Para
“Begawan” Arsitek
Indonesia
Menghadapi Tantangan Globalisasi. Bandung: Alumni, 2009. Fanani, Achmad. Arsitektur Masjid . Jakarta: Bentang Pustaka, 2009. Herimanto & Winarno. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Ishar, H. K. Pedoman Umum Merancang Bangunan.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992. Laurens, Joyce Marcella. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Said, Abdul Azis. Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja dan Perubahan Aplikasinya pada Desain Modern. Yogyakarta: Ombak, 2004. Siregar, Laksmi Gondokusumo. Makna Arsitektur. Jakarta: UI-Press, 2006. Sukawati, Tjok. A. A. Oka. Ubud Bergerak . Bali: Bali Media Adhikarsa, 2004.
ARSITEKTUR DAN BUDAYA
TUGAS KECIL 1
Oleh: Septian Aprilianto (1404205106)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA Febuari 2017