LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI “Pengenalan Mikroskop dan Pewarnaan Bakteri (Pewarnaan Sederhana Sederhana dan Gram)” Gram) ”
Oleh: Nama : Putu Pradnya Candra Asih NPM : 2013210185 Kelas : A Tanggal Praktikum: Senin, 22 September 2014
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2014
I.
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (batang), coccus (bulat), spirilum. Bakteri yang berbentuk basil maupun coccus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya, yaitu basil tunggal, diplobasil, dan triplobasil. Pada bentuk coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus dan staphylococcus. Pada spirilum dibagi menjadi dua, yaitu melengkung dan setengah melengkung. Melihat dan mengamati bakteri yang disuspensikan dengan mata telanjang sangatlah sult. Ukurannya yang kecil, bersifat transparan, dan tidak berwarna mengakibatkan sel bakteri sukar untuk diamati. Prinsip dasar dari pewarnaan adalah ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaanyang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada zat pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini, maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik pewarnaan membutuhkan ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku. Dalam praktikum kali ini, dilakukan percobaan pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Warna apa yang dihasilkan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif saat dilakukan pewarnaan gram? 2. Bagaimana bentuk dari bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus saat diberi pewarnaan? 3. Apa kelebihan pewarnaan gram dibandingkan dengan pewarnaan sederhana? 1.3 Tujuan 1. Memperkenalkan komponen-komponen mikroskop dan cara penggunaannya 2. Melakukan beberapa teknik pewarnaan untuk mengidentifikasi dan pengelompokan mikroorganisme 3. Mengamati dan menganalisis hasil reaksi-reaksi pewarnaan di bawah mikroskop 1.4 Manfaat 1. Dapat menggunakan mikroskop untuk mengamati sel-sel bakteri, melihat bakteri gram positif dan negatif, dan bentuk-bentuknya 2. Dapat melakukan serangkaian teknik pewarnaan sederhana dan pewarnaan gram terhadap bakteri 3. Dapat membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
II.
Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Penggunaan Mikroskop Mikroskop adalah instrumen yang paling banyak digunakan dan paling bermanfaat di laboratorium. Dengan alat ini diperoleh pembesaran sehingga memungkinkan untuk melihat organisme dan struktur yang tak tampak dengan mata telanjang. Mikroskop memungkinkan pembesaran dalam kisaran luas dari seratus kali sampai ratusan ribu kali.
Kedua kategori mikroskop yang ada ialah mikroskop cahaya (atau optis) dan mikroskop elektron. Keduanya berbeda dalam prinsip yang mendasari perbesaran. Mikroskop cahaya yang kesemuanya menggunakan sistem lensa optik, mencakup mikroskop (1) medan-terang, (2) medan-gelap, (3) fluorensi, (4) konras-fase. Mikroskop elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk memperoleh bayangan yang diperbesar. a. Mikroskop Medan Terang Dalam mikroskop medan terang, medan mikroskop atau daerah yang diamati, diterangi dengan benderang sehingga objek-objek yang sedang ditelaah tampak lebih gelap daripada latar belakangnya. Pada umumnya, mikroskop macam ini menghasilkan pembesaran berguna maksimum sekitar 1.000 diameter. Dengan sedikit modifikasi, termasuk lensa mata (okuler) yang berkekuatan tinggi, pembesaran ini dapat ditingkatkan. Akan tetapi, perbesaran 1.000 sampai 2.000 diameter merupakan batas perbesaran bermanfaat yang dapat diperoleh dengan peralatan seperti itu. Berikut merupakan bagian-bagian mikroskop: 1. Lensa okuler: memperbesar bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif 2. Pemutar lensa objektif: memutar objektif, sehingga mengubah pembesaran 3. Tabung pengamatan/tabung okuler 4. Meja benda: tempat diletakkannya spesimen 5. Kondensor: Mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa objektif 6. Lensa objektif: Memperbesar spesimen 7. Pengatur kekuatan lampu: Memperbesar dan memperkecil cahaya lampu 8. Main switch: tombol on-off 9. Cincin pengatur diopter: Menyamakan fokus antara mata kanan dan kiri 10. Pengatur jarak interpupillar: menaikkan atau menurunkan objek glass 11. Penjepit spesimen: menjepit spesimen yang akan diamati pada meja benda 12. Iluminator: sebagai sumber cahaya 13. Sekrup pengatur vertikal 14. Sekrup pengatur hirizontal: menggeser ke kanan/kiri object glass 15. Sekrup fokus kasar: menaik turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat 16. Sekrup fokus halus: menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat 17. Observation tube securing knob: skrub pengencang tabung okuler 18. Skrub pengatur kondensor: menaik-turunkan kondensor b. Daya Pisah Mikroskop Perbesaran yang berguna terbatas oleh daya pisah suatu mikroskop yaitu kemampuannya untuk menghasilkan bayangan berlainan dari dua titik yang berdekatan (titik di sini berarti objek atau bagian kecil-kecil objek). Daya pisah suatu mikroskop cahaya ditentukan oleh panjang gelombang cahaya dan sifat lensa objektif dan lensa kondensor yang dikenal dengan tingkap numeris (numerical aperture atau NA). Daya pisah mikroskop cahaya dapat dihitung dengan rumus: ℎ ℎ = +
Dari sini diketahui bahwa daya pisah dapat ditingkatkan baik dengan memperkecil panjang gelombang cahaya atau memperbesar NA. Panjang gelombang cahaya yang digunakan dalam mikroskopi cahaya itu terbatas: cahaya kasat mata itu berkisar antara 400 dan 700 nm. NA maksimum untuk objektif kering tinggi ialah sekitar 0,85 dan untuk objektif celup-minyak agak lebih tinggi. 2.2 Pewarnaan Bakteri Mikroorganisme di lingkungan sangat sulit untuk dideteksi keberadaannya. Ukurannya jang kecil, sifat yang transparan, dan tidak berwarna ketika disuspensikan dalam media air semakin menambah kesulitan untuk dideteksi. Untuk mengatasi masalah ini, sel mikroba dilakukan pewarnaan terlebih dahulu sebelum diamati di bawah mikroskop. Metode pewarnaan mikroorganisme berfungsi untuk memberi warna sel atau bagian-bagian sel sehingga menambah kontras dan tampak lebih jelas. Zat-zat warna bergabung secara kimiawi dengan protoplasma bakteri. Bila sel belum mati, proses pewarnaan yang akan mematikannya. Jadi, proses pewarnaan memang suatu proses yang drastis dan menyebabkan perubahan yang tidak alamiah. Zat warna yang biasa dipakai adalah garam. Zat warna basa terdiri atas kation yang berwarna dengan anion yang tidak berwarna (misalnya biru metilen + klorida-); zat warna asam adalah sebaliknya (misalnya natrium + eosinat-). Sel bakteri kaya akan asam nukleat, mengandung muatan negatif dalam gugus fosfatnya. Muatan negatif ini bergabung dengan zat-zat warna basa yang bermuatan positif. Zat warna asam tidak mewarnai sel bakteri, karena itu dapat digunakan untuk mewarnai bahan latar belakang sehingga berwarna kontras. Zat warna basa mewarnai sel bakteri secara merata kecuali bila RNA sitoplasma dirusak terlebih dahulu. Namun, teknik pewarnaan khusus dapat digunakan untuk membedakan flagel, simpai, dinding sel, selaput sel, granula, inti, dan spora. Untuk mewarnai bakteri, harus disiapkan sebelum pelaksanaan salah satu teknik pewarnaan. Meskipun tidak sulit, teknik ini membutuhkan perawatan yang memadai. 1. Persiapan object glass mikroskop: Digunakan object glass yang bersih untuk melakukan pewarnaan bakteri. Lemak-lemak harus dihilangkan dari object glass dengan cara mencuci object glass dengan sabun dan air atau bubuk penggosok seperti Bon Ami, dilanjutkan dengan pembilasan air dan dibilas dengan alkohol 95%. Setelah dibersihkan, object glass dikeringkan 2. Pelabelan object glass: Pelabelan yang tepat dari object glass adalah penting. Inisial organisme dapat ditulis pada kedua ujung object glass. Harus diperhatikan bahwa label tidak boleh kontak langsung dengan reagen pewarnaan 3. Persiapan pewarnaan: Sangat penting untuk menghindari pengambilan kultur yang terlalu tebal. Sebab, ketika pengambilan dilakukan terlalu tebal dalam membuat suatu preparat akan mengurangi jumlah cahaya yang melewati object glass dan membuat sulitnya melihat morfologis sel. Pewarnaan yang baik salah satunya adalah ketika dikeringkan akan muncul sebagai lapisan putih tipis atau film. Beberapa cara pewarnaan bakteri adalah sebagai berikut:
1. Pewarnaan Sederhana Pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarnaan pada lapisan tipis, atau olesan yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Lapisan tadi digenangi dengan larutan pewarna selama jangka waktu tertentu, kemudian larutan itu dicuci dengan air dan kaca objeknya dikeringkan dengan kertas penghisap. Biasanya sel-sel itu terwarnai secara merata. Akan tetapi, pada beberapa organisme, terutama bilamana zat pewarna itu biru metilen, beberapa granula di dalam sel tampak terwarnai lebih gelap ketimbang bagian-bagian sel lainnya. 2. Pewarnaan diferensial Prosedur pewarnaan yang menampilakan perbedaan di antara selsel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna atau reagen pewarnaan. 3. Pewarnaan Gram Salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Di antaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif mempertahankan zat warna ungu kristal dan karenanya tampak ungu tua. Kelompok yang lain, bakteri gram negatif kehilangan ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin, tampak berwarna merah. Teknik pewarnaan gram pertama kali diuraikan dalam suatu publikasi pada tahun 1884oleh seorang ahli bakteriologi Denmark, Christian Gram. Dia mengembangkan prosedur pewarnaan ini selagi mencari suatu metode untuk memperlihatkan bakteri pneumonia. Selain itu dia melihat bahwa beberapa spesies bakteri dapat dibedakan dengan prosedur pewarnaan ini. Dalam proses ini, olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut adalah urutan yang terdaftar pada tabel di bawah. Larutan dan Urutan Pengunaannya
Reaksi dan Tampang Bakteri Gram Positif
Gram Negatif
1. Ungu Kristal (UK)
Sel berwarna ungu
Sel berwarna ungu
2. Larutan yodium (Y)
Kompleks UK-Y terbentuk di dalam sel; sel tetap berwarna ungu
Kompleks UK-Y terbentuk di dalam sel; sel tetap berwarna ungu
3. Alkohol
4. Safranin
Dinding sel mengalami dehidrasi, pori-pori menciut; daya rembes dinding sel dan membran menurun, UKY tak dapat ke luar dari sel; sel tetap ungu Sel tak terpengaruhi,
Lipid terekstraksi dari dinding sel, pori-pori mengembang, kompleks UK –Y keluar dari sel; sel menjadi tak berwarna Sel menyerap zat
tetap ungu
pewarna ini, menjadi merah
Pewarnaan dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa organik yang mengandung suatu cincin benzena dan suatu gugus kromofor dan auksokrom. Kemampuan pewarna untuk terikat ke komponen sel makromolekul tergantung pada muatan elektrik yang ditemukan pada bagian kromogennya. Pewarna-pewarna yang dapat terionisasi dapat dibedakan menjadi dua kelas berdasarkan muatan alaminya, yaitu: 1. Pewarna asam: Terionisasi memberikan muatan negatif/anionik pada kromogen), akan berikatan kuat dengan komponen sel yang bermuatan positif. Contoh: eosin, asam pikrat, asam Fuchsin. Biasanya pewarna asam memiliki gugus karbonil dan fenolik hidroksil 2. Pewarna basa (terionisasi memberikan muatan positif/kationik pada kromogen), akan berikatan kuat dengan komponen sel yang bermuatan negatif. Contoh: methylen blue, basa Fuchsin, kristal violet, safranin, malachite hijau. Biasanya pewarna basa berupa garam klorida atau nitrogen pentavalet. III.
Metodologi Sebelum masuk ke Laboratorium Mikrobiologi praktikan memakai jas laboratorium yang bersih lengkap dengan masker, penutup kepala, dan sarung tangan, kemudian mensterilkan diri sendiri sebelum memulai pekerjaan dengan cara mencuci tangan dengan sabun di wastafel, lalu tangan dibersihkan lagi dengan alkohol 70%. Bersihkan pula meja laboratorium dengan alkohol 70% dan diletakkan 2 lampu spiritus yang telah diberi jarak sekitar 10 cm. Pengerjaan dilakukan di antara 2 lampu spiritus agar dicapai media yang steril. Kemudian, disiapkan alat-alat berupa mikroskop cahaya, kaca benda (object glass) bersih, sengeklit/jarum Ose, pembakar Bunsen/spiritus, pipet tetes, penjepit kaca benda, kertas saring, corong dan kertas lensa. Disiapkan juga bahan-bahan yang meliputi kultur/biakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus berumur 24 jam dengan kerapatan 25% dalam media Nutrient Agar miring, serta bahan-bahan berupa zat warna yang terdiri dari gentian violet, karbol fuchsin, air suling steril/ NaCl fisiologis (0,9%), metilen biru, larutan lugol, dan alkohol 96%. 3.1 Pewarnaan Bakteri A. Pewarnaan Sederhana Disiapkan object glass bersih dan dilewatkan dulu object glass tersebut di atas nyala api spiritus untuk menghilangkan lemak-lemak yang masih menempel. Jarum Ose atau sengkelit diflambir (disterilkan dengan memijarkan bagian kawat logam di atas nyala api pembakar spiritus sampai merah membara), kemudian dibiarkan selama 10 detik hingga dingin. Bekerjalah di daerah aseptik dengan radius ± 20 cm dari pembakar spiritus. Untuk membuat preparat apusan yang berasal dari biakan Nutrient Agar, sebelumnya diteteskan satu tetes air suling steril atau NaCl fisiologis steril (NaCl 0,9%) pada permukaan object glass yang bersih, kemudian diambil satu sengkelit biakan agar miring dan disuspensikan pada air suling pada permukaan object glass tersebut. Langkah kedua, diratakan biakan pada permukaan object glass dengan cara memutar jarum Ose dengan
putaran yang searah sehingga diperoleh apusan yang tipis. Langkah ketiga, direkatkan (fikasi) apusan bakteri dengan cara melewatkan preparat di atas nyala api pembakar spiritus hingga preparat membentuk suatu lapisan tipis yang merekat pada object glass (jangan dipanaskan berlebih karena akan merusak struktur bakteri). Preparat yang telah dikeringkan dan difiksasi kemudian diletakkan di tempat pewarnaan, dituangi zat warna karbol fuchsin yang telah disaring dan ditipiskan, kemudian didiamkan selama 30-60 detik. Setelah didiamkan sebentar, zat warna dibuang dan dibilas dengan air kran (air dilewatkan pada tangan). Setelah dicuci, preparat dikeringkan di antara kertas saring atau di udara. Diamati hasil pewarnaan dengan mikroskop cahaya. B. Pewarnaan Gram Disiapkan object glass bersih dan dilewatkan dulu object glass tersebut di atas nyala api spiritus untuk menghilangkan lemak-lemak yang masih menempel. Jarum Ose atau sengkelit diflambir (disterilkan dengan memijarkan bagian kawat logam di atas nyala api pembakar spiritus sampai merah membara), kemudian dibiarkan selama 10 detik hingga dingin. Bekerjalah di daerah aseptik dengan radius ± 20 cm dari pembakar spiritus. Untuk membuat preparat apusan yang berasal dari biakan Nutrient Agar, sebelumnya diteteskan satu tetes air suling steril atau NaCl fisiologis steril pada permukaan object glass yang bersih, kemudian diambil satu sengkelit biakan agar miring dan disuspensikan pada air suling pada permukaan object glass tersebut. Langkah kedua, diratakan biakan pada permukaan object glass dengan cara memutar jarum Ose dengan putaran yang searah sehingga diperoleh apusan yang tipis. Langkah ketiga, direkatkan (fikasi) apusan bakteri dengan cara melewatkan preparat di atas nyala api pembakar spiritus hingga preparat membentuk suatu lapisan tipis yang merekat pada object glass (jangan dipanaskan berlebih karena akan merusak struktur bakteri). Preparat yang telah dikeringkan dan difiksasi kemudian diletakkan di tempat pewarnaan, dituangi zat warna gentian violet dan didiamkan selama 2 menit. Dibuang kelebihan zat warna dan dicuci dengan air mengalir melalui tangan, kemudian preparat dituangi larutan lugol (berfungsi sebagai mordant, yaitu zat yang membentuk kompleks yang tak larut dengan mengikat pewarna primer), didiamkan selama 45-60 detik. Setelah didiamkan selama 45-60 detik, preparat dicuci dengan alkohol 96% atau dimasukkan ke dalam silinder yang berisi alkohol 96% (decolorizing agent) sambil digoyang-goyang selama 30 detik atau sampai tidak ada lagi zat warna yang luntur mengalir dari preparat dan dibilas dengan air kran. Preparat kemudian dituangi dengan karbol fuchsin (pewarna tandingan/counterstain) dan didiamkan selama 30-60 detik. Zat warna kemudian dibuang, dibilas air kran, dan dikeringkan di antara kertas saring atau di udara. Diamati hasil pewarnaan dengan mikroskop cahaya. 3.2 Teknik Penggunaan Mikroskop Dipegang erat-erat lengan mikroskop dengan tangan kanan, sedang tangan kiri digunakan untuk menyangga kaki mikroskop. Meja preparat dijaga agar tetap horizontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh dan diperhatikan bagaimana meletakkan objek yang akan diamati di meja
preparat. Diamati sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan lensa kondensor. Diamati pula sumber cahaya yang digunakan dan diperhatikan bagaimana mengatur besar kecilnya sumber cahaya tersebut. Diperhatikan bagian-bagian mikroskop lainnya, seperti lensa okuler, diafragma, kondensor, sistem illuminasi, coarse focus dan fine focus. Dibersihkan lensa dengan tissue lens. Dinyalakan lampu dengan menekan tombol ON dan diatur kekuatan lampu dengan memutar bagian brightness adjusment knob. Diletakkan preparat yang akan diamati pada meja benda, kemudian dijepit dengan speciment holder. Pengamatan dilakukan dengan dua mata. Dicari objek yang diamati dengan memutar sekrup vertikal dan horizontal. Dicari fokusnya dengan cara memutar mikrometer dan makrometer mikroskop. Digunakan pembesaran lemah terlebih dahulu. IV.
Hasil Praktikum dan Pembahasan 4.1 Tabel Pewarnaan Sederhana dan Gram pada Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Jenis Pewarnaan
Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan Gram
Gambar
Keterangan Zat warna: Karbol Fuchsin Nama bakteri: Staphylococcus aureus Bentuk: Bulat-bulat Rangkaian: Seperti tandan anggur Zat warna: Metilen biru Nama bakteri: Escherichia coli Bentuk: Batang Rangkaian: Tersebar Zat warna: Gentian violet + Karbol Fuchsin Nama bakteri: Staphylococcus aureus Bentuk: Bulat-bulat Rangkaian: Seperti tandan anggur Zat warna: Gentian violet + Karbol Fuchsin Nama bakteri: Escherichia coli Bentuk: Batang Rangkaian: Tersebar
1. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk melihat bentuk morfologis dan struktural bakteri, sedangkan pewarnaan gram bertujuan untuk mengklasifikasikan bakteri ke dalam dua kelompok besar, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negaitf. 2. Perbedaan warna antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding bakteri gram positif banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida.
3. Kompleks gentian violet-iodin yang masuk ke dalam sel bakteri gram positif tidak dapat tercuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada dinding sel, sedangkan pada bakteri gram negatif alkohol akan merusak lapisan lipopolisakarida. 4. Kompleks gentian violet-iodin pada bakteri gram negatif dapat tercuci dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan, yang akan berwarna merah setelah diberi karbol fuchsin. 5. Endospora bakteri tidak dapat diwarnai dengan metode pewarnaan sederhana. Hal ini desebabkan karena endospora memiliki selubung yang kompak sehingga zat warna sulit mempenetrasi dinding endospora dan diperlukan pemanasan dari mordant untuk mengikat zat warna. 6. Sebelum melakukan teknik pewarnaan terlebih dahulu object glass dilewatkan di atas nyala api spiritus untuk menghilangkan lemak-lemak yang masih menempel. 7. Digunakan NaCl 0,9% untuk biakan bakteri agar miring (padat) karena NaCl 0,9% bersifat isotonis sehingga tidak merubah bentuk sel bakteri. 8. Fiksasi yang dilakukan sebelum pewarnaan dimaksudkan agar bakteri tidak hilang saat pencucian. 9. Pada pewarnaan gram, preparat dituangi larutan lugol yang berfungsi sebagai mordant, yaitu zat pembentuk kompleks yang tidak larut dengan mengikat warna primer. Berfungsi memfiksasi warna utama yang bertujuan untuk pengikatan warna oleh bakteri. 10. Karbol Fuchsin berfungsi sebagai pewarna tandingan (counterstain) yang memiliki warna kontras terhadap pewarna primer. Pewarnaan tandingan ini dapat diserap oleh bakteri yang luntur saat diberi alkohol dan tidak dapat diserap oleh bakteri yang tahan saat diberi alkohol sehingga warna awal akan tetap dipertahankan. 11. Pewarnaan terakhir yang dilakukan adalah pewarnaan dengan zat warna kontras (karbol Fuchsin) sehingga sel-sel gram negatif yang telah kehilangan warna akan mendapat warna kontras dan sel-sel positif akan tampak berwarna ungu. 12. Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembiasan terhadap gelas objek dengan menggunakan aquades. Pembiasan tersebut bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang diberikan. 13. Pada pewarnaan bakteri Staphylococcus aureus di mikroskop, bakteri berbentuk bulat dengan rangkaian tandan anggur dan berwarna ungu. Oleh karena kriteria tersebut, Bakteri Staphylococcus aureus dikelompokkan sebagai bakteri gram positif. Sedangkan pada bakteri Escherichia coli , berwarna merah, berbentuk seperti batang dengan rangkaian yang tersebar. Oleh karena itu bakteri dikelompokkan sebagai bakteri gram negatif. V.
Kesimpulan 1. Staphylococcus aureus akan berwarna biru saat dilakukan pewarnaan gram yang berarti menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, sedangkan bakteri Escherichia coli akan berwarna merah saat dilakukan pewarnaan gram yang menunjukkan bahwa Escherichia coli adalah bakteri gram negatif. 2. Bentuk bakteri Escherichia coli adalah batang dengan rangkaian tersebar, sedangkan bentuk bakteri Staphylococcus aureus adalah bulat dan rangkaiannya seperti tandan anggur.
3. Teknik pewarnaan gram lebih dapat mengklasifikasikan bakteri ke dalam kelompok-kelompoknya daripada pewarnaan sederhana yang hanya dapat memperlihatkan bentuk morfologis bakteri. VI.
Daftar Pustaka 1. Cappuccino, James dan Natalie Sherman. -. Microbiology a Laboratory Manual Eight Edition. Pearson Benjamin Cummings. New York. hal. 59 2. Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. hal. 70-177 3. Pratiwi, Sylvia T. -. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta. hal. 18-27
VII.
Lampiran