Pengaruh Handphone Terhadap Sosialisasi Masyarakat
Posted by uki satriawan on 19:33 with No comments so far
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, idea, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non verbal.
Dahulu sebelum ada teknologi seperti sekarang, manusia lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan gerak-gerik, mimik, dan sikap tubuh karena manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lainnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman masyarakat mampu membuat sebuah inovasi-inovasi baru untuk memudahkan berkomunikasi lalu mereka menciptakan alat komunikasi bernama handphone.
Di zaman modern seperti sekarang ini handphone bukan lagi benda asing bagi siapapun dari anak-anak sampai yang dewasa. Handphone atau yang sering kita kenal dengan sebutan HP adalah salah satu teknologi komunikasi yang di hadirkan dan di rancang sedemikian rupa dengan berbagai fitur yang sangat canggih. Tujuan utama handphone yang dibuat untuk berkomunikasi sekarang sudah dilengkapi dengan berbagai fitur seperti kamera, internet, televisi, MP3 hingga layanan messanger lainnya. Siapa yang tidak tertarik dengan benda sekecil itu tetapi memiliki berbagai macam kegunaan.
Saat ini handphone sudah sangat bervariatif sehingga mempengaruhi nilai jualnya dari yang termurah hingga termahal dengan berbagai macam merk. Handphone merupakan kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia, dengan fungsi utama menelpon atau berbicara jarak jauh kita mampu memperpendek jarak yang jauh menjadi dekat sehingga kita dapat berkomunikasi secara bersamaan dan kapan saja tanpa harus bertatap muka. Handphone bukan sekedar kebutuhan, tetapi sudah menjadi gaya hidup. Bahkan, ada anggapan kalau tidak punya handphone, maka akan dicap sebagai orang kampungan.
Tanpa kita sadari penggunaan handphone yang kini merupakan suatu barang yang bersifat wajib bagi setiap orang khususnya remaja mampu memberikan dampak positif dan negatif bagi para penggunanya. Dampak positif penggunaan handphone antara lain adalah kita dapat berkomunikasi dengan keluarga, saudara, teman yang berjauhan tanpa harus bertatap muka, fitur internet yang di tawarkan mampu membantu kita mencari informasi sebanyak-banyaknya tanpa harus pergi ke warnet dan membawa-bawa laptop yang berat, mampu menghilangkan stress dengan mendengarkan MP3 atau bermain game. Bentuk yang minimalis dan lengkap dengan berbagai fitur yang sesuai dengan kebutuhan manusia terutama remaja mampu menambah nilai tambah tersendiri untuk teknologi canggih tersebut. Dalam kenyataannya handphone mampu mengalihkan perhatian para remaja terhadap lingkungan sekitar mereka dan cenderung memperhatikan handphone setiap saat.
Dampak negatif dari benda kecil tersebut sudah mampu menghilangkan cara berkomunikasi yang baik antara individu satu dengan yang lainnya. Remaja lebih suka berbicara via SMS atau telepon untuk bersilahturami dengan alasan menggunakan handphone lebih mudah dibandingkan harus mengeluarkan biaya untuk bertemu keluarga, saudara atau teman yang berjauhn. Banyak ditemui saat satu keluarga sedang berkumpul untuk makan semuanya sibuk memegang dan bermain dengan handphone masing-masing, jika begitu apa handphone merupakan salah satu alat komunikasi yang baik? Tentu tidak komunikasi yang baik dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka, tidak dengan menggunakan perantara melalui handphone. Perantara tersebut dapat kita gunakan jika kita benar-benar tidak dapat saling bertatap muka.
Ketika ponsel telah berhasil menggeser kebiasaan dan bahkan kebudayaan, maka tak heran bila pada akhirnya kita akan sangat bergantung pada sebuah handphone dan cara berkomunikasi menggunakan handphonepun sudah mengesampingkan tujuan utamanya yaitu untuk berkomunikasi jarak jauh, nyatanya berjarak dekat saja kita menggunakan handphone untuk berkomunikasi. Para remaja lebih senang bermain handphone dibandingkan harus bertukar cerita atau pikiran mereka dengan orang tua mereka, para pelajar lebih sering bermain handphone disaat guru mereka menjelaskan pelajaran, anak SD lebih suka bermain games di handphone daripada bermain bersama teman-teman sebayanya. Faktanya banyak dari kita selalu memprioritaskan handphone, saat makan, belajar, menonton televisi, jalan bersama teman bahkan berkumpul dengan keluarga handphone dapat dipastikan selalu dalam genggaman kita.
Melakukan aktivitas tanpa menggunakan handphone saat ini bagi sebagian orang akan terasa janggal. Mulai kita bangun tidur sampai tidur lagi, kita tidak bisa lepas dari yang namanya handphone dan seseorang seakan merasa tidak bisa hidup tanpa handphone. Sekarang handphone lebih dijadikan gaya hidup tersendiri bagi penggunanya.
Seharusnya kita mampu menanggapi perkembangan teknologi komunikasi dengan bijak, bagaimana kita memilih dan menggunakan suatu teknologi, sebuah perkembangan pastilah membawa dampak besar bagi sekitarnya. Tidak mungkin sebuah perubahan tidak menimbulkan dampak bagi sekitarnya. Tetapi kita sebagai masyarakat harus pandai memilih dan mengelolanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Gunakan teknologi yang kita kuasai untuk bersosialisasi dengan yang lain karena teknologi komunikasiyang tidak disikapi dengan baik akan membuat seseorang kurang peka terhadap kehidupan sosialnya, kehadiran teknologi informasi telah mengurangi intensitas tatap muka yang terjadi dalam organisasi atau pun sosial masyarakat.
Handphone merupakan salah satu dari perkembangan teknologi. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, fungsi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi biasa, tetapi manusia juga dapat mengakses internet, SMS, berfoto dan juga saling mengirim data. Dampak yang ditimbulkan dari handpone mungkin tidak kita sadari sama sekali. Selain memudahkan dalam berkomunikasi sebagai dampak positif yang manusia dapatkan, terdapat pula dampak negatif yang manusia dapatkan sebagai akibat menggunakanhandphone atau telepon genggam ini.
Handphone pada saat ini tidak hanya digunakan oleh kalangan dewasa saja. Sekarang anak-anak pun sudah banyak yang memiliki handphone dengan kecanggihan yang tidak kalah dengan handphone orang dewasa. Sehingga dampaknya terjadi tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak.
Misalnya pada anak-anak selain fungsi handphone sebagai alat komunikasi, anak-anak dinilai "ikut-ikutan" terhadap tren saja. Banyak hal yang dapat diperhatikan dari fenomena ini. Misalnya adalah jika dilihat dari segi sosial, kesenjangan akan sangat terlihat antara anak yang berasal dari keluarga mampu secara finansial dan yang tidak dalam suatu komunitas di sekolahnya. Penggunaan telepon selular secara tidak langsung juga dinilai dapat mempengaruhi lingkungan pergaulan anak-anak.
kepemilikan telepon selular oleh anak berkaitan dengan perkembangan psikologisnya khususnya dalam mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi serta keinginan untuk diterima di pergaulannya (popularitas). Kreativitas, ego serta kondisi lingkungan (apakah teman-temannya mempunyai telepon selular) secara psikologis dapat memicu seorang anak untuk memiliki telepon selular.
Selain itu dampak negatif dari perkembangan teknologi hadphone terjadi juga pada orang dewasa diantaranya :
1. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face).
2. Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. Manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP, maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat sedikitpun. Memang akan menjadi lebih mudah tetapi orang akan lebih tidak peduli dengan rasa sosial.
Sebagai contohnya dapat kita lihat dalam film wall-e. film dengan setting masa depan yang serba canggih yang segala macam bentuk aktifitasnya dilakukan secara digital. Mulai dari makan, berbelanja, hingga mandi dilakukan dengan system komputer sehingga manusia tidak perlu bergerak atau berjalan dan hanya tinggal duduk di kursi saja semua sudah dijalankan. Oleh karena itu manusia menjadi malas dan karena hanya terpaku pada penggunaan teknologi saja bahkan merekapun jadi lupa untuk bersosialisasi dengan orang sekitar saking terbuai dengan kenikmatan teknologi.
Perkembangan telepon seluler sekarang ini juga menjadi menarik untuk disimak karena konvergensi teknologi yang sekarang terjadi mengisyaratkan kita bahwa kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang ini tidak memiliki batas sama sekali. Sulit bagi kita sekarang ini membedakan mana masuk kategori ponsel, kategori komputer, kategori pemutar musik digital, maupun kategori kamera digital atau video digital.Tampaknya sudah tidak ada lagi batasan yang jelas antara berbagai teknologi yang tersedia sekarang ini di pasaran yang semuanya menjadi sebuah kesatuan dan berbagai fungsi terkumpul dalam sebuah perangkat.
Jika di bandingkan dengan jaman dulu perkembangan teknologi handphone tidak berkembang pesat seperti sekarang ini.dapat di lihat dari model handphone jaman dulu desai nya sangat sederhana dan lebih cenderung simple,tidak seperti jaman sekarang,model handphone banyak yang berbentuk unik dan besar. Jaman dulu layar handphone hanya bisa 1 warna atau sedikit.ringtone nya masih pollyphonic.Belum bisa mengunakan lagu sebagai nada sambung dan perkembangan yang semakin maju.
Pada industri ponsel, dapat di lihat fenomena terlihat dengan semakin banyaknya perangkat ponsel yang penuh dengan berbagai ragam kemampuan multimedia, dan bahkan pada model-model tertentu sudah bisa menjadi fungsi komputer dengan kecepatan komputasi yang setara ketika komputer pertama kali digunakan secara massal oleh konsumen. di antara perkembangan kedua teknologi ini adalah persoalan desain. Rancangan desain ponsel sekarang ini beribu macam, dari yang sederhana sebagai sebuah ponsel belaka sampai tercanggih.Contohnya saja untuk handphone jaman sekarang,banyak ang sudah dilengkapi oleh kecanggihan teknoogi seperti MMS,3G,GPRS,ringtone ujuga semakin canggih(bisa mengunakan MP3 sebagai ringtone),warna untuk layar semakin banyak,dan untuk sekarang ini nada sambung handphone bia mengunakan sesuai dengan yang kita inginkan.
MMS : seperti pesan text biasa,tetapi untuk MMS dapat melakukan pengiriman pesan beserta gambar.
3G : telepon dengan lawan bicara,tetapi bisa di lakukan secara tatap muka.(dan sekarang untuk handphone yang lebih canggih dilengkapi 3,5G dan 4G).
GPRS : untuk internet,membuka email.
Dengan semakin maju perkembangan teknologi handphone semakin membantu oran-orang dalam melakukan segala aktifitas,karena handphone dapat dikatakan sebagai indenditas seseorang.
Sekarang ini perkembangan teknologi ponsel sangatlah menjajikan apabila dilihat dari dunia bisnis. Mereka memanfaatkan ide-ide kreatif mereka dengan hanya mengeluarkan modal yang tidak banyak tapi bisa menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.Seperti yang kita ketahui sekarang ini banyak sekali game-game yang bisa di download ke hp kita dengan mudahnya. Hanya dengan tinggal mengirimkan sms seharga kurang-lebih 2000 rupiah kita bisa mendapatkan game yg kita mau. Ataupun lagu-lagu yang baru-baru untuk dijadikan ringtone.
Ataupun sekarang ini kita juga bisa mendownload foto-foto artis, mendapatkan sms dari artis favorit kita dengan hanya mengirimkan sms saja. Tidak hanya untuk hiburan saja kita juga bisa mendapatkan informasi atau berita dengan cara berlangganan maka tiap hari provider akan mengirimkan berita terbaru yang kita inginkan. jadi dengan adannya bisnis ini, seperti terjadi adanya simbiosis mutualisme antara pengguna seluler dengan provider pasalnya dengan mengeluarkan uang kurang lebih 2000 kita juga akan mendapatkan informasi-informasi yang kita inginkan, seperti selebritis, berita, pendidikan sampai ramalan sehinga masing-masing pihak mendapatkan keuntungannya masing-masing. Tetapi tidak semua provider berlaku jujur karena terkadang walaupun kita telah memutuskan untuk tidak melanjutkan berlanganan lagi, tetapi mereka tetap memotong pulsa kita. Jadi kita sebagai konsumen harus pintar-pintar memilih.
http://wisatapikiran.blogspot.co.id/2013/06/pengaruh-handphone-terhadap-intekasi sosial.html
DAMPAK PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM TERHADAP PERILAKU SISWA
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan pengguna telepon genggam di Indonesia sangat luar biasa. Bila total penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 245 juta berarti separuh penduduk Indonesia saat ini merupakan pengguna telepon genggam. Dapat dibayangkan, coverage pasar global saja pada 1998 terdapat sekitar 200 juta user seluler di seluruh dunia, tahun 2004 jumlahnya membengkak jadi 1,6 miliar customer. Kemudian, tahun 2006 meningkat lagi menjadi sekitar 2,6 miliar user seluler. Angka ini diprediksi tumbuh 20% menjelang 2015. Rasanya, tidak ada produk maupun perangkat teknologi yang lain mengalahkan teknologi mobile atau telepon genggam dalam Majalah SWA Marketing (SWA Media Inc.)
Perkembangan teknologi yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara personal, seperti telepon genggam, PDA dan sebagainya. Saat ini jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia mencapai 110 juta. Penggunanya mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Menurut sebuah survey (Majalah Swa dan Indosat, 2009), pengguna paling besar adalah kalangan pelajar. Fitur-fitur yang ditawarkan kepada segmen ini sangat bervariatif sehingga mendorong segmen ini untuk menggunakan layanannya secara aktif.
Namun, hal yang menarik dari kenyataan ini adalah penggunaan telepon genggam yang sudah merebak di kalangan anak-anak, sehingga timbul anggapan bagi mereka sebagai wacana yang cenderung negatif menanggapi pernyataan tersebut, misalnya mereka (anak-anak) dinilai "ikut-ikutan" terhadap tren saja, sedangkan tidak terlihat mereka membutuhkan telepon genggam itu dari segi fungsionalnya.
Sedangkan jika kita lihat dari segi positifnya, misalnya tumbuhnya kesadaran anak untuk bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tua untuk menggunakan dan merawat barang berharga, dapat menjadi salah satu parameter perkembangan psikologinya. Dininya usia anak diperkenalkan terhadap teknologi juga dapat dinilai suatu dampak yang sangat positif, karena dengan demikian mereka dapat secara kreatif mengenal fitur-fitur tertentu serta dapat langsung menggunakannya.
Banyak hal yang dapat diperhatikan dari fenomena ini. Misalnya adalah jika dilihat dari segi sosial, kesenjangan akan sangat terlihat antara anak yang berasal dari keluarga mampu secara finansial dan yang tidak dalam suatu komunitas di sekolahnya. Penggunaan telepon genggam secara tidak langsung juga dinilai dapat mempengaruhi lingkungan pergaulan anak-anak.
Dalam teori Behaviorisme dijelaskan bahwa perkembangan perilaku individu selalu mengikuti aturan stimulus – respons. Stimulus dapat diartikan sebagai hal yang memicu individu untuk berbuat sesuatu, sedangkan respons merupakan reaksi terhadap pemicu/stimulus yang membentuk perilaku dari individu yang bersangkutan. Individu tidak dianggap berperan dalam menentukan perilakunya, karena tingkah laku (respon) memerlukan pengkondisian (stimulus) sebagai pemicu. Tingkah laku tersebut dapat pula tumbuh dari hasil pengamatan lingkungan sekitar.
Keberhasilan telepon genggam menggerogoti pikiran orang, tidak disadari imperialisme budaya pun merajalela. Mereka merasa percaya diri jika memiliki telepon genggam dan seolah-olah menyatakan dirinya "saya orang modern, saya orang teknologi". Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah. Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi
Schramm (2007), menyatakan bahwa kegiatan komunikasi juga bisa dilihat dari kedudukan fenomena dalam kehidupan sosial. Komunikasi pada dasarnya membuat individu menjadi bagian dari lingkungan sosial. (http://gunheryanto.blogspot.com/).
Rogers dan Kincaid dalam Panuju (1997:102) menggambarkan terbentuknya suatu realitas sosial (social reality) akibat proses komunikasi, yakni berupa saling pengertian (mutual understanding), kesempatan bersama, (mutual agreement), dan tindakan bersama (collective action).
Berkaitan dengan keterlibatan media komunikasi dalam proses perubahan sosial masyarakat tersebut di atas, Nurudin (2004:83) mengatakan bahwa media komunikasi (telepon genggam) telah mengubah perilaku komunikasi masyarakat Indonesia. Dikatakan pula bahwa perkembangan baru dalam sistem komunikasi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan penggunaan telepon genggam, antara lain: (1) komunikasi melalui telepon genggam adalah bentuk revolusi komunikasi yang sedang melanda Indonesia, (2) komunikasi telepon genggam telah menurunkan minat baca masyarakat, (3) komunikasi telepon genggam telah memunculkan praktik bisnis ilegal, (4) fenomena komunikasi dengan menggunakan telepon genggam tidak mengindahkan etika dalam penggunaanya, (5) penggunaan telepon genggam di Indonesia lebih digunakan untuk gaya hidup bukan untuk kebutuhan hidup.
Perkembangan teknologi telepon genggam di kalangan siswa, ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan zaman. Orang tua menyadari akan pentingnya telepon genggam bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga telepon genggam dewasa ini bukan lagi kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap telepon genggam merupakan masalah bagi dunia pendidikan, utamanya jika telepon genggam diberi kebebasan penggunaanya di lingkungan sekolah.
Perkembangan penggunaan telepon genggam di kalangan siswa sangat pesat bahkan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang dampak penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa SMA Negeri 6 Kendari dengan harapan dapat memperoleh suatu kesimpulan berlandaskan teori atau ilmu terkait serta informasi yang peneliti dapatkan pada saat penelitian berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dan diteliti adalah Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak masalah di atas maka tujuan penelitian penelitian ini adalah untuk medekripsikan dampak penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa SMA Negeri 6 Kendari ditinjau dari dimensi :
1. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya masalah pendidikan.
2. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya tentang kesehatan.
3. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya kondisi social.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritik
1.1. Dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang relefan.
1.2. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti umumnya, penulis khususnya untuk ditingkatkan ke penelitian lebih luas tentang dampak penggunaan telepon genggam dengan aspek lain dan dimensi yang lebih luas.
2. Manfaat Praktik
2.1. Menjadi masukan kepada pengambil kebijakan tentang penggunaan telepon genggam bagi siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2.2. Menjadi masukan kepada orang tua dalam mengambil keputusan untuk pemilikan telepon genggam kepada anak yang masih mengikuti pendidikan sesuai peruntukannya.
2.3. Menjadi masukan kepada guru untuk mengambil kebijakan dalam penggunaan telepon genggam sesuai peruntukannya.
2.4. Dapat menjadi pertimbangan pemanfaatan telepon genggam sebagai media pembelajaran atau yang dikenal sebagai M-Learning.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teknologi
Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi, karena cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia membuat dunia ini seolah-olah semakin sempit dikarenakan kita dapat melihat apa yang terjadi di Indonesia bahkan dunia, meskipun kita berada di tempat yang berbeda .
Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa.
Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Dan di akui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas mereka.
Kata teknologi berasal dari bahasa Latin yang berakar dari kata texere, yang artinya menyusun atau membangun. Pengertian teknologi tidak dapat dibatasi hanya pada penggunaan peralatan mesin, meskipun dalam arti sempit dalam percakapan sehari-hari istilah tersebut sering digunakan.
Teknologi adalah "a desain for instrumental action that reduces the uncertainty in cause-effect relationships involve in achieving a desired outcome" Roger (Agung Nugroho, 2010: 2). Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan.
Sebutan teknologi komunikasi dan teknologi informasi sering saling dipergantikan, kendati komunikasi dan informasi memiliki makna yang berbeda.
Menurut Ashadi Siregar dalam makalahnya tahun 2001 yang berjudul" Negara, Masyarakat dan Teknologi Informasi", membandingkan teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Yang pertama memiliki fokus kajian terhadap teknologi yang membuat perubahan model komunikasi dalam masyarakat,sedang yang kedua melihat teknologi yang mempengaruhi format dan signifikansi informasi bagi penggunanya. Teknologi pada satu sisi, melalui perubahan model komunikasi mengubah struktur masyarakat (secara makro), dan pada sisi lain mengubah cara-cara pemanfaatan Informasi (secara mikro).
Teknologi komunikasi sekarang telah berhasil mengintergrasikan teknologi komunikasi, teknologi informasi dan teknologi multimedia atau teknologi telematika. Ketika teknologi tersebut berjalan sendiri-sendiri tentunya dampak yang dihasilkan belum sebesar apabila bersatu seperti sekarang. Bervariatifnya pelayanan baru untuk mendapatkan informasi karena didukung teknologi telekomunikasi menjadi keniscayaan.
Pelayanan baru tersebut pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Karena manusia meng-encode dan men-decode informasi menggunakan panca inderanya (mata, telinga, mulut, dan kulit), maka pelayanan inipun berupaya menyajikan informasi dalam bentuk gambar, grafik, teks, suara.
Kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala "dehumanisasi", tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu dampak yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religious atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia. Iptek telah membuat orang dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
Selain itu, juga terungkap perkembangan IPTEK pada hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke-43 tanggal 24 Mei 2009 di Vatican, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesannya bagi seluruh umat Katolik dengan tema; "Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya menghormati, Dialog dan Persahabatan". Tema ini kiranya berangkat dari keprihatinan Paus bersama kita atas segala penyimpangan dan penyalahgunaan manusia. Kekeliruan dalam membuat penilaian, keputusan, dan pilihan terhadap fungsi dasar dan tujuan utama media komunikasi telah menghadirkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan manusia sendiri (http://www.wikimu.com, 2009).
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia.
B. Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris "comunication"),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin comunicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata comunis Dalam kata comunis ini memiliki makna 'berbagi' atau 'menjadi milik bersama' yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu; human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and one another.
Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Prepared by Nurhablisyah.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu; (1) Komunikator (siapa yang mengatakan?), (2) Pesan (mengatakan apa?), (3) Media (melalui saluran/ channel/media apa?), (4) Komunikan (kepada siapa?), (5) Efek (dengan dampak/efek apa?).
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Menurut lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan (Nurhablisyah 2009). Dari berbagai sumber, dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster's New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
Penyalahgunaan terhadap azas manfaat dan nilai guna dari media komunikasi sedang mengancam proses komunikasi manusia karena mentalitas konsumtif dan hedonis yang berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan dan pilihan seeara tidak bijaksana terhadap tawaran media komunikasi. Dewasa ini satu orang bisa memiliki dua atau tiga telepon genggam, dua atau tiga nomor telepon genggam. Kalau memiliki telepon genggam yang tidak "gaul" dikatakan ketinggalan zaman.
Dalam keluarga-keluarga kaya misalnya, masing-masing anggota memiliki TV di dalam karnar yang menghambat komunikasi efektif dan intensif antaranggota keluarga. Menurut pertanyaan di atas, "media komunikasi yang dimiliki benar-benar sebagai sarana komunikasi atau sekadar pamer?" Media-media komunikasi kerap dijadikan sarana untuk memuaskan egoisme pribadi.
Oleh karena itu, dalam menghadapi fenomena ini pemerintah dianggap perlu mengembangkan suatu sistem pendidikan yang berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Tujuannya sangat sederhana, membuat pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan dari pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya yang kita miliki. Atau dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang "melek teknologi" yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Dari pendapat tersebut nampaknya terdapat kesamaan misi dan visi yang didasarkan pada kenyataan bahwa dunia nyata yang akan dihadapi oleh para peserta didik penuh dengan persaingan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali kemampuan guna mengantisipasinya dan dapat mencari alternatif penyelesaian masalah kehidupan yang dihadapinya.
Perkembangan teknologi satu sisi memberi kemudahan manusia termasuk anak-anak atau pelajar, namun disisi lain juga mempunyai sisi negatif terhadap anak-anak. Seperti perkembangan teknologi foto dan video dari telepon genggam yang beredar di internet meningkat jumlahnya. Ini menjadi wajar karena telepon genggam berkamera dan video telah menyandang predikat "HP sejuta umat." Sebagian besar dari "sejuta umat" adalah kalangan generasi muda hingga berumur 18 tahun merupakan pengadopsi awal (early adopter) dari berbagai produk teknologi. Dengan teknologi ini semakin berkembang kecenderungan mereka membuka materi yang tidak pantas dilihat orang kebanyakan. Hal ini membuat anak menjadi tersangka utama sekaligus korban dari kasus-kasus ini.
Pelaku ataupun korban dalam kasus di atas sesungguhnya hanyalah korban dari sisi negatif teknologi. Semua ini terjadi, secara tidak langsung, atas izin orang tua yang membebaskan pengadopsian teknologi tanpa pendampingan. Banyak bukti sisi negatif teknologi yang tidak disadari beredar di hadapan orangtua.
Tidak ada satu pun orang dewasa yang memperhatikan bagaimana anak-anak itu berinteraksi dengan kawan-kawannya. Kondisi nyata di masyarakat merupakan sebuah interaksi yang sangat mirip dengan acara-acara perburuan dan penyergapan terhadap para penjahat yang acap kali disiarkan di televisi.
Memang sebagian besar keluarga di Indonesia masih menempatkan televisi di ruang keluarga. Lebih parahnya lagi para orangtua yang menempatkan televisi di kamar anak-anaknya karena mereka telah meletakkan racun pikiran tepat di jantung sasaran. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention), (http://4umit.wordpress.com 2010).
Sekarang banyak dijumpai anak-anak yang dicap malas belajar. Mungkin mereka bukan malas belajar. Otak mereka sudah tidak mampu menyerap bahan pelajaran dalam jangka waktu lebih lama dari jarak di antara dua spot iklan akibat pengkondisian acara televisi. Televisi begitu dahsyat dampaknya, bagaimana dengan komputer, internet, telepon genggam, Video game dan sebagainya?
Menurut Paul C Saettler dari California State University, Sacramento, (http://madziatul.blogspot.com/2009 ) hasil tersebut muncul karena banyak penelitian membandingkan pendidikan yang konvensional dan yang dibantu teknologi tidak pernah berhasil melakukan perbandingan setara karena banyaknya aspek yang tidak teramati. Satu hal yang pasti, interaksi anak dan komputer yang bersifat satu (orang) menghadap satu (mesin) mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial.
Seperti halnya televisi, meletakkan komputer dengan CD-ROM di dalam kamar anak sama bahayanya. Hal ini, selain memungkinkan anak terlalu sibuk bermain game, komputer dengan CD-ROM memungkinkan masuknya VCD porno ke kamar anak tanpa sepengetahuan orangtua.
Untuk keluarga yang memiliki lebih dari satu komputer di rumah sangat disarankan untuk membangun jaringan komputer rumah, di mana hanya komputer pusat yang terletak di ruang publik yang memiliki CD-ROM agar pengaksesan CD-ROM ini dari kamar anak- anak dapat terawasi. Akhir- akhir ini dampak VCD porno bajakan sungguh meresahkan. Hal ini diakibatkan begitu mudahnya mendapatkan VCD bajakan dan memainkannya pada sebuah VCD player sehingga anak balita pun mampu mengoperasikan untuk menyaksikan Teletubbies kesayangannya.
Begitu juga dengan internet. Akses internet harus diletakkan di ruang publik untuk mencegah anak menjadi korban predator pedofilia di internet atau perbuatan melanggar hukum yang tidak disadarinya, seperti berbagi file secara ilegal (illegal file sharing). Kita tidak bisa mencegah anak berinteraksi dengan internet karena di dalamnya banyak pula hal yang bermanfaat. Hasil penelitian terakhir pun menyatakan tak ada satu peranti lunak pun yang mampu menggantikan tugas orangtua mengawasi kegiatan anaknya di internet.
Seyogyanya orangtua tidak bersembunyi di balik ketidakmampuan mengadopsi teknologi. Orang tua telah lebih banyak memakan asam garam hidup ini. Teknologi boleh berbeda, tetapi cara manusia menggunakannya masih sama. Dahulu, isu mengenai seseorang berhubungan seks di luar nikah beredar dari mulut ke mulut. Biasanya beredar saat pasangan tersebut putus dan diedarkan oleh pihak yang sakit hati. Kini gosip itu beredar dalam rekaman video ataupun foto. lebih parah lagi, internet mempercepat peredarannya.
Sekali beredar di internet, akan susah menghapusnya. Pencegahannya sungguh merupakan hal yang tidak berhubungan dengan teknologi sama sekali, yaitu pendampingan orangtua terhadap anak dalam interaksi anak dengan teknologi dan proses internalisasi nilai-nilai positif kepada anak-anak oleh orang tua. Memang anak lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi orangtua pun memiliki nilai lebih karena orangtua telah lebih dulu mengenyam berbagai pengalaman hidup. Kombinasi kedua hal ini akan menjamin proses mengadopsi teknologi dalam kehidupan keluarga menjadi lebih positif. Orangtua dan anak dapat meningkatkan kualitas waktu bersama dengan cara ini. Dengan demikian, orangtua akan mampu mencegah kejahatan teknologi yang dapat memisahkan keluarga yang dicintainya.
Selain pada anak-anak juga sisi negatif dari teknologi berpengaruh terhadap lingkungan. Seringkali pembangunan di bidang teknologi dibenturkan dengan kerusakan lingkungan, sehingga terkadang seolah-olah terjadi dua kutub, kutub yang pertama teknologi yang terkesan tak peduli lingkungan dan kutub kedua pecinta lingkungan yang sinis terhadap kemajuan dan aplikasi teknologi. Teknologi sebenarnya adalah cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Teknologi adalah alat bantu manusia untuk mengolah alam, mempermudah kegiatan dan lain sebagainya yang terkait dengan kebutuhan manusia. Setiap aplikasi dari teknologi akan membawa manfaat bagi manusia di satu sisi dan disisi yang lain juga membawa efek negatif baik bagi manusia ataupun bagi lingkungan.
Kendaraan misalnya, jika dahulu manusia harus menghabiskan waktu berhari- hari untuk berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain maka dengan kendaraan sebagai aplikasi teknologi, perjalanan itu bisa ditempuh hanya dalam beberapa jam saja atau bahkan lebih cepat dari itu. Tetapi di balik keuntungan itu penggunaan kendaraan yang dari waktu ke waktu semakin banyak dan makin beragam juga ternyata menimbulkan efek negatif seperti polusi udara yang tidak hanya menimpa lingkungan tetapi juga menyerang kesehatan manusia.
Di tingkat aplikasi teknologi yang lebih dekat dengan masyarakat umum seperti teknologi komunikasi tidak jarang memberi dampak yang sangat berbahaya, baik dari sisi perkembangan perilaku anak maupun dalam pengaruhnya terhadap kesehatan seperti radiasi tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga penderitaan berkepanjangan dikarenakan mutasi gen sehingga manusia cacat seumur hidupnya. Tampaknya antara efek positif dan negatif dari aplikasi teknologi seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Disinilah kecerdasan akal dan jiwa manusia teruji. Kecerdasan akal membuat manusia berupaya keras untuk meminimalisir dampak negatif teknologi sampai taraf yang tidak membahayakan atau dapat diterima sistem alami yang berlaku pada manusia ataupun alam.
Di sinilah terbukti bahwa kecerdasan akal saja tidak akan pernah cukup tanpa disertai kecerdasan jiwa. Kecerdasan jiwa akan mengontrol manusia untuk tetap memelihara sifat-sifat kemanusiaannya sehingga tidak terjadi penyimpangan menjadi sifat diliuar kemanusiannya yang menyebabkannya tega memangsa sesama. Kata kunci tetap terletak pada manusia sedang teknologi hanyalah alat yang dikendalikan oleh manusia.
D. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul "Perilaku Manusia" Leonard F. Polhaupessy, menguraikan perilaku ádalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas ini sebuah bentuk perilaku.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya ádalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) ádalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
Skinner dalam Suryabrata (2000:89) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Maka teori Skiner disebut teori "S – O – R" atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1) Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedíh atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua yaitu: (1) Perilaku tertutup ádalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. (2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa perilaku adalah respon individu atau kelompok terhadap lingkungan. Dalam fisiologi, perilaku manusia merupakan bagian penting dari perubahan fisik yang menitikberatkan pada sifat dan karakteristik yang khas dari organ-organ atau sel-sel yang ada dalam tubuh. Dalam kacamata ilmu sosial, perilaku atau perbuatan manusia merupakan manifestasi terhadap pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan interaksi yang menitikberatkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, serta melihat individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat (keluarga, kelompok sosial, kerabat, klien, suku, ras, bangsa).
Di antara dua kelompok ilmu pengetahuan ini terdiri psikologi, yang membidangi individu dengan segala bentuk aktivitasnya, perbuatan, perilaku dan kerja selama hidupnya. Kerangka analisis fisiologi memberikan penjelasan mengenai macam-macam tingkah laku lahiriah, yang sifatnya jasmani. Sedangkan manusia merupakan satu totalitas jasmani-rohani. Psikologi mempelajari bentuk tingkah laku atau perilaku (perbuatan, aktivitas) individu dalam relasinya dengan lingkungannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Menurut Suryabarata (2000: 95) menjelaskan bahwa determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu: (1) faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. (2) faktor eksternal yaitu lingkungan, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Rogers dalam Suryabarata, 2000:98 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness atau keasadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,
3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
4) Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru,
5) Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting), Suryabarata (2000:102).
Menurut Suryabarata (1982:108) Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
1) Pengamatan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), pembau (hidung), dan perabaan (kulit, termasuk otot).
2) Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum persepsi terkait dengan dimensi ruang dan waktu, terstruktur, menyeluruh, dan penuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman.
3) Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Berpikir bertujuan untuk membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Jenis berpikir ada dua, yaitu berpikir rendah dan tingkat tinggi.
3. Pendekatan tentang perilaku
Menurut Suryabarata (1982:110) Pendekatan tentang perilaku di kelompokan kedalam lima pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan neurobiologis. Pendekatan ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi di dalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
b. Pendekatan perilaku. Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini di pelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F. Skiner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
c. Pendekatan kognitif. Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
d. Pendekatan psikoanalisa. Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
e. Pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
2. Manusia menurut aliran behaviorisme
Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul "teori belajar" dan teori "tabula rasa". Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir artinya manusia belum memiliki "warna mental". Pada perkembangannya yang menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman. Secara singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).
Konsep perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia disebabkan adanya stimuli yang terkondisi atau bersifat netral dengan stimuli yang tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan.Untuk menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus tertentu.
Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar sebagai "hasil belajar' mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan yang akan diberikan kelak. Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali anak membaca majalah dan orang tuanya mengambil majalah tersebut dengan paksa maka anak tersebut akan benci terhadap majalah (http://edwias.com, 2008).
Konsep tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode yang disebut operant conditioning (pelaziman operan). Metode ini menerangkan bahwa apabila organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima disekitarnya. Menurut Skinner, pelaziman operan terdiri daripada dua konsep utama yaitu :
a) Peneguhan (reinforcement ) yang terbagi dalam peneguhan positif dan peneguhan negative; (1) Peneguhan positif (Positive Reinforcement). Rangsangan yang bisa menambahkan pengulangan suatu tingkahlaku dan dilakukan berkali-kali disebut sebagai peneguhan positif. Contoh: Pekerja yang mencapai prestasi tinggi dalam kerjanya diberikan bonus, maka ia akan meningkatkan kinerjanya pada masa berikutnya, (2) Peneguhan Negatif (Negative Reinforcement). Bila ada rangsangan yang menyakiti atau yang mewujudkan keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari secara berkali-kali disebut sebagai peneguhan negatif. Organisme kemungkinan mengulang tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi keadaan yang negatif.
b) Denda (punishment)
Adalah Setiap rangsangan yang menyebabkan pengulangan suatu respon tingkahlaku yang dikurangi atau dihapuskan sama sekali . Contoh: Anak yang tidak membantu ibu tidak diberi peluang untuk bermain bola dengan teman-temannya sehingga ia akan menghapuskan perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.
Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan Social Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori ini dikemukankan oleh Albert Bandura yang mengatakan salah satu sifat manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang tidak diterima masyarakat. Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima tersebut berbentuk; (a) berbeda antara satu budaya dengan satu budaya yang lain, (b) berbeda antara individu, (c) berbeda menurut situasi.
Sifat manusia meniru karena apa yang dilakukan membawa kepuasan atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana peneguhan terwujud terdiri atas 3 jenis :
a. Peneguhan Secara Langsung - Individu mendapat ganjaran seperti pujian kerana dia meniru sesuatu tingkahlaku yang diperhatikan. Misal anak yang meniru perilaku bapaknya karena dia dipuji dan mengulangi tingkahlaku tersebut.
b. Peneguhan Mandiri - Individu meniru bukan kerana ingin dipuji tetapi kerana ingin mencapai cita-citanya sendiri, misal seorang pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari Amerika ; pemecah rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk dipuji oleh pelatihnya tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun bisa berlari sama persis dengan Edwin Moses dan ini memberi kepuasan kepadanya.
c. Peneguhan Vikarius - Individu mendapat kepuasan secara tak langsung dengan meniru orang lain. Individu yang memperhatikan orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran karena meniru model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan yang sama. misal. Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji oleh gurunya karena menyelesaikan tugas dengan cepat maka mungkin pada waktu lain ia akan berbuat demikian kerana dia menyangka akan menerima pujian yang sama.
3. Faktor-faktor Mempengaruhi Prilaku
Faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial merupakan faktor yang banyak mempengaruhi perubahan perilaku manusia, atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal),dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor eksternal).
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Sedangkan Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal yakni, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia (http://jurusankomunikasi.blogspot.com/, 2009).
Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam kepribadian manusia yaitu:
a. Identitas, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:
i). Libido - insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)
ii). thanatos – insting destruktif dan agresif
b. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
c. Super ego, yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
Dari hal tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan interaksi antara komponen biologis / unsur hewani (id), komponen psikologis / unsur akal rasional (ego) dan komponen sosial / unsur moral. (Baharuddin, 2007: 214)
Secara garis besar terdapat dua faktor perubahan perilaku; (1) faktor biologis, yakni faktor yang terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiologis. Menurut Wilson ((http://jurusankomunikasi.blogspot.com/, 2009), perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.
diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya. (2) Faktor Sosiopsikologis yang dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen seperti: (a) Komponen Afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, (b) Komponen Kognitif Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. (c) Komponen konatif, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Perilaku (behavior) pada remaja, merupakan cara bertindak dapat dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks. Sebagai makhluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungannya. Menurut Kurt Lewis (http://demoel.wordpress.com, 2009), perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan factor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Sedangkan menurut Rakhmat (http://jurusankomunikasi.blogspot.com) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu: (1) faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis, (2) faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan artsitektural, faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor sosial dan lingkungan psiko-sosial.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda. Dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara manusia. Selain itu juga menunjukkan bahwa perilaku itu didorong dan diarahkan ketujuan. Mereka juga menunjukkan bahwa perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk menetap. Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga yang tidak merasa nyaman dalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia tersebut.
Selain faktor personal di atas,. Perilaku dipengaruhi pula oleh faktor-faktor situsional, menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa; (1) faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim, (2) faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang, (3) faktor temporal, misal keadaan emosi, (4) suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara, (5) teknologi, (6) faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu, (7) lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya, (8) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku. (http://massofa.wordpress.com/, 2008)
Dari faktor situasional di atas pada era teknologi dan informasi sangat banyak mempegaruhi perubahan perilaku manusi termasuk anak-anak, siswa, sampai kepada orang dewasa. Pada faktor teknologi dan informasi yang sangat pesat perkembangannya adalah telepon genggam. Perkembangan teknologi telpon genggam memberi dampak psitif dan dampak negatif.
Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting.
Hassan (http://demoel.wordpress.com, 2009) mengemukakan teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia. Transformasi tersebut telah memunculkjan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan tatap muka (face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang sangat jauh melalui tahap citra (image to image).
Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti telepon selular (ponsel), surat elektronik, satelit, mesin faksimili, dan lain-lain. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak mengenal usia dan kalangan, bahkan sekarang ini ponsel telah menjadi "teknologi yang merakyat".
Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan. Budyatna (2005) mengemukakan bahwa untuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka.
C. Pengertian Dampak
Suratmo, Wahyudin, (2003 : 06) "Analisis Dampak Lingkungan" bahwa yang dimaksud dengan dampak adalah setiap perubahan yang terjadi di dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia.
Samodra, Wibawa dkk, (1994 : 6) dampak adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran, baik akibat tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan oleh intervensi maaupun tidaj, dan akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru kelompok sasaran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. (1980 : 73) dampak adalah pengaruh yang ada atau timbul dari sesuatu orang, benda dan sebagainya. Dampak yang timbul ada yang bersifat negatif dan ada juga yang bersifat positif.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dampak adalah suatu pengaruh yang kuat untuk mendatangkan akibat yang diharapkan (positif) dan akibat yang tidak diharapkan (negatif) dalam kehidupan sehari-hari. Dampak yang bersifat positif adalah yang dikehendaki atau yang diharapkan atau yang lebih dahulu direncanakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan sehingga menimbulkan suatu kemajuan (progres) dalam masyarakat. Sedangkan dampak negatif adalah dampak yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyaarakat dan pemerintah yang dapat menyebabkan akibat-akibat yang tidak diharapkan atau sesuatu yang telah mengalami kemunduran (regres).
D. Telpon Genggam
1. Pengertian
Telepon genggam sering disebut handpone (disingkat HP) atau disebut pula sebagai telepon selular (disingkat ponsel) yang merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).
Telekomunikasi dalam hal ini dimaksudkan adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan 'telekomunikasi' bentuk komunikasi jarak jauh dapat dibedakan atas tiga macam: (1) Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah (Simplex) pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh :Pager, televisi, dan radio, (2) Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah (Duplex) pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon dan VOIP, (3) Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua arah (Half Duplex)pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan Chat Room (http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi , 2010).
2. Sejarah Telepon Gengggam
Sejarah telepon genggam atau yang kita kenal HP, ternyata sudah ada dari jaman penjajahan, yaitu kira-kira tahun 1947 di negara paman sam alias Amrik dan Eropa sana. Pada tahun 1910 adalah cikal bakal telepon genggam yang ditemukan oleh Lars Magnus Ericsson, yang merupakan pendiri perusahaan Ericsson yang kini di kenal dengan perusahaan Sony Ericsson. Pada awalnya, orang Swedia ini medirikan perusahaan Ericsson memfokuskan terhadap bidang bisnis perlaan telegraf, dan perusahaanya juga tidak terlalu besar pada waktu itu.
Pada tahun 1921 pertama kalinya Departemen Kepolisian Detroit Michigan menggunakan telepon mobile yang terpasang di semua mobil polisi dengan menggunakan frekuensi 2 MHz.
Pada tahun 1960, di Finlandia sebuah perusahaan bernama Fennis Cable Works yang semula berbisnis dibidang kabel, melakukan ekspensi dengan mendirikan perusahaan elektronik yang bernama Nokia sebagai handset telepon genggam.
Tahun 1970-an perkembangan telepon mobile menjadi pesat dengan di dominasi oleh 3 perusahaan besar yaitu di Eropa dengan perusahaan Nokia dan rerusahaan Motorola.
Pada tahun 1969, sistem telekomunikasi seluler dikomersialkan. Setelah tahun 1970, telekomunikasi seluler semakin sering dibicarakan orang. Motorola mengenalkan telepon genggam tiga tahun kemudian. Ukurannya memang cukup besar dengan antena pendek. Dr Cooper yang menjadi manajer proyek inovasi Motorola itu memasang base station di New York. Untuk proyek ini Motorola bekerja dengan Bell Labs. Penemuan ini sekaligus diklaim sebagai penemuan ponsel pertama. Di suatu pagi 3 April 1973,Cooper, saat itu menjabat sebagai general manager pada Divisi Communication Systems Motorola mempertunjukkan cara berkomunikasi aneh dari terminal telepon portable. Dia mencoba ponsel 'raksasanya' sambil berjalan–jalan di berbagai lokasi di New York. Itulah saat pertama ponsel ditampilkan dan digunakan di depan publik.
Sejarah GSM diawali dengan diadakannya konferensi pos dan telegraf di Eropa pada tahun 1982. Konferensi ini membentuk suatu study group yang bernama Groupe Special Mobile (GSM) untuk mempelajari dan mengembangkan sistem komunikasi publik di Eropa. Pada tahun 1989, tugas ini diserahkan kepada European Telecommunication Standards Institute (ETSI) dan GSM fase I diluncurkan pada pertengahan 1991.
Pada tahun 1993, sudah ada 36 jaringan GSM di 22 negara. Keunikan GSM dibanding generasi pertama adalah layanan SMS. SMS atau Short Message Service adalah layanan dua arah untuk mengirim pesan pendek sebanyak 160 karakter. GSM yang saat ini digunakan sudah memasuki fase 2.
Setelah 2G, lahirlah generasi 2,5 G yang merupakan versi lebih baik dari generasi kedua. Generasi 2,5 ini mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE.
Baru-baru ini, tren komunikasi seluler mulai beralih kepada generasi berikutnya yang diprediksikan akan menjadi teknologi komunikasi seluler yang menjanjikan. Generasi 3 atau 3G merupakan teknologi terbaru dalam dunia seluler. Generasi ini lebih dikenal dengan sebutan UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) atau WCDMA (Wideband – Coded Division Multiple Access). Kelebihan generasi terbaru ini terletak pada kecepatan transfer data yang mencapai 384 kbps di luar ruangan dan 2 Mbps untuk aplikasi indoor.
Selain itu, generasi ini dapat menyediakan layanan multimedia seperti internet, video streaming, video telephone, dan lain-lain dengan lebih baik. Generasi ketiga ini menggunakan teknologi CDMA yang awalnya muncul dari teknologi militer Amerika Serikat dan dikhususkan pada standar IS-95. Beberapa paten pada jaringan-jaringan yang ada sekarang yang berbasis pada teknologi CDMA dimiliki Qualcomm Inc sehingga pembuat peralatan membayar royalti.
Teknologi CDMA membuat kapasitas suatu sel menjadi lebih besar dibanding sistem GSM karena pada sistem CDMA, setiap panggilan komunikasi memiliki kode-kode tertentu sehingga memungkinkan banyak pelanggan menggunakan sumber radio yang sama tanpa terjadinya gangguan interferensi dan cross talk. Sumber radio dalam hal ini adalah frekuensi dan time slot yang disediakan untuk tiap sel.
Sistem komunikasi wireless berbasis CDMA pertama kali digunakan pada tahun 1995 dan sampai sekarang, CDMA merupakan saingan utama dari sistem GSM di banyak negara. Pada tahun 1999, the International Telecommunication Union (ITU) memilih CDMA sebagai standar teknologi untuk generasi ketiga (3G). Varian CDMA yang banyak digunakan adalah WCDMA dan TD-SCDMA.
Pada bulan Mei 2001 sudah terdapat 35 juta pelanggan CDMA di seluruh dunia. Dan pada tahun 2003, terdapat 100 juta pelanggan yang menggunakan CDMA di seluruh dunia. Kelebihan utama yang dimiliki generasi ketiga adalah kemampuan transfer data yang cepat atau memiliki bit rate yang tinggi.
Tingginya bit rate yang dimiliki menyebabkan banyak operator CDMA dapat menyediakan berbagai aplikasi multimedia yang lebih baik dan bervariasi, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Bayangkan saja, hanya dengan sebuah telepon genggam, kita memiliki fasilitas kamera, video, komputer, stereo dan radio. Selain itu, berbagai fasilitas hiburan pun bisa dinikmati seperti video klip, keadaan lalu lintas secara real time, teleconference, bahkan sekadar memesan tempat di restoran, cukup dengan menekan tombol di telepon genggam.
Ketika duduk di rumah pun, masih bisa melakukan berbagai hal tanpa harus keluar ruangan, seperti mencek saldo bank, membayar SPP untuk kuliah anak-anak, memesan makanan dan lain-lain. Itu semua bukan hal yang mustahil bagi generasi ketiga.
Dalam jangka panjang, CDMA dan teknologi-teknologi lainnya seperti GSM akan dibandingkan berdasarkan pada biaya total per pelanggan dari jaringan infrastruktur dan harga pesawat telefon.Dengan 3G, komunikasi murah dan berkualitas bukan impian belaka.
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah, (1) Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain, (2) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain, (3) Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara, (4) Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain, (5) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol"): Proses Komunikasi, Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut; Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
2. Cara Kerja Telpon Genggam
Cara kerja telepon genggam dilengkapi beberapa bagian yang memungkinkan sehingga bisa menjadi alat komunikasi seperti; terdapat sebuah pengeras suara, mikrofon, papan ketik, tampilan layar, dan powerful circuit board dengan microprocessors yang membuat setiap telepon seperti komputer mini. Ketika berhubungan dengan jaringan wireless, sekumpulan teknologi tersebut memungkinkan penggunanya untuk melakukan panggilan atau bertukar data dengan telepon lain atau dengan komputer.
Jaringan wireless beroperasi dalam sebuah jaringan yang membagi kota atau wilayah kedalam sel-sel yang lebih kecil. Satu sel mencakup beberapa blok kota atau sampai 250 mil persegi. Setiap sel menggunakan sekumpulan frekuensi radio atau saluran-saluran untuk memberikan layanan di area spesifik. Kekuatan radio ini harus dikontrol untuk membatasi jangkauan sinyal geografis. Oleh Karena itu, frekuensi yang sama dapat digunakan kembali di sel terdekat. Maka banyak orang dapat melakukan percakapan secara simultan dalam sel yang berbeda di seluruh kota atau wilayah, meskipun mereka berada dalam satu saluran.
Dalam setiap sel, terdapat stasiun dasar yang berisi antenna wireless dan perlengkapan radio lain. Antenna wireless dalam setiap sel akan menghbungkan penelpon ke jaringan telepon local, internet, ataupun jaringan wireless lain. Antena wireless mentransimiskan sinyal. Ketika telepon genggam dinyalakan, telpon akan mencari sinyal untuk mengkonfirmasi bahwa layanan telah tersedia. Kemudian telepon akan mentransmisikan nomor identifikasi tertentu, sehingga jaringan dapat melakukan verifikasi informasi konsumen- seperti penyedia layanan wireless, dan nomor telepon.
Panggilan dari telepon genggam dapat dilakukan ke berbagai operato komunikasi seperti (1) ke telepon rumah, ketika melakukan panggilan dari telepon genggam ke telepon rumah biasa, panggilan tersebut akan berjalan-jalan di melalui antena wireless terdekat dan akan diubah oleh penghantar wireless ke sistem telepon landline tradisional. Panggilan tersebut kemudian akan langsung diarahkan ke jaringan telepon tradisional dan ke orang yang menjadi tujuan panggilan, (2) Panggilan dari Telepon genggam ke Telepon genggam, ketika melakukan panggilan dari ini, panggilan akan dirutekan melalui jaringan landline kepada pengantar wireless penerima atau akan dirutekan dalam jaringan wireless ke tempat sel terdekat dengan orang yang menjadi tujuan panggilan. Pada saat berbicara di telepon genggam, maka telepon genggam akan menangkap suara dan merubah suara menjadi energy frekuensi radio (gelombang radio). gelombang radio akan berjalan melalui udara hingga menemukan penerima di stasiun dasar terdekat. Stasiun dasar kemudian akan mengirimkan panggilan tersebut melalui jaringan wireless hingga sampai pada orang yang menjadi tujuan telepon, (3) Panggilan jarak jauh, ketika melakukan panggilan terhadap seseorang yang berada sangat jauh, panggilan akan dirutekan pada pusat pertukaran jarah jauh, yang menyambungkan panggilan antar negara atau seluruh dunia melaui kabel fiber optik.
3. Perkembangan Telepon genggam
Dalam kurun waktu 10 tahun sejak lahirnya AMPS sudah terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan, akhir tahun 1990-an munculah teknologi 2G (Generasi Kedua). Perbedaan utama dari teknologi G1 dan G2 adalah G1 masih menggunakan sistem analog, sedangkan G2 sudah menggunakan sistem digital.
Teknologi 2G dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (time division multiple access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA sendiri berkembang ke dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN di Amerika, DPC diservice yaitu mengirim pesan singkat dengan mengunakan text. Dengan adanya kehadiran teknologi generasi kedua, maka muncullah teknologi selular yang baru yaitu, GSM (Global System for Mobile Communications) suatu system komunikasi wireless 2G.
Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz. Generasi selular kedua yang memperbaharui generasi pertama dalam bidang teknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharuan dalam bidang transfer data, contonya adalah GSM (mengunakan protocol CSD, HSCSD, GPRS dan EDGE) dan CDMA One.
Dengan adanya teknologi generasi kedua ini membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagai kelebihan/fitur. Tapi semua kelebihan ini juga masih belum memuaskan para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih bagus dengan segala kelebihannya dari teknologi terdahulu (generasi pertama dan kedua).
Pada awal tahun 2000-an muncul teknologi generasi 2,5 (2,5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat, dan yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada system wireless GSM. Dalam teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps. Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2,75G.
Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik ponsel. Ciri khas teknologi 2,5G (generasi dua setengah) adalah teknologi GPRS (global package radio service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim dan menerima alfa numeric saja. Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, di sistem GSM disebut system EDGE (enhanced Data rates for GSM Evolution) sedang pada system CDMA disebut dengan CDMA 2000 1x.
Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik. Evolusi dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai di sini, negara-negara besar di dunia baik itu Eropa, Asia dan Amerika secara berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan teknologi yang mutakhir. Setelah adanya teknologi generasi pertama, kedua, dan teknologi 2.5G, maka disusul kemudian dengan generasi ketiga (3G) yang menawarkan kelebihan yang lebih baik lagi baik dari segi kemampuan fitur dan transfer data dengan memiliki kecepatan transfer data lebih cepat dari sebelumnya dalam menghadirkan layanan yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan (http:// ariestacdma.wordpress.com).
E. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Telepon genggam
1. Dampak Positif
Telepon genggam sebagai hasil teknologi yang sangat pesat perkembangannya dibanding dengan teknologi lainnya. Hal ini terbukti perkembangan teknologi telepon genggan dari masa kemasa semakin banyak funsinya, dan dilengkapi fitur-fitur menarik. Selain itu juga pengunaannya semakin meluas sampai kepelosok-pelosok, seperti yang dikemukakan hasil survey majalah SWA dengan Indosat pada tahun 2008, pengguna telepon genggam telah mencapai 110 juta, dan tahun 2009 diperkirakan meningkat 70 juta. (Majalah Swa dengan Indosat, 2009)
Banyak funsi dari fitur-fitur telkom genggam yang dapat lakukan, diantaranya digunakan untuk menyimpan informasi, membuat daftar pekerjaan atau perencanaan pekerjaan, mencatat appointment ( janji pertemuan ) dan dapat disertakan reminder ( pengingat waktu ), kalkulator untuk perhitungan dasar sederhana, mengirim dan menerima email, mencari informasi ( berita, hiburan, dan informasi lain ) dari internet, Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, Mp3 player, dan GPRS. Dengan lengkapnya fungsi telpon genggam ini dapat membantu penggunanya dalam melakukan berbagai kegiatan.
Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short messages service) saja. Ponsel dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang paling actual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005: 123).
Penggunaan telepon genggam sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi terbentuk kemudian dipercepat prosesnya melalui suara dan teks atau tulisannya (Brotosiswoyo, 2002). Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut "telepati" (komunikasi antara dua manusia yang tidak tergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja.
Telepon genggam disamping itu juga dapat merubah makna dari "kesendirian" yakni dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu telepon genggam yang canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto, menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian tanpa ada apapun.
Kelebihan lain dari telepon genggam. Memberi kebebasan untuk mengirim dan menerima panggilan telepon dari mobil, restoran, sudut jalan, atau bahkan ketika mendaki gunung, dalam waktu singkat dipandang sebagai kebutuhan mendasar dan dapat menghemat waktu yang memang besar artinya bagi para pedagang dan orang-orang yang merasa perlu untuk bisa dihubungi sewaktu-waktu.
Perkembangan teknologi wireless/seluler (2G, 2.5G, 3G). Tuntutan kebutuhan. Arsitektur fisik dari sistem yang dikembangkan Screenshot dari aplikasi pembelajaran m-learning Faktor yang menjadi keterbatasan pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan keterbatasan pada divais. Saat ini kebanyakan divais bergerak memiliki keterbatasan layar tampilan, kapasitas penyimpan dan keterbatasan catu daya, m-learning juga memiliki lingkungan pembelajaran yang agak berbeda dengan e-learning atau pembelajaran konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih banyak memanfaatkan m-learning pada waktu luang (spare time) atau waktu idle (idle time) sehingga waktu untuk mengakses belajar juga terbatas. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajar cukup nyaman menatap tampilan layar perangkat yang relatif kecil tersebut dalam waktu di bawah 5 menit.
Telepon genggam atau ponsel pada masa sekarang ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar, bagi orang yang aktifitasnya diluar rumah atau yang pekerjaannya membutuhkan hubungan yang cepat dan pasti. Sudah terbukti bahwa ponsel di minati dari kalangan kelas bawah sampai dengan kelas atas.
Dari kelas bawah, misalnya para pedagang ikan dipasar tradisional dan para pedagang ayam potong eceran yang sama di dalam pasar tradisional, fungsi ponsel tersebut sudah menjadi kewajiban yaitu untuk menghubungi para pelanggan atau para agen-agen penjual ayam potong dimana fungsi ponsel tersebut adalah kepastian adanya pesanan para pedagang sampai kepada waktu tiba ditempat.
Dari kelas menengah keatas misalnya, fungsi ponsel tersebut sangat menguntungkan dimana melalui penggunaan ponsel, para bisnismen tersebut meraup keuntungan yang sangat besar dan selain itu di dukung oleh teknologi yang begitu cerdas, dari mulai proses transaksi jual beli sampai kepada transaksi pembayaran.
Telepon genggam jaman sekarang bukan lagi barang mewah namun sudah menjadi tren. Hubungan dengan taraf hidup manusia dari segi fungsi ekonomi adalah sangat signifikan dan saling membutuhkan bahkan penggunaan ponsel sangat membantu memperbaiki taraf hidup manusia "bagi orang yang bisa mempergunakannya" (http://id.shvoong.com/). Mungkin sebahagian orang penggunaan ponsel tersebut bisa mencekik leher karena penggunaan ponsel tidak bisa mengendalikan yaitu pengendalian dana! Dalam hal ini ada suatu plus minus yang dapat kita cermati. Banyaknya model dan fitur-fitur ponsel sekarang ini membuat sebahagian besar orang berpikiran bahwa gonta ganti ponsel adalah menunjukkan taraf hidupnya semakin sukses dan bagus.
Tetapi secara garis besar telepon genggam mungkin termasuk salah satu dari produk teknologi komunikasi informasi yang memiliki siklus perputaran yang sangat cepat dengan menampilkan teknologi yang semakin cerdas bukan saja untuk berbicara, tetapi juga berfungsi sebagai komputer pocket yang mengikuti kemajuan digitalisasi. Jadi secara umum bagi pengguna ponsel saat ini adalah sebagai sentra aktivitas teknologi komunikasi informasi dalam satu genggaman. (http://id.shvoong.com/)
Dampak positif yang sangat luar biasa adalah telepon genggam ini telah menciptakan pengembangan dan terobosan-terobosan dalam pembelajaran. Di tengah perkembangan ini learner (pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat teknologi komunikasi bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang kecenderungan baru yang memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih dikenal sebagai mobile learning (m-learning) memanfaatkan devais bergerak, khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet memungkinkan pengembangan sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi klien memanfaatkan devais begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web server.
Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dan variabel dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor berikut. Devais makin banyak, murah dan canggih serta kenyataan bahwa pengguna devais bergerak lebih banyak dari pengguna devais tetap seperti komputer atau laptop (http://epintz.wordpress.com, 2008).
2. Dampak Negatif Telepon genggam
Selain itu penggunaan ponsel dapat membawa dampak-dampak tertentu, yakni aspek psikologis, sosial, keuangan, kesehatan, kejahatan, bahkan sampai mengancam keselamatan jiwa seseorang.
1.1. Aspek Psikologis
Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contoh yang marak ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar masuk pesan tersebut melalui ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk generasi muda sekarang ini.
1.2. Aspek Sosial
Berbagai keuntungan relatif yang dirasakan dari telepon genggam tanpa kabel yang mengungguli telepon kabel dan telepon-radio kian bertambah karena mobilitas dan efisiensinya yang lebih besar. Berbeda dengan yang disambungkan pada jalur telepon di sebuah gedung atau telepon standar yang bisa dibawa, namun harus dilengkapi kotak baterai besar dengan pemancar dan penerima gelombang radio, ponsel yang ringan dan tampak kompak dapat dibawa didalam saku jaket atau dompet.
Telepon genggam menambah rasa nyaman dan aman, (Roger Fidler, Mediamorfosis, 20, 2003). Jika sudah begitu berbagai kekurangan yang kasat mata menjadi semakin kabur dan tidak dipercaya oleh beberapa kalangan. Namun, mau tidak mau para pengguna telepon genggam atau pengguna teknologi komunikasi harus membuka mata lebar-lebar karena ternyata ada beberapa catatan tentang kerugian dalam sistem komunikasi terutama kaitannya dengan penggunaan Hand Phone (TELEPON GENGGAM)/telepon genggam yang memerlukan perhatian ekstra. Meski begitu masih sedikit sekali orang yang menyadari kerugian atau dampak negatif dari Hand Phone/ telepon genggam dan mau berusaha untuk menanamkan cara atau kiat mengurangi dampak yang dihasilkan dari penggunaan telepon genggam atau Hand Phone (telepon genggam).
Komunikasi telepon genggam telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut data majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003) berdasarkan survei Siemens Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen pelajar usia 15-19 tahun dan pasca pelajar lebih senang mengirim dan membaca SMS di telepon genggam daripada membaca buku, majalah atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui telepon genggam seperti pengiriman SMS ternyata berdampak buruk yakni menurunkan minat baca masyarakat. Ini bisa dikatakan pula bahwa budaya baca yang sudah terancam dengan budaya dengar dan lihat diancam lagi oleh budaya mengirim SMS. SMS dalam hal ini lebih berfungsi sebagai hiburan saja.
Disamping itu juga sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan ponsel miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika sedang rapat, dirumah sakit, ditempat-tempat ibadah, di tempat belajar, dan lain-lain. Selain penggunaan ponsel sebagai media komunikasi tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalatelepon genggamahaman dalam pemaknaan pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.
Simanjuntak (2004: 75), aspek sosial telepon selular menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi, dan yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaan masyarakat.
Disamping dampak negatif di atas juga banyak kasus penipuan mengenai undian berhadiah yang dilayangkan melalui SMS serta praktik bisnis illegal yang tujuannya mengeruk keuntungan dari si korban dengan cara mentransfer sejumlah uang ke rekening pelaku. Tidak berhenti di situ saja. Penyalahgunaan fasilitas dari telepon genggam juga membawa dampak buruk bagi kaum pelajar Indonesia. Melalui telepon genggam aksi pornografi semakin merajai benak kaum pelajar Indonesia. Merekam aksi porno, mengambil atau dengan sengaja memotret gambar porno untuk kemudian disebarkan ke telepon genggam lain adalah fenomena yang marak terjadi di kalangan pelajar bahkan anak-anak.
Pada awalnya telepon genggam hanya sebatas digunakan untuk melakukan komunikasi seperti pengiriman pesan singkat atau biasa di sebut sms (short message service) dan telepon, tetapi sekarang ini telepon genggam juga bisa digunakan untuk mengakses informasi sekaligus sebagai hiburan. Saat ini pada pesawat telepon genggam terbaru memiliki banyak fasilitas seperti web, kamera, mp3, TV dan radio. Seolah- olah bisa melakukan berbagai hal seperti memotret, akses web dan mendengarkan musik.
Dengan demikian selain untuk berkomunikasi, telepon genggam juga bisa digunakan sebagai alat mengakses informasi, menyimpan dokumen sekaligus untuk hiburan. Keberadaan telepon genggam diakui banyak orang akan dapat membantu memudahkan mereka untuk mengetahui berita teraktual baik di dalam negeri maupun di luar negeri, menyimpan dan mengumpulkan dokumen dan sebagainya. Dengan kata lain telepon genggam pada satu sisi mempunyai multifungsi yang bermanfaat untuk kehidupan manusia modern yang sangat dinamis.
Namun demikian, pada sisi yang lain telepon genggam juga mempunyai dampak yang tidak begitu baik. Diantaranya pertama, banyak waktu yang bisa terbuang jika penggunaanya tidak dilakukan dengan benar. Misalnya para pelajar lebih asyik bermain telepon genggam daripada melakukan hal- hal lain yang lebih bermanfaat seperti belajar, berolahraga, maupun berkarya.
Karena asyiknya bermain telepon genggam, para pelajar lupa akan kewajibannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilainya di sekolah. Biasanya di kalangan pelajar telepon genggam digunakan untuk mengakses internet karena di dalam telepon genggam yang terbaru terdapat fitur web.
Situs- situs yang sering dibuka oleh para kalangan pelajar misalnya facebook, friendster, waptrick dan sebagainya. Hal ini dapat menimbulkan ketergantungan. Selain fitur internet, kegemaran para pelajar untuk mengirimkan sms secara beruntun atau biasa disebut sms-an juga dapat mempengaruhi nilai para pelajar. Kegemaran tersebut sangat asyik sehingga dapat menyita waktu para pelajar untuk belajar dan mengerjakan tugas rumah. Apalagi game yang terdapat pada telepon genggam. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada nilai ulangan sekolah para pelajar.
Karena asyiknya bermain mereka lupa akan kewajibannya belajar. Sehingga saat ulangan tiba kalangan pelajar sering mengandalkan teman- temannya untuk menyontek. Karena mereka tidak bisa mengerjakan ulangan disebabkan tidak belajar dengan terpaksa para pelajar menyalahgunakan telepon genggam untuk menanyakan jawaban kepada teman- temannya di lain sekolah.
Kedua, keberadaan telepon genggam bisa berdampak pada terlalu bergesernya nilai- nilai kesederhanaan ke dalam nilai- nilai hedonisme (pola hidup yang lebih suka mengikuti dengan keadaan saat ini) dan konsumerisme (gaya hidup konsumtif). Karena telepon genggam bisa menjadi lambang prestise seseorang yang dapat menunjukkan status sosial ekonomi mereka. Misalnya seseorang agar dianggap mampu mereka mengupayakan untuk membeli telepon genggam yang harganya lebih dari 2 juta. Seseorang yang memandangnya pasti akan mengira kalau dia orang kaya. Sebaliknya jika seseorang memiliki telepon genggam yang pas- pasan tidak berkamera maka seseorang akan memandang bahwa dia orang yang kurang begitu mampu.
Ketiga, keberadaan telepon genggam juga dapat menimbulkan kriminalitas pada kalangan pelajar. Orang akan menghalalkan segala cara supaya dia memiliki telepon genggam. Hal ini dikarenakan adanya kecemburuan sosial antar pelajar. Pelajar yang berasal dari keluarga yang mampu biasanya sering menjauhi orang- orang yang kurang mampu. Jika pelajar yang kurang mampu tersebut ingin menjadi bagian dari kelompok para pelajar yang berasal dari keluarga mampu maka, dia harus mengikuti gaya hidup para pelajar yang berasal dari keluarga mampu tersebut. Seperti membeli telepon genggam.
Keempat, banyak telepon genggam yang memiliki fasilitas seperti: mp3, kamera, web, bluetooth dan radio. Adanya fasilitas ini memungkinkan para pelajar untuk menyimpan gambar porno atau video porno. Layaknya membalikkan telapak tangan, gambar- gambar porno tersebut dapat diambil dari fasilitas web yang ada di telepon genggam. Atau bisa juga lewat fitur bluetooth. Di dalam fitur bluetooth ini kita dapat bertukar gambar, video atau musik dari telepon genggam orang lain.
Kelima, dari sisi kesehatan telepon genggam bisa berdampak khususnya dari radiasi yang dikeluarkan yang bisa merusak kesehatan mata dan telinga. Hasil penelitian yang dilakukan di negara maju menunjukkan banyaknya terjadi gangguan pada kesehatan mata dan telinga yang disebabkan karena radiasi yang dipancarkan oleh pesawat telepon genggam, karena penggunaan yang berlebihan. Oleh karena itu, khusus untuk anak- anak dan pelajar, para orang tua harus memperhatikan penggunaan telepon genggam tersebut agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya dan kesehatannya.
Ternyata telepon genggam juga memiliki dampak yang kurang baik. Untuk menanggulangi dampak yang kurang baik dari handphone, kita dapat melakukan hal- hal berikut:
Pertama, sebagai seorang yang pelajar kita harus bisa membagi waktu untuk belajar dan bermain. Selain itu kita harus mengisi waktu luang kita dengan hal- hal yang bermanfaat. Seperti belajar, berolahraga, membantu orang tua serta berkarya. Alangkah baiknya jika para kalangan remaja memiliki jadwal kegiatan sendiri. Sebagai orang tua tentu juga harus mengingatkan anaknya agar tidak bermain telepon genggam terus menerus. Sekarang ini beberapa sekolah sudah tidak membolehkan murid- muridnya untuk membawa telepon genggam. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kebudayaan contek- mencontek di kalangan remaja pada saat ulangan. Disamping itu, hal ini juga bertujuan agar para remaja dapat berkonsentrasi penuh terhadap pelajaran dan tidak tergantung pada telepon genggam.
Kedua, sebaiknya kita harus menghindari rasa iri terhadap sesama teman. Agar tidak terjadi kecemburuan sosial diantara sesama remaja. Kita harus bersyukur terhadap apa yang diberikan kepada kita. Hilangkan sifat gengsi, karena seseorang yang mempunyai sifat gengsi berarti dia tidak bersyukur atas apa yang telah dia peroleh. Kita juga harus pandai memilih teman yang sesuai dengan kita.
Ketiga, sebagai seorang remaja yang memiliki suatu agama maka kita harus bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk. Adanya gambar- gambar porno yang terdapat di dalam handphone para remaja sebaiknya dihilangkan karena para remaja belum pantas untuk melihat gambar- gambar tersebut. Selain itu, jika kita sering melihat gambar- gambar tersebut, pasti kita akan mudah terjerumus ke dalam pergaulan yang kurang baik. Sebaiknya kita harus sadar akan hal itu.
Keempat, karena radiasi dari telepon genggam dapat mengganggu kesehatan mata dan telinga maka usahakan agar tidak bermain telepon genggam terus menerus. Selain itu, hindari pemakaian headset atau earphone jika musik sedang diputar dengan volume besar. Karena hal itu akan merusak kesehatan telinga.
Dari semua uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini, keberadaan telepon genggam disamping membawa manfaat yang cukup besar, juga tidak lepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Apalagi di kalangan para remaja, mereka harus pintar untuk membedakan mana sesuatu yang baik dan mana yang buruk. Karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Nasib bangsa kita ada ditangan mereka.
Dampak buruk handphone sangat berpengaruh terhadap kalangan remaja, telepon genggam dapat merusak moral remaja, sekarang ini banyak remaja yang menyalahgunakan manfaat telepon genggam.Banyak remaja yang menyimpan gambar-gambar porno dan video porno di telepon genggam tersebut. Dengan adanya gambar dan video porno maka remaja akan ingin tahu lebih dalam tentang hal itu dan menyalahgunakan ke hal-hal yang negatif.
Banyak orang tua yang tak sadar tentang tindakan tersebut dan menganggap sepele tentang dampak-dampak buruk yang dihasilkan oleh HP. Pengertian yang lebih luas ini juga disampaikan oleh Clara Aretia Lintang Sari (12/11/200 8) bahwa pengaruh handphon juga sangat mempengaruhi kuwalitas belajar. Standart penggunaan telepon genggam adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan penggunaan telepon genggam yang baik. Dalam standart penggunaan ini juga terdapat baku penggunaan (http://bbawor.blogspot.com).
Dalam penggunaan telepon genggam yang baik yaitu menggunakan telepon genggam dengan pengawasan orang tua dan hanya menggunakan seperlunya saja. Adapun pengertian mutu menurut catur Wulandari (13/11/2008) bahwa mutu dari telepon genggam itu sendiri yaitu telepon genggam sebenarnya memberi manfaat yang sangit baik sebagai alat komunikasi, namun handphon sekarang banyak yang di salahgunakan oleh kalangan remaja yang tidak bertanggung jawab (http://epintz.wordpress.com, 2008).
Penggunaan telepon genggam mengganggu perkembangan otak anak. Sebuah riset yang dilakukan National Radiological Protection Board (NRPB) Inggris menyimpulkan efek radiasi handphone bisa mengganggu perkembangan otakanak. Lebih jauh, pelaku peneliti NRPB William Stewart (http://www.quickpdftoword.com/orb_order_now.asp), serangan ini bisa menghambat pembentukan sistem syaraf pada anak, maka Stewart mengemukakan ''Saya imbau Anda untuk mengikuti saran ini". Terutama jika anak anda masih berusia 8 (delapan) tahun ke bawah''.
Sejak lama, radiasi telepon genggam dipercaya dapat mengganggu kesehatan. Riset para ilmuwan Eropa yang dipublikasikan Desember 2004 memperlihatkan, radiasi telepon genggam memang berpotensi merusak sel DNA. Penelitian lain yang diadakan ilmuwan Swedia pada April tahun 2005 menemukan hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan pertumbuhan sel tumor. Efek negatif ini, kata Stewart, dipastikan akan jauh lebih berbahaya bagi si anak yang masih muda dan masih mengalami pertumbuhan organ tubuh, otak dan sebagainya. Ini karena otak mereka masih kecil dan tengah tumbuh. Dikhawatirkan, radiasi akan menyerang bagian yang lebih besar. Tak lama setelah laporan ini dipublikasikan, Commun sebuah perusahaan ponsel di Inggris berencana melarang penjualan produk ini kepada anak-anak.
Namun, Asosiasi Operator Handphone Inggris punya pendapat lain. Lebih baik membatasi anak-anak berbicara langsung (voice calls) di handphone agar tidak terkena dampak radiasi. Mereka cukup ber-SMS saja, menurut Mike Dolan. Penelitian terhadap efek radiasi perangkat-perangkat wireless lain, seperti Bluetooth dan Wi-Fi, juga tengah digagas.
Dampak negatif lain yang sering dijumpai terhadap penggunaan telepon genggam pada pelajar antara lain: (1) Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran merupakan bukti nyata bahwa HP mudah mengalihkan perhatian peserta didik dari pelajaran, (2). Peserta didik lebih tertarik pada fitur yang tersedia di HP seperti : kamera, games, gambar, dan lain-lain, dari pada tugas-tugas mata pelajaran, (3). Peserta didik sering disibukkan dengan SMS, miscall, baik mengirim maupun menerima, baik dari teman maupun dari keluarga sendiri, (4). Dengan HP peserta didik mudah melakukan kecurangan baik pada waktu ujian
maupun ulangan, (5). Rawan terhadap kejahatan. Pelajar yang ber HP merupakan salah satu incaran bagi yang akan berbuat jahat, (7). Menjadi penyebab pengeluaran baru, perduli uang saku, tidak perduli uang buku, yang penting pulsa, (7). Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku siswa. Jika tidak ada kontrol dari orang tua dan guru, HP mudah untuk mengirim dan menerima gambar-gambar yang berbau porno yangsama sekali tidak layak dilihat oleh pelajar-pelajar. Hal ini yang akan membuat anak dewasa sebelum waktunya, (8). Sering menimbulkan cemburu sosial baru. (9) Berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial seperti yang mempunyai HP lebih mahal dan
lebih baru dengan fasilitas lengkap, menimbulkan rasa malu bagi yang HP nya sudah usang, (10). Diruang belajar tidak untuk belajar ilmu, tapi untuk SMS-SMS an melulu.
Dari dampak negatif di atas, maka ada baiknya jika orangtua/wali peserta didik lebih hati-hati dan bijaksana dalam menyetujui anaknya memilih dan menggunakan HP, khususnya bagi pelajar yang masih anak-anak. Jika tidak sangat diperlukan sebaiknya jangan dulu diberi kesempatan menggunakan HP secara permanen. Mari kita selamatkan anak-anak didik dari penyalah gunaan teknologi maju telepon genggam.
E. Penggunaan Telepon Genggam terhadap Perilaku Siswa
Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6).
Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan telepon genggam juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku sebagai dampak penggunaan telepon genggam menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Untuk menjelaskan ke dua masalah atau dampak tersebut, maka perlu diperhatikan etika moral sorang siswa.
Sejalan dengan hal di atas para ahli pendidikan merumuskan tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa di era teknologi telepon genggam saat ini?, Apaka sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dimaksudkan para ahli pendidikan? Siswa yang membawa telepon genggam cendrung bersifat individualisme, mereka bergaul atau bercakap-cakap bukan dengan teman disampingnya, melainkan orang yang di luar lingkungan belajarnya dengan sarana SMS HP-nya atau berbicara lewat telepon genggam. Perilaku seperti ini berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik yang membawa telepon genggam.
Anak didik yang tidak membawa telepon genggam merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran muncul perasaan malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak punya telepon genggam harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilingkungan kelasnya, caranya "menuntut kepada orang tua agar dibelikan telepon genggam". Integritas semakin melemah dan kesenjangan pergaulan akibat teknologi telepon genggam semakin besar walupun tidak muncul dipermukaan ( teori konflik laten).
Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara telepon genggam berdering mengusik ketenangan dan keseriuasan belajar, penyebabnya mungkin dari guru ataupun dari siswa itu sendiri. Hanya dengan sepatah dua patah kata "maaf pak saya lupa mematikan" seorang guru tidak bisa berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi. Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata pelajaran yang lebih sulit menurut siswa seperti matematika, kimia atau fisika, telepon genggam semuanya keluar dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan faktor malas menghitung sendiri karena lebih praktis dengan telepon genggam. Yang lebih memprihatinkan lagi menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Muhammad Syafti Pebrianda,dkk. (Blog pada WordPress.com, 2009), terungkap bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan handphone atau telepon genggam oleh kalangan anak SMA terhadap perilaku mereka. Hal ini dapat kita lihat dari realita yang memperlihatkan banyak diantara anak SMA tersebut menggunakan handphone tidak hanya terbatas pada sarana komunikasi yang digunakan untuk bertukar informasi, dan fitur-fitur yang terdapat di dalam handphone jauh lebih sering digunakan. Penggunaan fitur-fitur handphone tersebut oleh mereka mengindifikasikan terjadinya perubahan perilaku mereka.
Berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas menyatakan bahwa mereka cenderung menghabiskan waktu untuk memainkan fasilitas game yang tersedia di dalam handphone tersebut, atau dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendengarkan MP3 atau menggunakan fasilitas yang lain yang tak jarang yang dilakukan yaitu dengan menyendiri dan cenderung menjauh dari komunitas yang ada.
Pandangan teori Behaviorisme menganalisa perilaku yang tampak, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori behavioris juga dikenal dengan nama teori belajar. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai "warna mental". Secara psikologis, ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Hedonisme memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kebutuhannya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Utilititarianisme memandang seluruh perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan muncul apa yang disebut behaviorisme (Goldstein, 1980:17).
Kaum behavioris berpendirian manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Watson dan Rosalie Rayner melalui sebuah eksperimen telah membuktikan betapa mudahnya membentuk atau mengendalikan manusia dan melahirkan metode pelaziman klasik (classical conditioning). Pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli kondisi dengan stimuli tertentu (yang terkondisikan/unconditioned stimulus) yang melahirkan perilaku tertentu (unconditioned respons).
Jenis pelaziman lain ditemukan oleh Skinner, yaitu operant conditioning. Dimana perilaku manusia dipengaruhi oleh proses peneguhan. Proses memperteguh respons yang baru dengan mengasosiasikannya pada stimuli tertentu berkali-kali, disebut peneguhan (reinforcement).
Menurut Bandura, tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Dengan kata lain, melakukan suatu perilaku ditentukan oleh peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan ditentukan oleh peniruan.
Sejak pertengahan tahun 1950-an, berkembang penelitian tentang perubahan perilaku dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Dimana manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaannya dengan perilaku, contohnya adalah teori disonansi kognitif.
Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi (pengetahuan). Teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang mengurangi disonansi dan menghindarkan informasi yang menambah disonansi.
Pada awal tahun 1970-an, teori disonansi dikritik dan muncul konsepsi manusia sebagai pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional. Contoh perspektif ini adalah teori atribusi. Teori ini menganggap manusia sebagai ilmuwan yang naif, yang memahami manusia dengan metode ilmiah yang elementer.
Kenyataannya, manusia tidak begitu rasional dalam memandang sesuatu. Seringkali malah penilaian orang didasarkan pada data yang kurang, lalu dikombinasikan dan diwarnai oleh prakonsepsi. Dimana manusia menggunakan prinsip-prinsip umum dalam menentukan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya dalil-dalil kognitif (cognitive heuristics).
Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Psikologi humanistik menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. "Humanistic psychology is not just the study of human being.; it is a commitment to human becoming," tulis Floyd W. Matson (1973:19).
Dari uaraian teori di atas sangat erat hubungannya perkembangan teknologi telepon genggam dengan perubahan perilaku sesorang melalui cara meniru. Teknologi telepon genggam semakin memasyarakat dikalangan anak didik atau siswa. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya telepon genggam (HP) bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga telepon genggam, dewasa ini bukan barang mewah lagi, melainkan kebutuhan primer. Telepon genggam dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi.
Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi telepon genggam semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga telepn genggam menjadi Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya? Keberhasilan telepon genggam menawarkan kelebihan dan kecanggihannya merubah pikiran orang, tak disadari menjajah budaya dan memicu perubahan perilaku siswa.. Dalam kurung waktu 5 tahun terakhir hampir semua siswa mengantongi telepon genggam. Akibat perkembangan teknologi ini, maka banyak membawa dampak terhadap budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah.
Telepon genggam merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Telepon genggam disamping memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi serta internet. Dalam hal ini pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan, terutama pada usia sekolah menegah atas (SMA). Respon kelompok remaja terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu (internal) maupun yang berkaitan dengan lingkungannya (eksternal).
Karakteristik internal mencangkup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencangkup pengaruh dari teman-teman dekat remaja serta terpaan media (media exposure) massa. Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan telepon genggam, karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang tinggi dalam melihat setiap perkembangan telepon genggaml yang ada dibandingkan remaja putra.
Selain itu remaja putri juga cenderung sering dan intens berkomunikasi melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan telepon genggam, karena terdapat biaya-biaya yang harus disediakan oleh para pengguna tel. Semakin tinggi pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi Sedangkan jika kita lihat dari segi positifnya, misalnya tumbuhnya kesadaran anak untuk bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tua untuk menggunakan dan merawat barang berharga, dapat menjadi salah satu parameter perkembangan psikologinya. Dininya usia anak diperkenalkan terhadap teknologi juga dapat dinilai suatu dampak yang sangat positif, karena dengan demikian mereka dapat secara kreatif mengenal fitur-fitur tertentu serta dapat langsung menggunakannya.
Dalam keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan telepon genggam pada remaja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya.
Tujuan dalam menggunakan telepon genggam diduga dapat mempengaruhi tingkat
penggunaan telepon genggam, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pula pada remaja yang menggunakan telepon genggam. Aktivitas-aktivitas yang diikuti remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun di luar sekolah).
Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan telepon genggam sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan telepon genggam, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan telepon genggamnya akan melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan telepon genggam, karena melalui media massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi mengenai perkembangan telepon genggam. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis media massa tentang telepon genggam yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekat remaja tersebut.
Tingkat penggunaan telepon genggam pada remaja dapat dilihat melalui empat hal, yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan
pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka
antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan persahabatan (teman sebaya).
Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya
waktu serta intensitas (tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaraan)
interaksi tatap muka
Secara teoritik dampak telepon genggam adalah suatu pengaruh yang kuat atas penggunaan telepon genggam untuk mendatangkan akibat yang diharapkan (positif) dan akibat yang tidak diharapkan (negatif) dalam kehidupan sehari-hari.
http://andimulia08.blogspot.co.id/2010/07/penggunaan-telepon-genggam.html