Penelitian Anemia Pada Ibu Hamil
Pendahuluan Secara garis besar, yang perlu dijelaskan pada latar belakang ialah identifikasi dan perumusan masalah. Masalah ialah adanya ketidakpuasan antara apa yang ada atau adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Masalah yang harus diteliti harus diidentifikasi karena masalah epidemiologi sngat banyak, untuk menentukan suatu masalah penelitian terdapat tiga ketentuan berikut (1) terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kenyataan (2) adanya pertanyaan mengapa kesenjangan tersebut terjadi (3) minimal terdapat dua alternative jawaban yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sebuah kecamatan berpenduduk 25.000 jiwa memiliki sebuah puskesmas. Pada laporan hasil pemeriksaan ANC di bagian KIA, didapati bahwa sekitar 45% ibu-ibu hamil yang berkunjung memiliki LILA <18.0 cm. rata-rata berat badan lahir berkisar 2550 gram. Dari laporan yang tersebut maka akan dilaksanakan sebuah penelitian tentang tingginya angka anemia diwilayah tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa anemia pada wanita hamil merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh wanita di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Peningkatan volume plasma pada ibu hamil menyebabkan terjadinya hemodilusi, sehingga terjadi penurunan hematocrit (20-30%), yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah daripada keadaan tidak hamil. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi, mulai dari keluhan yang ringan sampai dengan berat. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Anemia meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, yaitu risiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya anemia pada ibu hamil.
Skenario
Dokter Mega bekerja di sebuah Puskesmas Kecamatan berpenduduk 25.000 jiwa. Pada laporan hasil pemeriksaan ANC di bagian KIA, didapati bahwa sekitar 45% ibu-ibu hamil yang berkunjung memiliki LILA < 18,0 cm. Rata-rata BBL berkisar 2550 gram. Ia ingin meneliti apakah penyebab dari tingginya angka anemia di wilayah tersebut. Ia menduga beberapa faktor lainnya ikut berpengaruh yaitu antara lain jumlah anak, penghasilan keluarga, anemia gizi, usia perkawinan. Ia berencana menggunakan desain kasus kontrol dalam penelitiannya.
Tujuan Penelitian
Setelah diidentifikasi dan perumusan masalah, tindakan selanjutnya adalah menentukan tujuan dengan kalimat yang singkat dan jelas yang meliputi apa yang dituju, waktu penelitian, lokasi penelitian, sasaran dan lain-lain. Dalam menuliskan tujuan sering dinyatakan sebagai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum merupakan harapan peneliti yang ingin dicapai, tetapi hendaknua ditulis secara realistis, sedangkan tujuan khusus merupakan janji peneliti untuk melaksanakan hal-hal yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Dari penjelasan diatas dapat dibuat tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui factor-faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka anemia di suatu kecamatan. 1 Tujuan umum : untuk menguji faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada kehamilan. Tujuan khusus : 1. Untuk mengidentifikasi faktor LILA <18,0 cm pada anemia kehamilan. 2. Untuk mengidentifikasi faktor jumlah anak pada anemia kehamilan. 3. Untuk mengidentifikasi faktor penghasilan keluarga pada anemia kehamilan. 4. Untuk mengidentifikasi faktor anemia gizi pada anemia kehamilan. 5. Untuk mengidentifikasi faktor usia perkawinan pada anemia kehamilan.
Penelitian dan ilmu adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ilmu merupakan filosofi sedangkan penelitian adalah tindakannya (action). Secara umum, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan ilmu dengan memperoleh pengetahuan berupa
fakta baru, sehingga kemudian dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidah atau metodologi yang baru. Berdasarkan ada atau tidaknya analisis sta tistika, penelitian dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu : 1. Penelitian deskriptif Peneliti melakukan eksplorasi suatu masalah tanpa berupaya untuk mencari hubungan antar variable pada fenomena tersebut. 2. Penelitian analitik Selain melakukan identifikasi dan pengukuran variable, peneliti juga mencari hubungan antar variable untuk menerangkan kejadian atau fenomena yang diamati. Dalam penelitian analitik ini, peneliti dapat hanya mengukur fenomena saja tanpa melakukan intervensi terhadap variable (analitik observasional) atau dapat pula melakukan intervensi terhadap variable dependen (analitik eksperimental).1
Hipotesis
Hipotesis penelitian hanya dibutuhkan pada penelitian analitis dan eksperimen yang dimaksudkan untuk membandingkan dan mengungkap sebab dan akibat. Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang harus diuji. Dalam hal ini harus ditentukan dengan jelas variable-variabel independen dan variable dependen untuk diukur hasilnya1. Terdapat 2 jenis hipotesis yaitu pertama, hipotesis kerja (Hk) atau disebut juga dengan Hipotesis alternatif (Ha). Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan
Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Kedua, Hipotesa Nol (Null hypotheses)/ Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat penulis kemukakan bahwa dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol). 1 Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya : Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel, hipotesis harus dapat diuji, hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada, hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.1 Ha : Adanya hubungan antara faktor-faktor disebut diatas dengan anemia kehamilan. Ho : Tidak adanya hubungan antara faktor-faktor disebut diatas dengan anemia kehamilan
Tinjauan Pustaka Anemia
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30). Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114). Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101). Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011 : 129).
Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan
Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:
a.
Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
b. Hamil dengan lebih dari satu anak c.
Sering mual dan muntah
d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi e.
Hamil saat masih remaja
f.
Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)
Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%.
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunangkunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1)
Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)
Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)
Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)
Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8 – 10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 – 25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya: a.
Asam folik 15 – 30 mg per hari
b.
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c.
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d.
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
Ibu mengeluh cepat lelah,
Sering pusing,
Mata berkunang-kunang,
Malaise,
Lidah luka,
Nafsu makan turun (anoreksia),
Konsentrasi hilang,
Nafas pendek (pada anemia parah); dan
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. 11
Pengobatan Anemia Kehamilan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang mengandung: -
Zat besi Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.
-
Folat Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacangkavangan, sereal dan pasta.
-
Vitamin B-12 Untuk mendapatkan vitamin B12 ini, anda dapat mengkonsumsi daging dan susu.
-
Vitamin C Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri. Makanan yang mengandung zat besi penting bagi anda yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita datang bulan dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu wahana untuk mencapai tujuan penelitian yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun penelitian dalam seluruh prosesnya. Dalam pengertian yang lebih luas desain penelitian mencakup berbagai hal yang dilakukan oleh peneliti mulai dari identifikasi masalah, rumusan hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara pengumpulan data, sampai akhirnya pada analisis data. Klasifikasi desain penelitian didasarkan pada beberapa hal, yaitu : 1. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian a. Penelitian klinis b. Penelitian lapangan c. Penelitian laboratorium 2. Berdasarkan pada waktu a. Penelitian transversal : retrospektif atau prospektif b. Penelitian longitudinal : retrospektif atau prospektif
3. Berdasarkan pada ada / tidaknya analisis hubungan antar-variabel a. Penelitian deskriptif b. Penelitian analitik 4. Berdasarkan substansi a. Penelitian dasar b. Penelitian terapan Terdapat beberapa hal penting yang perlu dikaji sebelum jenis desain penelitian ditentukan. Pertama, sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan melakukan intervensi (studi intervensional/eksperimental), atau hanya melakukan pengamatan saja tanpa intervensi (studi observasional). Kedua, apabila dipilih penelitian observasional harus ditentukan apakah akan dilakukan pengamatan sewaktu (studi kros-seksional) atau dilakukan follow-up dalam kurun waktu tertentu (studi longitudinal). Ketiga, tentukan apakah akan melakukan evaluasi peristiwa yang sudah berlangsung (studi retrospektif), atau studi prospektif yaitu dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi. Oleh karena itu desain penelitia tidak ada yang lebih unggul diantara satu sama lainnya karena pemilihan desain penelitian bertujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian dengan cara yang paling efisien dan dengan hasil yang memuaskan. Penelitian observasional umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu studi kros-seksional, studi kasus-kontrol, dan studi kohort. Dalam penelitian kros-seksional, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu. Hal ini berarti semua subjek diamati tepat pada satu saat yang sama, tetapi setiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variable subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan). Jenis penelitian kros-seksional ini seri ng digunakan dalam studi klinis dan lapangan, dapat juga digunakan pada penelitian deksriptif dan analitik. Dalam studi analitik kros-seksional yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek), pengukuran terhadap variable bebas (faktor risiko) dan variable terikat (efek) hanya dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan. Dari pengukuran tersebut maka dapat diketahui jumalh subjek yang mengalami efek, baik pada kelompok subjek yang memiliki faktor risiko maupun pada kelompok subjek yang tanpa faktor risiko. Hasil pengamatannya biasanya disusun dalam tabel 2x2 sehingga dari tabel ini dapat dilihat prevalens penyakit pada kelompok dengan faktor risiko atau tanpa faktor risiko dan kemudian dapat dihitung rasio prevalensnya. Apabila nilai rasio prevalensnya 1 maka prevalens pada subjek tanpa faktor dan subjek dengan faktor risiko adalah sama dan faktor tersebut bukanlah faktor risiko.
Sedangkan nilai rasio prevalens yang lebih dari 1 berarti faktor tersebut adalah faktor risiko dan jika nilai rasio prevalensnya kurang dari 1 berarti faktor tersebut adalah faktor proteksi (mencegah terjadinya efek / penyakit). Pada studi kasus-kontrol, observasi atau pengukuran variable bebeas dan variable terikat tidak dilakukan pada saat yang sama. Peneliti melakukan pengukuran variable terikat (efek), sedangkan variable bebasnya dicari secara retrospektif. Oleh karena itu studi kasuskontrol disebut dengan studi longitudinal, artinya subjek tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. Untuk control harus dipilih subjek dari populasi dengan karakteristik yang sama dengan kasus, bedanya kelompok control ini tidak menderita penyakit atau kelainan yang diteliti. Pemilihan subjek control ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan cara serasi (matching) atau tanpa matching. Hasil pengukuran disusun dalam tabel 2x2 dan hubungan sebab-akibat antara faktor risiko dan efek diperoleh secara tidak langsung, yakni dengan menghitung risiko relative, yang dalam studi kasuskontrol dinyatakan sebagai odds ratio. Odds ratio ini menunjukkan berapa besar peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyakit (efek). Jika nilai odds rationya 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti ternyata bukan faktor risiko untuk terjadinya efek. Sedangkan, nilai odds ratio yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa benar faktor yang diteliti merupakan faktor risiko dan nilai odds ratio yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor proteksi. Pada studi kohort yang diidentifikasi terlebih dahulu adalah kausa / faktor risikonya, kemudian seluruh subjek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk menentukan terjadi atau tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni, yang diamati adalah subjek yang belum mengalami pajanan faktor risiko yang dipelajari serta belum mengalami efek. Sebagian dari subjek tersebut akan mengalami pajanan terhadap faktor risiko tertentu, sebagian lainnya tidak. Subjek yang terpajan faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti, sedang subjek yang tidak terpajan menjadi kelompok control. Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama masa tertentu, untuk kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti. Hasil pengamatan studi kohort juga disusun dalam tabel 2x2 dan dapat ditentukan insiden terjadinya efek pada kelompok terpajan dan kelompok control. Selanjutnya dapat dihitung risiko relative atau risik insidens, yaitu perbandingan antara insiden efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan insiden efek pada kelompok tanpa faktor risiko. Risiko relative menggambarkan besarnya peran faktor risiko terhadap terjadinya penyakit. Bila risiko relative = 1 maka faktor yang diteliti bukanlah merupakan faktor risiko,
nilai yang lebih daripada 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan risiko, sedangkan nilai yang kurang daripada 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti tersebut bersifat protektif. Selain itu, juga dikenal studi kohort retrospektif dimana para peneliti mengidentifikasi faktor risiko dan efek pada kohort yang terjadi di masa lalu (penelitian disebut retrospektif bila outcome yang diteliti sudah terjadi). Analisis yang digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini bergantung pada kualitas data pada rekam medis atau sumber data lain. Desain penelitian eksperimental merupakan suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan seba-akibat dan mempunyai kapasitas asosiasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian observasional. Hal ini dikarenakan pada penelitian observasional hanya pada sampai tingkat dugaan atau dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah logis. Pada penelitian eksperimental asosiasi sebab-akibat yang diperoleh lebih tegas dan nyata, sehingga simpulan yang dapat diperoleh pun lebih definitive dibandingkan dengan penelitian observasional. Namun demikian, dibutuhkan biaya yang sangat mahal dan pelaksanaannya rumit sehingga penggunaannya terbatas.7
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Bila penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh individu dalam populasi, tetapi hanya diambil sebagian maka bagian tersebut dinamakan sampel. Berdasarkan besarnya, populasi dibagi atas dua yaitu populasi besar dan populasi kecil. Populasi besar atau populasi tak terhingga adalah populasi yang memiliki jumlah individu sedemikian banyaknya sehingga sulit atau tidak mungkin diketahui jumlahnya. Populasi dengan unit dasar yang tidak banyak hingga mudah dihitung jumlahnya disebut populasi kecil. Bisa juga terjadi kesalahan dalam pengambilan sample yang disebut sebagai sampling error, yaitu perbedaan antara hasil sampel dengan hasil sensus yang dilakukan dengan cara yang sama, pada populasi yang sama, dan pewawancara yang sama. Kesalahan lain adalah non-sampling error yaitu kesalahan yang terjadi karena batasan unit yang kurang jelas, jawaban responden yang salah pada samplin survey dengan teknik wawancara/angket, kesalahan dalam batas dan lokasi, kesalahn dalam pengolahan data, dan kesalahan alat ukur yang dipakai. Penyimpangan atau kesalahan lain yang dapat timbul dalam suatu penelitian disebut bias. Bias adalah perbedaan antara hasil sesungguhnya dalam populasi dengan hasil semua sampel yang berasal dari populasi terse but.2
Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak dan tanpa acak. Random sampling (acak) terdiri dari simpel random sampling (pengambilan sampel acak sederhana), stratified random sampling (pemngambilan sampel acak secara stratifikasi), multistage random sampling (pengambilan sampel acak bertahap), systematic random sampling (pengambilan sampel acak sistematis), cluster random sampling (pengambilan sampel acak berkelompok), dan probability proportionate to size (PPS). Pengambilan sampel tanpa acak dilakukan dengan accidental sampling, quota sampling, dan purposive sampling. Pengambilan sampel tanpa acak ini dipakai bila kita ingin mengambil sampel yang sangat kecil pada populasi yang besar karena dengan cara apapun tidak mungkin mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan keadaan populasinya, bahkan mungkin dengan pengambilan sampel tanpa acak akan menhasilkan bias yang lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel secara acak.2 Simple random sampling, pada teknik ini, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang harus diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi. Secara tradisional bisa dilakukan dengan mengambil kocokan atau secara modern dengan menggunakan sistem komputer. Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga dapat dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Di masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili, jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai sampel, sebaliknya kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan. Teknik yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi juga lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada. Teknik klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan
menggunakan prinsip probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan kedua teknik yang telah dibahas di atas. Teknik klaster ini memilih sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek penelitian. Teknik memilih sampel yang keempat adalah teknik sistematis atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip proporsional. Caranya ialah dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana k adalah suatu angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota populasi. Untuk populasi yang didaftar atas dasar urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun mungkin saja terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia akan terjadi pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih dengan baik. Multistage random sampling adalah salah satu model pengambilan sampel secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fr aksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi yang lebih kecil kemudian diambil sampelnya. Pembagian menjadi beberapa fraksi ini dilakukan terus sampai pada unit sampel yang diinginkan. Unit sampel pertama disebut sebagai primary sampling unit (PSU). PSU dapat berupa fraksi besar atau fraksi kecil. Biasanya ini digunakan bila kita ingin mengambil sampel dengan jumlah yang tidak banyak pada populasi besar. Terakhir adalah PPS, pengambilan sampel dengan cara ini merupakan variasi dari pengambilan sampel bertingkat dengan pemilihan PSU yang dilakukan secara proporsional. Pengambilan sampel dengan cara PPS ini biasanya digunakan bersama dengan cara pengambilan sampel yang lain, seperti simple random sampling, systematic sampling, dan sampel kelompok. 2 Accidental sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diambil cara ini sudah tidak dipakai lagi dalam bidang kedokteran. Quota sampling adalah pengambilan sampel dengan jatah hampir sama dengan pengambilan sampel seadanya, tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan jatah sangat tergantung pada peneliti, tetapi dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang dilakukan seemikian rupa sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman. Cara ini lebih baik dari dua cara sebelumnya karena dilakukan berdasarkan pengalaman berbagai pihak. Dalam penelitian klinik, seringkali pengambilan sampel didasarkan pada waktu atau jumlah. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam periode tertentu, dimana semua penderita yang datang ke RS dan memenuhi kriteria dijadikan sampel. Pengambilan sampel ini tidak tergantung jumlahnya. Bila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan jumlah maka tidak tergantung waktu. Bisanya pengambilan sampel berdasarkan waktu dilakukan pada penelitian dengan penyakit yang kasusnya cukup banyak karena bila insidensi kasus tidak banyak maka kemungkinan mendapatkan sampel terlalu sedikit dalam periode tersebut. Untuk mengatasinya, biasanya waktu akan diperpanjang sampai jumlah kasus cukup banyak. Pada pengambilan sampel berdasarkan jumlah bila kasusnya cukup banyak maka akan membutuhkan waktu singkat, tetapi bila kasus jarang maka akan membutuhkan waktu lama. Kesulitan tersebut yang harus menjadi pertimbangan dalam menentukan ca ra mana yang akan digunakan.2 Populasi dari kasus ini adalah semua ibu-ibu hamil di kecamatan A. Sampel yang diambil adalah ibu-ibu hamil di kecamatan A dengan LILA <18,0 cm. Pengambilan sampel yang dilakukan bisa dengan cara stratified random sampling dan quota sampling.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data ialah tempat data yang kita inginkan. Sumber data dapat berupa rekam medik di RS, badan atau instansi resmi yang berkaitan dengan data kesehatan, seperti Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia yang dilalkukan oleh BPS atau publikasi ilmiah tentang kedokteran. Seumber data juga bisa diperoleh dari masyarakat atau penderita yang datang ke RS. Sumber mana yang digunakan sangat berhubungan dengan tujuan penelitian. Sebelum menyusun pertanyaan yang akan dipakai dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara atau angket, tentukan dahulu variabel-variabel yang dibutuhkan. Beberapa hal yang harus diperlukan adalah (1) pertanyaan jangan terlalu panjang dan dapat dimengerti ; (2) pertanyaan jangan mempunyai arti ganda ; (3) pertanyaan jangan menyinggung perasaan ; (4) usahakan agar tidak ada pertanyaan yang mengharuskan responden mengingat kembali masa lampau ; (5) usahakan agar tidak ada pertanyaan yang mengharuskan responden untuk menghitung. 2
Bentuk pertanyaan dibagi dalam dua jenis yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup hanya terdiri dari beberapa pilihan jawaban dan respinden hanya memilih yang sesuai dengan kondisinya. Misalnya hanya dengan memilih jawaban ya/tidak. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan keleluasaan kepada responden untuk dapat menceritakan hal-hal yang dimaksud dalam pertanyaan. Pertanyaan terbuka dan tertutup juga bisa dikombinasikan dalam suatu pertanyaan. 2 Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah dengan wawancara, angket, pengamatan, dan pemeriksaan. Wawancara ialah proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden. Pengumpulan data dengan teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat fakta (umur, pekerjaan, jumlah anak, dll). Angket adalah pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar isian yang diterima. Pengamatan merupakan salah satu cara pengumpulan data yang biasa digunakan pada studi kualitatif, tetapi juga dapat digunakan pada studi kuantitatif, terutama untuk membuktikan kebenaran jawaban responden. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data bisa dengan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, USG, CT-Scan, atau scanning dengan menggunakan zat radioaktif seperti pada kedokteran nuklir.
2,3
Pada kasus ini kita bisa mengambil data dengan melakukan teknik pemeriksaan dan wawancara.
Penelitian Kasus-Kontrol
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif. Penelitian ini berusaha melihat kebelakang, yaitu data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak tersebut ditelusuri variabel-variabel penyebabnya atau variabel yang mempengaruhi. Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam bila dibandingkan dengan rancangan pontongan-lintang, sebab menggunakan subyek kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak negatif juga dicarikan kontrolnya. Kemudian variabel penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dahulu , baru kemudian faktor risiko atau variabel yang berpengaruh diamati secara retrospektif.5 Dibandingkan dengan rancangan cross-sectional, kasus-kontrol memiliki kelebihan, yaitu variabel bebasnya atau faktor risiko dapat dibatasi. Tingkat keabsahan kasus-kontrol
juga lebih tinggi, untuk mempelajari etiologi dan perkembangan penyakit. Tahapan kegiatan dalam rancangan penelitian kasus-kontrol adalah (1) mengidentifikasi variabel penelitian, yaitu meliouti faktor resiko dan dampak ; (2) menetapkan subyek peneltian yang meliputi populasi dan sampel ; (3) mengidentifikasi kasus yang dikehendaki ; (4) memilih kontrol dengan melakukan matching dengan kasus ; (5) menyiapkan alat ukur baik kuisoner ataupun instrumen pengukur lainnya yang telah diuji keabsahan dan kehandalannya ; (6) melakukan pengukuran secara retrospektif untuk memperoleh data ; (7) melakukan pengolahan dan analisis data serta menyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. 5 Rancangan penelitian kasus-kontrol dengan paradigma dari akibat ke sebab. Dalam hal ini yang diukur dan dibandingkan adalah pengalaman terpajan (exsposure) oleh faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bukan insiden seperti pada penelitian prospektif. Penelitian diawali dengan kelompok penderita sebagai kasus dan kelompok bukan penderita sebagai kontrol. Selanjutnya kedua kelompok ditelusuri kebelakang berdasarkan urutan waktu untuk mencari perbedaan dalam pengalaman terpajan oleh faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit kemudia perbedaan pengalaman kedua kelompok dibandingkan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan sebab-akibat. 1,3,5
Setelah ditentukan kriteria diagnosis tentang kasus yang akan diteliti , kelompok kasus dapat diperoleh di RS (hospital based) atau masyarakat (community based). Jumlah kelompok pada kontrol tidak harus sama dengan kasus. 3 Ciri penelitian kasus kontrol adalah merupakan suatu penelitian observasional yang bersifat retrospektif (akibat ke sebab), diawali dengan kelompok kasus dan kontrol, kontrol dipakai untuk memperkuat ada atau tidaknya hubungan sebab-akibat, terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statitistik, kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor
risiko antara kelompok kasus dengan kontrol, pengukuran besar risiko relatif didasarkan pada perkiraan melalui perhitungan odds ratio.1 Umumnya kasus-kontrol adalah penelitian yang bersifat analitis, tetapi dalam hal tertentu dapat bersifat eksploratif. Penelitian dengan hospital based adalah kelompok kasus yang diambil dari RS dan community based jika kasus diambil dari masyarakat. Dan kadangkala juga bisa merupakan suatu kombinasi. Penelitian kasus-kontrol merupakan penelitian yang dirancang untuk mengungkapkan faktor yang merupakan penyebab timbulnya penyakit melalui pengujian hipotesis. Dapat dikatakan bahwa bila terjadi perubahan pada suatu faktor diikuti dengan perubahan pada frekuensi atau sifat penyakit maka dapat dikatakan bahwa faktor tersebut merupakan penyebab timbulnya penyakit. Pada batasan sebab diatas terdapat dua unsur, yaitu (1) terjadi suatu proses antara sebab dan akibat yaitu penyebab mendahului akibat (2) intervensi pada suatu faktor diikuti oleh perubahan pada akibat yang ditimbulkan. Odds ratio dapat digunakan sebagai indikator sebab dengan menghitung resiko, intensitas pajanan, dan adanya interaksi positif. Suatu faktor dikatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit ditandai dengan besarnya perkiraan risiko relatif (odds ratio). Bila intensitas pajanan yang bertambah mengakibatkan meningkatnya risiko relatif (OR) maka dapat dikatakan bahwa pajanan tersebut merupakan faktor penyebab timbulnya penyakit. Interaksi positif ialah hasil gabungan risiko dua faktor, lebih besar daripada jumlah masing-masing risiko. Penentuan kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan untuk membatasi penelitian hanya pada orang-orang yang mempunyai potensi untuk terpajan oleh faktor risiko. Kriteria harus dilakukan pada kelompok kasus dan kontrol. 1
Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah bagian penting dalam penelitian, terutama ketika kita menyusun proposal penelitian. Rumusan masalah secara garis besar dibagi atas dua yaitu umum dan khusus. Rumusan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pada tahap proposal penelitian, pertanyaan akan dijawab dalam bentuk hipotesis. Nantinya hipotesis akan diuji kembali untuk dilihat apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. Rumusan masalah umum sifatnya lebih abstrak, general, dan biasanya tidak dijawab secara langsung karena sangat umum. Sementara itu, rumusana masalah khusus akan lebih spesifik, detil, dan konkrit. Pertanyaan tersebut juga dapat dijawab secara langsung sebab data dibutuhkan untuk menjawabnya.4
Rumusan masalah pada kasus ini adalah hubungan peningkatan anemia kehamilan pada ibu dengan LILA <18,0 cm, jumlah anak, penghasilan keluarga, anemia gizi, dan usia perkawinan.
Analisis Data
Kegiatan ini adalah hal yang paling penting. Sebaiknya analisis diawali dari hal yang sederhana kemudian mendalam sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Awalnya analisis dilakukan secara deskriptif berupa frekuensi distribusi variabel demografi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan). Analisis lanjut dibagi atas dua yaitu analisis data tidak berpasangan dan analisis data berpasangan.
Penutup
Penelitian adalah suatu metode yang akan selalu dilakukan dalam dunia kesehatan. Penelitian sendiri terbagi atas penelitian analitik, eksploratif, eksperimental, dan deskriptif. Setiap penelitian membutuhkan sampel untuk dijadikan sumber penelitian. Sampel diambil dari suatu populasi dengan beberapa metode (acak dan tidak acak). Setelah itu kita juga hrus tentukan rumusan masalah dan tujuan penelitian kita. Tentukan juga hipotesis alternatif dan null dari penelitian kita. Hipotesis akan dilakukan suatu uji statistik untuk membuktikan apa hipotesis ditolak dan diterima. Tahap penganalisaan data adalah bagian terpenting dalam penelitian karena digunakan untuk membaca data-data dan menerjemahkannya.
Daftar Pustaka
1. Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran sebuah pengantar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2002. 2. Budiarto E. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2002. 3. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar epidemiologi. Edisi ke-2. J akarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2001. 4. Swarjana IK. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Penerbit Andi ; 2012. 5. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2008.