BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua adalah pembangunan berwawasan lingkungan, sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang ber-kesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Dalam setiap pembangunan akan ada berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian antar usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya. Dengan demikian langkah pengendalian dampak negatif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat. Hal ini memungkinkan terjadinya pecemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi penularan penyakit. Keberadaan Rumah Sakit Umum Prima Medika sebagai penyedia jasa di bidang pelayanan kesehatan tentunya membutuhkan sarana dan prasarana penunjang berjalanya aktifitas medis rumah sakit. Tingginya aktifitas medis rumah sakit juga akan meningkatkan beban lingkungan mengingat tingginya limbah B3 yang akan dihasilakn dari sisa aktifitas medis. Berdasarkan PP RI No. 101 Tahun 2014 Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat, kosentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
Pengendalian dan pencegahan dampak penanganan bahan dan limbah berbahaya dan beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan saat ini menjadi isu strategis yang secara nasional perlu penanganan secara terintegrasi.Untuk itu diperlukan acuan dan standarisasi prosedur dan ketentuan baik teknis maupun administratif. Dalam rangka melaksanakan pengelolaan limbah B3 B3 yang memenuhi syarat syarat diperlukan diperlukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
B. Tujuan 1. Tujuan Umum 1
maka diperlukan diperlukan Pedoman Pedoman
Adapun tujuan umum yang ingin di capai dari penyusunan pedoman pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum Prima Medika yaitu untuk meningkatkan Kualitas Lingkungan Rumah Sakit Umum Prima Medika melalui pengelolaan limbah B3 yang memenuhi syarat. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus khusus dari penyusunan pedoman pedoman pengelolaan limbah B3 B3 di Rumah Sakit Umum Prima Medika adalah: a. Melakukan upaya reduksi untuk meminimalkan kuantitas limbah yang berpotensi menjadi limbah B3. b. Dapat menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan serta mengidentifikasi limbah yang dihasilkan di rumah sakit. c. Dapat melakukan penanganan penanganan yang tepat ketika terkena paparan paparan limbah B3 di rumah sakit. d. Dapat mengidentifikasi bahan bahan berbahaya dan dan beracun yang ada ada dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). e. Dapat melakukan upaya pemilahan, pengkodean, penyimpanan, pengangkutan dan pengiriman limbah B3 ke transporter limbah sesuai dengan SOP yang ditetapkan. f.
Salah satu satu unsur unsur pendukung pendukung untuk memenuhi akreditasi Rumah Rumah Sakit Sakit
C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun meliputi penanganan, penerimaan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, dan pembuangan limbah secara benar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. 1.
Hubungan K3, B3 dan produktivitas di RSU Prima Medika KESEHATAN KERJA
2
PENINGKATAN
KINERJA
PRODUKTIVITAS BEBAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan produktivitas tenaga kerja 1. Beban kerja a. Fisik b. Mental 2. Lingkungan Kerja a. Fisik b. Kimia c. Biologi d. Fisiologi e. Psikologi 3. Kapasitas kerja a. Ketrampilan b. Kesegaran jasmani dan rohani c. Status kesehatan / gizi d. Usia e. Jenis kelamin f.
Ukuran tubuh
C.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 ( Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah upaya untuk memelihara keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja, hasil karya dan budayanya untuk meningkatkan kesejahteraan ( kualitas hidup ) tenaga kerja dan masyarakat. Kesehatan adalh kesehatan kerja yang kusus mempelajari secara luas dan mendalam permasalahan kesehatan masyarakat di sarana kesehatan. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan , tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Material Disfungsi peralatan / bahan Peralatan / bahan Cidera Korban jiwa Kekacauan pelayanan 3
Penyebab terjadinya kecelakaan : 1. Unsafe Condition 2. Unsafe action ( berdasarkan pendapat ahli K3, kedua factor tersebut merupakan gejala akibat buruknya dan kurangnya komitmen manajemen K3 ) 1. Unsafe Condition : a. Peralatan using b. Tempat kerja acak-acakan c. Peralatan kerja tidak ergonomis d. Peralatan mesin tidak tertutup e. Tempat kerja dengan B3 tidak dilengkapi sarana pengaman ( label, simbul, rambu, prosedur pengelolaan B3 2. Unsafe Action a. Pegawai tidak tahu - Bahaya di tempat kerja - Peraturan K3 - SPO kerja - Instruksi kerja b. Pegawai kurang terampil dalam mengoperasikan peralatan pernafasan
C.3. Adapun ruang lingkup bahasan pengelolaan Limbah B3 meliputi : 1. Penetapan limbah B3 berdasarkan sumber spesifik dan karakteristik limbah 2. Tindakan pengurangan penggunaan bahan yang mengandung bahan B3 3. Menurunkan resiko paparan akibat limbah B3 di rumah sakit 4. Identifikasi keamanan bahan B3 dalam lembar MSDS 5. Pemilahan, pengkodean, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
limbah B3
rumah sakit.
D. Landasan Hukum 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004. 2. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. 3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. 4
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah. 5. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor :
74 Tahun 2001
Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. 7. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit dan Pencegahan Infeksi Nosokomial. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
BAB II STANDAR FASILITAS
A. Sarana dan Prasarana 1. Label dan Simbul Label dan simbol Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan.
5
a. Label Identitas Limbah B3
(Contoh label Identitas Limbah B3)
Pengisian label identitas limbah B3 Penghasil
: Nama perusahaan yang menghasilkan
Alamat
: Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp
: Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax
: Fax penghasil
Nomor Penghasil
: Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan : Berisi data tanggal saat pengemasan Jenis limbah
: Cair; padat; campuran
Jumlah limbah
: Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah
: Kode sesuai denganLampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah
: Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor
: Nomor urut pengemasan
b. Simbol Limbah B3
6
2. Tempat Penyimpanan Tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi standar untuk lokasi, fasilitas penyimpanan dan peralatan penanggulangan keadaan darurat. a. Lokasi Penyimpanan : di bangun pada lokasi bebas banjir dan berada di dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan Limbah B3. b. Fasilitas Penyimpanan (Bangunan): 1) Desain dan kontruksi bangunan yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari. 2) Memiliki penerangan dan ventilasi 3) Memiliki saluran drainase dan bak penampung c. Peralatan penanggulangan keadaan darurat 1) Ketersediaan alat pemadam api ringan (APAR) 2) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai, seperti P3K
BAB III TATA LAKSANA PENGELOLAAN B3
A.
Pengertian 7
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah hasil sisa aktivitas Rumah Sakit Umum Prima Medika berupa
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau
merusak
lingkungan
hidup,
dan/atau
membahayakan
lingkungan hidup lingkungan Rumah Sakit Umum Prima Medika, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia (Pasien, Petugas, dan Pengunjung) dan makhluk hidup lain. 2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Prima Medika adalah terdiri dari pengurangan limbah, penyimpanan limbah B3, pemasangan label, pengangkutan 3. Pengurangan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Prima Medika adalah untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan 4. Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Prima Medika
adalah kegiatan
menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya. 5. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 di Rumah Sakit Umum Prima Medika yang berbentuk tulisan yang berisi informasi mengenai Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah, dan karakteristik Limbah B3. 6. Pengangkut Limbah B3 Rumah Sakit Umum Prima Medika adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengangkutan Limbah B3 berdasarkan MOU Kerjasama 7. Sistem tanggap darurat adalah system pengendalian keadaan darurat yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan Lingkungan. B. Penggolongan B3 1. 2. 3. 4. 5.
B3 golongan Explosif B3 golongan Gas Mampat B3 golongan cairan mudah menyala B3 golongan oksidator B3 Golongan racun
C. Pengelolaan B3 Standar Pengelolaan B3 terdiri dari : 1. Proses pengadaan bahan berbahaya ( B3 ) 2. Bongkar muat B3 3. Penyimpanan B3 8
4. Penyaluran / pengangkatan B3 5. Pembuangan limbah B3 ( label B3 harus digunakan pada tiap tahapan penanganan B3 )
D. Sifat-sifat B3 Bahan kimia mudah meledak ; 1. Asetilen 2. Diazo 3. Nitrozo 4. Alkil polinitro 5. Oksim 6. Azo 7. N-Nitroso 8. N-Nitro 9. Azida 10. Diazonium 11. Hidroksil ammonium 12. N-logam berat 13. Perkhloril 14. Peroksida 15. Ozon
Bahan mudah terbakar diklasifikasikan 1. Zat padat mudah terbakar 2. Zat cair mudah terbakar 3. Zat gas mudah terbakar Bahan iritan menurut bentuk zat 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bahan iritan padat : NaOH, FENOL Bahan iritan cair: asam sulfat, asam format Bahan iritan gas Gas amat larut dalam air : amoniak, formaldehyde Gas dengan kelarutan sedang : sulfur dioksida Gas dengan kelarutan kecil,
Bahan kimia oksidator 9
1. Adalah bahan kimia yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lainnya 2. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif atau tidak stabil atau mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga menimbulkan kebakaran.
Bahan kimia korosif 1. Bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam Bahan kimia iritan 1. Bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan / sensitasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab, seperti kulit, mata dan pernafasan 2. Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif
E. Siklus Manajemen Logistik B3
PERENCANAAN
PENGHAPUSAN
PENGANGGARAN
PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN
PENGADAAN
PENYIMPANAN DAN
10
F. Pengadaan Kegiatan memenuhi kebutuhan operasional yang telah di gariskan sesuai perencanaan yang telah dibuat dan disetujui melalui ; 1. Pembelian : - Langsung, penunjukan, tender ( Perpres No 54 / 2010 2. Produksi - Steril, non steril, sediaan langka Ketentuan kusus pengadaan B3 1. Tiap pengadaan / pembelian B3 harus dicantumkan dengan jelas tentang informasi bahan berupa: a. Labeling B3 Lembar “ sertificat analisa “ b. c. Informasi dampak bahaya d. Informasi P3K dan APD nya e. Lembar MSDS 2. Spesifikasi mutu kemasan / wadah 3. Tiap langkah dilengkapi dengan “ Tanda Resiko Bahaya “ 4. Penggunaan yang mengajukan pembelian B3 wajib melengkapi syarat-syarat K3. Bila spsifikasi dan syarat sudah cukup lengkap dan memenuhi standar K3 , maka pengajuan dan pembelian dapat diproses dan direalisasikan pengadaanya
Definisi Lembar Data Pengaman ( LDP ) atau MSDS ( Material Safety Data Sheet ) ( Permenkes No: 472 /MENKES/PER /V/ 1996 ) Pasal 1 ayat 2 : Lembaran Data Pengaman ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat ditimbulkan , cara penanganan dan tindakan kusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya. G. Penyimpanan B3 1. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar aman dari pengaruh alam dan lingkungan : a. Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik. b. Suhu ruangan terjaga konstan dan aman. 11
c. Aman dari gangguan biologis ( tikus, rayap, dan lain-lain ) 2. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan : a. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas. b. Penyusunan tidak melebihi batas maximum ( anjuran industry ) agar tidak roboh dan rapi. c. Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat. d. Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan ditempatkan yang aman, tidak lembab dan aman dari sumber panas ( listrik 3. Program House Keeping secara periodic ( Kebersihan, kerapihan dan keselamatan ) 4. Sarana K3 disiapkan dan digunakan 5. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD 6. Inspeksi secara periodic, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan, peralatan dan system segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada atasan. 7. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan symbol / label B3 ( Label isi, safety, resiko bahaya ) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama 8. Petugas gudang dilengkapi dengan buku petunjuk / pedoman K3 yang berkaitan dengan penyimpanan B3. 9. Petugas dilarang makan dan minum di tempat penyimpanan B3. 10. Tindakan P3K ( pertolongan pertama pada kecelakaan ) oleh tenaga pengalaman, segera hubungi dokter / tim medis atau bawa korban ke IGD untuk perawatan lebih lanjut G.1. Penyimpanan B3 Explosif 1. Pewadahan dan penandaan Mengikuti pola pewadahan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti sesuai dengan macam dan tingkat bahaya. 2. Kondisi ruangan a. Bahan dan kondisi bangunan memiliki konstruksi yang kuat, tahan ledakan, tahan api, taham gempa. b. Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu c. Kedap air d. Pintu dari bahan yang baik dan kuat dan dikunci. e. Terhindar dan terlindungi dari getaran dilengkapi dengan penangkal petir. f. Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 golongan explosive dan pemberitahuan dilarang merokok 3. Kesiapan penanggulangan Tersedia alat penanggulangan, antara lain : -
Alat pemadam kebakaran System alarm Alat pencegah dengan tenaga medis yang terampil untuk P3K bila terjadi kecelak Tersedia pos penjagaan lengkap dengan petugas keamananya 12
4. Lokasi Tempat mudah tercapai, aman.
Penanggulangan kasus bahan berbahaya Bila terjadi tumpahan , bocor hingga mencemari lingkungan, korban langsung dan sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya. G.2 Penyimpanan B3 Gas Mampat 1. Pewadahan dan penandaan Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar dan akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 2. Kondisi ruangan - Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal petir. - Pengaturan suhu dan panas serta cahaya Suhu sejuk dan kering Hindari cahaya langsung matahari Hindarkan instalasi listrik dan sumber panas Hindarkan kenaikan suhu - Pengaturan udara Fentilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan tetap optimal 3. Tata penyimpanan - Wadah disimpan pada posisi tegak - Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah - Cukup jarak antara 1 dengan lainnya - Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi - Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari yang ada isinya
G.3 Penyimpanan B3 Cairan Mudah Menyala 1. Pewadahan dan penandaan Wadah / pembungkus / kemasan harus dapat melindungi isinya terhadap saluran dari luar
13
Wadah / pembungkus/ kemasan harus dapat bertahan terhadap daya kema isinya Wadah harus tertutup dengan kedap / disegel 2. Kondisi ruangan Bahan dan konstruksi bangunan : a. Tahan terhadap B3 yang disimpan ( tidak interaksi ) b. Mempunyai ventilasi secukupnya c. Udaranya harus terisolir dari udara zat cairan mudah menyala Beban dari sumber penyebab terjadinya bahaya a. Wadah, tutup, kran, kemasan harus berfungsi baik b. Mencegah terjadinya gangguan mekanik c. Mencegah kontak langsung dengan B3 d. Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan 3. Kesiapan penanggulangan Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya gas mampat Tersedia alat pemadam kebakaran Tersedia P3K dan antidotum Tersedia alat komunikasi Pengaturan udara a. Memiliki alat pengatur suhu / pendingin agar tidak tercapai titik nyala b. Memiliki alat pengisap udara ruangan c. Dihindari kemungkinan perembesan sehingga tidakn terjadi penyulutan secara sengaja atau tidak sengaja d. Jauhkan dari tempat kegiatan memasak / merokok e. Beri tanda larangan merokok / awas racun dengan gambar tengkorak
G.4 Penyimpanan B3 Beracun 1. Pewadahan dan penandaan Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadahan dan penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 2. Kondisi ruangan Bahan dan konstruksi bangunan a. Tahan terhadap B3 b. Kedap air c. Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar d. Tertutup rapat dan dikunci H. Penyaluran B3 Penyaluran / Pengangkutan B3
14
1. Sebelum pengangkutan B3, pengawas / atasan wajib member informasi K3 serta resiko bahaya yang ada pada tiap pekerja 2. Hanya pekerja yang mengerti tugas dan tanggung jawab serta adanya rekomendasi atasan dibenarkan menangani pengangkutan B3 3. Upaya preventif, pencegahan harus dilakukan secara teratur berupa pemeriksaan kelayakan perlatan, kondisi muatan B3, kondisi fisik pekerja sebelum pengangkutan 4. Menaikan / menurun B3 harus dilakukan dengan benar harus dilakukan dengan benar dan hati-hati 5. Perlengkapan K3 ( APD, APAR, P3K ) dalam kondisi siap pakai. 6. Pengangkutan B3 tidak melebihi kapasitas alat angkat dan angkut, tidak boleh menghalangi pandangan pekerja 7. Jika kontak dengan B3, segera lakukan pertolongan pertama dengan benar. Hubungi dokter/tim medis untuk tindakanlanjut.
I.
Penggunaan B3 1. Perencanaan dan penerapan K3 dalam penggunaan B3 harus memperhatikan : a. APD yang sesuai dengan factor resiko bahayanya. APAR dan P3K harus siap dan cukup b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang c. Peralatan kerja harus layak pakai d. Metode kerja / cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif e. Kelengkapan administrasi sudah siap ( perintah kerja, daftar B3) 2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. Sesuai SPO a. Sebelum menggunakan B3 harus diketaui lebih dahulu informasi bahaya kebakaran, kesehatan, reaktivitas keracunan, korosif dan efek lain dan peledakan, serta cara pencegahan dan penanggulanganya b. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan tanggung jawab dilakukan sebaik-baiknya. Laporkan situasi kondisi kerja lebih-lebih yang tidak aman. c. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja, wadah sisa B3 hingga aman. d. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut 3. Kesiapan penanggulangan a. Dilakukan oleh petugas yang ahli. b. Tersedia alat pemadam kebakaran c. Tersedia P3k dan antidotum d. Tersedia alt komunikasi
Contoh penanggulangan radiasi
15
1. DEKORPORASI IODINE Jalan masuk : Terhirup, tertelan, luka terbuka Antidote
: KL ( Potasium iodide ) tablet 130 mg
Prinsip
: memblok deposit tyroid
Dosis dan cara : Potasium jodida 130 mg, selama 1-2 minggu. Bila sensitive terhadap I, dapat diberikan potassium perklorat 200mg
J. Pembuangan Limbah B3 1. Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa maupun sisa hasil proses yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran kusus yang disiapkan atau tempat sampah kusus B3 2. Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk zatzat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak lebih ambang 3. Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan 4. Semua wadah / kemasan B3 harus dibakar dengan benar 5. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai. Hatihati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dsb.
K. Alat Pelindung Diri 1. Safety Helmet: Dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan , terbentur dan terpukul benda keras dan tajam ( bahan : plastic, Bakelite ) 2. Hood ( Tutup Kepala ) Dipakai untuk melindungi kepala dari bahan kimia, panas radiasi terbuat dari asbes atau kain yang dilapisi aluminium 3. Hat / Cap topi yang dipakai untuk melindungi kepala dari kotoran
16
L.
Karakteristik Limbah B3
1. Mudah meledak Limbah B3 mudah meledak adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu
25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury ) dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar. 2. Mudah Menyala Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat
– sifat berikut: 17
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume atau pada
titik nyala tidak lebih dari 60˚C atau 140 ˚F akan menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury ). Pengujian sifat mudah menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester, pensky martens closed cup, dan termutakhir. b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar yaitu
25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury ) mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium. 3. Reaktif (reactive – R) Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat – sifat berikut : a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya antara lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna. b. Limbah
yang
jika
bercampur
dengan
air
berpotensi
menimbulkan
ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa melalui pengujian di laboratorium. c. Merupakan Limbah sianida, sulfide yang pada kondisi Ph antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian limbah yang dilakukan secara kualitatif. 4. Infeksius Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain: a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium; b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, dan pecahan gelas; c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses
bedah atau otopsi;
18
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius; dan/atau e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. 5. Korosif (corrosive –C) Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut: a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih kecil atau samadengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa. b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan metode yang berlaku.
6. Beracun Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub -kronis. a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP 1) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. 2) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. b. Uji Toksikologi LD50 Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg 19
(lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji. c. Sub –kronis Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
M.
Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dalam proses identifikasi B3 ada tiga hal yang perlu diperhatikan disini :
1. Mengklasifikasi/mengidentifikasi apakah limbah tersebut termasuk limbah B3 atau
bukan. 2. Mengetahui sifat dan karakteristik limbah sehingga dapat mengetahui metode
pengelolaannya. 3. Menganalisis potensi bahayannya terhadap lingkungan, dan mahkluk hidup lain.
N.
Alur Distribusi Limbah Berbahaya dan Beracun
1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Alur pengelolaan limbah berbahaya di Sakit Umum Prima Medikaadalah sebagai berikut :
Identifikasi Limbah, Pemisahan, Pewadahan, Labelin Timbulan Pengangkutan Sampah B3 oleh Pada Sumber Housekepping
Pencatatan Volume Limbah B3
Penyimpanan Pada TPS B3
Pengangkutan dan Pengiriman Limbah B3oleh pihak ke3
Pelaporan 20
1. Identifikasi Limbah Identifikasi limbah bertujuan untuk mengetahui jenis limbah apakah berbentuk padat, cair, tajam, Infeksius, non infeksius sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat sesuai jenis limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit. 2. Pemisahan Limbah a. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah b. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah c. Tempat limbah sesuai dengan jenisnya d. Limbah cair di buang ke saluran pembuangan air limbah menuju ke IPAL Rumah Sakit. 3. Pewadahan Limbah Limbah ditampung menurut jenisnya dengan menggunakan wadah khusus sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan dan pelabelan. a. Limbah non infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang beralaskan kantong plastik berwarna hitam. b. Limbah Infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang beralaskan kantong plastik berwarna kuning. c. Limbah sitotoksik ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang beralaskan kantong plastik berwarna ungu. d. Limbah benda tajam di tampung dengan menggunakan sharp box. e. Limbah cair dari labporatorium ditampung dengan menggunakan jiriken yang kuat dan tidak bocor. 4. Pemasangan label/Labeling Pemasangan label berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan. Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai: a. Nama Limbah B3 b. Identitas Penghasil Limbah B3 c. Tanggal dihasilkan Limbah B3 d. Tanggal pengemasan Limbah B3 Label dan simbol Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan.
c. Label Identitas Limbah B3
21
(Contoh label Identitas Limbah B3)
Pengisian label identitas limbah B3 Penghasil
: Nama perusahaan yang menghasilkan
Alamat
: Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp
: Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax
: Fax penghasil
Nomor Penghasil
: Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan
: Berisi data tanggal saat pengemasan
Jenis limbah
: Cair; padat; campuran
Jumlah limbah
: Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah
: Kode sesuai dengan Lampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah
: Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor
: Nomor urut pengemasan
d. Simbol Limbah B3
22
5. Penyimpanan Penghasil limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3. Untuk dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap penghasil limbah wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3. Lokasi penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Fasilitas penyimpanan limbah B3 meliputi : a) Bangunan b) Tangki/container c) Tempat tumpukan limbah (waste pile) d) Waste impoundment e) Peralatan penanggulangan keadaan darurat f) Laporan penyimpanan limbah paling sedikit memuat: Sumber, nama, jumlah, dan karakteristik limbah B3 g) Pelaksanaan penyimpanan limbah B3 h) Pemanfaatan limbah B3, Pengelolaan limbah B3 atau penimbunan limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin atau menyerahkan limbah B3 kepada pengumpul limbah B3, pemanfaat limbah B3, Pengolah Limbah B3 atau penimbun limbah B3.
6. Pengangkutan Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Jika rumah sakit
23
menjalin kerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan limbah B3 maka pengangkut limbah B3 wajib memiliki: a. Rekomendasi pengangkut limbah B3 b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.
7. Kerjasama Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Sehingga untuk pengangkutan dan pemusnahan limbah B3 rumah sakit bekerjasama dengan pihak ke 3 yang telah mendapatkan ijin operasional dari lembaga berwenang.
BAB IV DOKUMENTASI
Pendokumentasian, Meliputi Setiap Izin dan Perizinan/Lisensi Atau Ketentuan Persyaratan
Lainnya.Pendokumentasian
perizinan
pengelolaan
bahan
dan
limbah
berbahaya dan beracun yang harus dimiliki sesuai dengan persyaratan yang berlaku diantaranya : a. Izin tempat penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun 24
b. Izin Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dengan adanya pedoman pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, menjadikan karyawan yang pekerjaannya menggunakan / memanfaatkan B3 mengetahui B3, golongan B3, penanganan jika ada permasalahan yang muncul, mengetahui hubungan pengelolaan B3 dengan K3, meningkat kan keselamatan dan kesehatan meningkatkan kinerja karyawan
25
kerja sehingga dapat