2.3. PARFUM 2.3.1. Prinsip Kerja Parfum
Parfum dapat didefinisikan menjadi suatu kompleks campuran dari berbagai variasi senyawa dengan konsentrasi yang tepat dan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat sintetis. Parfum digunakan untuk memberi rasa segar dan harum pada badan . Mekanisme yang tepat dari interaksi parfum dengan tubuh agar menimbulkan bau yang berbeda pada masing-masing individu belum diketahui. Bau harum pada parfum terjadi akibat dari reaksi antara stimulus kimia dengan reseptor sistem olfaktori pada hidung sehingga menyebabkan efek biologi dan psikologik pada makhluk hidup. Terdapat penelitian penelitian bahwa senyawa volatile dalam parfum menunjukkan menunjukkan pola yang berbeda ketika terjadi penguapan dari kulit manusia. Pola tersebut dipengaruhi oleh suhu tubuh, struktur kulit atau keberadaan partikel lipid yang masing-masing dapat mengubah penguapan temporal dari senyawa kimia yang ada di dalam parfum. (Lenochová et al., 2012). 2.3.2. Sumber Parfum
Tumbuhan
Parfum yang berasal dari tumbuhan didapat dari minyak atsiri yang diperoleh dari berbagai bagian tertentu pada tumbuhan, tumbuhan, seperti : Bagian Tumbuhan
Contoh
Bunga
bunga mawar, lavender, orange blossom
Biji
Kayu
biji
caraway
(jintan),
amygdalus) kayu cendana, cedar, aloe
almond
(Prunus
buah lemon (citrus), pala, jeruk, anggur,
Buah
vanili
Akar
akar jahe
Lumut
lumut yang berasal dari pohon oak
Daun
bay (d’salam), thyme, patchoull (nilam)
Kulit kayu
cinnamon, cascarilla
Resin, gum, balsam bahan tidak menguap
yang
diperoleh
dari
tanaman tetapi bhn ini mengandung
gum styrax, balsam peru, benzoin, myrrh.
minyak menguap yang beraroma dan kental
Hewan Nama Musk
Bagian Dari kelenjar dekat organ seks rusa (musk deer)
Civet
Dari musang (civet catz)
Ambergis
Dari
sperma
whale
(ikan
mengandung spermaceti) Castereum
Bahan Kimia
Dari kelenjar berang-berang
paus
yg
1. Isolat Nama
Asal Isolat
Euginol
Bahan ini biasanya diperoleh dari minyak cengkeh
Citral
Berasal dari minyak lemongras
Geraniol
Merupakan bahan yang berasal dari minyak citronella
2. Bahan Organik Sintetik Bahan organic sintetik terdiri dari alkohol aromatic dan alkohol lemak (fatty alkohol) yang biasanya mempunyai bau, ester-ester dan aldehida.
-
Phenyl ethyl alkohol: salah satu bhn dsr parfum rose
-
Cinnamyl alkohol: suatu fixatif dan digunakan dalam parfum lilac
-
Terpineol: terdapat dalam minyak pine tetapi dibuat dari terpentin, suatu minyak atsiri
-
Amyl cinnamic aldehyde, salah satu bahan dasar parfum jasmin
-
Ester-ester dari bau karakteristik buah-buahan: methyl phenyl carbinyl acetate yg digunakan dalam parfum gardenia & jasmine dan benzyl acetate yang digunakan dalam floral parfum (Flick, 1989).
2.3.3. Formulasi Parfum
Formulasi Umum Zat pewangi (odoriferous substances) Komponen pewangi terdiri dari persenyawaan kimia yg menghasilkan bau wangi yang diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis. Zat Pewangi pada umumnya parfum mengandung zat pewangi 2% (weak
parfum) sampai 10% atau 22,5% (strong parfum) dan selebihnya adalah bahan pengencer dan zat pengikat.
Zat pengikat (fixatives) Zat pengikat adalah suatu senyawa yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari zat pewangi atau minyak atsiri serta dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi. Penambahan zat pengikat bertujuan mempertahankan komponen yang dapat menguap agar dapat dipertahankan untuk jangka lebih lama. Zat pengikat yang ideal : -Larut sempurna dalam etanol, minyak atsiri, dan persyaratan aromatik berwujud cair -Mudah digunakan dalam parfum beralkohol dan bahan berupa bubuk atau padatan -Mengurangi daya menyerap parfum dan menghasilkan campuran wangi yang harmonis -Berada dalam keadaan murni sehingga efektif jika digunakan dalam jumlah kecil -Pada umumnya zat pengikat berasal dari bahan nabati, hewani dan sentetis. Zat pengikat nabati berasal dari golongan : gum, resin, lilin dan beberapa minyak atsiri bertitik didih tingi
Zat pelarut atau pengencer (diluent) Bahan pelarut yang baik digunakan: etil alkohol Fungsi bahan pengencer: menurunkan konsentrasi zat pewangi dalam parfum sampai konsentrasi tertentu, sehingga dihasilkan intensitas wangi yang dikehendaki.
Zat tambahan lainnya (Brechbill, 2009)
Contoh Formulasi Parfum
Casablanca
Minyak cologne ………3,0 % zat pewangi Etil alkohol.................75% zat pelarut PEG-40 ......................3% zat pengikat, dan pelembab Castor Oil ...................5% Fiksatif/ zat pengikat Aquadest .................. ad 100% Bahan Penggenap/basis (Wasitaatmadja, 1997) Solid eau de cologne (Parfum dalam bentuk padat)
R/ Minyak cologne …………………………
3,0 %
Na stearat ………………………………..
9,0 %
Dietil adipat ……………………………..
5,0 %
Isopril miristat …………………….……
5,0 %
Heksilin glikol …………………………..
3,0 %
Etil alkohol ………………………………
75,0 % (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4. Evaluasi Sediaan Parfum
1. Kesesuaian dengan Warna Kesesuaian warna dengan aroma memiliki peran kesuksesan al am produk.
2. Kesesuaian dengan Konsep Parfum harus cocok dengan konsep bahan utama seperti: -Lavender dan Rosemary -Jasmin dan Orchid -Bergamot dan Neroli, dll
3. Kesesuaian dengan Target kostumer
Usia kostumer target berperan penting dalam jenis parfum yang sesuai. Misalnya: untuk target remaja umumnya parfum dengan konsep buah.
4. Kesesuaian dengan Brand Prenium & Niche brand sama dengan ekslusif dan unik
5. Tes Hedonik Berkaitan dengan aroma parfum. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan metode Qualitative Descriptive Analysis (QDA). QDA adalah teknik yang dikembangkan dnegan menggunakan panel assesor atau evaluator yang telah terlatih
6. Odor profiling Odour profiling dilakukan dengan deskripsi parfum. Odour Profiling Map dapat membantu evaluator bila aroma ingin diubah untuk alasan tertentu
7. Evaluasi Kekuatan dan Ketahanan Evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling penting, dimana dalam evaluasi ini dilakukan untuk menilai kekuatan serta ketahanan aroma parfum. Berikut adalah metode yang sangat subjektif. Skala 1 sampai 5 mungkin skala yang paling umum digunakan dalam industri. Penentuan evaluasi ini dilakukan dalam skala 1 sampai 5 yaitu :
1 : sangat lemah (hampir tidak ada)
2 : lemah
3 : Sedang
4 : Kuat
5 : sangat kuat (bersifat menyebar)
8. Evaluasi Difusivitas
Evaluasi difusivitas dilakukan untuk memeriksa penyebaran aroma wangi pada parfum. Aroma yang tersebar di udara disebut difusi. Dalam evaluasi ini difusivitas tinggi itu sangat penting terutama untuk sediaan parfum
9. Evaluasi Substansivitas Evaluasi substansivitas dilakukan untuk memeriksa ketahanan (lamanya waktu) aroma wangi perfum berlangsung. Dalam evaluasi ini terdapat interval waktu di mulai dari 6 jam, 12 jam, 24 jam atau lebih. Interval waktu ini ditentukan oleh produk akhir.
10. Evaluasi Stabilitas Evaluasi ini dilakukan pada produk akhir. Evaluasi ini dilakukan untuk memeriksa stabilitas aroma parfum serta masa simpan parfum. Evaluasi stabilitas ini harus dilakukan pada aspek fisik, kondisi iklim yang berbeda serta temperatur yang berbeda dalam interval waktu 1-12 minggu.
11. Evaluasi Sensori dan Molekular Berdasarkan odournet.com, terdapat 5 evaluasi sensori dan molecular dari parfum; o
Sampling parfum (mis. vaporising menggunakan liquid to gas vaporiser (LiGaVa)
o
Analisis konsentrasi bau menggunakan olfactometry dinamik berdasarkan DIN EN 13725
o
Evaluasi sensori dan perbandingannya berdasarkan parameter seperti intensitas, hedonic (kenyamanan, ketidaknyamanan) dan polaritas menggunakan expert panel
o
Evaluasi molekular dan perbandingannya menggunakan spektrofotometri gas dengan ion-mobility spectrometry (GCIMS), gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) atau GC-Sniffing (sebagai contoh, untuk menentukan bau-
hubungan kompononen atau analisis pelepasan aroma ketika teraplikasi dikulit manusia o
Tes ketahanan.
12. Evaluasi Fisik a. Pemisahan dari basis produk b. Perubahan warna c. Pengendapan d. Perubahan viskositas e. Perubahan nilai pH (Jhunjhunwalla,2012).
2.4. SHAVING PRODUCTS
Produk pencukur (Shaving Products) digunakan untuk membantu dalam menghilangkan rambut-rambut tubuh yang tidak diinginkan, untuk memudahkan dalam mencukur baik laki-laki maupun perempuan, dan termasuk produk-produk seperti sabun, krim, maupun lotion cukur (Mark, 2016). 2.4.1. Prinsip Kerja
Shaving Cream Krim pencukur (Shaving Cream) adalah produk yang digunakan baik oleh laki-laki dan perempuan untuk mencukur secara efektif. Produk produk krim pencukur ini biasanya membentuk aerosol foam atau gel yang menghasilkan busa ketika digosokkan pada kulit. Krim pencukur biasanya mengandung bahan-bahan yang membantu melicinkan kulit sehingga pisau cukur dapat bekerja secara efektif (Mark, 2016).
Shaving Soap Sabun pencukur (Shaving Soap) adalah produk yang digunakan baik oleh perempuan dan laki-laki untuk mencukur efektif. Produk-produk ini biasanya dalam bentuk batangan yang menghasilkan busa ketika
digosokkan pada kulit. Sabun pencukur biasanya berisi gliserin yang berfungsi melembutkan rambut di permukaan kulit (Mark, 2016).
Preshave Lotion Preshave Lotion adalah produk produk yang digunakan oleh semua orang segera sebelum mencukur. Produk-produk ini biasanya mengandung zat yang dapat menyebabkan bulu terangkat atau tercukur dari permukaan kulit. Preshave Lotion paling sering digunakan bersamaan dengan alat cukur listrik namun dapat juga digunakan cukur manual (Mark, 2016).
Aftershave Lotion Aftershave Lotion adalah produk yang digunakan oleh semua orang setelah
mereka
selesai
mencukur.
Produk-produk
ini
biasanya
mengandung alkohol untuk menyegarkan kulit dan pelembab untuk melembutkan kulit. Alkohol dalam Aftershave Lotion berfungsi untuk menutup pori-pori kulit setelah mencukur dan mencegah iritasi, yang pada umumnya dikenal sebagai ruam cukur (Mark, 2016). 2.4.2. Formulasi dan Cara Pembuatan :
Cream Cukur kulit
Formula : Stearic acid
36%
Coconut oil
9%
Potassium hydroxide
8%
Sodium hydroxide
1%
Sorbitol (70% solution)
3%
Water
43%
Perfume
q.s
Preservative
q.s (Gaud., R., S, dkk, 2008).
Fungsi bahan :
Asam stearate Sebagai pengikat dan pengental agar lebih lembut dan waktu simpan lebih lama
Minyak Kelapa Sebagai pelembut
Kalium hidroksida Sebagai anticaking
Natrium hidroksida Sebagai zat tambahan
Sorbitol Sebagai Zat humektan untuk mengatur kelembaban sediaan baik dalam wadah maupun pemakaiannya pada kulit
Air Sebagai pelarut
Parfum Sebagai pemberi bau segar harum pada sediaan
Pengawet Bahan untuk mencegah tumbuhnya atau untuk bereaksi dan menghancurkan mikroorganissme yang bisa merusak produk atau tumbuh pada produk. Kontaminasi dengan mikroorganisme dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap, perubahan warna, perubahan viskositas, penurunan daya kerja bahan aktif
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Cara pembuatan : Panaskan minyak kelapa untuk 75 0C – 800C. alkali dilarutkan dengan air dan menambah minyak kelapa. Ketika saponifikasi selesai, tambahkan asam stearat yang telah meleleh (700) di aliran tipis diikuti oleh larutan sorbital, pengawet dan sisa air. mixure kemudian didinginkan. parfum dapat ditambahkan pada 350C atau setelah emulsi didinginkan sampai suhu kamar. Dilakukan pengecekkan untuk kelengkapan saponifikasi dan kandungan asam lemak bebas disesuaikan dengan 3 dan 5%. Produk dikemas ke dalam tabung (Gaud., R., S, dkk, 2008). Digunakan untuk : Cukur Kulit (Gaud., R., S, dkk, 2008).
After shave lotions
Formula : Ethyl alcohol specially denatured
60%
Propylene glycol
3%
Water demineralized
36%
Perfume
1% (Gaud., R., S, dkk, 2008).
Fungsi Bahan :
Etil alcohol khusus denatured Sebagai pelarut
Propil glikol
Sebagai zat humektan untuk mengatur kelembaban sediaan baik dalam wadah maupun pemakaiannya pada kulit
Air demineral
Parfum Sebagai pengharum pada sediaan (Tranggono dan Latifah, 2007).
Cara Pembuatan : Parfum dan propilen glikol dilarutkan dalam alkohol. Tambahkan air perlahan-lahan sambil diaduk untuk menghindari konsentrasi lokal tinggi air mempercepat komponen kurang larut dari parfum. Jauhkan larutan selama beberapa jam pada sekitar 40C dan kemudian disaring (Gaud., R., S, dkk, 2008). Digunakan untuk : Meringankan iritasi dan memberi perasaan menyenangkan kenyamanan dan kesejahteraan setelah bercukur (Gaud., R., S, dkk, 2008). 2.4.3. Evaluasi Sediaan
1. Total Substansi Lemak Kelancaran mencukur tergantung pada pelembab dan busa yang diproduksi oleh krim cukur. Kemampuan menghasilkan busa dan melembabkan, tergantung banyak pada 'total substansi lemak 'dalam krim serta keseimbangan kuantitas air. Indian Standard telah menetapkan bahwa krim harus memiliki setidaknya 30 per persen zat lemak (Consumer Voice, 2013).
2. Daya Penyabunan Busa yang dihasilkan oleh krim cukur membuat proses pencukuran lebih mudah. Sebuah krim cukur pada dasarnya adalah merupakan sebuah sabun, oleh karena itu kemampuan penyabunan sangatlah dibutuhkan. Menurut The national standard stip-ulates, bahwa setidaknya harus ada 100 mililiter busa yang
dihasilkan oleh krim cukur (dalam silinder ukur untuk kuantitas tetap) (Consumer Voice, 2013).
3. Kandungan Air Sebuah krim cukur yang memiliki kandungan air yang lebih tinggi lebih mudah untuk digunakan. Krim akan kurang kompak dan jika diletakkan pada jari, sediaan tersebut pun akan mulai kehilangan bentuknya karena kandungan air yang tinggi. Selain itu, dengan kadar air tinggi, maka kebutuhan untuk menerapkan krim menjadi lebih banyak agar
busa dapat bekerja. Standar nasional menetapkan
bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 60 persen dari total massa krim (Consumer Voice, 2013).
4. Pengemasan Menurut Indian Standard , krim cukur harus dikemas dalam tabung aluminium dilipat. Namun, sekarang-sekarang ini tidak lagi dikemas dalam tabung aluminium, tetapi dalam tabung yang lebih baik yang dibuat bahan PVC seperti yang digunakan oleh pasta gigi. Bahan ini cukup fleksibel dan mudah dilipat (konsumen dapat menekan tabung dan mendapatkan banyak krim yang butuhkan) (Consumer Voice, 2013).
5. Pelabelan Isi minimal pada paket tabung seperti berikut termasuk:
Nama dan jenis krim cukur
Nama produsen dan /atau nya diakui merek dagang, jika ada
Massa bersih dari bahan dalam tabung Nomor batch dalam kode atau sebaliknya Setiap kebutuhan lainnya seperti yang ditentukan oleh otoritas hokum
Kandungan
Expired date Petunjuk tentang penggunaan dan penyimpanan (Consumer Voice, 2013).
6. Berat bersih Menurut The Legal Metrology (Packaged Commodities) Rules, 2011, maksimum kesalahan yang diizinkan untuk krim hingga 50 gm adalah 1 gm dan jika hingga 100 gm adalah 2 gm (Consumer Voice, 2013).
7. Uji Kepekaan Pengujian ini dilakukan dengan melibatkan beberapa koresponden (pengguna krim cukur) untuk menilai preferensi konsumen. Setiap koresponden diberikan tiga sampel yang berbeda. Pencukuran krim sepatutnya bertopeng dan kode untuk menghindari biasness (Consumer Voice, 2013).
8. Stabilitas Krim cukur tidak boleh terpisahkan atau mengalami perubahan fisik yang buruk selama kondisi normal penyimpanan dan penggunaan (Consumer Voice, 2013).
9. Konsistensi Krim cukur harus konsisten dari segala aspek fisik dan kimia (Consumer Voice, 2013).
10. H omogenitas Krim cukur harus homogen (Consumer Voice, 2013).
Daftar Pustaka Brechbill, Glen O. 2009. Arranging Fine Perfume Compositions. New Jersey : Fragrance Books Inc. Available online at http://www.perfumerbook.com/Arranging%20Fine%20Perfume%20Comp ositions.pdf [diakses pada tanggal 25 November 2016]. Flick, Ernest W. 1989. Cosmetic and Toiletry Formulation Second Edition Vol. 1. New Jersey : Noyes Publications. Jhunjhunwalla, Ashish. 2012. Aromachology and Fragrance Evaluation . AFF Aromatics Pvt.Ltd Lenochova P, Vohnoutova P, Roberts S.C., Oberzaucher E, Grammer K and Havlicek J. 2012. Psychology of Fragrance Use:
Perception
Individual Odor and Perfume Blends
a
Reveals
Idiosyncratic Effects on Fragrance Choice. PLoS
of
Mechanism ONE , 7 (3),
for
e33810.
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0033810. Odournet. 2015. Sensory and Molecular Evaluation of
Fragrances. Available
online at http://www.odournet.com/product- testing/marketsectors/sensory-and-molecular-evaluation-of-
fragrances/ [25
November 2016]. Wasitaatmadja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik . Jakarta : UI Press. Mark.
2016.
Shaving
Products.
Available
http://www.cosmeticsinfo.org/product/shaving-products
online
at
(Diakses
pada
tanggal 26 November 2016). Consumer Voice. 2013. Test on Shaving Cream. American: Paper of evalution product. Gaud R. S., Yadav A.V., Yeole P.G., Gokhale S.B. 2008. Pharmaceutics. Jakarta : Nirali Prakashan.
Tranggono, R.I. dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik , Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.