PANDUAN OBAT-OBAT HIGH ALERT RUMAH SAKIT CITRA HUSADA PANGKALAN BUN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG High
alert
Medications
memiliki
resiko
lebih
tinggi
dalam
menyebabkan komplikasi, efek samping atau berbahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya kesalahan. Metode untuk meminimalisir kesalahan ini meliputi beberapa strategi: a. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications b. Membatasi akses terhadap high alert medications c. Menggunakan label dan tanda “ peringatan” untuk high alert medications d. Menstandarisasi prosedur instruksi /peresapan, penyimpanan, persiapan, dan pemberian high alert medications e. Melakukan prosedur pengecekan ganda, untuk obat-obat tertentu. Obat-obat jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainya akan ditinjau ulang dalam audit dan revisi high alert medications oleh komite farmasi dan terapeutik. Buku Panduan Obat-Obat High Alert ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mengenai obat-obat yang high alert di Rumah Sakit Citra Husada.
B.
PENGERTIAN High alert medications adalah obat-obatan yang memiliki resiko tinggi
untuk
menyebabkan/
menimbulkan
adanya
komplikasi/
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan ( dosis,interval, dan pemilihannya).
C.
TUJUAN 1. Menyediakan panduan untuk staf klinis dan non klisnis, terutama apoteker di Rumah Sakit Citra Husada mengenai kebijakan menajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori high alert medications (obat-obatan dengan pengawasan). 2. Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga meningkatkan keselamatan pasien 3. Memberikan
pelayanan
kesehatan
dengan
kualitas
tinggi
dan
meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko terhadap pasien
D.
SASARAN Apoteker, tenaga profesi terkait obat memahami sistem yang terkait dengan obat ( familiar with drug system (formulary, DUE, abbreviation, alert drug)), drug)), kelengkapan permintaan obat ( complete drug order ), ), perhatian pada kepastian kejelasan instruksi pengobatan (care ( care for ensure clear and un ambiguous instruction). instruction). Upaya pencegahan akan lebih efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain (multidisiplin) terkait penggunaan obat, terutama dokter dan perawat. Perlu menjadi pertimbangan bahwa errors dapat berupa kesalahan laten ( latent errors) errors) misalnya karena kebijakan, infrastruktur, biaya, SOP, lingkungan kerja maupun kesalahan aktif (active (active errors) errors) seperti sikap tidak mau tahu, tidak teliti, sengaja melanggar peraturan) dan umumnya active errors berakar errors berakar dari latent errors (pengambil kebijakan). Apoteker berada dalam posisi strategis untuk meminimalkan medication errors, baik dilihat dari keterkaitan dengan tenaga kesehatan lain maupun dalam proses pengobatan. Kontribusi yang dimungkinkan dilakukan antara lain dengan meningkatkan pelaporan, pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lain, meningkatkan keberlangsungan rejimen
pengobatan
pasien,
pengobatan pasien di rumah.
peningkatan
kualitas
dan
keselamatan
Apoteker berperan utama dalam meningkatkan keselamatan dan efektifitas penggunaan obat. Dengan demikian dalam penjabaran, misi utama Apoteker dalam hal keselamatan pasien adalah memastikan bahwa semua pasien mendapatkan pengobatan yang optimal. Hal ini telah dikuatkan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa kontribusi Apoteker dapat menurunkan medication errors.
BAB II TATA LAKSANA
A.
DAFTAR OBAT HIGH ALERT Berikut ini adalah obat-obatan yang termasuk dalam kategori high alert medications Kategori/kelas obat-obatan
Jenis obat
Agonis adnergik IV
Epinefrin, fenilefrin, norepinefrin, isoproterenol
Antagonis adrenergic IV
Propanolol, metoprolol, labetalol
Agen anestesi (umum, inhalasi,dan
Propofol, ketamin
IV) Anti-trombotik, termasuk:
Warfarin, LMWH( low-molecular-weight
a. Antikoagulan
heparin, unfractionated heparin IV
b. Inhibitor faktor X a
-
c. Direct thrombin inhibitors
-
d. Trombolitik
Etexliate
e. Inhibitor glikoprotein IIb/IIa
Lepirudin -
Larutan /solusio kardioplegik Agen kemoterapi (parenteral dan oral) Dekstrosa hipertonik(≥ 20%) Larutan dialysis (peritoneal dan hemodialisis) Obat-obatan epidural atau intratekal Obat hipoglikemik (oral) Obat inotropik IV
Digoksin, milrinone
Insulin ( SC dan IV)
Insulin regular, aspart, NPH, glargin
Obat-obatan dengan bentuk
Amfoterisin B liposomal
liposomal Agen sedasi moderat / sedang IV
Dexmedetomidine, midazolam
Agen sedasi moderat/ sedang
Chloral hydrate, ketamin, midazolam
oral,untuk anak Agen blok neuromuscular
Suksinikolin, rokuronium, vekuronium, atrakurium, pankurium
Preparat nutrisi parenteral Agen radiokontras IV Akua bi destilata, inhalasi,dan
irigasi (dalam kemasan ≥ 100ml) Nacl untuk injeksi, hipertonik dengan konsentrasi > 0,9 % Konsentrat K Cl untuk injeksi E poprostenol IV Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4) Digoksin IV Metotreksat oral (penggunaan nononkologi) Opium tincture Oksitosi IV Injeksi natrium nitropruside Injeksi kalium fosfat Prometazin IV K alium intravena V asopressin ( IV atau intraoseus) antikonvulsan
Benzodiazepine
Perhatian:
1. Vial yang mengandung konsentrat elektrolit( misalnya KCl) tidak bpleh disimpan di lingkup atau area perawatan pasien.
2. Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis ( misalnay: kondisi mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan untuk mengikuti pedoman dan prosedur pengguna high alert medications.
B.
PRINSIP OBAT HIGH ALERT 1. Kurangi kemungkinan terjadinya kesalahan a. Menguraangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin 2. Lakukan pengecekan ulang atau ganda 3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan a. Misalnya: kesalahan fatal terjadi dimana injeksi vial 50 ml berisi lidokain 2% tertukar dengan manitol ( kemasan dan cairan obat serupa) solusinya: sediakan lidokain 2% dalam vial 10ml, sehingga walaupun terjadi kesalahan pemberian, jumlah lidokain yang di injeksikan kurang berdampak fatal. b. Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip c. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan d. Batasi akses terhadap higt alert medications e. Gunakan table dosis standar (dari pada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan berat badan/fungsi ginjal, dimana renta, terjadi kesalahan)
C.
PROSES PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT Lakukan proses dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi, mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert medications. 1. Peresepan a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal, mengenai high alert medications b. Instruksi ini harus mencakup minimal: i.
Nama pasien dan nomor rekam medis
ii.
Tanggal dan waktu instruksi dibuat
iii.
Nama
obat(generic),dosis,
jalur
pemberian,
dan
tanggal
pemberian setiap obat iv.
Kecepatan dan atau durasi setiap pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis kondisi, dan indikasi penggunaan setiap higt alert medications secara tertulis d. Sistem instruksi elektronik akan memberikan informasi terbaru secara periodic mengenai standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat (yang telah disetujui oleh komite farmasi dan terapeutik ), serta informasi yang dibutuhkan untuk mengoptilamalkan keselamatan pasien. e. Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi dengan menggunakan instruksi tercetak f.
Instruksi kemotrapi harus t ertulis pada “ formulir Instruksi Kemotrapi” dan ditandatanggani oleh sepesialis onkologi, informasi ini termasuk riwayat alergi pasien, tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh pasien. Hal ini memungkinkan ahli farmasi dan perawat untuk melakukan pengecekan ganda terhadap perhitungan dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.
2. Persiapan dan penyimpanan a. High alert medications disimpan di pos perawat di dalam troli atau cabinet yang memiliki kunci b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan obat-obatan rutin lainya. Jika high alert medications harus di simpaan diarea perawatan pasien,kuncilah tepat penyimpanan
dengan diberikan label “peringatan: high alert medications “ pada tutup luar tempat penyimpanan. c. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications, setiap kotak atau tempat yang berisi high alert medications harus berisi label d. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan menggunakan huruf/tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
3. Pemberian obat a. Perawat harus melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada pasien b. Pengecekan ganda terhadap High alert medications i.
Tujuan : identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya ( sebagai orang kedua sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi)
ii.
Kebijakan:
Pengecekan ganda diperlukan high alert medications tertentu /spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien
Pengecekan ganda ini akan dilakukan : o
Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwewenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain : perawat, ahli farmasi, dan dokter
o
Pengecekan kedua dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi atau perawat lainnya, ( petugas tidak boleh sama dengan pengece pertama)
o
Kebutuhan
minimal
untuk
melakukan
pengecekan
ganda/verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisikondisi seperti berikut:
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infuse:
Saat terapi inisial
Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
Saat pemberian bolus
Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
Setiap terjadi perubahan dosis obat
Pengecekan nama obat sesuai dengan intruksi dari dokter
iii. Berikut adalah high alert medications yang memerlukan pengecekan ganda: High Alert medications memerlukan pengecekan ganda untuk semua dosis termasuk Bolus Obat-Obatan Kemotrapi Heparin Insulin Infuse Magnesium sulfat pada pasien obstetric Infus kateter saraf epidural dan perifer *abciximab Argatroban Bivalirudin *eptifibatide Lepirudan Citrate ACD-A Kalsium klorida 8 gm/1000ml infuse (untuk CRRT) * obat-obatan yang sebaiknya tidak diberikan sebagai bolus dari kantong infuse/ vial Obat-obatan yang memerlukan pengecekan ganda jika terdapat kantong infuse Obat-obatan Infuse benzodiazepine Kemotrapi Infuse opioid Infuse epidural Infuse kateter saraf perifer
Obat-obatan yang memerlukan pengecekan ganda jika terdapat perubahan dosis/kecepatan pemberian Obat-obatan E poprostenol Kemoterapi Treprostinil Infuse bensodiazepin Infuse opioid, epidural Heparin
iv. Prosedur: Dosis insial atau insiasi infuse baru
Petugas kesehatan mempersiapkan obat-obat dan hal-hal dibawah ini untuk menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua:
Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak
Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau resep/instruksi tertulis dokter
Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
Obat telah disiapkan dan sesuaikan dengan instruksi
Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter
Membaca untuk memverifikasi kelima persyaratan ini: Obat tepat Dosis atau kecepatanya tepat,termasuk pengecekan ganda mengenai perhitungan dan verivikasi pompa infuse Rute pemberian tepat Frekuensi/interval tepat Diberikan kepada pasien yang tepat
Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/ vial obat untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang benar misalnya: dosis insulin
Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada rekam medis / catatan pemberian medikasi pasien
Petugas kedua harus memilih ‘dicek oleh dan’ diisi dengan nama pengecek
Pengecek ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien
Pastikan infuse obat ganda pada jalur/selang yang benar dan dilakukan pengecekan selang infuse mulai dari larutan /cairan infuse, pompa,hingga tempat inseri selang.
Pastikan pompa infuse terprogram dengan kecepatan pemberian yang tepat, termasuk ketepatan data berat badan pasien
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini; Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persyaratan Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada perawat sebelumnya untuk memverifikasi kelima persyaratan (seperti yang telah disebutkan diatas)
Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat telah selesai ,lakukan pencatatan pada bagian pengecekan oleh perawat di rekam medis pasien.
c. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien, memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan , dosis dan tujuannya,( pasien juga dapat berperan sebagai pengecek, ji ka memungkinkan) d. Semua pemberian high alert medication intravena dan bersifat kontinu harus diberikan mel alui pompa infuse IV, pengecualian dapat diberikan pada pasien di Ruang Rawat Intensif Neonatus (Neonates intensive Care
Unit- NICU),atau pada pasien risiko tinggi mengalami kelebihaan cairan (volume over –load). Setiap selang infuse harus diberi lebel dengan nama obat yang diberikan di ujung distal selang dan pada pintu masuk pompa ( untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan kesalahan) e. Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan prosedue pengecekan ganda dapat mengghambat/menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien bener-bener bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum memberikanya kepada pasien. f. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi/apotek,dan dilakukan peninjauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang belum diberikan g. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui indikasi penggunaan dosis ekstra
BAB III HIGH ALERT MEDICATIONS
A.
ALKALOID VINCA (VOINCRISTINE VINBLASTINE,VINORELBINE) a. Semua dosis vinkristin dan vinblastine disiapkan dan disimpan dalam larutan 10ml Nacl 0,9% (injeksi) b. Vinorelbine disiapkan dan disimpan dalam larutan 20ml Nacl 0,9 %(injeksi) c. Spuit harus diberi label dengan peringat:
Fatal jika diberikan intratekal
Hanya untuk pengguna IV
Perlu pengecekan ganda
d. Setiap spuit harus disertai tutup dan harus tetap intak hingga waktu pemberian obat tiba
B.
PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRATEKAL a. Lakukan pengecakan ganda setelah persiapan dosis obat intratekal untuk memastikan obat dan pelabelan benar b. Pelabelan meliputi peringatan:
Perhatian : Hanya untuk penggunaan intratekal’
Perlu pengecekan ganda
c. Obat-obatan kemotrapi intratekal akan disimpan dan disiapkan dalam sediaan spuit 10 ml atau lebih kecil d. Tidak boleh ada obat-obatan sitotoksis lainnya di sebelah tempat tidur pasien selama proses pemberian obat kemotrapi intratekal e. Lakukan pengecekan ganda.
C.
AGONIS ADRENERIK IV(EPINEFIRIN, FENILEFIRIN, NOREPINEFIRIN, ISOPROTERENOL) a. Intruksi medikasi harus meliputi’ kecepatan awal’ b. Saat tidrasi obat, haruslah meliputi parameternya c. Konsentrasi standar untuk infuse kontinu:
Epinefirine : 4mg/250ml
Norepinefirin: 8mg/250ml
Fenilefrin : 50 mg/ 250ml
d. Pada kondisi klinis dimana diperlukan konsentrasi infuse yang tidak sesuai standar, spuit atau botol infuse harus dib eri label ‘ konsentrasi yang digunakan adalah e. Gunakan monitor kardiovaskuler pada semua pasien dengan pemasangan vena sentarl D.
ANTAGONIS
ADRENERGIC(
PROPANOLOL,
ESMOLOL,METOPROLOL,
LABETALOL a. Konsentrasi standar esmolol:
E.
Vial 100mg/ 10ml
Ampul 2,5g/10ml
DOPAMINE DAN DOBUTAMINE a. Sering terjadi kesalahan berupa obat tertukar karena namanya yang mirip, konsentrasi yang mirip, dan indikasi yang serupa. Gunakan label yang dapat membedakan nama obat( misalnya : DOBUTamin, DOPamin) b. Gunakan konsentrasi standar c. Beri label pada pompa infuse dan botol infuse berupa nama obat dan dosisnya
F.
KALSIUM
INTRAVENA(SEBAGAI
GLUCEPTATE,GLUCONATE,ATAU
CHLORIDE) a. CaCl tidak boleh diberikan melalui IM karena bersifat sangat iritatif terhadap jaringan b. Factor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah adalah kadar fosfor serum dan albumin serum c. Efek samping yang dapat terjadi :
Intraksi obat dengan dioksin (injeksi cepat klasium dapat menyebabkan
bradiaritmia,
mengkonsumsi digoksin)
terutama
pada
pasien
yang
Antagonis terdapat CCB (Calcium-channel blocker) dan peningkatan tekanan darah
Hipokalsemia atau hiperkalsemia akibat pemantauan kadar kalsium yang tidak efisien
Resiko kalsium-fosfor yang tidak tepat dalam larutan IV dan menyebabkan presipitasi dan kerusakan organ
Nekrosis jaringan akibat ekstravasasi kalsium klorida.
d. Intruksikan pemberian kalium dalam satuan milligram e. Lakukan pengecekan ganda
G.
AGEN KEMOTRAPI( INTRAVENA, INTRAPERITONEAL,INTRAARTERIAL, INTRAHEPATIK DAN INTRAPLEURAL) a. Dalam meresepkan obat kemotrapi, perlu dilakukan sertifikasi dan verifikasi secara tepat sebelum meresepkan dan memberikan obat b. Intruksi kemotrapi harus ditulis di ‘formulir instruksi kemotrapi’ dan di tandatangani oleh spesialis onkologi c. Tidak diperbolehkan memberikan instruksi obat kemotrapi hanya dalam bentuk verbal ( harus tertulis) d. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan e. Jangan menggunakan pompa IV, jika hanya perlu dosis bolus f.
Kapanpun memungkinkan , gunakan instuksi yang dicetak (print) dalam meresepkan obat
g. Saat meresepkan obat kemotrapi IV, intruksi harus tertulis dengan dosis individual, bukan jumlah total obat yang diberikan sepanjang program terapi ini. h. Intruksi lengkap mengenai pemberian obat ini mencakup:
Nama pasien dan nomor rekam medis
Tanggal dan waktu penulisan intruksi
Semua elemen yang digunakan untuk meghitung dosis inisial atau perubahan tatalaksana kemotrapi harus dicantumkan dalam resep (tinggi badan, berat badan, dan atau luas permukaan tubuh)
Indikasi dan infomconsent
Alergi
Nama obat kemotrapi,dosis, rute pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
Jumlah siklus dan atau jumlah minggu pemberian regimen pengobatan,jika memungkinkan
i.
Berikan label yang jelas dan kemasan berbeda-beda untuk membedakan dengan obat lainnya
j.
Semua dosis obat harus disertai dengan tulisan :” perhatian” agen kemotrapi
k. Adanya dosis obat yang harus diselidiki segera oleh ahli farmasi dan dosis penggantinya sebaiknya tidak diberikan sebelum disposisi dosis pertama diverifikasi l.
Obat kmemotrapi akan diberikan berdasarkan pada intruksi dokter dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku
m. Berikan label pada setiap alat/benda spesifik milik pasien yamg
berhubungan dengan kemotrapi, : ‘peringatan’ materi atau bahan anti neoplastik. Perlakuan dengan baik dan hati-hati n. Obat kemotrapi akan dikemas dengan 2 lapisan untuk meminimalisasi o. Kemungkinan tercecer atau tersebar p. Lakukan pengecekan dalam perhitungan dosis sebanyak 2 kali oleh 2 orang yang berbeda q. Semua obat kemotrapi telah disiapkan akan menjalani pengecekan ganda . r. Lakukan pengecekan pengaturan pompa kemotrapi sebelum memberikan obat s. Hanya perawat yang memiliki kompetensi dalam pemberian kemotrapi yang boleh memberikan obat.
H.
INFUSE KONTINU HEPARIN,LEPIRUDIN, ARGATROBAN, WARFARIN IV a. Protocol standar akriditasi adalah untuk thrombosis vena dalam ( deep vein thrombosis –DVT) sakit jantung, stoke dan ultra-filtrasi b. Singkatan untuk “U” ‘ unit” tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan c. Standar konsentrasi obat untuk infuse kontinu:
Heparin 25.000unit/500ml dektrose 5%(setara denagn 50 unit /ml)
Lepirudin 50mg/250mldan 100mg/250ml
Argatroban: 250mg/250ml
d. Gunakan pompa infuse e. Lakukan pengecekan ganda f.
Berikan stiker atau label pada vial heparin dan lakukan pengecekan ganda terhadap adanya perubahan kecepatan pemberian
g. Untuk pemberian bolus, berikan dengan spuit ( dari pada memodifikasi kecepatan infuse) h. Obat-obatan harus diawasi atau di pantau i.
Warfarin harus diinstruksikan secara harian berdasarkan pada nilai INR/PT harian
I.
INSULIN IV a. Singkatan “U” untuk ‘ unit’ tidak diperbolehkan, jangan menggunakan singkatan b. Infuse insulin : konsentrasi standar = 1 unit/ ml, berikan label “high
Alert”ikuti protokol standar ICU c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu yang kadaluarsa dalam 30 hari setelah dibuka d. Vial insulin disimpan pada temapat terpisah didalam kulkas dan diberi label. e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena sering tertukar)
f.
Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U100 didalam spuit 1cc, selalu gunakan spuit insulin (khusus)
g. Lakukan pengecekan ganda h. Perawat harus memberitahukan pada pasien bahwa mereka akan diberikan suntikan/insulin i.
Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis:
Simpan dalam kulkas seccara terpisah dan beri label yang tepat
Semua vial insulin harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah dibuka(injeksi jarum suntik). Tanggal dibuka/ digunakan insulin untuk pertama kali harus dicatat pada vial.
J.
KONSENTRAT ELEKTROLIT: INJEKSI NACL>0.9% DAN INJEKSI KALIUM (KLORIDA,ASETAT, DAN FOSFAT) ≥ 0,4 EQ/ML10 a. Jika KCl di injeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi 10
m€q/jam) atau dengan dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan henti jantung b. KCl tidak boleh diberikan sebagai IV push/bolus c. Hanya disimpan diapotik,ICU,ICCU, dan kamar operasi d. Standar konsentrasi pemberian infuse Nacl;maksimal 3% dalam 500ml e. Diberikan label pada botol infuse “ larutan natrium hipertonik 3%( tulisan berwarna merah) f.
Protokol untuk KCl:
Indikasi infuse KCl
Kecepatan maksimal infuse
Konsentrasi maksimal yang masih diperbolehkan
Panduan kapan mulai diperlukannya monitor kardiovaskuler
Penentuan bahwa semau infuse KCl harus diberikan via pompa
Larangan
untuk
memberikan
infuse
KCl
multiple
secara
bersamaan( misalnya: tidak boleh memberikan KCl IV sementara pasien sedang mendapatkan infuse KCl di jalur IV lainnya)
Diperbolehkan untuk melakukan subsitusi dari KCl oral menjadi KCl IV, jika diperlukan.
g. Lakukan untuk pengecekan ganda
K.
INFUSE NARKOSE/OPIAT, TERMASUK INFUSE NARKOSE EPIDURAL a. Opiate dan substansi lainnya harus disimpan dalam lemari penyimpanan yang terkunci diapotik / unit farmasi dan di ruang perawat b. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang dicetak(print) sebaiknya tersedia didalam meresepkan obat c. Berikan label “high alert” untuk infuse kontinu dengan konsentrasi nonstandar yang diberikan /diantarkan ke unit rawat, jika diperlukan sewaktu-waktu. d. Kosentrsi standar e. Konsentrasi tinggi: (berikan label’ konsentrasi tinggi’) f.
Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti kebijakan titrasi
g. Pastikan tersdia nalokson atau seejenisnya disemua area yang terdapat kemungkinan menggunakan morfin h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat alergi i.
Hanya gunakan nama generic
j.
Jalur pemberian epidural
Semua pemberian infuse narkose/opiate harus diberikan dengan pompa infuse yang terprogram dan diberikan label pada alat pompa
Gunakan tabung infuse yang spesifik ( misalnya : warna kuning bergaris tanpa portal injeksi)
Berikan label pada ujung distal selang infuse epidural dan selang infuse IV untuk membedakan .
k. Jika diperlukan perubahan dosis,hubungi dokter yang bertanggung jawab l.
L.
Lakuakn pengecekan ganda
AGEN SEDASI IV ( LORAZEPAM, MIDAZOLAM.PROPOFOL) a. Setiap infuse obat sedasi kontinu memiliki standar dosis, yaitu:
Lorazepam 1 mg/ml
Midazolant 1mg/ml,efek puncak : 5-10 menit
Propofol : 10 mg/ml
b. Lakukan monitor selama pemberian obat( oksimetri denyut, tanda vital, tersedia peralatan resusitasi)
M.
INFUSE MAGNESIUM SULFAT a. Tergolong sebagai high alert medications pada pemberian konsentrasi melebihi standar yaitu > 40 mg/ml dalam larutan 100ml (4 gr dalam 100 ml larutan isotonic/normal saline) b. Perlu pengecekan ganda ( perhitungan dosis,persiapan dosis, pengaturan pompa infuse)
N.
INFUSE ALTEPLASE (T-PA, ACTIVASE) IV7 a. Semua infuse alteplase yang digunakan di rumah sakit harus disiapkan oleh ahli farmasi b. Untuk penggunaan dalam kondisi emergensi, saat ahli farmasi tidak ada ditempat untuk mempersiapkan obat, 1 sedian alteplase akan disimpan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Saat obat ini hendak digunakan, lakukan pencatatan yang sesuai dan lengkap berisi identifikasi pasien dan alasan/ indikasi pemberian obat, pencatatan ini harus ditransmisikan ke farmasi / apotek sebelum dosis obat berikutnya diberikan c. Siapkan alteplase dengan dosis spesifik untuk setiap pasien d. Tidak diperbolehkan adanya obat estra/ berlebihan dicontainer abat final yang akan diberikan kepada pasien ( contohnya: harus obat dengan dosis spesifik dan tepat yang diletakkan di container obat final) e. Beri label pada setiap dosis yang digunakan ( di spuit dan container infuse),dan harus meliputi minimal:
Nama pasien
Nomor rrekam medis pasien
Lokasi pasien
Nama generic dan paten obat pasien yang digunkan
Kosentrasi obat yang dinyatakan dalam Mg/ml
Kuantitas total obat /volume total larutan yang terkandung didalam sediaan
f.
Tanggal kadaluarsa obat
Kecepatan pemberian infuse
Pemberian obat tidak boleh diinterupsi dan dilakukan di area/ tempat yang bebas gangguan/ distraksi
g. Perlu pengecekan ganda
O.
INJEKSI TENECTEPLASE IV a. Pada tempat penyimpanan obat,berikan label yang jelas, untuk dapat membedakan dengan alteplase dan meminimalisasi kemungkinan obat tertukar b. Lakukan pengecekan ganda
P.
AGEN
BLOK
NEUROMUSCULAR
(
SUKSINIKOLIN,
ROKURONIUM,
ATRAKURIUM, PANKURONIUM) a. Harus disimpan di area khusus dan spesifik, seperti: kamar operasi, ruang rawat intensif ( pediatric intensive care unit/ neonates intensive care unit / intensive care unit) igd/ugd b. Berikan label yang terlihat jelas dan dapat dibedakan dengan obat-obatan lainnya. Farmasi akan memberikan label pada semua vial untuk penyimpanan obat di luar kamar operasi c. Penyimpanan harus di pisahkan dari obat-obatan lainya, misalnya dengan kontak berwarna penyekatan, dan sebagainya d. Semua infuse agen blok neuromuscular harus memiliki label yang bertuliskan: e. Lakukan pengecekan ganda f.
Untuk setiap container obat baru yang disediakan oleh farmasi ( misalnya: vial, spuit, dan sebagainya), pengecekan ganda harus dicatat oleh kedua petugas direkam medis pasien
g. Catatlah jika ada perubahan intruksi, termasuk perubahan kecepatan infuse dan pengaturan pompa infuse
h.
Kapanpun memungkinkan, intruksi yang dicetak (print) sebainya
tersedia, intruksi juga harus menyatakan “ pasien harus terpasang ventilator” i.
Jangan pernah menganggap obat-obatan relaksan
j.
Harus dihentikan pemberiannya pada pasien yang di-ekstubasi dan tidak menggunakan ventilator lagi
Q.
OBAT-OBATAN INOTROPIK IV ( DIGOKSIN, MILRINONE) a. Obat-obatan ini memiliki rentang terapeutik yang sempit dan memiliki sejumlah interaksi obat b. Pasien- pasien yang harus mendapatkan pengawasan ekstra adalah lansia ( geriatric) yang mendapatkan dosis tinggi obat inotropik dan juga mengkonsumsi quinidine c. Dalam penggunaan obat, berikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya kepatuhan pasien dalam hal dosis, perlunya pemeriksaan darah perifer secara rutin, dan tanda-tanda peringatan akan terjadinya potensi overdosis d. Tingkatkan pemantauan pasien dengan memperbanyak kunjungan dokter dan pemeriksaan laboratorium e. Lakukan pemeriksaan digoksin darah secara rutin f.
Monitor penggunaan Digibidnd dan kembangkan suatu protocol mengenai indikasi penggunaan Digibind.
R.
GARAM FOSFAT (NATRIUM DAN KALIUM) a. Sebisa mungkin berikan terapi pengganti fosfat melalui jalur oral b. Berikan dalam bentuk natrium fosfat, kapanpun memungkinkan c. Pemberian kalium fosfat berdasarkan pada level / kadar fosfat inorganic pasien dan factor klinis lainnya d. Dosis normal kalium fosfat: tidak melebihi 0,32 mmol/kgBB dalam 12 jam. Dosis dapat diulang hingga serum fosfat > 2 Mg/dl e. Selalu berikan via pompa infuse
S.
PEMBERIAN HIGH ALERT PADA PEDIATRIK DAN NEONATUS 1. High alert medications pada neonatus dan pediatrik serupa dengan obatobatan pada dewasa dan obat-obatan dibawah ini: a. Regicide(semua jalur pemberian) b. Chloral hydrate (semua jalur pemberian) c. Insulin(semua jalur pemberian) d. Digogsin(oral danIV) e. Infuse dopamine, dobutamine,epinefrin, norepinefrin 2. Pemberian chlora hydrateuntuk sedasi: a. Kesalahan yang sering terjadi:
Dosis tertukar karena terdapat 2 sediaan 250mg/5ml dan 500mg/5ml
Instruksi sering dalam bentuk satuan volume (ml), dan bukan dalam dosis mg.
Pasien agitasi sering mendapat dosis multiple sebelum dosis yang
pertama
mencapai
efek
puncaknya
sehingga
mengakibatkan terjadinya overdosis b. Tidak boleh untuk penggunaan di rumah c. Monitor semua anak yang diberikan chloral hydrate untuk sedasi preoperatif sebelum dan setelah prosedur dilakukan, buatlah rencanan resusitasi dan pastikan tersediannya peralatan resusitasi. 3. Prosedur pemberian obat: a. Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas (perawat,dokter, ahli farmasi) b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara kontinu infuse intravena untuk semua pasien pediatric di rawat, PICU,NICU.
Table konsentrasi standar obat-obatan untuk pediatric, PICU dan NICU Obat
Konsentrasi 1
Konsentrasi 2
KCl
0,1 mEq/ml
0,2 mEq/ml
(10 mEq/100ml)
(20
Konsentrasi 3
mEq/100ml) Hanya
untuk
infuse
vena
sentral Spesifik untuk Pediatric/PICU Dopamine
Dobutamin
1600 mcg/ml
3200mcg/ml
(400mcg/250ml)
(800mcg/250)
200mcg/ml
64 mcg/ml
(500
mcg/250 (16 mg/250ml)
ml) norepinefrin
16 mcg/ml
32 mcg/ml
64mcg/ml
(4mg/250ml)
(8mg/250ml)
(16mg/250ml)
16mcg/ml
64mcg/ml
(4mg/250ml)
(16mg/250ml)
0,5 unit/ml
1unit/ml
Dopamine
400 mcg/ml
800 mcg/ml
1600mcg/ml
Dobutamine
500 mcg/ml
1000 mcg/ml
2000mcg/ml
Epinefrin
20 mcg/ml
40 mcg/ml
Insulin,regular
0,1 unit/ml
0,5 unit/ml
Fentalin
4 mcg/ml
12,5 mcg/mls
Epinefrin
Insulin,regular Spesifik untukNICU
c. Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan obat d. Simpan dan instruksikan hanya 1 (satu) konsentrasi e. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan satuan milliliter f.
Jangan menginstruksikan penggunaan obat –obatan ini sebagai runtinitas/ jika perlu. Jika diperlukan pemberian obat secara pro re nata(jika perlu), tentukan dosis maksimal yang masih diperbolehkan ( misalnya dosis maksimal 500 mg perhari)
BAB III PENCATATAN DAN PELAPORAN
Setiap kegiatan pelayanan kefarmasian baik di rumah sakit maupun di komunitas diharapkan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien meliputi KTD, KNC, dan Kejadian Sentinel. Pelaporan di rumah sakit dilakukan sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety ) dan Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit - Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Kejadian terkait dengan keselamatan pasien dalam pelayanan farmasi komunitas di Indonesia belum mempunyai panduan pelaporan, sehingga kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan untuk monitoring dan evaluasi. Tujuan dilakukan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien adalah untuk menurunkan Insiden Keselamatan Pasien yang terkait dengan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel serta meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Sistem pelaporan mengharuskan semua orang dalam organisasi untuk peduli terhadap bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi pada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi lebih lanjut. Pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
A.
PROSEDUR PELAPORAN INSIDEN 1. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi. 2. Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja atau staf farmasi yang pertama kali menemukan kejadian atau terlibat dalam kejadian. 3. Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir Laporan Insiden” yang bersifat rahasia
B.
ALUR PELAPORAN INSIDEN KE TIM KESELAMATAN PASIEN (KP) DIRUMAH SAKIT (INTERNAL) 1.
Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/Kejadian Sentinel) terkait dengan
pelayanan
kefarmasian,
wajib
segera
ditindaklanjuti
(dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan. 2.
Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Apoteker penanggung jawab dan jangan menunda laporan (paling lambat 2 x 24 jam).
3.
Laporan segera diserahkan kepada Apoteker penanggung jawab
4.
Apoteker penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
5.
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan :
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu maksimal 1 minggu
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu maksimal 2 minggu
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
6.
Setelah
selesai
melakukan
investigasi
sederhana,
laporan
hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS. 7.
Tim KP di RS akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan Root Cause Analysis (RCA) dengan melakukan Regrading
8.
Untuk Grade kuning/merah, Tim KP di RS akan melakukan Root Cause Analysis (RCA)
9.
Setelah melakukan Root Cause Analysis (RCA), Tim KP di RS akan membuat
laporan
dan
Rekomendasi
untuk
perbaikan
serta
“pembelajaran” berupa : Petunjuk / Safety alert untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali 10. Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi 11. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberik an umpan balik kepada instalasi farmasi. 12. Apoteker penanggung jawab akan membuat analisis dan tren kejadian disatuan kerjanya 13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS. Alur Pelaporan Insiden Ke Tim Keselamatan Pasien (Kp) Di Rumah Sakit lihat Lampiran 1
C.
Analisis Matriks Grading Risiko Penilaian matriks risiko bertujuan untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. 1.
Dampak Penilaian dampak adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal, seperti tabel berikut. Tabel 4. Penilaian Dampak Klinis/Konsekuensi/Severity
2.
Probabilitas Penilaian tingkat probabilitas adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi, seperti tabel berikut. Tabel 5. Penilaian Probabilitas/Frekuensi
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, masukkan dalam Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna brands risiko. c.1 Skor Risiko Untuk menentukan skor risiko, digunakan matriks grading risiko seperti tabel berikut. 1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri 2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan 3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak
Tabel 6. Matriks Grading Risiko
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada penilaian risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya, dapat menggunakan warna bands risiko. Skala prioritas bands risiko adalah : Bands Biru : rendah / low Bands Hijau : Sedang / Moderat Bands Kuning : Tinggi / High Bands Merah : Sangat Tinggi / Ekstreme c.2 Bands Risiko Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah, dimana warna akan menentukan investigasi yang akan dilakukan.
Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif / RCA
Tabel 7. Tindakan sesuai Tingkat dan Bands risiko
D.
PERAN APOTEKER DALAM PENYUSUNAN LAPORAN Idealnya setiap KTD/KNC/Kejadian Sentinel yang terkait dengan penggunaan obat harus dikaji terlebih dahulu oleh apoteker yang berpengalaman sebelum diserahkan kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Tujuan pengkajian untuk memastikan bahwa laporan tersebut sudah sesuai, nama obat yang dilaporkan benar, dan memasukkan dalam kategori insiden yang benar. Kategori kesalahan dalam pemberian obat adalah :
• Pasien mengalami reaksi alergi • Kontraindikasi • Obat kadaluwarsa • Bentuk sediaan yang salah • Frekuensi pemberian yang salah • Label obat salah / tidak ada / tidak jelas • Informasi obat kepada pasien yang salah / tidak jelas • Obat diberikan pada pasien yang salah • Cara menyiapkan (meracik) obat yang salah • Jumlah obat yang tidak sesuai
• ADR ( jika digunakan berulang ) • Rute pemberian yang salah • Cara penyimpanan yang salah • Penjelasan petunjuk penggunaan kepada pasien yang salah
E.
PERMASALAHAN DALAM PENCATATAN DAN PELAPORAN Yang bertangggungjawab dalam pencatatan laporan adalah :
• Staf IFRS/Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang pertama menemukan kejadian atau supervisornya
• Staf IFRS/ Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya
• Staf IFRS/ Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya yang perlu melaporkan kejadian Masalah yang dihadapi dalam pencatatan dan pelaporan kejadian
• Laporan dipersepsikan sebagai ”pekerjaan perawat” • Laporan sering tidak diuraikan secara rinci karena takut disalahkan • Laporan terlambat • Laporan kurang lengkap ( cara mengisi formulir salah, data kurang lengkap ) Hal-hal yang perlu dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan 1. JANGAN melaporkan insiden lebih dari 24 jam 2. JANGAN menunda laporan insiden dengan alasan belum ditindaklanjuti atau ditandatangani 3. JANGAN menambah catatan medis pasien bila telah tercatat dalam laporan insiden 4. JANGAN meletakan laporan insiden sebagai bagian dari rekam medik pasien 5. JANGAN membuat salinan laporan insiden untuk alasan apapun 6. CATATLAH keadaan yang tidak diantisipasi Hambatan dalam pencatatan dan pelaporan - Pandangan bahwa kesalahan adalah suatu kegagalan dan kesalahan dibebankan pada satu orang saja.
- Takut disalahkan karena dengan melaporkan KTD, KNC, dan Kejadian sentinel akan membeberkan keburukan dari personal atau tim yang ada dalam rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan lain. - Terkena risiko tuntutan hukum terhadap kesalahan yang dibuat. - Laporan disebarluaskan untuk tujuan yang merugikan - Pelaporan tidak memberi manfaat langsung kepada pelapor - Kurangnya sumber daya - Kurang jelas batasan apa dan kapan pelaporan harus dibuat - Sulitnya membuat laporan dan menghabiskan waktu
F.
DOKUMENTASI Semua laporan yang telah dibuat harus didokumentasikan di Instalasi Farmasi/ sarana pelayanan kesehatan lain untuk bahan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
Sebagai tindak lanjut terhadap Program Keselamatan Pasien, Apoteker perlu melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi di unit kerjanya secara berkala. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian terkait Program Keselamatan Pasien. Evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan kefarmasian terkait Program Keselamatan Pasien. Tujuan
dilakukan
monitoring
dan
evaluasi
agar
pelayanan
kefarmasian yang dilakukan sesuai dengan kaidah keselamatan pasien dan mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dan berulang dimasa yang akan datang. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap :
Sumber daya manusia (SDM)
Pengelolaan perbekalan farmasi (seleksi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi/penggunaan)
Pelayanan farmasi klinik (pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat, konseling obat, rekonstitusi obat kanker, iv.admixture, total parenteral nutrition, therapeutic drug monitoring)
Laporan yang didokumentasikan. Dari hasil monitoring dan evaluasi dilakukan intervensi berupa
rekomendasi dan tindak lanjut terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki seperti perbaikan kebijakan, prosedur, peningkatan kinerja SDM, sarana dan prasarana ataupun organisasi. Hasil dari rekomendasi dan tindak lanjut ini harus diumpan balikkan ke semua pihak yang terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit. Untuk mengukur keberhasilan program kegiatan yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu alat/tolok ukur yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap prosedur yang telah ditetapkan.
Indikator keberhasilan program dapat dilihat dari : 1.
Menurunnya angka kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel.
2.
Menurunnya KTD, KNC dan Kejadian Sentinel yang berulang.
BAB V PENUTUP
Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam meminimalkan terjadinya medication error . Memberikan pelayanan kefarmasian secara paripurna dengan memperhatikan faktor keselamatan pasien, antara lain dalam proses pengelolaan sediaan farmasi, melakukan monitoring dan mengevaluasi keberhasilan terapi, memberikan pendidikan dan konseling serta bekerja sama erat dengan pasien dan tenaga kesehatan lain merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk
dapat
berperan
secara
profesional
dalam
pelayanan
kefarmasian diperlukan dukungan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Oleh sebab itu sangat penting bagi seorang apoteker yang akan memberikan pelayanan kefarmasian ( pharmaceutical care) untuk membekali diri sebaik-baiknya dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh apoteker sebagai salah satu sumber informasi dalam melakukan pelayanan kefarmasian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien.
Disahkan di
: Pangakaln Bun
Pada Tanggal
: 02 April 2016
Direktur RS Citra Husada
dr. Dana Tyastri NIK.14.02.2.002